Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun Oleh:
MARINI 1110015000078
JURUSAN PENDIDIKA IPS
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH JAKARTA
iii
Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Di Madarasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah penilaian hasil belajar menyangkut proses dan pelaksanaan penilaian pada mata pelajaran Ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian hasil belajar menyangkut proses dan pelaksanaan penilaian pada mata pelajaran Ekonomi.
Penelitian ini dilakukan di Madarasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian di Madarasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada penilaian ranah kognitif dilakukan dengan Quiz untuk mengetahui pemahaman masing-masing indikator, yang dilakukan secara tertulis dan bisa juga dengan pertanyaan lisan di kelas. Untuk mengetahui pencapaian kompetensi masing-masing Kompetensi Dasar dilakukan melalui ulangan harian. Namun pelaksanaan pada penilaian ranah kognitif belum sepenuhnya dilaksanakan pada mata pelajaran Ekonomi. Pada Penilaian ranah afektif dan ranah psikomotor melalui pengamatan secara observasi. Namun penilian ranah afektif dan ranah psikomotor belum sepenuhnya mengacu pada Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar.
iv
Faculty of Tarbiyah and Teaching Tearning, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
The research problem is focused to the assessment of learning outcomes and assessment process regarding the subjects of Economics.This study aims to determine the assessment of learning outcomes and process regarding the subjects of Economics. This research was conducted in Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.The method used is descriptive qualitative approach.Techniques and instruments of data collection in this study is the observation, interviews, and documentation.
Based on the results of research in Madrasah Aliyah Development UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cognitive assessment conducted by Quiz to find out the understandingof each indicator, which shall be in writingand can also with oral questions in class. To determine the achievement of their respective competences Basic competence is done through daily tests. However, implementation of cognitive assessment has not been fully implemented on the subjects of Economics. In the assessment of affective and psychomotor domains through observation. But judging affective and psychomotor not been fully focused on Care Competence- Competence Basic.
v
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa atas nikmat ilmu yang Allah berikan. Shalawat dan salam kepada baginda
Rasullah SAW yang Allah utus untuk menyelamatkan umat dari kedzaliman dan
kegelapan dunia.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kendala, motivasi,
bantuan dan semangat dari berbagai pihak. Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada mereka, karena do’a dan bimbingan mereka jugalah peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sekali lagi, hanya ucapkan terima kasih yang tulus dari
peneliti untuk semua yang telah turut membantu memberikan arahan dan motivasi
bagi peneliti, mereka adalah:
1. Nurlena Rifa’i P.hD selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Teuku Ramli Zakaria, MA. Sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya dan mencurahkan pikirannya selama penyusunan
skripsi.
4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang tak terhingga banyaknya dan sangat berguna bagi penulis.
5. Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ayah, Bapak Suaib dan Ibu, Mariyamah selaku orang tua saya yang
vi
menempuh pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Semua keluaraga besar H. Angkrih dan keluarga besar di Jawa Timur, serta
keluarga Fahrur Rizal yang selalu mendoakan saya sehingga mampu
menyelesaikan penulisan skripsi hingga menempuh pendidikan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10.Sahabat saya Ummi Sadiyah, Rizka Putri, Fauziah, kiki, Sari, Faiza, Rina,
Ninis, Ayu, dan Lita, terima kasih atas cerianya dikampus dan selalu
memberikan dorongan dan motivasinya yang sangat luar biasa untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11.Sahabat saya Melisa, Jenita, Lela, yang selalu memberikan bantuan,
dukungan, dan menghibur saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Buat sahabat saya yang dirumah, Dita, Ayu, Maya, Rahmah, Iim, Bibah,
Mifta, Anis, Pipin yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan terima
kasih atas kekeluargaannya,
13.Untuk keponakan saya Mutiara, Fawaz Marfi, Danar, Damar, Zahra, Icha,
Rahma, dan Haikal yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo’a semoga Allah
Swt memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan
kedapa-Nya, Aamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 13 Januari 2015
viii
Abstrak ... iii
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi... viii
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar ... xii
Daftar Lampiran ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Masalah Penelitian ... 6
1. Fokus Penelitian ... 6
2. Ruang Lingkup ... 6
3. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... . 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI... ... 8
A. Penilaian Ranah Kognitif ... 8
1. Pengertian Ranah Kognitif ... 8
2. Hasil Belajar Penguasaan Kompetensi Ranah Kognitif Dalam Mata Pelajaran Ekonomi ... 11
3. Bentuk Penilaian Ranah Kognitif ... 17
B. Penilaian Ranah Afektif ... 25
1. Pengertian Ranah Afektif ... 25
2. Hasil Belajar Penguasaan Kompetensi Ranah Afektif Dalam Mata Pelajaran Ekonomi ... 29
3. Bentuk Penilaian Ranah Afektif ... 38
C. Penilaian Ranah Psikomotor ... 42
1. Pengertian Ranah Psikomotor ... 42
ix
2. Kedudukan Mata Pelajaran Ekonomi... 52
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ekonomi ... 53
4. Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi ... 53
E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 54
F. Sinopsis ... 55
BAB III Metodologi Penelitian ... 57
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57
1. Tempat Penelitian ... 57
2. Waktu Penelitian ... 57
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 57
C. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data ... 58
D. Pengolahan dan Analisis Data ... 60
E. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 61
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 63
A. Potret Penilaian Hasil Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 63
B. Latar Penelitian ... 64
1. Sejarah berdirinya ... 64
2. Letak Geografis ... 66
3. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah ... 66
C. Hasil Penelitian ... 68
1. Implementasi Penilaian Ranah Kognitif Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UINSyarif Hidayatullah Jakarta ... 69
2. Implementasi Penilaian Ranah Afektif Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 70
x
2. Penilaian Ranah Afektif ... 75
3. Penilaian Ranah Psikomotor ... 78
BAB V PENUTUP ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
xi
Tabel 2.1 Tingkatan Domain Kognitif ... 13
Tabel 2.2 Kompetensi Inti Pengetahuan ... 16
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Tes Lisan ... 18
Tabel 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Tes Essay ... 20
Table 2.5 Contoh Format Tes Pilihan Ganda ... 22
Tabel 2.6 Penilaian Sikap ... 31
Tabel 2.7 Daftar Deskripsi Indikator ... 33
Table 2.8 kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI 1) dan Sikap Sosial (KI 2) Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah ... 37
Tabel 2.9 Ciri-ciri Hasil Belajar Psikomotor... 45
Table 3.0 Kompetensi Inti Keterampilan ... 47
Tabel 3.1 Format Penilaian Proyek Daftar Cek List ... 49
xiii
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 4 Hasil Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 5 Pedoman Wawancara Wakil Kepala Sekolah
Lampiran 6 Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah
Lampiran 7 Pedoman Wawancara Siswa
Lampiran 8 Hasil Wawancara Siswa
Lampiran 9 Lembar Observasi Kegiatan Guru
Lampiran 10 Lembar Observasi Kegiatan Siswa
Lampiran 11 Foto Kegiatan Proses Belajar Mengajar Pada Mata Pelajaran
1
Penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses
pendidikan. Menurut Arikunto “melalui penilaian, pelaku pendidikan mendapatkan gambaran sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan
pendidikan sudah tercapai.”1 Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris,“ bahwa penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh
informasi secara objektif, berkelanjutan dan meyeluruh tentang proses dan
hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk
menentukan perlakuan selanjutnya (2001, Depdiknas).”2 Oleh karena itu, sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dalam proses pembelajaran dan harus bermuara pada penguasaan kompetensi
yang diharapkan.
