• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran di Kelompok Kontrol

4.2 Hasil Penelitian .1 Uji Asumsi

4.2.2.1 Uji Perbedaan Selisih Skor Pretest ke Posttest

Uji perbedaan selisih skor pretest ke posttest ini digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak antara selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol, dengan selisih skor pretest ke posttest

kelompok eksperimen. Menurut Priyanto (2012: 17) uji perbedaan selisih skor pretest ke posttest ini dilakukan menggunakan analisis parametrik Independent

Sample T Test, karena data selisih skor pretest ke posstest (posstest- pretest)

kelompok kontrol dan eksperimen berdistribusi normal.

Kriteria yang digunakan dalam uji perbedaan selisih skor pretest ke posttest menurut Priyatno (2012: 24) yaitu: jika signifikansi (2-tailed) >0,05

maka, H0 diterima dan H1 ditolak, itu berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol dengan selisih skor pretest ke posttest kelompok eksperimen dan jika signifikansi (2-tailed) <0,05 maka, H0

ditolak dan H1 diterima, itu berarti ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol dengan selisih skor pretest ke posttest kelompok eksperimen. Berikut adalah hasil dari uji selisih skor pretest dengan posttest (untuk lembar hasil analisis uji selisih skor pretest ke posttest yang lebih rinci, dapat dilihat di lampiran 9.4 pada halaman 220)

Tabel 4.4

Hasil Uji Selisih Skor Pretest ke Posttest

Uji Statistik Selisih skor pretest dengan posttest Sig.(2-tailed)

Keputusan

Independent Samples Test

Kelompok kontrol dengan

eksperimen

0,000 Ada

perbedaan

Tabel 4.5 diatas menunjukkan hasil uji selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menggunakan analisis statistik

90 parametrik Independent Sample T Test, dengan tingkat kepercayaan 95%. Uji selisih skor pretest ke posttest tersebut, menunjukkan rerata selisih skor kelompok kontrol menunjukkan (M = 2,39; SE = 0,828), sedangkan rerata selisih skor kelompok eksperimen sebesar (M= 13,79; SE = 0,601), selain itu harga t =

-11,135, df= 54 dan sig (2-tailed) sebesar 0,000 sehingga dapat diambil keputusan bahwa 0,000 <0,05, H0 ditolak dan H1 diterima, maka ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol dengan selisih skor pretest ke posttest kelompok eksperimen.

Berikut ini merupakan grafik perbedaan selisih antara selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol dengan selisih skor pretest ke posttest kelompok

eksperimen.

Gambar 4.1 Grafik perbandingan rata-rata selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Grafik diatas menunjukkan perbedaan rata-rata selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol dengan rata-rata selisih skor pretest ke posttest

kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menunjukan rata-rata selisih sebanyak 2,39 13,79 0 2 4 6 8 10 12 14 16

Rata-rata selisih kelompok kontrol Rata-rata selisih kelompok eksperimen

91 2,39 dan kelompok eksperimen menunjukkan rata-rata selisih sebanyak 13,79. Grafik diatas menunjukkan dengan jelas bahwa rata-rata selisih kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan selisih antara kelompok kontrol yang diberi perlakuan metode ceramah dengan kelompok eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran inkuiri. Itu berarti model pembelajaran inkuiri lebih berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan metode ceramah.

4.2.3 Analisis Lebih Lanjut

4.2.3.1 Uji Besar Pengaruh Perlakuan

Uji besar pengaruh perlakuan (effect size) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran yang diterapkan pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan dengan mencari effect size menggunakan rumus menurut Field (2009: 57): 𝑟 = √ 𝑡2

𝑡2 +𝑑𝑓

Dibawah ini merupakan kriteria yang digunakan untuk melihat besar pengaruh perlakuan menurut Field (2009: 57) :

Tabel 4.5

Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan

r (effect size) Kategori Presentase

0,10 Efek kecil Setara dengan 1% pengaruh perlakuan 0,30 Efek menengah Setara dengan 9% pengaruh perlakuan 0,50 Efek besar Setara dengan 25% pengaruh perlakuan

Untuk lembar perhitungan data menggunakan rumus efect size yang lebih rinci, dapat dilihat di lampiran 9.5 pada halaman 221-222. Dibawah ini merupakan hasil perhitungan data menggunakan rumus efect size.

92 Uji Besar Pengaruh Perlakuan

Kelompok t t2 df r (effect size) r2 R2 (%) Keterangan Kontrol -2,774 7,69 27 0,46 0,2116 21,16% Efek menengah

Eksperimen -22,953 526,84 27 0,97 0,94 94% Efek besar

Tabel 4.8 diatas menunjukkan hasil uji besar pengaruh perlakuan (effect size). Uji tersebut menunjukkan bahwa kelompok kontrol yang diberi perlakuan

metode ceramah menunjukkan harga r sebesar 0,46 yang masuk pada kategori efek menengah, dengan presentase sebesar 21,16%. Maka dapat diambil keputusan bahwa, penerapan metode ceramah pada kelompok kontrol memberi pengaruh menengah (sedang) terhadap hasil belajar Matematika yang setara dengan 21,16% pengaruh perlakuan. Sedangkan kelompok eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran inkuiri menunjukkan harga r sebesar 0,97 yang masuk pada kategori efek besar, dengan presentase sebesar 94%. Maka dapat diambil keputusan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri pada kelompok eksperimen memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar Matematika yang setara dengan 94% pengaruh perlakuan.

