• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIKUM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semester Genap Tahun Pelajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIKUM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semester Genap Tahun Pelajar"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIKUM DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWTERHADAP

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

KARINA PRATIWI

Hasil observasi di SMP N 3 Metro menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa (KPS) yang dikembangkan masih rendah, karena itu diperlukan solusi untuk meningkatkan KPS siswa. Salah satunya dengan menggunakan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap aktivitas belajar dan keterampilan proses sains siswa.

Penelitian ini merupakan eksperimental semu dengan desain pretes postes kelompok ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIA dan VIIG yang

(3)

versi 17. Data kualitatif berupa deskripsi aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan, dengan rata-rata nilai pretes sebesar 42,19, nilai postes sebesar 78,65 dan N-gain sebesar 63,05. Hasil aktivitas belajar siswa rata-rata berkriteria sangat baik. Pada aspek mengemukakan pendapat/ide (90,63%), bekerjasama dengan teman (88,54%), menjawab pertanyaan (84,38%), dan melakukan kegiatan diskusi (88,54%). Data angket menunjukkan bahwa siswa senang dan tertarik

mempelajari materi yang dipelajari dan lebih mudah memahami materi tersebut dengan metode praktikum dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar dan keterampilan proses sains siswa.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiii

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 16

C. Keterampilan Proses Sains ... 21

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 43

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

(8)

xiv

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 98

4. Pretes dan Postes ... 148

5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 162

6. Angket Tanggapan Siswa ... 166

7. Data-Data Hasil Penelitian ... 167

8. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 184

(9)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, sehingga menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara memadai dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2009:3). Sementara itu, menurut Amri dan Ahmadi (2010:2) Pendidikan merupakan upaya terorganisir yang memiliki makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan tujuan jelas, ada tahapannya, dan ada komitmen bersama di dalam proses pendidikan.

Pendidikan harus direncanakan sebelumnya dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang dipersiapkan untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan yang terencana dapat

meningkatkan pembangunan pendidikan, sehingga pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakat.

(10)

merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan

perubahan kelakuan. Sementara itu, Dimyati dan Mudjiono (2002:7)

mengemukakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar itu terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar, seperti yang dikutip dari William Burton (dalam Hamalik, 2009:37) berikut ini:

A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose, and carried on in interaction with a rich, varied and provocative environment.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Dengan demikian,

kegiatan belajar berpusat pada siswa (student centered), guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup (Amri dan Ahmadi, 2010:89).

(11)

memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan kemampuan dan pembentukan kepribadian. Perolehan hasil belajar tersebut ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru-siswa dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran IPA mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam Standar Isi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SMP/MTs, menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) termasuk Biologi berkaitan dengan cara memahami alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebatas penguasaan kumpulan pengetahuan (produk ilmu) yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi lebih sebagai proses penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan lingkungannya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dengan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih bermakna tentang alam sekitar. Proses pembelajaran IPA hendaknya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Oleh karena itu, keterampilan proses sains sangat diperlukan (BSNP, 2006:149).

Sementara itu, berdasarkan pengamatan di SMP Negeri 3 Metro dan hasil wawancara dengan guru Biologi yang telah dilakukan sebagai studi pendahuluan, pembelajaran biologi yang digunakan lebih cenderung

(12)

pembelajaran dan metode praktikum. Hal ini menimbulkan pengalaman belajar yang kurang bermakna bagi siswa, sehingga kemampuan siswa secara

intelektual, mental dan sosial menjadi kurang berkembang.

Metode diskusi yang digunakan dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 3 Metro selama ini kurang efektif karena tidak semua siswa aktif dalam

menyampaikan pendapat. Hanya beberapa siswa saja yang berkontribusi dalam diskusi, sementara siswa yang lain cenderung pasif. Metode ini tidak

memberikan pengalaman yang mendalam bagi siswa karena sedikitnya ruang dan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan objek kajian biologi secara langsung. Oleh karena itu, mata pelajaran biologi sering diidentikkan sebagai mata pelajaran hafalan saja, sehingga siswa menjadi jenuh yang pada akhirnya mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep atau teori biologi. Metode pembelajaran yang digunakan juga belum mendukung tercapainya hasil belajar berupa keterampilan proses sains siswa. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang lebih aktif dan efektif.

(13)

percobaan, mengendalikan variabel, melakukan pengukuran, mengorganisasi dan memaknakan data, membuat kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil penelitian atau percobaan baik secara lisan maupun tertulis (Julaeha, 2012:3-4). Dalam melakukan percobaan siswa diberikan kesempatan untuk melakukan sendiri, sehingga akan membuat siswa lebih yakin akan suatu hal daripada hanya mengetahui dari guru atau sumber yang ada. Kegiatan praktikum dapat dilaksanakan dengan adanya pengelompokan siswa agar pelaksanaannya lebih efektif.

(14)

saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang diinginkan (Isjoni, 2007, dalam Indarti, 2010:3).

