• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.8. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social

Anonim (2007), menjelaskan pengertian tanggung jawab sosial dunia usaha (TSDU) atau corporate social responsibility (CSR) adalah keinginan, kemampuan dan komitmen dunia usaha untuk membantu pemerintah menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan atau memecahkan masalah sosial atas dasar inisiatif sendiri. TSDU diperlukan oleh setiap dunia usaha yang memiliki keinginan untuk mempertahankan investasi, sehingga kepedulian sosial terhadap lingkungan sosialnya mutlak diperlukan. Banyak masalah sosial tumbuh dan berkembang disekitar lingkungan dunia usaha. Keterlibatan dunia usaha untuk memecahkannya menjadi awal yang baik untuk memelihara hubungan sosial dengan lingkungannya. Selain itu, terdapat sejumlah masalah sosial yang belum teratasi oleh pemerintah karena berbagai keterbatasan. Oleh karena itu kemitraan antara dunia usaha, pemerintah dan masyarakat semakin penting dan diperlukan. Dalam berbagai kondisi cukup banyak dunia usaha yang telah menunjukkan tanggung jawab sosialnya, namun masih diperlukan daya pendorong yang lebih kuat.

TSDU tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dilingkungan sekitarnya agar dapat meminimalkan berbagai persoalan yang terjadi. TSDU atau CSR juga untuk memperkuat investasi dunia usaha agar tetap berkelanjutan dan berkembang secara baik dengan meminimalkan berbagai resiko sosial berupa beban sosial dan ongkos sosial akibat terjadinya berbagai gangguan masyarakat terhadap keberadaan dunia usaha. Dalam kaitan memperkuat jaringan kemitraan antara dunia usaha, pemerintah dan masyarakat TSDU sangat diperlukan. Hal ini dapat mempercepat pemecahan masalah sosial yang masih berkembang dan dalam kondisi yang makin memprihatinkan.

Setiap kebijakan TSDU yang dilakukan oleh dunia usaha seyogyanya memegang beberapa prinsip berikut ini:

1) Mutualitas, artinya TSDU dikembangkan atas dasar saling menguntungkan antar tiga pihak, yaitu dunia usaha, pemerintah dan masyarakat.

2) Sensitivitas, yaitu perasaan atau kepekaan dunia usaha terhadap berbagai kesulitan, masalah dan persoalan yang dihadapi oleh lingkungan sosialnya.

3) Etika bisnis, artinya seluruh pembiayaan TSDU dihitung sebagai ongkos sosial (social cost) dan menjadi bagian dari seluruh biaya produksi.

4) Keberpihakan, artinya bahwa TSDU bukan semata-mata didasari oleh kepentingan salah satu pihak semata, melainkan kepentingan bersama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.

5) Insiasi, artinya TSDU dilakukan bukan karena pemaksaan pihak luar, tetapi didasarkan pada prakarsa sendiri dari lingkungan dunia usaha. 6) Kemitraan, artinya TSDU tidak akan mampu diterapkan tanpa kerjasama

yang baik antara dunia usaha, pemerintah dan masyarakat.

7) Non diskriminasi, artinya setiap TSDU yang dilakukan tidak didasari oleh perbedaan karena faktor agama, golongan, keturunan serta budaya tertentu. Persamaan kesempatan bagi semua orang adalah mutlak dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

8) Keberlanjutan, artinya bahwa tanggung jawab sosial dunia usaha dilakukan secara terus menerus.

Komponen utama yang melaksanakan TSDU adalah

seseorang/badan/lembaga yang dikategorikan sebagai dunia usaha berperan sebagai inisiator sekaligus pelaksana. Untuk penerapannya diperlukan keterlibatan komponen masyarakat yang berperan sebagai pendamping, konsultan teknis dan mediasi.

Pendamping, yaitu seseorang/badan/lembaga/institusi teknis yang dapat berperan untuk melaksanakan pendampingan dalam penyelenggaraan TSDU. Pendamping bertugas untuk memfasilitasi dunia usaha untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya, melakukan katalisasi antara dunia usaha dengan pemerintah dan masyarakat, melaksanakan advokasi yang saling menguntungkan ketiga pihak, yaitu pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, serta membantu perintisan, pemantapan dan pengembangan kerjasama antara dunia usaha dengan pihak lainnya.

