• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOKSIN DAN TOKSOID

Dalam dokumen Bahan ajar kognosi-COMPILATION (Halaman 139-143)

PRODUK BIOLOGIK

III. TOKSIN DAN TOKSOID

Produk buangan dari bakteri yang dianggap beracun untuk tubuh binatang. Seperti antigen, toksin mampu memacu sel-sel tertentu dari tubuh untuk menghasilkan antibodi yang disebut antitoksin. Toksin dibagi menjadi dua yaitu eksotoksin adalah toksin yang dikeluarkan dari sel bakteri yang menghasilkannya dan terlarut dalam media disekelilingnya, endotoksin adalah toksin yang ada dalam tubuh bakteri. Toksoida adalah toksin yang telah dihilangkan sifat racunnya tapi masih memiliki sifat antigenik.

Toksin Difteri Diagnostika adalah sediaan steril dari produk beracun yang dibekukan dan diencerkan dari pertumbuhan basil Corynebacterium diptheriae.

Digunakan dalam penentuan terhadap seseorang yang dicurigai terkena difteri. Setelah toksin diberikan intrakutan reaksi kulit yang dilihat dapat menunjukkan apakah antitoksin cukup terdapat dalam aliran darah penderita, schict tes yang positif menunjukkan kecurigaan terhadap adanya penyakit tersebut. Dosis 0,1 ml secara intradermal. Penyimpanan pada suhu 2-8 ˚C, kadarluarsa tidak lebih dari 1 tahun setelah tanggal pembuatan.

Toksoida Difteri adalah larutan steril dari produk pertumbuhan basil diptheri Cyanobacterium diptheriae yang telah dikeringkan dengan formaldehid, mengandung tidak > dari 0,02% formaldehid bebas. Sifat racun dari toksoida ini harus cukup rendah sehingga 5 x dosis yang digunakan untuk membuat kebal manusia tidak menimbulkan gejala keracunan toksin difteri secara lokal maupun umum dalam waktu 30 hari, bila

Dosis injeksi secara subcutan atau intramuscular 3 x @ 0,5-1 ml dengan jarak 4-6 minggu dan dosis penguat 0,5 atau 1 ml 6-12 bulan kemudian.

Toksoida Difteri Serap merupakan suspensi steril dari toksoida dipteri yang diendapkan atau diadsopsi dengan penambahan Al Hidroksida atau Al Fosfat pada larutan produk yang telah dikeringkan dengan formaldehid. Karena toksoida ini diadsopsi lebih lambat maka untuk pembuatan kebal secara sempurna dibutuhkan 3 kali suntikan, dua kali suntikan intramuscular @ 0,5 atau 1 ml dengan jarak waktu 4 sampai 6 minggu, dosis ke 3 penguat diberikan 6 – 12 bulan kemudian.

Toksoida Tetanus merupakan larutan steril dari produk basil tetanus, Clostribium tetani yang telah dikeringkan dengan formaldehid. Dosis pemakaian 3 kali suntikan 0,5 ml subcutan jarak waktu 3 – 4 minggu diikuti 0,5 ml satu tahun kemudian, setelah setiap 10 tahun sekali.

Tosoida Tetanus jerap merupakan larutan steril dari toksoida tetanus yang diendapkan atau diabsopsi dengan penambahan Al fosfat atau Al hidroksida ke dalam larutan produk. Pemakaian 2 kali suntikan secara intramuscular dengan jarak waktu 4 – 6 minggu diikuti 0,5 ml setahun kemudian, setelah itu setiap 10 tahun sekali.

Toksoida dipteri dan tetanus adalah suspensi steril yang dibuat dengan mencampur sejumlah toksoida difteri dan tetanus yang sesuai. Pemakaian 3x suntikan im atau sc 1 ml jarak waktu 4-6 minggu, suntikan ke 4 dosis penguat 6-12 bulan kemudian.

Toksoida difteri dan tetanus serap merupakan suspensi steril yang dibuat dengan mencampur sejumlah toksoida difteri dan tetanus serap yang masing-masing telah diendapkan atau diadsopsi dengan penambahan Al, Al hidroksida atau Al fosfat.

Pemakaian untuk anak dibawah umur 6 tahun 2x suntikan im 0,5 ml jarak waktu 4- 6 minggu, dosis penguat 0,5 ml 12 bulan kemudian.

Toksoida tetanus ,difteri dan vaksin pertusis adalah suspensi steril basil Bordetella pertusis yang dimatikan dalam campuran toksoida difteri dan tetanus. Pemakain 3x suntikan im atau sc 1 ml jarak waktu 4-6 minggu, suntikan penguat 6-12 bulan kemudian. IV. ANTITOKSIN

Dibuat dari darah binatang biasanya kuda yang telah dibuat kebal dengan suntikan berulang-ulang dari eksotoksin bakteri yang spesifik. Toksin dengan dosis yang dinaikkan secara teratur, memacu pembentukan antitoksin dalam aliran darah dari binatang yang disuntikan. Setelah percobaan untuk menetukan titer dari antitoksin dalam serum darah dilakukan, binatang diambil darah dibiarkan supaya membeku, cairan diatasnya dipisahkan untuk diproses.