Penelitian tentang penerapan pembelajaran berbasis praktikum untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa telah dilakukan oleh Julaeha (2012:72). Berdasarkan penelitian tersebut, penerapan pembelajaran berbasis praktikum dapat memengaruhi peningkatan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa. Selain itu, melalui penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2012:ii) tentang penerapan praktikum dengan model pembelajaran STAD dalam meningkatkan KPS dan aktivitas belajar siswa, dapat

disimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa meningkat dengan penerapan praktikum dengan model pembelajaran STAD.

Selama ini model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw jarang diterapkan dengan kegiatan praktikum, maka dalam penelitian ini dilakukan

penggabungan antara pembelajaran Jigsaw dengan metode praktikum dengan

judul “Pengaruh Penggunaan Metode Praktikum dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)”.

B.Rumusan Masalah

(15)

1. Adakah pengaruh penggunaan metode praktikum dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup?

2. Adakah pengaruh yang signifikan pada penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

2. Pengaruh penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal berharga sebagai calon guru biologi yang profesional, dan untuk perbaikan

pembelajaran pada masa yang akan datang.

(16)

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan mampu memberikan motivasi dan mengembangkan

keterampilan proses sains siswa.

4. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat SMP.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.

1. Metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran yang dalam pelaksanaannya siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Sudirman, 1992:163). 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran

kooperatif yang mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

3. Indikator keterampilan proses sains yang diamati meliputi: mengobservasi, merekam/mencatat data, mengidentifikasi, menginterpretasi/menganalisis, dan menginferensi/menyimpulkan.

(17)

5. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Metro tahun pelajaran 2012/2013 dengan subjek penelitian siswa kelas VIIA

sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIG sebagai kelas kontrol.

F.Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi yang baik adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk dapat memahami konsep dan proses sains. Pemberian pengalaman secara langsung dilakukan dengan mengembangkan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains dalam kegiatan belajar mengajar dapat membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Semakin aktif siswa secara intelektual, mental dan sosial, maka pengalaman belajar siswa akan semakin bermakna. Selain itu, dalam pembelajaran biologi perlu diterapkan metode ilmiah sehingga siswa akan mempunyai sikap ilmiah dalam bidang biologi. Agar diperoleh hasil pembelajaran yang optimal, diperlukan pemilihan strategi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Salah satu kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mendapat pengalaman langsung yang lebih bermakna dan pembelajaran yang menerapkan metode ilmiah dalam pembelajaran biologi adalah dengan melaksanakan kegiatan praktikum.

(18)

pembelajaran biologi karena bahan kajiannya berupa berbagai persoalan yang berkaitan dengan berbagai fenomena kehidupan makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor lingkungan.

Kegiatan praktikum dapat dilaksanakan oleh siswa dalam kelompok. Namun pada kenyataannya terdapat kelemahan dari kerja kelompok, yaitu anggota kelompok yang malas akan menyerahkan segalanya kepada teman yang lebih pandai atau rajin dan seluruh waktu belajar didominasi oleh siswa yang pandai atau yang berani berbicara. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua siswa terlibat dalam kegiatan praktikum bila dilakukan secara kelompok. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran alternatif, khususnya dalam kegiatan praktikum yang dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satu model

pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk memperkaya pengalaman siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dikerjakan secara berkelompok. Selain itu yang menonjol dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah adanya kerja sama dalam kelompok untuk mempelajari atau memahami suatu materi yang berbeda-beda.

(19)

melalui praktikum yang dipadukan dengan model kooperatif tipe Jigsaw, keterampilan proses sains siswa dapat dikembangkan selama proses

pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa diwajibkan menyampaikan konsep yang ditemukan selama praktikum kepada teman kelompoknya sehingga diharapkan siswa memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk membandingkan keterampilan proses sains siswa melalui metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas eksperimen, dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tanpa praktikum pada kelas kontrol pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Keterangan : X = Praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Y = Keterampilan Proses Sains

G.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran dengan materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

(20)

2. H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan metode

praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

H1 = Ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan metode praktikum

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Metode Praktikum

Berdasarkan terminologinya, praktikum dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang memungkinkan seseorang (siswa) menerapkan keterampilan atau mempraktikkan sesuatu (Subiantoro, 2010:7). Dalam pembelajaran IPA, sesuatu ini adalah proses-proses. Di dalam kegiatan praktikum sangat dimungkinkan adanya penerapan beragam keterampilan proses sains sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang mendukung proses perolehan pengetahuan (produk keilmuan) dalam diri siswa. Praktikum memiliki kedudukan yang amat penting dalam pembelajaran IPA, karena melalui praktikum siswa memiliki peluang mengembangkan dan menerapkan keterampilan proses sains, sikap ilmiah dalam rangka memperoleh

pengetahuannya. Demikian pula, Lazarowitctz & Tamir (1994, dalam

Simalango, 2007:30) menyatakan bahwa metode praktikum adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk

menemukan sendiri sesuatu fakta yang diperlukannya atau ingin diketahui. Tambahan lagi, Sukarno (1977:57) menyatakan bahwa “Praktikum” atau “practical work” adalah pekerjaan-pekerjaan dengan mempergunakan alat-alat

science yang merupakan latihan-latihan mempergunakan alat-alat itu untuk

(22)

dan voltmeter untuk mengukur tahanan sebuah penghantar dengan mempergunakan hukum Ohm, latihan mempergunakan mikroskop untuk melihat sel atau benda-benda mikroskopis lainnya, latihan menimbang dengan mempergunakan neraca analitis untuk menentukan massa benda-benda yang kecil dan lain sebagainya.

