PENGARUH PENAMBAHAN DIVINILBENZENA TERHADAP
SIFAT KEKUATAN TARIK DAN DERAJAT IKAT SILANG
CAMPURAN POLIETILENA DENSITAS RENDAH-
ETILENA PROPILENA DIENA TERPOLIMER-
KARET SIR 20 DENGAN INISIATOR
DIKUMIL PEROKSIDA
SKRIPSI
ANI NOVITA SYAFITRI LUBIS
070802043
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PENAMBAHAN DIVINILBENZENA TERHADAP
SIFAT KEKUATAN TARIK DAN DERAJAT IKAT SILANG
CAMPURAN POLIETILENA DENSITAS RENDAH-
ETILENA PROPILENA DIENA TERPOLIMER-
KARET SIR 20 DENGAN INISIATOR
DIKUMIL PEROKSIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
ANI NOVITA SYAFITRI LUBIS
070802043
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH PENAMBAHAN DIVINILBENZENA TERHADAP SIFAT KEKUATAN TARIK DAN DERAJAT IKAT SILANG CAMPURAN
POLIETILENA DENSITAS RENDAH-KARET ETILENA PROPILENA DIENA
TERPOLIMER-KARET SIR 20 DENGAN INISIATOR DIKUMIL PEROKSIDA
Kategori : SKRIPSI
Nama : ANI NOVITA SYAFITRI LUBIS
Nomor Induk Mahasiswa : 070802043
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juli 2011
Komisi Pembimbing:
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Drs.Amir Hamzah Siregar,MSi Drs.Syamsul BahriLubis,MSi NIP.196106141991031002 NIP.195108181980031002
Diketahui/Disetujui
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
PENGARUH PENAMBAHAN DIVINILBENZENA TERHADAP SIFAT KEKUATAN TARIK DAN DERAJAT IKAT SILANG CAMPURAN POLIETILENA DENSITAS
RENDAH-ETILENA PROPILENA DIENA TERPOLIMER-KARET SIR 20 DENGAN INISIATOR DIKUMIL PEROKSIDA
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2011
PENGHARGAAN
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang dengan segala curahan rahmat serta cinta-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Sains pada jurusan Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Serta shalawat dan salam saya sampaikan pada Rasulullah Muhammad SAW, sebagai sosok tauladan umat.
Selajutnya saya menyampaikan penghargaan dan cinta kasih yang terdalam dan tulus kepada Ayahanda tersayang Ahmad Bestari Lubis dan Ibunda tercinta Sapia Deliana Harahap atas segala doa, semangat, bimbingan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada saya sehinnga saya bisa menyelesaikan studi saya sampai sekarang ini. Serta adik-adik tercinta Mawaddah Khodijah Lubis, Habib Anshori Lubis, Winda Aldriani Lubis dan Hasrul Mahadi Lubis yang telah memberikan dukungan kepada saya.
Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. Syamsul Bahri Lubis, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Drs. Amir Hamzah Siregar, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan, masukan dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. DR. Rumondang Bulan Nst, MS dan Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, serta seluruh staff pegawai Departemen Kimia.
3. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama masa studi saya di FMIPA USU. Terkhusus, kepada bapak Drs. Chairuddin M.Sc selaku dosen wali yang telah memberikan masukan dan bimbingan demi kelancaran kuliah saya. 4. Ibu Halimatuddahliana yang telah banyak memberikan ilmu dan masukan untuk
penelitian dan skripsi saya.
5. Yang Kepala, staff dan seluruh rekan-rekan asisten Laboratorium Kimia Dasar LIDA USU, abangda Rivan dan Hendi, Eko, Yuki, Deasy, Fakhreni, Andreas, Novi, Nurul, Desi, Salmi, Arifin, Ilman, Irwanto, Ayu, Rina, Raisya, Indah, dan Dwi yang telah memberikan semangat dan kerjasama yang baik selama ini. Serta kak Ayu selaku Analis Laboratorium yang telah memberikan segala fasilitas terbaik selama saya melakukan penelitian.
6. Teman-teman terbaik saya Deasy handayani, Aristhy Wulandari, Rafika Hadiati dan teman-teman stambuk 2007 yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada saya. Kalian sangat berkesan di hati saya.
8. Teristimewa, Andi Adiatma Harahap yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada saya. Terima kasih atas dukungannya selama ini.
9. Serta segala pihak yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini.
Untuk semuanya semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan senantiasa diberikan rejeki yang berlimpah. Amin.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2011
ABSTRAK
EFFECT DIVINILBENZENE ADDITION TO TENSILE STRENGHT PROPERTIES AND CROSSLINKING DEGREE OF LOW DENSITY
POLYETHYLENE-ETHYLENE PROPYLENE DIENE TERPOLYMER-SIR 20 RUBBER BLENDS WITH
DICUMIL PEROXIDE INITIATOR
ABSTRACT
DAFTAR ISI
2.8 Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik Bahan Polimer 19
3.3.4 Bagan Pembuatan Spesimen dan Karakterisasi 31
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 32
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 44
5.1 Kesimpulan 44
Daftar Pustaka 45
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Spesifikasi Karet Standar Indonesia 12
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Kekuatan Tarik (σ) dan Kemuluran (ε) dari 32 Campuran LDPE + karet EDPM + karet alam SIR 20 tanpa
Penambahan Divinilbenzena
Tabel 4.2 Data Hasil Uji Kekuatan Tarik (σ) dan Kemuluran (ε) dari 33 Campuran LDPE + karet EDPM + karet alam SIR 20 dengan
1 phr Divinilbenzena
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Kekuatan Tarik (σ) dan Kemuluran (ε) dari 33 Campuran LDPE + karet EDPM + karet alam SIR 20 dengan
2 phr Divinilbenzena
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Kekuatan Tarik (σ) dan Kemuluran (ε) dari 33 Campuran LDPE + karet EDPM + karet alam SIR 20 dengan
3 phr Divinilbenzena
Tabel 4.5 Hasil Analisa Kandungan Gel Pada Campuran TPE dengan 35 dan tanpa Penambahan Divinilbenzena
Tabel 4.6 Hasil Analisa Spektrum FT-IR Polietilena 39 Tabel 4.7 Hasil Analisa Spektrum FT-IR Karet EPDM 39 Tabel 4.8 Hasil Analisa Spektrum FT-IR Karet Alam SIR 20 39 Tabel 4.9 Hasil Analisa Spektrum FT-IR Campuran LDPE + Karet EPDM 40 + Karet Alam SIR 20 + 2 phr Dikumil Peroksida
Tabel 4.10 Hasil Analisa Spektrum FT-IR Campuran LDPE + Karet EPDM 40 + Karet Alam SIR 20 + 1 phr Dikumil Peroksida + 1 phr
Divinilbenzena
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Reaksi Polimerisasi Polietilena 9
Gambar 2.2 Struktur trans 1,4-poliisoprena 11
Gambar 2.3 Struktur cis 1,4-poliisoprena 11
Gambar 2.4 Struktur Etilena Propilena Diena Terpolimer (EPDM) 13
Gambar 2.5 Reaksi Dekomposisi Dikumil Peroksida 18
Gambar 2.6 Struktur Divinilbenena 19
Gambar 3.1 Spesimen Uji Berdasarkan ASTM D 638 26
Gambar 4.1 Hasil Pemotretan SEM Pada Campuran TPE dengan 34 2 phr Dikumil Peroksida
Gambar 4.2 Hasil Pemotretan SEM Pada Campuran TPE dengan 34 1 phr Dikumil Peroksida dan 1 phr Divinilbenzena
Gambar 4.3 Grafik Kekuatan Tarik (σ) Pada Campuran TPE tanpa 35
Penambahan Divinilbenzena
Gambar 4.4 Grafik Kemuluran (ε) Pada Campuran TPE tanpa 36 Penambahan Divinilbenzena
Gambar 4.5 Grafik Kekuatan Tarik (σ) Pada Campuran TPE dengan 36 Penambahan Divinilbenzena
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Spektrum FT-IR campuran LDPE + karet EPDM + 47 karet SIR 20 + 2 phr dikumil peroksida
Lampiran 2 Spektrum FTIR campuran LDPE + karet EPDM + 48 karet SIR 20 + 1 phr dikumil peroksida + 1 phr
divinilbenzena
DAFTAR SINGKATAN
ASTM = American Society for Testing and Materials DCP = Dikumil Peroksida
DVB = Divinilbenzena
EPDM = Ethylene Propylene Diene Terpolymer FTIR = Fourier Transform Infrared
LDPE = Low Density Polyethylene Phr = per hundred rubber
SIR = Standard Indonesian Rubber SEM = Scanning Electron Microscopy TPE = Termoplastik Elastomer
ABSTRAK
EFFECT DIVINILBENZENE ADDITION TO TENSILE STRENGHT PROPERTIES AND CROSSLINKING DEGREE OF LOW DENSITY
POLYETHYLENE-ETHYLENE PROPYLENE DIENE TERPOLYMER-SIR 20 RUBBER BLENDS WITH
DICUMIL PEROXIDE INITIATOR
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Polietilena termasuk jenis polimer termoplastik, yaitu jenis plastik yang dapat didaur
ulang dengan proses pemanasan. Keunggulan dari polietilena adalah tahan terhadap
minyak, pelarut dan menyerap uap air dan gas. Sifat kekuatan tariknya sama seperti
material termoplastik lainnya. Polietilena merupakan salah satu jenis termoplastik yang
murah dan paling banyak digunakan.
