• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wisata Layar ( Sailing Tourism ) dan Destinasi Wisata Layar

Dalam dokumen PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PA (Halaman 36-40)

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.2.1 Wisata Layar ( Sailing Tourism ) dan Destinasi Wisata Layar

Pemahaman konsep wisata layar tidak bisa dipisahkan dari pemahaman akan konsep wisata bahari. Istilah wisata layar dalam penelitian ini digunakan sebagai padanan istilah sailing tourism atau yachting tourism (Derksen, 2007: 13). Sedangkan istilah wisata bahari digunakan sebagai padanan istilah ma rine tourism

(Orams, 2002: 9)dan/atau nautical tourism (Derksen, 2007: 13).

Derksen memasukkan pengertian wisata bahari sebagai suatu aktivitas di waktu luang dimana orang bepergian ke sebuah destinasi wisata baik melalui darat untuk menghabiskan waktu di perairan maupun bepergian melalui perairan untuk menghabiskan waktu luang di daratan. Sehingga yang dibutuhkan dalam wisata bahari adalah perairan ataupun daratan di dekat perairan tempat orang menghabiskan waktu luangnya. Ditegaskannya wilayah yang sukses dalam wisata bahari adalah wilayah yang mempunyai kedua tempat aktivitas baik di perairan maupun di daratan di sekitarnya. Ia juga menggunakan pengertian wisata bahari sebagai aktivitas wisata yang multi fungsi dengan penekanan khusus pada komponen-komponen kebaharian. Dua pengertian yang digunakan oleh Derksen menggambarkan keberagaman aktivitas wisata bahari yang tidak saja mencakup aktivitas wisata di perairan laut, namun mencakup aktivitas wisata di jenis perairan lainnya.

Orams menjelaskan bahwa wisata bahari meliputi aktivitas rekreasi yang meliputi melakukan perjalanan ke tempat yang memiliki dan berfokus pada lingkungan kebaharian. Menurutnya lingkungan kebaharian (marine environment)

adalah lingkungan dengan perairan yang mengandung kadar garam dan dipengaruhi oleh pasang. Pengertian ini memberikan penekanan pada aktivitas wisata bahari yang terbatas di perairan laut. Pengertian kebaharian – sebagai sesuatu yang berhubungan dengan laut – mendapatkan posisi yang lebih tegas. Dibandingkan dengan Derksen, maka Orams lebih menekankan pada lokasi aktivitas rekreasi wisata yaitu di perairan laut.

Sejumlah literatur menyebutkan wisata layar merupakan bagian dari wisata bahari (Pendit, 1986: 40 dan Dahuri, 2009). Selain menggunakan istilah wisata bahari, Pendit juga memakai istilah wisata maritim (marina) atau wisata tirta. Menurutnya, wisata bahari adalah jenis wisata yang banyak dikaitkan dengan aktivitas olahraga di air. Aktivitas itu antara lain memancing, berlayar, fotografi bawah air, berselancar, lomba dayung, berkeliling di taman laut menikmati pemandangan indah di bawah permukaan air, dan aktivitas rekreasi air lainnya baik di danau, sungai, pantai, teluk, atau laut. Secara lebih jelas, Dahuri memasukkan jenis wisata dengan kapal (plea sure boating), wisata dengan kapal jenis ya cht (ocean yachting), dan wisata dengan kapal jenis cruise (cruising)

dalam aktivitas wisata bahari.

Jennings (2007) secara khusus membahas wisata layar dalam kaitan dengan wisata tirta (water-based tourism). Menurutnya wisata tirta adalah kegiatan wisata yang dilakukan di atau dalam kaitannya dengan sumber daya air, seperti danau, waduk, kanal, sungai, wilayah pesisir laut, laut, samudra, dan di daerah yang diselimuti es (ice-associated area s).

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, secara tersirat wisata bahari masuk dalam usaha wisata tirta. Wisata tirta merupakan salah satu dari tiga belas jenis usaha pariwisata yang diatur oleh undang-undang. Pengertian tentang wisata tirta dan wisata bahari tidak terdapat dalam undang-undang itu, namun pengertian mengenai keduanya secara tersurat baru muncul dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM. 96/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Wisata Tirta. Dalam peraturan menteri itu tercantum usaha wisata tirta yang selanjutnya disebut dengan usaha pariwisata adalah usaha penyelenggaraan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersil di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan wisata bahari adalah penyelenggaraan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersil di perairan laut. Mengacu pada peraturan ini, wisata bahari merupakan salah satu bidang usaha wisata tirta.

Peraturan menteri itu juga merinci jenis usaha wisata bahari yang meliputi sub-jenis usaha: (a) wisata selam; (b) wisata perahu layar; (c) wisata memancing; (d) wisata selancar; (e) dermaga bahari; dan (f) sub jenis usaha lainnya dari jenis usaha bahari yang ditetapkan oleh bupati, walikota dan/atau gubernur. Dengan demikian wisata perahu layar merupakan salah satu jenis wisata bahari. Dalam penelitian ini istilah wisata perahu layar disamakan dengan istilah wisata layar.

VisitScotland (dalam Derksen, 2007) memberikan batasan tentang wisata layar sebagai sebuah aktivitas wisata yang meliputi pemanfaatan waktu tertentu

dalam kapal wisata. Biasanya jenis kapal yacht, powerboats, dinghies dan

motorbats (ocean cruise – kapal pesiar tidak termasuk). Wisata layar mengacu pada kegiatan wisata yang tujuan utamanya adalah berlayar atau belajar bagaimana berlayar. Wisata layar mempunyai dua kategori yang ditunjukkan oleh jenis kapal yang digunakan: yacht yang juga digunakan sebagai tempat menginap atau dinghy (sebuah kapal kecil tanpa fasilitas untuk menginap sehingga akomodasi untuk kebutuhan menginap tersedia di darat (onecaribbean.org, 2012). Berdasarkan pemahaman itu, konsep wisata layar yang dimaksudkan dalam penelitian ini hanya mencakup kunjungan kapal wisata asing (yacht) ke suatu destinasi wisata tertentu. Kunjungan itu juga mencakup aktivitas menikmati atraksi wisata yang dilakukan di darat. Dalam kasus Maurole, aktivitas wisata di darat menjadi salah satu atraksi utama yang dilakukan oleh wisatawan yang mengunjungi Maurole.

Sehubungan dengan konsep wisata bahari dan kenyataan bahwa wisata layar memanfaatkan wilayah laut sebagai areal jelajahnya, maka dapat dikemukakan bahwa konsep wisata layar dalam penelitian ini mencakup beberapa hal. Pertama, wisata layar dikategorikan sebagai salah satu bagian atau jenis dari wisata bahari. Kedua, wisata layar mencakup aktivitas wisatawan (tra vellers/sailors/yachters) yang menggunakan kapal wisata (yacht) dan mengunjungi destinasi wisata layar untuk melakukan aktivitas wisata baik di laut dan di darat, maupun yang singgah tanpa aktivitas wisata di darat.

Berdasarkan pemahaman akan konsep wisata layar sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, maka konsep destinasi wisata layar dalam penelitian

ini adalah destinasi yang secara nyata dikunjungi kapal wisata (yacht) dan ada aktivitas pemangku kepentingan pariwisata di destinasi yang dipicu oleh kehadiran kapal wisata itu.

Dalam dokumen PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PA (Halaman 36-40)