• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi penilaian hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi kelas X di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi penilaian hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi kelas X di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun Oleh:

MARINI 1110015000078

JURUSAN PENDIDIKA IPS

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iii

Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Di Madarasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah penilaian hasil belajar menyangkut proses dan pelaksanaan penilaian pada mata pelajaran Ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian hasil belajar menyangkut proses dan pelaksanaan penilaian pada mata pelajaran Ekonomi.

Penelitian ini dilakukan di Madarasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian di Madarasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada penilaian ranah kognitif dilakukan dengan Quiz untuk mengetahui pemahaman masing-masing indikator, yang dilakukan secara tertulis dan bisa juga dengan pertanyaan lisan di kelas. Untuk mengetahui pencapaian kompetensi masing-masing Kompetensi Dasar dilakukan melalui ulangan harian. Namun pelaksanaan pada penilaian ranah kognitif belum sepenuhnya dilaksanakan pada mata pelajaran Ekonomi. Pada Penilaian ranah afektif dan ranah psikomotor melalui pengamatan secara observasi. Namun penilian ranah afektif dan ranah psikomotor belum sepenuhnya mengacu pada Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar.

(7)

iv

Faculty of Tarbiyah and Teaching Tearning, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

The research problem is focused to the assessment of learning outcomes and assessment process regarding the subjects of Economics.This study aims to determine the assessment of learning outcomes and process regarding the subjects of Economics. This research was conducted in Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.The method used is descriptive qualitative approach.Techniques and instruments of data collection in this study is the observation, interviews, and documentation.

Based on the results of research in Madrasah Aliyah Development UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cognitive assessment conducted by Quiz to find out the understandingof each indicator, which shall be in writingand can also with oral questions in class. To determine the achievement of their respective competences Basic competence is done through daily tests. However, implementation of cognitive assessment has not been fully implemented on the subjects of Economics. In the assessment of affective and psychomotor domains through observation. But judging affective and psychomotor not been fully focused on Care Competence- Competence Basic.

(8)

v

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa atas nikmat ilmu yang Allah berikan. Shalawat dan salam kepada baginda

Rasullah SAW yang Allah utus untuk menyelamatkan umat dari kedzaliman dan

kegelapan dunia.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kendala, motivasi,

bantuan dan semangat dari berbagai pihak. Peneliti mengucapkan terima kasih

kepada mereka, karena do’a dan bimbingan mereka jugalah peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sekali lagi, hanya ucapkan terima kasih yang tulus dari

peneliti untuk semua yang telah turut membantu memberikan arahan dan motivasi

bagi peneliti, mereka adalah:

1. Nurlena Rifa’i P.hD selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Teuku Ramli Zakaria, MA. Sebagai pembimbing yang telah

meluangkan waktunya dan mencurahkan pikirannya selama penyusunan

skripsi.

4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang tak terhingga banyaknya dan sangat berguna bagi penulis.

5. Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ayah, Bapak Suaib dan Ibu, Mariyamah selaku orang tua saya yang

(9)

vi

menempuh pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Semua keluaraga besar H. Angkrih dan keluarga besar di Jawa Timur, serta

keluarga Fahrur Rizal yang selalu mendoakan saya sehingga mampu

menyelesaikan penulisan skripsi hingga menempuh pendidikan Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

10.Sahabat saya Ummi Sadiyah, Rizka Putri, Fauziah, kiki, Sari, Faiza, Rina,

Ninis, Ayu, dan Lita, terima kasih atas cerianya dikampus dan selalu

memberikan dorongan dan motivasinya yang sangat luar biasa untuk

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabat saya Melisa, Jenita, Lela, yang selalu memberikan bantuan,

dukungan, dan menghibur saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Buat sahabat saya yang dirumah, Dita, Ayu, Maya, Rahmah, Iim, Bibah,

Mifta, Anis, Pipin yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan terima

kasih atas kekeluargaannya,

13.Untuk keponakan saya Mutiara, Fawaz Marfi, Danar, Damar, Zahra, Icha,

Rahma, dan Haikal yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo’a semoga Allah

Swt memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan

kedapa-Nya, Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 13 Januari 2015

(10)

viii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 6

1. Fokus Penelitian ... 6

2. Ruang Lingkup ... 6

3. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... . 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI... ... 8

A. Penilaian Ranah Kognitif ... 8

1. Pengertian Ranah Kognitif ... 8

2. Hasil Belajar Penguasaan Kompetensi Ranah Kognitif Dalam Mata Pelajaran Ekonomi ... 11

3. Bentuk Penilaian Ranah Kognitif ... 17

B. Penilaian Ranah Afektif ... 25

1. Pengertian Ranah Afektif ... 25

2. Hasil Belajar Penguasaan Kompetensi Ranah Afektif Dalam Mata Pelajaran Ekonomi ... 29

3. Bentuk Penilaian Ranah Afektif ... 38

C. Penilaian Ranah Psikomotor ... 42

1. Pengertian Ranah Psikomotor ... 42

(11)

ix

2. Kedudukan Mata Pelajaran Ekonomi... 52

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ekonomi ... 53

4. Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi ... 53

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 54

F. Sinopsis ... 55

BAB III Metodologi Penelitian ... 57

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

1. Tempat Penelitian ... 57

2. Waktu Penelitian ... 57

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 57

C. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data ... 58

D. Pengolahan dan Analisis Data ... 60

E. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 61

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 63

A. Potret Penilaian Hasil Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 63

B. Latar Penelitian ... 64

1. Sejarah berdirinya ... 64

2. Letak Geografis ... 66

3. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah ... 66

C. Hasil Penelitian ... 68

1. Implementasi Penilaian Ranah Kognitif Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UINSyarif Hidayatullah Jakarta ... 69

2. Implementasi Penilaian Ranah Afektif Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 70

(12)

x

2. Penilaian Ranah Afektif ... 75

3. Penilaian Ranah Psikomotor ... 78

BAB V PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(13)

xi

Tabel 2.1 Tingkatan Domain Kognitif ... 13

Tabel 2.2 Kompetensi Inti Pengetahuan ... 16

Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Tes Lisan ... 18

Tabel 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Tes Essay ... 20

Table 2.5 Contoh Format Tes Pilihan Ganda ... 22

Tabel 2.6 Penilaian Sikap ... 31

Tabel 2.7 Daftar Deskripsi Indikator ... 33

Table 2.8 kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah ... 37

Tabel 2.9 Ciri-ciri Hasil Belajar Psikomotor... 45

Table 3.0 Kompetensi Inti Keterampilan ... 47

Tabel 3.1 Format Penilaian Proyek Daftar Cek List ... 49

(14)
[image:14.595.111.516.199.587.2]
(15)

xiii

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 4 Hasil Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Wakil Kepala Sekolah

Lampiran 6 Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah

Lampiran 7 Pedoman Wawancara Siswa

Lampiran 8 Hasil Wawancara Siswa

Lampiran 9 Lembar Observasi Kegiatan Guru

Lampiran 10 Lembar Observasi Kegiatan Siswa

Lampiran 11 Foto Kegiatan Proses Belajar Mengajar Pada Mata Pelajaran

(16)
(17)

1

Penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses

pendidikan. Menurut Arikunto “melalui penilaian, pelaku pendidikan mendapatkan gambaran sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan

pendidikan sudah tercapai.”1 Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris,“ bahwa penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh

informasi secara objektif, berkelanjutan dan meyeluruh tentang proses dan

hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk

menentukan perlakuan selanjutnya (2001, Depdiknas).”2 Oleh karena itu, sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh

dalam proses pembelajaran dan harus bermuara pada penguasaan kompetensi

yang diharapkan.

