SKRIPSI
PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP EFISIENSI KERJA
PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk
BAGIAN DEPO AMPLAS
MEDAN
OLEH
EVA NOVRI SARI PURBA
120521133
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Judul penelitian yaitu “Pengaruh Pengawasan Terhadap Efiensi Kerja Pada PT. Astra International Tbk Bagian Depo Amplas Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengawasan terhadap Efisiensi Kerja karyawan pada PT. Astra International Tbk Bagian Depo Amplas Medan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif kausal yaitu penelitian yang menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan uji regresi linier sederhana yang terdiri dari uji-t dan uji koefisien determinasi (R2). Pengerjaan metode analisis data menggunakan SPSS 18.0 for windows. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan 43 responden sebagai sampel penelitian. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah sensus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengawasan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja PT. Astra International Tbk Bagian Depo Amplas Medan. Berdasarkan uji signifikan parsial (uji-t) menunjukkan bahwa variabel pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan.
ABSTRACT
The title of this research is “The Effect Of Monitoring to Work Efficiency at PT. Astra International Tbk Part Depo Amplas Medan. This research to define and analyze the influence of monitoring to Employees Work Efficiency at PT. Astra International Part Depo Amplas Medan.
This research is an explanatory research type, which is analyze the relationship between a variabel with another variable or how a variable effects other variables.
Technichal of data analysis using descriptive analysis, simple linear regrssion which is t-test and coefficient of determination (R2) test. The method of data analysis is using SPSS 18.0 for windows. The data are used primary and secondary data. This research to 43 respondents as sample. The sampling method is using census.
The result of this research showed that the variables of monitoring the ad simultaneously has positive and significant influence on the work efficiency at PT. Astra International Tbk Part Depo Amplas Medan. Based on partial significance test (t-test) showed that monitoring has positive and significant influence on work efficiency.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas
segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Pada PT. Astra International Bagian Depo Amplas Medan”, guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta,
Ayahanda Jhoni Alisabet Purba dan Ibunda Rosmida Saragih Turnip atas dukungan, kasih sayang, pengorbanan serta doa yang tulus dan tidak pernah
putus untuk penulis. Pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar M.Ec, Ac selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Lucy Anna, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan pemikiran kepada
5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku dosen penilai yang telah memberikan
saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Pimpinan PT. Astra International Tbk Bagian Depo Amplas Medan dan
seluruh staff karyawan yang telah banyak membantu penulis dalam
memperoleh data perusahaan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat saya Melva, Flo, Erni, dan teman-teman lainnya,
terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Teristimewa kepada abang tercinta Jhon Ferdi Purba dan adik tercinta Lyong
Purba yang telah memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak. Terima kasih.
Medan, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
2.1.1 Pengertian Pengawasan ... 8
2.1.2 Tujuan Pengawasan ... 9
2.1.3 Jenis-jenis Pengawasan ... 11
2.1.4 Prose Pengawasan ... 12
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengawasan ... 14
2.1.6 Metode Pengawasan ... 14
2.2.4 Teknik-teknik Pengawasan ... 15
2.2 Efisiensi Kerja ... 15
2.2.1 Pengertian Efisiensi Kerja ... 15
2.2.2 Sumber-sumber Efisiensi Kerja ... 16
2.2.3 Syarat Tercapainya Efisiensi Kerja ... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 31
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 31
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 31
4.1.2 Struktur Organisasi ... 34
4.2 Hasil Penelitian ... 40
4.2.1 Metode Analisis Deskriptif ... 40
4.2.1 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 50
4.3 Uji Validitas dan Realibilitas ... 51
4.3.1 Uji Validitas ... 51
4.3.2 Uji Realibilitas ... 52
4.4 Uji Asumsi Klasik ... 53
4.4.1 Uji Normalitas Data ... 53
4.4.2 Uji Heterokedastisitas ... 55
4.5 Pengujian Hipotesis ... 56
4.5.1 Uji t (Uji Parsial) ... 56
4.5.2 Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 59
4.6 Pembahasan ... 60
4.6.1 Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Daftar Absensi Karyawan ……….. 4
1.2 Data Pencapaian Target…...………..……….. 7
1.3 Daftar Keluhan Pelanggan...……… 6
3.1 Operasionalisasi Variabel ... 23
3.2 Instrumen Skala Likert ... 24
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 41
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 41
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... 41
4.4 Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Pengawasan………..………..………..………..…………...… 42
4.5 Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Variabel Efisiensi Kerja………..………..………..………..………....… 47
4.6 Hasil Uji Analisis Regresi Sederhana………..…...…..……….. 50
4.7 Hasil Uji Validitas... 52
4.8 Hasil Uji Realibilitas ... 53
4.9 Hasil Uji Parsial (Uji - t)... 57
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual... 18 4.1 Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner ………. 65
2 Tabulasi Validitas dan Reabilitas ……….. 69 3 Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel ……… ………….. 71
4 Uji Asumsi Klasik ……… 73
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu organisasi didirikan sebagai suatu wadah untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan. Organisasi tersebut harus mengelola berbagai rangkaian
kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Pelaksanaan kegiatan dalam
organisasi dilakukan oleh manusia yang bertindak sebagai aktor atau peserta.
Agar organisasi dapat berjalan dengan lancar dan efisien, diperlukan orang-orang
yang memiliki kemampuan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
Konsep efisiensi dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan organisasi.
Efisiensi kerja dapat diartikan sebagai perbandingan hasil terbaik dari pekerjaan
sesuai dengan target, mutu dan hasil.
Efisiensi merupakan hasil dari cara kerja yang sesuai dengan prosedur
kerja. Cara kerja yang efisien adalah cara kerja yang tanpa sedikitpun mengurangi
hasil yang hendak dicapai seperti cara termudah, tercepat, termurah, teringan dan
terpendek. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan bermutu tinggi
diperlukan pengawasan yang baik. Pengawasan merupakan bagian terakhir dari
fungsi manajemen karena dapat mengetahui apakah ada penyimpangan dalam
pelaksanaan kegiatan yang berlangsung pada suatu perusahaan. Penyimpangan
yang merugikan perusahaan akan dapat ditekan sekecil mungkin jika pengawasan
yang dilakukan pihak manajemen telah terlaksana dengan baik.
Pada dasarnya pengawasan adalah pengamatan dan pengukuran kegiatan
telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan sangat penting dalam setiap pekerjaan
baik itu organisasi kecil maupun organisasi besar. Sebab dengan adanya
pengawasan maka pekerjaan akan dapat berjalan lancar dan dapat menghasilkan
kerja yang baik. Pengawasan yang dilaksanakan pimpinan bukan untuk mencari
kesalahan karyawan, melainkan mengarahkan karyawan agar tujuan perusahaan
dapat tercapai.
Perusahaan yang melaksanakan pengawasan secara baik sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan wewenang
yang telah ditentukan, diharapkan dapat memperkecil timbulnya
hambatan-hambatan yang terjadi dan secepatnya diantisipasi sehingga meningkatkan
efisiensi kerja karyawan.
