• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : Berisikan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM KASUS DENGAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR

3. Tuntutan Pidana

Tuntutan yang diajukan Jaksa Penuntut Umum dalam Perkara ini

tertanggal 27 Januari 2014 adalah sebagai berikut:127

a) Menyatakan Terdakwa Ir. FAHMI RIZAL LUBIS secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diatur dan diancam Pidana dalam Pasal 2 Ayat (1) Jo. pasal 18 Undang-undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2001 sebagaimana dalam Dakwaan Primair;

b) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Ir. FAHMI RIZAL LUBIS berupa

Pidana Penjara selama 9(sembilan) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalamtahanan sementara dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan, dan ditambah dengan denda sebesar Rp. 700.000.000,- (tujuh ratus juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan kurungan.

c) Menyatakan barang bukti berupa : Bukti Nomor 1 s/d Nomor 70 Diserahkan

kepada Kejaksaan Negeri Medan untuk dijadikan barang buktidalam perkara lain.

d) Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,-

(limaribu rupiah). 4. Pertimbangan Hakim

Hakim yang mengadili perkara ini dalam putusannya mempertimbangkan

yang pokoknya menerangkan sebagai berikut:128

127

Berdasarkan tuntutan Jaksa Penuntut Umum dalam putusan perkara pidana nomor 94/Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn

128

Berdasarkan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan nomor 19/Pid.Sus.K/2014/PT-Mdn

Majelis Hakim dalam pertimbangannya melihat apakah perbuatan para terdakwa sebagaimana yang mereka terangkan dipersidangan telah memenuhi unsur-unsur delik dari Pasal-Pasal yang di dakwakan. Untuk menentukan apakah para terdakwa dapat dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagai mana didakwakan Jaksa Penuntut Umum dalam suarat dakwaan tersebut terlebih dahulu dipertimbangkan tentang tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

Selanjutnya Hakim mempertimbangkan keterangan saksi-saksi yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum di Persidangan guna membuktikan dalil-dalil dalam dakwaannya. Adapun saksi yang dihadirkan adalah Efendi Butar-Butar yang merupakan pegawai PT. PLN (Persero) Pembangkit Sumbagut. Saksi memberikan kesaksian bahwa dia mengenal Ir. Fahmi Rizal Lubis sebagai manager produksi di PT. PLN (Persero) KITSBU. Selanjutnya saksi Efendi Butar-Butar membenarkan bahwa adanya pengadaan Flame Tube PLTGU GT. 12 Belawan dan saksi menjabat sebagai anggota dalam panitia pengadaan barang/jasa.

Hakim juga mempertimbangkan keterangan saksi Zainal Arifin yang merupakan supervisor kesejahteraan pegawai bagian administrasi SDM yang diangkat pada tahun 2007. Beliau membenarkan bahwa adanya pengadaan barang Flame Tube PLTGU GT 12 dan diangkat sebagai Anggita Tim Pemeriksa MutuBarang berdasarkan Surat Keputusan General Manager. Saksi melakukan pemeriksaan barang pada tanggal 19 Desember 2007 bertempat di Belawan, bersama regu pemeliharaan PLTGU dan hasil pemeriksaan secara visual kondisi

baik dan tidak cacat serta dilengkapi sertifikat keaslian barang. Saksi tidak menetahui bahwa adanya perbedaan design barang. Saksi juga menyatakan bahwa penandatanganan Berita Acara Penerimaan Barang tidak ditanggal 19 Desember 2007 melainkan setelah tanggal tersebut, dan saksi tidak ingat tanggal tepatnya.

Selanjutnya hakim juga mempertimbangkan keterangan saksi ahli yang dihadirkan di persidangan guna memberikan penerangan dalam proses pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan hakim dalam memutus perkara ini. Adapun saksi yang diharikan adalah saksi ahli Ahli Rugito Yohanesyang menyatakan bahwa Flame Tube adalah bagian dari main equipment gas turbin yang berfungsi sebagai ruang percampuran antara udara yang bertekenan dengan bahan bakar gas untuk proses pembakaran, berdasarkan pemeriksaan Ahli di lapangan ditemukan gambar Flame Tube yang di dalam kontrak tidak sama dengan Flame Tube yang baru.

Selanjutnya keterangan saksi ahli Hari Yurismono yang menyatakan bahwa ahli menemukan adanya perbedaan posisi brick holder pada flame tube yang baru terletak ditenganh sedangkan brick holder pada flame tube lama terletak di bawah. Ahli juga melihat keadaan flame tube yang baru tidak dalam keadaan komplit yaitu ahli menemukan adanya part dari flame tube lama yang dipasangkan pada flame tube baru dan ahli juga menegaskan bahw flamee tube tidak dapat dilakukan modifikasi seperti yang dijelaskan ahli sebelumnya. Sehingga meyebabkan garansi yang diberikan oleh pihak Siemens menjadi tidak berlaku lagi.

