HUBUNGAN MELALUI FACEBOOK YANG DIALAMI MAHASISWA USU DALAM PERSPEKTIF FENOMENOLOGI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
FIRSTY PUTRI YOSLIN GIRSANG
080904038
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus karena
berkat, rahmat dan kasihNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Hubungan Melalui Facebook Yang Dialami Mahasiswa USU Dalam Perspektif
Fenomenologi, guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari
Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan dan kemampuan
peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan iklas peneliti menerima kritik
dan saran yang membangun dari pembaca dan nantinya berguna di hari yang akan
datang.
Peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada
kedua orang tua peneliti, Bapak Drs. Jonsen Girsang M.Pd dan Ibunda Rosa
Delina Saragih, S.Pd yang selalu menjaga, mendoakan, memberi nasehat,
semangat serta dukungan moral dan materi. Peneliti juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada Adik-adik peneliti, Lydwine, Frederik, Lyoni dan Carolus.
Terimakasih buat doa dan dukungan dari kalian selama ini hingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian skripsi ini. Tak lupa pula peneliti ucapkan terimakasih
kepada seluruh keluarga, opung, tante, bou, panggi, kela, tulang, mami dan
Dalam kesempatan ini peneliti juga menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan FISIP USU.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A dan Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si
selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
3. Ibu Dra.Inon Beydha, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing peneliti yang
senantiasa meluangkan waktu serta sabar dalam membimbing peneliti
dalam mengerjakan penelitian ini. Terimakasih, buat setiap nasehat dan
cerita yang memotivasi yang sangat berharga bagi Peneliti.
4. Bapak Drs. Humaizy M.A selaku dosen wali peneliti yang senantiasa
membimbing peneliti dari dimulainya semester satu hingga akhir.
5. Seluruh dosen/staf pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu
Komunikasi. Terimakasih yang tulus peneliti sampaikan atas jasa-jasa
yang telah diberikan selama perkuliahan.
6. Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros yang telah membantu pada setiap urusan
adminitrasi yang diperlukan peneliti.
7. Kepada Archiman Simbolon S.H, kekasih, abang sekaligus sahabat yang
selalu ada di sisi peneliti yang dengan sabar memberi nasihat, kritikan dan
cintanya untuk peneliti.
8. Sahabat-sahabat peneliti yang telah menghabiskan waktunya bersama
peneliti, berbagi suka dan duka dan tumbuh dewasa bersama. Terimakasih
Niko, Agust, Desi, Rani, Uly, Iboy, Dwiko, Ola, Tina. Kita memang tak
akan selalu bersama-sama, tapi hati kita tak akan pernah terpisahkan.
9. Teman-teman seperjuangan Koncho, Hendra, Ibam, Suci, Bella, Bebe, dan
yang lainnya yang juga berjuang bersama peneliti dalam menyelesaikan
skripsi kami.
10.Kepada seluruh kakanda, teman-teman dan adinda di GMKI FISIP USU,
yang sudah menjadi tempat peneliti bertumbuh dan menjalin persaudaraan
yang indah selama menjalani perkuliahan.
11.Abang, kakak, teman dan adek Pemuda GKPS Jalan Sudirman Pematang
Siantar, tempat peneliti bernaung dan belajar menjadi pemuda kristen yang
sesungguhnya.
12.Kepada Maktua, Sara, Ipan, Bang Andy, Kak Siska Yohana, Ana, Nciho,
Arta, Lusi, Tary, Rosi dan seluruh penghuni Hartila Kost yang telah
menjadi saudara dan tempat bernaung peneliti selama empat tahun
terakhir.
13.Informan-informan yang telah bersedia meluangkan waktu dan berbagi
pengalamannya dalam menjalin hubungan melalui facebook pada peneliti.
14.Keluarga besar komunikasi angkatan 2008 yang sudah lama bersama-sama
dengan peneliti menimba ilmu yaitu kurang lebih empat tahun. Terima
kasih buat semua kenangannya selama ini. Semoga kita dapat meraih apa
yang kita cita-cita kan dan selalu berusaha untuk berikan yang terbaik
15.Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan penelitian ini,
Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah
diberikan oleh semua pihak, semoga Tuhan Yesus Kristus akan membalasnya
dengan limpahan rahmat kepada kita semua.
Medan, Agustus 2012
Peneliti,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. .. Konteks Masalah ... 1
1.2. Fokus Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
2.1. Paradigma Penelitian ... 7
2.2. Kajian Pustaka ... 13
2.3. Model Teoretik ... 15
2.3.1. Media Digital dan Facebook ... 15
2.3.2. Pengungkapan Diri di Dunia Maya ... 21
2.3.3. Technology Relationship/Hubungan secara Online... 24
2.3.4. Jenis-Jenis Hubungan ... 27
2.3.5. Mahasiswa... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34
3.1. Metode Penelitian ... 34
3.2 Objek Penelitian ... 36
3.3. Subjek Penelitian... 36
3.4. Kerangka Analisis ... 38
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.5.2. Data Sekunder ... 41
3.6. Analisis Data ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1. Hasil Penelitian ... 44
4.1.1. Proses Penelitian ... 44
4.1.2. Teknis Data Primer dan Sekunder ... 46
4.2. Pembahasan ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
5.1. Kesimpulan ... 68
5.2. Saran ... 69
5.3. Interpretasi Penelitian ... 69
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Halaman
Gambar II : Model Teoritis ……….33
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1Konteks Masalah
Bidang teknologi informasi saat ini telah berkembang secara massal dan
cepat. Teknologi tersebut telah berhasil mengubah bentuk masyarakat manusia,
dari masyarakat manusia lokal menjadi masyarakat manusia global. Saat ini
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mencakup
berbagai bidang kehidupan menandai perubahan peradaban manusia menuju
masyarakat informasi. Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur
masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai
aktifitas masyarakat cyber seperti berpikir, berkreasi, dan bertindak dapat
diekspresikan di dalamnya, kapanpun dan dimanapun. Kehadirannya telah
membentuk dunia tersendiri yang dikenal dengan dunia maya (cyberspace) atau
dunia semu yaitu sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang menawarkan
realitas yang baru berbentuk virtual (tidak langsung dan tidak nyata).
Kecepatan dalam mengakses informasi telah menjadi hal yang wajib bagi
setiap orang di muka bumi ini. Hampir semua kalangan memanfaatkan hasil dari
teknologi. Hal ini dijawab oleh internet yang memudahkan setiap orang
memperoleh dan menyebarkan informasi dengan cepat, murah dan menjangkau
wilayah yang sangat luas. Komunitas masyarakat yang ikut bergabung di
dalamnya pun kian hari semakin meningkat.
Kecenderungan masyarakat untuk berkonsentrasi dalam cyberspace
merupakan bukti bahwa internet telah membawa kemudahan-kemudahan bagi
masyarakat. Bagi sebagian orang munculnya fenomena ini telah mengubah
perilaku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain, baik secara individual
maupun secara kelompok. Di samping itu, kemajuan teknologi tentunya akan
berjalan bersamaan dengan munculnya perubahan-perubahan di bidang
Teknologi informasi yang berkembang secara pesat memberikan banyak
manfaat baik itu dari segi keamanan, kenyamanan dan kecepatan. Hal ini dapat
kita rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya saja saat melakukan
pemesanan tiket pesawat, hotel, pembayaran tagihan telepon serta listrik,
pemesanan barang secara online dan berbagai kemudahan lainnya. Aktivitas
masyarakat yang dulunya membutuhkan waktu yang panjang kini dapat dilakukan
dalam waktu yang sangat singkat.
Seiring berjalannya waktu, internet tidak lagi hanya menjadi sumber
informasi tapi juga menyediakan tempat bagi interaksi antara para penggunanya.
Hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan internet dibanding media lainnya.
Internet selain berfungsi sebagai media massa juga berfungsi sebagai media
antarpersonal melalui chatting dan email. Internet telah menjadi saluran
perubahan, percepatan, perluasan sekaligus perputaran gagasan. Salah satu fungsi
media interner yang paling baru dan sangat diminati penggunanya saat ini adalah
jejaring sosial.
Manusia terlahir sebagai mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, ia
membutuhkan interaksi dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya.
