• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3 CERPEN MARTIN ALEIDA A. Unsur Intrinsik Cerpen

1. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang saling terikat dan tidak dapat dilepaskan. Tokoh merupakan individu rekaan yang kemudian mengemban suatu watak. Tokoh dan penokohan amat penting dalam sebuah karya sastra, karena tidak mungkin suatu karya dapat tercipta tanpa adanya tokoh dan penokohan.

a. Suara

Marwah Juwita

Marwah Juwita adalah seorang perempuan cantik yang mempunyai suara sangat bagus dan kemauan keras. Juwita menjadi biduan tenar pada masanya. Namun akhirnya, Juwita harus menyerah pada takdirnya sebagai istri. Juwita harus patuh kepada suami, dan menghentikan karirnya. Walaupun pada akhirnya ia kembali kepada pendirian dan suara hatinya dan memutuskan berpisah dengan suaminya.

“Bayangkanlah, bagaimana keras kemauannya mengikuti suara-suara yang muncul dari jiwanya, sehingga dia juga pernah mengutarakan niatnya untuk bergabung dengan kelompok paduan suara di gereja satu-satunya yang terdapat di kota kami.”1

“Sampai datanglah pria, seorang dokter, yang sangat dia kasihi, yang namun sayangnya telah membuat pernikahan mereka menjadi anak tangga terakhir bagi karirnya.”2

1

Martin Aleida, Dendam Perempuan, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin, 2006), h. 29

2

Ibid, h. 32

“Dari dia sendiri jugalah kuketahui bahwa perkawinannya dengan dokter itu akhirnya kalah juga menghadapi suara- suara yang terus berdesakan dari dalam relung jiwanya.”3

Pinora

Pinora merupakan seorang penulis beruntung. Ia beruntung karena dapat menulis hingga usinya yang sudah senja. Pinora merupakan teman Juwita. Ia merupakan orang yang menghargai dan mendukung Juwita diwaktu Juwita membutuhkan pengakuan dari orang lain dan para seniman.

“Dan matanya berseri-seri menahan kebahagiaan ketika kukatakan bahwa aku akan mencarikan teman yang bersedia mencarikan sponsor untuk memamerkan sketsa- sketsanya itu di satu galeri kecil.”4

Bang Ote

Bang Ote merupakan pemilik perahu di kali Ciliwung, tepatnya kurang lebih seratus meter di sebelah timur dari kafe seberang Gedung Kesenian.. Ia yang membantu orang-orang untuk menyeberang di kali itu.

“Apakah bang Ote menyeberangkan Mama tadi?” tanyaku kepada pemilik perahu. “Ya. Dua kali dia menyeberang. Seperti orang kebingungan. Membawa segulung kertas. Waktu disapa, dia tak menjawab.”5

b. Aku Sepercik Air

Munah

Munah merupakan seorang istri sekaligus ibu. Ia juga merupakan perempuan yang peduli terhadap lingkungan.selain itu, ia merupakan istri yang patuh terhadap suaminya. Ia pun ikut suaminya untuk merantau ke Jakarta. Di tengah kesetiaan dan kepatuhan yang ia berikan kepada suaminya, ia juga diberikan penghianatan oleh suaminya. Munah sangat sayang pada dua 3 Ibid, h. 35 4 Ibid, h. 38 5 Ibid, h. 40

anaknya. Ia ingin diceraikan secara baik dan diberikan uang untuk pulang ke kampung bersama anak-anaknya. Untuk membalas dendamnya, ia pun memberanikan diri menemui suaminya dan membalas penghianatan yang diterimanya.