Indonesia merupakan negara penghasil karet alam terbesar kedua setelah
Thailand, dengan produk utamanya adalah Standard Indonesian Rubber (SIR)-20.
Standar kualitasnya didasarkan pada Standart Nasional Indonesia (SNI : 06-1903-1990),
dimana komposisi maksimum komponen bukan karet adalah : kotoran 0,20%, abu 1,00%,
zat menguap 0,80%, dan nitrogen 0,60% (Bahruddin dkk, 2007). Karet merupakan
polimer elastomer karena sifatnya yang elastis. Karet alam memiliki keunggulan dalam
hal kekuatan dan elastisitas, sedangkan ketahanan terhadap ozon, panas dan bahan kimia
adalah sangat lemah. Karet sintetis EPDM (Ethylene Propylene Diene Monomer)
memiliki ketahanan terhadap ozon dan panas yang baik tetapi kekuatannya rendah dan
sifat dinamiknya buruk.
Termoplastik Elastomer (TPE) adalah bagian dari polimer yang menggabungkan
sifat termoplastik dengan elastomer. Dalam empat tahun terakhir, pengembangan TPE
merupakan bagian dari ilmu polimer dan teknologi yang paling banyak mendapat
perhatian. Termoplasik Elastomer (TPE) didasarkan pada pencampuran karet dan plastik
yang terdiri dari dua bagian yaitu Termoplastik Olefin (TPO) dan Termoplastik
Vulkanisat (TPV). Termoplastik Olefin (TPO) dapat dengan mudah disiapkan dengan
prosesnya lebih rumit dan diikat silang melalui proses vulkanisasi dinamik (Sae-oui dkk,
2010).
Penelitian mengenai TPE telah banyak dilakukan, umumnya material poliolefin
dengan karet alam ataupun karet sintetis. Campuran karet alam-polietilena densitas tinggi
yang divulkanisasi dinamik dengan menggunakan zat pengkompatibel fenolik resin yang
dapat meningkatkan kekuatan tarik dan kemulurannya dibandingkan tanpa zat
pengkompatibel (Nakason dkk, 2006). Pechurai juga telah melakukan penelitian yang
sama pada polietilena densitas tinggi dengan karet alam yang didasarkan pada minyak
yang diperpanjang dengan menggunakan zat pengkompatibel fenolik termodifikasi
polietilena (Pechurai dkk, 2008). Polipropilena dengan abu ban bekas dengan
penambahan dikumil peroksida dan HVA-2 (Awang dkk, 2008). Halimatuddahliana
melakukan penggantian sebagian EPDM dengan karet alam dan termoplastik
polipropilena dimana zat pengkompatibelnya HVA-2, ini dilakukan untuk mengurangi
besarnya biaya yang harus dikeluarkan bila yang digunakan hanya karet sintetis EPDM
saja. Padahal, campuran karet EPDM dengan polipropilena memiliki sifat mekanik dan
fisik yang baik (Halimatuddahliana,2007). Sebelumnya Halimatuddahliana juga
melakukan penelitian yang sama dengan zat pengkompatibel lain yaitu
trans-polyoctenylene (TOR) yang berfungsi sebagai ko-vulkanisasi (Halimatuddahliana, 2006).
Telah diteliti oleh Martin Batiuk, dalam jurnalnya disebutkan bahwa EPDM mempunyai
derajat kristalinitas tidak regang yang tinggi secara fisik dicampur dengan polietilena dan
suatu kopolimer etilena vinil asetat untuk membentuk campuran termoplastik. Campuran
ini menunjukkan kekuatan tarik yang unggul, lebih baik dari yang diprediksi dari
pengaruh komponen polimer itu sendiri. Tidak ada pematangan dan zat ikat silang yang
digunakan (Batiuk,1974).
Dilatarbelakangi penelitian yang telah dilakukan halimatuddahliana (2007) dan
peneliti-peneliti sebelumnya, dimana terjadi pengurangan sifat fisik dan mekanik akibat
penggantian sebagian karet sintetis dengan karet alam, maka kami akan melakukan
penelitian tentang campuran LDPE-karet alam SIR 20-EPDM dan dikumil peroksida
poliolefin dan karet digunakan peroksida, dihasilkan radikal-radikal reaktif sehingga ikat
silang dan pemotongan rantai dapat terjadi secara serentak (Halimatuddahliana, 2007).
Divinilbenzena berfungsi sebagai bahan pengikat yang diharapkan dapat meningkatkan
proses ikat silang. Seperti yang dilakukan peneliti sebelumnya, yaitu penggunaan
divinilbenzena sebagai zat pengikat silang pada resin penukar ion tipe polistirena dengan
klorometil yang ditentukan dengan pirolisis kromatografi gas (Shuncong dkk, 1998).
Dengan adanya divinilbenzena tersebut diharapkan kekurangan di atas bisa diminimalkan
dengan diperolehnya sifat fisik dan mekanik dari campuran yang lebih baik.
1.2Permasalahan
1. Bagaimana pengaruh penambahan divinilbenzena terhadap sifat kekuatan tarik
dan derajat ikat silang campuran LDPE-karet EPDM-karet SIR 20.
2. Bagaimana morfologi permukaan dan spektrum FTIR campuran dengan dan tanpa
penambahan divinilbenzena.
1.3Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada :
- Bahan elastomer yang digunakan adalah karet sintetis EPDM dan karet alam SIR
20
- Bahan termoplastik yang digunakan adalah LDPE (Low Density Polyethylene)
- Inisiator yang digunakan dikumil peroksida dengan variasi berat adalah 1 phr, 2
phr dan 3 phr.
- Zat pengikat silang yang digunakan adalah divinilbenzena dengan variasi volume
adalah 1 phr, 2 phr dan 3 phr.
- Karakterisasinya meliputi uji kekuatan tarik, analisa permukaan dengan SEM,
1.4Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan divinilbenzena terhadap sifat
kekuatan tarik dan derajat ikat silang campuran LDPE-karet EPDM-karet SIR 20.
2. Untuk mengetahui bagaimana morfologi permukaan dan spektrum FTIR
campuran dengan dan tanpa penambahan divinilbenzena.
1.5Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah tentang pengaruh
penambahan divinilbenzena dalam campuran termoplastik elastomer khususnya
campuran LDPE-karet EPDM-karet alam SIR 20 dan diperoleh sifat fisik dan mekanik
yang lebih baik dari campuran tersebut sehingga dapat diaplikasikan dalam bidang
industri.
1.6Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium. Sampel dalam penelitian ini dipilih
dengan metode acak (random) dan penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu :
1. Tahap I
Pada tahap ini karet EPDM dilelehkan dengan menggunakan alat ekstruder pada
suhu 80oC, kemudian lelehan karet EPDM ditimbang sebanyak 25 g. karet alam SIR 20 yang telah dipotong kecil-kecil ditimbang sebanyak 25 g dan LDPE
ditimbang sebanyak 50 g.
2. Tahap II
Pada tahap ini adalah pencampuran LDPE-karet EPDM-karet alam SIR 20 dengan
berat masing-masing 50 g, 25 g, dan 25 g dalam alat internal mixer pada suhu
175oC. Dengan variasi berat dikumil peroksida 1 phr, 2 phr, 3 phr. Variasi volume divinilbenzena yang ditambahkan 1 phr, 2 phr, 3 phr untuk prosedur dengan
3. Tahap III
Campuran yang diperoleh diletakkan pada lempengan aluminium berukuran 15 x
15 cm dan ditekan dengan alat press pada suhu 175oC selama 20 menit, kemudian hasil cetakan dibentuk spesimen sesuai ASTM D638 dan selanjutnya spesimen
tersebut dikarakterisasi kekuatan tarik, analisa permukaan dengan SEM, analisa
kandungan gel, dan analisa gugus fungsi dengan FT-IR.
Variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :
Variabel tetap :
- Suhu alat ekstruder 80oC - Berat karet alam SIR 20 25 g
- Berat lelehan karet EPDM 25 g
- Berat LDPE 50 g
- Suhu alat internal mixer 175oC
- Selang waktu penambahan bahan 15 menit
- Suhu alat tekan 175oC - Waktu tekan 20 menit
Variabel bebas :
- Variasi berat dikumil peroksida 1 phr, 2 phr, 3 phr
- Variasi volume divinilbenzena 1 phr, 2 phr, 3 phr
Variabel terikat :
- Uji kekuatan tarik, analisa permukaan dengan SEM, analisa kandungan gel,
dan analisa gugus fungsi dengan FT-IR.
1.7Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer, Laboratorium Penelitian,
Laboratorium Ilmu Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara, Laboratorium Geologi Kuarter Institut Teknologi Bandung, dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polimer
Polimer tinggi (kadang-kadang disebut makromolekul) adalah molekul besar yang
dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana. Kesatuan-kesatuan
yang berulang itu setara atau hampir setara dengan monomer, yaitu bahan dasar pembuat
polimer (Cowd, 1991). Reaksi penggabungan dari monomer menjadi polimer disebut
reaksi polimerisasi. Contoh paling sederhana dari reaksi polimerisasi ini adalah
pembuatan polietilena, yaitu suatu polimer yang banyak dipakai untuk membuat
barang-barang rumah tangga seperti ember, tatakan gelas, bungkus plastik dan sebagainya. Kimia
polimer diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu :
1. Polimer alamiah yang mencakup protein (seperti sutera, serat otot dan enzima),
polisakarida (pati dan selulosa), karet dan asam-asam nukleat.
2. Polimer buatan yang mencakup karet sintetis, plastik, nilon dan sebagainya.
Polimer buatan manusia hampir sama banyaknya atau aneka ragamnya dengan
polimer alam. Di samping yang telah disebutkan di atas berikut adalah contoh
polimer buatan yang cukup dikenal saat ini seperti, piring-piring melamin, lapisan
teflon pada penggoreng, sisir rambut, perekat epoksi, wadah plastik, dan
sebagainya.
Polimer secara umum dapat dibagi kedalam 3 kelompok yaitu :
1. Elastomer yaitu polimer dengan sifat-sifat elastis seperti karet.
2. Serat yaitu polimer dengan sifat-sifat mirip benang seperti kapas, sutera atau
3. Plastik yaitu polimer yang dapat berupa lembaran tipis. Polimer plastik ini terbagi
kedalam dua bagian lagi yaitu termoplastik bersifat lunak dan termoseting bersifat
keras seperti pipa, mainan anak-anak dan sebagainya.
Perkembangan ilmu kimia polimer pada hakikatnya seiring dengan usaha manusia
untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.
Dalam waktu empat puluh tahun terakhir ini para ahli telah berhasil mensistesis berbagai
jenis bahan polimer yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan. Polimer
sintesis merupakan bahan yang serbaguna. Dalam penggunaannya polimer sintetis ini
dapat menggantikan logam, kayu, kulit dan bahan alami lainnya dengan harga yang jauh
lebih murah.
Pemanfaatan polimer dalam kehidupan tergantung sifat polimer yang antara lain
ditentukan oleh massa molekul relatif, temperatur transisi gelas dan titik leleh. Pada
umumnya menurut bentuk penggunaannya polimer dikelompokkan sebagai serat,
elastomer, plastik, pelapis permukaan (cat), bahan perekat (Sidik, 2003).
2.2 Plastik
Plastik dapat digolongkan berdasarkan sifat fisikanya :
- Termoplastik merupakan jenis plastik yang bisa didaur ulang atau dicetak lagi
dengan proses pemanasan ulang.Contoh : polietilena, polistirena, polikarbonat.
- Termoset merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur ulang atau dicetak lagi.
Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekul-molekulnya. Contoh :
resin epoksi, urea formaldehida (Sidik, 2003).
Plastik dibagi menjadi dua klasifikasi utama berdasarkan pertimbangan ekonomis
dan kegunaannya yaitu plastik komoditi dan plastik teknik. Plastik komoditi dicirikan
dengan volumenya yang tinggi dan harga yang murah, mereka sering digunakan dalam
bentuk barang yang bersifat pakai buang (disposable) seperti lapisan pengemas. Plastik
teknik lebih mahal harganya dan volumenya lebih rendah, tetapi memiliki sifat mekanik
yang unggul dan daya tahan yang lebih baik. Plastik komoditi yang utama adalah
adalah poliamida, polikarbonat, poliester dan sebagainya. Hampir semua plastik yang
disebutkan merupakan termoplastik (Stevens, 2007).
2.2.1 Polietilena
Polietilena adalah bahan termoplastik yang kuat dan dapat dibuat dari yang lunak sampai
yang kaku. Ada dua jenis polietilena yaitu polietilena ringan (low density) dan polietilena
berat (high density). Polietilena ringan relatif lemas dan kuat. Bahan ini digunakan antara
lain untuk pembuatan kantong kemas, tas, botol, industri bangunan, dan lain sebagainya.
Polietilena berat sifatnya lebih keras, kurang transparan dan tahan panas sampai suhu
100oC. Campuran polietilena ringan (LDPE) dan polietilena berat (HDPE) dapat digunakan sebagai bahan pengganti karat, mainan anak-anak, dan lain sebagainya. Di
bawah ini reaksi polimerisasi polietilena :
CH2 CH2 CH2
Polietilena kerapatan tinggi, produk ini lebih rapat, lebih kuat, dan bertitik lebur
lebih tinggi daripada polietilena kerapatan rendah yang bercabang dipreparasi dan pada
tekanan tinggi dengan inisitor radikal bebas, karena struktur yang lebih teratur
memungkinkan penyusunan rantai yang lebih rapat dan tingkat kekristalan yang tinggi
(Stevens, 2007).
2.2.2 Sifat Polietilena
Sifat mekanik polietilena densitas rendah (LDPE) adalah material kaku seperti polistirena
dan polimer plastik lemah seperti vinil. Polietilena mempunyai kekerasan yang baik dan
kelenturan yang berbeda pada jarak suhu tertentu. Polietilena densitas rendah secara
kristalinitas dari LDPE adalah -120oC dan 50%, sedangkan HDPE adalah -120oC dan 75% (Allen, 1983).
Polietilena bersifat inert secara kimia. Polietilena tidak larut dalam beberapa
pelarut pada suhu kamar, tapi sedikit mengembang (swell) dengan cairan seperti benzena
dan karbon tetraklorida yang larut pada suhu tinggi. Ketahanannya baik terhadap asam
dan basa. Pada suhu 100oC tidak terpengaruh selama 24 jam dengan sulfat atau asam klorida tapi mengarang dengan asam nitrat pekat. Polietilena sering digunakan untuk
botol untuk asam-asam yang mengandung asam klorida.
Banyak perbedaan antara sifat-sifat polietilena bercabang dan linier yang dapat
ditunjukkan dengan kristalinitas yang lebih tinggi dari polimer sebelumnya. Polietilena
linier dengan jelas lebih kaku daripada material yang bercabang, dan mempunyai titik
lebur kristal yang lebih tinggi dan lebih besar kekuatan tarik dan kekerasannya.
Ketahanan kimia yang baik dari polietilena bercabang ditahan atau ditingkatkan, beberapa
sifat yaitu rapuh pada suhu rendah dan permeabilitas yang rendah untuk gas dan uap, ini
meningkat pada material linier (Billmeyer, 1971).
2.3 Karet Alam
Karet merupakan polimer alam terpenting dan dipakai secara luas dilihat dari sudut
industri. Bentuk utama dari karet alam,yang terdiri dari 97% cis 1,4-poliisoprena, dikenal
sebagai Hevea rubber.Karet ini diperoleh dengan menyadap kulit sejenis pohon (Hevea
Brasiliensis) yang tumbuh liar di Amerika Selatan dan ditanam di bagian dunia lain
(Stevens, 2007). Karet diperoleh dari lateks yang menetes dari kulit kayu dari pohon karet
yang dipotong. Lateks merupakan cairan terdispersi dari karet, mengandung 25-40%
hidrokarbon, distabilkan dengan sejumlah kecil material protein dan asam lemak
(Billmeyer, 1971).
Karet alam adalah polimer cis poliisoprena sedangkan polimer trans
1,4-poliisoprena merupakan gutta percha. Karet dan gutta percha merupakan isomer ruang
H2C
Gambar 2.2 Struktur trans 1,4-poliisoprena
H2C
2.3.1 Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintetis
Karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet sintetis
atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh
karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh
karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet
sintetis adalah :
- Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna
- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
- Mempunyai daya aus yang tinggi
- Tidak mudah panas
- Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan
Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat
kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil.