4.3 Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa kelas V SD, khususnya pada muatan pelajaran Matematika. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian kuasi eksperimen atau eksperimen semu tipe non-equivalen control group design. Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen, kelompok kontrol merupakan kelompok atau subjek yang mendapatkan perlakuan metode ceramah sedangkan kelompok eksperimen

93 merupakan kelompok atau subjek yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran inkuiri.

Masing-masing kelompok mendapatkan perlakuan, dan diberi soal pretest serta posttest, hasil penelitian tersebut diberlakukan beberapa uji untuk melihat pengaruh dari perlakuan. Uji yang dilakukan oleh peneliti yaitu uji asumsi yang terdiri atas: uji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan kemampuan awal, kemudian uji pengaruh perlakuan yang terdiri atas: uji perbedaan selisih skor pretest ke posttest, dan uji yang terakhir yaitu analisis lebih lanjut yang terdiri atas: uji besar pengaruh perlakuan (Effect size).

Berdasarkan uji asumsi yang terdiri atas: uji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan kemampuan awal, analisis data menunjukkan bahwa masing-masing data yang dianalisis berdistribusi normal, homogen, dan memiliki kemampuan awal yang sama, sehingga penelitian di kelompok kontrol dan eksperimen ini, didasari oleh data yang normal, homogen (memiliki variansi yang sama) dan kemampuan awal siswa dikelompok eksperimen dan kontrol sama.

Berdasarkan uji perbedaan selisih skor pretest ke posttest yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, dengan kata lain adanya pengaruh perlakuan yang signifikan. Uji perbedaan selisih tersebut menunjukkan nilai sig.(2-tailed), sebesar 0,000 <0,05, yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perbedaan selisih tersebut dapat dilihat pada rata selisih skor pretest ke posttest kelompok kontrol sebesar 2,39 dan rata-rata selisih skor pretest ke posttest kelompok eksperimen sebesar 13,79.

94 Untuk melihat mana perlakuan yang lebih berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD muatan pelajaran Matematika, maka dilakukan uji besar pengaruh perlakuan (effect size). Hasil uji besar pengaruh perlakuan, menunjukkan bahwa metode ceramah memberikan pengaruh dengan kategori sedang (menengah) terhadap hasil belajar siswa pada kelompok kontrol, yaitu memiliki nilai r (efect size) sebesar 0,46 yang setara dengan 21,16% pengaruh perlakuan, sedangkan model pembelajaran inkuiri memberikan pengaruh dengan kategori besar terhadap hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen, yaitu memiliki nilai r (efect size) sebesar 0,97 yang setara dengan 94% pengaruh perlakuan. Sedangkan 6% lainnya merupakan pengaruh yang disebabkan oleh variabel lain, diluar variabel penelitian yang berasal dari dalam diri siswa.

Menurut Wasliman (dalam Susanto, 2013:12) faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Faktor dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar dalam penelitian di kelompok eksperimen ini yaitu minat dan perhatian siswa ketika mengerjakan soal posttest, karena ketika kurang 15 menit jam istirahat, siswa baru mulai mengerjakan soal posttest, sehingga membuat para siswa terburu-buru mengerjakan soal posttest, karena mereka tidak ingin waktu istirahatnya tersita banyak, sehingga perhatian siswa terfokus pada istirahat dan minat untuk mengerjakan soal dengan telitipun berkurang.

Berdasarkan hasil analisis diatas, menunjukkan bahwa adanya perbedaan pengaruh perlakuan terhadap hasil belajar antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen yang diberi perlakuan model

95 pembelajaran inkuiri lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan metode ceramah. Adanya perbedaan pengaruh perlakuan tersebut dikarenakan aktivitas belajar pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berbeda.

Perlakuan yang diberikan pada kelompok kontrol merupakan metode ceramah, dimana dalam metode ceramah guru yang aktif menyampaikan materi (teacher centered) pada saat KBM, sehingga siswa tidak aktif untuk menggali potensi yang ada dalam dirinya. Padahal dalam perkembangan kognitif menurut piaget (dalam Suyono dan Harianto, 2011: 83-84), siswa kelas V SD itu sendiri berada dalam tahap operasional konkret dimana dalam tahap tersebut aktivitas belajar anak terfokus pada objek-objek yang konkret dan anak bisa berpikir rasional dan logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret, selain itu dalam tahap perkembangan kognitif tersebut anak mengorganisasi apa yang dipelajari dari pengalamannya, sehingga siswa yang harus aktif untuk menggali pengetahuan secara konkret agar pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan pengalaman siswa dapat dorganisasi kedalam struktur kognitifnya.

Pada kelompok eksperimen model pembelajaran yang diterapkan adalah inkuiri, dalam model pembelajaran inkuiri ini langkah-langkah pembelajarannya memicu agar siswa melakukan eksperimen, atau penyelidikan untuk mencari konsep dari materi yang dipelajari sendiri melalui proses orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan (Hamdayama, 2014: 34-35).

