• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Melalui Facebook Yang Dialami Mahasiswa USU Dalam Perspektif Fenomenologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Melalui Facebook Yang Dialami Mahasiswa USU Dalam Perspektif Fenomenologi"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MELALUI FACEBOOK YANG DIALAMI MAHASISWA USU DALAM PERSPEKTIF FENOMENOLOGI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh :

FIRSTY PUTRI YOSLIN GIRSANG

080904038

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus karena

berkat, rahmat dan kasihNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Hubungan Melalui Facebook Yang Dialami Mahasiswa USU Dalam Perspektif

Fenomenologi, guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari

Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sumatera Utara.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan dan kemampuan

peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan iklas peneliti menerima kritik

dan saran yang membangun dari pembaca dan nantinya berguna di hari yang akan

datang.

Peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada

kedua orang tua peneliti, Bapak Drs. Jonsen Girsang M.Pd dan Ibunda Rosa

Delina Saragih, S.Pd yang selalu menjaga, mendoakan, memberi nasehat,

semangat serta dukungan moral dan materi. Peneliti juga ingin mengucapkan

terima kasih kepada Adik-adik peneliti, Lydwine, Frederik, Lyoni dan Carolus.

Terimakasih buat doa dan dukungan dari kalian selama ini hingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian skripsi ini. Tak lupa pula peneliti ucapkan terimakasih

kepada seluruh keluarga, opung, tante, bou, panggi, kela, tulang, mami dan

(4)

Dalam kesempatan ini peneliti juga menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A dan Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si

selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dra.Inon Beydha, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing peneliti yang

senantiasa meluangkan waktu serta sabar dalam membimbing peneliti

dalam mengerjakan penelitian ini. Terimakasih, buat setiap nasehat dan

cerita yang memotivasi yang sangat berharga bagi Peneliti.

4. Bapak Drs. Humaizy M.A selaku dosen wali peneliti yang senantiasa

membimbing peneliti dari dimulainya semester satu hingga akhir.

5. Seluruh dosen/staf pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu

Komunikasi. Terimakasih yang tulus peneliti sampaikan atas jasa-jasa

yang telah diberikan selama perkuliahan.

6. Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros yang telah membantu pada setiap urusan

adminitrasi yang diperlukan peneliti.

7. Kepada Archiman Simbolon S.H, kekasih, abang sekaligus sahabat yang

selalu ada di sisi peneliti yang dengan sabar memberi nasihat, kritikan dan

cintanya untuk peneliti.

8. Sahabat-sahabat peneliti yang telah menghabiskan waktunya bersama

peneliti, berbagi suka dan duka dan tumbuh dewasa bersama. Terimakasih

(5)

Niko, Agust, Desi, Rani, Uly, Iboy, Dwiko, Ola, Tina. Kita memang tak

akan selalu bersama-sama, tapi hati kita tak akan pernah terpisahkan.

9. Teman-teman seperjuangan Koncho, Hendra, Ibam, Suci, Bella, Bebe, dan

yang lainnya yang juga berjuang bersama peneliti dalam menyelesaikan

skripsi kami.

10.Kepada seluruh kakanda, teman-teman dan adinda di GMKI FISIP USU,

yang sudah menjadi tempat peneliti bertumbuh dan menjalin persaudaraan

yang indah selama menjalani perkuliahan.

11.Abang, kakak, teman dan adek Pemuda GKPS Jalan Sudirman Pematang

Siantar, tempat peneliti bernaung dan belajar menjadi pemuda kristen yang

sesungguhnya.

12.Kepada Maktua, Sara, Ipan, Bang Andy, Kak Siska Yohana, Ana, Nciho,

Arta, Lusi, Tary, Rosi dan seluruh penghuni Hartila Kost yang telah

menjadi saudara dan tempat bernaung peneliti selama empat tahun

terakhir.

13.Informan-informan yang telah bersedia meluangkan waktu dan berbagi

pengalamannya dalam menjalin hubungan melalui facebook pada peneliti.

14.Keluarga besar komunikasi angkatan 2008 yang sudah lama bersama-sama

dengan peneliti menimba ilmu yaitu kurang lebih empat tahun. Terima

kasih buat semua kenangannya selama ini. Semoga kita dapat meraih apa

yang kita cita-cita kan dan selalu berusaha untuk berikan yang terbaik

15.Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan penelitian ini,

(6)

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah

diberikan oleh semua pihak, semoga Tuhan Yesus Kristus akan membalasnya

dengan limpahan rahmat kepada kita semua.

Medan, Agustus 2012

Peneliti,

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. .. Konteks Masalah ... 1

1.2. Fokus Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1. Paradigma Penelitian ... 7

2.2. Kajian Pustaka ... 13

2.3. Model Teoretik ... 15

2.3.1. Media Digital dan Facebook ... 15

2.3.2. Pengungkapan Diri di Dunia Maya ... 21

2.3.3. Technology Relationship/Hubungan secara Online... 24

2.3.4. Jenis-Jenis Hubungan ... 27

2.3.5. Mahasiswa... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1. Metode Penelitian ... 34

3.2 Objek Penelitian ... 36

3.3. Subjek Penelitian... 36

3.4. Kerangka Analisis ... 38

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 40

(8)

3.5.2. Data Sekunder ... 41

3.6. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Hasil Penelitian ... 44

4.1.1. Proses Penelitian ... 44

4.1.2. Teknis Data Primer dan Sekunder ... 46

4.2. Pembahasan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 69

5.3. Interpretasi Penelitian ... 69

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Halaman

Gambar II : Model Teoritis ……….33

(10)

ABSTRAK

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Konteks Masalah

Bidang teknologi informasi saat ini telah berkembang secara massal dan

cepat. Teknologi tersebut telah berhasil mengubah bentuk masyarakat manusia,

dari masyarakat manusia lokal menjadi masyarakat manusia global. Saat ini

pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mencakup

berbagai bidang kehidupan menandai perubahan peradaban manusia menuju

masyarakat informasi. Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur

masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai

aktifitas masyarakat cyber seperti berpikir, berkreasi, dan bertindak dapat

diekspresikan di dalamnya, kapanpun dan dimanapun. Kehadirannya telah

membentuk dunia tersendiri yang dikenal dengan dunia maya (cyberspace) atau

dunia semu yaitu sebuah dunia komunikasi berbasis komputer yang menawarkan

realitas yang baru berbentuk virtual (tidak langsung dan tidak nyata).

Kecepatan dalam mengakses informasi telah menjadi hal yang wajib bagi

setiap orang di muka bumi ini. Hampir semua kalangan memanfaatkan hasil dari

teknologi. Hal ini dijawab oleh internet yang memudahkan setiap orang

memperoleh dan menyebarkan informasi dengan cepat, murah dan menjangkau

wilayah yang sangat luas. Komunitas masyarakat yang ikut bergabung di

dalamnya pun kian hari semakin meningkat.

Kecenderungan masyarakat untuk berkonsentrasi dalam cyberspace

merupakan bukti bahwa internet telah membawa kemudahan-kemudahan bagi

masyarakat. Bagi sebagian orang munculnya fenomena ini telah mengubah

perilaku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain, baik secara individual

maupun secara kelompok. Di samping itu, kemajuan teknologi tentunya akan

berjalan bersamaan dengan munculnya perubahan-perubahan di bidang

(12)

Teknologi informasi yang berkembang secara pesat memberikan banyak

manfaat baik itu dari segi keamanan, kenyamanan dan kecepatan. Hal ini dapat

kita rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya saja saat melakukan

pemesanan tiket pesawat, hotel, pembayaran tagihan telepon serta listrik,

pemesanan barang secara online dan berbagai kemudahan lainnya. Aktivitas

masyarakat yang dulunya membutuhkan waktu yang panjang kini dapat dilakukan

dalam waktu yang sangat singkat.

Seiring berjalannya waktu, internet tidak lagi hanya menjadi sumber

informasi tapi juga menyediakan tempat bagi interaksi antara para penggunanya.

Hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan internet dibanding media lainnya.

Internet selain berfungsi sebagai media massa juga berfungsi sebagai media

antarpersonal melalui chatting dan email. Internet telah menjadi saluran

perubahan, percepatan, perluasan sekaligus perputaran gagasan. Salah satu fungsi

media interner yang paling baru dan sangat diminati penggunanya saat ini adalah

jejaring sosial.

Manusia terlahir sebagai mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, ia

membutuhkan interaksi dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya.

Interaksi tersebut dikenal juga dengan istilah interaksi sosial. Interaksi sosial

merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan orang per

orang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dan

kelompok-kelompok manusia. (Soekanto, 2002: 62) .