Salah satu kebijakan pemerintah di bidang penilaian pendidikan
diterapkan melalui Peraturan Menteri Nasional (Permendiknas) Nomor 20.
Tahun 2007, yang menerangkan bahwa “masalah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh dan berkesinambungan.”3 Hal ini menunjukkan bahwa penilaian oleh guru mencakup semua ranah kompetensi tanpa terkecuali.
Menurut Airasian dan Micheal K. Russel ada tiga domain dalam
penilaian yaitu domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor,
yang terlihat sebagai berikut:
1. The cognitive domain encompasses intelectul activities such as memorizing, interpreting, applying knowledge, solving problems, and critical thinking.
2. The affective domain involves feelings, attitudes, value, interests, and emotions.
1
Suharmini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2001), h. 3 2
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta : Multi Pressindo, 2012), h. 55
3
3. The psychomotor domain includes physical activities and actions in which students must manipulate objects such as a pen, a keyboard. 4
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa, ranah kognitif
yang mencakup kegiatan intelektual seperti menghafal, menafsirkan,
menerapkan pengetahuan, memecahkan masalah, dan berfikir kritis. Domain
efektif melibatkan perasaan, sikap, nilai, kepentingan, dan emosi. Domain
psikomotor meliputi kegiatan fisik dan tindakan dimana siswa harus
memanipulasi objek seperti pena dan keyboard.
Ketiga domain tersebut sangat penting dalam proses pembelajaran
agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berikut ini pendapat
Suyanto dan Asep Jihad tentang ketiga domain tersebut :
Sebagai guru yang professional di tuntut untuk memiliki tiga kemampuan. Pertama kemampuan kognitif, berarti guru harus menguasai materi, metode, media, dan mampu merencanakan dan mengembangkan kegiatan pembelajaran. Kedua, kemampuan afektif, berarti guru memiliki ahlak yang luhur, terjaga perilakunya sehingga ia akan menjadi model yang bisa diteladani oleh siswanya. Ketiga, kemampuan psikomotorik, berarti guru dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengimplementasikan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.5
Dari sinilah perhatian terhadap peserta didik dalam kegiatan penilaian
sangat diperlukan agar proses evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pada bab II pasal 3
menjelaskan tentang fungsi pendidikan ialah “mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang.”6
4
Peter W. Airasian and Micheal K. Russel, Classroom Assesment : Concepts and Applications, (New York: McGraw Hill, 2008), h. 4
5
Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Yang Profesional,(Jakarta : Erlangga, 2013), h. 6 6
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi
sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan belajar mengajar. Karena
pendidikan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
dan dapat meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Agar terwujud
masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan
sejahtera. Maka haruslah didukung oleh manusia, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dan pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
kualitas bangsa, dengan pendidikan wawasan dan pola pikir bangsa akan
menjadi terbuka dan mempunyai motivasi untuk meraih kemajuan seperti
bangsa lain. Menurut Hasbullah pendidikan adalah “usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.”7
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan Sekolah
Madrasah Aliyah Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar sebagai bagian dari peningkatkan kualitas pendidikan dapat
dilakukan melalui sistem penilaian atau evaluasi. Evaluasi merupakan suatu
kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan yang direncanakan telah dikuasai
atau telah dicapai oleh objek evaluasi setelah melalui suatu proses atau
pengalaman.
Melihat pentingnya penilaian/evaluasi pendidikan, khususnya
mengukur kegiatan belajar mengajar, maka evaluasi pendidikan harus
dilakukan pada semua mata pelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan harus
dapat mengukur semua ranah baik kognitif, afektif dan psikomotor. Suatu
pembelajaran dikatakan sukses atau tidaknya, bukan hanya diukur dengan
melihat dari ranah kognitif siswa saja tetapi harus seluruh ranah yang dinilai
oleh para guru kepada peserta didik.
Dalam pembelajaran Ekonomi berdasarkan hasil wawancara dengan
guru Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang berkenaan dengan Implementasi Penilaian Hasil Belajar pada
7
Mata Pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Menggunakan ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Namun pada penilaian ranah afektif dan ranah psikomotor pada
mata pelajaran Ekonomi hanya dilakukan melalui pengamatan guru ketika
proses pembelajaran dilakukan. Hal ini karena pada mata pelajaran Ekonomi
belum menggunakan instrument penilaian pada ranah afektif dan ranah
psikomotor.
Penilaian hasil belajar harus dilakukan oleh setiap guru dimana
penilaian harus dimulai dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini
seharusnya dilakukan secara integratif karena kenyataannya banyak siswa
yang secara kognitif termasuk pintar namun belum tentu mampu
bersosialisasi dengan baik dalam bermasyarakat. Penilaian tidak hanya dinilai
dari kecerdasan seseorang saja tetapi tingkah laku dan keterampilan harus
dinilai dengan sebaik dari keseharian peserta didik dilingkungan sekolah
maupun dimasyrakat.
Berdasarkan hal tersebut, pada ranah afektif, dapat dilihat dari
bagaimana keseharian siswa ketika mengikuti pelajaran Ekonomi. Penilaian
yang dilakukan dapat dilihat dari perilaku-perilaku siswa sehari-hari dan
bagaimana mereka bergaul dengan teman-temannya. Dalam praktiknya
penilaian afektif masih terdapat sebagian siswa yang akhlaknya kurang baik,
misalnya menjaili temannya pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Seperti halnya dimana ranah afektif yang baik akan berbanding lurus dengan
nilai yang diraih, hal ini terbukti masih terdapat siswa yang afektifnya rendah
maka nilai yang dicapai pun rendah, sedangkan anak yang afektifnya yang
baik maka nilainya pun akan tinggi.