Interaksi tersebut dikenal juga dengan istilah interaksi sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan orang per
orang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dan
kelompok-kelompok manusia. (Soekanto, 2002: 62) .
Kebutuhan akan pemenuhan sifat dasar manusia tersebut sekarang tidak
lagi hanya dapat dilakukan di dunia nyata. Dengan kehadiran situs jejaring sosial,
interaksi dapat terjadi dengan lebih luas dan lebih beragam.
Situs jejaring sosial (social networking sites) merupakan suatu situs yang
menawarkan berbagai macam cara untuk berkomunikasi melalui internet dengan
orang-orang baru dari seluruh dunia. Situs ini mengizinkan seseorang untuk
menciptakan halaman profil pribadi serta membangun jaringan pertemanan secara
melalui profil mereka baik dengan teman-teman ataupun dengan orang-orang di
luar daftar koneksi mereka.
Adanya situs jejaring sosial menunjukkan bahwa kehidupan manusia
mengikuti pola berjejaring, bukan berkelompok. Kita adalah manusia berjejaring,
bukan manusia berkelompok. Kehidupan nenek moyang kita yang hidup
berkelompok sebenarnya belum menunjukkan hakikat hidup manusia yang
sesungguhnya. Itu semacam kehidupan yang belum ditopang oleh kebudayaan
yang lebih tinggi, sehingga hakikat kemanusiaan kita belum tampak. Hakikat
manusia sebagai mahkluk berjejaring masih terpendam sampai akhirnya
menemukan perangkat budaya yang memungkinkan kita hidup berjejaring, salah
satunya situs jejaring sosial (Fahmi, 2011:25).
Saat ini tersedia banyak website jejaring sosial yang kita ketahui bisa
diakses di internet secara cuma-cuma seperti; Friendster, Myspace, Flickr, Twitter
dan yang paling fenomenal saat ini adalah Facebook. Memang tidak dapat
dipungkiri saat ini twitter juga fenomenal dan banyak diperbincangkan, namun
pengguna twitter tidak seberagam facebook dimana kita bisa menemukan orang
dengan status sosial dari konglomerat hingga tukang bakso keliling. Hal ini
menunjukkan bahwa di facebook diminati oleh beragam kalangan.
Facebook atau disingkat FB adalah situs jejaring sosial yang populer yang
diluncurkan pada tanggal 4 Februari 2004. Facebook didirikan oleh Mark
Zuckerberg, yang merupakan seorang mahasiswa Harvard University. Pada
awalnya facebook ini sendiri keanggotaannya hanya dibatasi untuk mahasiswa
dari Harvard saja, karena banyak yang tertarik dengan jejaring sosial ini, maka
beberapa tahun kemudian berkembang hingga sampai ke berbagai belahan dunia
(http://www.asal-usul.com/2011/03/facebook-data-dan-fakta-sejarah.html)
Aplikasi yang terdapat dalam facebook memungkinkan setiap orang yang
memiliki account untuk menampilkan informasi personal, seperti hobi, musik
favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar
pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan
fasilitas pesan elektronik lainnya, dan facebook juga menampilkan dan
menyediakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan
Perkembangan facebook begitu pesat, berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh compete.com pada Januari 2009 facebook mendapat peringkat
pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia
setiap bulan oleh para pengguna aktifnya (http://compete.com)
Boyd menyatakan bahwa facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial
memudahkan individu untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki minat
yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan
individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang
berpotensi membuat jaringan pertemanan menjadi lebih luas dan lebih heterogen
(Kito, 2005) .
Dalam dunia online individu bertemu dan berkenalan dengan orang lain
pada kelompok dengan minat yang sama. Hal ini memudahkan individu untuk
memperoleh informasi satu sama lain dan memfasilitasi terjadinya komunikasi.
Pada dasarnya, semua orang memiliki satu kebutuhan yang sama yakni
kebutuhan untuk saling terhubung satu sama lain. Hal ini semakin dipermudah
dengan adanya facebook. Beberapa kejadian unik, menarik bahkan mengagumkan
yang belum pernah terjadi sebelumnya, terjadi melalui situs jejaring sosial yang
merupakan fenomena baru dalam kehidupan kita saat ini.
Kehadiran situs jejaring sosial seperti facebook telah mengubah cara
orang berperilaku. Komunikasi tatap muka mulai berkurang intensitasnya, diganti
oleh komunikasi secara online melalui situs jejaring sosial. Cara kita mencari
teman mulai berubah, tidak lagi harus bertemu dan mencari kesempatan yang pas.
Mengungkapkan perasaan secara terbuka lebih memungkinkan dilakukan dengan
situs jejaring sosial. Kita bisa menjadi populer seiring kepopuleran kita di dunia
maya.
Saat ini, hanya dengan memiliki satu profil di situs facebook, seseorang
dapat mengakses siapa saja yang hendak diajak berkomunikasi. Melalui situs ini,
seseorang bisa menemukan teman lama, mencari teman baru, mempertahankan
teman yang sudah dijalin di dunia nyata, mencari pasangan, mencari komunitas
Facebook yang telah mendunia ini juga tentunya mempunyai dampak
negatif bagi penggunanya. Ada saja orang yang tertipu oleh teman facebook-nya,
bahkan ada yang sampai terluka dan mengalami berbagai hal buruk lainnya.
Tetapi disini peneliti lebih tertarik untuk menyoroti dampak positif dan segala hal
mengagumkan yang bisa didapat dari facebook.
Kenyataan- kenyataan di atas membuat peneliti tertarik untuk melihat
lebih dalam, apakah pertemanan di facebook dapat mempengaruhi kehidupan
seseorang di dunia nyata. Peneliti pula ingin mengetahui ikatan-ikatan serta
manfaat yang dimunculkan oleh facebook pada penggunanya.
Jenjang usia pengguna facebook secara aktif yaitu antara 15 hingga 23
tahu
ataupun mahasiswa. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, mahasiswa
dengan segala kebutuhan sosialnya diketahui sebagai salah satu pengguna
facebook yang paling aktif. Kalangan terpelajar ini umumnya banyak
menghabiskan waktunya di dunia maya, dalam hal ini facebook. Sebagian besar
diantara mereka mengalami pertemanan melalui facebook.
Ada beberapa hal yang mendasari peneliti memilih mahasiswa USU
sebagai subjek penelitian. Peneliti telah melakukan pengamatan di lapangan, dan
menemukan bahwa mahasiswa USU adalah sebagai subjek penelitian yang
mengalami pertemanan melalui facebook. Selain itu pula, peneliti meyakini bahwa
mahasiswa USU adalah subjek yang tepat untuk diteliti karena selain mudah
ditemukan di sekitar peneliti, juga akan menghemat waktu dan biaya dalam
melakukan penelitian.
1.2Fokus Masalah
Pertemanan yang terjadi melalui facebook tidak terjadi begitu saja. Tentu
ada penyebab dan hal-hal yang mendukung terjadinya hal tersebut. Demikian
pula, pertemanan yang terjadi tersebut dapat mendatangkan manfaat bagi
penggunanya. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan masalah pada
pertemanan yang terjadi melalui facebook yang dialami mahasiswa USU.
bagaimana kelanjutannya di dunia nyata dan manfaat apa yang diperoleh
mahasiswa dari pertemanan tersebut. Berdasarkan hal-hal diatas maka dapat
dirumuskan fokus masalah dalam peneltian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimana pertemanan yang terjadi melalui facebook yang dialami mahasiswa
USU?”.
1.3Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti tentunya memiliki
tujuan tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi terjalinnya pertemanan
melalui facebook yang dialami mahasiswa USU.
2. Untuk mengetahui bagaimana pertemanan tersebut berjalan kemudian,
apakah hanya mampu bertahan di dunia maya atau berlanjut ke dunia
nyata.
3. Untuk mengetahui apakah pertemanan yang terjalin berpengaruh pada
kehidupan mahasiswa USU di dunia nyata.
4. Untuk mengetahui keterikatan serta manfaat seperti apa yang diperoleh
mahasiswa USU dari pertemanan melalui facebook tersebut.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis, penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang
diperoleh peneliti selama kuliah serta menambah wawasan peneliti
mengenai pertemanan yang terjalin melalui dunia maya khususnya
facebook .