Kebutuhan akan pemenuhan sifat dasar manusia tersebut sekarang tidak

lagi hanya dapat dilakukan di dunia nyata. Dengan kehadiran situs jejaring sosial,

interaksi dapat terjadi dengan lebih luas dan lebih beragam.

Situs jejaring sosial (social networking sites) merupakan suatu situs yang

menawarkan berbagai macam cara untuk berkomunikasi melalui internet dengan

orang-orang baru dari seluruh dunia. Situs ini mengizinkan seseorang untuk

menciptakan halaman profil pribadi serta membangun jaringan pertemanan secara

(13)

melalui profil mereka baik dengan teman-teman ataupun dengan orang-orang di

luar daftar koneksi mereka.

Adanya situs jejaring sosial menunjukkan bahwa kehidupan manusia

mengikuti pola berjejaring, bukan berkelompok. Kita adalah manusia berjejaring,

bukan manusia berkelompok. Kehidupan nenek moyang kita yang hidup

berkelompok sebenarnya belum menunjukkan hakikat hidup manusia yang

sesungguhnya. Itu semacam kehidupan yang belum ditopang oleh kebudayaan

yang lebih tinggi, sehingga hakikat kemanusiaan kita belum tampak. Hakikat

manusia sebagai mahkluk berjejaring masih terpendam sampai akhirnya

menemukan perangkat budaya yang memungkinkan kita hidup berjejaring, salah

satunya situs jejaring sosial (Fahmi, 2011:25).

Saat ini tersedia banyak website jejaring sosial yang kita ketahui bisa

diakses di internet secara cuma-cuma seperti; Friendster, Myspace, Flickr, Twitter

dan yang paling fenomenal saat ini adalah Facebook. Memang tidak dapat

dipungkiri saat ini twitter juga fenomenal dan banyak diperbincangkan, namun

pengguna twitter tidak seberagam facebook dimana kita bisa menemukan orang

dengan status sosial dari konglomerat hingga tukang bakso keliling. Hal ini

menunjukkan bahwa di facebook diminati oleh beragam kalangan.

Facebook atau disingkat FB adalah situs jejaring sosial yang populer yang

diluncurkan pada tanggal 4 Februari 2004. Facebook didirikan oleh Mark

Zuckerberg, yang merupakan seorang mahasiswa Harvard University. Pada

awalnya facebook ini sendiri keanggotaannya hanya dibatasi untuk mahasiswa

dari Harvard saja, karena banyak yang tertarik dengan jejaring sosial ini, maka

beberapa tahun kemudian berkembang hingga sampai ke berbagai belahan dunia

(http://www.asal-usul.com/2011/03/facebook-data-dan-fakta-sejarah.html)

Aplikasi yang terdapat dalam facebook memungkinkan setiap orang yang

memiliki account untuk menampilkan informasi personal, seperti hobi, musik

favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar

pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan

fasilitas pesan elektronik lainnya, dan facebook juga menampilkan dan

menyediakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan

(14)

Perkembangan facebook begitu pesat, berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh compete.com pada Januari 2009 facebook mendapat peringkat

pertama sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia

setiap bulan oleh para pengguna aktifnya (http://compete.com)

Boyd menyatakan bahwa facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial

memudahkan individu untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki minat

yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan

individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang

berpotensi membuat jaringan pertemanan menjadi lebih luas dan lebih heterogen

(Kito, 2005) .

Dalam dunia online individu bertemu dan berkenalan dengan orang lain

pada kelompok dengan minat yang sama. Hal ini memudahkan individu untuk

memperoleh informasi satu sama lain dan memfasilitasi terjadinya komunikasi.

Pada dasarnya, semua orang memiliki satu kebutuhan yang sama yakni

kebutuhan untuk saling terhubung satu sama lain. Hal ini semakin dipermudah

dengan adanya facebook. Beberapa kejadian unik, menarik bahkan mengagumkan

yang belum pernah terjadi sebelumnya, terjadi melalui situs jejaring sosial yang

merupakan fenomena baru dalam kehidupan kita saat ini.

Kehadiran situs jejaring sosial seperti facebook telah mengubah cara

orang berperilaku. Komunikasi tatap muka mulai berkurang intensitasnya, diganti

oleh komunikasi secara online melalui situs jejaring sosial. Cara kita mencari

teman mulai berubah, tidak lagi harus bertemu dan mencari kesempatan yang pas.

Mengungkapkan perasaan secara terbuka lebih memungkinkan dilakukan dengan

situs jejaring sosial. Kita bisa menjadi populer seiring kepopuleran kita di dunia

maya.

Saat ini, hanya dengan memiliki satu profil di situs facebook, seseorang

dapat mengakses siapa saja yang hendak diajak berkomunikasi. Melalui situs ini,

seseorang bisa menemukan teman lama, mencari teman baru, mempertahankan

teman yang sudah dijalin di dunia nyata, mencari pasangan, mencari komunitas

(15)

Facebook yang telah mendunia ini juga tentunya mempunyai dampak

negatif bagi penggunanya. Ada saja orang yang tertipu oleh teman facebook-nya,

bahkan ada yang sampai terluka dan mengalami berbagai hal buruk lainnya.

Tetapi disini peneliti lebih tertarik untuk menyoroti dampak positif dan segala hal

mengagumkan yang bisa didapat dari facebook.

Kenyataan- kenyataan di atas membuat peneliti tertarik untuk melihat

lebih dalam, apakah pertemanan di facebook dapat mempengaruhi kehidupan

seseorang di dunia nyata. Peneliti pula ingin mengetahui ikatan-ikatan serta

manfaat yang dimunculkan oleh facebook pada penggunanya.

Jenjang usia pengguna facebook secara aktif yaitu antara 15 hingga 23

tahu

ataupun mahasiswa. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, mahasiswa

dengan segala kebutuhan sosialnya diketahui sebagai salah satu pengguna

facebook yang paling aktif. Kalangan terpelajar ini umumnya banyak

menghabiskan waktunya di dunia maya, dalam hal ini facebook. Sebagian besar

diantara mereka mengalami pertemanan melalui facebook.

Ada beberapa hal yang mendasari peneliti memilih mahasiswa USU

sebagai subjek penelitian. Peneliti telah melakukan pengamatan di lapangan, dan

menemukan bahwa mahasiswa USU adalah sebagai subjek penelitian yang

mengalami pertemanan melalui facebook. Selain itu pula, peneliti meyakini bahwa

mahasiswa USU adalah subjek yang tepat untuk diteliti karena selain mudah

ditemukan di sekitar peneliti, juga akan menghemat waktu dan biaya dalam

melakukan penelitian.

1.2Fokus Masalah

Pertemanan yang terjadi melalui facebook tidak terjadi begitu saja. Tentu

ada penyebab dan hal-hal yang mendukung terjadinya hal tersebut. Demikian

pula, pertemanan yang terjadi tersebut dapat mendatangkan manfaat bagi

penggunanya. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan masalah pada

pertemanan yang terjadi melalui facebook yang dialami mahasiswa USU.

(16)

bagaimana kelanjutannya di dunia nyata dan manfaat apa yang diperoleh

mahasiswa dari pertemanan tersebut. Berdasarkan hal-hal diatas maka dapat

dirumuskan fokus masalah dalam peneltian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimana pertemanan yang terjadi melalui facebook yang dialami mahasiswa

USU?”.

1.3Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti tentunya memiliki

tujuan tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi terjalinnya pertemanan

melalui facebook yang dialami mahasiswa USU.

2. Untuk mengetahui bagaimana pertemanan tersebut berjalan kemudian,

apakah hanya mampu bertahan di dunia maya atau berlanjut ke dunia

nyata.

3. Untuk mengetahui apakah pertemanan yang terjalin berpengaruh pada

kehidupan mahasiswa USU di dunia nyata.

4. Untuk mengetahui keterikatan serta manfaat seperti apa yang diperoleh

mahasiswa USU dari pertemanan melalui facebook tersebut.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis, penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang

diperoleh peneliti selama kuliah serta menambah wawasan peneliti

mengenai pertemanan yang terjalin melalui dunia maya khususnya

facebook .

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

memperkaya bahan penelitian, bahan referensi, serta sumber bacaan

tentang penelitian fenomenologi yang masih sedikit jumlahnya di

(17)

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pikiran dan masukan kepada pihak-pihak yang membutuhkan

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Manusia memiliki paradigma tersendiri dalam memaknai sebuah realitas.

Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas

dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan

praktisinya. Paradigma menunjukkan sesuatu yang penting, absah, dan masuk

akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang

harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau

epistimologis yang panjang (Mulyana, 2003: 9).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan fenomenologi sebagai

paradigma kajian. Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phenomenon,

yang berarti sesuatu yang tampak yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa

Indonesia biasa dipakai istilah gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang

membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri (Praja,

2010: 179).

Pada dasarnya Fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian yang

digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang dikemukakan

oleh Littlejohn (2008:37) bahwa fenomenologi adalah suatu tradisi untuk

mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks ini ada asumsi bahwa

manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah pengalaman

hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut.

Penelitian dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti

peristiwa dan kaitan–kaitannya terhadap orang–orang yang berada dalam situasi–

situasi tertentu. Inkuiri fenomenologi memulai dengan diam yang merupakan

tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Inilah yang

disebut sebagai fase Ephoce, yang merupakan penundaan perkiraan dan asumsi,

(19)

konseptual para subjek yang diteliti secara sedemikian rupa sehingga peneliti

mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di

sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari – hari. Ini merupakan fase reduksi

fenomenologi dan fase variasi imajinatif (Moleong, 2006:16).

Teori atau preposisi yang dihasilkan dari studi fenomenologi adalah key

learning atau pelajaran/hikmah penting apa yang muncul dari fenomena yang

diteliti. Fenomenologi berbeda dengan etnometodologi atau cultural studies

yang secara lebih serius menyorot peristiwa-peristiwa, sikap dan perilaku

hingga makna simbol-simbol budaya yang berkembang di masyarakat.

Fenomenologi umumnya berkaitan dengan fenomena perilaku manusia.Asumsi

pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan

pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya.

Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif untuk memberikan makna

atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain pemahaman adalah suatu

tindakan kreatif, yakni tindakan menuju pemaknaan (Littlejohn, 2008:38).

Metode fenomenologi memberikan peluang bagi peneliti untuk

menggali pengalaman manusia. Dibanding metode lain, fenomenologi lebih

memberikan fleksibilitas dan kemudahan untuk membangun konstruksi sosial

realitas dan memberikan informasi yang kaya atas realita yang diteliti (Ninik

Sri Rejeki, 2011:158).

Fenomenologi pada prinsipnya mendeskripsikan pengalaman, bukan

menjelaskan atau menganalisa dari pengalaman tersebut. Akan tetapi dalam

pendeskripsian fenomenologi harus berdekatan dengan sifat kealamiahan (tekstur,

kualitas, dan sifat-sifat penunjang) dari suatu gejala, sehingga deskripsi tersebut

akan mampu mempertahankan fenemona seperti apa adanya. Dalam penelitian

kualitatif yang menggunakan metode fenomenologi, peneliti harus bisa memasuki

sudut pandang orang lain dan berupaya memahami mengapa gejala atau hal pada

diri orang lain tersebut terjadi.

Natanson menggunakan istilah fenomenologi merujuk kepada semua

(20)

sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial

(Kuswarno, 2009).

Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami

dalam kesadaran. Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam

membangun makna dan konsep yang bersifat intersubyektif. Oleh karena itu,

penelitian fenomenologi harus berupaya untuk menjelaskan makna dan

pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala.

Sebagai metode penelitian, fenomenologi sering dikenal sebagai metode

deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme (Mix Methodology,

2011:138). Sesuai dengan asumsi ontologis yang ada dalam paradigma

konstruktivisme, peneliti yang menggunakan metode ini akan memperlakukan

realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran. Realitas juga dipandang sebagai

sesuatu yang sifatnya relatif, yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang dinilai

relevan oleh para aktor sosial.

Secara epistemologi, ada interaksi antara peneliti dan subjek yang diteliti.

Sementara itu dari sisi aksiologis, peneliti akan memperlakukan nilai, etika, dan

pilihan moral sebagai bagian integral dari penelitian. Peneliti merupakan

fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam

rangka merekonstruksi realitas sosial.

Fenomenologi sebagai metode penelitian adalah cara membangun

pemahaman tentang realitas. Pemahaman tersebut di bangun dari sudut pandang

para aktor sosial yang mengalami peristiwa dalam kehidupannya. Pemahaman

yang dicapai dalam tataran personal merupakan konstruksi personal realitas atau

konstruksi subyektivitas.

Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif

menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu

yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif yang

memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain

pemahaman adalah sesuatu tindakan kreatif yakni tindakan menuju pemaknaan

(21)

Fenomenologi menurut Husserl harus mampu menemukan makna dan

hakikat dari pengalaman. Secara metodologis, fenomenologi bertugas untuk

menjelaskan things in themselves, dengan mengetahui apa yang masuk sebelum

kesadaran, dan memahami makna dari esensinya, dalam intuisi dan refleksi diri.

Proses ini menggabungkan apa yang tampak, dan apa yang ada dalam gambaran

orang yang mengalaminya. Bisa dikatakan ini merupakan penggabungan antara

yang nyata dan yang ideal. Husserl juga mengemukakan beberapa

tahapan-tahapan penelitian fenomenologi, antara lain (Kuswarno, 2009) :

1. Epoche

Berasal dari bahasa Yunani, yang artinya “menjauh dari” dan

“tidak memberikan suara”. Husserl menggunakan epoche untuk term

bebas dari prasangka. Dengan epoche kita mengesampingkan

penilaian, bias dan pertimbangan awal yang kita miliki terhadap suatu

objek. Epoche merupakan pemutusan hubungan dengan pengalaman

dan pengetahuan, yang kita miliki sebelumnya.

Epoche memberikan cara pandang baru terhadap objek. hal ini

membuat kita dapat menggunakan epoche untuk menciptakan ide,

perasaan, kesadaran dan pemahaman yang baru. Epoche memasukkan

kita ke dalam dunia internal yang murni, sehingga memudahkan untuk

memahami diri dan orang lain. Tantangan besar dalam melakukan

epoche ini adalah terbuka atau jujur dengan diri sendiri. Terutama

ketika membiarkan objek yang ada di depan kesadaran memasuki area

kesadaran kita, dan membuka dirinya sehingga kita dapat melihat

kemurnian yang ada padanya. Hal ini harus dilakukan tanpa pengaruh

dari segala hal yang ada di dalam diri kita dan orang lain di sekitar

kita.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain, seperti

persepsi, pilihan, penilaian dan perasaan orang lain harus

dikesampingkan juga dalam epoche ini. Hanya persepsi dan tindakan

(22)

dan kebenaran. Sehingga pada praktiknya, epoche memrlukan

kehadiran, perhatian dan konsentrasi, demi mencapai cara pandang

yang radikal.

2. Reduksi Fenomenologi

Berbeda dengan epoche yang merupakan langkah awal untuk

“memurnikan” objek dari pengalaman dan prasangka awal, maka tugas

dari reduksi fenomenologi adalah membahasakan bagaimana objek

tersebut terlihat. Tidak hanya dalam term objek secara eksternal,

namun juga kesadaran dalam tindakan internal, pengalaman, ritme, dan

hubungan antara fenomena dengan “aku”, sebagai subjek yang

mengamati. Fokusnya terletak pada kualitas dari pengalaman,

sedangkan tantangannya ada pada pemenuhan sifat-sifat alamiah dan

makna dari pengalaman. Proses ini terjadi lebih dari satu kali.

Reduksi akan membawa kita kembali pada bagaimana kita

mengalami sesuatu. Memunculkan kembali penilaian/asuMGi awal,

dan mengembalikan sifat-sifat alamiahnya. Reduksi fenomenologi

tidak hanya sebagai cara untuk melihat, namun juga cara untuk

mendengar suatu fenomena dengan kesadaran dan hati-hati. Reduksi

adalah cara untuk melihat dan mendengar fenomena dalam tekstur dan

makna aslinya.

3. Variasi Imajinasi

Tahap ketiga dalam penelitian fenomenologi ini bertugas untuk

mencari makna-makna yang mungkin dengan memanfaatkan imajinasi,

kerangka rujukan, pemisahan dan pembalikan, dan pendekatan

terhadap fenomena dari perspektif, posisi, peranan, dan fungsi yang

berbeda. Tujuannya tiada lain untuk mencapai deskripsi struktural dari

sebuah pengalaman (bagaimana fenomena berbicara pada dirinya).