Dalam ranah psikomotorik, belum secara keseluruhan dilakukan oleh
guru Ekonomi padahal semua aspek penilaian sangatlah penting untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran siswa. Sementara itu penilaian pada
ranah kognitif dilihat dari segi alat tes dan non tes yang diterapkan oleh guru
Ekonomi tidak semuanya tes yang diberikan kepada siswa dalam melakukan
hasil belajar siswa hanya memperhatikan prilaku siswa tersebut karena pada
mata pelajaran Ekonomi belum mempunyai penilaian khusus terhadap hasil
belajar siswa pada ranah afektif dan ranah psikomotor. Teknik tes sendiri
merupakan alat ukur kognitif siswa sedangkan pada non-tes merupakan alat
ukur mengetahui afektif dan psikomotor siswa.
Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Peraturan Mentri
Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 66 Tahun 2013 tentang
standar penilaian pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin:
(1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian
peserta didik secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai
dengan konteks sosial budaya, dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik
secara objektif, akuntabel, dan informative. Standar penilaian pendidikan ini
disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidik, dan
pemerintah pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah.8
Hal ini menunjukkan bahwa penilaian menurut Permendiknas
merupakan kriteria, prosedur, dan instrumen penilaian pada hasil belajar
peserta didik sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengkaji dan meneliti lebih
lanjut mengenai proses penilaian pembelajaran dalam mata pelajaran
Ekonomi dan mengangkat masalah yang berjudul: “IMPLEMENTASI
PENILAIAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X DI MADARASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA”
8
B. Masalah Penelitian 1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah Implementasi penilaian hasil belajar pada
mata pelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Implementasi penilaian hasil belajar menyangkut hasil
dan pelaksanaan penilaian pada mata pelajaran Ekonomi.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Implementasi penilaian pada ranah kognitif dalam pembelajaran
Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
b. Implementasi penilaian pada ranah afektif dalam pembelajaran
Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
c. Implementasi penilaian pada ranah psikomotor dalam pembelajaran
Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dan penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah implementasi penilaian ranah kognitif dalam
pembelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta?
b. Bagaimanakah implementasi penilaian ranah afektif dalam
pembelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta?
c. Bagaimanakah implementasi penilaian ranah psikomotor dalam
pembelajaran Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui implementasi penilaian ranah kognitif dalam pembelajaran
Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Mengetahui implementasi penilaian ranah afektif dalam pembelajaran
Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Mengetahui implementasi penilaian ranah psikomotor dalam pembelajaran
Ekonomi di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Guru, dapat menjadi salah satu acuan untuk menggunakan proses
penilaian yang tepat pada saat pembelajaran dilakukan.
2. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan
dalam membina guru dalam kreativitasnya oleh pelatihan pendidikan
3. Bagi pengawas, dapat melakukan pembinaan untuk
mengembangkan kualitas sekolah, kinerja guru, dan kinerja
8
A. Ranah Kognitif
1. Pengertian Ranah Kognitif
Ranah Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan
dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir, seperti
kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Ranah
kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan, yaitu: “pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.”1
Menurut Piaget, sebagaimana dikutip oleh Syamsul Bachri Thalib
“ menjelaskan bahwa selama tahapan operasi formal yang terjadi sekitar usia 11-15 tahun, seseorang anak mengalami perkembangan penalaran dan
kemampuan berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya
bersadarkan pengalaman langsung.”2
Jadi menurut Piaget bahwa penilaian ranah kognitif yang dipelajari
sejak kanak-kanak bertindak sebagai acuan untuk mengenai apa yang
terjadi, dan bagaimana menerapkan pada tahap selanjutnya. Pieget
memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif dalam menerima
informasi.
Menurut Jerome Bruner, sebagaimana dikutip oleh Syarifan
Nurjan, “teori perkembangan kognitif antara lain ada dua ciri yang harus memperhatikan aspek-aspek pertumbuhan secara alamiah, berikut
penjelasannya:
a. Pertumbuhan intelektual ditandai dengan berkembangannya respon
setiap stimulus terhadap lingkungan secara tiba-tiba.
1
Wina Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana. 2008), h. 125.
2
b. Pertumbuhan tergantung pada perkembangan internal dan sistem
penyimpanan informasi yang menggambarkan fakta.” 3
Dari kesimpulan menurut pendapat Jerome Bruner, ranah kognitif
adalah untuk memperoleh kepuasan, memodifikasi respon untuk
menghadapi situasi pada perubahan lingkungan. Dan memungkinkan
peserta didik untuk mempelajari sistem symbol pada dunianya, sehingga
peserta didik dapat meningkatkan kemampuannya untuk menduga
berdasarkan fakta yang peserta didik ketahui.
Dari berbagai pengertian yang telah dijelaskan diatas dapat
disimpulkan bahwa ranah kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan
untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan
persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan
seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan untuk masa depan.
Menurut Matinis Yamin, tujuan kognitif berorientasi kepada
kemampuan “berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan
masalah yang menentukan siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya
dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.4 Aktivitas mental yang
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi
yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan
masalah, dan merencanakan untuk masa depan.
Seorang guru dalam mengembangkan keterampilan ranah kognitif
para siswanya merupakan hal yang paling penting jika guru tersebut
menginginkan siswanya aktif mengembangkan keterampilan aspek-aspek
psikologis lainnya. Selanjutnya untuk memperjelas gagasan
pengembangan kecakapan ranah kognitif berikut ini digambarkan pola
3
Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar, ( Surabaya: Amanah Pustaka. 2009), h. 6.
4
pengembangan fungsi pada ranah kognitif siswa.5 Sebagaimana ditulis
[image:26.595.110.515.183.664.2]oleh Muhibbin Syah.
