• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung jawab sosial perusahaan menurut etika bisnis Kristen Dengan berdasarkan etika Kristen, maka konsep tanggung jawab sosial

Dalam dokumen Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam P (Halaman 125-132)

BAB II LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.8. Tanggung jawab sosial perusahaan menurut etika bisnis Kristen Dengan berdasarkan etika Kristen, maka konsep tanggung jawab sosial

perusahaan yang terdapat di dalam Rudito, belum dapat dikatakan sesuai dengan etika bisnis Kristen. Karena di dalamnya, baik motif, tujuan, dan cara atau standar yang digunakan, sama sekali tidak ada aspek ke-Allah-an. Semuanya dilakukan dengan berlandaskan pada aspek kemanusiaan saja, tanpa memperhitungkan keberadaan Allah di dalamnya.

Jika kita ingin mengerjakan tanggung jawab sosial perusahaan yang sesuai dengan etika bisnis Kristen, maka harus dilakukan dengan cara membawa semua yang ada di dunia ini kepada fungsinya mula-mula, dan hal ini

hanya dapat terjadi jika semuanya kembali kepada Allah. Lagipula dengan berangkat dari natur manusia sebagai gambar Allah dan mandat yang telah Allah berikan, maka keberadaan perusahaan pun seharusnya bertujuan untuk mengerjakan mandat tersebut, yaitu untuk mengusahakan dan memelihara alam ini. Keduanya harus dikerjakan secara seimbang. Karena ‘mengusahakan’ saja tanpa ‘memelihara’, akan menjadi perusakan aktif terhadap alam ini. Sedangkan memelihara saja tapa mengusahakan, akan menjadi perusakan pasif terhadap alam ini. Karena itulah, maka keduanya harus dilakukan secara bersama-sama, dengan tidak mengenyampingkan atau menekankan pada salah satu aspek saja. Dalam mengusahakan dan memelihara bumi ini, fokus manusia bukan lagi kepada ‘aku’, tetapi kembali kepada “apa yang Allah mau untuk aku lakukan.” Sehingga keberadaan perusahaan bukanlah untuk mencari laba, melainkan lebih dari itu, yaitu untuk mengerjakan maksud Allah atas dunia ini. Karena apapun yang dilakukan oleh perusahaan, akan memberikan pengaruh terhadap seluruh tatanan yang ada di dunia. Maka perusahaan melakukan usahanya dengan melihat kebutuhan manusia dan dunia secara global. Dan setiap keputusan yang dibuatnya harus berdasarkan pada kehendak Allah, dan kesadaran akan apa yang harus dilakukan untuk seluruh manusia dan alam ini.

Dalam hal inilah ‘ekonomi Kerajaan Allah’ dikerjakan, yaitu keadaan dimana setiap manusia dipenuhi oleh kesadaran untuk mengerjakan maksud Allah atas dunia ini dan mengusahakan kesejahteraan bagi sesamanya manusia, dan bagi seluruh alam ini. Dimana seluruh manusia berkerja dengan suka cita dan maksimal, sesuai dengan pekerjaan yang telah dipercayakan kepadanya untuk mengerjakan mandat Allah, dan mengusahakan kesejahteraan bagi sesamanya dan bagi alam ini. Sehingga tidak ada manusia yang hidup

berkekurangan, apalagi menjadi miskin, dan tidak ada kerusakan alam yang terjadi.

Dengan berfungsinya perusahaan seperti maksud dan kehendak Allah, dan seluruh manusia mengerjakan ‘ekonomi Kerajaan Allah’, maka tanggung jawab sosial perusahaan bukan lagi menjadi salah satu program yang ‘harus’ dilakukan oleh perusahaan. Melainkan menjadi satu bagian yang integral dari seluruh usaha yang dilakukan oleh perusahaan di dunia ini. Karena di dalam setiap aktivitas bisnisnya, perusahaan bukan saja ‘mengusahakan’ bumi ini, tetapi juga ‘memelihara’ bumi ini, yang dilakukan dengan memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan bagi seluruh manusia di dunia secara umum dan masyarakat sekitarnya secara khusus, serta memperhatikan dan menjaga kelestarian seluruh alam ini. Dan dalam seluruh usaha yang dilakukan oleh perusahaan tidak lagi ada persaingan atau kompetisi, karena seluruh perusahaan bersama-sama bergerak untuk mengerjakan kehendak Allah yang telah dinyatakan kepada manusia dan dunia ini.

