• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KERAGAAN USAHA GARAM RAKYAT DI DAERAH PENELITIAN

6.2. Usaha Garam Rakyat Indramyau

Di Kabupaten Indramayu, komoditas garam merupakan komoditas unggulan, karena secara teknis dapat kelola dengan baik serta daerah ini

memiliki potensi lahan tambak yang sangat luas. Secara sosial komoditas ini dapat dikembangkan oleh banyak orang dan perlakuan usahanya cukup mudah dengan kondisi kemarau yang panjang dan tingkat curah hujan yang rendah. Secara ekonomi komoditas ini menguntungkan, cepat menghasilkan dan tersedianya peluang pasar lokal, regional maupun nasional yang merupakan kunci keberhasilan pengembangan agribisnis. Dengan bergeraknya ekonomi masyarakat melalui usaha agribisnis garam akan mampu mengangkat perekonomian masyarakat daerah.

Ada beberapa alasan petambak garam di Kabupaten Indramayu mengembangkan usaha garam, diantaranya: (1) lahan cocok untuk tambak garam dan untuk memberdayakan lahan yang tidak difungsikan untuk musim kemarau, (2) Ada kecenderungan peningkatan harga walaupun harga tersebut masih belum bisa membedakan antara KW 1, KW2 dan KW3 di beberapa kecamatan, di Kecamatan Kandang Haur dan Krangkeng masih menetapkan harga sama dengan kualitas berbeda, sedangkan di Kecamatan Losarang, pemberlakuan harga bisa dibedakan berdasarkan kualitas (3) Ada kepastian pasar sehingga semua hasil produksi bisa diserap melalui jaringan tengkulak. (4) Adanya bantuan pemerintah melalui bantuan pemberdayaan usaha garam (Pugar) yang sudah berjalan mulai tahun 2010 merupakan program kementrian kelautan dan perikanan. Walaupun pugar sendiri hanya sebatas bantuan berupa barang dan alat produksi.

Usaha produksi garam yang dilaksanakan petani di area tambak udang atau bandeng. Kegiatan budidaya ikan tersebut dilakukan ketika musim hujan. Sedangkan untuk usaha garam dilakukan pada musim kemarau. Oleh karena itu usaha garam sangat tergantung kondisi terik matahari, untuk proses penguapan air laut. Bahan baku garam sendiri adalah air laut yang dialirkan melalui irigasi- irigasi tambak dengan kadar NaCl minimal 20Be (dua derajat baume). Untuk melakukan pengukuran tingkat salinitas tersebut petambak menggunakan alat baumeter ketika posisi air laut di alirkan, dan pengecekan kembali pada 1 siklus aliran air tua.

Tahapan produksi usaha garam di Kabupaten Indramayu melalui 4 tahapan, diantaranya sebagai berikut :

a. Tahap persiapan lahan

Proses produksi garam dimulai dengan persiapan lahan produksi garam dengan melaksanakan pengeringan lahan yang dilaksanakan menjelang musim

kemarau biasanya mulai pada bulan mei-juni. Proses persiapan biasanya menggunakan tenaga kerja tambahan selain dari petambak penggarap sendiri yang melakukan. Tenaga kerja pada masa persiapan lahan digunakan untuk perbaikan tanggul, saluran tambak, penyiapan area penguapan/peminihan, dan penyiapan meja kristal garam. Tenaga kerja yang dibutuhkan umumnya 2 orang per hektar. Perbaikan tanggul dan saluran tambak diperlukan waktu kurang lebih 1-2 minggu. Penyiapan peminihan dan meja Kristal dilakukan dengan cara memasukan air laut keseluruh area tambak sehingga mencapai ketinggian 30 cm. setelah 3 hari direndam air laut, area peminihan dan penggorengan dikeringkan. Untuk memperoleh kualitas tanah meja Kristalisasi yang lebih baik sebelum melakukan pelepasan air tua, tanah tersebut terlebih dahulu dikeraskan. Para petani menggunakan alat silinder yang digunakan untuk melakukan perataan pengerasaan area tersebut. Pengerasan dilakukan 2 kali untuk menghasilkan kualitas kekerasan tanah yang memenuhi syarat. Selain itu pula dilakukan pengesapan. Tujuan perlakuan ini adalah untuk membuang lumpur dan lumut yang menempel pada permukaan tanah.