Gambar 2.1
Pola Pengembangan Fungsi Kognitif Siswa
5
Muhibbi Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. 1999), h. 52-53
Pengembangan fungsi kognitif
Upaya
1. Proses mengajar-belajar (PMB) memahami, meyakini, dan mengaplikasikan isi dan nilai materi pelajaran
2. Proses mengajar-belajar (PMB) memecahkan masalah dengan mengaplikasikan isi dan nilai materi pelajaran
Hasil
Kecakapan kognitif siswa
Kecakapan afektif siswa
Kecakapan psikomotor siswa
Hasil
2. Hasil Belajar Penguasaan Kompetensi Ranah Kognitif Dalam Mata Pelajaran Ekonomi
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi. Menurut Winkel dan Mukhtar, bahwa ranah kognitif
adalah ranah yang menyangkut kegiatan otak. Artinya, upaya yang
menyangkut aktivitas otak termasuk kedalam ranah kognitif.6 Karena
belajar melibatkan otak, maka perubahan perilaku akibatnya juga terjadi
dalam otak berupa kemampuan tertentu oleh otak untuk menyelesaikan
masalah.
Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan
kegiatan mental/otak. Bloom membagi dan menyusun secara hierarki
tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana
yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi.
Makin tinggi tingkatannya maka makin tinggi dan kompleks dan
penguasaan suatu tingkat masyarakat penguasaan tingkat sebelumnya.
Bloom mengklasifikasikan tujuan kognitif dalam enam tipe dalam
Ngalim Purwanto, yaitu: “a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge); b) Tipe hasil belajar pemahaman (Comprehension); c) Tipe
hasil belajar analisis; d) Tipe hasil belajar sintesis; e) Tipe hasil belajar
evaluasi.” 7
a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge)
Yaitu tingkat kemampuan yang diminta yang hanya meminta
responden untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep. Fakta
atau istilah tanpa harus mengerti, menilai atau dapat
menggunakannya. Kata kerja operasional yang digunakan untuk
mengukur jenjang penguasaan tipe ini antara lain: menyebutkan,
mendefinisikan, menunjukkan dan lain-lain.
6
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), h. 43
7
b. Tipe hasil belajar pemahaman (Comprehension)
Yaitu tingkat kemampuan yang mengharapkan testee
(responden) mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta
yang diketahuinya, testee tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi
memahami konsep dari fakta atau masalah yang ditanyakan kata
kerja opersional yang digunakan untuk mengukur tipe ini antara lain:
membedakan, menjelaskan, memberi contoh, mendemonstrasikan
dan lain-lain.
c. Tipe hasil belajar penerapan (Application)
Yaitu kemampuan yang mengharapkan responden mampu
untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahui
dalam situasi yang baru baginya. Kata kerja operasional yang
digunakan untuk mengukurnya antara lain: menggunakan,
menerapkan, menghubungkan dan lain-lain.
d. Tipe hasil belajar analisis (Analysis)
Yang tingkat kemampuan responden utuk menganalisis atau
menguraikan suatu integritas atau situasi tertentu kedalam komponen
atau unsur pembentuknya. Kata kerja yang digunakan untuk
mengukur penguasaan jenjang analisis ini antara lain: membedakan,
mengklasifikasikan, membandingkan, mengategorikan dan lain-lain.
e. Tipe hasil belajar sintesis (Synthesis)
Yang dimaksud dengan sintesis adalah penyatuan unsur atau
bagian-bagian kedalam suatu bentuk yang menyeluruh. Jadi
kemampuan sintesis yaitu: kemampuan yang menuntut responden
untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urusan tertentu, atau
menemukan abstraksinga yang berupa integritas. Kata kerja
operasional yang digunakan untuk mengukur antara lain:
menghubungkan, menggambungkan, menyimpulkan,
f. Tipe hasil belajar evaluasi (Evaluation)
Yaitu kemampuan yang menuntut responden untuk dapat
membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kata kerja yang digunakan untuk
mengukur kemampuan jenjang evaluasi antara lain: membandingkan,
[image:29.595.113.515.219.727.2]menafsirkan, menilai, dan memutuskan.
Tabel 2.1 : Tingkatan Domain Kognitif8
No Tingkatan Deskripsi Kompetensi
1 Ingatan (knowledge/recalling) Pengetahuan terhadap fakta, konsep,
definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar,
rumus, teori, dan kesimpulan.
Contoh kegiatan belajar/kompetensi
yang dikehendaki:
a. Mengemukakan arti
b. Menanamkan sesuatu
c. Membuat daftar
d. Menentukan lokasi
e. Mendeskripsikan sesuatu
f. Menceritakan apa yang terjadi
g. Menguraikan apa yang terjadi
2 Pemahaman (comprehension) Pemahaman terhadap hubungan
antar-faktor, antar-konsep, antar-data,
sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan.
Contoh:
a. Mengungkapkan gagasan/pendapat
dengan kata-kata sendiri
b. Membedakan/membandingkan
c. Menginterpretasi data
8
d. Mendeskripsi dengan kata-kata sendiri
e. Menjelaskan gagasan pokok
f. Menceritakan kembali dengan
kata-kata sendiri
3 Penerapan (application) Menggunakan pengetahuan untuk
memecahkan masalah dan menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
a. Menghitung kebutuhan
b. Melakukan percobaan
c. Membuat peta
d. Membuat model
e. Merancang strategi
4 Analisis (analysis) Menentukan bagian-bagian dari suatu
masalah, penyelesaian atau gagasan,
menunjukkan hubungan antar bagian.
a. Mengidentifikasi faktor
penyebab/perumusan masalah
b. Mengajukan pertanyaan untuk
memperoleh informasi
c. Membuat grafik
d. Mengkaji ulang
5 Sintesis (synthesis) Mengabungkan berbagai informasi
menjadi satu kumpulan atau konsep,
meramu/merangkai berbagai gagasan
menjadi sesuatu yang baru.
Contoh:
a. Membuat desain
c. Memprediksi
d. Merancang model mobil/pesawat
sederhana
e. Menciptakan produk baru
6 Evaluasi (evaluation) Mempertimbangkan dan menilai
benar-salah, baik-buruk, bermanfaat – tidak bermanfaat.