Untuk menghindari kasus – kasus kepekaan terhadap protein serum kuda ada 2 macam metode untuk memproses serum tersebut, tergantung pabriknya menggunakan metode yang mana. Metode I : diendapkan dengan menggunakan macam – macam kadar dari ammonium sulfat. Mula – mula euglobulin dan febrinogen digaramkan, kemudian fraksi pseudoglobin yang mengandung antitoksin. Fraksi terakhir dilarutkan kembali, didialisis dan disaring. Metode II : menggunakan larutan Pepsin untuk mencernakan plasma sehingga 80 % protein terpisahkan. Bahan yang tercerna ini kemudian direaksikan dengan larutan Ammonium Sulfat, dilarutkan kembali, didialisis dan disaring. Dengan metode ini 20 % dari antitoksin ikut hilang.

Antitoksin diptheri merupakan bahan pembangkit kekebalan pasif terhadap difteri, berupa larutan steril dari protein yang dimurnikan dan dipekatkan terutama globulin, mengandung zat antitoksin yang diperoleh dari serum darah atau plasma darah binatang sehat. Umumnya kuda yang telah dibuat kebal terhadap toksin difteri. Sediaan ini mempunyai potensi tidak kurang dari 500 satuan antitoksin per ml.

Antitoksin Botulisme berupa larutan steril dari protein yang dimurnikan dan dipekatkan terutama globulin mengandung zat antitoksin yang diperoleh dari serum darah atau plasma darah kuda yang telah dibuat kebal terhadap toksin Clostridium botulinum tipe A dan B/E. Antitoksin ini digunakan dalam penanggulangan segala kasus keracunan yang disebabkan botulisme.

Antitoksin Tetanus merupakan larutan steril dari protein yang dimurnikan dan dipekatkan terutama globulin mengandung zat antitoksin yang diperoleh dari serum darah atau plasma darah kuda yang telah dibuat kebal terhadap toksin atau toksoid tetanus. Digunakan untuk pengobatan dan profilaksis dari tetanus jika seseorang dinyatakan tidak memiliki kekebalan pada tetanus. Dosis profilaksis 1500-5000 unit.

BAB XIV

ALLERGEN

Tujuan Instruksional Umum :

Setelah membaca dan mendiskusikan topik ini dikelas selama 40 menit, Mahasiswa dapat menjelaskan tentang alergen secara umum (C2)

Tujuan Instruksional Khusus :

PENGERTIAN

Tahun 1906 Von Pirquet pertamakali mendefinisikan istilah alergi dalam mengambarkan pergantian atau perubahan reaksi dalam badan

Bila seseorang memberikan tanggapan luar biasa terhadap suatu zat atau keadaan yang tidak diberikan orang lain, orang tersebut dinamakan menderita alergi. Allergen adalah zat-zat antigenik yang mampu membuat badan menjadi peka sedemikian rupa sehingga terhadap orang yang sangat peka terjadi tanggapan-tanggapan yang luar biasa.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan alergi antara lain zat yang berasal dari hayati, zat kimia, zat sintetik, emosi, atmosfer, spikosomatik dan tipe infeksi yang kronik. Alergen yang dapat menimbulkan gejala-gejala pada penderita harus bersifat antigenik, artinya harus mampu menimbulkan tanggapan antibodi.

Contoh pada orang yang peka terhadap pecahan serbuk sari Ragweed (rumput- rumputan). Pecahan serbuk sari yang antigenik masuk ke dalam badan orang yang peka, membuat badan menghasilkan molekul protein khusus (antibodi), sebagian beredar dalam aliran darah (sirculation antibody), sebagian lagi menyerang sel-sel dari selaput lendir hidung (fixed antibody).

Antibodi istimewa ini mempunyai afinitas terhadap komponen kimiawi serbuk sari ragweed dan serbuk sari sejenis dari suku ragweed, tetapi tidak dapat bereaksi dengan molekul serbuk sari yang tidak sekerabat, dalam makanan atau dalam zat antigenik yang lain. Jadi antibodi dianggap sebagai suatu yang spesifik dan karena zat alergenik ini menghasilkan antibodi spesifik, maka setiap tipe alergi pada dasarnya berbeda dengan tipe yang lain.

Badan terkena allergen(antigen) rekasi pertama adalah paparan primer (primary exposure) tidak ada gejala alergi. Paparan berikutnya allergen akan kontak dengan fixed antibody terjadi reaksi antigen antibodi sehingga timbul gejala alergi.

Faktor yang membuat seseorang menjadi peka terhadap alergi antara lain keturunan, tidak berfungsinya kelenjar buntu, bertambahnya sifat mudah terangsang dari

susunan saraf simpatik dan parasimpatik, penyerapan racun metabolik dan zat-zat katabolik, tidak berfungsinya hati, dan pengaruh kejiwaan.

Reaksi antigen-antibodi menyebabkan terbebasnya zat perantara dari gejala-gejala alergi meliputi histamine, leukotrine C atau SRS (Slow Reacting Substance), bradikinin dari sel-sel jaringan dan organ tertentu yang dinyatakan sebagai jaringan kejutan atau organ kejutan.

Ada dua keadaan kejutan akibat masuknya allergen kedalam tubuh yaitu reaksi setempat bila keadaan kejutan dibatasi oleh daerah masuknya allergen, dan reaksi umum atau reaksi tubuh bila akibatnya meluas keluar dari daerah masuknya allergen.

Dalam dokumen Bahan ajar kognosi-COMPILATION (Halaman 139-143)