Pembuatan meja kristal membutukan waktu yang cukup lama pada tahun 2011, sedangkan awal musim kemarau tahun 2012 pengelolaan persiapan lahan pembuatan meja kristal lebih mudah. Pada tahun 2011 pengolahan meja kristal lebih lama karena pada musim sebelumnya tahun 2010 tidak dilakukan usaha garam karena tingkat curah cukup tinggi. Pada tahun 2010 tersebut petambak menggunakan area lahan tambak untuk budidaya ikan, dan menjelang digunakan usaha garam pada tahun 2011 kondisi tanah rusak, dan berlumpur tebal. Kondisi tanah tidak dapat menampung air, tanah menjadi poros sehingga cepat terserap masuk ke tanah kembali. Sedangkan pada tahun 2012, petani garam lebih mudah mengeraskan meja Kristal karena pada tahun sebelumnya proses usaha garam dilakukan. Pembuatan meja Kristal dilakukan selama 1-4 hari tergantung dari kondisi lahan yang dipakai apakah dipakai petambak ikan atau tidak. Pembuatan meja Kristal membutuhkan waktu lebih lama karena setelah proses pengerasan lahan yang pertama, tanah harus dibasahi lagi untuk kemudian dikeraskan kembali. Proses ini berlangsung 4 (empat) kali. Untuk penyiapan lahan garam dengan memakai 2 (dua) orang tenaga kerja diperlukan waktu 30- 45 hari. Penyiapan lahan garam dapat dipersingkat waktunya menjadi 15-20 hari dengan menggunakan tenaga kerja 5 (lima) orang tenaga kerja, hanya saja diperlukan modal yang lebih besar untuk persiapan lahan garam.

Salah satu komunitas petani garam di Kabupaten Indramayu tepatnya di Desa Santing Kecamatan Losarang menggunakan area tambak mereka khusus untuk garam. Lahan tersebut digunakan hanya untuk usaha garam saja di musim kemarau sehingga ini akan mempengaruhi waktu dan modal pada proses persiapan pengolahan lahan.

b. Tahap pembuatan garam

Pembuatan dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu tahap penguapan. Tujuan dari penguapan supaya air laut mengandung konsntrasi air garam tinggi. Air konsentrasi ini disebut dengan air tua. Air tua dihasilkan dari mengalirkan air ke area-area peminihan (evaporator). Air tua yang siap dikristalkan ditampung dalam kolom penampungan.

Tahap kedua adalah tahap pengkristalan, dimana air tua dalam kolam penampungan akan dialirkan ke meja Kristal, yaitu tempat penampungan air tua, sehingga Kristal garam akan terbentuk. Proses produksi di awali dengan air laut dengan tingkat kekentalan 20Be (dalam 1 liter terlarut 2 gram NaCl) dari saluran skunder dalam kolam penampungan atau irigasi samping area peminihan. Dari kolam penampungan air laut dialirkan dengan menggunakan kincir angin atau pompa ke kolam peminihan yang rata-rata ada 6 kolam peminihan pertama. Hasil dari peminihan ini air laut memiliki kekentalan 40Be. Untuk tahap awal proses ini memerlukan waktu 2 hari. Untuk menyediakan air laut 20Be (air muda) menjadi air laut yang mengandung salinitas 200-250Be, proses ini biasanya diperlukan waktu 10 hari setelah air muda dan air tua di penampungan. Ukuran salinitas tersebut memang harus tidak lebih besar dari 250Be karena akan menyebabkan garam menjadi pahit. Sedangkan kalau kurang dari 200Be, kualitas garam menjadi tidak memiliki bobot dan masih banyak mengandung air. Untuk menjaga kepekatan air tua, dialirkan air muda dengan kepekatan 20Be. Istilah tersebut namanya ngagobak. Proses pengaliran air tua ke meja Kristal dilaksanakan pada siang hari. Proses pembentukan Kristal garam di meja Kristal memerlukan waktu 2-10 hari. tergantung dari cuaca di tambak garam. Kristal garam akan terbentuk jika terik panas dan tidak akan terbentuk Kristal garam jika terkena air hujan.Proses ini terus menerus berlangsung setiap hari di musim kemarau dengan memerlukan waktu Kristal garam 2-7 hari.