(23)

Target dari varisai ini adalah makna, dan bergantung dari intuisi

sebagai jalan untuk mengintegrasikan struktur ke dalam esensi

fenomena. Dalam berpikir imajinatif, kita dapat menemukan

makna-makna potensial yang dapat membuat sesuatu yang asalnya tidak

terlihat menjadi terlihat jelas. Membongkar hakekat fenomena dengan

memfokuskannya pada kemungkinan-kemungkinan yang murni,

adalah inti dari kegiatan variasi imajinasi. Pada tahap ini struktur dari

pengalaman diungkapkan, dimana kondisi yang hakiki dimunculkan.

Pada tahap ini, dunia dihilangkan, segala sesuatu menjadi

mungkin. Segala pendukung dijauhkan dari fakta dan entitas yang

dapat diukur dan diletakkan pada makna dan hakikatnya. Dalam

kondisi seperti ini, intuisi tidak lagi empiris namun murni imajinatif.

4. Sintesis Makna dan Esensi

Merupakan tahap terakhir dalam penelitian fenomenologi. Tahap

ini adalah penyatuan intiutif dasar-dasar deskripsi tekstural dan

struktural ke dalam suatu pernyataan yang menggambarkan hakikat

fenomena secara keseluruhan. Dengan demikian, tahap ini adalah

tahap penegakan pengetahuan mengenai hakikat.

Husserl mendefinisikan esensi sebagai sesuatu yang umum dan

berlaku universal, kondisi atau kualitas yang menjadikan sesutau.

Esensi itu sendiri tidak pernah terungkap secara sempurna. Sintesis

struktur tekstural yang fundamental akan mewakili esensi ini dalam

waktu dan tempat tertentu, dari sudut pandang imajinatif dan studi

reflektif seseorang terhadap fenomena. Menurut Husserl, setiap sifat

(24)

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ialah daftar referensi atau rujukan dari semua jenis

dokumen seperti buku, journal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand out,

laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan

skripsi.

Kajian pustaka yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

-Referensi pertama peneliti adalah jurnal yang berjudul “Self-Disclosure in

Romantic Relationships and Friendships Among American and Japanese College

Students”. Jurnal ini ditulis oleh Mie Kito pada tahun 2005. Adapun jurnal ini

peneliti peroleh dari internet.

Jurnal ini meneliti tentang pengungkapan diri yang terjadi pada mahasiswa

Amerika dan Jepang dalam berteman dan menjalin hubungan romantis melalui

Facebook. Peneliti dalam hal ini mengutip pendapat Boyd yang terdapat dalam

jurnal ini yang menyatakan bahwa Facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial

memudahkan individu untuk bertemu dengan orang lain yang memiliki minat

yang sama, mendukung hubungan renggang, dan khususnya memudahkan

individu untuk mengakses jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang

berpotensi membuat jaringan pertemanan menjadi lebih luas dan lebih heterogen

Kualitas kedekatan suatu hubungan salah satunya ditentukan oleh

pengungkapan diri. Dalam tulisan ini dikatakan bahwa tidak ada perbedaan

pengungkapan diri yang dilakukan oleh pengguna Facebook dalam menjalin

pertemanan ataupun hubungan romantis di Facebook.

-Selanjutnya yang menjadi referensi peneliti adalah jurnal yang berjudul

“It’s Not Who You Know, but Who You Add:” Exploring Self-Disclosure and

Friending on Facebook". Jurnal ini ditulis oleh Limperos, A. M., Woolley, J. K.,

Tamul, D.J., & Sundar, S.S.,

Sejalan dengan jurnal yang pertama, jurnal ini juga menyatakan bahwa

(25)

hubungan yang kemudian diikuti dengan beberapa proses dimana individu

mengungkapkan informasi yang sederhana seperti pendapat (kuantitas) pada

interaksi awal dan kemudian informasi yang mendalam (kualitas) ketika hubungan

terus berlanjut.

-Jurnal yang ketiga yang menjadi referensi peneliti adalah jurnal berjudul

"I'll poke you. You'll poke me!" Self-disclosure, social attraction, predictability

and trust as important predictors of Facebook relationships. Jurnal ini ditulis oleh

Sheldon, P pada tahun 2009.

Sheldon P melakukan sebuah penelitian, yang mengungkapkan bahwa

ketika terdapat persepsi ketertarikan diantara dua orang, maka ketertarikan

tersebut akan mendorong seseorang untuk terbuka dan melakukan pengungkapan

diri di Facebook, khususnya meningkatnya jumlah topik pembicaraan yang

didiskusikan dengan orang lain.

-Jurnal dengan judul “A Study of Self-Presentation in Light of Facebook”.

jurnal ini ditulis oleh Zarghooni, Sasan., (2007)

Dalam jurnal ini dikatakan Facebook dapat terus bertahan diantara situs

jaringan sosial lainnya disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota

pengguna dan aplikasi yang dimilikinya. Sebagai sebuah situs jaringan sosial

online yang berkembang pesat, Facebook telah menjadi tempat interaksi sosial

diantara para remaja, muda-mudi dan orang dewasa dari seluruh negara di dunia

-Referensi berikutnya berjudul Privasi Karakter Diri di Situs Jejaring

Sosial Facebook. Referensi ini ditulis oleh Donny, B.U pada tahun 2010.

Jurnal ini memuat sebuah hasil temuan yang diperoleh dari hasil survey

lapangan terhadap para pengguna Facebook yang dilakukan oleh tim

InternetSehat.org-ICT Watch yang bekerja sama dengan National University of

Singapore. Survei ini dilakukan di kota Sukabumi dan Cilegon di sepanjang April

2010 dengan jumlah total responden adalah sebanyak 180 orang pengguna

Facebook yang berusia diantara 14-25 tahun. Hasil survey menyatakan bahwa

(26)

menyetujui permintaan pertemanan dari orang yang tidak dikenal untuk menjadi

temannya di Facebook, dan 28% dari responden sering melakukan hal tersebut.

Selain itu dari hasil survey ditemukan bahwa sekitar 27% responden menyatakan

memilih untuk pergi sendiri, tanpa ditemani oleh siapapun ketika hendak “kopi

darat” dengan kenalan baru dari Facebook

2.3 Model Teoretik

2.3.1 Media Digital dan Facebook 2.3.1.1 Defenisi Media Digital

Disebut media digital karena media tersebut berbasis pada sistem numerik

dan kode-kode digital. Komputer merupakan bagian terpenting dari media digital.

Komputer berjalan berdasarkan angka-angka dan kode-kode numerik yang

terprogram. Apa yang membuat orang saat ini mulai berpaling mencari solusi

informasi dari media konvensional menuju kepada media digital, dalam kasus ini

internet, adalah kecepatan dan beragamnya arus informasi yang dimungkinkan

untuk diperoleh.

Sebuah keunikan internet adalah adanya interaktifitas penggunanya. Hal

inilah yang menjadikan internet sebagai sebuah media interaktif yang

menghubungkan sebuah sistem komunikasi antar perorangan maupun antara

manusia dengan komputer (media) itu sendiri. Hal ini menjadikannya sebagai

sebuah media yang “unik” dan membedakannya dengan media konvensional

apapun.

Media interaktif didefinisikan sebagai media yang memungkinkannya

adanya partisipasi dari audience-nya, atau adanya interaktifitas. Terlepas dari

teori-teori terdahulu dimana media interaktif tercipta hanya dari proses

komunikasi dua arah, maka teori definisi diatas menyebutkan bahwa Human

Computer Interaction sudah bisa diklasifikasikan sebagai media interaktif

(http://ardianindro.wordpress.com/).

Saat ini internet tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbagi informasi

(27)

Internet kini telah menghadirkan berbagai situs jejaring sosial. Jejaring sosial

yang dibahas dalam penelitian ini adalah Facebook.

2.3.1.2 Facebook

Facebook, salah satu situs jaringan sosial yang paling terkenal di dunia.

Situs jaringan sosial online yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg ini mulai

terbentuk sejak Februari 2004. Pada awalnya khusus diperuntukkan bagi

mahasiswa Universitas Harvard, namun kini sudah dapat digunakan oleh semua

orang dan mengalami perkembangan pesat. Berdasarkan data yang dilansir dari

www.compete.com pada Januari 2009, Facebook mendapat peringkat pertama

sebagai situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan

oleh para pengguna aktifnya, dan prestasi ini mengalahkan situs jaringan sosial

MySpace, yang berada pada peringkat ke dua.

Berikut ini perkembangan Facebook mulai dari awal terbentuk

(http://www.vivanews.com) :

2004 :

 Februari : Mark Zuckerberg dan beberapa Sahabatnya meluncurkan

Facebook dari ruang asrama mereka.

 Maret : Facebook menyebar dari kampus Harvard ke kampus

Stanford, Columbia, dan Yale.