Salah satu kebijakan pemerintah di bidang penilaian pendidikan

diterapkan melalui Peraturan Menteri Nasional (Permendiknas) Nomor 20.

Tahun 2007, yang menerangkan bahwa “masalah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh dan berkesinambungan.”3 Hal ini menunjukkan bahwa penilaian oleh guru mencakup semua ranah kompetensi tanpa terkecuali.

Menurut Airasian dan Micheal K. Russel ada tiga domain dalam

penilaian yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor,

yang terlihat sebagai berikut:

1. The cognitive domain encompasses intelectul activities such as memorizing, interpreting, applying knowledge, solving problems, and critical thinking.

2. The affective domain involves feelings, attitudes, value, interests, and emotions.

1

Suharmini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2001), h. 3 2

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta : Multi Pressindo, 2012), h. 55

3

(18)

3. The psychomotor domain includes physical activities and actions in which students must manipulate objects such as a pen, a keyboard. 4

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa, ranah kognitif

yang mencakup kegiatan intelektual seperti menghafal, menafsirkan,

menerapkan pengetahuan, memecahkan masalah, dan berfikir kritis. Domain

efektif melibatkan perasaan, sikap, nilai, kepentingan, dan emosi. Domain

psikomotor meliputi kegiatan fisik dan tindakan dimana siswa harus

memanipulasi objek seperti pena dan keyboard.

Ketiga domain tersebut sangat penting dalam proses pembelajaran

agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berikut ini pendapat

Suyanto dan Asep Jihad tentang ketiga domain tersebut :

Sebagai guru yang professional di tuntut untuk memiliki tiga kemampuan. Pertama kemampuan kognitif, berarti guru harus menguasai materi, metode, media, dan mampu merencanakan dan mengembangkan kegiatan pembelajaran. Kedua, kemampuan afektif, berarti guru memiliki ahlak yang luhur, terjaga perilakunya sehingga ia akan menjadi model yang bisa diteladani oleh siswanya. Ketiga, kemampuan psikomotorik, berarti guru dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengimplementasikan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.5

Dari sinilah perhatian terhadap peserta didik dalam kegiatan penilaian

sangat diperlukan agar proses evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan

tujuan yang diinginkan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang sistem pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pada bab II pasal 3

menjelaskan tentang fungsi pendidikan ialah “mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

undang-undang.”6

4

Peter W. Airasian and Micheal K. Russel, Classroom Assesment : Concepts and Applications, (New York: McGraw Hill, 2008), h. 4

5

Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Yang Profesional,(Jakarta : Erlangga, 2013), h. 6 6

(19)

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi

sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan belajar mengajar. Karena

pendidikan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa

dan dapat meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Agar terwujud

masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan

sejahtera. Maka haruslah didukung oleh manusia, ilmu pengetahuan dan

teknologi. Dan pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan

kualitas bangsa, dengan pendidikan wawasan dan pola pikir bangsa akan

menjadi terbuka dan mempunyai motivasi untuk meraih kemajuan seperti

bangsa lain. Menurut Hasbullah pendidikan adalah “usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai

tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.”7

Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan Sekolah

Madrasah Aliyah Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan

hasil belajar sebagai bagian dari peningkatkan kualitas pendidikan dapat

dilakukan melalui sistem penilaian atau evaluasi. Evaluasi merupakan suatu

kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan yang direncanakan telah dikuasai

atau telah dicapai oleh objek evaluasi setelah melalui suatu proses atau

pengalaman.

Melihat pentingnya penilaian/evaluasi pendidikan, khususnya

mengukur kegiatan belajar mengajar, maka evaluasi pendidikan harus

dilakukan pada semua mata pelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan harus

dapat mengukur semua ranah baik kognitif, afektif dan psikomotor. Suatu

pembelajaran dikatakan sukses atau tidaknya, bukan hanya diukur dengan

melihat dari ranah kognitif siswa saja tetapi harus seluruh ranah yang dinilai

oleh para guru kepada peserta didik.

Dalam pembelajaran Ekonomi berdasarkan hasil wawancara dengan

guru Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang berkenaan dengan Implementasi Penilaian Hasil Belajar pada

7

(20)

Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Menggunakan ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotor. Namun pada penilaian ranah afektif dan ranah psikomotor pada

mata pelajaran Ekonomi hanya dilakukan melalui pengamatan guru ketika

proses pembelajaran dilakukan. Hal ini karena pada mata pelajaran Ekonomi

belum menggunakan instrument penilaian pada ranah afektif dan ranah

psikomotor.

Penilaian hasil belajar harus dilakukan oleh setiap guru dimana

penilaian harus dimulai dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini

seharusnya dilakukan secara integratif karena kenyataannya banyak siswa

yang secara kognitif termasuk pintar namun belum tentu mampu

bersosialisasi dengan baik dalam bermasyarakat. Penilaian tidak hanya dinilai

dari kecerdasan seseorang saja tetapi tingkah laku dan keterampilan harus

dinilai dengan sebaik dari keseharian peserta didik dilingkungan sekolah

maupun dimasyrakat.

Berdasarkan hal tersebut, pada ranah afektif, dapat dilihat dari

bagaimana keseharian siswa ketika mengikuti pelajaran Ekonomi. Penilaian

yang dilakukan dapat dilihat dari perilaku-perilaku siswa sehari-hari dan

bagaimana mereka bergaul dengan teman-temannya. Dalam praktiknya

penilaian afektif masih terdapat sebagian siswa yang akhlaknya kurang baik,

misalnya menjaili temannya pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Seperti halnya dimana ranah afektif yang baik akan berbanding lurus dengan

nilai yang diraih, hal ini terbukti masih terdapat siswa yang afektifnya rendah

maka nilai yang dicapai pun rendah, sedangkan anak yang afektifnya yang

baik maka nilainya pun akan tinggi.

