• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

L A P O R A N P B L K

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Sumatera Utara

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep 071101030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)

FIELD PRACTICE COMPREHENSIVE STUDY REPORT

Management of Service and Nursing Care Client with Low Self-Esteem at Cempaka Room Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Prepared in the Framework Completed Subjects Comprehensive Field Learning Experience

By

Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep 071101030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

(3)
(4)

Judul : Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Nama Mahasiswa :

Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep

Institusi : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi FKep USU

Abstrak

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara telah menerapkan pengelolaan pelayanan keperawatan menggunakan sistem MPKP (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional) dimana MPKP merupakan suatu model keperawatan yang bisa dipertanggungjawabkan sesuai kode etik dan kaidah keperawatan yang meliputi biopsiko, sosial, dan spiritual. Mahasiswa Profesi Ners melakukan PBLK di ruang Cempaka RSJD Provsu yang merupakan salah satu ruangan yang menggunakan sistem MPKP selama 4 minggu dimulai pada tanggal 11 Juni-7Juli 2012. Pelaksanaan MPKP di ruang Cempaka masih belum optimal yang dapat dilihat dari beberapa tindakan asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan yang belum sesuai dengan MPKP. Untuk mengoptimalkan pengelolaan pelayanan, telah dilakukan beberapa tindakan yaitu penggunaan format rencana kerja harian dan bulanan, sosialisasi pre/post conference, sosialisasi case conference, dan pengadaan leaflet dan poster keperawatan jiwa. Pengelolaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan yaitu penggunaan strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa keperawatan khususnya harga diri rendah, melakukan Terapi Aktivitas Kelompok untuk meningkatkan kemampuan kognitif, sensori, dan motorik, serta melakukan terapi ECT. Metodologi yang digunakan adalah wawancara, observasi, penyebaran kuesioner self evaluation, dan kerja kelompok. Hasil PBLK menunjukkan bahwa pelaksanaan pre/post conference dan case conference sangat penting karena dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar perawat dan kerangka acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan. Direkomendasikan kepada pengelola ruangan untuk melaksanakan pre/post conference setiap pergantian shift, case conference setiap dua minggu sekali, dan melakukan TAK secara rutin untuk memaksimalkan pelayanan keperawatan jiwa yang diberikan demi perkembangan kemajuan kesehatan jiwa pasien.

(5)

Title : Management of Service and Nursing Care Client with Low Self-Esteem at Cempaka Room Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Name :

Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep

Institution : Educational Studies Program Phase Professional Nurses FKep USU

Abstract

Regional Psychiatric Hospital of North Sumatra province has implemented the management of nursing services using a system MPKP (Professional Nursing Services Management) which MPKP is a nursing model that can be accounted for according to the code of ethics and rules nursing covering biopsiko, social, and spiritual. Professional student nurses do PBLK in the Cempaka room RSJD Provsu which is one room that uses a MPKP system for 4 weeks started on June 11-July 7, 2012. Implementation MPKP in Cempaka room still not optimal that can be seen from some of the actions of nursing care and management services that have not been in accordance with MPKP. To optimize management of service, has done some acts that is the use of the daily and monthly work plans, pre/post conference socialization, case conference socialization, and the provision of leaflets and posters mental nursing. Management of nursing care that has been done of the use of a strategy meeting in accordance with nursing diagnoses, especially low self-esteem, conduct group therapy activities to improve cognitive abilities, sensory, and motor skills, as well as perform ECT therapy. The methodology used was interviews, observation, self-evaluation questionnaires, and group work. PBLK results show that the implementation of pre/post conference and case conference is very important because it can be used as a means of communication between nurses and terms of reference in providing comprehensive and continuous nursing care. Recommended to the manager of room to carry out pre/post conference every shift change, case conference once every two weeks, and do TAK regularly to maximize the life of nursing services provided by mental health patient's progress.

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdullillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah dan karunia-Nya, serta salam dan salawat kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan PBLK ini dengan judul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan profesi Ners di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan PBLK ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian PBLK ini, yaitu:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan Satu Fakultas Keperawatan USU.

3. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga bagi perbaikan PBLK ini.

4. Salbiah, M.Kep selaku koordinator profesi yang membantu jalannya kegiatan profesi Ners dan proses PBLK ini dan kepada seluruh dosen staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Keperawatan USU yang memberikan bantuan dan kelancaran selama proses profesi berlangsung.

5. Hj. Supiati, S.Kep, Ns. selaku kepala ruangan dan pegawai di ruangan Cempaka yang telah membantu penulis dalam memberikan data dan berinteraksi bersama pasien di RSJD Provsu.

6. Kedua orangtuaku tercinta, Maswar Hasibuan dan Pudji Hartati. Terimakasih atas kasih sayang, doa dan dukungan yang tak henti-hentinya selama ini kepada penulis.