“Andainya penduduk kota yang berbilang ribuan itu saban pagi menjemput segenggam pasir gosong dan menimbunkannya ke tepian, kupikir mata pencaharian mereka yang sama sekali tergantung pada sungai itu tentulah akan tertolong. Asahan tertolong.”6

“Aku hanya seorang perempuan, seorang istri, dan sudah menjadi adat kebiasaan di daerah kami bahwa seorang istri haruslah mengalahkan pikiran-pikirannya dan tunduk pada suami.”7

“Aku merasa diriku diperlakukan sewenang-wenang. Aku harus melawan. Melawan untuk menghancurkan si pendosa.”8

“Mengapa ayah begitu sampai hati. Memperlakukan ibu sehina ini, madu kesetiaan dari ibu kau balas dengan tuba kesewenang-wenangan.”9

Nizam

Nizam adalah suami dari Munah. Saat usahanya jatuh, ia melakukan hubungan dengan perempuan lain. Ia merupakan seseorang lelaki yang tidak bertanggung jawab pada istri dan anak- anaknya. Ia tinggal bersama perempuan barunya dan mempunyai usaha menyewakan rumah di satu daerah gelap.

“Tetapi, dalam kejatuhannya itu suamiku bukannya lebih berastu dengan aku dan anak-anak kami. Penyakit lamnya kambuh kembali, penyakit laki-laki yang diperbudak birahi. Dia melakukan hubungan dengan perempuan lain.”10

Fadilla

Fadilla adalah anak pertama dari Munah dan Nizam. Fadilla sudah menikah dan mempunyai satu anak. Namun sayang, istrinya

6

Martin Aleida, Leontin Dewangga, h. 98 7 Ibid, h. 99 8 Ibid, h. 102 9 Ibid, h. 106 10 Ibid, h. 100

meninggalkannya karena menganggap Fadilla tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Ia adalah anak laki-laki yang bertanggung jawab, ia mencari nafkah untuk ibu dan adiknya.

“Aku bangga juga punya anak laki-laki yang sudah sanggup mengambil alih kewajiban orangtuanya yang tak bertanggung jawab.”11 “Kau temukan kesetiaan pada ibu, tapi kau lemparkan. Sedangkan aku, seorang suami yang menunjukkan kesetiaan yang diturunkan ibu padaku, ditinggalkan istriku.”12

Lailan Hanum

Lailan Hanum adalah anak kedua dari Munah dan Nizam. Lailan merupakan gadis yang lugu dan cantik. Hatinya mudah sekali tersentuh.

“Lailan.” “Lama aku menunggu sampai dia menatapku. Matanya yang bundar dan jernih dengan bulu yang lentik dilindungi alis yang tebal memayung. Hidungnya menjulur landai dari dahinya yang lebar. Mancung, ditayang bibir yang tipis. Dadanya penuh”13

c. Malam Kelabu

Kamalludin Armada

Armada adalah seorang pelaut yang berasal yang berasal dari kota kecil di Asahan. Ia merupakan laki-laki yang suka berterus terang, jujur, penuh semangat, dan keras hati. Ia meninggalkan keluarganya untuk tujuan kebebasan. Lingkungan keluarga yang feudal dan fanatik mendorong dia untuk memilih jalan itu. Armada juga merupakan laki-laki yang tanggung jawab, ia berniat melamar kekasihnya, Partini. Namun kenyataan hidup membuatnya putus asa.

“Yah. Orang-orang Sumatera suka terus terang. Saya senang dengan sikap itu.”14 ”Saya juga berterimakasih atas 11 Ibid, h. 103 12 Ibid, h. 107 13 Ibid, h. 109 14

penghargaan dan tanggung jawab kepemudaan yang saudara tunjukkan kepada gadis yang berasal dari sini.”15

”Selang beberapa saat, Kamalludin Armada menyelipkan tangan ke balik bajunya. Tiba-tiba dia mencabut sembilah pisau dari pinggang. Menikam lengan kiri, membuat luka panjang memotong urat nadi di pergelangan tangannya.”16

Partini Mulyoharjo

Partini adalah anak dari Mulyoraharjo, pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Solo, karena rasa sayangnya dan cemas dengan keadaan keluarga, ia memutuskan untuk memutuskan sekolahnya di Jakarta dan kembali ke kampung halaman. Ia merupakan gadis yang manis, jujur, dan suka berterus terang.