Konsultan teknis, yaitu seseorang/badan/lembaga/LSM/perguruan tinggi atau instansi atas dasar kompetisi dan keahliannya memiliki kewenangan profesional untuk memberikan konsultasi teknis bagi dunia usaha. Konsultan bertugas menyediakan data dan informasi yang sangat diperlukan bagi dunia

usaha untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya, memberikan saran dan masukan jika diperlukan serta memberikan bantuan teknis, konsultasi dan pemantapan bisnis.

Mediasi, yaitu alat, wadah atau sarana yang digunakan dunia usaha untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Media yang dapat digunakan oleh dunia usaha untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya adalah: dunia usaha secara perseorangan atau kelembagaan dapat melaksanakan sendiri TSDU, melalui yayasan atau organisasi atau LSM atau perangkat pemerintahan daerah/tokoh masyarakat atau agama serta kelembagaan masyarakat lainnya yang tidak bertentangan dengan perundang-undangan, membentuk yayasan atau LSM di lingkungan dunia usaha sendiri serta melalui Pemerintah Pusat/Propinsi/Kabupaten/Kota atau kecamatan dan desa.

Komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan dengan memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal, pasal 15 butir b menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pada pasal 17 juga dinyatakan bahwa penanam modal yang mengusahakan sumberdaya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan. Demikian juga, pasal 34 menyatakan badan usaha atau usaha perseorangan tidak memenuhi kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial akan dikenai sanksi administratif.

Menurut Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas, pasal 74 ayat 1 dinyatakan bahwa perseroaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Pada ayat 3 dinyatakan juga, perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan kententuan peraturan dan perundang-undangan.

Konsep CSR menurut World Bank (Fox et al. 2002) merupakan komitmen sektor swasta untuk mendukung terciptanya pembangunan yang berkelanjutan

(sustainable development). Sisi lain masyarakat mempertanyakan apakah sektor swasta yang berorientasi pada usaha memaksimalkan keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk meredistribusi keuntungannya membangun masyarakat lokal.

Corporate social responsibility (CSR) didefinisikan sebagai internalisasi oleh pengaruh sosial dan lingkungan operasional perusahaan melalui pencegahan polusi secara pro-aktif dan penilaian dampak sosial sehingga kerugian dapat diantisipasi dan dihindari serta keuntungan dapat dioptimalkan. Konsep tersebut merupakan pencapaian manfaat dan kapabilitas target yang harus dibangun untuk persaingan kegunaan sebagai kontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan yang melewati tanggung jawab tradisional untuk pemegang saham, karyawan dan hukum (Warhurst & Paul 2000).

Keterlibatan perusahaan dalam program CSR dilatarbelakangi oleh beberapa kepentingan. Ada tiga motif keterlibatan perusahaan, yaitu motif menjaga keamanan fasilitas produksi, motif mematuhi kesepakatan kontrak kerja, dan motif moral untuk memberikan pelayanan sosial pada masyarakat lokal (Mulyadi 2003). Peta motif perusahaan dalam menjalankan program CSR disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5. Motif perusahaan dalam menjalankan program CSR.

Tipe Motif Penjelasan

Keamanan • CSR dilakukan setelah ada tuntutan masyarakat yang

biasanya diwujudkan melalui demonstrasi.

• CSR tidak dilakukan setelah ditandatangani.

Kecenderungannya CSR dilakukan ketika kebebasan masyarakat sipil semakin besar pasca desentralisasi Memenuhi kewajiban

kontraktual

• Pertanggungjawaban CSR bukan pada pemerintah daerah dan masyarakat lokal tetapi pada pemerintah pusat.

• Propaganda kegiatan CSR melalui media massa

Komitmen moral • Wacana CSR dan propaganda kegiatan CSR melalui

media massa.

Menurut Mulyadi (2003), isu keamanan fasilitas produksi merupakan isu sensitif yang diperhatikan secara serius oleh perusahaan ekstraksi dalam melaksanakan CSR. Sebagian besar perusahaan ekstraksi berada di daerah pedalaman dengan fasilitas produksinya terbentang dalam area yang sangat luas. Secara fisik pengawasan dan pengendalian terhadap infrastruktur produksi tidak mudah dilakukan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan tersebut sangat rentan terhadap konflik dengan masyarakat lokal. Baik konflik fisik maupun konflik laten, yaitu faktor potensial untuk terjadinya kerusakan-kerusakan fasilitas produksi. Konflik yang muncul ke permukaan dapat berupa demonstrasi yang sangat dipertimbangkan oleh perusahaan.