PT. Astra International Tbk Toyota Sales Operation adalah suatu
perusahaan yang bergerak sebagai Main Dealer Kenderaan bermerek Toyota.
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 20 Februari 1957 oleh William Soeryadjaja,
Drs Tjia Kian Tie dan Liem Peng Hong di Bandung. Sekitar tahun 1965
perusahaan ini pindah ke Jakarta, sedangkan kantor yang di Bandung dijadikan
sebagai cabang.
Pada mulanya perusahaan ini bergerak di bidang ekspor hasil bumi dan
kemudian berkembang di bidang usaha permobilan yaitu: Toyota, Daihatsu,
Isuzu, Nissan Truck dan pada bidang lainnya. Sesuai dengan perkembangan
pemasaran Kendaraan Toyota yang semakin baik maka pada tanggal 1 Januari
1976 didirikan PT Astra Motor Sales yang bertindak sebagai penyalur utama
Pada tanggal 1 September 1989 PT Astra Motor Sales kembali berganti
nama menjadi Auto 2000 PT Astra International, Tbk Toyota Sales Operation.
Kantor pusat perusahaan berkedudukan di Jakarta dan saat ini mempunyai cabang
dan dealer yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Salah satu cabang
perusahaan adalah PT Astra International Tbk, Toyota Sales Operation Regional
Parts Depo Medan yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja Km 9,8 No. 204
Medan.
Regional Parts Depo merupakan gudang induk yang berperan sebagai
penyedia suku cadang dan menyalurkan kepada pelanggan. Dengan adanya
Regional Parts Depo diharapkan dapat mempercepat proses pemenuhan
kebutuhan suku cadang Toyota tanpa harus menunggu atau memesan ke Jakarta
terlebih dahulu. Regional Parts Depo berada dibawah pengawasan seorang kepala
bagian depo.
Sebagai salah satu gudang induk penyedia suku cadang, maka pengawasan
sangat penting dilakukan oleh pimpinan agar pemenuhan kebutuhan pelanggan
dapat terpenuhi dengan baik. Metode pengawasan yang dilakukan ada 2 macam
yaitu pengawasan langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan
oleh kepala bagian dengan melihat langsung kerja karyawan, memberikan teguran
apabila karyawan melakukan kesalahan, dan memberikan solusi kepada karyawan
agar tidak melakukan kesalahan yang sama. Pengawasan tidak langsung
dilakukan dengan cara melihat daftar absensi karyawan, tingkat pencapaian target
Masalah yang terjadi pada bagian depo yaitu tingkat absensi karyawan
yang masih tinggi. Pada absensi dapat dilihat bahwa setiap hari ada karyawan
yang tidak masuk kerja dengan alasan cuti, ijin, dan sakit. Keterlambatan
merupakan alasan yang sangat tinggi persentasinya di dalam daftar absensi
karyawan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Daftar Absensi Karyawan Bagian Depo PT Astra International Tbk Amplas Medan
Bulan Januari-Oktober 2014
Sumber: PT Astra International Tbk Amplas Medan
Berdasarkan Tabel 1.1 tingkat ketidakhadiran karyawan belum sesuai
dengan target yaitu 0%. Pada bulan Januari sampai Maret tingkat ketidakhadiran
karyawan berada pada 2-4% sedangkan pada bulan April mengalami peningkatan
yaitu 8%. Pada bulan bulan Mei-Agustus mengalami penurunan yaitu sekitar
8-9%. Hal ini menunjukkan tingkat ketidakhadiran karyawan relatif fluktuatif.
Tingkat ketidakhadiran karyawan berpengaruh pada proses kerja karena prosedur
kerja di bagian depo memiliki tahapan dan saling berhubungan.
Apabila pengawasan terhadap pemakaian waktu tidak dilakukan secara
maksimal maka akan berpengaruh terhadap target bagian depo. Pada Tabel 1.2
dapat dilihat data target dan realisasi yang dicapai oleh bagian depo pada bulan
Januari-Oktober 2014.
Tabel 1.2
Pencapaian Target PT. Astra International Tbk Amplas Medan Periode Bulan Januari-Oktober 2014
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt
Target 96,5% 96,5% 96,5% 96,5% 96,5% 96,5% 96,5% 96,5% 96,5% 96,5%
Penca
paian 97% 98% 97,5% 94% 98% 97% 97% 98% 95% 94%
Sumber : PT. Astra International Tbk Amplas Medan
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa pada bulan Januari-Maret
target tercapai, pada bulan April mengalami penurunan dan pada bulan
Mei-Agustus mengalami kenaikan kembali, sedangkan pada bulan September-Oktober
mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian target pada
bagian depo masih berfluktuatif. Selain pemakaian waktu yang maksimal
pencapaian target perusahaan juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti sumber
daya manusia, bahan baku, fasilitas yang memadai dan keunggulan bersaing
Selain masalah absensi dan target perusahaan, masalah keluhan pelanggan
juga masih terjadi di bagian depo. Keluhan pelanggan terjadi karena kesalahan
barang yang dipesan dan yang diterima oleh konsumen, keterlambatan
penerimaan barang yang dipesan dan kerusakan barang yang dikirim kepada
pelanggan. Kerusakan barang dapat disebabkan kesalahan pada saat penyimpanan
barang ke gudang dan kurang pemeriksaan barang pada saat diterima dari bagian
ekspedisi.
Apabila tingkat keluhan tinggi tentu akan mengalami pemborosan biaya
yaitu biaya untuk pengiriman ulang barang yang dipesan oleh konsumen dan
kepuasan konsumen tidak tercapai dengan baik. Pada Tabel 1.3 akan dijelaskan
Tabel 1.3
Daftar Pengajuan Keluhan Yang Diajukan Oleh Pelanggan Periode Bulan Mei-Juli 2014
Bulan Nama Perusahaan Jumlah Persentase
Mei
PT. Titan Jaya Abadi
20 kali 45%
PT. Wijaya Riskismas Tunggal
4 kali 9%
PT. Titan Jaya Abadi
5 kali 19%
PT. Wijaya Riskimas Tunggal
10 kali 37%
PT. Titan Jaya Abadi
14 kali 45%
PT. Wijaya Riskismas Tunggal
8 kali 26%
CV. Agung Gemilang
7 kali 23%
Maju Jaya Motor 2 kali 6%
Sumber: PT Astra International Tbk Medan Amplas
Berdasarkan uraian ini saya tertarik melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Pada PT. Astra International
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah Pengawasan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Efisiensi kerja pada PT. Astra
International Tbk Medan”?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengawasan
terhadap efisiensi kerja pada PT. Astra International Tbk Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi PT. Astra International Tbk Amplas Medan, penelitian ini dapat
memberikan masukan kepada perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh
hubungan pengawasan terhadap efisiensi kerja pada PT. Astra
International Tbk Amplas Medan.
2. Bagi penulis, yaitu melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri sebagai sarana menambah wawasan intelektual
akademis mulai dari dasar, teori hingga penerapannya.