Gambar 9. Proses Pembuatan Garam yang sering dilakukan di tempat penelitian

c. Tahap pemanenan garam

Proses pemanenan garam berlangsung setelah 2-7 hari di meja Kristal. Pemanenan dengan cara di garuk, atau dikerik. Saat proses penggarukan, permukaan Kristal garam dalam kondisi terendam air tua. Garam dengan mutu baik dihasilkan dengan kondisi seluruh permukaan Kristal tenggelam tidak boleh ada yang menyembul ke permukaan karena ketika permukaan Kristal garam menyembul kepermukaan akan terjadi kristalisasi setempat dengan cepat, sehingga akan ikut terendapkan berbagai garam magnesium dan kalium.

Jumlah meja Kristal garam untuk luasan 1 hektar sekitar 20-30 petak yang berukuran 3mx15m atau 4mx12m tergantung kondisi lahan. Proses pengaliran air tua dilaksanakan secara bertahap 3-4 petak setiap hari, sehingga nantinya petambak akan secara bertahap melakukan penggarukan 1 petak tiap hari. Satu petak meja Kristal pada tahap awal bisa menghasilkan antara 3 – 7 kwintal per hari, sedangkan pada bulan-bulan berikutnya 1 (satu) petak meja Kristal bisa menghasilkan sampai 1-1.5 ton garam kristal. Garam yang sudah dipanen dibawa ke tempat pencucian garam atau tempat pengumpulan dengan menggunakan ember. Pencucian garam dilakukan dengan cara disaring dengan waring atau serokan dengan tingkat kerapatannya lebih kecil dari ukuran Kristal garam. Pencucian Kristal garam dilakukan untuk meningkatkan kandungan NaCl dengan mengurangi/menghilangkan unsur Mg, Ca, SO4 dan kotoran lainnya.

Proses pencucian garam ini tidak semuanya dilakukan oleh seluruh petambak yang ada di Kabupaten Indramayu. Proses pencucian ini hanya dilakukan pada beberapa petambak garam yang ada di Kecamatan Losarang.

150Be Kolam penampung air laut (Air Muda) 20

Be 40Be Kolam peminihan 1 60Be Kolam peminihan 2 80Be Kolam peminihan 3 100Be Kolam peminihan 4 12 0 Be Kolam peminihan 5 Meja kristalisasi 200Be

Kolam penampungan air tua

Pencucian garam

Dalam 1 (satu) musim pada tahun 2011 jumlah hari yang digunakan dalam mengeruk garam rata-rata 89 hari atau sekitar 3 (tiga) bulan. Dari jumlah hari rata-rata yang dipakai untuk mengeruk, maka jumlah produksi garam per musim rata-rata mencapai 70 ton. Pelaksanaan pengerukan ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang ada di wilayah tambak. Kondisi ngeruk dan hasil panen akan banyak ketika kondisi cuca tidak hujan. Kegagalan pengerukan garam jika terjadi hujan. Air hujan akan mempengaruhi perubahan kristal jadi mencair kembali.

Jumlah produksi garam pada petambak garam responden berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal yang menyangkut pada teknis pemanen dan kualitas garam siap panen dihubungkan dengan kondisi cuaca. Jumlah panen hasil ngerok tiap hari rata-rata dari 100 petambak responden mencapai 778 kg atau sekitar 7.8 kwintal. Petambak di Kabupaten Indramayu menggunakan satuan karung dengan kapasitas per karung sekitar 50 kg sehingga dalam 1 (satu) hari bisa mengeruk sekitar 14 karung. Jumlah hasil panen pun terus mengalami peningkatan dari awal musim kemarau sampai akhir musim kemarau. Pada saat awal musim kemarau, jumlah produksi garam untuk area lahan sekitar 1 (satu) hektar sekitar 5 kwintal. Produksi garam menjelang musim kemarau berakhir bisa mencapai 1 (satu) ton.