2.3.2 Jenis-jenis Karet Alam
Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan.
Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali
- Bahan olahan karet (lateks kebun, lump segar)
- Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepes)
- Lateks pekat
- Karet bongkah atau block rubber
- Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber
- Karet siap olah atau tyre rubber
- Karet reklim atau reclimed rubber
2.3.3 Standard Indonesian Rubber (SIR)
Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesian
Rubber). Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan menjadi
bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Standar mutu karet bongkah Indonesia
tercantum dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Spesifikasi karet standar Indonesia
NO Spesifikasi SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50
1 Kadar kotoran maksimum 0,05 % 0, 10 % 0, 20 % 0, 50 % 2 Kadar abu maksimum 0,50% 0,75 % 1, 0 % 1,50 % 3 Kadar zat atsiri maksimum 1,0 % 1, 0 % 1, 0 % 1, 0 %
4 Plastisitas – Po minimum 30 30 30 30
5 Kode warna Hijau - Merah Kuning
(Tim Penulis, 1992)
2.4 Karet Sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi.
Sekarang banyak karet sintetis yang dikenal. Biasanya tiap jenis memiliki sifat tersendiri
yang khas. Berdasarkan pemanfaatannya, ada dua macam karet sintetis yang dikenal yaitu
karet sintetis yang digunakan secara umum dan karet sintetis yang digunakan untuk
keperluan khusus. Jenis karet sintetis untuk keperluan khusus karena memiliki sifat yang
kelebihannya ini adalah tahan terhadap minyak, oksidasi, panas atau suhu tinggi, serta
kedap terhadap gas.
Salah satu contoh karet sintetis jenis khusus adalah Ethylene Propylene Rubber
atau sering disebut EPDM, karena tidak hanya menggunakan monomer etilena dan
propilena pada proses polimerisasinya melainkan juga monomer ketiga atau EPDM.
Keunggulan jenis karet ini adalah ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon serta
pengaruh unsur cuaca lainnya sedangkan kelemahannya pada daya lekat yang rendah
(Tim Penulis, 1992).
2.4.1 Karet Etilena Propilena Diena Terpolimer (EPDM)
Karet etilena propilena (EPM) atau EPDM telah ditemukan di US dalam jumlah yang
terbatas secara komersial pada tahun 1962. Karet EPM/EPDM sekarang ini adalah
elastomer yang berkembang paling cepat (6% per tahun), yang di dukung dengan
berdirinya beberapa pabrik di beberapa negara. EPM merupakan kopolimer sederhana
etilena dan propilena, sedangkan EPDM adanya tiga komonomer yaitu suatu diena.
Adapun struktur dari etilena propilena diena terpolimer (EPDM) adalah :
C
Karet EPDM adalah suatu karet etilena propilena yang tidak jenuh, dimana
mengandung diena terpolimer. Karet EPDM dapat divulkanisasi dengan sulfur. Karena
terhadap ozon, udara dan memiliki sifat listrik yang baik. Penggunaan sebagai membran
atap, bagian bangunan dan kabel (Saechtling,1987). Pada EPDM, dimana E dan P berarti
etilena dan propilena, dan D berarti karet mengandung unit-unit yang diturunkan dari
diena monomer (lebih tepatnya bahwa unit diena tersebut tidak jenuh pada rantai
samping), dan M berarti karet mempunyai rantai jenuh tipe polimetilena. Karet etilena
propilena dihasilkan dari kopolimerisasi larutan menggunakan katalis tipe Ziegler-Natta
(Blackley, 1983).
2.4.2 Sifat Etilena propilena Diena Terpolimer
Sifat karet EPDM adalah :
- Memiliki umur yang panjang (sangat tahan lama)
- Stabil pada suhu tinggi ataupun rendah
- Daya tahan yang bagus terhadap uap dan air
- Sangat tahan terhadap cuaca
- Sangat tahan terhadap ozon
- Sangat tahan terhadap oksigen
- Sangat tahan terhadap berbagai bahan kimia
- Tidak boleh dipakai jika terjadi kontak terus menerus dengan produk yang
mengandung petroleum
Karet EPDM sangat ideal untuk aplikasi luar ruangan karena perlawanan yang bagus
untuk ozon, oksidan dan kondisi cuaca yang buruk. Karakteristik lainnya adalah stabilitas
warna yang sangat baik, tahan panas dan kualitas dielektrik
3. Suhu
minimal adalah -30oC dan suhu maksimal adalah 120oC (Morton, 1987).
2.5 Campuran Termoplastik Elastomer
Elastomer didefenisikan sebagai bahan polimer yang dapat kembali ke bentuk semula
setelah mengalami deformasi (perubahan bentuk) oleh pengaruh mekanis. Struktur
merupakan karakteristik utama bahan elastomer. Sebagai contoh, pada suhu kamar
polietilena berada di atas transisi gelasnya, tetapi tidak bersifat elastomer karena tidak
mengandung ikatan silang dan mempunyai derajat kristalinitas yang tinggi. Sebaliknya,
kopolimer etilena-propilena tidak mengandung fase kristalin sama sekali, tetapi dapat
membentuk bahan elastomer bila mengalami pengikatan silang lemah membentuk bahan
karet sintetis ethylene propylene rubber (EPR). Telah diamati bahwa beberapa polimer
dapat menjadi bahan elastomer dengan pembentukan rantai ikatan silang lemah,
sedangkan bila terjadi ikatan silang tinggi akan terbentuk bahan termoset yang keras
(Wirjosentono, 1998).
Campuran dari polimer yang berbeda sangat penting untuk menyediakan
campuran yang dapat meningkatkan sifat fisika dan mekanik. Termoplastik elastromer
(TPE) menghadirkan material-material yang disiapkan dengan mencampurkan komponen
karet dengan poliolefin. Studi tentang TPE dengan beberapa tipe karet dan poliolefin
telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Campuran TPEs pada umumnya dikelompokkan
dalam dua dengan satu campuran sederhana karet EPDM dan poliolefin. Kelas ini
biasanya disebut Termoplastik Elastromer Olefin (TPO).
Zenovia Moldovan, dalam jurnalnya yang berjudul “Campuran EPDM-HDPE
dengan perbedaan sistem pematangan/sifat mekanik dan spektrometri infra merah” telah
meneliti bahwa campuran EPDM-HDPE yang divulkanisasi dapat meningkatkan
vulkanisat termoplastik (TPV) dengan adanya ikatan silang partikel karet yang
terdistribusi dalam matriks termoplastik. Dengan menggunakan zat pematang sulfur dan
dua akselerator yaitu M (2-mercaptobenzothiazole) dan TH (tetramethilthiuram disulfida)
dihasilkan vulkanisat termoplastik yang baik, hasil ini didukung oleh analisis FTIR dan
sifat fisik dan mekanik yang bagus (Moldovan, 2008).
Polimer EPDM mempunyai derajat kristalinitas tidak regang yang tinggi yang
secara fisika dicampurkan dengan polietilena dan suatu etilena vinil asetat kopolimer
untuk membentuk campuran polimer termoplastik. Campuran menunjukkan kekuatan
tarik yang unggul, lebih baik daripada yang diperkirakan dari pengaruh komponen
polimer itu sendiri. Dapat dilakukan tanpa pematangan atau zat pengikat silang. Dengan
adanya interpolimerisasi diena monomer dalam EPDM merupakan ciri-ciri yang
Aplikasi untuk campuran polimer termoplastik terdiri dari pipa, isolasi kawat dan
kabel, keset, mainan, sol sepatu dan lain sebagainya. Penggunaan polimer dan campuran
termoplastik harus dinilai sifat tekanan regang, yaitu regangan, modulus, perpanjangan
dan kekerasannya (Batiuk, 1976).
2.6 Ikat Silang (Crosslinking)
Dipandang dari segi komersial, ikat silang merupakan reaksi terpenting polimer dan
menjadi dasar untuk industri-industri karet dan elastomer. Reaksi ikat silang dapat
terbentuk melalui vulkanisasi. Vulkanisasi merupakan istilah umum yang diterapkan pada
reaksi ikat silang polimer, khususnya elastomer. Reaksi ikat silang terinisiasi peroksida
dari polimer-polimer jenuh seperti polietilena berlangsung melalui abstraksi hidrogen
oleh radikal-radikal yang terjadi dari pemutusan homolitik peroksida. Dengan
polimer-polimer tak jenuh, abstraksi hidrogen terjadi mungkin pada posisi alilik dengan ikat silang
berantai yang terjadi lagi dari kombinasi radikal. Tidak semua polimer-polimer vinil bisa
diikat silang dengan peroksida, sebagai contoh polipropilena dan poli(vinil klorida) labih
mudah mengalami degradasi daripada ikat silang.