3. Bagi pihak lain, yaitu sebagai bahan informasi yang diperlukan dan
sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir di dalam proses
manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi
aktivitas perusahaan agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi
pengawasan menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan
telah tercapai.
Pengawasan adalah memantau aktivitas/pekerjaan karyawan untuk
menjaga perusahaan agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Harahap (2001 : 14) pengawasan adalah “keseluruhan sistem, teknik,
cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang manajer atau prinsipal untuk
menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan di dalam organisasi
benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya untuk
mencapai keseluruhan tujuan organisasi”.
Menurut Ernie dan Saefullah (2005 : 8) pengawasan adalah “proses yang
dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan direncanakan,
diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan, sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan yang
dihadapi”. Menurut Handoko (2003 : 359) pengawasan adalah “ proses untuk
Menurut Mockler (dalam Handoko, 2003 : 360) pengawasan adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Menurut Mathis dan Jackson (2006 : 303), menyatakan bahwa
pengawasan merupakan sebagai “proses pemantauan kinerja karyawan
berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian
kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian
hasil yang dikomunikasikan kepada karyawan”.
Berdasarkan penjelasan para ahli ini, dapat diambil kesimpulan bahwa
pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan dan pemeriksaan kegiatan
perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan sebelumnya. Pengawasan dapat menilai sejauh mana prinsip efisiensi
telah terjadi dari kegiatan perusahaan. Pengawasan yang efisien akan mengatur
pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.
2.1.2 Tujuan Pengawasan
Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah disusun dapat terlaksana
dengan baik. Pengawasan dikatakan sangat penting karena pada dasarnya
manusia sebagai objek pengawasan mempunyai sifat salah dan khilaf. Oleh
kemudian menghukumnya, tetapi mendidik dan membimbingnya. Menurut
Husnaini (2001 : 400) tujuan pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.
2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan,
dan hambatan.
3. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan.
Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam
pencapaian kerja yang baik.
Menurut Simbolon (2004 : 61) tujuan pengawasan adalah sebagai berikut:
a. Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan, dan
ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas.
b. Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari aktivitas pekerjaan yang telah
dilakukan dalam perusahaan atau organisasi dan melakukan tindakan koreksi
2.1.3 Jenis-Jenis Pengawasan
Menurut Simbolon (2004 : 62) pengawasan terbagi 4 yaitu:
1. Pengawasan dari dalam perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpulkan data atau
informasi yang diperlukan oleh perusahaan untuk menilai kemajuan dan
kemunduran perusahaan.
2. Pengawasan dari luar perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh unit di luar perusahaan. Hal ini
dilakukan untuk kepentingan tertentu.
3. Pengawasan Preventif
Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan. Dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja.
4. Pengawasan Represif
Pengawasan yang dilakukan setelah adanya adanya pelaksanaan pekerjaan
agar hasilnya sesuai dengan rencana.
Menurut Ernie dan Saefullah (2005 : 327) jenis pengawasan terbagi 3
yaitu:
a. Pengawasan awal
Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan.
Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan
b. Pengawasan Proses
Pengawasan dilakukan pada saat proses pekerjaan tengah berlangsung
untuk memastikan apakah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
c. Pengawasan Akhir
Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan pekerjaan.
2.1.4 Proses Pengawasan
Menurut Handoko (2003 : 363) proses pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Standar
Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan.
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan
sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota dan target
pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Bentuk standar yang lebih khusus
antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar (market-share), margin
keuntungan, keselamatan kerja, dan sasaran produksi.
Tiga bentuk standar yang umum adalah:
a. Standar fisik, meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, atau
kualitas produk.
b. Standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya
tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan
sejenisnya.
c. Standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu
Setiap tipe standar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk-bentuk hasil
yang dapat dihitung. Ini memungkinkan manajer untuk mengkomunikasikan
pelaksanaan kerja yang diharapkan kepada bawahan secara lebih jelas dan
tahapan-tahapan lain dalam proses perencanaan dapat ditangani dengan lebih
efektif. Standar harus ditetapkan secara akurat dan diterima mereka yang
bersangkutan.
2. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk
mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam
pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.
3. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan,
pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan
terus-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu:
a. Pengamatan
b. Laporan-laporan baik lisan maupun tertulis
c. Metode-metode otomatis
d. Inspeksi, pengujian (test)
4. Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan
nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi
5. Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini
harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar
mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersama.
Hasil kinerja yang sesuai dengan standar maka respon dari manajer adalah
mengakui kinerja dapat diterima kemudian melakukan monitor dan mengukur
pelaksanaan hasil kerja, namun jika hasil kerja nyata menyimpang atau tidak
sesuai dengan standar yang ditentukan maka atasan melakukan tindakan
perbaikan atau mengubah standar yang digunakan.
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengawasan
Reksohadiprojo (2000 : 64) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengawasan antara lain:
1. Perubahan yang selalu terjadi baik di luar maupun dari dalam organisasi,
memerlukan perencanaan dan tentu saja pengawasan.
2. Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya
desentralisasi kekuasaan.
3. Kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan anggota
2.1.6 Metode Pengawasan
Menurut Handoko (2003 : 376) pengawasan terdiri dari dua kelompok,
yaitu metode bukan kuantitatif dan metode kuantitatif.
1. Metode Pengawasan Non-Kuantitatif
Metode pengawasan non-kuantitatif adalah metode-metode pengawasan
yang digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen.
Pada umumnya hal ini mengawasi keseluruhan perfomance organisasi dan
sikap para karyawan.
2. Metode Pengawasan Kuantitatif
Sebagian besar teknik-teknik pengawasan kuantitatif cenderung untuk
menggunakan data khusus dan metode-metode kuantitatif untuk mengukur
dan memeriksa kuantitas dan kualitas keluar.
2.2 Efisiensi Kerja
2.2.1 Pengertian Efisiensi Kerja
Menurut The Liang Gie (2009 : 171) pengertian efisien adalah “suatu asas
dasar tentang perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya”.
Sedangkan efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu kerja dengan
hasil yang dicapai oleh kerja itu.
Menurut Sedarmayanti (2001 : 112) efisiensi kerja adalah “perbandingan
terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh
pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun
hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja
Perbandingan dilihat dari:
1. Segi hasil
Suatu pekerjaan disebut lebih efisien bila dengan usaha tersebut
memberikan hasil yang maksimal mengenai pekerjaan.
2. Segi usaha
Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien bila suatu hasil tertentu tercapai
dengan usaha minimal. Usaha tersebut terdiri dari lima unsur yaitu:
pikiran, tenaga, waktu, ruang, dan benda (termasuk biaya).
2.2.2 Sumber-Sumber Efisiensi Kerja
Menurut Sedarmayanti (2001 : 118) sumber utama efisiensi kerja adalah
“manusia karena dengan akal, pikiran dan pengetahuan yang ada, manusia mampu
menciptakan cara kerja yang efisien”.