Contoh:
a. Mempertahankan pendapat
b. Beradu argumentasi
c. Memilih solusi yang lebih baik
d. Menyusun kriteria penilaian
e. Menyarankan perubahan
f. Menulis laporan
g. Membahas suatu kasus
h. Menyarankan strategi baru
Dalam menerapkan keenam tingkatan kognitif, perlu
diperhatikan eksitensi dan kontinuitas dari tingkat yang paling rendah,
kongkrit, sederhana (tingkat pengetahuan) sampai pada tingkat yang
paling tinggi, kompleks dan abstrak (tingkat evaluasi). Apabila tujuan
instruksional ditulis sesuai dengan tingkat yang berbeda-beda ini
maka perancang pembelajaran akan mendapatkan berbagai tipe tugas
dan penilaian yang berbeda pula tetapi lebih cocok dengan kebutuhan
pendidikan. Menurut Martinis Yamin salah satu lagi yang perlu
diketahui adalah “taksonomi tujuan instruksional tidak menyediakan rumusan umum tentang cara mengajar agar tujuan instruksional dapat
tercapai.”9
9
Berikut ini penjelasan dari kompetensi pengetahuan dalam kurikulum
[image:32.595.109.517.193.587.2]2013.10
Tabel 2.2 Kompetensi Inti Pengetahuan (KI 3) Kelas X, XI, dan XII Sekoah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah
KOMPETENSI INTI KELAS X KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XII 1. Memahami, menerapkan, menganalisis
engetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dan humaniora
dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan
pengetahuan
procedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
1.Memahami, menerapkan, menganalisis
engetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan
pengetahuan
procedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan
masalah
2.Memahami, menerapkan, menganalisis
engetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan
pengetahuan
procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Pembelajaran Ekonomi bertujuan membentuk warga negara
yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di
tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan
menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Namun tujuan
umum pembelajaran ekonomi adalah memperdayakan siswa agar
memiliki kecakapan berfikir, membentuk warga negara yang aktif
10
bertanggung jawab serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep-konsep
ilmu pengetahuan sosial (IPS). Sasaran dan tujuan-tujuan pembelajaran
ekonomi di atas dapat dikaitkan menjadi :
a) Pengembangan aspek pengetahuan (kognitive)
b) Pengemabangan aspek nilai dan kepribadian (affective)
c) Pengembangan aspek keterampilan (psycomotorik)11
Dengan tercapainya tiga sasaran pokok tersebut diharapkan akan
tercipta manusia-manusia yang berkualitas, bertanggung jawab atas
penggunaan bangsa dan negara serta ikut bertanggung jawab terhadap
perdamaian dunia.
3. Bentuk Penilaian ranah Kognitif
Tujuan belajar kognitif dapat dinilai melalui tes lisan maupun
tertulis. Menurut Sudaryono tes tertulis bisa berbentuk “tes objektif (benar-salah, menjodohkan, pilihan berganda, dan jawaban singkat) dan
tes essai yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam mengukur, menghubungkan, mengintegrasikan, dan menilai
suatu ide.”12 Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi
Kurikulum penilaian ranah kognitif berbentuk “Teknik tes tertulis ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: Soal dengan memilih jawaban
(selected response), mencakup: pilihan ganda, benar-salah, dan
menjodohkan”. 13
a. Tes Lisan
Menurut Anas Sudijono, tes lisan harus berlangsung secara
wajar. Pertanyaaa tersebut mengandung makna bahwa tes lisa itu
11Martcy Chrisna Dwi Putranti, Skripsi “
Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Materi Ekonomi”, (Jakarta: UIN, 2012), h. 28
12
Sudaryono, Op. Cit., h. 46
13
jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup atau panic
dikalangangan taste. Karena itu, dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada testee harus menggunakan kata-kata yang halus,
bersifat sabar dan tidak emosional.”14 Dimana tes lisan melatih peserta didik untuk mndapatkan pertanyaan secara lisan yang harus
dijawab secara lisan pula. Jadi tes lisan disini yang merupakan tes
yang diberikan oleh seeorang pendidik kepada peserta didik
dengan cara lisan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah “tes lisan merupakan alat penilaian yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan
Tanya jawab secara langsung untuk mengetahui
kemampuan-kemampuan berupa berpikir siswa dalam memecahkan suatu
masalah, mempertanggung jawabkan pendapat, penggunaan
[image:34.595.110.519.110.695.2]bahasa, dan penguasaan materi pelajaran.”15
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kelemahan Tes Lisan16
Kelebihan Tes Lisan Kelemahan Tes Lisan
1. Dapat menilai kemampuan dan
tingkat pengetahuan yang dimiliki
peserta didik, sikap, serta
kepribadiannya karena dilakukan
secara berhadapan langsung.
1. Subjektivitas pendidik sering
mencemari hasil tes,
2. Bagi peserta didik yang kemampuan
berpikirnya relatif lambat sehingga
sering mengalami kesukaran dalam
memahami pernyataan soal, tes
bentuk ini dapat menolong sebab
2 Waktu pelaksanaan yang
diperlukan.
14
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009), h. 155
15
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 219
16http://dayanmaulana.blogspot.com/2011/03/tes-lisan.html Di Akses pada tanggal 24
peserta didik dapat menanyakan
langsung kejelasan pertanyaan yang
dimaksud.
3 Hasil tes dapat langsung diketahui
peserta didik.
3 Sangat memungkinkan
ketidakadilan
4 Siswa dapat mengemukakan
argumentasi
4 Subjektifitas tinggi
5 Dapat mengevaluasi kemampuan
penalaran
5 Memerlukan waktu yang lama
6 Dapat mengevaluasi kemampuan
berbahasa lisan
6 siswa dapat melakukan ABS
7 Dapat melakukan pendalaman
materi
7 jika siswa memiliki sifat gugup
dapat mengganggu kelancaran
menjawab
8 Tidak mungkin terjadi penyontekan 8 Kurang reliabel
9 Bahan ujian dapat luas dan
mendalam
b. Tes Tetulis
Tes tertulis atau sering disebut paper dan pencil test adalah
test yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk
tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan
bentuk objektif (objective). Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi
Safrudin Abdul Jabar, “sedangkan kekuatan tes tertulis adalah kemampuan memilih kata-kata, kekayaan informasi, kemampun
berbahasa, kemampuan memadukan ide-ide, dan proses berpikir
peserta tes dapat dilihat dengan nyata.”17 Berikut bentuk-bentuk tes tertulis:
17
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan
1) Tes Essay
Shelley O’ hara mengatakan: “Probably the most dreaded
type of question is the essay question, because you aren’t given
any answers to choose from and you are faced with a blank page
that you need to compete”. Menurut pendapatnya bahwa yang paling ditakuti dari sejumah bentuk tes adalah tes essay, karena
tidak diberikan jawaban untuk dipilih dan anda dihadapkan
dengan sebuah halaman kosong yang harus diselesaikan.18
Menurut Armei Arief, tes essay yaitu “test yang disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya terdiri dari beberapa
kalimat. Untuk menjawab pertanyaan sangat memerlukan waktu
yang banyak, dan murid boleh menjawab sepuas-puasnya dan
seluas-luasnya.”19
Berikut contoh tes essay sebagai berikut:20
1. Apa pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonomi? Jelaskan perbedaan antara pertumbuhan
ekonomi dengan pembangunan ekonomi!