Metode vulkanisasi tertua yang ditemukan secara terpisah pada tahun 1839 oleh
Goodyear di USA, menggunakan belerang. Laju vulkanisasi dengan belerang bisa, pada
umumnya dinaikkan dengan penambahan akselerator seperti garam-garam seng atau
senyawa organobelerang. Senyawa lain, khususnya seng oksida dan asam stearat juga
ditambahkan sebagai aktivator (Stevens, 2007).
2.6.1 Ikat Silang Campuran Termoplastik Elastomer
Etilena propilena terpolimer dapat divulkanisasi melalui pemanasan dengan peroksida
organik. Pada kasus ini, efisiensi ikatan silang lebih tinggi daripada bipolimer yang
sesuai. Ini telah dihubungkan dengan inisiasi rantai radikal bebas melalui gugus tidak
jenuh terpolimer. Ini ditunjukkan melalui pengamatan bahwa sulfur dapat mereduksi
efisiensi ikatan silang peroksida dalam etilena-propilena diena terpolimer, kemungkinan
biasa memvulkanisasi etilena-propilena diena terpolimer adalah melalui reaksi dengan
sulfur dan akselerator konvensional. Dasar pembentukan ikatan silang dengan
memberikan sistem vulkanisasi yang tergantung pada asal dari monomer ketiga, yang
sama hubungannya dengan konsentrasi.
Ada material-material yang dihasilkan melalui pencampuran suatu karet poliolefin
dengan plastik poliolefin. Kombinasi yang biasanya adalah karet etilena-propilena dan
termoplastik polipropilena. Kemungkinan adesif yang bagus antara matriks karet dan
polipropilena kaku dicapai melalui pencampuran propilena dari fasa karet dengan lapisan
permukaan polipropilena. Ini dicapai dengan penambahan dalam jumlah kecil peroksida
organik pada keadaan tercampur, ikat silang terjadi selama proses. Pemilihan peroksida
dan kondisi berikatan silang penting jika degradasi komponen polipropilena akan
dihindari.
Beberapa yang menarik ditunjukkan pada tahun terakhir, dimana karet
etilena-propilena dapat divulkanisasi melalui reaksi dengan uap lembab. Proses ini dapat sukses
dalam skala besar dengan polietilena untuk menghasilkan polietilena ikat silang untuk
isolasi kabel dan tujuan lainnya (Blackley, 1983).
2.6.2 Dikumil Peroksida
Teknik ikat silang karet dengan peroksida telah dikenal beberapa tahun terakhir ini.
Keuntungan umum peroksida untuk ikat silang adalah sangat baik ketahanannya pada
temperatur tinggi, elastisitas yang baik, dan tidak ada penghilangan warna pada hasil
akhir. Perbandingan peroksida yang digunakan tergantung pada temperatur penguraian
Gambar 2.5 Reaksi dekomposisi dikumil peroksida
Dikumil peroksida jika dipanaskan akan menghasilkan radikal 2-fenilpropanoksi
dalam keadaan tidak stabil dan selanjutnya akan membentuk radikal metil dan asetofenon
(Thitithammawong, 2007).
2.7 Divinilbenzena
Rumus molekul divinilbenzena C10H10, titik didihnya 195oC, tidak larut dalam air dan larut dalam etanol dan eter dan memiliki titik nyala 76oC. Divinilbenzena merupakan zat pengikat silang yang juga meningkatkan sifat polimer. Divinilbenzena telah digunakan
dalam pabrik perekat, plastik, elastomer, keramik, pelapis, katalis, membran, farmasi,
polimer khusus dan resin penukar ion. Pada pabrik plastik, divinilbenzena digunakan
dalam industri plastik untuk mengikat silang dan memodifikasi material-material dan
C O
2 RH (substrat) 2 RH (substrat)
untuk membantu proses kopolimerisasi. Dapat juga meningkatkan resistansi terhadap
tekanan retak, bahan kimia, panas distorsi, kekerasan dan kekuatan. Divinilbenzena
membantu meningkatkan stabilitas termal dari komposisi resin epoksi. Pada pabrik karet
sintesis, dimana karet sintesis merupakan golongan elastomer buatan yang mendekati satu
atau lebih sifat dari karet alam. Divinilbenzena telah digunakan dalam kopolimer
stirena-butadiena sebagai adesif dan membantu dalam proses ekstrusi karet
(http://www.dow.com).
Adapun struktur dari divinilbenzena adalah :
CH=CH2
CH=CH2
Gambar 2.6 Struktur divinilbenzena (p-1,4-divinilbenzena) (Blackley, 1983)
2.7 Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik Bahan Polimer
Peggunaan bahan polimer sebagai bahan teknik misalnya dalam industri suku cadang
mesin, konstruksi bangunan dan transportasi, tergantung sifat mekanisnya, yaitu
gabungan antara kekuatan yang tinggi dan elastisitas yang baik. Sifat mekanik yang khas
ini disebabkan oleh adanya dua macam ikatan dalam bahan polimer, yaitu ikatan kimia
yang kuat antara atom dan interaksi antara rantai polimer yang lebih lemah. Adapun
pengujian sifat mekanik dan fisik terhadap bahan polimer adalah tegangan tarik, uji lelah,
uji tumbukan, kekerasan, dan ketahanan sobek.
2.8.1 Pengujian Sifat Kekuatan Tarik (σ)
Sifat mekanis biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekuatan tarik (σt) menggunakan alat pengukur Tensometer atau Dinamometer, bila terhadap bahan
maksimum (Fmaks) yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan, dibagi dengan luas penampang bahan (Ao).
σ
t ……… persamaan 2.1Selama perubahan bentuk , dapat diasumsikan bahwa volume spesimen tidak berubah.
Perpanjangan tegangan pada saat bahan terputus disebut kemuluran. Besaran kemuluran
(ε) dapat didefenisikan sebagai berikut :
ε =
x 100 %
…………. Persamaan 2.2Keterangan :
ε = kemuluran (%)
l0 = panjang spesimen mula-mula (mm) l = panjang spesimen saat putus (mm)
Hasil pengamatan kekuatan tarik dinyatakan dalam bentuk kurva tegangan
terhadap perpanjangan bahan (regangan), yang disebut kurva tegangan-regangan. Bentuk
kurva ini merupakan karakteristik yang menunjukkan indikasi sifat mekanis bahan yang
lunak, keras, kuat, lemah, rapuh atau liat (Hartomo, 1993).
2.8.2 Mikroskopi Elektron Skan (SEM)
Skanning Electron Microscophy (SEM) merupakan alat yang dapat membentuk bayangan
permukaan. Struktur permukaan suatu benda uji dapat dipelajari dengan mikroskop
elektron pancaran karena jauh lebih mudah untuk mempelajari struktur permukaan itu
secara langsung. Pada dasarnya, SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron dan
dipantulkan atau berkas sinar elektron sekunder. SEM menggunakan prinsip skanning
dengan prinsip utamanya adalah berkas elektron diarahkan pada titik permukaan
spesimen. Gerakan elektron diarahkan dari satu titik ke titik lain pada permukaan
spesimen. Jika seberkas sinar elektron ditembakkan pada permukaan spesimen maka
permukaan spesimen tidak merata, banyak lekukan, lipatan atau lubang-lubang, maka tiap
bagian permukaan itu akan memantulkan elektron dengan jumlah dan arah yang berbeda
dan jika ditangkap detektor akan diteruskan ke sistem layer dan akan diperoleh gambaran
yang jelas dari permukaan spesimen dalam bentuk tiga dimensi.
Dalam penelitian morfologi permukaan SEM terbatas pemakaiannya, tetapi
memberikan informasi yang bermanfaat mengenai topologi permukaan dengan resolusi
sekitar 100 Å (Stevens, 2007).
2.8.3 Spektroskopi Inframerah Fourier Transform (FTIR)
Pada dasarnya, teknik FTIR adalah sama dengan spektroskopi inframerah biasa, kecuali
dilengkapi dengan cara perhitungan Fourier transform dan pengolahan data untuk
mendapatkan resolusi dan kepekaan yang lebih tinggi. Teknik ini dilakukan dengan
penambahan peralatan interferometer yang telah lama ditemukan oleh Michelson pada
akhir abad ke-19. Michelson telah mendapatkan informasi spektrum dari suatu berkas
radiasi dengan mengamati interferogram yang diperoleh dari interferometer tersebut
(Wirjosentono, 1995).
Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan menyebabkan vibrasi atau getaran
pada molekul. Pita absorbs inframerah sangat khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan
kimia atau gugus fungsi. Metoda ini sangat berguna untuk mengidentifikasi senyawa
organik dan organometalik. Spektrum yang dihasilkan berupa grafik yang menunjukkan
persentase transmitan yang bervariasi pada setiap frekuensi radiasi inframerah. Satuan
frekuensi yang digunakan pada garis horizontal dinyatakan dalam bilangan gelombang,
yang didefenisikan sebagai banyaknya gelombang dalam tiap satuan panjang
(Dachriyanus, 2004).
2.8.4 Analisa Kandungan Gel
Derajat ikat silang dalam karet ditentukan setelah sokletasi dengan sikloheksana mendidih
Persentase kandungan gel dalam campuran kemudian dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
% kandungan gel : x 100% ………… persamaan 2.3
Dimana Wg dan Wo adalah berat sampel setelah dan sebelum sokletasi. Gel yang
terbentuk dimana interaksi yang kuat antara komponen campuran. Ini adalah suatu
petunjuk bahwa ikat silang dan kompatibilitas terbentuk dalam campuran
BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan-Bahan dan Alat-Alat Penelitian
3.1.1 Bahan-bahan Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Bahan Merek
LDPE Yuhwa, ltd Korea
Karet SIR 20 PTPN III Rantau Parapat
Karet EPDM PT. Sumber Jaya Jakarta
Dikumil peroksida p.a Merck
Divinilbenzena p.a Merck
3.1.2 Alat- Alat Penelitian
Nama alat Merek
Neraca analitis Mettler Toledo
Spatula -
Alat uji tarik Autograph Torsee Electronic System
Hot Compressor Shimadju D6072 Dreiech
Seperangkat alat FTIR Shimadju
Seperangkat alat SEM JSM-35 C Sumandju Jepang
Alat internal mixer Heles CR-52
Alat ekstruder Shimadju
Mikro buret Interkey Technico CM 3EX
Aluminium foil -
Alat sokletasi Pyrex
Kertas saring -
Statif dan klem -
Gunting -
3.2 Prosedur Penelitian 3.2.1 Penyiapan Bahan
- LDPE yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Polimer Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara ditimbang sebanyak 50 g.
- Karet alam SIR 20 yang diperoleh dari PTPN III Rantau Prapat dipotong
kecil-kecil dan ditimbang sebanyak 25 g.
- Karet EPDM yang diperoleh dari PT.Sumber Jaya Jakarta Selatan dipotong
kecil-kecil, kemudian karet EPDM dilelehkan dalam alat ekstruder pada suhu 80oC. Lelehan EPDM didinginkan pada suhu kamar dan ditimbang sebanyak 25 g.
- Dikumil peroksida ditimbang sebanyak 0,5 g (1 phr), 1,0 g (2 phr) dan 1,5 g (3
phr).
Perhitungan :
1 phr = x berat karet (g) ……… persamaan 3.1
- Divinilbenzena diukur sebanyak 0,5 mL (1 phr), 1,1 mL (2 phr) dan 1,6 mL (3
phr).
Perhitungan :
Dari perhitungan phr dapat diperoleh beratnya kemudian dikonversikan ke
persamaan di bawah ini :
V =
……... persamaan 3.2
3.2.2 Pembuatan campuran LDPE-karet alam SIR 20-karet EPDM tanpa penambahan divinilbenzena
Mula-mula 50 g LDPE dimasukkan ke dalam alat internal mixer pada suhu 175oC sampai meleleh, kemudian 25 g karet alam SIR 20 dan 25 g karet EPDM ditambahkan ke dalam
alat internal mixer sampai semua bercampur. Selanjutnya ditambahkan 1 phr dikumil
peroksida ke dalam campuran. Selang waktu penambahan bahan 15 menit. Dilakukan
perlakuan yang sama untuk campuran dengan variasi dikumil peroksida 2 phr dan 3 phr.
3.2.3 Pembuatan campuran LDPE-karet alam SIR 20-karet EPDM dengan penambahan divinilbenzena
Mula-mula 50 g LDPE dimasukkan ke dalam alat internal mixer pada suhu 175oC sampai meleleh, kemudian 25 g karet alam SIR 20 dan 25 g karet EPDM ditambahkan ke dalam
internal mixer sampai semua bercampur. Selanjutnya ditambahkan 1 phr divinilbenzena
dan 1 phr dikumil peroksida ke dalam campuran. Selang waktu penambahan bahan 15
menit . Dilakukan perlakuan yang sama untuk campuran dengan variasi divinilbenzena 2
phr dan 3 phr dengan variasi dikumil peroksida masing-masing 1 phr, 2 phr dan 3 phr.
3.2.4 Pembuatan Spesimen
Mula-mula hasil campuran diletakkan di antara lempengan aluminium berukuran 15 x 15
cm yang telah dilapisi dengan aluminium foil. Alat tekan hot kompressor diset pada suhu
175oC. Kemudian lempeng tersebut dimasukkan ke dalam alat tekan dan dibiarkan selama 5 menit tanpa tekanan. Setelah itu diberi tekanan 100 kgf/cm2 dan dibiarkan selama 20 menit. Sampel diangkat dan didinginkan, setelah itu sampel dibentuk sesuai standart
ASTM D638.
50 mm
13 mm
165 mm
20 mm
2 mm
3.2.5 Uji Kekuatan Tarik
Pengujian kekuatan tarik dilakukan dengan menggunakan alat uji tarik autograph
terhadap tiap spesimen berdasarkan ASTM D638 (seperti pada gambar 3.1), dengan
kecepatan tarik 50 mm/menit dan beban maksimum 100 kgf. Mula-mula dihidupkan alat
Torsee Electronic System dan dibiarkan selama 1 jam. Spesimen dijepit menggunakan
griff pada alat tersebut, kemudian diatur tegangan, regangan dan satuannya. Tekan tombol
start untuk memulai uji pada spesimen sampai putus. Catat nilai load (tegangan) dan
stroke (regangan) bila sampel sudah putus. Dilakukan perlakuan yang sama untuk semua
sampel. Dari data load dan stroke yang diperoleh dapat dihitung besar kekuatan tarik
(persamaan 2.1) dan kemuluran (persamaan 2.2) dari masing-masing spesimen.
3.2.6 Analisa permukaan dengan SEM
Proses pengamatan mikroskopis menggunakan SEM diawali dengan merekatkan sampel
pada spesimen holder yang terbuat dari logam. Kemudian setelah sampel dibersihkan
dengan alat peniup, sampel dilapisi dengan emas bercampur paladium dengan
menggunakan mesin Ion Sputter JFC-1100 dengan kepakuman 0,2 Torr, tegangan 1,2 kV,
arus listrik 6-7,5 mA dan waktu 4 menit. Sampel selanjutnya dimasukkan kedalam
chamber spesimen pada mesin SEM (JSM-35 C) untuk dilakukan pemotretan.
3.2.7 Analisa Spektroskopi Infra Merah (FT-IR)
Film hasil pencampuran dijepit pada tempat sampel kemudian diletakkan pada alat ke
arah sinar infra merah. Hasilnya akan direkam kedalam kertas berskala berupa aluran
kurva bilangan gelombang terhadap intensitas.
3.2.8 Analisa Kandungan Gel
Mula-mula dirangkai alat sokletasi, kemudian dimasukkan 250 ml xilena ke dalam labu
alas dan dimasukkan 10 g (Wo) sampel yang telah dibungkus kertas saring ke dalam alat
sokletasi. Sampel disokletasi menggunakan pelarut xilena pada titik didih 135oC selama 8 jam. Setelah itu sampel dikeringkan sampai pelarut xilena menguap seluruhnya dan
ditimbang hasilnya sebagai Wg. Dihitung persentase ikat silang sampel dengan
3.3 Bagan Penelitian
3.3.1 Bagan Penyiapan Sampel
Dipotong kecil-kecil
Dilelehkan dalam alat ekstruder pada suhu 80oC Didinginkan lelehan EPDM
Diitimbang sebanyak 25 g
Dipotong kecil-kecil Ditimbang sebanyak 25 g
Ditimbang sebanyak 50 g Karet EPDM
25 g lelehan karet EPDM
Karet alam SIR 20
25 g karet alam SIR 20
LDPE
3.3.2 Bagan pembuatan campuran LDPE-karet alam SIR 20-karet EPDM tanpa penambahan divinilbenzena
Dimasukkan ke dalam alat internal mixer pada suhu 175oC sampai meleleh
Ditambahkan 25 g karet alam SIR 20
Ditambahkan 25 g karet EPDM Digiling hingga homogen
Ditambahkan 1 phr dikumil peroksida Digiling hingga homogen
Dilakukan prosedur yang sama untuk campuran dengan variasi dikumil peroksida 2 phr
dan 3 phr. Waktu penambahan bahan dilakukan dengan selang waktu masing-masing 15
menit.