Tabel 13. Jumlah Hari Pengerukan dan Rata-rata Produksi Garam

Jumlah Hari Pengerukan Frekuensi Rata-Rata Produksi (ton)

30-60 1 95

60-90 91 72

90-120 8 52

Jumlah 100 73

d. Tahap penyimpanan garam

Penyimpanan garam dilakukan setelah proses pencucian yang dilakukan oleh petani yang memiliki gudang garam. Dari hasil temuan yang ada di Kabupaten Indramayu, gudang garam hanya dimiliki oleh para pengepul (bakul), sekaligus pemilik lahan yang melakukan bagi hasil dengan penggarap lahan. Petani garam yang tidak memiliki gudang garam, garam hasil panen langsung menjual kepada pengepul dan kepada pemilik lahan. Jika petambak garam ingin menyimpan di gudang garam milik bakul atau pemilik lahan tersebut dikenakan biaya simpanan Rp. 100/kg.

e. Tahap penjualan garam tingkat petambak garam dan pengepul Di Kabupaten Indramayu, mutu garam tidak berpengaruh pada harga garam. Garam mutu rendah mempunyai harga yang sama dengan garam mutu bagus.Kekurangan modal menjadi garam tidak pernah disimpan di gudang. Proses penjual terjadi ketika garam masih berada ditambak. Pengepul menetapkan harga yang sama tanpa melihat kualitas garam pada satu kali transaksi penjualan. Kecenderungan harga terus menurun mulai dari awal sampai akhir musim kemarau. Ditemukan responden mendapatkan harga kisaran Rp 100-Rp 650 per kilogram. 54 persen responden mendapatkan harga kisaran Rp. 400- Rp 500 per kilogram.

Petambak umumnya menjual kepada pengepul (tengkulak) yang biasa dan ada di daerah kecamatan masing-masing. Rata-rata bagi petambak yang tidak terikat dengan pengepul atau pemilik lahan menjual hasil panennya ke koperasi dan pengepul dengan harga sesuai dengan harga pasar berlangsung. Dengan kisaran harga jual antara Rp. 400-500 mereka mendapatkan keuntungan per kali panen (ngerok). Pendapatan yang diterima oleh petambak yang sistemnya bagi hasil harus dibagi menjadi 30 persen untuk penggarap dan 20 persen untuk pemilik.

Bagi petambak pemilik penggarap dan penyewa, mereka mendapatkan seluruh hasil panennya. Sedangkan bagi petambak bagi hasil mendapatkan hasil bagian setelah itu dibagi baik dibagi garam atau hasil penjualannya. Umumnya mereka membagi dari jumlah kuantitas garam krosok. Jika dalam satu hari petambak mendapatkan sekitar 5 kwintal garam krosok, maka pembagian jika petambak mertelu 2 kwintal untuk juragan dan 3 kwintal untuk petambak sendiri. Saluran penjualan lain yang dilakukan beberapa petambak garam lainnya melalui koperasi. Ada sekitar 4 koperasi garam yang ada dan hanya di Kecamatan Losarang beberapa kali mencoba melakukan pembelian garam di tingkat petambak garam Kecamatan Losarang. Koperasi Segara Madu salah satu koperasi yang didirikan pada tahun 2010 memiliki 2 (dua) gudang garam yang menjadi tempat penyimpanan garam yang akan di jualbelikan ke perusahaan industri di sekitar Cirebon dan Surabaya. Dalam penentuan harga, koperasi belum bisa menerapkan penetapan harga yang sesuai dengan kebijakan dari pemerintah. Koprasi menerapkan harga pembelian sama dengan harga pasar yang berlangsung. Koperasi hanya bisa memberikan perbedaan harga garam ramsol saja dengan penambahan harga beli Rp 25 / kg. Nilai ini

sebagai nilai membayar biaya yang dikeluarkan oleh petambak ramsol (zat aditif).