Majelis Hakim mempertimbangkan Dakwaan Subsidair, yaitu Terdakwa telah didakwa melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Maksud dari menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan ditafsirkan kewenangan yang ada pada diri terdakwa tidak digunakan sesuai dengan tugas dan kewenangan yang telah ditetapkan didalam ketentuan peraturan perundangundangan maupun didalam ketentuan peraturan lainnya.

Berdasarkan bukti surat berupa Berita Acara Pembongkaran GT 12tertanggal 14 Oktober 2012, yang dibuat PT. PLN (Persero) KITSBU SektorPembangkitan Belawan diperoleh fakta hukum bahwa flame tube DG 10530GT 12 mengalami kerusakan berat dan tidak dapat dioperasikan sejak tanggal12 Oktober 2012.

Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas Kasus Dugaan Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengadaan Flame Turbine pada Pekerjaan Life Time Extention (LTE) Major Overhouls Gas Turbine (GT.12) di PT. PLN (PERSERO) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara Sektor Pembangkitan Belawan Tahun 2007, 2008 dan 2009, yang dibuat oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Deputi Bidang Investigasi Nomor : SR-610 / D6 / 02 / 2013, tanggal 27 Agustus 2013, ditemukan adanya

penyimpangan yang menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar Rp. 23.616.001.500,- (dua puluh tiga miliar enam ratus enam belas juta seribu lima ratus rupiah).

Pemeriksaan saksi-saksi, barang bukti, keterangan ahli, pemeriksaan sidang lapangan dan dihubungkan dengan keterangan terdakwa, Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penuntut Umum dan ahli Joko Supriyanto, Ak.CFrA dari BPKP Pusat yang menyatakan kerugian keuangan negara dalam perkara ini sebesar Rp. 23.616.001.500,- (dua puluh tiga miliar enam ratus enam belas juta seribu lima ratus rupiah), dengan pertimbangan bahwa faktanya hanya 1 (satu) unit flame tube yang mengalami kerusakan sedangkan 1 (satu) unit flame tube masih bagus dan bisa dioperasikan, oleh karenanya kerugian keuangan negara dalam perkara ini adalah 1 (satu) unit flame tube dengan harga sebesar Rp. 11.808.000.750,- (sebelas miliar delapan ratusdelapan juta tujuh ratus lima puluh rupiah).

Uraian dan fakta hukum tersebut diatas, ternyata kerusakan salah satu flame tube juga mengakibatkan rusaknya Hot Gas Casing dan Gas Turbine sehingga diperlukan biaya untuk memperbaikinya dan biaya yang akan dipergunakan untuk memperbaiki rusaknyaHot Gas Casing dan Gas Turbine adalah dikatagorikan sebagai kerugian negara, akan tetapi dalam perkara Aquo Penuntut Umum maupun ahli tidak dapat melakukan perincian mengenai biaya yang harus dikeluarkan PT. PLN (Persero) untuk memperbaiki dan atau mengganti kerusakan tersebut, oleh karenanya Majelis Hakim tidak dapat

menentukan berapa besar kerugian negara untuk biaya perbaikan dan ataumengganti Hot Gas Casing dan Gas Turbine.

Seluruh rangkaian fakta-fakta hukum tersebut diatas, maka perbuatan terdakwa tidaklah dilakukan secara berdiri-sendiri dalam mewujudkan perbuatannya, akan tetapi secara bersama-sama dan ada kesepakatan antara terdakwa dengan Ir. Albert Pangaribuan, Edward Silitonga, Ermawan Arif Budiman, Ferdinand Ritonga, Lando Hutabarat yang mewakili CV. Sri Makmur,Christoph S.M.Silalahi dan Petrus Suhartono selaku yang mewakili PT. Siemens, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa ketentuan Pasal 55 ayat (1) ke-1KUHP telah terbukti dan telah terpenuhi. Sehingga semua unsur dari pasal yang didakwakan dalam Dakwaan Subsidair telah terpenuhi dan Majelis Hakim berkeyakinan bahwa tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Subsidair telah terbukti, maka Terdakwa harus dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan dalam Dakwaan Subsidair tersebut.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, oleh karena perbuatan Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan, Terdakwa mampu bertanggungjawab serta tidak terdapat adanya alasan pemaaf yang dapat meniadakan kesalahan maupun alasan pembenar yang dapat menghapuskan sifat melawan hukum dari perbuatan tersebut, maka dengan mengingat ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Terdakwa haruslah dijatuhi pidana penjara dan denda.Dalam perkara Tindak Pidana Korupsi sifat Penghukuman secara “double track system”, terhadap Terdakwa selain dijatuhi Pidana Penjara turut pula dijatuhi pidana denda yang besarnya akan ditentukan dalam amar putusan Pengadilan Negeri Medan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, oleh karena perbuatan Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan,Terdakwa mampu bertanggungjawab serta tidak terdapat adanya alasan pemaaf yang dapat meniadakan kesalahan maupun alasan pembenar yang dapatmenghapuskan sifat melawan hukum dari perbuatan tersebut, maka denganmengingat ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Terdakwaharuslah dijatuhi pidana penjara dan denda.