Unsur efisiensi yang melekat pada manusia adalah:
1. Kesadaran
Kesadaran manusia akan sesuatu merupakan modal utama bagi
keberhasilannya. Dalam hal efisiensi ini, kesadaran akan arti dan makna efisiensi
akan banyak membantu usaha pencapaian efisiensi itu sendiri. Efisiensi
sesungguhnya berkaitan erat dengan tingkah laku dan sikap hidup seseorang.
Artinya bahwa tingkah laku dan sikap hidup dapat mengarah pada perbuatan yang
efisien atau sebaliknya. Dengan adanya kesadaran, seseorang akan terdorong
untuk membangkitkan semangat atau kehendak untuk melakukan sesuatu yang
sesuai dengan apa yang disadarinya dalam hal ini yang dimaksudkan adalah
2. Keahlian
Sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya
hasilnya akan lebih baik dan cenderung lebih cepat daripada dikerjakan oleh yang
bukan ahlinya. Hal ini berati unsur keahlian yang juga melekat pada manusia
merupakan bagian yang menjadi sumber efisiensi. Keahlian manusia dicapai bila
ada pelatihan yang mendukung pekerjaan tersebut. Sehingga apabila suatu
pekerjaan difasilitasi dengan suatu peralatan, maka peralatan tersebut menunjang
pencapaian efisiensi kerja. Peralatan disediakan dengan maksud agar pekerjaan
lebih mudah dikerjakan dan lebih cepat penyelesaiannya. Penyediaan peralatan
atau fasilitas kerja yang tidak disertai dengan keahlian penggunanya malah akan
menjadikan sumber biaya yang tidak bermanfaat.
3. Disiplin
Kesadaran dan keahlian seperti yang telah diuraikan sebelumnya tidak
akan menjamin hasil kerja yang baik dan efisien jika tidak disertai dengan unsur
disiplin. Oleh karena itu dalam efisiensi termasuk faktor waktu, sedangkan
disiplin adalah salah satu unsur penting didalam efisiensi. Unsur disiplin
sesungguhnya berkaitan erat dengan unsur kesadaran, sebab disiplin ini timbul
juga dari kesadaran. Hanya bedanya kalau kesadaran timbulnya atau prosesnya
dapat memakan waktu lama dan sulit dilaksanakan sedangkan disiplin dapat
dipaksakan dengan menggunakan suatu aturan, apabila disiplin dapat diwujudkan
2.2.3 Syarat Tercapainya Efisiensi Kerja
Menurut Sedarmayanti (2001 : 114) syarat tercapainya efisiensi kerja
yaitu:
1. Berhasil guna atau efektif: kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat,
artinya target tercapai dengan waktu yang ditetapkan.
2. Ekonomis: usaha pencapaian tujuan yang efisien termasuk biaya, tenaga
kerja, material, waktu dan lain-lain.
3. Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan: membuktikan
bahwa di dalam pelaksanaan kerja, sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
sesuai dengan yang telah ditetapkan.
4. Pembagian kerja yang nyata: berdasarkan pemikiran bahwa tidak
mungkin manusia seorang diri mengerjakan segala macam pekerjaan
dengan baik. Sebab bagaimanapun juga kemampuan setiap orang
terbatas. Oleh sebab itu harus ada pembagian kerja yang nyata yaitu
berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja, dan waktu yang
tersedia.
5. Prosedur kerja yang praktis: pekerjaan yang dapat dipertanggung
jawabkan serta pelayanan yang memuaskan yang merupakan kegiatan
2.3 Penelitian Terdahulu
1. Hasil penelitian Rahmat (2012) tentang “Pengaruh Pengawasan dan
Evaluasi Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada CV Aulia Karya Utama
Sibolga. Menggunakan metode analisis regresi berganda dan hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengawasan dan evaluasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan dengan koefisien
determinasi sebesar 67,3 %.
2. Hasil penelitian Ierhasy (2011) tentang “ Pengaruh Pengawasan Terhadap
Efisiensi Kerja Pada PT Indah Sakti Motorindo Medan. Menggunakan
metode analisis regresi linier sederhana dan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengawasan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap efisiensi kerja dengan koefisien determinasi sebesar 28,7 %.
3. Hasil penelitian Nora (2012) tentang “Pengaruh Pengawasan Terhadap
Efisiensi Kerja Pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan. Menggunakan
metode analisis regresi sederhana dan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi
kerja dengan koefisien determinasi sebesar 66%.
3.4 Kerangka Konseptual
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang menempati urutan paling
bawah, tetapi bukan berarti bahwa fungsi ini kurang penting dari fungsi-fungsi
lain karena pengawasan sudah ada sejak penetapan struktur perusahaan itu sendiri.
Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Perlunya pengawasan dilakukan agar pimpinan mengetahui secara
langsung apakah ada penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan operasional dan
jika perlu untuk mengadakan tindakan koreksi. Pengawasan juga dibutuhkan
untuk penetapan standar dan membandingkannya dengan tindakan nyata yang
dilakukan karyawan untuk pencapaian tujuan perusahaan.
Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang
dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang
ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya yang meliputi pemakaian waktu
yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal. Jika suatu perusahaan
melakukan pengawasan dengan maksimal maka akan semakin tinggi pula tingkat
efisiensi waktu dan juga kinerja karyawan pada perusahaan.
Lebih jelas mengenai kerangka konseptual dapat dilihat pada Gambar 2.1
berikut:
Sumber: Handoko (2003 : 360) dan Sedarmayanti (2001 : 112) diolah Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis
dalam penelitian ini adalah: “Pengawasan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Efisiensi kerja pada PT. Astra International Tbk Bagian Depo Amplas
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat asosiatif kausal yaitu suatu penelitian yang
menggambarkan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain.
Penelitian ini membahas analisis pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja,
dimana pengawasan adalah sebagai variabel bebas dan efisiensi kerja sebagai
variabel terikat.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Astra International Tbk Amplas
Medan, yang beralamat di Jalan Sisingamangaraja No. 98 Amplas Medan.
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan November sampai Januari 2015.
3.3 Batasan Operasionalisasi
Batasan operasional dari penelitian ini adalah analisis pengaruh
pengawasan terhadap efisiensi kerja karyawan PT. Astra International Tbk
Medan. Variabel-variabel yang akan dianalisis adalah:
1. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada
varibel lain. Pada penelitian ini variabel bebas (X) adalah pengawasan
pada PT. Astra International Tbk Amplas Medan.
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Pada
penelitian variabel terikat (Y) adalah efisiensi kerja pada PT. Astra
3.4 Operasionalisasi Variabel
Defenisi operasional variabel diperlukan untuk menjelaskan
variabel-variabel yang sudah diidentifikasi sebagai upaya pemahaman dalam penelitian.
Defenisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Pengawasan (X)
Proses pemantauan kinerja karyawan yang dilakukan oleh PT. Astra
International Tbk Medan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja,
memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat
dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan kepada karyawan.
