• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KETENTUAN HUKUM YANG

B. Tinjauan Umum Mengenai Lembaga Jaminan Kredit

Jaminan umum lahir dan bersumber karena Undang-Undang, adanya ditentukan dan ditunjuk oleh Undang-Undang tanpa ada perjanjian dari para pihak. (Kreditur dan debitur). Perwujudan jaminan umum yang bersumber dari Undang-Undang berdasar pada pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa

92Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2002) h. 68.

segala kebendaan si berutang (debitur) baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatannya. Menurut pasal ini berarti semua kekayaan yang dimiliki seseorang secara otomatis menjadi jaminan manakala orang tersebut membuat perjanjian hutang atau perjanjian lainnya dengan orang lain meskipun kekayaan orang tersebut tidak diserahkan atau dinyatakan secara tegas sebagai jaminan. Semua harta kekayaan debitur menurut hukum otomatis (karena undang-undang) menjadi jaminan atas hutangnya kepada semua kreditur, dalam hukum Jerman dinamakan haftung. Jadi demi kepentingan kreditur-kreditur undang-undang memberikan jaminan dengan semua harta kekayaan debitur.

Seseorang mempunyai utang sedangkan debitur tidak mampu melunasi utang tersebut maka semua kekayaan yang dimiliki menjadi jaminan sehingga dapat disita untuk dilelang dan hasil pelelangan itu dapat diambil suatu jumlah tertentu untuk membayar utangnya kepada kreditur. Harta kekayaan seseorang tersebut menjadi jaminan bersama-sama dan memberikan hak yang sama bagi semua kreditur (konkuren) sehingga pendapatan hasil lelang atau penjualan atas harta kekayaan debitur dibagi menurut keseimbangan (proporsional) yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para kreditur ada alasan untuk didahulukan, misalnya sebagai pemegang hipotek atau hak tanggungan.

Jaminan pada umumnya timbul dari undang-undang yang bersumber pada pasal 1131 KUHPerdata tersebut objeknya adalah semua harta kekayaan atau benda-benda yang dimiliki debitur seluruhnya baik ada sekarang maupun yang

akan ada dikemudian hari. Tanpa ada perjanjian yang diadakan antara kreditur dan debitur yang memberikan jaminan khusus kepada kreditur, maka kedudukan kreditur adalah sebagai kreditur konkuren yang semuanya bersama-sama memperoleh jaminan umum yang diberikan oleh undang-undang pasal 1131 KUHPerdata. 93

2. Pengertian Jaminan Kredit

Kata“jaminan” dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai pada pasal 1131 KUH Perdata dan penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan, namun dalam kedua peraturan tersebut tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan jaminan. Meskipun demikian dari kedua ketentuan yang diatas dapat diketahui, bahwa jaminan erat hubungannya dengan masalah utang. Biasanya dalam perjanjian pinjam meminjam uang, pihak kreditur meminta kepada debitur agar menyediakan jaminan berupa sejumlah harta kekayaannya untuk kepentingan pelunasan utang, apabila setelah jangka waktu yang diperjanjikan ternyata debitur tidak melunasinya.

Sesuai dengan tujuan, barang jaminan bukan untuk dimiliki kreditur karena perjanjian utang piutang bukan perjanjian jual beli yang mengakibatkan perpisahan hak milik atas barang. Barang jaminan dipergunakan untuk melunasi utang, dengan cara yang ditetapkan oleh peraturan yang berlaku, yaitu barang dijual secara lelang. Hasilnya digunakan untuk melunasi utang debitur, dan apabila masih ada sisanya dikembalikan kepada debitur.

93Sutarno, Op.Cit, h.146.

Barang jaminan pada prinsipnya harus dimiliki debitur, tetapi undang-undang juga memperbolehkan barang milik pihak ketiga digunakan sebagai jaminan asalkan pihak yang bersangkutan merelakan barangnya dipergunakan sebagai jaminan utang debitur. 94

Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jaminan adalah suatu perjanjian antara kreditur dengan debitur, dimana debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk kepentingan pelunasan utang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utang debitur.

