A. Lakukan tugas ini secara individu!
1. Simaklah salah satu acara di televisi yang bersifat wawancara! Ingatlah!
Acara tersebut harus menampilkan penanya dan orang yang di- wawancarai.
2. Sebelumnya, bersepakatlah dengan kelompok masing-masing untuk menentukan hal-hal berikut!
a. Stasiun televisi b. Program acara c. Waktu penyiaran
3. Sambil menyimak acara tersebut, catatlah data berikut ini! a. Nama penanya
b. Narasumber
c. Topik atau tema wawancara
d. Hal-hal penting yang diungkapkan narasumber, misalnya fakta, opini atau pendapat, serta informasi-informasi penjelas lainnya. 4. Ubahlah hal-hal penting tersebut ke dalam beberapa kalimat sederhana.
Kemudian, rangkaikan kalimat tersebut menjadi paragraf atau bacaan yang runtut dan padu!
B. Lakukan tugas ini secara berkelompok!
Diskusikan catatan-catatanmu tersebut dalam kelompok masing-masing. Buatlah paragraf singkat tentang hasil menyimak wawancara, kemudian kumpulkan kepada gurumu!
Ekspresi seni dapat diwujudkan dengan penampilan atraktif atau memikat hati. W.S. Rendra misalnya. Ia layak dijadikan tokoh idola di bidang seni drama dan puisi.
Pahamilah sosok Rendra melalui teks berikut ini!
Menceritakan Tokoh Idola
Kamu akan menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh serta alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai.
Rendra Latar Belakang Keluarga
Rendra bernama asli Raden Mas Willibrordus Surendra Broto, lahir pada 7 November 1935, di Solo, Jawa Tengah.
Rendra adalah sulung dari delapan bersaudara. Tempat tinggal asal di Jalan Baluwarti 44, Solo. Banyak hobinya dapat disalurkan di luar rumah. Akibatnya, Rendra selalu bertentangan dengan ayahnya, Raden Cyprianus Sugeng Brotoatmojo yang menjadi Kepala SD N Kebalen, Solo. Orang tuanya berharap bahwa Rendra rajin membaca buku di rumah.
Rendra merasa bebas menyalurkan hobi dan bakat di rumah temannya, yakni D.S. Mulyanto. Bersama D.S. Mulyanto, ide Rendra selalu segar menghasilkan puisi dan naskah drama.
Latar Belakang Pendidikan
Rendra mengawali pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Ketika di SD, Rendra senang membaca buku-buku cerita dan aktif di kepramukaan. Ketika di SMP, Rendra sangat rajin membaca karya sastra Indonesia dan karya sastra asing berbahasa Inggris, misalnya karya Hemingway, John Steinbeck, Don Passos, dan W. Saroyan. Karena aktif di bidang sastra, Rendra mendapat julukan ”Chairil Anwar” Solo.
Pada tahun 1964, Rendra tinggal di Amerika. Selama dua tahun dia memperdalam sastra di Harvard University. Karena kecerdasannya, dia juga mendapat beasiswa untuk belajar drama di American Academy of Dramatical Arts selama tiga tahun. Akhir tahun 1967 Rendra pulang ke Indonesia untuk mendidik generasi yang akan mewakilinya.
Latar Belakang Pekerjaan
Pada tahun 1952 Rendra menjadi Ketua Seksi Drama Himpunan Budaya Surakarta dan menjadi anggota redaksi majalah Drama. Pada tahun 1972
Rendra menjadi dosen ilmu dramaturgi di Fakultas Sastra Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tidak lama kemudian, dia mengundurkan diri sebagai dosen karena sibuk sebagai seniman.
Tulisannya terus saja bermunculan; puisi, prosa, esai, dan drama. Setelah pulang dari Amerika, Rendra mendirikan Bengkel Teater. Perhatiannya dicurahkan sepenuhnya untuk Bengkel Teater. Oleh karena itu, Bengkel Teater dianggap Rendra sebagai tempat bekerja dan mengembangkan kreativitas. Dengan memimpin Bengkel Teater, menulis naskah drama, Rendra puas menjalani hidup. Dengan honor membaca sajak dan mementaskan drama, Rendra menjadi sumber dana bagi keluarga dan grup teaternya.
Latar Belakang Kesastraan
Rendra, sejak duduk di bangku sekolah dasar, sudah senang membaca puisi-puisi Chairil Anwar. Kesenangan Rendra membaca karya sastra bukan
Gaya Rendra sedang membaca puisi Repro: Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern, Pamusuk Eneste, Djambatan, 1988
karena pengaruh ayahnya yang kebetulan guru bahasa Indonesia. Ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama, Rendra sudah akrab dengan D.S. Mulyanto. Keakraban itu terjadi karena keduanya aktif di lembaran remaja ”Putra Tanah Air” pada koran Tanah Air, Semarang. Rendra, D.S. Mulyanto, dan S. Wakijan mendirikan Taman Pembacaan ”Sumbangsih”.