Semua ini adalah kondisi ideal yang seharusnya terjadi ketika manusia berada pada kondisi seperti pada waktu Allah mencipta, atau kondisi ketika manusia belum jatuh kedalam dosa. Akan tetapi, setelah jatuh ke dalam dosa seluruh alam ini tidak lagi berfungsi sebagaimana seharusnya. Seluruh tatanan dan fungsi yang Allah berikan telah menjadi rusak. Dan fokus perusahaan bukan lagi pada ‘mengusahakan dan memelihara’ melainkan berfokus pada ‘mengusahkan’ saja tanpa ‘memelihara’. Perusahaan mengusahakan bumi ini dengan berpatokan pada tingkat pendapatan atau laba yang tinggi. Lebih lanjut lagi, sesama perusahaan bukannya saling bersinergi mengerjakan mandat Allah, tetapi malah saling menjatuhkan satu dengan lainnya. Kondisi yang rusak ini

telah berlangsung terus-menerus sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, dan akan terus menjadi semakin rusak.

Penebusan yang Yesus lakukan pada manusia memberikan harapan besar bagi manusia dan seluruh alam. Karena jangkauan tindakan penebusan Yesus Kristus menyentuh seluruh kosmos. Dimana Yesus Kristus bukan saja hanya sebagai Pencipta dan Penyangga, tetapi juga sebagai pendamai segala sesuatu yang ada di dunia. Sehingga seluruh tatanan dan fungsi yang sudah rusak dapat kembali kepada kondisi yang semula. Yesus juga menjanjikan akan adanya langit dan bumi yang baru, yang akan mengembalikan dan menyempurnakan kembali langit dan bumi yang sudah rusak karena dosa manusia, kembali menjadi baik seperti pada waktu Allah menciptakannya.

Penebusan dan harapan akan adanya langit dan bumi yang baru ini, tidak akan menyurutkan niat dari setiap orang Kristen untuk mengerjakan tugasnya sebagai mandataris Allah di dunia dan mengerjakan perintah yang telah Allah berikan kepada manusia pada waktu diciptakan, yaitu mandat Allah untuk mengusahakan dan memelihara dunia ini. Dalam hal ini, orang Kristen harus tetap mengerjakan secara maksimal segala sesuatu yang dikerjakannya, walaupun hal itu tidak dapat menghentikan laju dunia ini yang semakin lama semakin rusak. Akan tetapi, langit dan bumi baru yang Allah janjikan memberikan harapan kepada manusia bahwa kelak segala pekerjaan yang dilakukannya akan disempurnakan oleh Allah, dan ini berarti segala pekerjaan yang manusia lakukan untuk kebaikan sesama dan alam ini tidak akan sia-sia.

Tanggung jawab sosial perusahaan dapat dikerjakan sesuai dengan etika bisnis Kristen, jika seluruh usaha yang dilakukan oleh perusahaan dilakukan di dalam konteks ‘mengusahakan dan memelihara’ seluruh alam ciptaan Tuhan.

Dimana usaha yang dilakukan atau produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan usaha atau produk yang dapat mendatangkan kebaikan bagi mayarakat sekitar dan tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan, bahkan turut serta menjaga kelestarian alam ini. Hal ini masih dapat dilakukan saat ini, di tengah-tengah manusia yang berdosa dan alam yang semakin rusak ini, karena ada janji Allah bahwa setiap hal yang dilakukan untuk Allah (mandat Allah) tidak akan sia-sia dan akan disempurnakan oleh Allah kelak, ketika bumi dan langit yang baru itu datang.