3. Kegunaan Jaminan Kredit

Kegunaan jaminan kredit dalam dunia perbankan sangat besar. Kewajiban untuk menyerahkan jaminan utang oleh pihak peminjam dalam rangka pinjaman uang sangat terkait dengan kesepakatan diantara pihak-pihak yang melakukan pinjam meminjam uang. Pada umumnya pihak pemberi pinjaman mensyaratkan adanya jaminan hutang sebelum memberikan pinjaman uang pada pihakpeminjam. Sementara itu, keharusan penyerahan jaminan utang tersebut sering pula diatur dan diisyaratkan oleh peraturan intern pihak pemberi pinjaman dan atau oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kegunaan jaminan secara yuridis adalah kepastian hukum pelunasan hutang di dalam perjanjian hutang piutang atau kepastian realisasi suatu prestasi dalam suatu perjanjian. Dengan mengadakan perjanjian-perjanjian melalui

94Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta: Rineka Cipta,2009), h. 196.

lembaga jaminan yang dikenal dalam hukum Indonesia. Kegunaan jaminan dalam pemberian kredit menurut Thomas Suyatno adalah:

a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang jaminan (agunan) tersebut, bilamana nasabah melakukan cidera janji yaitu tidak membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

b. Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk membiayai usaha atau proyeknya sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya.

c. Memberi dorongan kepada debitur (tertagih) untuk memenuhi perjanjian kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali (pelunasan) sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.95

4. Jenis-Jenis Jaminan Kredit

Jaminan atas pemberian kredit dapat dibedakan atas:

a. Jaminan Perorangan (Personal Guarantee/borgtocht) adalah suatu perjanjian penanggungan utang dimana pihak ketiga mengikatkan diri untuk memenuhi kewajiban nasabah dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank/ wanprestasi.

b. Jaminan Perusahaan (Corporate Guarantee) adalah suatu perjanjian penanggungan utang yang diberikan oleh perusahaan lain untuk memenuhi kewajiban nasabah dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank atau wanprestasi.

95Thomas Suyatno, Dasar-dasar Pengkreditan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010),h.110.

c. Jaminan Kebendaan adalah penyerahan hak oleh nasabah atau pihak ketiga atas barang-barang miliknya kepada bank guna dijadikan jaminan atas kredit yang diperoleh nasabah.96

5. Perjanjian Jaminan Sebagai Perjanjian Accesoir

Mengenai penanggungan (borgtocht) bahwa tujuan dan isi penanggungan telah memberikan jaminan untuk dipenuhinya perutangan dalam perjanjian pokok.

Adanya penanggungan itu dikaitkan dengan perjanjian pokok, mengabdi pada perjanjian pokok. Maka dapat disimpulkan bahwa perjanjian penanggungan itu bersifat accesoir.

Mengenai sifat accesoir dari penanggungan, dari beberapa ketentuan undang-undang dapat disimpulkan bahwa penanggungan adalah bersifat accesoir, dalam arti senantiasa dikaitkan dengan perjanjian pokok antara lain:

a. Tidak ada penanggungan tanpa adanya perutangan pokok yang sah.

b. Besarnya penanggungan tidak akan melebihi besarnya perutangan pokok.

c. Penanggung berhak mengajukan tangkisan-tangkisan yang bersangkutan dengan perutangan pokok.

d. Beban pembuktian yang tertuju pada si berutang dalam batas-batas tertentu mengikat juga si penanggung.

e. Penanggungan pada umumnya akan hapusnya perutangan pokok.

Dalam kedudukannya sebagai perjanjian yang bersifat accesoir, maka perjanjian penanggungan, seperti halnya perjanjian-perjanjian accesoir yang lain, akan memperoleh akibat-akibat hukum tertentu:

1. Adanya perjanjian penanggungan tergantung pada perjanjian pokok.

2. Jika perjanjian pokok itu batal maka perjanjian penanggungan ikut batal.

3. Jika perjanjian pokok itu dihapus, perjanjian penanggungan itu dihapus.

96Veithzal Rivai, Credit Management HandBook: Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 439.