Kegiatan praktikum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu praktikum terbimbing atau terencana dan praktikum bebas. Kegiatan siswa dalam praktikum

terbimbing hanya melakukan percobaan dan menemukan hasilnya saja, seluruh jalannya percobaan sudah dirancang oleh guru. Sedangkan kegiatan siswa dalam praktikum bebas lebih banyak dituntut untuk berpikir mandiri,

bagaimana merangkai alat percobaan, melakukan percobaan dan memecahkan masalah, guru hanya memberikan permasalahan dan objek yang harus diamati atau diteliti (Suparno, 2007:77).

Dalam kegiatan praktikum, umumnya siswa dibagi menjadi

kelompok-kelompok kecil antara 2–6 orang, tergantung pada ketersediaan alat dan bahan. Pada jenjang pendidikan SMP, umumnya siswa masih kesulitan dalam

membangun prosedur percobaannya sendiri, karena itu guru umumnya menyediakan LKS sebagai panduan bagi siswa selama pelaksanaan kegiatan praktikum (Suparno, 2007:77).

Hamalik (1990, dalam Simalango, 2007:32) mengemukakan beberapa langkah pelaksanaan dalam praktikum, yaitu:

(23)

b. Latihlah para siswa melakukan praktik secara teliti, rapi, efisien dan dipahami oleh siswa.

c. Berikan bimbingan secara kontinu, terarah sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh siswa.

d. Lakukan penilaian terhadap proses pelaksanaan dan keberhasilan praktikum itu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode praktikum sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut (Hamalik, 1983:77).

1) Sebagai latihan praktik bagi para mahasiswa untuk mempraktikkan teori-teori yang telah dipelajarinya selama satu semester atau selama satu tahun kuliah.

2) Untuk memperoleh pengalaman praktis yang tidak didapat dari perkuliahan. 3) Praktik dapat juga memberikan pengaruh terhadap orang-orang dan

badan-badan tempat praktik sehingga mereka mengadakan peninjauan kembali terhadap sistem dan metode yang telah dilaksanakan.

4) Dapat berfungsi sebagai pengabdian masyarakat dan memberikan kesempatan untuk melakukan action research bagi kepentingan pengembangan ilmu.

5) Sebagai experiment (percobaan), dengan maksud mencobakan sesuatu teori baru dalam situasi dan kondisi yang aktual.

(24)

1. Dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa. 2. Siswa dapat mengamati proses.

3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri. 4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah.

5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.

Adapun kekurangan dalam penggunaan metode praktikum di antaranya: 1. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik

berkesempatan mengadakan ekperimen.

2. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.

3. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

B.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru (Slavin, 2005:4-8).

(25)

kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Sementara itu, Johnson (1993:81, dalam Amri & Ahmadi, 2010:90) mengemukakan bahwa struktur dalam sistem kerja kelompok tersebut terdiri dari lima unsur pokok, yaitu saling

ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal dan keahlian bekerja sama. Demikian pula, Rusman (2012:202) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Selanjutnya Arends (1997:111, dalam Trianto 2010:65-66) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang beragam.

4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

(26)

Investigation), model Make a Match (Membuat Pasangan), model TGT (Teams

Games Tournaments), dan model struktural.

Model pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa aktif dalam

pembelajaran dan sudah banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw ini pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian

diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai model pembelajaran kooperatif. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara (Amri & Ahmadi, 2010:94).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie (2008:73), bahwa:

“pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model belajar

(27)

jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Dalam model pembelajaran ini siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang.

Amri & Ahmadi (2010:95) mengatakan bahwa pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan

kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya kemudian dijelaskan kepada kelompok asal.

Lie (2008:75) menyatakan bahwa Jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar Jigsaw. Riset tersebut

menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.

Stephen, Sikes and Snapp (1978, dalam Rusman, 2012:220) merinci langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut:

(28)

d. Anggota dari tim yang berbeda telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka;

e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama; f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;

g. Guru memberi evaluasi; h. Penutup.

Sementara itu Rusman (2012:219) merumuskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran model Jigsaw sebagai berikut:

a. Melakukan membaca untuk menggali informasi

Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

b. Diskusi kelompok ahli

Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.

c. Laporan kelompok

Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.

(29)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jhonson and Jhonson (dalam Teti Sobari, 2006:31, dalam Rusman, 2012:219) tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:

a. meningkatkan hasil belajar; b. meningkatkan daya ingat;

c. dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi; d. mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu); e. meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen;

f. meningkatkan sikap anak positif terhadap sekolah; g. meningkatkan sikap positif terhadap guru;

h. meningkatkan harga diri anak;

i. meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan j. meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.

C.Keterampilan Proses Sains

(30)

memiliki kemampuan-kemampuan dasar tertentu, yaitu keterampilan proses sains yang dibutuhkan untuk menggunakan sains.