 Juni : Markas Facebook pindah ke Palo Alto, California,

Amerika Serikat.

 Desember : Facebook menjangkau sekitar 1 juta pengguna aktif.

2005 :

 Mei : Facebook meraih tambahan dana sebesar US$12.7 juta

dari Accel Partners. Jejaring ini telah menjangkau hinggalebih dari 800

(28)

 Agustus : Nama asli jejaring sosial TheFacebook.com diganti

menjadi Facebook.com.

 Oktober : Fitur foto ditambahkan sebagai salah satu aplikasi,

Facebook mulai menjangkau jejaring sekolah di luar Amerika Serikat.

 Desember : Facebook menjangkau lebih dari 5,5 juta pengguna aktif.

2006 :

 April : Facebook mendapat tambahan dana sebesar US$27.5 juta

dari Greylock Partners. Meritech Capital Partners dan investor lainnya.

Facebook juga meluncurkan fitur mobile.

 Mei : Facebook mulai menjangkau jaringan pengguna kelas

pekerja.

 Agustus : Facebook meluncurkan platform pengembangan terbuka,

aplikasi notes diperkenalkan dan Facebook melakukan kerjasama strategis

dengan Microsoft untuk sindikasi iklan banner.

 September : Fitur news feed dan mini feed diperkenalkan dengan

tambahan kontrol data pribadi. Facebook juga membuka registrasi terbuka

sehingga setiap orang dapat bergabung.

 November : Fitur share ditambahkan secara bersamaan juga

diluncurkan pada lebih dari 20 situs mitra Facebook.

 Desember : Facebook mampu meraih lebih dari 12 juta pengguna

aktif.

2007 :

 Februari : Fitur virtual gift shop diluncurkan.

 Maret : Facebook menjangkau lebih dari 2 juta pengguna aktif

(29)

 April : Facebook menjangkau sekitar 20 juta pengguna aktif dan

mengupdate desain situs serta menambahkan portal-portal jejaringnya.

 Mei : Facebook mengadakan acara untuk meluncurkan platform

Facebook dengan 65 mitra pengembang serta lebih dari 85 aplikasi yang

sudah ada.

 Juli : Facebook mengakuisisi perusahaan baru bernama

Parakey.

 Oktober : Facebook menjangkau hingga lebih dari 50 juta pengguna

aktif meluncurkan platform untuk mobile, serta memperluas kerja sama

iklan dengan Microsoft menaruh bagian saham US$240 juta di Facebook.

 November : Facebook meluncurkan Facebook Ads.

2008 :

 Januari : Facebook ikut mensponsori debat presiden bersama ABC

News.

 Februari : Facebook meluncurkan versi Bahasa Spanyol dan

Prancis.

 Maret : Facebook memperbarui sistem privacy controls dengan

menambahkan friend list. Privacy Facebook juga diluncurkan di Jerman.

 April : Facebook meluncurkan fitur Facebook chat, dan merilis

aplikasi translation kepada 21 bahasa.

 Agustus : Facebook menjangkau lebih dari 100 juta pengguna aktif.

2009 :

 Januari : Facebook menjangkau lebih dari 150 juta pengguna aktif.

(30)

 April : 200 juta pengguna aktif

 Mei : Digital Sky Technologies menanamkan investasi sebesar

US$ 200 juta dengan nilai saham sebesar US$ 10 miliar valuasi.

Facebook dapat terus bertahan diantara situs jaringan sosial lainnya

disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota pengguna dan aplikasi

yang dimilikinya (Zarghooni, 2007). Aplikasi yang terdapat dalam Facebook

memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan

informasi personalnya, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat

tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga

dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya,

dan Facebook juga menampilkan dan menyediakan informasi yang lebih banyak

dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya.

Perkembangan Facebook yang sangat pesat tersebut juga melanda

masyarakat Indonesia. “Indonesia saat ini telah menjadi “the Republic of the

Facebook”. Itulah headlines yang ditulis oleh Budi Putra mantan editor Harian

Tempo yang dirilis oleh CNET Asia portal IT terkemuka di Asia pada awal bulan

Januari 2009 lalu (Linkedin.com; 2009).

Ungkapan ini terinspirasi oleh perkembangan penggunaan Facebook oleh

masyarakat Indonesia yang mencapai pertumbuhan 645% pada tahun 2008.

“Prestasi” ini menjadikan Indonesia sebagai “the fastest growing country on

Facebook in Southeast Asia”. Bahkan, angka ini mengalahkan pertumbuhan

pengguna Facebook di China dan India yang merupakan peringkat teratas

populasi penduduk di dunia.

Perkembangan Facebook ini berkembang semakin pesat pada tahun-tahun

berikutnya. Sebuah statistik yang dikeluarkan www.compete.com menyatakan

akan ada banyak

memperkirakan negara-negara berkembang seperti India, Brazil dan Indonesia

akan tetap menjadi salah satu pengguna Facebook terbesar setelah Amerika

(31)

Menurut statistik yang dikeluarkan oleh situs www.checkfacebook.com,

perkembangan pengguna terbesar dimulai sejak tahun 2008 lalu, kemudian terus

berlanjut hingga sekarang adalah setiap akun Facebook rata-rata memiliki 130

teman yang saling terhubung dan komunitas yang telah disediakan dalam layanan

Facebook.

Adapun fitur-fitur yang terdapat di dalam Facebook (Andi, 2008:44-48)

ialah :

a. Profil

Halaman profil menyediakan tempat bagi kita untuk membagikan

informasi yang ingin kita sampaikan tentang diri kita. Dalam

perkembangannya, Facebook memberikan keleluasaan pada pemilik

profil untuk menentukan siapa yang bisa melihat profilnya dan siapa

yang tidak. Melalui profil, pengguna Facebook yang lain dapat melihat

dan mengetahui informasi tentang diri kita.

b. Wall/Dinding

Fitur ini menyediakan ruang untuk para pengguna Facebook saling

mengirimkan komentar, testimoni bahkan bisa menyukai komentar

pengguna lain yang ada di akun Facebook yang sedang diakses.

c. Friends/Pertemanan

Pertemanan merupakan bagian yang dirancang untuk mencari akun

Facebook lain yang terdaftar dalam situs jejaring sosial ini. Dengan

mengetikkan nama dari sebuah akun Facebook maka dengan segera

kita dapat menemukan akun tersebut.

d. Inbox/Pesan

Inbox atau pesan masuk, merupakan fitur yang menyediakan privasi

penuh pada pemilik akun dengan orang yang berinteraksi dengannya.

Dikatakan menyediakan privasi karena yang dapat melihat pesan yang

saling ditukar melalui Inbox hanyalah pemilik akun yang saling

berkirim pesan melalui fitur ini.

e. Upload/Mengunduh

Melalui fitur ini pemilik Facebook dapat berbagi foto, video dan lagu

(32)

pada fitur ini pun pemilik akun dapat menentukan siapa yang bisa

melihat file yang ia unduh dan siapa yang tidak.

f. Tag/Menandai

File yang telah diunduh ke Facebook dapat ditandai. Melalui fitur ini

file tersebut akan terbagi ke akun yang telah ditandai.

2.3.2 Pengungkapan Diri di Dunia Maya 2.3.2.1 Defenisi Pengungkapan Diri

Menurut Wrightsman, pengungkapan diri merupakan suatu proses

menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan

informasi dengan orang lain (Dayakisni, 2009).

Selain itu, Morton juga menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan

kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain.

Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif.

Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang

mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia.

Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan

pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang disukai dan dibenci

(Dayakisni, 2009) .

Menurut Devito(1986) pengungkapan diri merupakan sebuah bentuk

komunikasi dimana informasi mengenai diri kita yang biasanya kita sembunyikan

kita beritahukan kepada orang lain. Devito (1985) juga menyatakan beberapa

aspek yang terkandung dalam defenisi ini, yang mencakup :

a. Pengungkapan diri merupakan suatu bentuk komunikasi

b. Pengungkapan diri adalah informasi, dimana informasi yang

dimaksudkan sebagai sesuatu hal yang belum diketahui sebelumnya oleh

si pendengar, dengan kata lain informasi tersebut adalah pengetahuan baru.

c. Pengungkapan diri adalah informasi mengenai seseorang, yang meliputi

isi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang atau mengenai orang lain yang

dekat dengan kita yang memiliki hubungan ketergantungan signifikan

(33)

d. Pengungkapan diri mencakup informasi yang normalnya

disembunyikan. Hal ini bukan hanya sekedar informasi yang belum

diungkapkan sebelumnya, namun mengenai informasi yang sebelumnya

tidak kita ungkapkan dan berusaha untuk menyimpan rahasia tersebut.

e. Pengungkapan diri melibatkan sedikitnya satu orang lain. Dalam

melakukan pengungkapan diri, komunikasi yang dilakukan sedikitnya

diantara dua orang, karena pengungkapan diri bukan merupakan

komunikasi intrapersonal.

