• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAP-TAHAP PSIKOTERAPI SUFISTIK

Objek Psikoterapi Islam

F. TAHAP-TAHAP PSIKOTERAPI SUFISTIK

Konsep-konsep dalam dunia tasawuf dan praktik-praktik dalam tradisi tarekat merupakan sumber yang sangat kaya bagi pengembang-an terapi ypengembang-ang berwawaspengembang-an Islam, khususnya untuk proses dpengembang-an teknik terapi.

Dalam dunia tasawuf ada beberapa tahap dalam proses pembi-naan akhlak manusia yang dapat dijadikan sebagai model yang sangat baik bagi proses psikoterapi.

1. Tahap Takhalli (Self Awareness)

Tahap takhalli merupakan pembersihan permasalahan, menghi-langkan energi-energi negatif atau penyembuhan penyakit yang di-alami seseorang. Tujuan dari tahap ini adalah agar seorang Muslim dapat mengenali, menguasai, dan membersihkan diri. Untuk itu ada beberapa teknik yang digunakan.

a. Teknik Pengenalan Diri

Dalam hal ini, teknik yang bisa ditempuh untuk pengenalan diri adalah metode introspeksi (mawas diri), yaitu senantiasa melihat ke dalam diri sendiri. Fokus perhatiannya adalah pada timbulnya penya-kit-penyakit hati.

Jika tanpa bantuan orang lain (guru/terapis) memang ini bukan hal yang mudah. Halangan utamanya adalah adanya mekanisme per-tahanan diri (defence mechanism).

b. Teknik Pengembangan Kontrol Diri

Teknik ini sangat penting bagi orang-orang yang mengalami ma-salah psikologis kesulitan untuk mengendalikan (nafsu) diri. Tetapi me ngingat bahwa sebenarnya nafsu-nafsu itu bermanfaat bagi kehi-dupan manusia, maka yang dilakukan bukanlah menghilangkan nafsu-nafsu tersebut, melainkan menumbuhkan kontrol diri yang tangguh. Dalam hal ini teknik yang bisa digunakan adalah puasa.

Salah satu efek positif puasa secara fisik dan psikologis di antara-nya untuk mengontrol hawa nafsu (secara umum). Untuk tujuan terapi, puasa yang berarti pengendalian diri dapat diterapkan untuk mengem-bangkan kontrol diri terhadap suatu jenis nafsu tertentu.

26

Tasawuf dan Kesehatan

c. Teknik-teknik Pembersihan Diri

Salah satu tujuan dari tahap takhalli ini adalah penyembuhan ber-bagai bentuk gangguan mental. Karena ada asumsi bahwa gangguan-gangguan ini berkaitan dengan penyakit hati, akhlak yang buruk dan dominasi hawa nafsu di dalam qalbu manusia, maka qalbu tersebut perlu dibersihkan. Cara yang dapat diterapkan, antara lain:

1. Teknik dzikrullah (mengingat Allah), yakni dengan menyebut nama Allah atau mengucapkan berkali-kali kalimat tertentu, ter-nya ta merupakan metode yang sangat potensial pada tahap

ta-khalli secara keseluruhan.

2. Teknik membaca (menderas Al-Qur’an), Al-Qur’an merupakan obat bagi penyakit-penyakit hati. Oleh karena itu, menderas Al-Qur’an dapat dijadikan sebagai teknik membersihkan diri. 3. Teknik penyangkalan diri, teknik ini bertujuan untuk

menghilang-kan egoisme atau rasa ke-aku-an, atau penyakit hati yang berkait-an dengberkait-an diri sendiri.

Indikasi keberhasilan tahap terapi ini adalah hadirnya rasa aman, tenang, tenteram baik secara psikologis, spiritual, maupun fisik. Setelah ciri-ciri itu muncul pada diri seseorang, proses psikoterapi dilanjutkan dengan tahap berikutnya.