4. Dengan diperalihkannya piutang pada perjanjian pokok, maka semua perjanjian-perjanjian accesoir yang melekat pada piutang tersebut akan ikut beralih.

Pengecualian atas sifat accesoir yaitu orang dapat mengadakan perjanjian penanggungan dan akan tetap sah sekalipun perjanjian pokoknya dibatalkan, jika pembatalan tersebut sebagai akibat dari eksepsi yang hanya menyangkut diri pribadi debitur, misalnya, perjanjian yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa dimintakan pembatalan sedangkan perjanjian penanggungannya tetap sah.97

6. Perjanjian Jaminan Kebendaan Dalam KUH Perdata

Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak (absolut) atau suatu benda tertentu yang menjadi objek jaminan suatu hutang, yang suatu waktu dapat diluangkan bagi pelunasan hutang debitur apabila debitur ingkar janji. Kekayaan tersebut merupakan kekayaan debitur sendiri atau kekayaan orang ketiga, penyendirian atas benda objek jaminan dalam perjanjian jaminan kebendaan adalah untuk kepentingan dan keuntungan kreditur tertentu yang telah memintanya, sehingga memberikan hak atau kedudukan istimewa kepada kreditur tersebut. Kreditur tersebut mempunyai kedudukan sebagai kreditur preferen yang didahulukan dari kreditur lain dalam pengambilan pelunasan piutangnya dari benda objek jaminan, bahwa dalam kepailitan debitur ia mempunyai kedudukan sebagai kreditur separatis. Jaminan kebendaan dengan mempunyai berbagai kelebihan, yaitu sifat-sifat yang dimilikinya, antara lain sifat absolut dimana setiap

97Sri Soedewi, Hukum Jaminan di Indonesia: Pokok-pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, (Yogyakarta: Liberty, 1980), h. 82.

orang harus menghormati hak tersebut, memiliki droitde preference, droitde suit, serta asas-asas yang terkandung padanya, seperti asas spesialitas dan publisitas telah memberikan kedudukan dan hak istimewa bagi pemegang hak tersebut/kreditur, sehingga dalam praktik lebih disukai pihak kreditur daripada jaminan perorangan.

Jaminan kebendaan adalah jaminan berupa harta kekayaan, baik benda maupun hak kebendaan, yang diberikan dengan cara pemisahan bagian dari harta kekayaan, baik dari si debitur maupun pihak ketiga, guna menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur, apabila debitur yang bersangkutan cidera janji (wanprestasi). Menurut sifatnya, jaminan kebendaan ini terbagi 2 (dua), yaitu :

a. Jaminan dengan benda berwujud (materiel); dan b. Jaminan dengan benda tidak berwujud (inmateriel).

Benda berwujud, dapat berupa benda/barang bergerak dan atau benda/barang tidak bergerak. Sedangkan benda/barang tidak berwujud yang lazim diterima oleh bank sebagai jaminan kredit adalah berupa hak tagih debitur terhadap pihak ketiga.

Barang bergerak yang lazim diterima sebagai jaminan kredit oleh bank dapat berupa kendaraan bermotor, logam mulia, stok barang, dan sebagai yang dapat dinilai , baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Barang tidak bergerak yang lazim diterima sebagai jaminan kredit oleh bank dapat berupa tanah, bangunan, kapal berukuran 20 m3 (dua puluh meter kubik) keatas dan lain-lain termasuk mesin-mesin pabrik yang melekat dengan tanah. Pembagian barang

bergerak dan tidak bergerak tersebut diatas diatur dalam ketentuan pasal 506 sampai dengan pasal 518 KUHPerdata.98

C. Pengaturan Hukum Penjualan Objek Jaminan Kredit Melalui Di Bawah