50 g LDPE
Campuran LDPE-karet alam SIR 20-karet EPDM
3.3.3 Bagan pembuatan campuran LDPE-karet alam SIR 20-karet EPDM dengan penambahan divinilbenzena
Dimasukkan ke dalam alat internal mixer pada suhu 175oC sampai meleleh
Ditambahkan 25 g karet alam SIR 20
Ditambahkan 25 g karet EPDM Digiling hingga homogen
Ditambahkan 1 phr divinilbenzena Digiling hingga homogen
Ditambahkan 1 phr dikumil peroksida Digiling hingga homogen
Dilakukan prosedur yang sama untuk campuran dengan variasi dikumil peroksida 2 phr
dan 3 phr dengan variasi divinilbenzena masing-masing 1 phr, 2 phr dan 3 phr. Waktu
penambahan bahan dilakukan dengan selang waktu masing-masing 15 menit. Campuran LDPE-karet alam SIR 20-karet EPDM
Campuran LDPE-karet alam SIR 20-karet EPDM dan divinilbenzena
50 g LDPE
3.3.4 Bagan pembuatan Spesimen dan Karakterisasi
Diletakkan diantara lempengan berukuran 15 x 15 cm yang telah dilapisi dengan aluminium foil terlebih dahulu
Dimasukkan ke dalam alat press pada Suhu 175oC, diberi tekanan 100
kgf dan dibiarkan selama 20 menit Diangkat dan didinginkan
Dibentuk spesimen sesuai ASTM D638
Dikarakterisasi Film
Campuran TPE
Spesimen
Kekuatan tarik
Analisa permukaan dengan SEM
Analisa kandungan
gel
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pengujian kekuatan tarik (σ) dan kemuluran (ε)
Telah dilakukan pengujian sifat mekanik terhadap semua variasi sampel dalam penelitian
ini. Hasil pengujian yang diperoleh adalah nilai load (tegangan) dan stroke (regangan).
Dari data yang diperoleh dapat dihitung nilai kekuatan tarik (σ) dan nilai kemuluran (ε).
Hasil yang diperoleh disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Data hasil uji kekuatan tarik (σ) dan kemuluran (ε) dari campuran
Tabel 4.3 Data hasil uji kekuatan tarik (σ) dan kemuluran (ε) dari campuran LDPE + karet EPDM + karet alam SIR 20 dengan 2 phr divinilbenzena
4.1.2 Analisa Permukaan dengan Scanning Electron Microscopy (SEM)
Data hasil pengujian kekuatan tarik dan kemuluran diperoleh hasil optimum pada variasi
2 phr dikumil peroksida untuk campuran TPE tanpa divinilbenzena dan variasi 1 phr
dikumil peroksida dengan 1 phr divinilbenzena untuk campuran dengan penambahan
divinilbenzena. Hasil optimum dari sampel dilihat morfologi permukaannya dengan
SEM. Gambar hasil pemotretan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Hasil pemotretan SEM pada permukaan campuran LDPE+karet EPDM+karet alam SIR 20 dan 2 phr dikumil peroksida (perbesaran 5000x)
4.1.3 Analisa kandungan gel
Hasil analisa kandungan gel dengan metode sokletasi pada campuran TPE dengan dan
tanpa penambahan divinilbenzena disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.5 Hasil analisa kandungan gel pada campuran TPE dengan dan tanpa penambahan divinilbenzena
4.2.1 Pengujian Kekuatan Tarik (σ) dan Kemuluran (ε)
Dari data yang diperoleh, hasil pengukuran kekuatan tarik dan kemuluran dari campuran
LDPE + karet EPDM + karet alam SIR 20 tanpa penambahan divinilbenzena ditunjukkan
dalam bentuk grafik pada gambar 4.3 dan gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik kemuluran (ε) pada campuran TPE tanpa penambahan
Divinilbenzena
Dari grafik di atas dapat dilihat hasil yang lebih baik pada campuran TPE dengan
variasi 2 phr dikumil peroksida dengan nilai kekuatan tarik 0,937 kgf/mm2 dan kemuluran 125,06 %.
Berikut adalah grafik kekuatan tarik (σ) dan kemuluran (ε) pada campuran TPE dengan penambahan divinilbenzena :
Gambar 4.5 Grafik kekuatan tarik (σ) pada campuran TPE dengan penambahan
Gambar 4.6 Grafik kemuluran (ε) pada campuran TPE dengan penambahan
Divinilbenzena
Pada grafik 4.5 dan 4.6 terlihat bahwa pada campuran LDPE + karet alam SIR 20
+ karet EPDM dengan variasi 1 phr dikumil peroksida dan 1 phr divinilbenzena
menunjukkan nilai maksimum dan hasil yang lebih baik dengan kekuatan tarik 1,70
kgf/mm2 dan kemuluran 320,9 %.
Data hasil pengujian kekuatan tarik dan kemuluran diperoleh hasil maksimum dari
semua tipe campuran yaitu pada campuran dengan 1 phr divinilbenzena. Kekuatan tarik
pada campuran dengan penambahan divinilbenzena lebih besar daripada campuran tanpa
penambahan divinilbenzena. Hal ini disebabkan karena adanya divinilbenzena yang
berfungsi sebagai zat penghubung yang dapat meningkatkan proses ikat silang, sehingga
semakin meningkat proses ikat silang maka kekuatan tarik juga semakin besar. Hal ini
terjadi karena transfer tegangan antara fasa-fasa dalam campuran untuk membentuk
ikatan antarmuka selama proses ikat silang. Dengan meningkatnya interaksi-interaksi fasa
dalam campuran dapat meningkatkan kompatibilitas dari campuran, sehingga kekuatan
tarik campuran dengan divinilbenzena lebih besar daripada campuran tanpa
divinilbenzena.
Dari data yang diperoleh, kekuatan tarik dan kemuluran campuran menurun
disebabkan karena dikumil peroksida yang ditambahkan terlalu berlebihan sehingga
terjadi pemutusan rantai oleh dikumil peroksida. Hal ini menyebabkan penurunan sifat
kekuatan tarik dan kemuluran pada campuran.
4.2.2 Analisa Permukaan dengan Scanning Electron Microscopy (SEM)
Hasil pemotretan SEM yang diperoleh ditunjukkan pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.
Campuran dengan divinilbenzena lebih efektif daripada tanpa divinilbenzena karena
dapat mereduksi dan menstabilisasi ukuran dari fasa terdispersi sehingga memiliki
permukaan yang lebih rapat karena pori-porinya yang halus. Permukaan campuran
dengan divinilbenzena lebih halus dan merata karena terjadinya ikatan antarmuka pada
masing-masing fasa dalam campuran, dan ini dapat menyebabkan sifat mekanik dari
campuran menjadi lebih baik.
4.2.3 Analisa Kandungan Gel
Jumlah kandungan gel ditentukan setelah sokletasi fasa karet yang tidak terikat silang.
Gel dibentuk ketika interaksi yang kuat antara komponen-komponen campuran, ini
menunjukkan bahwa adanya ikat silang dan kompatibilisasi yang terbentuk dalam
campuran. Penambahan divinilbenzena meningkatkan persentase gel yang berhubungan
dengan meningkatnya efisiensi ikat silang dalam campuran karena adanya divinilbenzena
sebagai zat penghubung, sehingga fasa karet tidak dapat dilarutkan oleh xilena pada
proses sokletasi.
4.2.4 Analisa Spektrum FT-IR
Analisa dengan menggunakan spektrum infra merah ini digunakan untuk memberikan
informasi tentang adanya perubahan gugus fungsi yang menandakan adanya interaksi
secara kimia. Hasil dari spektrum infra merah dapat dilihat pada lampiran, polietilena
(Lampiran 5), karet alam SIR 20 (Lampiran 4), karet EPDM (Lampiran 3), campuran
dengan variasi 2 phr dikumil peroksida tanpa penambahan divinilbenzena (Lampiran 2)
dan campuran dengan variasi 1 phr dikumil peroksida dengan 1 phr divinilbenzena
Tabel 4.6 Hasil analisa spektrum FT-IR polietilena
Sampel Bilangan gelombang (cm-1) Gugus fungsi Polietilena 2950, 1460 dan
720/730
C-H
Tiga bilangan gelombang di atas merupakan daerah serapan yang paling kuat.
Dimana bilangan gelombang 2950 cm-1 adalah vibrasi uluran C-H, 1460 dan 720/730 cm -1
adalah vibrasi tekukan C-H dari CH2.