Dalam ranah psikomotorik, belum secara keseluruhan dilakukan oleh

guru Ekonomi padahal semua aspek penilaian sangatlah penting untuk

diterapkan dalam proses pembelajaran siswa. Sementara itu penilaian pada

ranah kognitif dilihat dari segi alat tes dan non tes yang diterapkan oleh guru

Ekonomi tidak semuanya tes yang diberikan kepada siswa dalam melakukan

(21)

hasil belajar siswa hanya memperhatikan prilaku siswa tersebut karena pada

mata pelajaran Ekonomi belum mempunyai penilaian khusus terhadap hasil

belajar siswa pada ranah afektif dan ranah psikomotor. Teknik tes sendiri

merupakan alat ukur kognitif siswa sedangkan pada non-tes merupakan alat

ukur mengetahui afektif dan psikomotor siswa.

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Peraturan Mentri

Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 66 Tahun 2013 tentang

standar penilaian pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin:

(1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan

dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian

peserta didik secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai

dengan konteks sosial budaya, dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik

secara objektif, akuntabel, dan informative. Standar penilaian pendidikan ini

disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidik, dan

pemerintah pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan

menengah.8

Hal ini menunjukkan bahwa penilaian menurut Permendiknas

merupakan kriteria, prosedur, dan instrumen penilaian pada hasil belajar

peserta didik sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengkaji dan meneliti lebih

lanjut mengenai proses penilaian pembelajaran dalam mata pelajaran

Ekonomi dan mengangkat masalah yang berjudul: “IMPLEMENTASI

PENILAIAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X DI MADARASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA”

8

(22)

B. Masalah Penelitian 1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah Implementasi penilaian hasil belajar pada

mata pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Implementasi penilaian hasil belajar menyangkut hasil

dan pelaksanaan penilaian pada mata pelajaran Ekonomi.

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Implementasi penilaian pada ranah kognitif dalam pembelajaran

Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

b. Implementasi penilaian pada ranah afektif dalam pembelajaran

Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

c. Implementasi penilaian pada ranah psikomotor dalam pembelajaran

Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dan penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah implementasi penilaian ranah kognitif dalam

pembelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta?

b. Bagaimanakah implementasi penilaian ranah afektif dalam

pembelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta?

c. Bagaimanakah implementasi penilaian ranah psikomotor dalam

pembelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

(23)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui implementasi penilaian ranah kognitif dalam pembelajaran

Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Mengetahui implementasi penilaian ranah afektif dalam pembelajaran

Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Mengetahui implementasi penilaian ranah psikomotor dalam pembelajaran

Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru, dapat menjadi salah satu acuan untuk menggunakan proses

penilaian yang tepat pada saat pembelajaran dilakukan.

2. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan

dalam membina guru dalam kreativitasnya oleh pelatihan pendidikan

3. Bagi pengawas, dapat melakukan pembinaan untuk

mengembangkan kualitas sekolah, kinerja guru, dan kinerja

(24)

8

A. Ranah Kognitif

1. Pengertian Ranah Kognitif

Ranah Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan

dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir, seperti

kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Ranah

kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan, yaitu: “pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.”1

Menurut Piaget, sebagaimana dikutip oleh Syamsul Bachri Thalib

“ menjelaskan bahwa selama tahapan operasi formal yang terjadi sekitar usia 11-15 tahun, seseorang anak mengalami perkembangan penalaran dan

kemampuan berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya

bersadarkan pengalaman langsung.”2

Jadi menurut Piaget bahwa penilaian ranah kognitif yang dipelajari

sejak kanak-kanak bertindak sebagai acuan untuk mengenai apa yang

terjadi, dan bagaimana menerapkan pada tahap selanjutnya. Pieget

memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun

pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif dalam menerima

informasi.

Menurut Jerome Bruner, sebagaimana dikutip oleh Syarifan

Nurjan, “teori perkembangan kognitif antara lain ada dua ciri yang harus memperhatikan aspek-aspek pertumbuhan secara alamiah, berikut

penjelasannya:

a. Pertumbuhan intelektual ditandai dengan berkembangannya respon

setiap stimulus terhadap lingkungan secara tiba-tiba.

1

Wina Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana. 2008), h. 125.

2

(25)

b. Pertumbuhan tergantung pada perkembangan internal dan sistem

penyimpanan informasi yang menggambarkan fakta.” 3

Dari kesimpulan menurut pendapat Jerome Bruner, ranah kognitif

adalah untuk memperoleh kepuasan, memodifikasi respon untuk

menghadapi situasi pada perubahan lingkungan. Dan memungkinkan

peserta didik untuk mempelajari sistem symbol pada dunianya, sehingga

peserta didik dapat meningkatkan kemampuannya untuk menduga

berdasarkan fakta yang peserta didik ketahui.

Dari berbagai pengertian yang telah dijelaskan diatas dapat

disimpulkan bahwa ranah kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan

untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan

persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan

seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan

merencanakan untuk masa depan.

Menurut Matinis Yamin, tujuan kognitif berorientasi kepada

kemampuan “berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih

sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan

masalah yang menentukan siswa untuk menghubungkan dan

menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya

dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.4 Aktivitas mental yang

berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi

yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan

masalah, dan merencanakan untuk masa depan.

Seorang guru dalam mengembangkan keterampilan ranah kognitif

para siswanya merupakan hal yang paling penting jika guru tersebut

menginginkan siswanya aktif mengembangkan keterampilan aspek-aspek

psikologis lainnya. Selanjutnya untuk memperjelas gagasan

pengembangan kecakapan ranah kognitif berikut ini digambarkan pola

3

Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar, ( Surabaya: Amanah Pustaka. 2009), h. 6.

4

(26)

pengembangan fungsi pada ranah kognitif siswa.5 Sebagaimana ditulis

[image:26.595.110.515.183.664.2]

oleh Muhibbin Syah.

Gambar 2.1

Pola Pengembangan Fungsi Kognitif Siswa

5

Muhibbi Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. 1999), h. 52-53

Pengembangan fungsi kognitif

Upaya

1. Proses mengajar-belajar (PMB) memahami, meyakini, dan mengaplikasikan isi dan nilai materi pelajaran

2. Proses mengajar-belajar (PMB) memecahkan masalah dengan mengaplikasikan isi dan nilai materi pelajaran

Hasil

Kecakapan kognitif siswa

Kecakapan afektif siswa

Kecakapan psikomotor siswa

Hasil

(27)

2. Hasil Belajar Penguasaan Kompetensi Ranah Kognitif Dalam Mata Pelajaran Ekonomi

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam

kawasan kognisi. Menurut Winkel dan Mukhtar, bahwa ranah kognitif

adalah ranah yang menyangkut kegiatan otak. Artinya, upaya yang

menyangkut aktivitas otak termasuk kedalam ranah kognitif.6 Karena

belajar melibatkan otak, maka perubahan perilaku akibatnya juga terjadi

dalam otak berupa kemampuan tertentu oleh otak untuk menyelesaikan

masalah.

Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan

kegiatan mental/otak. Bloom membagi dan menyusun secara hierarki

tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana

yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi.

Makin tinggi tingkatannya maka makin tinggi dan kompleks dan

penguasaan suatu tingkat masyarakat penguasaan tingkat sebelumnya.

Bloom mengklasifikasikan tujuan kognitif dalam enam tipe dalam

Ngalim Purwanto, yaitu: “a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge); b) Tipe hasil belajar pemahaman (Comprehension); c) Tipe

hasil belajar analisis; d) Tipe hasil belajar sintesis; e) Tipe hasil belajar

evaluasi.” 7

a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge)

Yaitu tingkat kemampuan yang diminta yang hanya meminta

responden untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep. Fakta

atau istilah tanpa harus mengerti, menilai atau dapat

menggunakannya. Kata kerja operasional yang digunakan untuk

mengukur jenjang penguasaan tipe ini antara lain: menyebutkan,

mendefinisikan, menunjukkan dan lain-lain.

6

Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), h. 43

7

(28)

b. Tipe hasil belajar pemahaman (Comprehension)

Yaitu tingkat kemampuan yang mengharapkan testee

(responden) mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta

yang diketahuinya, testee tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi

memahami konsep dari fakta atau masalah yang ditanyakan kata

kerja opersional yang digunakan untuk mengukur tipe ini antara lain:

membedakan, menjelaskan, memberi contoh, mendemonstrasikan

dan lain-lain.

c. Tipe hasil belajar penerapan (Application)

Yaitu kemampuan yang mengharapkan responden mampu

untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahui

dalam situasi yang baru baginya. Kata kerja operasional yang

digunakan untuk mengukurnya antara lain: menggunakan,

menerapkan, menghubungkan dan lain-lain.

d. Tipe hasil belajar analisis (Analysis)

Yang tingkat kemampuan responden utuk menganalisis atau

menguraikan suatu integritas atau situasi tertentu kedalam komponen

atau unsur pembentuknya. Kata kerja yang digunakan untuk

mengukur penguasaan jenjang analisis ini antara lain: membedakan,

mengklasifikasikan, membandingkan, mengategorikan dan lain-lain.

e. Tipe hasil belajar sintesis (Synthesis)

Yang dimaksud dengan sintesis adalah penyatuan unsur atau

bagian-bagian kedalam suatu bentuk yang menyeluruh. Jadi

kemampuan sintesis yaitu: kemampuan yang menuntut responden

untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urusan tertentu, atau

menemukan abstraksinga yang berupa integritas. Kata kerja

operasional yang digunakan untuk mengukur antara lain:

menghubungkan, menggambungkan, menyimpulkan,

(29)

f. Tipe hasil belajar evaluasi (Evaluation)

Yaitu kemampuan yang menuntut responden untuk dapat

membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi

berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kata kerja yang digunakan untuk

mengukur kemampuan jenjang evaluasi antara lain: membandingkan,

[image:29.595.113.515.219.727.2]

menafsirkan, menilai, dan memutuskan.

Tabel 2.1 : Tingkatan Domain Kognitif8

No Tingkatan Deskripsi Kompetensi

1 Ingatan (knowledge/recalling) Pengetahuan terhadap fakta, konsep,

definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar,

rumus, teori, dan kesimpulan.

Contoh kegiatan belajar/kompetensi

yang dikehendaki:

a. Mengemukakan arti

b. Menanamkan sesuatu

c. Membuat daftar

d. Menentukan lokasi

e. Mendeskripsikan sesuatu

f. Menceritakan apa yang terjadi

g. Menguraikan apa yang terjadi

2 Pemahaman (comprehension) Pemahaman terhadap hubungan

antar-faktor, antar-konsep, antar-data,

sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan.

Contoh:

a. Mengungkapkan gagasan/pendapat

dengan kata-kata sendiri

b. Membedakan/membandingkan

c. Menginterpretasi data

8

(30)

d. Mendeskripsi dengan kata-kata sendiri

e. Menjelaskan gagasan pokok

f. Menceritakan kembali dengan

kata-kata sendiri

3 Penerapan (application) Menggunakan pengetahuan untuk

memecahkan masalah dan menerapkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh:

a. Menghitung kebutuhan

b. Melakukan percobaan

c. Membuat peta

d. Membuat model

e. Merancang strategi

4 Analisis (analysis) Menentukan bagian-bagian dari suatu

masalah, penyelesaian atau gagasan,

menunjukkan hubungan antar bagian.

a. Mengidentifikasi faktor

penyebab/perumusan masalah

b. Mengajukan pertanyaan untuk

memperoleh informasi

c. Membuat grafik

d. Mengkaji ulang

5 Sintesis (synthesis) Mengabungkan berbagai informasi

menjadi satu kumpulan atau konsep,

meramu/merangkai berbagai gagasan

menjadi sesuatu yang baru.

Contoh:

a. Membuat desain

(31)

c. Memprediksi

d. Merancang model mobil/pesawat

sederhana

e. Menciptakan produk baru

6 Evaluasi (evaluation) Mempertimbangkan dan menilai

benar-salah, baik-buruk, bermanfaat – tidak bermanfaat.

Contoh:

a. Mempertahankan pendapat

b. Beradu argumentasi

c. Memilih solusi yang lebih baik

d. Menyusun kriteria penilaian

e. Menyarankan perubahan

f. Menulis laporan

g. Membahas suatu kasus

h. Menyarankan strategi baru

Dalam menerapkan keenam tingkatan kognitif, perlu

diperhatikan eksitensi dan kontinuitas dari tingkat yang paling rendah,

kongkrit, sederhana (tingkat pengetahuan) sampai pada tingkat yang

paling tinggi, kompleks dan abstrak (tingkat evaluasi). Apabila tujuan

instruksional ditulis sesuai dengan tingkat yang berbeda-beda ini

maka perancang pembelajaran akan mendapatkan berbagai tipe tugas

dan penilaian yang berbeda pula tetapi lebih cocok dengan kebutuhan

pendidikan. Menurut Martinis Yamin salah satu lagi yang perlu

diketahui adalah “taksonomi tujuan instruksional tidak menyediakan rumusan umum tentang cara mengajar agar tujuan instruksional dapat

tercapai.”9

9

(32)

Berikut ini penjelasan dari kompetensi pengetahuan dalam kurikulum

[image:32.595.109.517.193.587.2]

2013.10

Tabel 2.2 Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) Kelas X, XI, dan XII Sekoah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah

KOMPETENSI INTI KELAS X KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XII 1. Memahami, menerapkan, menganalisis

engetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya dan humaniora

dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan

pengetahuan

procedural pada

bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

1.Memahami, menerapkan, menganalisis

engetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan

pengetahuan

procedural pada

bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya

untuk memecahkan

masalah

2.Memahami, menerapkan, menganalisis

engetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan

pengetahuan

procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Pembelajaran Ekonomi bertujuan membentuk warga negara

yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di

tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan

menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Namun tujuan

umum pembelajaran ekonomi adalah memperdayakan siswa agar

memiliki kecakapan berfikir, membentuk warga negara yang aktif

10

(33)

bertanggung jawab serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep-konsep

ilmu pengetahuan sosial (IPS). Sasaran dan tujuan-tujuan pembelajaran

ekonomi di atas dapat dikaitkan menjadi :

a) Pengembangan aspek pengetahuan (kognitive)

b) Pengemabangan aspek nilai dan kepribadian (affective)

c) Pengembangan aspek keterampilan (psycomotorik)11

Dengan tercapainya tiga sasaran pokok tersebut diharapkan akan

tercipta manusia-manusia yang berkualitas, bertanggung jawab atas

penggunaan bangsa dan negara serta ikut bertanggung jawab terhadap

perdamaian dunia.

3. Bentuk Penilaian ranah Kognitif

Tujuan belajar kognitif dapat dinilai melalui tes lisan maupun

tertulis. Menurut Sudaryono tes tertulis bisa berbentuk “tes objektif (benar-salah, menjodohkan, pilihan berganda, dan jawaban singkat) dan

tes essai yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

dalam mengukur, menghubungkan, mengintegrasikan, dan menilai

suatu ide.”12 Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi

Kurikulum penilaian ranah kognitif berbentuk “Teknik tes tertulis ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: Soal dengan memilih jawaban

(selected response), mencakup: pilihan ganda, benar-salah, dan

menjodohkan”. 13

a. Tes Lisan

Menurut Anas Sudijono, tes lisan harus berlangsung secara

wajar. Pertanyaaa tersebut mengandung makna bahwa tes lisa itu

11Martcy Chrisna Dwi Putranti, Skripsi “

Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Materi Ekonomi”, (Jakarta: UIN, 2012), h. 28

12

Sudaryono, Op. Cit., h. 46

13

(34)

jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup atau panic

dikalangangan taste. Karena itu, dalam mengajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada testee harus menggunakan kata-kata yang halus,

bersifat sabar dan tidak emosional.”14 Dimana tes lisan melatih peserta didik untuk mndapatkan pertanyaan secara lisan yang harus

dijawab secara lisan pula. Jadi tes lisan disini yang merupakan tes

yang diberikan oleh seeorang pendidik kepada peserta didik

dengan cara lisan.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah “tes lisan merupakan alat penilaian yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan

Tanya jawab secara langsung untuk mengetahui

kemampuan-kemampuan berupa berpikir siswa dalam memecahkan suatu

masalah, mempertanggung jawabkan pendapat, penggunaan

[image:34.595.110.519.110.695.2]

bahasa, dan penguasaan materi pelajaran.”15

Tabel 2.3 Kelebihan dan Kelemahan Tes Lisan16

Kelebihan Tes Lisan Kelemahan Tes Lisan

1. Dapat menilai kemampuan dan

tingkat pengetahuan yang dimiliki

peserta didik, sikap, serta

kepribadiannya karena dilakukan

secara berhadapan langsung.

1. Subjektivitas pendidik sering

mencemari hasil tes,

2. Bagi peserta didik yang kemampuan

berpikirnya relatif lambat sehingga

sering mengalami kesukaran dalam

memahami pernyataan soal, tes

bentuk ini dapat menolong sebab

2 Waktu pelaksanaan yang

diperlukan.

14

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), h. 155

15

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 219

16http://dayanmaulana.blogspot.com/2011/03/tes-lisan.html Di Akses pada tanggal 24

(35)

peserta didik dapat menanyakan

langsung kejelasan pertanyaan yang

dimaksud.

3 Hasil tes dapat langsung diketahui

peserta didik.

3 Sangat memungkinkan

ketidakadilan

4 Siswa dapat mengemukakan

argumentasi

4 Subjektifitas tinggi

5 Dapat mengevaluasi kemampuan

penalaran

5 Memerlukan waktu yang lama

6 Dapat mengevaluasi kemampuan

berbahasa lisan

6 siswa dapat melakukan ABS

7 Dapat melakukan pendalaman

materi

7 jika siswa memiliki sifat gugup

dapat mengganggu kelancaran

menjawab

8 Tidak mungkin terjadi penyontekan 8 Kurang reliabel

9 Bahan ujian dapat luas dan

mendalam

b. Tes Tetulis

Tes tertulis atau sering disebut paper dan pencil test adalah

test yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk

tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan

bentuk objektif (objective). Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi

Safrudin Abdul Jabar, “sedangkan kekuatan tes tertulis adalah kemampuan memilih kata-kata, kekayaan informasi, kemampun

berbahasa, kemampuan memadukan ide-ide, dan proses berpikir

peserta tes dapat dilihat dengan nyata.”17 Berikut bentuk-bentuk tes tertulis:

17

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan

(36)

1) Tes Essay

Shelley O’ hara mengatakan: “Probably the most dreaded

type of question is the essay question, because you aren’t given

any answers to choose from and you are faced with a blank page

that you need to compete”. Menurut pendapatnya bahwa yang paling ditakuti dari sejumah bentuk tes adalah tes essay, karena

tidak diberikan jawaban untuk dipilih dan anda dihadapkan

dengan sebuah halaman kosong yang harus diselesaikan.18

Menurut Armei Arief, tes essay yaitu “test yang disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya terdiri dari beberapa

kalimat. Untuk menjawab pertanyaan sangat memerlukan waktu

yang banyak, dan murid boleh menjawab sepuas-puasnya dan

seluas-luasnya.”19

Berikut contoh tes essay sebagai berikut:20

1. Apa pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

ekonomi? Jelaskan perbedaan antara pertumbuhan

ekonomi dengan pembangunan ekonomi!

Tebel 2.4 Kelebihan dan Kelemahan Tes Essay21 Kelebihan Tes

Essay Kelemahan Tes Essay

1. Guru tidak terlalu sulit untuk menyusun bentuk tes uraian.

1. Soal lazimnya terbatas sehingga cakupan materi evaluasi juga terbatas.

2. Melatih siswa

mengkontruksi gagasannya dengan baik kemudian mengekpresikannya ke dalam sebuah jawaban tertulis sebagai bentuk komunikasi dengan guru.

2. Jawaban heterogen sehingga

sering menyulitkan dalam

menilai.

18Shelley O’hara,

Improving Your Study Skills, (Canada: Wiley, 2006), h. 96

19

Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta:Ciputat Pers, 2002), h. 63

20

Mardiyatmo, Ekonomi SMA Kelas XI, (Jakarta: Yudhistira,2011), h. 50

21 http://www.pustakasekolah.com/essay-test-kelebihan-dan-kekurangannya.html#_ Di

(37)

3.Hemat/ ekonomis karena

sarana kertas untuk

menjawab terbatas.