Tebel 2.4 Kelebihan dan Kelemahan Tes Essay21 Kelebihan Tes
Essay Kelemahan Tes Essay
1. Guru tidak terlalu sulit untuk menyusun bentuk tes uraian.
1. Soal lazimnya terbatas sehingga cakupan materi evaluasi juga terbatas.
2. Melatih siswa
mengkontruksi gagasannya dengan baik kemudian mengekpresikannya ke dalam sebuah jawaban tertulis sebagai bentuk komunikasi dengan guru.
2. Jawaban heterogen sehingga
sering menyulitkan dalam
menilai.
18Shelley O’hara,
Improving Your Study Skills, (Canada: Wiley, 2006), h. 96
19
Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta:Ciputat Pers, 2002), h. 63
20
Mardiyatmo, Ekonomi SMA Kelas XI, (Jakarta: Yudhistira,2011), h. 50
21 http://www.pustakasekolah.com/essay-test-kelebihan-dan-kekurangannya.html#_ Di
3.Hemat/ ekonomis karena
sarana kertas untuk
menjawab terbatas.
3. Subyektifitas penilai sulit dihindari.
4. Kualitas tulisan, panjang pendeknya kalimat sering berpengaruh pada sikap guru dalam menilai sehingga obyektivitas kurang terjaga.
5. Karakteristik penyusun tes essay yang berlainan sering menimbulkan salah persepsi bagi siswa.
2) Tes Objektif
a. Tes benar-salah (true-false)
Menurut Zaenal Arifin bentuk tes benar salah (B-S) adalah
untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan
antara fakta dengan pendapat.”22
Menurut Surapranata, terdapat beberapa kelebihan dan
kelemahan bentuk soal benar-salah yang harus diperhatikan oleh
guru ketika mereka mengembangkan soal, “kelebihan pertama mudahnya membuat soal. Hanya dengan mengubah sedikit
pernyataan yang terdapat dalam buku atau membuat sama
pernyataan yang terdapat dalam buku misalnya, akan diperoleh
soal benar-salah. Kelemahannya soal benar-salah adalah
berkaitan dengan kemampuan yang hendak diukur.”23 Lazimnya, jawaban benar diberi skor 1, sedang jawaban salah diberi skor 0.
Skor yang dicapai siswa dilakukan dengan menjumlahkan
jawaban benar. Jadi, skor siswa sama dengan jumlah jawaban
benar. Hal ini berlaku untuk semua jenis tes objektif baik pilihan
ganda, benar-salah, isian singkat, maupun menjodohkan.
22
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Rosdakarya. 2011), h. 136
23
b. Tes Pilihan Ganda (multiple choice test)
Menurut Karmel dan Karmel dalam Sudaryono, ada
sepuluh kriteria tes pilihan ganda yang baik, yakni sebagai
berikut:
[image:38.595.108.518.195.700.2](a) tes harus relevan; (b) ada keseimbangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan jumlah butir tes yang mewakilinya; (c) efisiensi waktu yang digunakan untuk melakukan tes, pensekoran dan pengadministrasian skor tes; (d) objektivitas dalam memberikan sekor dan interpretasinya; (e) kekhususan tes yang mengukur materi pelajaran yang diajarkan di kelas; (f) tingkat kesukaran setiap butir tes; (g) kemampuan butir membedakan kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah; (h) reliabilitas; (i) kejujuran dan pemerataan kesempatan; dan (j) kecepatan menyelesaikan tes.24
Tabel 2.5 Contoh Format Tes Pilihan Ganda 25
Pengertian pembangunan ekonomi ialah….
a. Perluasan industry dan perdagangan
b. Pertambahan peralatan dan sarana pembangunan c. Kenaikan produksi dan pertambahan pendapatan d. Perubahan yang terus-menerus untuk kesempurnaan e. Peningkatan sarana dan prasarana perekonomian
c. Menjodohkan (matcing test)
Tes objektif bentuk matching sering dikenal dengan
istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes
menyesuaikan, tes mencocokan dan tes mempertandingkan.
Ciri-ciri antara lain yakni tes terdiri dari satu seri pertanyaan
dan satu seri jawaban. Menurut Anas Sudijono tugas testee
adalah “mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang
24
Sudaryono, Op. Cit., h. 111
25
telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan
pasagan, atau merupakan “jodoh” dari pertanyaannya.”26 Kelebihan tes tertulis bentuk menjodohkan adalah:
1. Waktu membaca dan merespon relatif singkat
2. Mudah untuk dibuat
3. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya
Sedangkan kelemahan dari tes tertulis bentuk
menjodohkan adalah:
1. Meteri soal menjodohkan dibatasi oleh factor
ingatan atau pengetahuan yang sederhana dan
kurang dapat dipakai untuk mengukur penguasaan
yang bersifat pengertian dan kemampuan
membuat penafsiran
2. Sulit menyusun soal menjodohkan yang
mengandung sejumlah respon yang homogen
3. Mudah terpengaruh dengan petunjuk yang tidak
relevan27
d. Tes isian (completion test)
Alat tes isian biasanya berbentuk cerita atau karangan
pendek, yang pada bagian-bagian yang memuat istilah atau
nama tertentu dikosongkan. Menurut Muhibbin Syah “tugas siswa dalam hal ini berpikir untuk menemukan kata-kata
yang relevan dengan karangan tersebut. Lalu kata-kata
dituliskan pada titik-titik atau ruang kosong yang terdapat
pada bagian tadi.”28 Contoh :
1. Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun…..
26
Anas Sudijono, Op.Cit., h. 111
27
Kunandar, Op. Cit., h. 208 28
2. Air akan membeku pada suhu…. Derajat Fahrenheit Ada juga completion test yang tidak berbentuk
kalimat pendek seperti diatas, tetapi merupakan
kalimat-kalimat dan memuat banyak isian.
Misalnya:
Di mulut, makanan dikunyah dan dicampur dengan ….. (1)
yang mengandung….. (2) berguna untuk menghancurkan….. (3) kemudian ditelan melalui….. (4) masuk ke….. (5) di sini dicampur dengan….. (6) dan
seterusnya.
Jawaban-jawaban tidak perlu ditulis ditempat yang
dikossongkan, sebab cara demikian akan meyukarkan
pemeriksa. Tetapi sediakanlah tempat tersendiri dengan
nomor urut ke bawah. Oleh karena itu dalam membuat soal,
tempat-tempat isian harus diberi contoh seperti diatas.