Pada usia yang masih sangat muda, Rendra sudah berani mementaskan drama yang berjudul ”Kaki Palsu”. Drama itu ditulis dan disutradarai sendiri. Setelah itu, tulisan Rendra yang berbentuk drama, puisi, dan cerkan terus saja bermunculan. Tahun 1953 Rendra dan D.S. Mulyanto memimpin sandiwara radio ”Kumandang Cinta”. Setahun kemudian Rendra melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra Barat, Univer- sitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada saat itu dia semakin akrab dengan sastra Indonesia dan sastra Barat. Pengetahuannya tentang sastra Barat mem- pengaruhi karya-karyanya. Drama-drama yang di- pentaskan sebagian besar adalah terjemahan karya sastra Barat.
Pada tahun 1964 Rendra mendapat beasiswa untuk belajar drama di Amerika Serikat. Dia kecewa dengan sandiwara-sandiwara yang dipentaskan oleh
seniman-seniman Indonesia. Dia menganggap bahwa seniman-seniman itu hanya berperan sebagai robot, sangat kaku, dan tidak alamiah. Dia pikir, sepulang dari Amerika ada perubahan berarti, tetapi Rendra tidak melihat ada perubahan pada sandiwara- sandiwara Indonesia itu. Oleh karena itu, dia me- mutuskan untuk membuat grup sendiri. Grup itu diberi nama Bengkel Teater. Rendra sengaja memberi nama Bengkel Teater karena bengkel itu menyatukan ”onderdil-onderdil” hingga menjadi produk yang jadi. Rendra baru-baru ini mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari UGM.
Karya-Karya Rendra
Rendra adalah seorang pemikir. Orang me- ngenalnya sebagai seorang aktor dan dramawan yang selalu ”kebanjiran” penonton. Dia juga seorang penyair dan pembaca puisi yang selalu dipadati pengunjung. Akan tetapi, dia juga seorang penulis cerpen dan esai yang tidak sebanyak puisi dan dramanya.
. . . .
Sumber:Biografi Tiga Puluh Pengarang Sastra Indonesia Modern. 2002. Atisah dkk., Jakarta, Pusat Bahasa
A. Kerjakan secara individu!
1. Temukan identitas tokoh W.S. Rendra!
Kamu dapat menemukan identitas tokoh melalui penelusuran latar belakang keluarga, pendidikan, pekerjaan, ataupun karya yang telah dihasilkan.
2. Temukan juga keunggulan atau kehebatan tokoh Rendra! B. Lakukan secara berpasangan!
Ajaklah teman sebangkumu untuk saling berbagi cerita tentang sosok Rendra. Gunakan catatan-catatan tentang identitas dan keunggulan tokoh sebagai bahan cerita. Ungkapkan secara lisan dan bergantian!
Jika kamu ingin mengajak temanmu untuk berbagi cerita, tentu kamu akan menggunakan kalimat perintah.
Jenis Kalimat Perintah Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini!
1. Coba, ungkapkan secara lisan! 2. Jangan terlalu panjang ceritamu!
Dua kalimat tersebut merupakan kalimat perintah. Kalimat perintah adalah kalimat yang mengandung intonasi dan makna perintah atau larangan. Kalimat perintah selalu diakhiri tanda seru (!).
Kalimat perintah dibagi menjadi dua macam yaitu perintah positif dan negatif.
1. Kalimat perintah positif yaitu kalimat perintah yang isinya menyuruh orang lain agar melakukan sesuatu.
Perhatikan tiga contoh kalimat perintah positif di depan!
2. Kalimat perintah negatif yaitu kalimat perintah yang isinya menyuruh orang lain agar tidak melakukan sesuatu. Kalimat perintah negatif disebut juga kalimat larangan. Kalimat larangan ditandai penggunaan kata jangan, dilarang, dan tidak boleh.
Contoh:
a. Dilarang merokok di sini!
b. Jangan coba-coba mengonsumsi narkoba!
Kalimat perintah dapat diperhalus dengan kata-kata tolong, coba, ayo,
silakan, dan mari atau marilah. Contoh:
a. Coba, ceritakan secara lisan di depan teman-temanmu! b. Silakan diminum, Pak, Bu!
C. Lakukan secara kelompok!
1. Diskusikan tokoh-tokoh berikut ini! Salah satunya mungkin menjadi idolamu.
2. Setiap anggota kelompok menceritakan secara lisan! 3. Gunakan sedikitnya dua kalimat perintah ketika bercerita!
Moh. Hatta Chairil Anwar
Tokoh idola biasa diwujudkan pada sosok fisik tokoh tertentu, misalnya tokoh seni, tokoh politik, tokoh agama, ataupun tokoh di bidang lain. Akan tetapi, tokoh idola dapat juga berupa tokoh imajinasi dalam cerita. Tokoh ini tokoh rekaan. Apakah kamu memiliki tokoh idola rekaan dalam buku-buku cerita?
Bacalah kutipan cerita berikut ini! Kutipan 1