Tabel 4.7 Hasil analisa spektrum FT-IR karet EPDM
Sampel Bilangan gelombang (cm-1) Gugus fungsi
Karet EPDM
3697,03-3621,02 C-H aromatis
2855,08 C-H
1450,51 CH2
1389,84 CH3
1559,82 C=C
Pada bilangan gelombang 3697,03 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-H dari alkena lingkar, 2855,08 cm-1 adanya vibrasi uluran C-H dari alkena alifatis, 1450,51 cm-1 dan 1389,84 cm-1 adanya tekukan CH2 dan CH3 dan 1559,82 cm-1 adanya uluran C=C.
Tabel 4.8 Hasil analisa spektrum FT-IR karet alam SIR 20
Sampel Bilangan gelombang (cm-1) Gugus fungsi
Karet alam SIR 20
2920 dan 2850 C-H
1458 CH2
1377 CH3
Tabel 4.9 Hasil analisa spektrum FT-IR campuran LDPE + karet alam SIR 20 + karet EPDM tanpa penambahan divinilbenzena
Sampel Bilangan gelombang (cm-1) Gugus fungsi
Campuran LDPE + karet
Pada panjang gelombang 3697,25-3621,25 cm-1 terdapat gugus C-H aromatis yang berasal dari karet EPDM, uluran C-H alifatis pada 2916,12-2849,12 cm-1, tekukan CH2 dan CH3 pada 1462,18 cm-1 dan 1367,27 cm-1, gugus C=O berasal dari asetofenon dan gugus C-O berasal dari dikumil peroksida.
Tabel 4.10 Hasil analisa spektrum FT-IR campuran LDPE + karet alam SIR 20 + karet EPDM dengan penambahan divinilbenzena
Sampel Bilangan gelombang (cm-1) Gugus fungsi
Campuran LDPE +
Gugus C-H aromatis berasal dari senyawa divinilbenzena, uluran C-H alifatis
pada bilangan gelombang 2914,0-2850,0 cm-1, gugus C=O dari asetofenon (dikumil peroksida) dan gugus C-O dari senyawa dikumil peroksida.
Dari hasil spektrum FT-IR yang diperoleh, untuk campuran dengan penambahan
divinilbenzena dan tanpa penambahan divinilbenzena hanya terjadi sedikit pergeseran
bilangan gelombang. Dalam hal ini diketahui bahwa dalam reaksi yang terjadi tidak ada
penambahan gugus fungsi baru dan hanya terjadi interaksi fisik antara senyawa penyusun
campuran dengan terjadinya proses ikat silang. Dengan demikian dapat disimpulkan
4.3 Rancangan Reaksi Pembentukan Termoplastik Elastromer 1. Dekomposisi dikumil peroksida
2. Abstraksi hidrogen dari polimer oleh radikal kumiloksi
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh penambahan divinilbenzena pada campuran LDPE + karet alam SIR 20
+ karet EPDM adalah dapat meningkatkan proses ikat silang. Dimana semakin
tinggi proses ikat silang yang terjadi dalam campuran maka derajat ikat silang
yang terbentuk juga semakin baik yang dibuktikan dengan diperolehnya persentasi
kandungan gel yang lebih besar yaitu 98,2 %. Derajat ikat silang yang lebih besar
memberikan kekuatan tarik yang lebih baik pula pada campuran.
2. Penambahan divinilbenzena terhadap campuran dapat mempengaruhi morfologi
permukaan dan spektrum FT-IR campuran. Morfologi permukaan campuran
dengan penambahan divinilbenzena jadi lebih halus dan merata dan dari analisa
spektrum FT-IR tidak terjadi perubahan gugus fungsi dan hanya terjadi interaksi
fisik dalam campuran.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diharapkan pada penelitian selanjutnya
untuk memvariasikan komposisi polietilena atau karet alam dalam campuran. Selain itu
juga dapat memasukkan parameter pengujian campuran yang lain seperti Differential
Thermal Analysis (DTA), Differential Scanning calorimetry (DSC), uji ketahanan tekan,
DAFTAR PUSTAKA
Allen, N. S. 1983. Degradation and Stabilisation of Polyolefins. England : Applied Science Publishers ltd.
Awang, M. H. Ismail. 2008. Preparation and Characterization of Polypropylene/Waste Tyre Dust with Addition of DCP and HVA-2 (PP/WTD/HVA-2). Polymer Testing 27 : 321-329.
Bahl, A. 2004. A Textbook of Organic Chemistry. New Delhi : S.Chand and Company Ltd.
Bahruddin. Sumarno. G. Wibawa. N. Soewarno. 2007. Morfologi dan Properti Campuran Karet Alam/Polypropylene yang Divulkanisasi Dinamik Dalam Internal Mixer. Reaktor Vol. 11 No. 2 : 71-77.
Bark, L. S. 1982. Analysis of Polymer Systems. London : Applied Science Publishers. Batiuk, M. Richard M. Herman. J. C. Healy. 1976. Thermoplastic Polymer Blends of EPDM Polymer, Polyethylene and Ethylene Vinil Acetate Copolymer. United States Patent 3.941.859 19 : 1-10.
Billmeyer, F. W. 1971. Textbook of Polymer Science. Second Edition. USA : John Wiley and Sons
Blackley, D. C. 1983. Synthetic Rubbers : Their Chemistry and Technology. London : Applied Science Publishers ltd.
Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Bandung : Penerbit ITB.
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang : Andalas University Press
Halimatuddahliana. 2007. The Effect of N,N-m-Phenylenebismaleimide (HVA-2) Addition on Properties of Polypropylene (PP)/Ethylene-Propylene Diene Terpolymer (EPDM)/Natural Rubber (NR) Vulcanized Blends. Jurnal Teknologi Proses 6 (1) : 52-58.
Halimatuddahliana. 2006. Tensile Properties of Vulcanized Polypropilene/Ethylene- Propylene Diene Terpolymer/Natural Rubber (PP/EPDM/NR) Blends : The Effect of trans Polyoctenylene Rubber (TOR) addition. Jurnal Teknologi Proses 5 (1) : 20-26.
Hartomo, A. J. 2002. Penuntun Analisis Polimer Aktual. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Mao, Shuncong. Shin Tsuge.Hajime Ohtani. Shigeru.Atsuo Kiyokawa. 1997.
Moldovan, Z. Florica. Simona. Ioana and Gabriel. 2008. EPDM-HDPE Blends with Different Cure System/Mechanical and Infra-Red Spectrometric
Properties. Journal of Applied Sciences 8(1) : 86-94.
Morton, M. 1987. Rubber Technology.New York : American Chemical Society. Nakason, C. Krungjit Nuansomsri. Azizon Kaesaman. Suda Kiatkamjornwong. 2006. Dynamic Vulcanization of Natural Rubber/High Density Polyethylene Blends : Effect of Compatibilization, Blend Ratio and Curing System. Polymer Testing 25 : 782-796
Naskar, K. D. Kokot. J. W. M. Noordermeer. 2004. Influence of Various Stabilizers on Ageing of Dicumyl Peroxide-Cured Polypropylene/Ethylene-Propylene-Diene Thermoplastic Vulcanizates. Polymer Degradation and Stability 85 : 831- 839.
Pechurai, W. Charoen Nakason. Kannika Sahakaro. 2008. Thermoplastic Natural Rubber Based on Oil Extended NR and HDPE Blends : Blends Compatibilizer, Phase Inversion Composition and Mechanical Properties. Polymer Testing 27 : 621-631.
Penulis, T. 1992. Karet. Yogyakarta : Penebar Swadaya
Saechtling. 1987. Plastik Handbook : For The Technologist Engineer and User. Second Edition.Munich : Carl Hansenverlag
Sae-oui, P. Chakrit S. Promsak. 2010. Properties and Recyclability of Thermoplastic Elastromer Prepared from Natural Rubber Powder (NRP) and High Density Polyethylene (HDPE). Polymer Testing 30 : 1-6
Sidik, M. 2003. Kimia Polimer.Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Steven, M. P. 2007. Kimia Polimer. Cetakan 1.Jakarta : Pradnya Paramita
Thitithammawong, A. C. Nakason. K. Sahakaro. Noordermeer. 2007. Thermoplastic Vulcanizates Based on Epoxidized Natural Rubber/Polypropylene Blends : Selection of Optimal Peroxide Type and Concentration in Relation to Mixing Conditions. European Polymer Journal 43 : 4008-4018
Wirjosentono, B. 1998. Struktur dan Sifat Mekanis Polimer. Medan : Intan Dirja Lela Press
Lampiran 5. Spektrum FTIR polietilena