Contoh tempat jawaban:
1. ……… 2. ……… 3. ………... 4. ………
Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan
menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa
untuk menuliskan jawaban. Jenis soal ini biasa berupa
pertayaan dan melengkapi atau isian. Penskoran isian
singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk
B. Ranah Afektif
1. Pengertian Ranah Afektif
Menurut Anas Sudijono ranah afektif ialah “ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai bahwa sikap seseorang dapat diramalkan
perubahan-perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan
kognitif tingkat tinggi.”29
Menurut Muhibbin Syah, bahwa ranah kognitif sangat erat kaitannya
dengan “ranah kognitif pengembangan ranah kognitif pada dasarnya membuahkan kecakapan kognitif dan juga menghasilkan kecakapan
afektif.”30 Sebagai contoh, seorang guru yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kegnitif, maka berdampak positif pula
terhadap ranah efektif.
Menurut Zainal Arifin, ranah afektif yaitu internalisasi sikap yang
menunjuk kearah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik
menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap
sehingga mejadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku.31 Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami
bahwa afektif ialah perilaku yang menekankan perasaan, emosi, atau
derajat tingkat penolakan atau penerimaan terhadap suatu objek.
Menurut Burhan Nurgiyantoro, bahwa ranah afektif berkaitan erat
dengan perasaan, nada, emosi, motivasi, kecenderungan bertingkah laku,
tingkatan penerima dan penolakan terhadap sesuatu.”32
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, ranah
afektif ialah penilaian terhadap aspek siswa untuk mengetahui sejauh
mana perilaku siswa dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan dan
membantu semua peserta didik belajar, serta mampu membangkitkan
29
Sudaryono , Op.Cit., h. 46
30
Muhibbin Syah, Op. Cit., h.51
31
Zainal Arifin, Op. Cit., h. 22
32
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi,
karakter peserta didik untuk belajar. Hal ini merupakan tanggung jawab
sebagai seorang guru sebagai pengajar dan pendidik. Selain itu juga ikatan
emosional sering diperlukan untuk membangun karakter kebersamaan
antar peserta didik dengan peserta didik lainnya.
Menurut Nana Sudjana, “tipe hasil belajar afekif nampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru, dan kelas, kebiasaan belajar, dan
hubugan sosial.”33
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud)
Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum pada sikap
adalah sebagai berikut:
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.34
Ranah afektif mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap
emosi, atau nilai. Menurut Popham dalam Harun Rasyid, “ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang, orang yang tidak memiliki
minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi
secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran
diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal.”35
33
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 30
34
Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81A Tahun 2013, Tentang Implementasi Penilaian, h. 59
35
Terdapat 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu
“sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.”36
1) Sikap
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka
atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui
cara mengamati dan menirukan suatu yang positif, kemudian melalui
penguatan menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat
diamati dalam proses pembelajaran. Penilaian sikap adalah penilaian
yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik dan sebagainya.
2) Moral
Moral berkenaan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang
dilakuakan diri sendiri.
3) Minat
Minat merupakan suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek
khusus, aktivitas pemhaman, dan keterampilan untuk tujuan
perhatian atau pencapaian. Hal penting pada minat adalah
intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif
yang memiliki identintas tinggi.
4) Nilai
Nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek.
Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi
sejumlah keyakinan sekitar obyek spesifik atau situasi, sedang suatu
nilai mengacu pada keyakinan sederhana.
36
Zaky. Ranah Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotori. Diambil dari
Nilai merupakan suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan
oleh individu yang mengendalikan pendidikan dalam mengarahkan minat,
sikap dan kepuasannya. Oleh karenanya sekolah harus menolong siswa
menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi
siswa menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan
bagi siswa dalam memperoleh kebahagiaan personal dan memberi
kontribusi positif terhadap masayarakat. Beberapa ranah afektif yang
tergolong penting adalah :
a. Kejujuran : peseta didik harus belajar untuk menghargai kejujuran
dalam berinteraksi dengan orang lain.
b. Integritas : peserta didik harus mengikat pada kode nilai,
misalnya moral, dan artitistik.
c. Adil : peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang
memperoleh perlakuan hokum yang sama.
d. Kebebasan : siswa harus yakin bahwa negara demokratis harus
memberi kebebsan secara maksimum kepada semua orang.
5) Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan
individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya.
Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah
afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tapi bisa juga
institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif,
dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinu,
yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting
untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih
alternatif karir yang tepat bagi peserta didik.
Oleh karenanya, dari penjelasan di atas untuk mengetahui ranah
afektif pada sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral siswa terhadap
pelajaran, sebagai seorang guru harus melakukan penilaian dan dapat
tergolong masih rendah seraya mempertahankan minat siswa yang sudah
tinggi. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus menciptakan
pengalaman yang belajar lebih positif terhadap materi dan mata pelajaran.
Untuk itu semua lembaga pendidikan dalam merancang program
pembelajaran harus mempertahankan ranah afektif.
2. Hasil Belajar Penguasaan Kompetensi Ranah Afektif Dalam Mata Pelajaran Ekonomi
Menurut Bloom hasil belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan
belajar, dan hasil afektif. Andersen sependapat dengan Bloom bahwa
karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan
perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat
berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan
ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,
minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan
karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor
dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki
minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang
mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil
pembelajaran yang optimal.37
Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam
merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta
didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.
Hasil belajar pada ranah afektif sikap terdiri atas tiga komponen
yang saling menunjang yaitu: “1) komponen kognitif; 2) komponen afektif; 3) komponen konatif.”38Penejelasan ketiga konsep tersebut adalah sebagai berikut:
37
http://sumut.kemenag.go.id/ Diakses Pada Tanggal17 Juli Pukul 12:01 WIB
38
1) Komponen kognitif (komponen perseptual) Yaitu komponen yang
berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa
yang benar bagi obyek sikap, atau dengan kata lain komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yakni
berhubungan dengan bagaimana individu mempersepsi terhadap obyek
sikap.
2) Komponen afektif (komponen emosional) Yaitu komponen yang
berhubungan dengan perasaan-perasaan tertentu yang berupa rasa
senang (positif) dan tidak senang (negatif) terhadap obyek sikap.
Komponen ini menunjukkan arah sikap yaitu positif dan negatif.