3. Subyektifitas penilai sulit dihindari.

4. Kualitas tulisan, panjang pendeknya kalimat sering berpengaruh pada sikap guru dalam menilai sehingga obyektivitas kurang terjaga.

5. Karakteristik penyusun tes essay yang berlainan sering menimbulkan salah persepsi bagi siswa.

2) Tes Objektif

a. Tes benar-salah (true-false)

Menurut Zaenal Arifin bentuk tes benar salah (B-S) adalah

untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan

antara fakta dengan pendapat.”22

Menurut Surapranata, terdapat beberapa kelebihan dan

kelemahan bentuk soal benar-salah yang harus diperhatikan oleh

guru ketika mereka mengembangkan soal, “kelebihan pertama mudahnya membuat soal. Hanya dengan mengubah sedikit

pernyataan yang terdapat dalam buku atau membuat sama

pernyataan yang terdapat dalam buku misalnya, akan diperoleh

soal benar-salah. Kelemahannya soal benar-salah adalah

berkaitan dengan kemampuan yang hendak diukur.”23 Lazimnya, jawaban benar diberi skor 1, sedang jawaban salah diberi skor 0.

Skor yang dicapai siswa dilakukan dengan menjumlahkan

jawaban benar. Jadi, skor siswa sama dengan jumlah jawaban

benar. Hal ini berlaku untuk semua jenis tes objektif baik pilihan

ganda, benar-salah, isian singkat, maupun menjodohkan.

22

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Rosdakarya. 2011), h. 136

23

(38)

b. Tes Pilihan Ganda (multiple choice test)

Menurut Karmel dan Karmel dalam Sudaryono, ada

sepuluh kriteria tes pilihan ganda yang baik, yakni sebagai

berikut:

[image:38.595.108.518.195.700.2]

(a) tes harus relevan; (b) ada keseimbangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan jumlah butir tes yang mewakilinya; (c) efisiensi waktu yang digunakan untuk melakukan tes, pensekoran dan pengadministrasian skor tes; (d) objektivitas dalam memberikan sekor dan interpretasinya; (e) kekhususan tes yang mengukur materi pelajaran yang diajarkan di kelas; (f) tingkat kesukaran setiap butir tes; (g) kemampuan butir membedakan kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah; (h) reliabilitas; (i) kejujuran dan pemerataan kesempatan; dan (j) kecepatan menyelesaikan tes.24

Tabel 2.5 Contoh Format Tes Pilihan Ganda 25

Pengertian pembangunan ekonomi ialah….

a. Perluasan industry dan perdagangan

b. Pertambahan peralatan dan sarana pembangunan c. Kenaikan produksi dan pertambahan pendapatan d. Perubahan yang terus-menerus untuk kesempurnaan e. Peningkatan sarana dan prasarana perekonomian

c. Menjodohkan (matcing test)

Tes objektif bentuk matching sering dikenal dengan

istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes

menyesuaikan, tes mencocokan dan tes mempertandingkan.

Ciri-ciri antara lain yakni tes terdiri dari satu seri pertanyaan

dan satu seri jawaban. Menurut Anas Sudijono tugas testee

adalah “mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang

24

Sudaryono, Op. Cit., h. 111

25

(39)

telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan

pasagan, atau merupakan “jodoh” dari pertanyaannya.”26 Kelebihan tes tertulis bentuk menjodohkan adalah:

1. Waktu membaca dan merespon relatif singkat

2. Mudah untuk dibuat

3. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya

Sedangkan kelemahan dari tes tertulis bentuk

menjodohkan adalah:

1. Meteri soal menjodohkan dibatasi oleh factor

ingatan atau pengetahuan yang sederhana dan

kurang dapat dipakai untuk mengukur penguasaan

yang bersifat pengertian dan kemampuan

membuat penafsiran

2. Sulit menyusun soal menjodohkan yang

mengandung sejumlah respon yang homogen

3. Mudah terpengaruh dengan petunjuk yang tidak

relevan27

d. Tes isian (completion test)

Alat tes isian biasanya berbentuk cerita atau karangan

pendek, yang pada bagian-bagian yang memuat istilah atau

nama tertentu dikosongkan. Menurut Muhibbin Syah “tugas siswa dalam hal ini berpikir untuk menemukan kata-kata

yang relevan dengan karangan tersebut. Lalu kata-kata

dituliskan pada titik-titik atau ruang kosong yang terdapat

pada bagian tadi.”28 Contoh :

1. Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun…..

26

Anas Sudijono, Op.Cit., h. 111

27

Kunandar, Op. Cit., h. 208 28

(40)

2. Air akan membeku pada suhu…. Derajat Fahrenheit Ada juga completion test yang tidak berbentuk

kalimat pendek seperti diatas, tetapi merupakan

kalimat-kalimat dan memuat banyak isian.

Misalnya:

Di mulut, makanan dikunyah dan dicampur dengan ….. (1)

yang mengandung….. (2) berguna untuk menghancurkan….. (3) kemudian ditelan melalui….. (4) masuk ke….. (5) di sini dicampur dengan….. (6) dan

seterusnya.

Jawaban-jawaban tidak perlu ditulis ditempat yang

dikossongkan, sebab cara demikian akan meyukarkan

pemeriksa. Tetapi sediakanlah tempat tersendiri dengan

nomor urut ke bawah. Oleh karena itu dalam membuat soal,

tempat-tempat isian harus diberi contoh seperti diatas.

Contoh tempat jawaban:

1. ……… 2. ……… 3. ………... 4. ………

Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan

menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa

untuk menuliskan jawaban. Jenis soal ini biasa berupa

pertayaan dan melengkapi atau isian. Penskoran isian

singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk

(41)

B. Ranah Afektif

1. Pengertian Ranah Afektif

Menurut Anas Sudijono ranah afektif ialah “ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai bahwa sikap seseorang dapat diramalkan

perubahan-perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan

kognitif tingkat tinggi.”29

Menurut Muhibbin Syah, bahwa ranah kognitif sangat erat kaitannya

dengan “ranah kognitif pengembangan ranah kognitif pada dasarnya membuahkan kecakapan kognitif dan juga menghasilkan kecakapan

afektif.”30 Sebagai contoh, seorang guru yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kegnitif, maka berdampak positif pula

terhadap ranah efektif.

Menurut Zainal Arifin, ranah afektif yaitu internalisasi sikap yang

menunjuk kearah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik

menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap

sehingga mejadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan

menentukan tingkah laku.31 Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami

bahwa afektif ialah perilaku yang menekankan perasaan, emosi, atau

derajat tingkat penolakan atau penerimaan terhadap suatu objek.