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperkaya bahan penelitian, bahan referensi, serta sumber bacaan
tentang penelitian fenomenologi yang masih sedikit jumlahnya di
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pikiran dan masukan kepada pihak-pihak yang membutuhkan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Kajian
Manusia memiliki paradigma tersendiri dalam memaknai sebuah realitas.
Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas
dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan
praktisinya. Paradigma menunjukkan sesuatu yang penting, absah, dan masuk
akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang
harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau
epistimologis yang panjang (Mulyana, 2003: 9).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan fenomenologi sebagai
paradigma kajian. Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phenomenon,
yang berarti sesuatu yang tampak yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa
Indonesia biasa dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang
membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri (Praja,
2010: 179).
Pada dasarnya Fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian yang
digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang dikemukakan
oleh Littlejohn (2008:37) bahwa fenomenologi adalah suatu tradisi untuk
mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks ini ada asumsi bahwa
manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah pengalaman
hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut.
Penelitian dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti
peristiwa dan kaitan–kaitannya terhadap orang–orang yang berada dalam situasi–
situasi tertentu. Inkuiri fenomenologi memulai dengan diam yang merupakan
tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Inilah yang
disebut sebagai fase Ephoce, yang merupakan penundaan perkiraan dan asumsi,
konseptual para subjek yang diteliti secara sedemikian rupa sehingga peneliti
mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di
sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari – hari. Ini merupakan fase reduksi
fenomenologi dan fase variasi imajinatif (Moleong, 2006:16).
Teori atau preposisi yang dihasilkan dari studi fenomenologi adalah key
learning atau pelajaran/hikmah penting apa yang muncul dari fenomena yang
diteliti. Fenomenologi berbeda dengan etnometodologi atau cultural studies
yang secara lebih serius menyorot peristiwa-peristiwa, sikap dan perilaku
hingga makna simbol-simbol budaya yang berkembang di masyarakat.
Fenomenologi umumnya berkaitan dengan fenomena perilaku manusia.Asumsi
pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan
pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya.
Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif untuk memberikan makna
atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain pemahaman adalah suatu
tindakan kreatif, yakni tindakan menuju pemaknaan (Littlejohn, 2008:38).
Metode fenomenologi memberikan peluang bagi peneliti untuk
menggali pengalaman manusia. Dibanding metode lain, fenomenologi lebih
memberikan fleksibilitas dan kemudahan untuk membangun konstruksi sosial
realitas dan memberikan informasi yang kaya atas realita yang diteliti (Ninik
Sri Rejeki, 2011:158).
Fenomenologi pada prinsipnya mendeskripsikan pengalaman, bukan
menjelaskan atau menganalisa dari pengalaman tersebut. Akan tetapi dalam
pendeskripsian fenomenologi harus berdekatan dengan sifat kealamiahan (tekstur,
kualitas, dan sifat-sifat penunjang) dari suatu gejala, sehingga deskripsi tersebut
akan mampu mempertahankan fenemona seperti apa adanya. Dalam penelitian
kualitatif yang menggunakan metode fenomenologi, peneliti harus bisa memasuki
sudut pandang orang lain dan berupaya memahami mengapa gejala atau hal pada
diri orang lain tersebut terjadi.
Natanson menggunakan istilah fenomenologi merujuk kepada semua
sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial
(Kuswarno, 2009).
Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami
dalam kesadaran. Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam
membangun makna dan konsep yang bersifat intersubyektif. Oleh karena itu,
penelitian fenomenologi harus berupaya untuk menjelaskan makna dan
pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala.
Sebagai metode penelitian, fenomenologi sering dikenal sebagai metode
deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme (Mix Methodology,
2011:138). Sesuai dengan asumsi ontologis yang ada dalam paradigma
konstruktivisme, peneliti yang menggunakan metode ini akan memperlakukan
realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran. Realitas juga dipandang sebagai
sesuatu yang sifatnya relatif, yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang dinilai
relevan oleh para aktor sosial.
Secara epistemologi, ada interaksi antara peneliti dan subjek yang diteliti.
Sementara itu dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika, dan
pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian. Peneliti merupakan
fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam
rangka merekonstruksi realitas sosial.
Fenomenologi sebagai metode penelitian adalah cara membangun
pemahaman tentang realitas. Pemahaman tersebut di bangun dari sudut pandang
para aktor sosial yang mengalami peristiwa dalam kehidupannya. Pemahaman
yang dicapai dalam tataran personal merupakan konstruksi personal realitas atau
konstruksi subyektivitas.
Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif
menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu
yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif yang
memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain
pemahaman adalah sesuatu tindakan kreatif yakni tindakan menuju pemaknaan
Fenomenologi menurut Husserl harus mampu menemukan makna dan
hakikat dari pengalaman. Secara metodologis, fenomenologi bertugas untuk
menjelaskan things in themselves, dengan mengetahui apa yang masuk sebelum
kesadaran, dan memahami makna dari esensinya, dalam intuisi dan refleksi diri.
Proses ini menggabungkan apa yang tampak, dan apa yang ada dalam gambaran
orang yang mengalaminya. Bisa dikatakan ini merupakan penggabungan antara
yang nyata dan yang ideal. Husserl juga mengemukakan beberapa
tahapan-tahapan penelitian fenomenologi, antara lain (Kuswarno, 2009) :
1. Epoche
Berasal dari bahasa Yunani, yang artinya “menjauh dari” dan
“tidak memberikan suara”. Husserl menggunakan epoche untuk term
bebas dari prasangka. Dengan epoche kita mengesampingkan
penilaian, bias dan pertimbangan awal yang kita miliki terhadap suatu
objek. Epoche merupakan pemutusan hubungan dengan pengalaman
dan pengetahuan, yang kita miliki sebelumnya.
Epoche memberikan cara pandang baru terhadap objek. hal ini
membuat kita dapat menggunakan epoche untuk menciptakan ide,
perasaan, kesadaran dan pemahaman yang baru. Epoche memasukkan
kita ke dalam dunia internal yang murni, sehingga memudahkan untuk
memahami diri dan orang lain. Tantangan besar dalam melakukan
epoche ini adalah terbuka atau jujur dengan diri sendiri. Terutama
ketika membiarkan objek yang ada di depan kesadaran memasuki area
kesadaran kita, dan membuka dirinya sehingga kita dapat melihat
kemurnian yang ada padanya. Hal ini harus dilakukan tanpa pengaruh
dari segala hal yang ada di dalam diri kita dan orang lain di sekitar
kita.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain, seperti
persepsi, pilihan, penilaian dan perasaan orang lain harus
dikesampingkan juga dalam epoche ini. Hanya persepsi dan tindakan
dan kebenaran. Sehingga pada praktiknya, epoche memrlukan
kehadiran, perhatian dan konsentrasi, demi mencapai cara pandang
yang radikal.
2. Reduksi Fenomenologi
Berbeda dengan epoche yang merupakan langkah awal untuk
“memurnikan” objek dari pengalaman dan prasangka awal, maka tugas
dari reduksi fenomenologi adalah membahasakan bagaimana objek
tersebut terlihat. Tidak hanya dalam term objek secara eksternal,
namun juga kesadaran dalam tindakan internal, pengalaman, ritme, dan
hubungan antara fenomena dengan “aku”, sebagai subjek yang
mengamati. Fokusnya terletak pada kualitas dari pengalaman,
sedangkan tantangannya ada pada pemenuhan sifat-sifat alamiah dan
makna dari pengalaman. Proses ini terjadi lebih dari satu kali.
Reduksi akan membawa kita kembali pada bagaimana kita
mengalami sesuatu. Memunculkan kembali penilaian/asuMGi awal,
dan mengembalikan sifat-sifat alamiahnya. Reduksi fenomenologi
tidak hanya sebagai cara untuk melihat, namun juga cara untuk
mendengar suatu fenomena dengan kesadaran dan hati-hati. Reduksi
adalah cara untuk melihat dan mendengar fenomena dalam tekstur dan
makna aslinya.
3. Variasi Imajinasi
Tahap ketiga dalam penelitian fenomenologi ini bertugas untuk
mencari makna-makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi,
kerangka rujukan, pemisahan dan pembalikan, dan pendekatan
terhadap fenomena dari perspektif, posisi, peranan, dan fungsi yang
berbeda. Tujuannya tiada lain untuk mencapai deskripsi struktural dari
sebuah pengalaman (bagaimana fenomena berbicara pada dirinya).