2. Tahap Tahalli (Self Development)

Tahap ini bertujuan menumbuhkan sifat-sifat terpuji pada diri se-seorang, baik terhadap diri sendiri, orang lain, alam dan lingkungan, maupun terhadap Tuhan. Tahap ini dilakukan secara disiplin, kon-sisten, kontinu, dan sabar. Ada beberapa teknik yang bisa diterapkan pada tahap tahalli, antara lain:

a. Teknik Internalisasi Asma’ul Husna

Nama-nama Allah yang baik (Asma’ul Husna) dapat dijadikan bagai sarana untuk menumbuhkan sifat-sifat yang baik dalam diri se-seorang dengan cara menginternalisasi sifat-sifat yang tecermin dalam

Asma’ul Husna tersebut.

b. Teknik Teladan Rasul

Bagi umat Islam meneladani (akhlak) Rasulullah SAW adalah suatu keharusan. Tetapi ajaran meneladani Rasul sering kali umat Islam

hanya berhenti sebatas konsep. Oleh karena itu, dalam konteks terapi Islam tahap lanjut, meneladani sifat Rasul perlu dilaksanakan secara terprogram.

c. Teknik Pengembangan Hablumminannas

Fokus utama dalam tahap tahalli adalah menjalin hubungan de-ngan sesama manusia, yang dilandasi dede-ngan sifat Allah dan akhlak Rasul. Namun demikian, landasan yang baik dalam praktik belum ten-tu sesuai.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik komunikasi yang menurut Jalaluddin Rahmat (1994), ada lima prinsip berkomu-nikasi dalam Al-Qur’an. Pertama, berbicara dengan perkataan yang benar. Kedua, berbicara dengan perkataan yang menyentuh hati.

Ke-tiga, berbicara dengan perkataan yang menyenangkan. Keempat,

ber-bicara dengan perkataan yang sopan. Kelima, berber-bicara dengan per-kataan yang bermutu.

Tahap tahalli ini mencapai keberhasilan jika seseorang sudah me-miliki ciri-ciri, yaitu: terlihat senang, gembira, wajahnya cerah, ber-pikir logis, dan dalam menghadapi sesuatu atau permasalahan selalu mengaitkan dengan Allah SWT. Di samping itu juga, ditandai dengan hadirnya sifat, sikap dan perilaku yang baik, benar, sopan, santun, dan tulus. Setelah selesai tahap tahalli ini, maka dilanjutkan pada tahap berikutnya.

3. Tahap Tajalli (Self Empowerment)

Tahap yang ketiga adalah tajalli (kelahiran baru), tahap ini sering disebut pemberdayaan diri (self empowerment). Tahap tajalli adalah upaya peningkatan hubungan dengan Allah SWT. Hubungan yang semula hanya sebatas pada kegiatan-kegiatan ritual semata, perlu di-tingkatkan pada hubungan “keakraban”, keterdekatan, bahkan hu-bungan yang penuh rasa cinta. Huhu-bungan tersebut tidak hanya ber-henti pada pengalaman pribadi semata, tetapi perlu dimanifestasikan keluar, yaitu dengan menjalankan fungsi kekhalifahan, memakmurkan kehidupan di bumi.

Tahap ini bisa dikatakan hasil dari kedua tahap sebelumnya yang memunculkan eksistensi baru dari seseorang yang terlihat melalui per-buatan, ucapan, sikap, gerak gerik baru, martabat, status, sifat, karak-teristik, dan esensi diri yang baru. Di samping itu, fisiknya menjadi

28

Tasawuf dan Kesehatan

bersih, menguning, bercahaya, sehat, dan segar. Tahap ini bahkan bisa menghadirkan potensi Ilahiah, seperti menerima mimpi, ilham, dan

kasyaf yang benar.

Ketiga tahapan yang telah disampaikan di atas bukan suatu hal yang terpisah secara jelas. Keterkaitan antara satu tahap dan yang lain sa ngat erat. Bisa juga dikatakan bahwa tahap-tahap tersebut adalah suatu proses yang melingkar. Artinya, secara teoretis seseorang pada tingkat nafs tertentu membutuhkan ketiga tahap terapi untuk dapat me ningkat pada tingkat nafs yang lebih tinggi. Demikian sete rusnya. Dengan demikian, proses tersebut terus berjalan dan senantiasa dinamis.