2. Efisiensi Kerja (Y)
Efisiensi kerja pada PT Astra International Tbk Medan adalah
perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang
dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal
mutu maupun hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Defenisi Operasional Dimensi Indikator Skala
Variabel semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.
a. Penetapan standar
a. Batas waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
b. Penentuan kuantitas dan kualitas barang yang
a. Adanya solusi yang diberikan pimpinan apabila terjadi kesalahan atau kendala pada saat pelaksanaan kegiatan
b. Adanya sanksi yang diberikan pimpinan
Efisiensi Kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan cara kerja yang maksimal.
a. Waktu kerja
a. Hasil kerja berdasarkan pemanfaatan waktu yang telah ditetapkan
perusahaan.
Likert
b. Cara kerja
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Penelitian menggunakan skala likert sebagai alat ukur. Skala likert adalah
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2004 : 86) untuk
keperluan analisis kuantitatif maka diberi 5 (lima) alternatif jawaban kepada
responden. Adapun skor yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Alternatif Jawaban Responden
No Jawaban Skor
1 Sangat baik 5
2 Baik 4
3 Cukup 3
4 Tidak baik 2
5 Sangat tidak baik 1
Sumber : Sugiyono (2004 : 86)
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Astra
International Tbk Amplas Medan berjumlah 43 (empat puluh tiga) karyawan yang
terbagi dalam bagian masing-masing. Untuk penarikan sampel penulis
menggunakan metode sensus dimana penulis memasukkan semua anggota
populasi menjadi sampel, karena jumlah populasi relatif kecil. Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
3.7 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara mendatangi
responden penelitian dan melakukan wawancara secara langsung dengan
karyawan dan pimpinan PT. Astra International Tbk Bagian Depo Amplas
Medan.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari buku pedoman perusahaan (sejarah perusahaan,
struktur organisasi dan lain sebagainya), buku ilmiah dan literatur lainnya
yang diperoleh sehubungan dengan masalah penelitian.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
1. Kuesioner
Merupakan pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan atau
pernyataan sistematis dan tertulis kepada responden yaitu karyawan PT.
Astra International Tbk Bagian Depo Amplas Medan.
2. Wawancara
Merupakan pengumpulan data melalui wawancara atau mengajukan
pertanyaan secara lisan untuk mendapatkan informasi dari karyawan PT.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data yang menggunakan
buku-buku ilmiah dan literatur lainnya serta internet yang berkaitan
dengan masalah penelitian yang diteliti.
3.9 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang peneliti gunakan untuk menganalisis data yang
dikumpulkan adalah sebagai berikut:
3.9.1 Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan
data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan,
penyusunan, dan penganalisaan data agar dapat diketahui gambaran data
penelitian yang sedang diteliti.
3.9.2 Analisis Regresi Linier Sederhana
Untuk mengetahui pengaruh atau hubungan variabel bebas dan variabel
tidak bebas dengan menggunakan metode regresi linier sederhana dengan
menggunakan bantuan SPSS versi 18.0.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Y = a + bx + e
Dimana :
Y = Efisiensi kerja
X = Monitoring
a
= Konstanta3.10 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan realibilitas dilakukan untuk menguji apakah kuesioner
yang disebarkan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Instrumen penelitian
yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah jika insturmen
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan
data yang sama (Sugiyono, 2010 : 172).
3.10.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen
penelitian (kuesioner) yang digunakan dalam penelitian tersebut. Valid artinya
data yang diperoleh melalui kuesioner dapat menjawab tujuan penelitian.
Pengujian instrument dilakukan terhadap 30 (tiga puluh) orang responden di
bagian bengkel PT Astra International Tbk Medan Amplas. Validitas
menunjukkan seberapa nyata pengujian mengukur apa yang harusnya diukur
(Syafrizal, 2008 : 30). Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur
melakukan tugasnya dalam mencapai sasarannya. Pengujian validitas dilakukan
dengan menggunakan program SPSS versi 18.0 for windows, dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Jika nilai Corrected Item-Total Correlation > rtabel, maka pernyataan
dinyatakan valid.
2. Jika nilai Corrected Item-Total Correlation < rtabel, maka pernyataan
3.10.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar pertanyaan yang
merupakan dimensi suatu variabel yang disusun dalam bentuk kuesioner
(Situmorang, 2008 : 30).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 18.0 for windows, butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas
ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika ralpha bernilai positif dan nilai ralpha > rtabel, maka reliabel.
2. Jika ralpha bernilai negatif dan nilai ralpha < rtabel, maka tidak reliabel.
3.11 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terhadap model regresi yang digunakan, dilakukan agar
dapat diketahui apakah model regresi tersebut merupakan model regresi yang baik
atau tidak (Ghozali, 2005 : 91). Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang
digunakan adalah Uji Normalitas Data dan Uji Heteroskeditisitas.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Metode yang dapat digunakan untuk normalitas antara lain: analisis
grafik dan analisis statistik grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis
diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas. Pendekatan statistik dengan Uji Kolmogorov-Smirnov dimana data
dikatakan berdistribusi normal jika nilai asymp > 0,05.
2. Uji Heterokedastisitas (Scatter Plot)
Uji heterokedastisitas berarti varians variabel independen adalah konstan
atau sama untuk setiap nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas).
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas diuji dengan
menggunakan Scatter Plot. Deteksi dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot. Jika titik-titik penyebaran tidak membentuk pola
tertentu dan berada diatas dan dibawah angka nol, maka data tidak mengalami
heterokedastisitas (Situmorang dkk, 2008 : 63).
3.12 Pengujian Hipotesis
1. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Dilakukan uji t, yaitu secara parsial (individual) untuk membuktikan
hipotesis awal tentang pengaruh pengawasan sebagai variabel bebas terhadap
efisiensi kerja sebagai variabel terikat.
Ho : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas (Pengawasan) terhadap (Efisiensi Kerja).
Ha : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima jika t hitung < t tabelpada α = 5%
Ha diterima jika t hitung > t tabelpada α = 5%
2. Koefisien Determinan (R2)
Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan
variabel terikat. Jika (R2) semakin besar atau mendekati satu, maka dapat
dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel
terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin mengecil atau
mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat semakin mengecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak
kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Astra International Tbk, Toyota Sales Operation adalah suatu
perusahaan yang bergerak sebagai Main Dealer Kenderaan bermerek Toyota.
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 20 Februari 1957 oleh William Soeryadjaja,
Drs. Tjia Kian Tie dan Liem Peng Hong di Bandung. Sekitar tahun 1965
perusahaan ini pindah ke Jakarta, sedangkan kantor yang di Bandung dijadikan
sebagai cabangnya. Pada awalnya perusahaan ini bergerak dalam bidang usaha
ekspor hasil bumi dan kemudian berkembang di bidang usaha permobilan, yaitu
Toyota, Dihatsu, Isuzu, Nissan Truck dan pada bidang lain seperti:
1. PT. Federal bergerak di bidang pemasaran sepeda motor Honda dan
sepeda motor Federal.
2. United Tractor, bergerak di bidang usaha mesin pertanian seperti Traktor, Messey Ferguson, Linkbelt dan lain-lain.
3. Bidang usaha perkantoran dan perdagangan mesin fotocopy Xerox,
minyak pelumas dan specialis Caltex.
4. Astra Argo Lestari bergerak di bidang usaha pertanian, perkebunan
dan perkayuan.