Target dari varisai ini adalah makna, dan bergantung dari intuisi
sebagai jalan untuk mengintegrasikan struktur ke dalam esensi
fenomena. Dalam berpikir imajinatif, kita dapat menemukan
makna-makna potensial yang dapat membuat sesuatu yang asalnya tidak
terlihat menjadi terlihat jelas. Membongkar hakekat fenomena dengan
memfokuskannya pada kemungkinan-kemungkinan yang murni,
adalah inti dari kegiatan variasi imajinasi. Pada tahap ini struktur dari
pengalaman diungkapkan, dimana kondisi yang hakiki dimunculkan.
Pada tahap ini, dunia dihilangkan, segala sesuatu menjadi
mungkin. Segala pendukung dijauhkan dari fakta dan entitas yang
dapat diukur dan diletakkan pada makna dan hakikatnya. Dalam
kondisi seperti ini, intuisi tidak lagi empiris namun murni imajinatif.
4. Sintesis Makna dan Esensi
Merupakan tahap terakhir dalam penelitian fenomenologi. Tahap
ini adalah penyatuan intiutif dasar-dasar deskripsi tekstural dan
struktural ke dalam suatu pernyataan yang menggambarkan hakikat
fenomena secara keseluruhan. Dengan demikian, tahap ini adalah
tahap penegakan pengetahuan mengenai hakikat.
Husserl mendefinisikan esensi sebagai sesuatu yang umum dan
berlaku universal, kondisi atau kualitas yang menjadikan sesutau.
Esensi itu sendiri tidak pernah terungkap secara sempurna. Sintesis
struktur tekstural yang fundamental akan mewakili esensi ini dalam
waktu dan tempat tertentu, dari sudut pandang imajinatif dan studi
reflektif seseorang terhadap fenomena. Menurut Husserl, setiap sifat
2.2 Kajian Pustaka
Kajian pustaka ialah daftar referensi atau rujukan dari semua jenis
dokumen seperti buku, journal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand out,
laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan
skripsi.
Kajian pustaka yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
-Referensi pertama peneliti adalah jurnal yang berjudul “Self-Disclosure in
Romantic Relationships and Friendships Among American and Japanese College
Students”. Jurnal ini ditulis oleh Mie Kito pada tahun 2005. Adapun jurnal ini
peneliti peroleh dari internet.
Jurnal ini meneliti tentang pengungkapan diri yang terjadi pada mahasiswa
Amerika dan Jepang dalam berteman dan menjalin hubungan romantis melalui
Facebook. Peneliti dalam hal ini mengutip pendapat Boyd yang terdapat dalam
jurnal ini yang menyatakan bahwa Facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial
memudahkan individu untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki minat
yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan
individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang
berpotensi membuat jaringan pertemanan menjadi lebih luas dan lebih heterogen
Kualitas kedekatan suatu hubungan salah satunya ditentukan oleh
pengungkapan diri. Dalam tulisan ini dikatakan bahwa tidak ada perbedaan
pengungkapan diri yang dilakukan oleh pengguna Facebook dalam menjalin
pertemanan ataupun hubungan romantis di Facebook.
-Selanjutnya yang menjadi referensi peneliti adalah jurnal yang berjudul
“It’s Not Who You Know, but Who You Add:” Exploring Self-Disclosure and
Friending on Facebook". Jurnal ini ditulis oleh Limperos, A. M., Woolley, J. K.,
Tamul, D.J., & Sundar, S.S.,
Sejalan dengan jurnal yang pertama, jurnal ini juga menyatakan bahwa
hubungan yang kemudian diikuti dengan beberapa proses dimana individu
mengungkapkan informasi yang sederhana seperti pendapat (kuantitas) pada
interaksi awal dan kemudian informasi yang mendalam (kualitas) ketika hubungan
terus berlanjut.
-Jurnal yang ketiga yang menjadi referensi peneliti adalah jurnal berjudul
"I'll poke you. You'll poke me!" Self-disclosure, social attraction, predictability
and trust as important predictors of Facebook relationships. Jurnal ini ditulis oleh
Sheldon, P pada tahun 2009.
Sheldon P melakukan sebuah penelitian, yang mengungkapkan bahwa
ketika terdapat persepsi ketertarikan diantara dua orang, maka ketertarikan
tersebut akan mendorong seseorang untuk terbuka dan melakukan pengungkapan
diri di Facebook, khususnya meningkatnya jumlah topik pembicaraan yang
didiskusikan dengan orang lain.
-Jurnal dengan judul “A Study of Self-Presentation in Light of Facebook”.
jurnal ini ditulis oleh Zarghooni, Sasan., (2007)
Dalam jurnal ini dikatakan Facebook dapat terus bertahan diantara situs
jaringan sosial lainnya disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota
pengguna dan aplikasi yang dimilikinya. Sebagai sebuah situs jaringan sosial
online yang berkembang pesat, Facebook telah menjadi tempat interaksi sosial
diantara para remaja, muda-mudi dan orang dewasa dari seluruh negara di dunia
-Referensi berikutnya berjudul Privasi Karakter Diri di Situs Jejaring
Sosial Facebook. Referensi ini ditulis oleh Donny, B.U pada tahun 2010.
Jurnal ini memuat sebuah hasil temuan yang diperoleh dari hasil survey
lapangan terhadap para pengguna Facebook yang dilakukan oleh tim
InternetSehat.org-ICT Watch yang bekerja sama dengan National University of
Singapore. Survei ini dilakukan di kota Sukabumi dan Cilegon di sepanjang April
2010 dengan jumlah total responden adalah sebanyak 180 orang pengguna
Facebook yang berusia diantara 14-25 tahun. Hasil survey menyatakan bahwa
menyetujui permintaan pertemanan dari orang yang tidak dikenal untuk menjadi
temannya di Facebook, dan 28% dari responden sering melakukan hal tersebut.
Selain itu dari hasil survey ditemukan bahwa sekitar 27% responden menyatakan
memilih untuk pergi sendiri, tanpa ditemani oleh siapapun ketika hendak “kopi
darat” dengan kenalan baru dari Facebook
2.3 Model Teoretik
2.3.1 Media Digital dan Facebook 2.3.1.1 Defenisi Media Digital
Disebut media digital karena media tersebut berbasis pada sistem numerik
dan kode-kode digital. Komputer merupakan bagian terpenting dari media digital.
Komputer berjalan berdasarkan angka-angka dan kode-kode numerik yang
terprogram. Apa yang membuat orang saat ini mulai berpaling mencari solusi
informasi dari media konvensional menuju kepada media digital, dalam kasus ini
internet, adalah kecepatan dan beragamnya arus informasi yang dimungkinkan
untuk diperoleh.
Sebuah keunikan internet adalah adanya interaktifitas penggunanya. Hal
inilah yang menjadikan internet sebagai sebuah media interaktif yang
menghubungkan sebuah sistem komunikasi antar perorangan maupun antara
manusia dengan komputer (media) itu sendiri. Hal ini menjadikannya sebagai
sebuah media yang “unik” dan membedakannya dengan media konvensional
apapun.
Media interaktif didefinisikan sebagai media yang memungkinkannya
adanya partisipasi dari audience-nya, atau adanya interaktifitas. Terlepas dari
teori-teori terdahulu dimana media interaktif tercipta hanya dari proses
komunikasi dua arah, maka teori definisi diatas menyebutkan bahwa Human
Computer Interaction sudah bisa diklasifikasikan sebagai media interaktif
(http://ardianindro.wordpress.com/).
Saat ini internet tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbagi informasi
Internet kini telah menghadirkan berbagai situs jejaring sosial. Jejaring sosial
yang dibahas dalam penelitian ini adalah Facebook.
2.3.1.2 Facebook
Facebook, salah satu situs jaringan sosial yang paling terkenal di dunia.
Situs jaringan sosial online yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg ini mulai
terbentuk sejak Februari 2004. Pada awalnya khusus diperuntukkan bagi
mahasiswa Universitas Harvard, namun kini sudah dapat digunakan oleh semua
orang dan mengalami perkembangan pesat. Berdasarkan data yang dilansir dari
www.compete.com pada Januari 2009, Facebook mendapat peringkat pertama
sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan
oleh para pengguna aktifnya, dan prestasi ini mengalahkan situs jaringan sosial
MySpace, yang berada pada peringkat ke dua.