Dari beragamnya pendapat para ahli tentang pengungkapan diri, dapat

disimpulkan bahwa pengungkapan diri adalah sebuah bentuk tindakan dimana kita

memberitahukan mengenai informasi pribadi kita kepada orang lain,seperti

keadaan pribadi, perasaan, pendapat, pengalaman masa lalu dan juga harapan di

masa depan.

2.3.2.2 Pengungkapan Diri di Dunia Maya

Beebe(2008) menyatakan pengungkapan diri dapat membangun keintiman

dalam suatu hubungan yang kita bina dengan orang lain. Namun terdapat

perbedaan antara komunikasi langsung dengan komunikasi secara online yaitu

terdapat anonimitas dalam komunikasi online. Wang (2009) juga menyatakan

bahwa komunikasi yang dilakukan secara online menekankan pada kurangnya

petunjuk dalam sebuah interaksi komunikasi dan komunikasi yang terjadi bersifat

anonim. Beebe (2008) menyatakan anonimitas merupakan suatu keadaan dimana

kita tidak mengetahui dengan siapa kita menjalin komunikasi. Hal ini sejalan

dengan Devito (2008) yang mendukung salah satu kerugian ketika kita membina

hubungan secara online kita tidak dapat melihat secara langsung orang yang kita

ajak menjalin hubungan. Selain itu terdapat kemungkinan orang yang berinteraksi

secara online memberitahu informasi yang salah mengenai dirinya dan terdapat

kemungkinan kecil untuk mengetahui kebohongan tersebut.

Kedekatan atau keintiman merupakan elemen terpenting dalam suatu

hubungan interpersonal (Dayakisni, 2009). Sheldon (2009) menyatakan bahwa

pengungkapan diri memainkan peran penting dalam perkembangan sebuah

(34)

bahwa pengungkapan diri dapat memberikan dampak positif terhadap

perkembangan suatu hubungan, karena melalui proses mengungkapkan informasi

mengenai diri kita, maka kemungkinan dapat membuat hubungan kita dengan

orang lain menjadi lebih intim. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sheldon

(2009) bahwa pengungkapan diri juga meningkatkan tingkat kepercayaan

interpersonal dengan orang yang menjadi pasangan pengungkapan diri yang kita

lakukan. Selain itu Altman juga menyatakan bahwa pengungkapan diri juga

merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas dari suatu hubungan dekat

(Kito, 2005). Hal ini sejalan dengan Devito (1986) yang menyatakan bahwa

pengungkapan diri merupakan faktor penting dalam membangun suatu hubungan

yang bermakna. Tanpa adanya pengungkapan diri, maka akan sulit membentuk

suatu hubungan yang berkualitas.

Raven dan Rubin menyatakan bahwa proses pengungkapan diri pada

individu juga memiliki kecenderungan mengikuti norma resiprok /timbal balik

(Dayakisni, 2009). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada

kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang seimbang. Pada umumnya kita

mengharapkan orang lain memperlakukan kita sama seperti kita memperlakukan

mereka. Menurut Taylor (2009) menyatakan bahwa anonimitas yang terdapat

dalam interaksi secara online memudahkan seseorang untuk mengungkapkan

informasi personalnya, hal ini mungkin karena individu merasa mereka lebih

mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri mereka saat mereka

melakukan interaksi secara online.

(35)

Perkembangan teknologi yang pesat berdampak pada banyak hal, termasuk

diantaranya pada hubungan interpersonal. Seiring dengan menjamurnya situs

jejaring sosial di internet, pengguna internet bertambah semakin pesat dari waktu

ke waktu. Hal ini mendukung pertumbuhan hubungan yang terjadi secara online.

Bahkan banyak reality show di televisi membahas tentang pasangan yang

menjalin hubungan secara online tanpa pernah bertemu di dunia nyata.

Realitanya, banyak orang telah menggunakan internet untuk mencari teman

ataupun pasangan romantis. Beberapa dari mereka menggunakan internet dengan

tujuan interaksi semata, yang lain menggunakannnya sebagai jalan memulai

sebuah hubungan dan kemudian bermaksud untuk menyertakan foto, bertelepon

dan bertemu secara langsung.

Sebuah studi yang dilakukan Parks & Floyd (1996) menunjukkan bahwa

hampir dua per tiga dari pengguna newsgroup telah menjalin hubungan seperti

aqcuintances, persahabatan dan hubungan pribadi lainnya dengan seseorang yang

mereka temui di internet. Hampir sepertiga mengatakan bahwa mereka

berkomunikasi dengan pasangannya paling sedikit tiga sampai empat kali

seminggu, lebih dari setengah berkomunikasi sekali seminggu. Studi ini juga

menyebutkan, dibandingkan dengan pria, wanita lebih suka menjalin hubungan di

internet. Sekitar 72 persen wanita dan 55 persen pria menjalin hubungan pribadi

secara online. Hal ini tidaklah mengejutkan, mengingat wanita lebih sering

menggunakan internet untuk berkomunikasi dibandingkan kaum pria (Devito,

2008).

Selayaknya hubungan yang terjadi di dunia nyata, hubungan yang

berkembang di internet pun mengakibatkan terjadinya pertukaran jaringan antar

sesama pasangan yang berhubungan. Mereka saling bertukar informasi, cerita

bahkan saling memperkenalkan lingkungannya. Hubungan yang terjadi di internet

ini menumbuhkan rasa saling memiliki, sama seperti yang terjadi pada pasangan

yang membangun hubungan di dunia nyata.

Hubungan yang tejadi secara online ini ternyata mendatangkan banyak

keuntungan. Hubungan jenis ini dapat menghindarkan pasangan dari kekerasan

fisik dan penularan penyakit secara seksual. Tak seperti hubungan yang dibangun

(36)

mementingkan kualitas diri daripada penampilan fisik. Dalam menjalin kekariban,

keterbukaan diri menjadi hal yang lebih penting dibandingkan ketertarikan secara

fisik. Hubungan secara online meyakini tentang kepercayaan, kejujuran dan

komitmen selayaknya hubungan yang terjadi secara tatap muka.

Pertemanan dan hubungan romantis di internet menjadi keuntungan bagi

orang yang sangat pemalu dan yang memiliki kekurangan secara fisik. Mereka

yang dulunya kesulitan dalam menjalin hubungan secara tradisional karena harus

bertemu secara tatap muka, kini dapat menjalin hubungan tanpa harus bertemu

muka. Interaksi ini memungkinkan semua orang, tidak terkecuali yang pemalu

atau memiliki kekurangan secara fisik, untuk dapat berinteraksi dan berekspresi

sebebas-bebasnya. Secara online, semua orang bebas untuk mengungkapkan

penampilan fisiknya sebanyak atau sesedikit mungkin sesuai keinginannya dan

sesuai waktu yang diharapkannya.

Keuntungan lain yang tampak nyata dari hubungan secara online yaitu

penggunanya dapat berteman dengan orang dalam jumlah besar. Hal ini

mempermudah penggunanya untuk menemukan seseorang yang cocok

dengannya, yang memang dicarinya. Ibaratnya mencari buku yang sesuai dengan

yang kita butuhkan, kemungkinan untuk menemukannya di perpustakaan yang

menyediakan jutaan buku dibanding jika kita mencarinya di koleksi yang

menyediakan ribuan buku. Keuntungan terakhir dari menjalin hubungan secara

online, yakni mengenai status sosial, ekonomi dan pendidikan pengguna di

internet jauh lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang ditemui di grup kecil.

Selain beberapa keuntungan tersebut, tentu saja menjalin hubungan secara

online ini memiliki beberapa kekurangan. Orang-orang yang melaukan interaksi

ini tidak bisa melihat lawan iteraksinya kecuali mereka akhirnya saling bertukar

foto atu bahkan bertemu secara tatap muka. Foto yang diberikan tersebut juga

tidak menjamin bahwa orang yang menjalin interaksi dengan kita adalah orang

yang sama dengan orang yang ada di foto.

Secara online, orang dapat memalsukan identitas dan penampilan dirinya

(37)

dewasa. Sebaliknya, orang dewasa juga bisa menampilkan dirinya sebagai

anak-anak untuk tujuan yang buruk dan seks ilegal. Sama halnya dengan orang kaya

yang menampilkan dirinya sebagai orang miskin, remaja mengaku sebagai orang

dewasa ketika mereka ingin menikmati pengalaman ini. Walaupun orang dapat

menipu dalam hubungan secara tatap muka, faktanya lebih mudah untuk

melakukannya secara online.