5. Bank Permata (Eks Universal), bergerak di bidang usaha perbankan. Untuk memperlancar jalannya distribusi maka dibentuk beberapa cabang
dengan semakin berkembangnya perekonomian dan pembangunan di Indonesia,
dituntut pula dari perusahaan untuk mengikuti perkembangan tersebut.
Divisi-divisi yang tadinya memasarkan beraneka ragam produk, satu demi satu
melepaskan diri dan berkembang menjadi perusahaan baru yang mempunyai
cabang di berbagai kota.
Pada tanggal 1 Juli 1969, PT. Astra International Incorporated mendapat
pengakuan resmi dari pemerintah Indonesia sebagai agen tunggal Kenderaan
bermerek Toyota untuk seluruh Indonesia. Sebagai kelanjutan dari pengakuan
tersebut, maka pada tahun 1970 PT. Astra International Incorporated membentuk
Toyota Divison yang khusus menangani distribusi dan pemasaran kenderaan
bermerek Toyota.
Sesuai dengan perkembangan pemasaran Kenderaan bermerek Toyota di
Indonesia maju, maka Toyota Sales Co. Ltd Jepang berminat untuk meningkatkan
pelayanan kepada para peminat Kenderaan Toyota dengan jalan pembinaan
industri Toyota, sehingga pada akhir tahun 1971 didirikan perusahaan baru
dengan nama PT. Toyota Astra Motor. Perusahaan ini merupakan patungan
antara Toyota Sales Motor Co. Ltd Jepang dengan PT. Astra International
Incorporated dan PT. Gaya Motor dari pihak Indonesia. Setelah perusahaan ini
berdiri maka status agen tunggal Kenderaan bermerek Toyota untuk seluruh
Indonesia dialihkan dari PT. Astra International Corporated kepada PT. Toyota
Astra Motor.
Kegiatan Usaha PT. Toyota Astra International mencakup lingkup yang
Completely Knocked Down dari Jepang, kemudian merakitnya pada PT. Multi
Astra yang didirikan pada tanggal 13 Agustus 1973 sebagai suatu usaha perakitan
Kenderaan bermerek Toyota yang menggantikan komponen di dalam negeri.
Untuk itu PT. Toyota Astra Motor telah menjalin hubungan dengan beberapa
local supplies, seperti Toyota Mobilindo.
Pada tahun 1973 PT. Astra International Incorporated ditunjuk pula
sebagai agen tunggal produk Daihatsu oleh Toyota Motor Sales Co. Ltd Jepang.
Dengan demikian nama Toyota Division tidak sesuai lagi untuk dipakai karena
divisi ini bukan hanya memasarkan Kenderaan bermerek Toyota, tetapi juga dari
merek Daihatsu. Oleh sebab itu pada tanggal 1 September 1973 nama Toyota
Division diubah menjadi Motor Vehicle Division.
Sesuai dengan perkembangan pemasaran Kenderaan bermerek Toyota
yang semakin baik maka pada tanggal 1 Januari 1976 didirikan PT. Astra Motor
Sales yang bertindak sebagai salah satu penyalur utama Kenderaan merek Toyota.
Oleh karena itu pada Motor Vehicle Division PT. Astra International Corporate
terjadi perubahan, sejak saat itu yang bertindak sebagai agen tunggal Kenderaan
merek Toyota adalah PT. Astra Motor Sales.
Pada tanggal 1 September 1989 PT. Astra Motor Sales kembali berganti
nama menjadi Auto 2000 PT. Astra International, Tbk Toyota Sales Operation.
Kantor pusat perusahaan berkedudukan di Jakarta dan saat ini mempunyai cabang
dan dealer yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Salah satu cabang
Parts Depo Medan yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja Km 9,8 No. 204
Medan.
4.1.2 Struktur Organisasi
Pihak-pihak yang mengatur perusahaan diatur dalam satu struktur
organisasi. Struktur organisasi merupakan hasil proses dari proses
pengorganisasian. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dasar tertentu
yang menunjukkan satuan hubungan organisasi dan individu-individu yang
berada dalam satu organisasi. Melalui struktur organisasi maka tugas, wewenang
dan tanggung jawab setiap pejabat dapat diketahui dengan jelas dan tegas,
sehingga diharapkan setiap satuan-satuan organisasi dapat bekerja bersama-sama
secara harmonis.
Struktur organisasi perusahaan yang disusun dengan baik dan jelas akan
mencerminkan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan digerakkan untuk
mencapai suatu tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari bagan
organisasi juga akan mudah dilihat jenjang dari masing-masing bagian, garis
komando dan informasi yang dihubungkan dari bagian organisasi tersebut.
Struktur organisasi penting mengingat pembentukan struktur organisasi
akan membantu melaksanakan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas
antara satu bagian dengan bagian lainnya baik pada tingkat manajemen atas,
menengah maupun tingkat bawah. Suatu perusahaan harus mempunyai struktur
organisasi yang sesuai dengan sifat dan jenis kegiatan usaha.
Struktur organisasi harus sederhana dari sudut pandang ekonomi dan
susunan-susunan bagian organisasi. Struktur tersebut juga harus memungkinkan pekerjaan
semua bagian terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik.
Struktur organisasi PT. Astra International Tbk-TSO Regional Parts Depo
Medan dapat dijelaskan sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab dari
1. Kepala Parts Depo
Uraian tugas:
1. Melakukan koordinasi dan pembinaan kerja karyawan di bagian
masing-masing.
2. Membuat perencanaan kerja sehubungan dengan penyediaan,
penyaluran dan penjualan TGP, TGMO dan Aksesoris.
3. Melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kerja inventory.
4. Melakukan pengawasan dan evaluasi kelancaran dan ketepatan
penyediaan TPG, TGMO dan Akssesoris.
5. Mengatur kualitas distribusi ke seluruh cabang dan cabang pemasaran
dengan baik.
6. Melakukan koordinasi terhadap kegiatan administrasi dengan Kepala
Administrasi.
7. Melakukan penilaian dan pengembangan karyawan bawahannya.
8. Melaksanakan perencanaan fasilitas dan tenaga kerja.
9. Membuat usulan sistem dan prosedur kerja untuk lebih meningkatkan
efisiensi kerja.
10.Membina suasana motivasi kerja karyawan dan melaksanakan tinjauan
2. Inventory Control
Uraian tugas:
1. Melakukan analisa data demand (dengan memperhatikan pula pesanan yang bersifat incidental).
2. Menentukan jumlah yang harus diorder untuk persediaan sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan.
3. Menampung dan menganalisa informasi dari bagian pemasaran dan
cabang sehubungan dengan pengelolaan persediaan barang.
4. Mengatur informasi pendistribusian ke masing-masing saluran
penjualan meliputi: parts bulletin, subsitusi, price list, supplement price list, price report, surat-surat ketentuan dan sebagainya.
5. Mengawasi nilai persediaan tiap bulan.
6. Mengawasi dan menganalisa service rate berdasarkan jumlah dan kualitas.
3. Proses Order (Ordering)
Uraian tugas:
1. Menerima pemesanan dari cabang direct dan indirect atau dari cabang
lain.