Berikut ini perkembangan Facebook mulai dari awal terbentuk
(http://www.vivanews.com) :
2004 :
Februari : Mark Zuckerberg dan beberapa Sahabatnya meluncurkan
Facebook dari ruang asrama mereka.
Maret : Facebook menyebar dari kampus Harvard ke kampus
Stanford, Columbia, dan Yale.
Juni : Markas Facebook pindah ke Palo Alto, California,
Amerika Serikat.
Desember : Facebook menjangkau sekitar 1 juta pengguna aktif.
2005 :
Mei : Facebook meraih tambahan dana sebesar US$12.7 juta
dari Accel Partners. Jejaring ini telah menjangkau hinggalebih dari 800
Agustus : Nama asli jejaring sosial TheFacebook.com diganti
menjadi Facebook.com.
Oktober : Fitur foto ditambahkan sebagai salah satu aplikasi,
Facebook mulai menjangkau jejaring sekolah di luar Amerika Serikat.
Desember : Facebook menjangkau lebih dari 5,5 juta pengguna aktif.
2006 :
April : Facebook mendapat tambahan dana sebesar US$27.5 juta
dari Greylock Partners. Meritech Capital Partners dan investor lainnya.
Facebook juga meluncurkan fitur mobile.
Mei : Facebook mulai menjangkau jaringan pengguna kelas
pekerja.
Agustus : Facebook meluncurkan platform pengembangan terbuka,
aplikasi notes diperkenalkan dan Facebook melakukan kerjasama strategis
dengan Microsoft untuk sindikasi iklan banner.
September : Fitur news feed dan mini feed diperkenalkan dengan
tambahan kontrol data pribadi. Facebook juga membuka registrasi terbuka
sehingga setiap orang dapat bergabung.
November : Fitur share ditambahkan secara bersamaan juga
diluncurkan pada lebih dari 20 situs mitra Facebook.
Desember : Facebook mampu meraih lebih dari 12 juta pengguna
aktif.
2007 :
Februari : Fitur virtual gift shop diluncurkan.
Maret : Facebook menjangkau lebih dari 2 juta pengguna aktif
April : Facebook menjangkau sekitar 20 juta pengguna aktif dan
mengupdate desain situs serta menambahkan portal-portal jejaringnya.
Mei : Facebook mengadakan acara untuk meluncurkan platform
Facebook dengan 65 mitra pengembang serta lebih dari 85 aplikasi yang
sudah ada.
Juli : Facebook mengakuisisi perusahaan baru bernama
Parakey.
Oktober : Facebook menjangkau hingga lebih dari 50 juta pengguna
aktif meluncurkan platform untuk mobile, serta memperluas kerja sama
iklan dengan Microsoft menaruh bagian saham US$240 juta di Facebook.
November : Facebook meluncurkan Facebook Ads.
2008 :
Januari : Facebook ikut mensponsori debat presiden bersama ABC
News.
Februari : Facebook meluncurkan versi Bahasa Spanyol dan
Prancis.
Maret : Facebook memperbarui sistem privacy controls dengan
menambahkan friend list. Privacy Facebook juga diluncurkan di Jerman.
April : Facebook meluncurkan fitur Facebook chat, dan merilis
aplikasi translation kepada 21 bahasa.
Agustus : Facebook menjangkau lebih dari 100 juta pengguna aktif.
2009 :
Januari : Facebook menjangkau lebih dari 150 juta pengguna aktif.
April : 200 juta pengguna aktif
Mei : Digital Sky Technologies menanamkan investasi sebesar
US$ 200 juta dengan nilai saham sebesar US$ 10 miliar valuasi.
Facebook dapat terus bertahan diantara situs jaringan sosial lainnya
disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota pengguna dan aplikasi
yang dimilikinya (Zarghooni, 2007). Aplikasi yang terdapat dalam Facebook
memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan
informasi personalnya, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat
tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga
dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya,
dan Facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya.
Perkembangan Facebook yang sangat pesat tersebut juga melanda
masyarakat Indonesia. “Indonesia saat ini telah menjadi “the Republic of the
Facebook”. Itulah headlines yang ditulis oleh Budi Putra mantan editor Harian
Tempo yang dirilis oleh CNET Asia portal IT terkemuka di Asia pada awal bulan
Januari 2009 lalu (Linkedin.com; 2009).
Ungkapan ini terinspirasi oleh perkembangan penggunaan Facebook oleh
masyarakat Indonesia yang mencapai pertumbuhan 645% pada tahun 2008.
“Prestasi” ini menjadikan Indonesia sebagai “the fastest growing country on
Facebook in Southeast Asia”. Bahkan, angka ini mengalahkan pertumbuhan
pengguna Facebook di China dan India yang merupakan peringkat teratas
populasi penduduk di dunia.
Perkembangan Facebook ini berkembang semakin pesat pada tahun-tahun
berikutnya. Sebuah statistik yang dikeluarkan www.compete.com menyatakan
akan ada banyak
memperkirakan negara-negara berkembang seperti India, Brazil dan Indonesia
akan tetap menjadi salah satu pengguna Facebook terbesar setelah Amerika
Menurut statistik yang dikeluarkan oleh situs www.checkfacebook.com,
perkembangan pengguna terbesar dimulai sejak tahun 2008 lalu, kemudian terus
berlanjut hingga sekarang adalah setiap akun Facebook rata-rata memiliki 130
teman yang saling terhubung dan komunitas yang telah disediakan dalam layanan
Facebook.
Adapun fitur-fitur yang terdapat di dalam Facebook (Andi, 2008:44-48)
ialah :
a. Profil
Halaman profil menyediakan tempat bagi kita untuk membagikan
informasi yang ingin kita sampaikan tentang diri kita. Dalam
perkembangannya, Facebook memberikan keleluasaan pada pemilik
profil untuk menentukan siapa yang bisa melihat profilnya dan siapa
yang tidak. Melalui profil, pengguna Facebook yang lain dapat melihat
dan mengetahui informasi tentang diri kita.
b. Wall/Dinding
Fitur ini menyediakan ruang untuk para pengguna Facebook saling
mengirimkan komentar, testimoni bahkan bisa menyukai komentar
pengguna lain yang ada di akun Facebook yang sedang diakses.
c. Friends/Pertemanan
Pertemanan merupakan bagian yang dirancang untuk mencari akun
Facebook lain yang terdaftar dalam situs jejaring sosial ini. Dengan
mengetikkan nama dari sebuah akun Facebook maka dengan segera
kita dapat menemukan akun tersebut.
d. Inbox/Pesan
Inbox atau pesan masuk, merupakan fitur yang menyediakan privasi
penuh pada pemilik akun dengan orang yang berinteraksi dengannya.
Dikatakan menyediakan privasi karena yang dapat melihat pesan yang
saling ditukar melalui Inbox hanyalah pemilik akun yang saling
berkirim pesan melalui fitur ini.
e. Upload/Mengunduh
Melalui fitur ini pemilik Facebook dapat berbagi foto, video dan lagu
pada fitur ini pun pemilik akun dapat menentukan siapa yang bisa
melihat file yang ia unduh dan siapa yang tidak.
f. Tag/Menandai
File yang telah diunduh ke Facebook dapat ditandai. Melalui fitur ini
file tersebut akan terbagi ke akun yang telah ditandai.
2.3.2 Pengungkapan Diri di Dunia Maya 2.3.2.1 Defenisi Pengungkapan Diri
Menurut Wrightsman, pengungkapan diri merupakan suatu proses
menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan
informasi dengan orang lain (Dayakisni, 2009).
Selain itu, Morton juga menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan
kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain.
Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif.
Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang
mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia.
Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan
pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang disukai dan dibenci
(Dayakisni, 2009) .