Kekurangan lain dari hubungan secara online yang terkadang juga

dianggap sebagai sebuah keuntungan yakni hubungan secara online ini dapat

mengurangi frekuensi dan menggantikan hubungan pribadi secara tatap muka.

Walther (1996) telah memberi nama “Komunikasi Hiperpersonal” untuk

komunikasi dengan perantara komputer yang secara sosial lebih menarik daripada

komunikasi langsung. Dia memberikan tiga faktor yang cenderung menjadikan

partner komunikasi via komputer lebih menarik (Nurudin,2004) yaitu :

a. E-mail dan jenis komunikasi komputer lainnyamemungkinkan presentasi

diri yang sangat selektif, dengan sedikit penampilan tau perilaku yang

tidak diinginkan dibandingkan komunikasi langsung. Dengan cara ini,

pengguna tidak harus repot dalam melakukan komunikasi secara online.

b. Orang yang terlibat dalam komunikasi via komputer kadang kala

mengalami proses atribusi yang berlebihan yang didalamnya mereka

membangun kesan stereotipe tentang partner mereka. Kesan-kesan ini

sering mengabaikan informasi negatif, seperti kesalahan cetak, kesalahan

ketik, dan sebagainya.

c. Ikatan intensifikasi bisa terjadi yang didalamnya pesan-pesan positif dari

seorang partner akan membangkitkan pesan-pesan positif dari rekan

satunya.

2.3.4 Jenis-Jenis Hubungan

(38)

Menurut Pogrebin (1987) aquitance adalah orang-orang yang kita kenali

nama atau wajahnya, orang asing yang familiar (familiar stranger) yang kita

temui dan saling bertukar senyum ketika bertemu di jalan, ataupun orang-orang

yang berurusan dengan kita ketika kita berada di tempat-tempat umum: misalnya

tukang pos, pengantar koran, dan lain-lain (Devito, 2008).

Pada interaksi dengan orang-orang ini kita biasanya mulai merespon

dengan lebih terbuka dan dengan lebih ekspresif dibandingkan dengan

orang-orang yang pertama kali baru kita temui, namun masih berhati-hati dalam

melakukan interaksi. Komunikasi yang terbentuk masih bersifat tidak pribadi.

Terdapat kecenderungan yang rendah untuk membicarakan masalah pribadi,

fantasi, harapan yang tidak tercapai, masalah keluarga, ataupun kondisi keuangan.

Empati dan rasa kebersamaan pun sulit untuk terbentuk, dikarenakan terbatasnya

pengetahuan yang kita miliki mengenai orang tersebut.

Maka dapat disimpulkan bahwa aquitance adalah orang-orang yang hanya

kita kenali nama atau wajahnya saja yang merupakan orang asing yang familiar

(familiar stranger) yang sering kita temui namun tidak ada komunikasi yang

intens yang terjadi dan tidak saling mengenal lebih jauh.

2.3.4.2 Teman

2.3.4.2.1 Defenisi Teman

Sejak masa kanak-kanak, sebagian besar orang mulai membangun

hubungan pertemanan dengan teman-teman sebaya yang memiliki minat yang

sama. Hubungan pertemanan ini cenderung terdiri dari rasa saling suka yang

didasarkan pada afek positif. Secara umum, memiliki teman merupakan hal yang

positif, sebab teman dapat mendorong self-esteem dan menolong dalam mengatasi

stress, tetapi teman juga dapat memberikan efek negatif jika teman bersifat

antisosial, menarik diri, tidak suportif, argumentatif, atau tidak stabil.

Menurut Kenney & Kashy, ketika suatu hubungan akrab sudah terbentuk,

maka akan membuat individu menghabiskan waktu untuk bersama lebih banyak,

(39)

self-disclosing, saling memberikan dukungan emosional, dan membedakan antara

teman dekat dengan teman yang lain (Baron, 2005).

Menurut Yager (2006) teman adalah seseorang yang kita sukai dan

menyukai kita, dan orang tersebut memiliki hubungan yang hangat dengan kita.

2.3.4.2.2 Pertemanan

Pertemanan adalah salah satu bentuk hubungan interpersonal diantara adua

individu, yang dibentuk dan dipertahankan melalui suatu pilihan yang bebas, dan

dikarakteristikkan dengan hubungan yang saling menghargai.

Menurut Ahmadi (2007) pertemanan merupakan suatu hubungan

antarpribadi yang akrab atau intim yang melibatkan individu sebagai suatu

kesatuan.

2.3.4.2.3 Tipe-tipe pertemanan

John M. Reisman menyatakan bahwa terdapat 3 tipe pertemanan, yaitu

(Devito, 1986) :

a. Reciprocity

Reisman menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity ini merupakan

tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan

yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang tercipta berdasarkan

pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi

dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.

b. Receptivity

Pada tipe pertemanan yang kedua yaitu receptivity, adalah pertemanan

yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam

hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam

pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai

penerima primer. Hal ini terjadi karena kedua belah pihak memiliki perbedaan

kebutuhan. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap pihak

memperoleh suatu hal dari hubungan yang tercipta. Pertemanan seperti ini

misalnya bisa terjadi antara guru dan murid.

(40)

Pada tipe pertemanan yang ketiga yaitu association, adalah sebuah

hubungan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun

bukan sebuah hubungan pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa

percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe pertemanan ini,

terdapat keramahan tetapi tidak intens.

2.3.4.2.4 Karakteristik pertemanan

Keith Davis menyatakan terdapat 8 karakteristik hal penting dalam sutau

pertemanan (Devito, 1986) yaitu :

1. Enjoyment

Teman menikmati kebersamaan yang terjalin

2. Acceptance

Teman menerima satu sama lain apa adanya, seorang teman tidak memiliki

kecenderungan untuk mengubah temannya menjadi orang lain.

3. Trust

Teman saling percaya satu sama lain dalam melakukan hal yang

disukainya.

4. Respect

Teman saling menghargai satu sama lain.

5. Mutual assistance

Teman dapat menjadi pendamping dan memberikan satu sama lain.

6. Confiding

Teman saling membagi perasaan dan pengalaman.

7. Understanding

Teman mengerti hal apa yang penting dan mengerti alasannya temannya

berperilaku tertentu. Seorang teman merupakan prediktor yang baik dalam

menentukan perilaku dan perasaan temannya.

(41)

Seorang teman tidak melakukan dalam self-monitoring, seorang teman

dapat mengekspresikan perasaannya secara spontan, tanpa khawatir bahwa

hal tersebut akan menyebabkan hambatan dalam pertemanannya

2.3.4.2.5 Faktor yang mempengaruhi keputusan membina pertemanan Ada empat faktor yang dapat mempengaruhi dua orang untuk memutuskan

membina suatu pertemanan, yaitu :

1. Kedekatan mereka satu sama lain

2. Kesamaan akan kesukaan mereka terhadap sesuatu dan perilaku mereka

3. Penghargaan terhadap kepribadian yang mereka miliki

4. Daya tarik fisik diantara mereka

2.3.4.3 Hubungan Percintaan (Love)

Kedekatan dan kecocokan yang terjadi antara dua orang terkadang

berlanjut menjadi hubungan percintaan. Banyak orang yang memutuskan untuk

menjalin hubungan cinta dengan orang yang selama ini berada di lingkungan

sekitarnya, mungkin itu teman ataupun sahabatnya. Hubungan percintaan ini

terkadang lebih sukses dibandingkan hubungan percintaan yang tidak diawali

dengan pertemanan. Kenyataan tersebut terjadi karena biasanya pasangan tersebut

sudah lebih mengenal dan mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Hal ini juga didukung karena mereka sebelumnya telah memiliki kedekatan dan

kecocokan satu sama lain. Meskipun demikian, beberapa hubungan percintaan

seperti ini juga terkadang tidak sukses, karena ada saja pasangan yang merasa

lebih cocok berteman daripada menjadi sepasang kekasih.

Berikut ini adalah beberapa jenis cinta yang diungkapkan Devito (2008)

dalam bukunya Essential Of Human Communication :

a. Eros Love, yakni cinta yang mencari kecantikan dan sensualitas, seta

berfokus pada ketertarikan secara fisik. Pencinta dalam jenis Eros Love

ini terkadang memiliki idealisme yang tinggi dalam konsep

kecantikan. Hal ini pada kenyataannya, jarang dan bahkan sangat tidak

mungkin untuk dicapai. Konsekuensinya, pecinta jenis ini sering

(42)

b. Ludic Love, yakni cinta yang mementingkan hiburan dan kegembiraan.