Keterampilan proses sains memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan. Dengan keterampilan proses sains, berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau

mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Menggunakan keterampilan proses sains untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus (Funk, dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:138-139).

Sementara itu Hamalik (2009:149) menyatakan bahwa dengan keterampilan proses siswa berupaya menemukan dan mengembangkan konsep dalam materi ajaran. Konsep-konsep yang telah dikembangkan itu berguna untuk menunjang pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi antara kemampuan dan konsep melalui proses belajar mengajar selanjutnya mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa, misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampuan memecahkan masalah

Funk (1985, dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:140) menyebutkan berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, yaitu keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni:

(31)

mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari: mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan

eksperimen. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Gagne (dalam Hamalik, 2009:150) bahwa keterampilan-keterampilan dalam bidang sains itu meliputi: mengamati, menggolongkan, berkomunikasi, mengukur, mengenal dan

menggunakan hubungan ruang/waktu, menarik kesimpulan, menyusun definisi operasional, menentukan hipotesis, mengendalikan variabel, menafsirkan data, dan bereksperimen.

Berikut ini disajikan 10 indikator keterampilan proses sains yang harus dikuasai oleh siswa yang sedang belajar sains menurut Carin (dalam Subiantoro, 2010:4-5).

Tabel 1. Proses-proses sains dan definisinya.

No. Proses Sains Keterangan

(1) (2) (3)

1 Observasi Mencermati objek/gejala alam, baik gejala kebendaan maupun gejala peristiwa, dengan menggunakan beragam indera untuk

mengidentifikasi atribut atau aspek-aspek gejala tersebut.

2 Klasifikasi Menata atau membagi objek, gejala, informasi, dalam kelompok-kelompok berdasarkan metode atau sistem tertentu. 3 Mengukur Melakukan pengamatan kuantitatif melalui

proses membandingkan objek/gejala dengan ukuran/sistem standar.

(32)

Tabel 1 (lanjutan)

(1) (2) (3)

5 Mengidentifikasi variabel

Mengenali karakteristik objek atau faktor-faktor dalam gejala baik yang bersifat tetap atau berubah akibat perbedaan kondisi. 6 Menginterpretasi data Menganalisis dan mengorganisasikan data

dengan menentukan pola atau hubungan antar data.

7 Memprediksi Membuat dugaan akan gejala yang akan terjadi atau kondisi yang diharapkan. 8 Inferensi Membuat kesimpulan berdasarkan

penalaran logis untuk menjelaskan pengamatan.

9 Generalisasi Menggambarkan kesimpulan umum dari bagian-bagian yang ada.

10 Membuat keputusan Mengidentifikasi dan memilih alternatif tindakan dari beberapa pilihan berdasarkan argumen atau temuan.

Sementara itu Suryosubroto (2002:73-74) menyatakan bahwa kemampuan-kemampuan siswa tersebut perlu dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan tujuan sebagai berikut:

a. Pengamatan, bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok permasalahan. Yang dimaksud pengamatan disini adalah penggunaan indra secara optimal dalam rangka memperoleh

informasi yang memadai. Untuk itu perlu ditingkatkan peragaan melalui gambaran ataupun bagan dan membatasi peragaan dengan kata-kata. b. Interpretasi hasil pengamatan, bertujuan untuk menyimpulkan hasil

(33)

c. Peramalan, bertujuan untuk meramalkan atau memperkirakan kejadian yang belum diamati/akan datang dari hasil interpretasi dari suatu pengamatan. d. Aplikasi konsep, bertujuan untuk menggunakan konsep yang telah

diketahui/dipelajari dalam situasi baru atau dalam menyelesaikan masalah, misalnya yang memberikan tugas mengarang tentang sesuatu masalah yang dibicarakan dalam mata pelajaran yang lain.

e. Perencanaan penelitian, bertujuan untuk merencanakan penelitian-penelitian lanjutan dalam bentuk percobaan lainnya untuk menguji kebenaran hipotesis tertentu.

f. Pelaksanaan penelitian, bertujuan agar siswa lebih memahami pengaruh variabel yang satu pada variabel yang lain. Cara belajar yang mengasyikkan akan terjadi dan kreativitas siswa akan terlatihkan.

g. Mengkomunikasikan hasil penemuan, bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dan hasil penelitian kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalam bentuk kata-kata, grafik, bagan, maupun tabel, secara lisan atau tertulis.

Pembelajaran IPA yang mengutamakan proses mendapatkan ilmu daripada semata-mata mempelajari IPA sebagai produk dapat dicapai melalui

pendekatan proses. Tekanannya pada pengembangan intelektual dan emosional anak didik, sehingga menjadi manusia yang utuh. Ada empat alasan mengapa kita memilih pendekatan proses (Conny dkk, dalam Darmodjo & Kaligis, 1991:39), yaitu:

(34)

tersebut siswa diberi bekal “keterampilan proses” yang dapat mereka gunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan tanpa tergantung dari guru. 2. Anak-anak lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak

jika disertai contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dan dengan mempraktikkan sendiri melalui upaya penemuan secara fisik dari benda-benda nyata, seperti yang dilakukan dalam

pendekatan keterampilan proses.

3. Ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak tetapi bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori lama. Dengan keterampilan proses, siswa mampu membuktikannya sendiri.

4. Pendekatan keterampilan proses mampu mengembangkan sikap dan nilai-nilai pada diri anak didik.

Kegiatan pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses memiliki kelebihan dan kekurangan. Erikanto (dalam Sugesti, 2008:17) merumuskan kelebihan dan kekurangan dari proses belajar mengajar dengan menggunakan keterampilan proses adalah sebagai berikut:

a. Kelebihannya adalah siswa dapat:

1) dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran,

2) mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep-konsep pengetahuan,

(35)

6) memiliki keterampilan-keterampilan dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah sebagaimana yang biasa dilakukan para saintis.

b. Kekurangannya:

1) membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukannya, 2) jumlah siswa dalam kelas harus relatif kecil, karena setiap siswa

memerlukan perhatian guru,

3) memerlukan perencanaan dengan sangat teliti,

4) tidak menjamin bahwa setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan pembelajaran,

(36)

III. METODE PENELITIAN

A.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMP Negeri 3 Metro.

B.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 7 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII A (sebagai kelas eksperimen) dan kelas VII G (sebagai kelas kontrol) yang dipilih dengan teknik cluster random sampling (Noor, 2011:153).

C.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain pretes-postes kelompok ekuivalen. Kelas eksperimen (VII A) diberi perlakuan dengan praktikum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sementara itu kelas kontrol (VII G) hanya menggunakan model

(37)

Struktur desainnya adalah sebagai berikut:

D.Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Pembuatan surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah tempat diadakannya penelitian.

b. Observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang yang menjadi subjek penelitian. c. Penetapan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Pengambilan data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang

digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

e. Pembentukan kelompok diskusi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa.

Gambar 2. Desain pretest – posttest kelompok ekuivalen (dimodifikasi dari Sugiyono, 2008:116)

Keterangan: I = Kelas eksperimen, II = Kelas kontrol, O1 = Pretest,

O2 = Posttest, X = Perlakuan praktikum dengan model kooperatif

tipe Jigsaw, C = Perlakuan dengan model kooperatif tipe Jigsaw tanpa praktikum

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest I O1 X O2

(38)

f. Pembuatan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk setiap pertemuan.

g. Pembuatan soal pretest untuk pertemuan pertama, dan soal posttest untuk pertemuan kedua mengenai ciri-ciri makhluk hidup.

h. Pembuatan lembar observasi aktivitas siswa.

i. Pembuatan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk kelas eksperimen, dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk kelas kontrol.

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

a. Kelas Eksperimen

1) Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan soal pretest mengenai ciri-ciri makhluk hidup pada pertemuan pertama.

b) Siswa diberikan apersepsi oleh guru:  Pertemuan I:

(39)

kemudian menanyakan apakah boneka juga akan

memberikan respon yang sama ketika ditusuk dengan jarum.

- Guru menanyakan kepada siswa perbedaan antara makhluk hidup dan benda mati.

 Pertemuan II:

- Guru menanyakan kepada siswa zat apa yang dikeluarkan oleh tubuh mereka ketika suhu tubuh meningkat/panas.

- Guru menanyakan apakah pohon pisang dapat mengeluarkan keringat seperti manusia.

c) Guru memberikan motivasi kepada siswa:  Pertemuan I:

Guru memberikan informasi mengenai manfaat mempelajari materi ciri-ciri makhluk hidup

 Pertemuan II:

Guru menunjukkan bidang ilmu pengetahuan lain yang relevan dalam mempelajari identifikasi ciri-ciri makhluk hidup seperti taksonomi, klasifikasi, morfologi, fisiologi, dan ilmu lainnya. d) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan

pembelajaran, keterampilan sosial, dan karakter yang harus dicapai.

2) Kegiatan Inti

a) Eksplorasi:

 Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing,

(40)

yang heterogen berdasarkan tingkat intelegensi dan jenis kelamin).

 Siswa dibagikan kartu nama yang warnanya berbeda (merah,

kuning, hijau, dan biru) di dalam tiap kelompok asal.  Siswa ditempatkan ke dalam kelompok ahli sesuai dengan

warna kartunya, yaitu siswa yang memiliki kartu merah berkumpul membentuk kelompok ahli pertama, siswa yang memiliki kartu kuning berkumpul membentuk kelompok ahli kedua, siswa yang memiliki warna kartu hijau berkumpul membentuk kelompok ahli ketiga, dan siswa yang memiliki warna kartu biru berkumpul membentuk kelompok ahli keempat.

 Siswa diberi penjelasan tentang pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw yang akan dilaksanakan di dalam proses pembelajaran, bahwa pada pertemuan:

1) Pertama:

a. Kelompok ahli 1 mendapatkan materi ciri makhluk hidup peka terhadap rangsang (iritabilitas).

b. Kelompok ahli 2 mendapatkan materi ciri makhluk hidup bergerak.

c. Kelompok ahli 3 mendapatkan materi ciri makhluk hidup adaptasi.