Menurut Devito(1986) pengungkapan diri merupakan sebuah bentuk
komunikasi dimana informasi mengenai diri kita yang biasanya kita sembunyikan
kita beritahukan kepada orang lain. Devito (1985) juga menyatakan beberapa
aspek yang terkandung dalam defenisi ini, yang mencakup :
a. Pengungkapan diri merupakan suatu bentuk komunikasi
b. Pengungkapan diri adalah informasi, dimana informasi yang
dimaksudkan sebagai sesuatu hal yang belum diketahui sebelumnya oleh
si pendengar, dengan kata lain informasi tersebut adalah pengetahuan baru.
c. Pengungkapan diri adalah informasi mengenai seseorang, yang meliputi
isi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang atau mengenai orang lain yang
dekat dengan kita yang memiliki hubungan ketergantungan signifikan
d. Pengungkapan diri mencakup informasi yang normalnya
disembunyikan. Hal ini bukan hanya sekedar informasi yang belum
diungkapkan sebelumnya, namun mengenai informasi yang sebelumnya
tidak kita ungkapkan dan berusaha untuk menyimpan rahasia tersebut.
e. Pengungkapan diri melibatkan sedikitnya satu orang lain. Dalam
melakukan pengungkapan diri, komunikasi yang dilakukan sedikitnya
diantara dua orang, karena pengungkapan diri bukan merupakan
komunikasi intrapersonal.
Dari beragamnya pendapat para ahli tentang pengungkapan diri, dapat
disimpulkan bahwa pengungkapan diri adalah sebuah bentuk tindakan dimana kita
memberitahukan mengenai informasi pribadi kita kepada orang lain,seperti
keadaan pribadi, perasaan, pendapat, pengalaman masa lalu dan juga harapan di
masa depan.
2.3.2.2 Pengungkapan Diri di Dunia Maya
Beebe(2008) menyatakan pengungkapan diri dapat membangun keintiman
dalam suatu hubungan yang kita bina dengan orang lain. Namun terdapat
perbedaan antara komunikasi langsung dengan komunikasi secara online yaitu
terdapat anonimitas dalam komunikasi online. Wang (2009) juga menyatakan
bahwa komunikasi yang dilakukan secara online menekankan pada kurangnya
petunjuk dalam sebuah interaksi komunikasi dan komunikasi yang terjadi bersifat
anonim. Beebe (2008) menyatakan anonimitas merupakan suatu keadaan dimana
kita tidak mengetahui dengan siapa kita menjalin komunikasi. Hal ini sejalan
dengan Devito (2008) yang mendukung salah satu kerugian ketika kita membina
hubungan secara online kita tidak dapat melihat secara langsung orang yang kita
ajak menjalin hubungan. Selain itu terdapat kemungkinan orang yang berinteraksi
secara online memberitahu informasi yang salah mengenai dirinya dan terdapat
kemungkinan kecil untuk mengetahui kebohongan tersebut.
Kedekatan atau keintiman merupakan elemen terpenting dalam suatu
hubungan interpersonal (Dayakisni, 2009). Sheldon (2009) menyatakan bahwa
pengungkapan diri memainkan peran penting dalam perkembangan sebuah
bahwa pengungkapan diri dapat memberikan dampak positif terhadap
perkembangan suatu hubungan, karena melalui proses mengungkapkan informasi
mengenai diri kita, maka kemungkinan dapat membuat hubungan kita dengan
orang lain menjadi lebih intim. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sheldon
(2009) bahwa pengungkapan diri juga meningkatkan tingkat kepercayaan
interpersonal dengan orang yang menjadi pasangan pengungkapan diri yang kita
lakukan. Selain itu Altman juga menyatakan bahwa pengungkapan diri juga
merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas dari suatu hubungan dekat
(Kito, 2005). Hal ini sejalan dengan Devito (1986) yang menyatakan bahwa
pengungkapan diri merupakan faktor penting dalam membangun suatu hubungan
yang bermakna. Tanpa adanya pengungkapan diri, maka akan sulit membentuk
suatu hubungan yang berkualitas.
Raven dan Rubin menyatakan bahwa proses pengungkapan diri pada
individu juga memiliki kecenderungan mengikuti norma resiprok /timbal balik
(Dayakisni, 2009). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada
kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang seimbang. Pada umumnya kita
mengharapkan orang lain memperlakukan kita sama seperti kita memperlakukan
mereka. Menurut Taylor (2009) menyatakan bahwa anonimitas yang terdapat
dalam interaksi secara online memudahkan seseorang untuk mengungkapkan
informasi personalnya, hal ini mungkin karena individu merasa mereka lebih
mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri mereka saat mereka
melakukan interaksi secara online.
Perkembangan teknologi yang pesat berdampak pada banyak hal, termasuk
diantaranya pada hubungan interpersonal. Seiring dengan menjamurnya situs
jejaring sosial di internet, pengguna internet bertambah semakin pesat dari waktu
ke waktu. Hal ini mendukung pertumbuhan hubungan yang terjadi secara online.
Bahkan banyak reality show di televisi membahas tentang pasangan yang
menjalin hubungan secara online tanpa pernah bertemu di dunia nyata.
Realitanya, banyak orang telah menggunakan internet untuk mencari teman
ataupun pasangan romantis. Beberapa dari mereka menggunakan internet dengan
tujuan interaksi semata, yang lain menggunakannnya sebagai jalan memulai
sebuah hubungan dan kemudian bermaksud untuk menyertakan foto, bertelepon
dan bertemu secara langsung.
Sebuah studi yang dilakukan Parks & Floyd (1996) menunjukkan bahwa
hampir dua per tiga dari pengguna newsgroup telah menjalin hubungan seperti
aqcuintances, persahabatan dan hubungan pribadi lainnya dengan seseorang yang
mereka temui di internet. Hampir sepertiga mengatakan bahwa mereka
berkomunikasi dengan pasangannya paling sedikit tiga sampai empat kali
seminggu, lebih dari setengah berkomunikasi sekali seminggu. Studi ini juga
menyebutkan, dibandingkan dengan pria, wanita lebih suka menjalin hubungan di
internet. Sekitar 72 persen wanita dan 55 persen pria menjalin hubungan pribadi
secara online. Hal ini tidaklah mengejutkan, mengingat wanita lebih sering
menggunakan internet untuk berkomunikasi dibandingkan kaum pria (Devito,
2008).
Selayaknya hubungan yang terjadi di dunia nyata, hubungan yang
berkembang di internet pun mengakibatkan terjadinya pertukaran jaringan antar
sesama pasangan yang berhubungan. Mereka saling bertukar informasi, cerita
bahkan saling memperkenalkan lingkungannya. Hubungan yang terjadi di internet
ini menumbuhkan rasa saling memiliki, sama seperti yang terjadi pada pasangan
yang membangun hubungan di dunia nyata.
Hubungan yang tejadi secara online ini ternyata mendatangkan banyak
keuntungan. Hubungan jenis ini dapat menghindarkan pasangan dari kekerasan
fisik dan penularan penyakit secara seksual. Tak seperti hubungan yang dibangun
mementingkan kualitas diri daripada penampilan fisik. Dalam menjalin kekariban,
keterbukaan diri menjadi hal yang lebih penting dibandingkan ketertarikan secara
fisik. Hubungan secara online meyakini tentang kepercayaan, kejujuran dan
komitmen selayaknya hubungan yang terjadi secara tatap muka.
Pertemanan dan hubungan romantis di internet menjadi keuntungan bagi
orang yang sangat pemalu dan yang memiliki kekurangan secara fisik. Mereka
yang dulunya kesulitan dalam menjalin hubungan secara tradisional karena harus
bertemu secara tatap muka, kini dapat menjalin hubungan tanpa harus bertemu
muka. Interaksi ini memungkinkan semua orang, tidak terkecuali yang pemalu
atau memiliki kekurangan secara fisik, untuk dapat berinteraksi dan berekspresi
sebebas-bebasnya. Secara online, semua orang bebas untuk mengungkapkan
penampilan fisiknya sebanyak atau sesedikit mungkin sesuai keinginannya dan
sesuai waktu yang diharapkannya.
Keuntungan lain yang tampak nyata dari hubungan secara online yaitu
penggunanya dapat berteman dengan orang dalam jumlah besar. Hal ini
mempermudah penggunanya untuk menemukan seseorang yang cocok
dengannya, yang memang dicarinya. Ibaratnya mencari buku yang sesuai dengan
yang kita butuhkan, kemungkinan untuk menemukannya di perpustakaan yang
menyediakan jutaan buku dibanding jika kita mencarinya di koleksi yang
menyediakan ribuan buku. Keuntungan terakhir dari menjalin hubungan secara
online, yakni mengenai status sosial, ekonomi dan pendidikan pengguna di
internet jauh lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang ditemui di grup kecil.