Kegiatan eksperimen melalui proses tersebut berjalan sesuai dengan prinsip model pembelajaran inkuiri menurut Hamdayama (2014: 32-33) yang menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri mengembangkan pemikiran atau pemahaman

96 siswa dengan memberi kebebasan pada siswa untuk mencoba, mencari dan menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang diselidiki sesuai dengan perkembangan logika dan nalarnya melalui proses interaksi, dan sesuai dengan arahan guru guna mengarahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Jadi dalam kegiatan eksperimen tersebut guru memberi kebebasan pada siswa untuk melakukan penyelidikan dengan mencoba, mencari dan menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan atau rumusan masalah yang diselidiki, menggunakan media-media pendukung yang familiar dengan kehidupan sehari-hari siswa, yaitu denah sekolah SDN Nanggulan. Aktivitas mengumpulkan data dilakukan pada lingkungan belajar yang nyata yaitu sekolah, dan dilakukan oleh siswa sendiri menggunakan benda-benda yang konkret seperti meteran bangunan, dan penggaris. Ketika siswa berusaha mencoba, mencari dan menemukan konsep dari materi yang diajarkan, terjalinlah suatu proses interaksi yaitu interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya (pada saat kegiatan mengukur jarak pada denah dan jarak sebenarnya), interaksi siswa dengan siswa (pada saat siswa bekerja sama untuk mencoba, menyelidiki, dan menemukan konsep dari materi skala) , serta interaksi siswa dengan guru selaku fasilitator yang mengarahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran ini. Melalui rangkaian proses interaksi tersebut, siswa menemukan, menyelidiki dan terbentuklah suatu pengetahuan mengenai konsep skala, yang kemudian dianalisis kesesuainnya dengan sumber belajar serta hipotesis yang dibuat siswa dan disimpulkan.

Proses kegiatan pembelajaran, dengan model pembelajaran inkuiri tersebut sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 7-11 tahun yaitu tahap operasional

97 konkret, menurut Suyono dan Hariyanto (2011: 84) dalam tahap ini anak sudah bisa berpikir logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret, dan anak dapat memecahkan persoalan yang konkret, dimana dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model inkuiri ini didasari dari pengalaman nyata siswa dalam memecahkan persoalan yang konkret yaitu dengan melakukan penyelidikan untuk mencari dan menemukan jawaban dari rumusan masalah yang telah dirumuskan siswa mengenai konsep skala (hubungan skala, jarak pada denah, dan jarak sebenarnya, menghitung skala, dan menyimpulkan pengertian skala) .

Kegiatan mencoba, menyelidiki, dan menemukan akan membangun siswa untuk berpikir kritis logis dan sistematis. Artinya siswa belajar dan membangun pengetahuan serta makna dari pengalamannya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Baharudin dan Wahyuni (2015: 164) yang mengemukakan bahwa konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang menyatakan bahwa konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya.

Kegiatan tersebut juga akan sangat membantu siswa dalam menyalurkan keaktifannya untuk mencari informasi mengenai apa yang ingin siswa ketahui dan mengorganisasi informasi yang didapat atau dipelajari dari pengalamannya sesuai dengan konsep serta prinsip perkembangan kognitif anak yang ditemukan oleh Jean Piaget (dalam Desmita, 2009: 98-99), dimana siswa aktif dalam mencari tahu apa yang ingin siswa ketahui mengenai objek-objek yang ditemui, mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.

98 Pada proses asimilasi, informasi yang telah ditemukan diorganisasi, disatukan, dan diintegrasikan kedalam struktur kognitifnya dan dalam proses akomodasi, informasi yang telah didapatkannya disesuaikan, bahkan dipadu padankan dengan informasi yang sudah ada dalam struktur kognitifnya, menjadi suatu kesatuan yang selaras, sehingga siswa mampu menambah pengetahuannya dalam aspek kognitif yaitu kemampuan memahami, menyerap arti dari materi atau informasi menjadi pengetahuan yang melekat dalam hati, dan tergambar dalam pikiran gagasan ataupun suatu pengertian yang dikemukakan oleh Dorothy J. Skeel (dalam Susanto, 2013: 8), sehingga tujuan pembelajaran Matematikapun tercapai dengan baik, karena konsep materi yang diajarkan tertanam lebih kuat dalam benak siswa, dan siswa mampu mengaplikasikan konsep Matematika terutama materi skala dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sejalan dengan tujuan Matematika yang disajikan oleh Depdiknas (dalam Susanto, 2013: 190) yang menguraikan bahwa Matematika memiliki tujuan positif bagi orang yang mempelajarinya. Inti dari tujuan pembelajaran Matematika tersebut yaitu agar orang yang mempelajari Matematika mampu memahami, menjelaskan serta mengaplikasikan konsep Matematika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat memecahkan masalah Matematika dengan penalaran dan mengomunikasikan gagasannya melalui simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah, dan memiliki sikap menghargai penggunaan Matematika dalam kehidupan sehari-hari.

99 BAB V