2. Memproses pemesanan tersebut dengan memperhatikan kondisi
persediaan yang ada.
3. Mencetak picking list berdasarkan jadwal leveling.
4. Menyimpan bukti-bukti pemesanan yang telah diproses sebagai
5. Menempatkan hasil proses pemesanan yaitu picking list ke picking control.
4. Bagian Penerimaan
Uraian tugas:
1. Menerima dokumen serta barang dari ekspedisi.
2. Mengatur distribusi pekerjaan pada bagian penerimaan, untuk
melakukan pengecekan barang dan dokumen.
3. Meneliti kebenaran dokumen serta jumlah koli yang tercatat pada
dokumen tersebut.
4. Meneliti kebenaran barang dan dokumen yang telah diperiksa.
5. Memeriksa kebenaran barang-barang yang telah diklaim ke Toyota
Astra Motor dan menandatangani dokumen-dokumen pengeluaran.
6. Mengatur penambahan, perubahan lokasi sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan atas pengadaan barang.
5. Pengaturan Lokasi
Uraian tugas:
1. Mengatur penambahan lokasi, perubahan atau pengurangan sesuai
dengan kebutuhan perkembangan persediaan.
2. Mengatur lokasi cadangan yang dibutuhkan.
3. Mencatat dan mengirim data lokasi yang benar dan tepat kebagian data
4. Melakukan pemindahan barang dari lokasi cadangan ke lokasi utama,
apabila keadaan persediaan telah berkurang. Data mutasi barang
tersebut dilaporkan ke komputer, agar data persediaan benar dan tepat.
5. Apabila barang tidak ditemukan pada lokasi yang tercatat maka
petugas lokasi bertugas mencari barang tersebut berdasarkan laporan
pemeriksaan dan penempatan barang.
6. Pemeriksaan Barang Masuk
Uraian tugas:
1. Menerima barang serta dokumen dari ekspedisi.
2. Menempatkan barang di tempat pemeriksaan.
3. Barang yang telah diteliti dan benar, diletakkan pada kereta dorong
untuk pengalokasian.
4. Barang yang belum mempunyai lokasi utama diinformasikan kepada
pengaturan lokasi untuk disimpan di area penyimpanan sementara.
5. Barang-barang yang telah selesai pemeriksaannya segera dilaporkan
kepada bagian keeping untuk proses surat penerimaan barang.
7. Bagian Pengeluaran Barang
Uraian tugas:
1. Menerima faktur atau picking list dari bagian proses pemesanan
barang.
2. Membagi tugas untuk mengumpulkan barang baik barang yang sangat
3. Mengawasi penyerahan barang yang telah dikumpulkan oleh petugas
pengumpulan barang.
4. Membantu dan mengawasi pengecekan barang yang akan dikirim.
5. Memeriksa penyiapan dokumen pengiriman barang sebelum
diserahkan kepada bagian ekspedisi.
6. Melaksanakan dan mengawasi penyerahan barang yang siap dikirim
kepada petugas ekspedisi.
8. Pengambilan barang
Uraian tugas:
1. Mengambil faktur atau register picking slip pada picking order board. 2. Mengambil dan mengumpulkan barang dari lokasi berdasarkan picking
list untuk masing-masing kode pelanggan dan meletakkan pada lokasi
yang telah ditetapkan.
3. Memeriksa kebenaran nomor barang dan lokasi, pada saat
pengumpulan barang.
4. Melayani laporan petugas pemeriksaan barang tentang kekurangan,
kelebihan atau kesalahan penenmpatan barang.
9. Pemeriksaan dan Pemilahan Barang Keluar
Uraian tugas:
1. Menerima barang dari petugas pengumpulan barang.
2. Memeriksa barang sesuai dengan surat jalan.
3. Menyerahkan dokumen hasil pemeriksaan yang telah selesai kepada
4.2 HASIL PENELITIAN
4.2.1 Analisis Deskriptif
1. Deskriptif Responden
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pernyataan
(kuesioner). Jumlah pernyataan seluruhnya ada 25 (dua puluh lima) butir
pernyataan, yakni 15 (lima belas) butir pernyataan untuk variabel Pengawasan dan
10 (sepuluh) butir untuk pernyataan Efisiensi Kerja Karyawan. Sedangkan
jumlah responden penelitian sebanyak 43 (empat puluh tiga) orang.
a. Karakteristik Berdasarkan Usia Responden
Hasil penelitian dari 43 (empat puluh tiga) responden sampel karakteristik
responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Sumber: Pengolahan Data Kuesioner Penelitian (2015)
Tabel 4.1 menunjukkan usia responden 19-30 tahun adalah sebesar
77,74%, usia 31-40 tahun sebesar 16,27%, usia 41-50 tahun sebesar 6,9%. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase yang paling besar adalah 77,74% pada usia 19-30
tahun. Pada usia 19-30 tahun dianggap usia yang lebih produktif dan dianggap
b. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan hasil penelitian pada 43 (empat puluh tiga) responden
karakteristik jenis kelamin pria terdapat 39 (tiga puluh sembilan) dan wanita
terdapat 4 (empat) orang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Jenis Kelamin Responden
No
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
(100%)
1 Laki-laki 39 90,69%
2 Wanita 4 9,31%
3 Jumlah 43 100%
Sumber: Pengolahan Data Kuesioner Penelitian (2015)
Tabel 4.2 menjelaskan mayoritas responden berjenis kelamin pria sebesar
90,69% sementara responden berjenis kelamin wanita sebanyak 9,31%. Hal ini
merupakan kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan, karena membutuhkan
tenaga fisik yang kuat. Sedangkan wanita hanya dibutuhkan dalam bagian
dokumen sehingga jumlahnya jauh lebih sedikit.
c. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden
Hasil penelitian berdasarkan pendidikan terakhir pada karyawan dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Pendidikan Terakhir Responden
No Pendidikan Frekuensi Persentase (100%)
1 SMU/SMK 28 65,12%
2 Diploma 9 20,93%
3 S1 6 13,95%
4 Jumlah 43 100%
Tabel 4.3 menunjukkan pendidikan terakhir responden SMU/SMK adalah
65,12%, Diploma sebesar 20,93%, daan S1 sebesar 13,95%. Dapat diketahui
bahwa persentase yang paling tinggi adalah SMU/SMK, karena pendidikan
SMU/SMK merupakan pendidikan yang sesuai dengan standar yang dibutuhkan
oleh perusahaan.