Selain beberapa keuntungan tersebut, tentu saja menjalin hubungan secara
online ini memiliki beberapa kekurangan. Orang-orang yang melaukan interaksi
ini tidak bisa melihat lawan iteraksinya kecuali mereka akhirnya saling bertukar
foto atu bahkan bertemu secara tatap muka. Foto yang diberikan tersebut juga
tidak menjamin bahwa orang yang menjalin interaksi dengan kita adalah orang
yang sama dengan orang yang ada di foto.
Secara online, orang dapat memalsukan identitas dan penampilan dirinya
dewasa. Sebaliknya, orang dewasa juga bisa menampilkan dirinya sebagai
anak-anak untuk tujuan yang buruk dan seks ilegal. Sama halnya dengan orang kaya
yang menampilkan dirinya sebagai orang miskin, remaja mengaku sebagai orang
dewasa ketika mereka ingin menikmati pengalaman ini. Walaupun orang dapat
menipu dalam hubungan secara tatap muka, faktanya lebih mudah untuk
melakukannya secara online.
Kekurangan lain dari hubungan secara online yang terkadang juga
dianggap sebagai sebuah keuntungan yakni hubungan secara online ini dapat
mengurangi frekuensi dan menggantikan hubungan pribadi secara tatap muka.
Walther (1996) telah memberi nama “Komunikasi Hiperpersonal” untuk
komunikasi dengan perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada
komunikasi langsung. Dia memberikan tiga faktor yang cenderung menjadikan
partner komunikasi via komputer lebih menarik (Nurudin,2004) yaitu :
a. E-mail dan jenis komunikasi komputer lainnyamemungkinkan presentasi
diri yang sangat selektif, dengan sedikit penampilan tau perilaku yang
tidak diinginkan dibandingkan komunikasi langsung. Dengan cara ini,
pengguna tidak harus repot dalam melakukan komunikasi secara online.
b. Orang yang terlibat dalam komunikasi via komputer kadang kala
mengalami proses atribusi yang berlebihan yang didalamnya mereka
membangun kesan stereotipe tentang partner mereka. Kesan-kesan ini
sering mengabaikan informasi negatif, seperti kesalahan cetak, kesalahan
ketik, dan sebagainya.
c. Ikatan intensifikasi bisa terjadi yang didalamnya pesan-pesan positif dari
seorang partner akan membangkitkan pesan-pesan positif dari rekan
satunya.
2.3.4 Jenis-Jenis Hubungan
Menurut Pogrebin (1987) aquitance adalah orang-orang yang kita kenali
nama atau wajahnya, orang asing yang familiar (familiar stranger) yang kita
temui dan saling bertukar senyum ketika bertemu di jalan, ataupun orang-orang
yang berurusan dengan kita ketika kita berada di tempat-tempat umum: misalnya
tukang pos, pengantar koran, dan lain-lain (Devito, 2008).
Pada interaksi dengan orang-orang ini kita biasanya mulai merespon
dengan lebih terbuka dan dengan lebih ekspresif dibandingkan dengan
orang-orang yang pertama kali baru kita temui, namun masih berhati-hati dalam
melakukan interaksi. Komunikasi yang terbentuk masih bersifat tidak pribadi.
Terdapat kecenderungan yang rendah untuk membicarakan masalah pribadi,
fantasi, harapan yang tidak tercapai, masalah keluarga, ataupun kondisi keuangan.
Empati dan rasa kebersamaan pun sulit untuk terbentuk, dikarenakan terbatasnya
pengetahuan yang kita miliki mengenai orang tersebut.
Maka dapat disimpulkan bahwa aquitance adalah orang-orang yang hanya
kita kenali nama atau wajahnya saja yang merupakan orang asing yang familiar
(familiar stranger) yang sering kita temui namun tidak ada komunikasi yang
intens yang terjadi dan tidak saling mengenal lebih jauh.
2.3.4.2 Teman
2.3.4.2.1 Defenisi Teman
Sejak masa kanak-kanak, sebagian besar orang mulai membangun
hubungan pertemanan dengan teman-teman sebaya yang memiliki minat yang
sama. Hubungan pertemanan ini cenderung terdiri dari rasa saling suka yang
didasarkan pada afek positif. Secara umum, memiliki teman merupakan hal yang
positif, sebab teman dapat mendorong self-esteem dan menolong dalam mengatasi
stress, tetapi teman juga dapat memberikan efek negatif jika teman bersifat
antisosial, menarik diri, tidak suportif, argumentatif, atau tidak stabil.
Menurut Kenney & Kashy, ketika suatu hubungan akrab sudah terbentuk,
maka akan membuat individu menghabiskan waktu untuk bersama lebih banyak,
self-disclosing, saling memberikan dukungan emosional, dan membedakan antara
teman dekat dengan teman yang lain (Baron, 2005).
Menurut Yager (2006) teman adalah seseorang yang kita sukai dan
menyukai kita, dan orang tersebut memiliki hubungan yang hangat dengan kita.
2.3.4.2.2 Pertemanan
Pertemanan adalah salah satu bentuk hubungan interpersonal diantara adua
individu, yang dibentuk dan dipertahankan melalui suatu pilihan yang bebas, dan
dikarakteristikkan dengan hubungan yang saling menghargai.
Menurut Ahmadi (2007) pertemanan merupakan suatu hubungan
antarpribadi yang akrab atau intim yang melibatkan individu sebagai suatu
kesatuan.
2.3.4.2.3 Tipe-tipe pertemanan
John M. Reisman menyatakan bahwa terdapat 3 tipe pertemanan, yaitu
(Devito, 1986) :
a. Reciprocity
Reisman menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity ini merupakan
tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan
yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang tercipta berdasarkan
pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi
dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.
b. Receptivity
Pada tipe pertemanan yang kedua yaitu receptivity, adalah pertemanan
yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam
hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam
pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai
penerima primer. Hal ini terjadi karena kedua belah pihak memiliki perbedaan
kebutuhan. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap pihak
memperoleh suatu hal dari hubungan yang tercipta. Pertemanan seperti ini
misalnya bisa terjadi antara guru dan murid.
Pada tipe pertemanan yang ketiga yaitu association, adalah sebuah
hubungan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun
bukan sebuah hubungan pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa
percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe pertemanan ini,
terdapat keramahan tetapi tidak intens.
2.3.4.2.4 Karakteristik pertemanan
Keith Davis menyatakan terdapat 8 karakteristik hal penting dalam sutau
pertemanan (Devito, 1986) yaitu :
1. Enjoyment
Teman menikmati kebersamaan yang terjalin
2. Acceptance
Teman menerima satu sama lain apa adanya, seorang teman tidak memiliki
kecenderungan untuk mengubah temannya menjadi orang lain.
3. Trust
Teman saling percaya satu sama lain dalam melakukan hal yang
disukainya.
4. Respect
Teman saling menghargai satu sama lain.
5. Mutual assistance
Teman dapat menjadi pendamping dan memberikan satu sama lain.
6. Confiding
Teman saling membagi perasaan dan pengalaman.
7. Understanding
Teman mengerti hal apa yang penting dan mengerti alasannya temannya
berperilaku tertentu. Seorang teman merupakan prediktor yang baik dalam
menentukan perilaku dan perasaan temannya.
Seorang teman tidak melakukan dalam self-monitoring, seorang teman
dapat mengekspresikan perasaannya secara spontan, tanpa khawatir bahwa
hal tersebut akan menyebabkan hambatan dalam pertemanannya
2.3.4.2.5 Faktor yang mempengaruhi keputusan membina pertemanan Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi dua orang untuk memutuskan
membina suatu pertemanan, yaitu :
1. Kedekatan mereka satu sama lain
2. Kesamaan akan kesukaan mereka terhadap sesuatu dan perilaku mereka
3. Penghargaan terhadap kepribadian yang mereka miliki
4. Daya tarik fisik diantara mereka
2.3.4.3 Hubungan Percintaan (Love)
Kedekatan dan kecocokan yang terjadi antara dua orang terkadang
berlanjut menjadi hubungan percintaan. Banyak orang yang memutuskan untuk
menjalin hubungan cinta dengan orang yang selama ini berada di lingkungan
sekitarnya, mungkin itu teman ataupun sahabatnya. Hubungan percintaan ini
terkadang lebih sukses dibandingkan hubungan percintaan yang tidak diawali
dengan pertemanan. Kenyataan tersebut terjadi karena biasanya pasangan tersebut
sudah lebih mengenal dan mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Hal ini juga didukung karena mereka sebelumnya telah memiliki kedekatan dan
kecocokan satu sama lain. Meskipun demikian, beberapa hubungan percintaan
seperti ini juga terkadang tidak sukses, karena ada saja pasangan yang merasa
lebih cocok berteman daripada menjadi sepasang kekasih.
