• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Pelaksanaan

97 Pengaruh Asal Benih dan Penggunaan Pupuk Kandang terhadap

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilakukan di Hutan Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manado di Batu Angus Kota Bitung. Waktu pelaksanaan dimulai bulan November 2013 sampai dengan Agustus 2014.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kaliper, meteran, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain bibit sengon asal Talise dan Jawa, pupuk kandang, dan top soil.

C. Prosedur Penelitian

1. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan adalah:

a. Pembibitan sengon asal Talise dan Jawa dilakukan di persemaian BPK Manado.

b. Bibit yang ditanam di lokasi Hutan Penelitian Batu Angus dipilih yang sudah berkayu dan memiliki tinggi seragam.

c. Perlakuan penanaman dibedakan berdasarkan asal benih dan besaran jumlah pupuk yang digunakan.

d. Penyiapan lubang tanam dilakukan dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm. Sebelum bibit ditanam, setiap lubang tanam diberikan pupuk sesuai taraf perlakuan yang dicobakan.

e. Pemeliharaan tanaman tetap dilakukan untuk meminimalkan resiko kematian bibit, yaitu meliputi pendangiran, pembersihan plot, dan penambahan hidrogel.

f. Pengukuran dilakukan pada umur 9 bulan setelah penanaman. Data yang diambil yaitu persen hidup, tinggi tanaman dan diameter tanaman.

100

2. Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan di plot hutan penelitian TWA Batu Angus adalah rancangan petak terbagi. Pada rancangan ini digunakan 2 faktor, yaitu asal sumber benih yang terdiri dari 2 taraf percobaan (S1, Sengon jawa dan S2, Sengon talise) dan faktor pemupukan yang terdiri dari 4 taraf percobaan (P1: kontrol, P2: pupuk kandang 0,5 kg, P3: pupuk kandang 1kg, P4: pupuk kandang 1,5 kg). Masing–masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Berdasarkan factor perlakuan yang diberikan, terbentuk 24 plot uji dimana setiap plot uji ada 25 bibit yang ditanam dan jumlah bibit yang telah digunakan adalah sebanyak 300 bibit sengon jawa dan 300 bibit sengon talise.

D. Analisis Data

Uji F dilakukan untuk mengetahui perbedaan pemberian perlakuan. Apabila diperoleh perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan atau uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk mengetahui jenis terbaik berdasarkan rankingnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASA N

Pengukuran parameter pertumbuhan sengon dilakukan pada umur 9 bulan setelah penanaman. Data yang diambil meliputi pertambahan tinggi dan diameter serta persen hidup tanaman. Dari data yang diperoleh dilakukan analisis sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil analisis ragam pengaruh asal benih dan pemupukan

Sumber Keragaman Tinggi Kuadrat Tengah Diameter Persen Hidup Petak utama Pupuk Anak Petak Asal Pupuk*Asal 34465,91 * 7740,34 tn 10009,52 tn 6,39 * 1,38 tn 1,40 tn 1646,89 * 150,00 tn 141,11 tn Keterangan: * = berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 5%

tn = tidak berpengaruh nyata

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk kandang memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, diameter dan persen hidup tanaman. Sedangkan perlakuan asal benih dan interaksi antara perlakuan pemupukan dan asal benih tidak memberikan pengaruh nyata. Uji lanjut untuk mengetahui pengaruh pemupukan terbaik ditampilkan pada Tabel 2.

101

Tabel 2. Uji lanjut pengaruh pemupukan

No Pupuk Tinggi (cm) Diameter (mm) Persen Hidup (%) 1. Pupuk kandang 1 kg 89,15 a 1,27 a 36,67 a 2. Pupuk kandang 1,5 kg 83,52 a 1,09 ab 35,33 a 3. Pupuk kandang 0,5 kg 63,56 a 0,85 b 35,33 a 4. Kontrol 7,93 b 0,14 c 2,67 b

Keterangan: Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 95%

1. Asal Sumber Benih

Perbedaan asal benih merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan suatu jenis tanaman. Kombinasi dari kondisi lingkungan dan faktor genetik dapat menghasilkan benih dengan tingkat pertumbuhan tanaman yang berbeda-beda antar asal benih. Perbedaan geografi diantara sumber benih sangat mempengaruhi sifat genetiknya (Zobel dan Talbert, 1984) dan diferensiasi genetik antar populasi (asal sumber benih) dipengaruhi oleh adanya aliran gen melalui penyebaran serbuk sari dan biji (Loveless dan Hamrick, 1984).