(41)

2) Kedua:

a. Kelompok ahli 1 mendapatkan materi ciri makhluk hidup berkembang biak.

b. Kelompok ahli 2 mendapatkan materi ciri makhluk hidup tumbuh dan berkembang.

c. Kelompok ahli 3 mendapatkan materi ciri makhluk hidup bernapas.

d. Kelompok ahli 4 mendapatkan materi ciri makhluk hidup memerlukan makan.

 Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) asal dan

Lembar Kerja Kelompok (LKK) ahli sesuai dengan materi masing-masing kelompok, serta menjelaskan cara mengerjakan LKK tersebut.

 Siswa bekerja sama dalam melakukan percobaan dan

pengamatan, serta mencatat data hasil pengamatan yang telah dilakukan bersama kelompoknya dengan penuh rasa ingin tahu dan bertanggung jawab.

b) Elaborasi:

 Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya mengerjakan

LKK, mengobservasi, mencatat data, mengidentifikasi, menginterpretasi, dan menginferensi hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan.

 Setiap siswa kembali ke kelompok asal dan menginformasikan

(42)

pengamatan dengan kelompok ahli. Dalam kegiatan ini, siswa saling melengkapi dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.

 Guru mengundi salah satu kelompok asal untuk

mempresentasikan hasil kerja sama kelompoknya di depan kelas. Kemudian kelompok lain yang tidak presentasi, mendengarkan presentasi dengan rasa hormat dan perhatian. Kelompok lain dapat mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan.

c) Konfirmasi:

 Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang telah

dikerjakan oleh siswa.

 Guru dan siswa mengadakan refleksi dengan melakukan

tanya-jawab tentang materi yang belum dipahami atau belum dipahami oleh siswa

3) Penutup

a) Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan.

b) Siswa diminta untuk membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

(43)

b. Kelas Kontrol

1) Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan soal pretest mengenai mengenai ciri-ciri makhluk hidup untuk pertemuan pertama.

b) Siswa diberikan apersepsi oleh guru:  Pertemuan I:

 Guru menanyakan kepada siswa respon apa yang akan

diberikan oleh anak kecil/balita ketika tertusuk jarum, kemudian menanyakan apakah boneka juga akan

memberikan respon yang sama ketika ditusuk dengan jarum.  Guru menanyakan kepada siswa perbedaan antara makhluk

hidup dan benda mati.  Pertemuan II:

 Guru menanyakan kepada siswa zat apa yang dikeluarkan

oleh tubuh mereka ketika suhu tubuh meningkat/panas.  Guru menanyakan apakah pohon pisang dapat mengeluarkan

keringat seperti manusia.

c) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan  Pertemuan I:

memberikan informasi mengenai manfaat mempelajari materi Ciri-ciri Makhluk Hidup

 Pertemuan II:

(44)

mempelajari identifikasi ciri-ciri makhluk hidup seperti taksonomi, klasifikasi, morfologi, fisiologi, dan ilmu lainnya. d) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan

pembelajaran, keterampilan sosial, dan karakter yang harus dicapai.

2) Kegiatan Inti

a) Eksplorasi:

 Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing,

setiap kelompok terdiri dari 4 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya, yang terdiri dari 8 kelompok yang heterogen berdasarkan tingkat intelegensi dan jenis kelamin).

 Siswa dibagikan kartu nama yang warnanya berbeda (merah,

kuning, hijau, dan biru) di dalam tiap kelompok asal.  Siswa ditempatkan ke dalam kelompok ahli sesuai dengan

warna kartunya, yaitu siswa yang memiliki kartu merah berkumpul membentuk kelompok ahli pertama, siswa yang memiliki kartu kuning berkumpul membentuk kelompok ahli kedua, siswa yang memiliki warna kartu hijau berkumpul membentuk kelompok ahli ketiga, dan siswa yang memiliki warna kartu biru berkumpul membentuk kelompok ahli keempat.

 Siswa diberi penjelasan tentang pembelajaran kooperatif tipe

(45)

1) Pertama:

a. Kelompok ahli 1 mendapatkan materi ciri makhluk hidup peka terhadap rangsang (iritabilitas).

b. Kelompok ahli 2 mendapatkan materi ciri makhluk hidup bergerak.

c. Kelompok ahli 3 mendapatkan materi ciri makhluk hidup adaptasi.

d. Kelompok ahli 4 mendapatkan materi ciri makhluk hidup ekskresi.

2) Kedua:

a. Kelompok ahli 1 mendapatkan materi ciri makhluk hidup berkembang biak.

b. Kelompok ahli 2 mendapatkan materi ciri makhluk hidup tumbuh dan berkembang.

c. Kelompok ahli 3 mendapatkan materi ciri makhluk hidup bernapas.

d. Kelompok ahli 4 mendapatkan materi ciri makhluk hidup memerlukan makan.

 Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) asal dan

(46)

b) Elaborasi:

 Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk

mengerjakan LKK dengan penuh rasa tanggung jawab.

 Setiap siswa kembali ke kelompok asal dan menginformasikan

kepada teman satu kelompoknya mengenai hasil kerja sama dengan kelompok ahli. Dalam kegiatan ini, siswa saling melengkapi dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.