Berikut ini adalah beberapa jenis cinta yang diungkapkan Devito (2008)
dalam bukunya Essential Of Human Communication :
a. Eros Love, yakni cinta yang mencari kecantikan dan sensualitas, seta
berfokus pada ketertarikan secara fisik. Pencinta dalam jenis Eros Love
ini terkadang memiliki idealisme yang tinggi dalam konsep
kecantikan. Hal ini pada kenyataannya, jarang dan bahkan sangat tidak
mungkin untuk dicapai. Konsekuensinya, pecinta jenis ini sering
b. Ludic Love, yakni cinta yang mementingkan hiburan dan kegembiraan.
Pecinta jenis cinta ini melihat cinta sebagai sesuatu menyenangkan,
seperti sebuah permainan. Mereka tidak serius dalam menjalin
hubungan. Ketika pasangannya dirasa tidak lagi menarik dan
menyenangkan, mereka memutuskan untuk mengakhirinya.
c. Storge Love, yakni cinta yang penuh kedamaian dan ketenangan.
Pecinta jenis ini tidak mencari pasangan kekasih. Mereka membina
hubungan yang bersahabat dengan seseorang yang mereka kenal, juga
dengan orang yang bisa diajak untuk beraktivitas bersama dan berbagi
ketertarikan. Mereka yang ada pada jenis percintaan seperti ini
terkadang sulit untuk membedakan cinta dan persahabatan.
d. Pragma Love, cinta jenis ini praktis dan bersifat tradisional. Pragma
Love mencari kecocokan dan hubungan dimana kebutuhan dan
keinginan yang penting dapat terpenuhi. Pecinta jenis ini lebih
mengkuatirkan kualifikasi sosial daripada kualitas personal
pasangannya. Keluarga dan latar belakang pasangan adalah sesuatu
yang luar biasa penting bagi pecinta jenis ini. Mereka lebih percaya
pada logika daripada perasaan.
e. Manic Love, cinta jenis ini adalah cinta obsesif yang membutuhkan
perhatian dan kasih yang bersifat konstan dalam memberi dan
menerima. Ketika hal tersebut tidak diberi atau diterima, dan ketika
tidak ada timbal balik dari pasangannya dalam meningkatkan
komitmen, pecinta jenis ini sering merasa depresi, cemburu dan
merasa ragu.
f. Agapic Love, cinta yang tidak egois. Pecinta jenis ini mengasihi semua
orang, baik itu orang asing yang tidak dikenal atau tetangga yang
menjengkelkan. Yesus, Buddha, Gandhi mempraktekkan dan
mengajarkan cinta spiritual yang tidak mengenal perbedaan. Cinta
ditawarkan tanpa menginginkan imbalan atau keuntungan juga harapan
2.3.5 Mahasiswa
Menurut Salim dan Sukadji (2006) Mahasiswa adalah sebagian kecil dari
generasi muda Indonesia yang mendapat kesempatan untuk mengasah
kemampuannya di Perguruan Tinggi. Tentunya sangat diharapkan mendapat
manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan agar kelak mampu
menyumbangkan kemampuannya untuk memperbaiki kualitas hidup bangsa
Indonesia yang saat ini belum pulih sepenuhnya dari krisis yang dialami pada
akhir abad ke20 (http://www.repository.usu.ac.id).
Mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan untuk menjadi generasi
yang kritis dan kreatif. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi
yang ada saat ini, mahasiswa semakin mudah dalam mendapatkan informasi,
yakni melalui internet.
Namun bukan berarti mahasiswa tinggal mencomot manfaat yang
disediakan di depan dirinya melalui kemajuan era informasi. Sesungguhnya
masyarakat kita mengalami information overload. Maka tantangannya adalah
bagaimana mengolah dan memilah informasi apa yang berguna dan berfaedah
bagi peningkatan kualitas diri mahasiswa.
Mahasiswa tidak hanya menggunakan internet sebagai alat untuk pencari
informasi, namun juga memanfaatkannya sebagai tempat bersosialisasi. Hal ini
tidak mengherankan bahkan Facebook yang saat ini dapat diakses oleh semua
Gambar II Model teoretis
Mahasiswa USU Facebook
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang paling penting untuk menentukan
secara teoritis teknik operasional yang dipakai dalam mengambil langkah-langkah
sehingga dapat diketahui tentang permasalahan yang ada.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan jenis fenomenologi yang mencari pemahaman mendalam, serta
berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan– kaitannya terhadap orang–orang
yang berada dalam situasi–situasi tertentu. Inkuiri fenomenologi memulai dengan
diam yang merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang
diteliti.
Pada dasarnya fenomenologi cenderung untuk menggunakan paradigma
penelitian kualitatif sebagai landasan metodologisnya. Berikut akan diuraikan
sifat-sifat dasar penelitian kualitatif yang relevan menggambarkan posisi
metodologis fenomenologi dan membedakannya dengan penelitian kuantitatif.
(1) menggali nilai-nilai dalam pengalaman dan kehidupan manusia
(2) fokus penelitian adalah pada keseluruhannya, bukan pada per bagian yang
membentuk keseluruhan itu.
(3) Tujan penelitian adalah menemukan makna dan hakikat dari pengalaman,
bukan sekedar mencari penjelasan atau mencari ukuran-ukuran realitas.
(4) Memperoleh gambaran kehidupan dari sudut pandang orang pertama
melalui wawancara formal dan informal.
(5) Data yang diperoleh adalah dasar bagi penegetahuan orang pertama
melalai wawancara formal dan informal.
(6) Pertanyaan yang dibuat merefleksikan kepentingan, keterlibatan dan
(7) Melihat pengalaman dan perilaku sebagai satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, baik itu kesatuan antara subjek dan objek, maupun antara
bagian keseluruhannya.
Sifat-sifat penelitian kualitatif tersebut di atas, akan sejalan dengan ciri-ciri
penelitian fenomenologi berikut ini:
(1) Fokus pada sesuatu yang Nampak, kembali kepada yang sebenarnya
(esensi), keluar dari rutinitas, dan keluar dari apa yang diyakini sebagai
kebenaran dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari
(2) Fenomenologi tertarik dengan keseluruhan, dengan mengamati entitas dari
berbagai sudut pandang dan perspektif, sampai didapat pandangan dari
esensi dari pengalaman atau fenomena yang akan diamati.
(3) Fenomenologi mencari makna dan hakikat dari penampakan, dengan
intuisi dan refleksi dalam tindakan sadar melalui pengalaman. Makna ini
yang pada akhirnya membawa kepada ide, konsep, penilaian, dan
pemahaman hakiki.
(4) Fenomenologi mendeskripsikan pengalaman, bukan menjelaskan atau
menganalisisnya. Sebuah deskripsi fenomenologi akan sangat dekat
dengan kealamiahan (tekstur, kualitas, dan sifat-sifat penunjang) dari
sesuatu. Sehingga deskripsi akan mepertahankan fenomena itu sepeti apa
adanya, dan menonjolkan sifat alamiah dan makna dibaliknya. Selaint itu,
deskripsi juga membuat fenomena “hidup” dalam term yang akurat dan
lengkap. Dengan kata lainsama “hidup”-nya antara yang tampak dalam
kesadaran dengan yang terlihat oleh panca indera.
(5) Fenomenologi berakar pada pertanyaan-pertanyaan yang langsung
berhubungan dengan makna dari fenomena yang diamati. Dengan
demikian penelitian fenomenologi akan sangat dekat dengan fenomena
yang diamati. Analoginya peneliti itu manjadi salah satu bagian puzzle dari