Dari analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa faktor asal benih yang dicobakan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap parameter pertumbuhan yang diukur. Variasi pertumbuhan yang tidak nyata antar asal sumber benih mengindikasikan bahwa faktor genetik belum memberikan pengaruh yang signifikan pada tanaman sengon yang diuji. Hal ini diduga disebabkan karena terdapat faktor lain yang lebih dominan dalam memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan sengon, sehingga performa diferensiasi genetik antar populasi (asal sumber benih) tidak dapat berpengaruh secara maksimal. Pengaruh faktor genetik akibat perbedaan penggunaan asal benih yang memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sengon sebelumnya telah disampaikan oleh Rohandi et al., 2014; Hadiyan, 2010; dan Ismail dan Hadiyan, 2008.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa faktor dominan yang menyebabkan tidak munculnya perngaruh asal benih dalam penelitian ini adalah disebabkan oleh kondisi lingkungan yang terlalu ekstrim. Handian (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa 80 famili sengon dari Jawa, Lombok, dan Papua yang ditanam pada kebun benih di Cikampek Jawa Barat dengan kondisi tapak yang subur menunjukkan nilai rata-rata persen hidup yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 82,47 % - 93,38 %. Data tentang kandungan unsur hara tanah dan kondisi lingkungan ditampilkan pada Tabel 3 dan 4 berikut:

102

Tabel 3. Hasil analisis tanah TWA Batu Angus Nomor Sampel % KA pH (H2O) pH (KCl) % C-organik N (%) P (ppm) K (%) 1 2,44 6,55 5,33 4,63 0,27 3,4 0,01 2 2,03 6,57 5,70 1,46 0,14 3,6 0,01 3 2,96 6,33 5,39 4,94 0,14 3,8 0,01

Sumber: Laboratorium Balai Penelitian Palma Sulawesi Utara Tabel 4. Data curah hujan di Hutan Penelitian Batu Angus

No Bulan Curah Hujan

Rata-Rata (mm3) Rata-Rata 1 MARET 3,70 4,23 mm3 2 APRIL 2,94 3 MEI 3,95 4 JUNI 12,33 5 JULI 5,15 6 AGUSTUS 3,45 7 SEPTEMBER 0,37 8 OKTOBER 1,94

Sumber: Data BPK Manado 2014

Selain kondisi tapak penanaman yang miskin akan kandungan unsur hara, suhu dan cuaca yang sangat panas pada lokasi penanaman mengakibatkan performa genetik dari kedua sumber benih terhalang oleh kedua faktor ini.

2. Pemupukan

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Pertumbuhan tanaman akan meningkat apabila nutrisi tanaman terpenuhi. Salah satu nutrisi yang penting bagi tanaman adalah unsur hara. Menurut Sutedjo (1987), tanaman terdiri dari 50 elemen unsur hara, sedangkan yang dibutuhkan tanaman selama masa pertumbuhan dan perkembangannya ada 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial terdiri dari unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, yang termasuk dalam unsur hara makro antara lain: C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S. Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, yang tergolong dalam unsur hara mikro antara lain: Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cl, Ni (Mengel dan Kirkby 2001). Unsur hara makro dan mikro yang tidak

103

lengkap dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta produktivitasnya. Unsur hara dapat diperoleh salah satunya dari pupuk yang diberikan pada tanaman.

Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk organik yang dikenal oleh banyak kalangan. Menurut Suriadikarta et al. (2004) pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi.

Perlakuan pemupukan dalam penelitian ini menunjukkan hasil perbedaan yang nyata terhadap pertambahan tinggi dan diameter serta persen hidup tanaman sengon. Selain memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, penggunaan pupuk organik pada lahan berpasir dapat membantu meningkatkan kelembaban tanah sebab media pasir pada dasarnya memiliki tingkat porositas yang cukup tinggi. Poincelot (1980) menyatakan bahwa pasir merupakan media yang memiliki ukuran partikel 0,05 - 2,0 mm, sehingga kapasitas memegang air yang dimiliki rendah dan mengakibatkan media pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Susanti (2012) menyatakan bahwa kelebihan dari pupuk organik ialah dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.