3) Komponen konatif (komponen perilaku) Yaitu komponen yang
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku
yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang
dihadapi. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan
perasaan banyak mempengaruhi perilaku.
Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai
hasil belajar dalam bidang pendidikan. Menurut Kunandar, kemampuan
afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk
tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur,
menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri.
Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di
sekolah, yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang tepat.”39 Konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif,
perasaan sebagai komponen afektif, dengan tendensi perilaku sebagai
komponen konasi seperti itulah yang menjadi landasan terhadap skala
sikap. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen
tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain untuk dapat
menghasilkan arah sikap yang sama.
Sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang
tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai
39
keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu
mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang
optimal. Oleh karena itu, semua peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang telah ditentukan.
Sikap merupakan sebuah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan
hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi
perilaku atau tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud
dalam panduan ini adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup
yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.
Pada kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua
yaitu sebagai berikut :
a. Sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik
yang beriman dan bertakwa
b. Sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang
[image:47.595.111.515.257.672.2]berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Tabel 2.6 Penilaian Sikap40
Penilaian Sikap Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianut
Penilaian Sikap Sosial
1. Jujur
2. Disiplin
3. Tanggung Jawab
4. Toleransi
5. Gotong Royong
6. Santun
7. Percaya diri
40
Imas Kurinasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan,
Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti -1: aspek sikap spiritual
(untuk mata pelajaran tertentu bersifat generic, artinya berlaku untuk
seluruh materi pokok). Sedangkan Kompetensi Dasar pada Kompetensi
Inti -2: aspek sosial (untuk mata pelajaran tertentu bersifat relative
generic, namun beberapa materi pokok tertentu ada Kompetensi Dasar
pada Kompetensi Inti -3 yang berbeda dengan Kompetensi Dasar lain pada
Kompetensi Inti -2). Guru dapat menambahkan sikap-sikap tersebut
menjai perluasan cakupan penilaian sikap. Perluasan cakupan penilaian
sikap didasarkan pada karakteristik Kompetensi Dasar pada Kompetensi
Inti -1 dan Kompetensi Inti - 2 setiap mata pelajaran.
Indikator yang terdapat dalam Standar Kompetensi mata pelajaran
Ekonomi dikelompokkan menjadi aspek:41
a. Kemampuan untuk mengembangkan konsep dan memahami peristiwa
ekonomi, dan
b. Kemampuan untuk melakukan aktivitas yang menggunakan pendekatan
ilmiah seperti problem solving, inkuiri, dan berpikir kritis untk
menggali, membangun, dan menjenaralisasi konsep dan peristiwa
ekonomi.
Berdasarkan hal itu, nilai hasil belajar dicantumkan dalam rapor
juga mencakup:
a. Penguasaan konsep
b. Kinerja Ilmiah
Untuk kepentingan pembelajaran dan penilaian, analisis terhadap
seluruh indikator diperlukan untuk menentukkan indikator-indikator yang
termasuk ke dalam masing-masing aspek. Dalam konteks penilaian sikap,
indikator merupakan tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik,
yang dapat diamati atau diobservasi oleh guru sebagai presentasi dari sikap
yang dinilai.
41
Tabel 2.7 Daftar Deskripsi Indikator42
Sikap dan pengertian
Sikap spiritual Contoh Indikator
1. Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianut
a. Berdoa sebelum dan sesudah
menjalankan sesuatu.
b. Menjalankan ibadah tepat waktu
c. Memberi salam pada saat awal dan
akhir presentasi sesuai agama yang
dianut
d. Bersyukur atas nikmat dan karunia
Tuhan Yang Maha Esa
e. Mensyukuri kemampuan manusia
dalam mengendalikan diri
f. Mengucapkan syukur ketika
berhasil mengerjakan sesuatu
g. Berserah diri (tawakal) kepada
Tuhan setelah berihktiar atau
melakukan usaha
h. Menjaga lingkungan hidup disekitar
rumah tempat tinggal, sekolah dan
masyarakat
i. Memelihara hubungan baik dengan
dengan sesama umat ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa
j. Bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa sebagai bangsa Indonesia
k. Menghormati orang lain
menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya
Sikap dan Pengertian
Sikap Sosial
Contoh Indikator
42
1. Jujur
Adalah perilaku dapat
dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan
a. Tidak menyontek dalam
mengerjakan ujian/ulangan
b. Tidak menjadi plagiat
(mengambil/menyalin karya orang
lain tanpa menyebutkan sumber)
c. Mengungkapkan perasaan apa
adanya
d. Menyerahkan kepada yang
berwenang barang yang ditemukan
e. Membuat laporan berdasarkan
data atau informasi apa adanya
f. Mengakui kesalahan atau
kekurangan yang dimiliki
2. Disiplin
Adalah tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
a. Datang tepat waktu
b. Patuh pada tata tertib atau aturan
bersama/sekolah
c. Mengerjakan/mengumpulkan tugas
sesuai dengan waktu yang
ditentukan
d. Mengikuti kaidah berbahasa tulis
yang baik dan benar
3. Tanggung jawab
Adalah sikap dan perilaku
seseorang untuk
melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan Yang
Maha Esa
a. Melaksanakan tugas individu dengan
baik
b. Menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan
c. Tidak menyalahkan /menuduh orang
lain tanpa bukti yang akurat
d. Mengembalikan barang yang
dipinjam
e. Mengakui dan meminta maaf atas
kesalahan yang dilakukan
f. Menepati janji
kesalahan tindakan sendiri
h. Melaksanakan apa yang pernah
dikatakan tanpa disuruh atau diminta
4. Toleransi
Adalah sikap dan tindakan
yang menghargai
keberagaman latar belakang,
pandangan, dan keyakinan
a. Tidak mengganggu teman yang
berbeda pendapat
b. Menerima kesepakatan meskipun
berbeda dengan pendapatnya
c. Dapat menerima kekurangan orang
lain
d. Dapat memaafkan kesalahan orang
lain
e. Mampu dan mau bekerja sama
dengan siapa pun yang memiliki
keberagaman latar belakang,
pandangan, dan keyakinan
f. Tidak memasakan pendapat atau
keyakinan diri pada orang lain
g. Kesediaan untuk belajar dari
(terbuka terhadap) keyakinan dan
gagasan orang lain agar dapat
memahami orang lai lebih baik
h. Terbuka terhadap atau kesediaan
untuk menerima sesuatu yang baru
5. Gotong royong
Adalah bekerja
bersama-sama dengan ora