“Tiga bulan setelah G-30S, karena dua alasan, dia terpaksa meninggalkan bangku sekolah dan pulang kemari. Pertama, dia merasa khawatir akan keadaan keluarganya.”17 “Dia gadis dari daerah ini. Tapi, dia juga berterus terang. Dia ceritakan seluruh keadaan keluarganya. Terutama dia ceritakan tentang ayahnya. Ayahnya yang adalah seorang komunis.”18 ”Aku yang bagaikan debu terplanting ke jalan mendapat tempat di hatinya. Dia yang mulia, manis, dan suka berterus terang.”19

Carik dari Kelurahan Laban

Carik merupakan seorang yang pedendam. Ia merupakan salah satu orang yang di serobot tanahnya oleh BTI. Carik menganggap Mulyoraharjo adalah musuhnya. Namun, carik masih mempunyai rasa peduli yang baik.

“Dia dicintai oleh orang-orang yang dia pimpin. Tapi, dia juga musuh bebuyutan dari rakyat banyak. Dia juga

musuhku. Musuhku…. Di pengadilan dia membela BTI

yang menyerobot tanahku.”20

15 Ibid, h. 34-35 16 Ibid, h. 41 17 Ibid, h. 30 18 Ibid, h. 29 19 Ibid, h. 31 20 Ibid, h. 28

2. Tema

Tema merupakan gagasan dasar. Tema juga menjadi salah satu unsur intrinsik yang menopang sebuah karya sastra. tema biasanya berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan. Hampir sebagian cerpen yang ditulis oleh Martin aleida bertema kepedihan dan dendam saat peristiwa G30S/PKI, selain itu kisah tentang perempuan juga sering ditemukan dalam cerpennya.

a. Suara

Tema dari cerpen Suara ialah tentang biduan yang terlupakan. Marwah Juwita adalah biduan tenar pada akhir tahun 1950-an. Namun malang, ia tidak lagi dikenal oleh seniman muda dan orang banyak.

“Pinora, aku ingat betul kata-kata orang bijak yang sering kau ulang-ulang, tentang betapa mudahnya bangsa ini melupakan. Ratusan, ribuan, mungkin jutaan orang mati dengan kekerasan dalam banyak peristiwa berdarah. Dan orang dengan begitu mudah melupakannya. Apalah aku. Hanya seorang biduan…”21

b. Aku Sepercik Air

Tema dari cerpen Aku Sepercik Air ialah tentang pembalasan seorang istri. Kesetiaan dan kepatuhan seorang istri yang dibalas penghianatan, membuat seorang istri akhirnya merasakan neraka dunia. Munah memberikan pembalasan atas penghianatan yang diberikan oleh suaminya.

“Luka hatiku tak terobati oleh darahmu Nizam!” kulemparkan kapakku ke sampingnya.22

21

Martin Aleida, Dendam Perempuan, h. 40 22

c. Malam Kelabu

Tema dari cerpen Malam Kelabu ialah kisah cinta seorang laki- laki dengan gadis yang menjadi korban G30S/PKI. Partini dan Armada berencana untuk menikah. Armada pun datang ke desa Partini untuk segera melamarnya. Namun sayang, Partini yang merupakan anak dan keponakan dari dua orang lelaki yang bergabung dalam PKI ikut terbunuh oleh dendam orang banyak.

“Partini, ibu, dan adik-adiknya jadi korban. Karena di rumah mereka bersembunyi paman mereka, seorang komunis. Seperti juga di daerah-daerah lain, keluarga komunis itu ikut hilang. Tak peduli Ibu Mulyo yang buta huruf. Tak mau tahu dengan partini dan adik-adiknya yang buta politik. Politik tak punya mata. Mereka ikut hilang di tepi Bengawan.”23

Dokumen terkait