Pecinta jenis cinta ini melihat cinta sebagai sesuatu menyenangkan,

seperti sebuah permainan. Mereka tidak serius dalam menjalin

hubungan. Ketika pasangannya dirasa tidak lagi menarik dan

menyenangkan, mereka memutuskan untuk mengakhirinya.

c. Storge Love, yakni cinta yang penuh kedamaian dan ketenangan.

Pecinta jenis ini tidak mencari pasangan kekasih. Mereka membina

hubungan yang bersahabat dengan seseorang yang mereka kenal, juga

dengan orang yang bisa diajak untuk beraktivitas bersama dan berbagi

ketertarikan. Mereka yang ada pada jenis percintaan seperti ini

terkadang sulit untuk membedakan cinta dan persahabatan.

d. Pragma Love, cinta jenis ini praktis dan bersifat tradisional. Pragma

Love mencari kecocokan dan hubungan dimana kebutuhan dan

keinginan yang penting dapat terpenuhi. Pecinta jenis ini lebih

mengkuatirkan kualifikasi sosial daripada kualitas personal

pasangannya. Keluarga dan latar belakang pasangan adalah sesuatu

yang luar biasa penting bagi pecinta jenis ini. Mereka lebih percaya

pada logika daripada perasaan.

e. Manic Love, cinta jenis ini adalah cinta obsesif yang membutuhkan

perhatian dan kasih yang bersifat konstan dalam memberi dan

menerima. Ketika hal tersebut tidak diberi atau diterima, dan ketika

tidak ada timbal balik dari pasangannya dalam meningkatkan

komitmen, pecinta jenis ini sering merasa depresi, cemburu dan

merasa ragu.

f. Agapic Love, cinta yang tidak egois. Pecinta jenis ini mengasihi semua

orang, baik itu orang asing yang tidak dikenal atau tetangga yang

menjengkelkan. Yesus, Buddha, Gandhi mempraktekkan dan

mengajarkan cinta spiritual yang tidak mengenal perbedaan. Cinta

ditawarkan tanpa menginginkan imbalan atau keuntungan juga harapan

(43)

2.3.5 Mahasiswa

Menurut Salim dan Sukadji (2006) Mahasiswa adalah sebagian kecil dari

generasi muda Indonesia yang mendapat kesempatan untuk mengasah

kemampuannya di Perguruan Tinggi. Tentunya sangat diharapkan mendapat

manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan agar kelak mampu

menyumbangkan kemampuannya untuk memperbaiki kualitas hidup bangsa

Indonesia yang saat ini belum pulih sepenuhnya dari krisis yang dialami pada

akhir abad ke20 (http://www.repository.usu.ac.id).

Mahasiswa sebagai generasi muda diharapkan untuk menjadi generasi

yang kritis dan kreatif. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi

yang ada saat ini, mahasiswa semakin mudah dalam mendapatkan informasi,

yakni melalui internet.

Namun bukan berarti mahasiswa tinggal mencomot manfaat yang

disediakan di depan dirinya melalui kemajuan era informasi. Sesungguhnya

masyarakat kita mengalami information overload. Maka tantangannya adalah

bagaimana mengolah dan memilah informasi apa yang berguna dan berfaedah

bagi peningkatan kualitas diri mahasiswa.

Mahasiswa tidak hanya menggunakan internet sebagai alat untuk pencari

informasi, namun juga memanfaatkannya sebagai tempat bersosialisasi. Hal ini

tidak mengherankan bahkan Facebook yang saat ini dapat diakses oleh semua

(44)

Gambar II Model teoretis

Mahasiswa USU Facebook

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang paling penting untuk menentukan

secara teoritis teknik operasional yang dipakai dalam mengambil langkah-langkah

sehingga dapat diketahui tentang permasalahan yang ada.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan jenis fenomenologi yang mencari pemahaman mendalam, serta

berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan– kaitannya terhadap orang–orang

yang berada dalam situasi–situasi tertentu. Inkuiri fenomenologi memulai dengan

diam yang merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang

diteliti.

Pada dasarnya fenomenologi cenderung untuk menggunakan paradigma

penelitian kualitatif sebagai landasan metodologisnya. Berikut akan diuraikan

sifat-sifat dasar penelitian kualitatif yang relevan menggambarkan posisi

metodologis fenomenologi dan membedakannya dengan penelitian kuantitatif.

(1) menggali nilai-nilai dalam pengalaman dan kehidupan manusia

(2) fokus penelitian adalah pada keseluruhannya, bukan pada per bagian yang

membentuk keseluruhan itu.

(3) Tujan penelitian adalah menemukan makna dan hakikat dari pengalaman,

bukan sekedar mencari penjelasan atau mencari ukuran-ukuran realitas.

(4) Memperoleh gambaran kehidupan dari sudut pandang orang pertama

melalui wawancara formal dan informal.

(5) Data yang diperoleh adalah dasar bagi penegetahuan orang pertama

melalai wawancara formal dan informal.

(6) Pertanyaan yang dibuat merefleksikan kepentingan, keterlibatan dan

(46)

(7) Melihat pengalaman dan perilaku sebagai satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan, baik itu kesatuan antara subjek dan objek, maupun antara

bagian keseluruhannya.

Sifat-sifat penelitian kualitatif tersebut di atas, akan sejalan dengan ciri-ciri

penelitian fenomenologi berikut ini:

(1) Fokus pada sesuatu yang Nampak, kembali kepada yang sebenarnya

(esensi), keluar dari rutinitas, dan keluar dari apa yang diyakini sebagai

kebenaran dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari

(2) Fenomenologi tertarik dengan keseluruhan, dengan mengamati entitas dari

berbagai sudut pandang dan perspektif, sampai didapat pandangan dari

esensi dari pengalaman atau fenomena yang akan diamati.

(3) Fenomenologi mencari makna dan hakikat dari penampakan, dengan

intuisi dan refleksi dalam tindakan sadar melalui pengalaman. Makna ini

yang pada akhirnya membawa kepada ide, konsep, penilaian, dan

pemahaman hakiki.

(4) Fenomenologi mendeskripsikan pengalaman, bukan menjelaskan atau

menganalisisnya. Sebuah deskripsi fenomenologi akan sangat dekat

dengan kealamiahan (tekstur, kualitas, dan sifat-sifat penunjang) dari

sesuatu. Sehingga deskripsi akan mepertahankan fenomena itu sepeti apa

adanya, dan menonjolkan sifat alamiah dan makna dibaliknya. Selaint itu,

deskripsi juga membuat fenomena “hidup” dalam term yang akurat dan

lengkap. Dengan kata lainsama “hidup”-nya antara yang tampak dalam

kesadaran dengan yang terlihat oleh panca indera.

(5) Fenomenologi berakar pada pertanyaan-pertanyaan yang langsung

berhubungan dengan makna dari fenomena yang diamati. Dengan

demikian penelitian fenomenologi akan sangat dekat dengan fenomena

yang diamati. Analoginya peneliti itu manjadi salah satu bagian puzzle dari

Gambar

Gambar kerangka analisis penelitian fenomenologi

Referensi

Dokumen terkait

Selain festival Reog dan kirab pusaka, grebeg Suro juga dimeriahkan pergelaran berbagai ragam kesenian yang hidup di daerah Ponorogo dan kegiatan-kegiatan

Untuk kali ini kita bicara selang kekonvergenan / untuk harga x berapa saja deret pangkat tersebut konvergen... Jika L < 1, maka

Berapa buah jumlah keramik yang telah dihasilkan selama 1 tahun pertama produksinya?... Perusahaan genteng

Sebagai pegangan kasar untuk menentukan diameter pipa pada berbagai debit dan panjang pipa dapat digunakan Tabel 17 yang didasarkan pada kecepatan aliran

Demikian Pengumuman ini kami sampaikan, apabila ada peserta yang berkeberatan atas pengumuman ini dapat menyampaikan sanggahan atas penetapan pemenang kepada

Dari berbagai faktor diatas, maka dalam penelitian ini akan dibatasi hanya pada satu faktor yaitu motivasi belajar. Motivasi merupakan faktor utama dalam

(3) Mendeskripsikan karakteristik evaluasi olahraga bola voli prestatif di SMP Negeri 1 Ngadirojo. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dan desain penelitian ini

The rules of a language are supposed to be the foundation of a language; however, in this case, the writer had only discussed the words (vocabulary). The second