 Guru mengundi salah satu kelompok asal untuk

mempresentasikan hasil kerja sama kelompoknya di depan kelas. Kemudian kelompok lain yang tidak presentasi, mendengarkan presentasi dengan rasa hormat dan perhatian. Kelompok lain dapat mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan.

c) Konfirmasi:

 Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang telah

dikerjakan oleh siswa.

 Siswa dan guru mengadakan refleksi dengan melakukan

tanya-jawab tentang materi yang belum dipahami atau belum dipahami oleh siswa.

3) Penutup

(47)

b) Siswa diminta untuk membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

c) Siswa diberikan tes akhir (posttest) untuk pertemuan terakhir.

E.Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa skor keterampilan proses sains (KPS) siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest. KPS oleh siswa ditinjau berdasarkan perbandingan

gain yang dinormalisasi atau N-gain (g) dengan menggunakan rumus

Hake (1999:1) yaitu:

N-gain =

Keterangan:

N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain

Spost = postscore class averages = rata-rata skor postes

Spre = prescore class averages = rata-rata skor pretes

Smax = maximum score = skor maksimum

Tabel 2. Kriteria N-gain.

(48)

Sedangkan untuk mengukur persen (%) peningkatan (%g) KPS oleh siswa digunakan rumus sebagai berikut.

% Peningkatan = x 100%

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pretest dan Posttest

Data keterampilan proses sains oleh siswa berupa nilai pretest dan posttest. Nilai pretest diambil sebelum pembelajaran pertemuan pertama

pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai posttest diambil setelah pembelajaran pertemuan kedua pada setiap kelas.

Teknik penskoran pretest dan posttest yaitu:

S = x 100

Keterangan: S = Nilai yang diharapkan (dicari), R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar, N = skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).

R N

(49)

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: (1) aktivitas mengemukakan pendapat/ide, (2) aktivitas bekerja sama dengan teman, (3) aktivitas menjawab pertanyaan, dan (4) aktivitas melakukan kegiatan diskusi.

Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa.

No Nama Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa

A B C D

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa: A.Kemampuan mengemukakan pendapat/ide

1. Tidak mengemukakan pendapat/ide.

2. Mengemukakan pendapat/ide namun tidak sesuai dengan pembahasan.

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan. B.Bekerja sama dengan teman

1. Tidak bekerja sama dengan teman (diam saja). 2. Bekerja sama tetapi hanya satu atau dua teman. 3. Bekerja sama baik dengan semua anggota kelompok. C.Menjawab pertanyaan

1. Tidak menjawab pertanyaan.

(50)

D.Melakukan kegiatan diskusi

1. Diam saja, tidak melakukan diskusi dalam kelompok.

2. Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan.

3. Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan permasalahan.

c. Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 8 pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Angket

tanggapan siswa ini memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Item pernyataan pada angket.

No Pernyataan S TS

1 Saya senang dan tertarik mempelajari materi ciri-ciri makhluk hidup menggunakan metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari menggunakan metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

3 Saya merasa bosan dalam proses belajar mengajar melalui metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

4 Metode dan model pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelompok.

5 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

6 Metode dan model pembelajaran yang digunakan mampu mengembangkan keterampilan proses sains saya.

7 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKK melalui metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

(51)

F.Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Nilai pretest, posttest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol selanjutnya dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney U dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas data:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

o Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

o Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

b. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji Mann-Whitney U dengan menggunakan program SPSS versi 17, karena data tidak berdistribusi normal.

Uji Mann-Whitney U

o Hipotesis

H0 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama

H1 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

(52)

o Kriteria Uji

H0 ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya Ho diterima

c. Pendeskripsian Keterampilan Proses Sains Siswa

Untuk mendeskripsikan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran Biologi adalah sebagai berikut:

1) Pemberian skor sesuai dengan kriteria skor penilaian KPS siswa seperti yang tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Skor Penilaian Keterampilan Proses Sains Siswa.

No

Aspek Keterampilan Proses Sains yang

dinilai

Kriteria Penilaian Skor

1 Mengobservasi

Jika menggunakan lebih dari 2 indera. 3

Jika menggunakan 2 indera. 2

Jika hanya menggunakan 1 indera. 1

2 Merekam/mencatat data

Mengumpulkan informasi berdasarkan pengamatan dan literatur dengan lengkap

3

Mengumpulkan informasi berdasarkan pengamatan dan literatur namun kurang lengkap

Menginterpretasi dengan tepat 3

Menginterpretasi data kurang tepat 2

Menginterpretasi data tidak tepat 1

5 Menginferensi/ menyimpulkan

Lengkap dan benar 3

Mendekati lengkap dan benar 2

Bias/rancu 1

(53)

2) Dimasukkan skor ke dalam rubrik penilaian KPS siswa (Tabel 6).

Tabel 6. Rubrik penilaian keterampilan proses sains siswa

No Nama Siswa

jumlah skor maksimum tiap indikator

nilai yang diperoleh

Kriteria

Keterangan: A = Mengobservasi; B = Mencatat/Merekam data; C = Mengidentifikasi; D = Menginterpretasi;

E = Menginferensi (dimodifikasi dari Budiarti, 2009:32).