2. Tanggapan Responden terhadap Variabel Penelitian
Hasil pengolahan data primer dari penelitian berdasarkan
pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam kuesioner dapat dijelaskan pada Tabel 4.4
berikut:
a. Pengawasan
Frekuensi jawaban responden terhadap variabel pengawasan dapat dilihat
pada Tabel 4.4 berikut ini:
9 7 16,27% 35 81,39% 1 2,34% 0 0% 0 0%
10 14 32,55% 28 65,11% 1 2,34% 0 0% 0 0%
11 22 51,16% 21 48,84% 0 0% 0 0% 0 0%
12 19 44,18% 24 55,82% 0 0% 0 0% 0 0%
13 14 32,55% 29 67,45% 0 0% 0 0% 0 0%
14 7 16,27% 22 51,16% 14 32,57% 0 0% 0 0%
15 11 25,58% 31 72,09% 1 2,22% 0 0% 0 0%
Sumber : Pengolahan Data Kuesioner Penelitian (2015)
Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 43 orang responden untuk
variabel pengawasan pada tabel 4.5 adalah:
1. Didalam pengawasan sangat dibutuhkan penetapan standar waktu untuk
penyelesaian pekerjaan. Responden yang menjawab sangat setuju sebanyak
62,79% dan menjawab setuju 32,21%. Responden lebih banyak menjawab
sangat setuju karena penetapan waktu memang sangat dibutuhkan didalam
penyelesaian pekerjaan mereka.
2. Pengawasan dilakukan untuk menggunakan waktu bekerja secara maksimal.
Responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 23,25% dan setuju
76,75%. Responden menjawab setuju karena melalui pengawasan yang
dilakukan maka pemakaian waktu secara maksimal dapat terlaksana.
3. Dalam pengawasan dibutuhkan penetapan jumlah barang yang akan dikirim
kepada konsumen. Responden yang menjawab sangat setuju sebanyak
29,90%, menjawab setuju sebanyak 65,11%, dan kurang setuju sebanyak
6,98%. Responden menjawab kurang setuju karena mereka tidak dapat
4. Dalam pengawasan dibutuhkan kualitas barang yang akan dikirim kepada
konsumen. Responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 44,18%,
menjawab setuju sebanyak 53,48%, dan menjawab kurang setuju hanya
2,34%. Dari hal ini dapat dilihat bahwa responden lebih banyak setuju
karena kualitas barang yang dikirim kepada konsumen harus diperhatikan
agar kepuasan konsumen dapat tercipta.
5. Pengawasan sangat dibutuhkan agar karyawan dapat bekerja sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Responden yang menjawab
sangat setuju sebanyak 32,55%, menjawab setuju sebanyak 62,79%, dan
kurang setuju 4,66%. Responden menjawab kurang setuju karena mereka
tidak dapat bekerja sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
6. Pengawasan dilakukan untuk memeriksa hasil kerja karyawan. Responden
yang menjawab sangat setuju sebanyak 46,51%, menjawab setuju sebanyak
51,16%, dan menjawab kurang setuju sebanyak 2,33%. Responden lebih
banyak menjawab setuju karena ingin mengetahui bagaimana hasil kerja
yang telah mereka lakukan.
7. Pengawasan dilakukan untuk mengevaluasi standar yang telah ditetapkan.
Responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 34,88% dan menjawab
setuju 65,12%. Responden yang menjawab setuju ingin mengetahui
bagaimana standar yang telah ditetapkan, apakah telah sesuai atau belum
dengan yang dilaksanakan.
8. Melalui pengawasan dapat diberikan penilaian kepada setiap karyawan.
setuju sebanyak 65,12%. Responden menjawab setuju karena setiap
karyawan ingin mendapat penilaian yang sesuai dengan kinerja
masing-masing.
9. Melalui pengawasan pimpinan dapat mengetahui kesalahan yang terjadi
pada karyawan. Responden yang menjawab sangat setuju sebanyak
16,27%, menjawab setuju sebanyak 81,39%, dan kurang setuju 2,34%.
Responden menjawab setuju karena pada saat pelaksanaan pengawasan
pimpinan dapat melihat langsung kegiatan karyawan.
10. Dalam melakukan pengawasan pimpinan dapat mengetahui penyebab
kesalahan yang dilakukan oleh karyawan. Responden yang menjawab
sangat setuju 32,55%, menjawab setuju sebanyak 65,11%, dan yang
menjawab kurang setuju 2,34%. Responden menjawab setuju karena
melalui pengawasan pimpinan dapat melihat langsung kegiatan karyawan,
sehingga penyebab terjadinya kesalahan dapat diketahui oleh pimpinan.
11. Melalui pengawasan dapat diberikan tindakan koreksi untuk memperbaiki
kesalahan yang telah terjadi sebelumnya. Responden yang menjawab
sangat setuju sebanyak 51,16% dan menjawab setuju sebanyak 48,84%.
Responden menjawab setuju karena melalui pengawasan pimpinan dapat
memberikan tindakan koreksi agar kesalahan yang telah terjadi tidak
terulang kembali.
12. Pimpinan memberikan solusi terhadap kesalahan yang dilakukan oleh
karyawan. Responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 44,18% dan
solusi yang diberikan pimpinan sangat penting agar karyawan dapat
menghindari kesalahan dan tidak akan terulang kembali.
13. Tindakan koreksi sangat dibutuhkan dalam pengawasan. Responden
menjawab sangat setuju sebanyak 32,55% dan yang menjawab setuju
sebanyak 67,45%. Responden menjawab setuju karena melalui tindakan
koreksi karyawan dapat mengetahui kesalahan yang telah dilakukan.
14. Sanksi yang diberikan sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh
karyawan. Responden menjawab sangat setuju sebanyak 16,27%,
menjawab setuju sebanyak 51,16%, dan kurang setuju sebanyak 32,57%.
Responden menjawab kurang setuju karena sanksi yang diberikan belum
sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh karyawan.
15. Melalui sanksi yang diberikan karyawan lebih hati-hati dalam bekerja.
Responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 25,58%, menjawab
setuju sebanyak 72,09%, dan menjawab kurang setuju sebanyak 2,22%.
Melalui sanksi yang diberikan dan sesuai dengan tingkat kesalahan yang
dilakukan maka karyawan akan lebih berhati-hati dalam pelaksanaan
b. Efisiensi Kerja
Frekuensi jawaban responden terhadap variabel efisiensi kerja dapat
dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Efisiensi Kerja
Butir
Frekuensi
SS % S % KS % TS % STS %
1 20 46,51% 23 53,49% 0 0% 0 0% 0 0%
2 12 27,90% 31 72,1% 0 0% 0 0% 0 0%
3 15 34,88% 28 65,12% 0 0% 0 0% 0 0%
4 15 34,88% 28 65,12% 0 0% 0 0% 0 0%
5 9 20,93% 33 76,4% 1 2,33% 0 0% 0 0%
6 22 51,16% 21 48,84% 0 0% 0 0% 0 0%
7 18 41,86% 25 58,14% 0 0% 0 0% 0 0%
8 19 44,18% 22 51,16% 2 4,66% 0 0% 0 0%
9 14 32,55% 27 62,79% 2 4,66% 0 0% 0 0%
10 14 32,55% 28 65,11% 1 2,34% 0 0% 0 0%
Sumber : Pengolahan Data Kuesioner (2015)
Hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 43 orang responden untuk
variabel efisiensi kerja karyawan adalah:
1. Beban kerja yang diberikan sesuai dengan waktu kerja yang ditetapkan
perusahaan. Responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 46,51%