Berdasarkan analisis ragam yang telah dilakukan,dapat diketahui bahwa penggunaan pupuk memberikan pengaruh sangat nyata dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan hasil pertumbuhan tinggi, diameter dan persen hidupnya. Perlakuan kontrol (tanpa pemupukan) memiliki nilai pertumbuhan paling kecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 7,93 cm (tinggi), 0,14 cm (diameter) dan 2,67 % (persen hidup). Perlakuan pemupukan dengan 3 (tiga) dosis level yang digunakan secara umum tidak menunjukkan adanya perbedaan tinggi dan persen hidup, namun memberikan pengaruh yang berbeda pada pertambahan diameter (Tabel 2). Kecenderungan dosis pupuk yang paling optimal adalah pupuk kandang dengan dosis 1 kg. Perlakuan ini menghasilkan pertumbuhan tanaman sengon sebesar 89,15 cm (tinggi), 1,27 cm (diameter) dan 36,67 % (persen hidup).

104

IV. KESIMPULA N DAN SARAN A. Kesimpulan

Penanaman sengon pada lahan kritis membutuhkan perlakuan ekstra untuk mendukung pertumbuhannya. Perlakuan pemupukan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan sengon pada lahan kritis berpasir. Dosis pupuk kandang optimal yang dapat digunakan pada lahan berpasir adalah 1 kg setiap lubang tanam.

B. Saran

Pemberian perlakuan pemupukan perlu dilakukan secara kontinyu dan konsisten, terutama untuk penanaman di lahan miskin hara. Selain itu pemeliharaan dan pengukuran juga diperlukan untuk memperoleh data pertumbuhan yang terbaik pada setiap jenis tanaman.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan untuk Tim Penelitian Hutan Tanaman Jenis Unggulan Sulawesi Utara yang telah semaksimal mungkin membantu kegiatan di lapangan hingga selesainya tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hadiyan, Y. (2010). Evaluasi pertumbuhan awal kebun benih semai uji keturunan sengon (Falcataria moluccana sinonim: Paraserianthes falcataria umur 4 bulan di Cikampek Jawa Barat. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 7(2), 85-91.

Hidayat, J. (2002). Informasi singkat benih. Indonesian Forest Seed Project. Bandung.

Ismail, B. dan Hadiyan, H. (2008). Evaluasi awal uji keturunan sengon (Falcataria moluccana) umur 8 bulan di Kabupaten Kediri Jawa Timur. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 2(3), 1-7.

Loveless, M. D. and Hamrick.J. L. (1984). Ecological determinant genetic structure in plant population. Ann.Rev.Ecol.Syst, 15, 65-95

Mengel K., and Kirkby E. A. (2001). Principles of Plant Nutritions. Netherlands: Kluwer Academic.

Poincelot, R. P. (1980). Horticulture; Principle and Practical Application. Englewood Clifts, Prentice-Hall, Inc. 652 pp.

Prihmantoro, H. (1991). Budidaya Albizia. Jakarta Info Agribisnis. Majalah Trubus, Edisi Juni, 34-36.

105

Rohandi, A., Gunawan, dan Pieter, L. A. G. (2014). Variasi mutu fisiologis benih dan pertumbuhan bibit sengon dari beberapa provenan asal Papua. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 11(1), 11-20.

Suriadikarta, D. A., Setyorini, D. dan Hartatik, W. (2004). Uji Mutu dan Efektivitas Pupuk Alternatif Anorganik Balai Penelitian Tanah. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah danAgroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian Susanti, S. (2012). Aplikasi pupuk daun organik untuk meningkatkan

pertumbuhan bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Skripsi (Tidak dipublikasikan). Bogor: IPB.

Sutedjo M. M. (1987). Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta(ID): Rineka Cipta.

Zobel, B. J. dan Talbert, J. (1984). Applied Forest Tree Improvement. New York: John Wiley and Sons, Inc.

105

PRESENTASI