Menurut Burhan Nurgiyantoro, bahwa ranah afektif berkaitan erat

dengan perasaan, nada, emosi, motivasi, kecenderungan bertingkah laku,

tingkatan penerima dan penolakan terhadap sesuatu.”32

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, ranah

afektif ialah penilaian terhadap aspek siswa untuk mengetahui sejauh

mana perilaku siswa dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan dan

membantu semua peserta didik belajar, serta mampu membangkitkan

29

Sudaryono , Op.Cit., h. 46

30

Muhibbin Syah, Op. Cit., h.51

31

Zainal Arifin, Op. Cit., h. 22

32

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi,

(42)

karakter peserta didik untuk belajar. Hal ini merupakan tanggung jawab

sebagai seorang guru sebagai pengajar dan pendidik. Selain itu juga ikatan

emosional sering diperlukan untuk membangun karakter kebersamaan

antar peserta didik dengan peserta didik lainnya.

Menurut Nana Sudjana, “tipe hasil belajar afekif nampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin,

motivasi belajar, menghargai guru, dan kelas, kebiasaan belajar, dan

hubugan sosial.”33

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud)

Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum pada sikap

adalah sebagai berikut:

Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.34

Ranah afektif mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap

emosi, atau nilai. Menurut Popham dalam Harun Rasyid, “ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang, orang yang tidak memiliki

minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi

secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran

diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal.”35

33

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 30

34

Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81A Tahun 2013, Tentang Implementasi Penilaian, h. 59

35

(43)

Terdapat 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu

“sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.”36

1) Sikap

Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka

atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui

cara mengamati dan menirukan suatu yang positif, kemudian melalui

penguatan menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat

diamati dalam proses pembelajaran. Penilaian sikap adalah penilaian

yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata

pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik dan sebagainya.

2) Moral

Moral berkenaan dengan perasaan salah atau benar terhadap

kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang

dilakuakan diri sendiri.

3) Minat

Minat merupakan suatu disposisi yang terorganisir melalui

pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek

khusus, aktivitas pemhaman, dan keterampilan untuk tujuan

perhatian atau pencapaian. Hal penting pada minat adalah

intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif

yang memiliki identintas tinggi.

4) Nilai

Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,

atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek.

Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi

sejumlah keyakinan sekitar obyek spesifik atau situasi, sedang suatu

nilai mengacu pada keyakinan sederhana.

36

Zaky. Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotori. Diambil dari

(44)

Nilai merupakan suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan

oleh individu yang mengendalikan pendidikan dalam mengarahkan minat,

sikap dan kepuasannya. Oleh karenanya sekolah harus menolong siswa

menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi

siswa menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan

bagi siswa dalam memperoleh kebahagiaan personal dan memberi

kontribusi positif terhadap masayarakat. Beberapa ranah afektif yang

tergolong penting adalah :

a. Kejujuran : peseta didik harus belajar untuk menghargai kejujuran

dalam berinteraksi dengan orang lain.

b. Integritas : peserta didik harus mengikat pada kode nilai,

misalnya moral, dan artitistik.

c. Adil : peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang

memperoleh perlakuan hokum yang sama.

d. Kebebasan : siswa harus yakin bahwa negara demokratis harus

memberi kebebsan secara maksimum kepada semua orang.

5) Konsep Diri

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan

individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya.

Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah

afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tapi bisa juga

institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif,

dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinu,

yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting

untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan

mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih

alternatif karir yang tepat bagi peserta didik.

Oleh karenanya, dari penjelasan di atas untuk mengetahui ranah

afektif pada sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral siswa terhadap

pelajaran, sebagai seorang guru harus melakukan penilaian dan dapat

(45)

tergolong masih rendah seraya mempertahankan minat siswa yang sudah

tinggi. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus menciptakan

pengalaman yang belajar lebih positif terhadap materi dan mata pelajaran.

Untuk itu semua lembaga pendidikan dalam merancang program

pembelajaran harus mempertahankan ranah afektif.

2. Hasil Belajar Penguasaan Kompetensi Ranah Afektif Dalam Mata Pelajaran Ekonomi

Menurut Bloom hasil belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan

belajar, dan hasil afektif. Andersen sependapat dengan Bloom bahwa

karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan

perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat

berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan

ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,

minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan

karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.

Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor

dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki

minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang

mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil

pembelajaran yang optimal.37

Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam

merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta

didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.

Hasil belajar pada ranah afektif sikap terdiri atas tiga komponen

yang saling menunjang yaitu: “1) komponen kognitif; 2) komponen afektif; 3) komponen konatif.”38Penejelasan ketiga konsep tersebut adalah sebagai berikut:

37

http://sumut.kemenag.go.id/ Diakses Pada Tanggal17 Juli Pukul 12:01 WIB

38

(46)

1) Komponen kognitif (komponen perseptual) Yaitu komponen yang

berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa

yang benar bagi obyek sikap, atau dengan kata lain komponen yang

berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yakni

berhubungan dengan bagaimana individu mempersepsi terhadap obyek

sikap.

2) Komponen afektif (komponen emosional) Yaitu komponen yang

berhubungan dengan perasaan-perasaan tertentu yang berupa rasa

senang (positif) dan tidak senang (negatif) terhadap obyek sikap.

Komponen ini menunjukkan arah sikap yaitu positif dan negatif.

3) Komponen konatif (komponen perilaku) Yaitu komponen yang

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang

dihadapi. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan

perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai

hasil belajar dalam bidang pendidikan. Menurut Kunandar, kemampuan

afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk

tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur,

menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri.

Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di

sekolah, yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang tepat.”39 Konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif,

perasaan sebagai komponen afektif, dengan tendensi perilaku sebagai

komponen konasi seperti itulah yang menjadi landasan terhadap skala

sikap. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen

tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain untuk dapat

menghasilkan arah sikap yang sama.

Sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang

tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai

39

(47)

keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu

mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang

optimal. Oleh karena itu, semua peserta didik untuk mencapai kompetensi

yang telah ditentukan.

Sikap merupakan sebuah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan

hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi

perilaku atau tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud

dalam panduan ini adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup

yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.

Pada kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua

yaitu sebagai berikut :

a. Sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik

yang beriman dan bertakwa

b. Sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang

[image:47.595.111.515.257.672.2]

berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Tabel 2.6 Penilaian Sikap40

Penilaian Sikap Menghargai dan menghayati ajaran

agama yang dianut

Penilaian Sikap Sosial

1. Jujur

2. Disiplin

3. Tanggung Jawab

4. Toleransi

5. Gotong Royong

6. Santun

7. Percaya diri

40

Imas Kurinasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan,

(48)

Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti -1: aspek sikap spiritual

(untuk mata pelajaran tertentu bersifat generic, artinya berlaku untuk

seluruh materi pokok). Sedangkan Kompetensi Dasar pada Kompetensi

Inti -2: aspek sosial (untuk mata pelajaran tertentu bersifat relative

generic, namun beberapa materi pokok tertentu ada Kompetensi Dasar

pada Kompetensi Inti -3 yang berbeda dengan Kompetensi Dasar lain pada

Kompetensi Inti -2). Guru dapat menambahkan sikap-sikap tersebut

menjai perluasan cakupan penilaian sikap. Perluasan cakupan penilaian

sikap didasarkan pada karakteristik Kompetensi Dasar pada Kompetensi

Inti -1 dan Kompetensi Inti - 2 setiap mata pelajaran.