Motif utama perusahaan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan bukanlah semata-mata untuk kesejahteraan manusia dan alam ini. Motif utamanya adalah untuk melakukan kehendak Allah atas manusia dan seluruh ciptaan-Nya, yaitu mengusahakan dan memelihara alam ini. Dan manusia dapat menemukan maksud dan tujuan Allah menciptakan dirinya dan dunia ini, hanya dengan mencari kehendak Allah atas dirinya secara pribadi, dan atas seluruh alam ini.

Maksud dan tujuan Allah atas manusia dan seluruh alam ini adalah agar manusia dan seluruh alam ini memuliakan Allah di dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Karena manusia dan seluruh ciptaan dicipta untuk kemuliaan Allah, dan pada waktu dicipta seluruhnya memancarkan kemuliaan Allah. Inilah yang menjadi motif utama seluruh manusia ataupun perusahaan di dalam menjalankan aktivitasnya. Dan motif ini pulalah yang seharusnya menggerakkan setiap orang dalam melakukan pekerjaannya. Dengan motif dan tujuan inilah perusahaan harus mengerjakan tanggung jawab sosialnya. Karena motif dan tujuan ini adalah motif dan tujuan baik yang telah Allah nyatakan kepada manusia.

Cara atau standar yang digunakan oleh perusahaan adalah segala hal yang telah Allah katakan di dalam Firman-Nya, yaitu Alkitab. Cara yang digunakan haruslah dengan melihat secara keseluruhan relasi dari Allah-Manusia-Alam/bumi dan natur dari seluruh ciptaan Allah. Kesemuanya ini tidak boleh dikerjakan catu persatu ataupun sebagian, melainkan harus dikerjakan secara keseluruhan atau utuh.

Salah satu cara yang baik, yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan transformasi sosial bagi kehidupan masyarakat di dunia. Transformasi sosial adalah suatu gerakan yang utuh dan menyeluruh, yang bertujuan untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah, memulihkan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, memulihkan hubungan manusia dengan sesamanya dan komunitas, dan yang terakhir memulihkan hubungan manusia dengan ciptaan Allah lainnya, yaitu seluruh alam (Mamahit, 2005: 275). Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan perusahaan sebagai agen perubahan sosial di dalam melakukan transformasi sosial ini (Mamahit, 2005: 271-272), yaitu:

 Transformasi sosial didasari atas keutuhan seluruh ciptaan. Karena penciptaan dunia dan alam semesta tidak dapat dipisahkan dari Allah, sang Pencipta. Dimana di dalam seluruh struktur ciptaan Allah terdapat hukum moral yang inherent, termasuk manusia yang diciptakan menurut

gambar dan rupa Allah.

 Transformasi sosial difokuskan kepada manusia dan dunianya. Transformasi yang dilakukan berfokus pada pemenuhan kebutuhan manusia secara utuh, baik dalam dimensi badaniah, yang meliputi

masalah-masalah kemiskinan dan ketidakberdayaan, maupun dalam masalah-masalah rohaniah, yang meliputi keselamatan di dalam Kristus.  Transformasi sosial dimungkinkan hanya oleh tindakan penebusan dan

pendamaian yang dilakukan oleh Kristus. Jangkauan tindakan penebusan Yesus Kristus meliputi dan menyentuh seluruh kosmos. Dimana Yesus Kristus bukan saja sebagai Pencipta dan Penyangga, tetapi juga sebagai pendamai segala sesuatu yang ada di dunia.

Ketiga hal inilah yang seharusnya menjadi tujuan dari kepedulian perusahaan terhadap masalah sosial yang ada di masyarakat. Tujuan yang melihat misi Allah terhadap dunia ini secara utuh. Suatu cara yang menyelesaikan masalah-masalah sosial yang ada sampai pada akar pokok permasalahannya, dan dikerjakan secara utuh.

BAB V

Dalam dokumen Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam P (Halaman 125-132)