3) Penjumlahan skor seluruh siswa.

4) Penentuan skor tiap indikator keterampilan proses sains seluruh siswa dengan menggunakan rumus:

P = f x 100 N

Keterangan: P = Poin yang dicari; f = jumlah poin keterampilan proses sains yang diperoleh; N = jumlah total poin keterampilan proses sains tiap indikator (Sudijono, 2004:40).

(54)

Tabel 7. Kriteria keterampilan proses sains siswa. Dimodifikasi dari Arikunto (2010:245)

2. Data Kualitatif

a. Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

1) Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

Persentase = x 100%

2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 8.

Tabel 8. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa.

Persentase (%) Kriteria 87,50 – 100 Dimodifikasi dari Hidayati (2011:17)

(55)

b. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Praktikum dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan siswa berisi 8 pernyataan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

a. Penghitungan skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 9.

Tabel 9. Skor perjawaban angket.

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).

b. Tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket sesuai Tabel 10.

Tabel 10. Data angket tanggapan siswa terhadap penerapan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

(56)

c. Penghitungan persentase skor angket dengan menggunakan rumus jawaban; Smaks= Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002:69).

d. Persentase angket tanggapan siswa terhadap penerapan praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dilihat pada Tafsiran Tabel 11.

Tabel 11. Tafsiran persentase jawaban tanggapan siswa terhadap penerapan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Persentase (%) Kriteria 100

(57)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

2. Penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan

keterampilan proses sains oleh siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif metode dengan model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa.

(58)

proses belajar mengajar agar tidak mengganggu waktu proses pembelajaran.

3. Pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum dengan model pembelajaran Jigsaw membutuhkan waktu yang cukup lama, untuk itu sebaiknya guru lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu dalam setiap sintaks pembelajaran Jigsaw, selain itu untuk

mengefisienkan waktu, disarankan agar pembentukan kelompok

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S, dan Ahmadi, I.K. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Anggraini, B. 2012. Penerapan Praktikum dengan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:

Depdiknas.

Budiarti, Y. 2009. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Keterampilan Proses Sains IPA Biologi Siswa (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Darmodjo, H, dan Kaligis, J.R.E. 1991. Pendidikan IPA III. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dewi, L.P. 2010. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Praktikum Difusi dan Osmosis (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d035_060120_chapter2.pdf (24 Desember 2012: 17.00 WIB).

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 (20 Januari 2013: 10.15 WIB).

Hamalik, O. 1983. Metoda Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

(60)

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hidayati, A.N., dkk. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order

Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Indarti. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Melalui Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Klasifikasi Makhluk Hidup (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d035_0601095_chapter1.pdf (20 Januari 2013: 10.22 WIB).

Julaeha, S. 2012. Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum untuk

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa pada Konsep Fotosintesis di Kelas VIII (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_bio_0700007_chapter2(1).pdf (20 Januari 2013: 10.23 WIB).

Lie, A. 2008. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.

Loranz, D. 2008. TMCC Program and Discipline Report. http://www.gbcnv.edu (20 Januari 2013: 10.35 WIB).

Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sari, P.M. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Praktikum Terhadap

Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah dan Penguasaan Konsep Sistem Regulasi (Tesis). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

(61)

Simalango, A.N. 2007. Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Laju Reaksi.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/31082934.pdf (24 Januari 2013: 15.45 WIB)

Slavin, R. 1995. Cooperative Learning Theory. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.

________. Cooperative Learning. 2005. Bandung: Nusa Media.

Subiantoro, A.W. 2010. Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA (Makalah). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sudijono, A. 2004. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sudirman, N, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi Keenam. Bandung: PT Tarsito. Sugesti, F. 2008. Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Dalam

Pembelajaran Biologi Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Siswa pada Materi Pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Sukarno, dkk. 1977. Dasar-Dasar Pendidikan Science. Jakarta: Bhratara. Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Gambar

Tabel 1.  Proses-proses sains dan definisinya.
Tabel 1 (lanjutan)
Gambar 2.  Desain pretest – posttest kelompok ekuivalen (dimodifikasi dari
Tabel 2.  Kriteria N-gain.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rasio likuiditas merujuk kepada kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya, sehingga muncul keyakinan bahwa makin besar

Laporan Skripsi yang berjudul “Produksi Serbuk Pewa rna Alami Angkak ( Monascus sp. ) Dengan Berbagai Metode Pengeringan dan Konsentrasi Soy Protein Isolate ”

Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Variabel Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2012”, yang disusun sebagai salah

Untuk mencapai hal tersebut, maka pada setiap awal periode pihak manajemen membuat perencanaan berupa anggaran penjualan, harga pokok penjualan, anggaran produksi,

Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI”, Tesis.Universitas Sumatera Utara: Medan. Wild,

Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas ekstrak alga coklat ( Sargassum sp ) 2% dalam pelembab pada kulit kering. Tujuan : Menganalisa efektivitas

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Hasil yang didapat pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Karaji- Bani yang menggunakan tikus wistar diberi diet minyak sawit 12% selama 60