Indikator yang terdapat dalam Standar Kompetensi mata pelajaran

Ekonomi dikelompokkan menjadi aspek:41

a. Kemampuan untuk mengembangkan konsep dan memahami peristiwa

ekonomi, dan

b. Kemampuan untuk melakukan aktivitas yang menggunakan pendekatan

ilmiah seperti problem solving, inkuiri, dan berpikir kritis untk

menggali, membangun, dan menjenaralisasi konsep dan peristiwa

ekonomi.

Berdasarkan hal itu, nilai hasil belajar dicantumkan dalam rapor

juga mencakup:

a. Penguasaan konsep

b. Kinerja Ilmiah

Untuk kepentingan pembelajaran dan penilaian, analisis terhadap

seluruh indikator diperlukan untuk menentukkan indikator-indikator yang

termasuk ke dalam masing-masing aspek. Dalam konteks penilaian sikap,

indikator merupakan tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik,

yang dapat diamati atau diobservasi oleh guru sebagai presentasi dari sikap

yang dinilai.

41

(49)
[image:49.595.113.514.136.735.2]

Tabel 2.7 Daftar Deskripsi Indikator42

Sikap dan pengertian

Sikap spiritual Contoh Indikator

1. Menghargai dan menghayati

ajaran agama yang dianut

a. Berdoa sebelum dan sesudah

menjalankan sesuatu.

b. Menjalankan ibadah tepat waktu

c. Memberi salam pada saat awal dan

akhir presentasi sesuai agama yang

dianut

d. Bersyukur atas nikmat dan karunia

Tuhan Yang Maha Esa

e. Mensyukuri kemampuan manusia

dalam mengendalikan diri

f. Mengucapkan syukur ketika

berhasil mengerjakan sesuatu

g. Berserah diri (tawakal) kepada

Tuhan setelah berihktiar atau

melakukan usaha

h. Menjaga lingkungan hidup disekitar

rumah tempat tinggal, sekolah dan

masyarakat

i. Memelihara hubungan baik dengan

dengan sesama umat ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa

j. Bersyukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa sebagai bangsa Indonesia

k. Menghormati orang lain

menjalankan ibadah sesuai dengan

agamanya

Sikap dan Pengertian

Sikap Sosial

Contoh Indikator

42

(50)

1. Jujur

Adalah perilaku dapat

dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan

a. Tidak menyontek dalam

mengerjakan ujian/ulangan

b. Tidak menjadi plagiat

(mengambil/menyalin karya orang

lain tanpa menyebutkan sumber)

c. Mengungkapkan perasaan apa

adanya

d. Menyerahkan kepada yang

berwenang barang yang ditemukan

e. Membuat laporan berdasarkan

data atau informasi apa adanya

f. Mengakui kesalahan atau

kekurangan yang dimiliki

2. Disiplin

Adalah tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib

dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

a. Datang tepat waktu

b. Patuh pada tata tertib atau aturan

bersama/sekolah

c. Mengerjakan/mengumpulkan tugas

sesuai dengan waktu yang

ditentukan

d. Mengikuti kaidah berbahasa tulis

yang baik dan benar

3. Tanggung jawab

Adalah sikap dan perilaku

seseorang untuk

melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang

seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan

(alam, sosial dan budaya),

negara dan Tuhan Yang

Maha Esa

a. Melaksanakan tugas individu dengan

baik

b. Menerima resiko dari tindakan yang

dilakukan

c. Tidak menyalahkan /menuduh orang

lain tanpa bukti yang akurat

d. Mengembalikan barang yang

dipinjam

e. Mengakui dan meminta maaf atas

kesalahan yang dilakukan

f. Menepati janji

(51)

kesalahan tindakan sendiri

h. Melaksanakan apa yang pernah

dikatakan tanpa disuruh atau diminta

4. Toleransi

Adalah sikap dan tindakan

yang menghargai

keberagaman latar belakang,

pandangan, dan keyakinan

a. Tidak mengganggu teman yang

berbeda pendapat

b. Menerima kesepakatan meskipun

berbeda dengan pendapatnya

c. Dapat menerima kekurangan orang

lain

d. Dapat memaafkan kesalahan orang

lain

e. Mampu dan mau bekerja sama

dengan siapa pun yang memiliki

keberagaman latar belakang,

pandangan, dan keyakinan

f. Tidak memasakan pendapat atau

keyakinan diri pada orang lain

g. Kesediaan untuk belajar dari

(terbuka terhadap) keyakinan dan

gagasan orang lain agar dapat

memahami orang lai lebih baik

h. Terbuka terhadap atau kesediaan

untuk menerima sesuatu yang baru

5. Gotong royong

Adalah bekerja

bersama-sama dengan ora

Gambar

Gambar 2.1 Pola Pengembangn Fungsi Kognitif Siswa ..................................   10
Gambar 2.1 Pola Pengembangan Fungsi Kognitif Siswa
Tabel 2.1 : Tingkatan Domain Kognitif8
Tabel 2.2 Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) Kelas X, XI, dan XII Sekoah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, the purpose of this research is to study the effect of recycle sludge in the new methane fermentation system capable of maintaining high speed and high

Jika jawaban yang diajukan oleh peserta didik kurang relevan dengan materi standar , maka guru dapat mengajukan pertanyaan lanjutan untuk memperoleh

Disk Jockey Pro IT Atau disebut dengan DJ Pro adalah salah satu perangkat duplikasidata yang sangat kuat dan juga dapat berfungsi untuk mendiagnosa produk.. Tableau

achievement and motivational value academic Supporting factors in the implementation of the management of the academic culture in shaping students' competence in

dilakukan agar proses kebijakan secara keseluruhan dapat berlangsung secara baik. Tugas pertama adalah untuk menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh

Peningkatan produktifitas disini akan melebar pada beberapa kriteria (perbaikan produk, diversifikasi produk (pengembangan produk), peningkatan produktivitas,

Penelitian Nur Rahma meneliti tentang ibu dan keberadaan pasangan yang sangat berpengaruh dalam penyesuaian diri ibu dalam mengahadapi sindrom sarang kosong, sedangkan penelitian

b) Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan industri perjalanan, teknologi atau seni sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata