HARMONISASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
4.12. Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TJSP) atau CSR
Istilah tanggung jawab sosial perusahaan/Corporate Social Responsibility (CSR) masih menjadi pedebatan para pendukung dan para penentangnya. Kedua kutup berbeda pandangan, masing-masing mempunyai argumentasi yang bertentangan satu terhadap yang lain sesuai kedudukan dan kepentingannya.
Salah satu perbedaan tajam antara lain bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berada pada ranah etika (etika bisnis) atau harus berada pada ranah hukum, sehubungan itu apa perlu diatur dalam peraturan perundang-undangan termasuk peraturan daerah disertai dengan sanksi. Pendukung dan penentang janggung jawab sosial perusahaan pada dasarnya mempunyai alasan masing-masing, karena latar belakang pencapaian tujuan dan sasaran yang berbeda dalam kepentingan yang berhadapan.
Naskah Akademik Raperda tentang Perindustrian Bab 4 - 94 CSR pada dasarnya berawal dari rasa bertanggungjawab secara personal pada lingkungan dunia usaha, yang muncul dari pribadi yang peka kepada sesama. Rasa tersebut timbul dan berkembang sebagai suatu yang harus dilakukan mengingat adanya kesenjangan keadaan sosial ekonomi yang tajam, antara unsur tenaga kerja dengan unsur pemilik dan pengurus dalam dunia usaha tersebut. Berangkat dari keadaan tersebut, lahirnya konsep CSR yang berada pada sasaran kewajiban moral, yang bergerak antara kesejahteraan pada lingkungan tertentu, menimbulkan pula suatu konsep bahwa yang harus diwujudkan adalah kesejahteraan bersama pada lingkungan perusahaan.
Kesejahteraan yang bersifat terbatas makin meluas yang diikuti gerakan yang sama sehingga menjadi suatu konsep positif yang menjadi tanggung jawab institusional. Konsep tersebut menjadi sangat manusiawi baik bagi tenaga kerja maupun masa depan perusahaan, kemudian berkembang atas kesadaran mengenai alam dan lingkungan.
Konsep sebagaimana diuraikan di atas selanjutnya menjadi sesuatu hal yang berdasarkan kearifan manusia, tidak hanya menjadi kewajiban moral, tetapi menjadi kewajiban yang bertujuan menuju pencapaian kesejahteraan warga negaranya, secara sadar pasti mengatur hal-hal yang berkaitan dengan CSR.
Sumber daya alam yang dieksploitasi perusahaan makin lama menjadi makin berkurang daya dukungnya, karena sifatnya yang terbatas dan tidak terbarukan.
Hal ini mulai disadari sehingga konsep tanggung jawab terhadap lingkungan juga berkembang. Manusia secara pribadi dalam institusi dan negara secara serentak sadar bahwa lingkungan dan sumber daya alam perlu dilindungi untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan dimasa yang akan datang.
Sehubungan itu, CSR bila dilaksanakan dengan baik dan benar, akan memberikan dampak positif bagi perusahaan, lingkungan termasuk sampah.
Perusahaan harus memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan seperti pengelolaan limbah padat dan cair. Jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sesuai ketentuan Pasal 15 UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, bahwa produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam, maka tidak terlalu sulit untuk
Naskah Akademik Raperda tentang Perindustrian Bab 4 - 95 mengelola sampah. Demikian halnya dengan ketentuan Pasal 20 ayat (3) UU No.
18 Tahun 2008, bahwa pelaku usaha yang menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya alam, pasti mengandung nilai positif, baik bagi internal perusahaan maupun bagi eksternal perusahaan dan pemangku kepentingan lain.
Meskipun demikian nilai positif dapat mendorong terjadinya tindakan dan perbuatan yang mempunyai nilai negatif, karena merugikan lingkungan dan masyarakat sekitar. Nilai negatif dimaksud seberapa jauh kegiatan perusahaan bersangkutan mempunyai potensi merugikan kesehatan dan lingkungan, dengan kata lain seberapa luas kerusakan lingkungan sebagai akibat langsung dari kegiatan perusahaan.
Perusahaan yang pada satu sisi pada suatu waktu menjadi pusat kegiatan yang membawa kesejahteraan bahkan kemakmuran bagi masyarakat, pada satu saat yang sama dapat menjadi sumber petaka pada lingkungan yang sama pula.
Misalnya terjadi pencemaran lingkungan atau kerusakan alam dan lingkungan yang lebih luas.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, perusahaan akan mempunyai dampak positif bagi kehidupan pada masa yang akan datang dengan terpeliharanya lingkungan dan semua kepentingan pada pemangku kepentingan sehingga akan menghasilkan tata kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi juga mempunyai satu sisi negatif terhadap kesehatan dan lingkungan.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa secara formal CSR diatur dalam Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menyatakan Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban TJSL dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Naskah Akademik Raperda tentang Perindustrian Bab 4 - 96 Di dalam penjelasan TJSL bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Mencermati ketentuan Pasal 1 angka 3 UU No. 40 Tahun 2007 istilah tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) terjemahan dari istilah Corporate Social Responsibility (CSR) untuk konteks perusahaan dalam masyarakat Indonesia, dan mengartikannya sebagai "komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya".
Dalam berbagai literatur manajemen perusahaan banyak sekali ditemukan tulisan tentang CSR atau TJSL baik untuk konteks masyarakat Indonesia maupun asing. Pada tingkat paling dasar namun sekaligus sangat luas, CSR dapat dipahami sebagai sebuah relasi atau interkoneksi antara perusahaan dengan para pemangku kepentingan perusahaan tersebut, termasuk pelanggan, pemasok, kreditur, karyawan, hingga masyarakat khususnya yang berdomisili di wilayah perusahaan tersebut dalam menjalankan aktivitasnya. Perusahaan bertanggungjawab menjamin kegiatan operasional mampu menghasilkan barang dan/atau jasa secara ekonomis, efisien, dan bermutu untuk kepuasan pelanggan di samping untuk memperoleh keuntungan. Perusahaan juga berkewajiban mematuhi hukum dan seluruh peraturan perundang-undangan nasional dan daerah di dalam wilayah negara seperti misalnya mematuhi aturan hukum perlindungan konsumen, kesehatan, lingkungan, pengelolaan sampah, dan sebagainya.
Konsep CSR merupakan kewajiban perusahaan peduli terhadap lingkungan, kesejahteraan masyarakat di mana perusahaan berdomisili atau menjalankan aktivitas operasionalnya. Kewajiban terakhir dapat dilakukan perusahaan melalui berbagai bentuk kegiatan yang idealnya cocok dengan strategi dan business core dari perusahaan itu sendiri. Misalnya, pemberdayaan ekonomi rakyat berupa membina industri kecil dan menengah; penyediaan pelayanan kesehatan dan
Naskah Akademik Raperda tentang Perindustrian Bab 4 - 97 pendidikan masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana pengelolan sampah, dan sebagainya.
Mencermati uraian tersebut di atas, pada prinsipnya CSR bertujuan agar perusahaan dapat memberi kontribusi untuk kemajuan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Pada poin inilah tampak nyata bahwa pelaku usaha melalui berbagai badan usaha yang berbadan hukum maupun yang bukan berbadan hukum ‘diminta’ bersama-sama pemerintah mewujudkan lingkungan yang sehat dan/atau berwawasan lingkungan. Tanggung jawab perusahaan tersebut secara etis moral dinilai memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan. Di sisi lain, CSR juga memberi manfaat bagi perusahaan yang melaksanakan, seperti CSR mampu menciptakan brand image perusahaan di tengah pasar yang kompetitif pada gilirannya akan mampu menciptakan customer loyalty dan membangun/mempertahankan reputasi bisnis. CSR dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan atau melanjutkan license to operate dari pemerintah maupun dari publik sebab perusahaan akan dinilai telah memenuhi standar tertentu dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Singkat kata, CSR dapat menjadi iklan bagi produk perusahaan yang bersangkutan.