7. Abang dan kakakku tersayang, Iwan Victor Hasibuan dan Yuyun Wirdiyanti Hasibuan yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

8. Jefri Syah Mulia Simamora, SP yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan PBLK ini, dan selalu memberikan motivasi serta doa yang tak pernah henti diberikan kepada penulis selama ini.

9. Sahabat-sahabat terbaikku, Dira, Febri, Sri Dewi, Nova, Tiwi, Dewi, Marli, Istik, Novri, Kak Riza, Ilda, Rina, Mira, dan seluruh teman-teman seperjuangan yaitu mahasiswa keperawatan jalur A stambuk 2007.

Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan semua pihak kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Harapan penulis PBLK ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, Juli 2012

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Sampul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Prakata ... ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan PBLK ... 5

C. Manfaat PBLK ... 6

BAB II. PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 7

B. Analisa Ruang Rawat ... 13

1. Pengkajian ... 13

2. Analisa situasi (SWOT) ... 18

3. Rumusan masalah ... 20

4. Rencana penyelesaian masalah ... 23

5. Implementasi ... 24

6. Evaluasi ... 25

C. Pembahasan... 28

BAB III. PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori Harga Diri Rendah ... 31

1. Definisi harga diri rendah ... 31

2. Proses terjadinya harga diri rendah ... 31

3. Asuhan keperawatan pasien dengan harga diri rendah ... 34

B. Tinjauan Kasus... 41

1. Pengkajian pada pasien dengan gangguan jiwa ... 41

2. Diagnosa keperawatan ... 51

3. Intervensi keperawatan ... 51

4. Implementasi dan evaluasi ... 54

5. Ringkasan Keperawatan Klien Terminasi yang Dilakukan Mahasiswa ... 87

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 89

(8)

Lampiran-lampiran

1. Kontrak Praktek Belajar Lapangan Komprehensif 2. Instrumen Pengkajian

3. Tabulasi Data

4. Preplanning Sosialisasi Hasil Pengkajian 5. Presentasi Hasil Pengkajian

6. Planning of Action (POA)

7. Preplanning Pre/Post Conference 8. Preplanning Case Conference 9. Presentasi Case Conference 10. Strategi Pertemuan

11. Proposal TAK Harga Diri Rendah 12. Daftar Jadwal Role play

13. Rencana Kerja Harian Role play 14. Format Rencana Kerja Perawat 15. Leaflet Keperawatan Jiwa Keluarga 16. Dokumentasi

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perhitungan indikator mutu ruang cempaka RSJD Provsu ... 16

Tabel 2. Survei masalah keperawatan ruang cempaka RSJD Provsu ... 17

Tabel 3. Self evaluation kinerja ruang cempaka RSJD Provsu ... 17

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

Judul : Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Nama Mahasiswa :

Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep

Institusi : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi FKep USU

Abstrak

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara telah menerapkan pengelolaan pelayanan keperawatan menggunakan sistem MPKP (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional) dimana MPKP merupakan suatu model keperawatan yang bisa dipertanggungjawabkan sesuai kode etik dan kaidah keperawatan yang meliputi biopsiko, sosial, dan spiritual. Mahasiswa Profesi Ners melakukan PBLK di ruang Cempaka RSJD Provsu yang merupakan salah satu ruangan yang menggunakan sistem MPKP selama 4 minggu dimulai pada tanggal 11 Juni-7Juli 2012. Pelaksanaan MPKP di ruang Cempaka masih belum optimal yang dapat dilihat dari beberapa tindakan asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan yang belum sesuai dengan MPKP. Untuk mengoptimalkan pengelolaan pelayanan, telah dilakukan beberapa tindakan yaitu penggunaan format rencana kerja harian dan bulanan, sosialisasi pre/post conference, sosialisasi case conference, dan pengadaan leaflet dan poster keperawatan jiwa. Pengelolaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan yaitu penggunaan strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa keperawatan khususnya harga diri rendah, melakukan Terapi Aktivitas Kelompok untuk meningkatkan kemampuan kognitif, sensori, dan motorik, serta melakukan terapi ECT. Metodologi yang digunakan adalah wawancara, observasi, penyebaran kuesioner self evaluation, dan kerja kelompok. Hasil PBLK menunjukkan bahwa pelaksanaan pre/post conference dan case conference sangat penting karena dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar perawat dan kerangka acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan. Direkomendasikan kepada pengelola ruangan untuk melaksanakan pre/post conference setiap pergantian shift, case conference setiap dua minggu sekali, dan melakukan TAK secara rutin untuk memaksimalkan pelayanan keperawatan jiwa yang diberikan demi perkembangan kemajuan kesehatan jiwa pasien.

(12)

Title : Management of Service and Nursing Care Client with Low Self-Esteem at Cempaka Room Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Name :

Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep

Institution : Educational Studies Program Phase Professional Nurses FKep USU

Abstract

Regional Psychiatric Hospital of North Sumatra province has implemented the management of nursing services using a system MPKP (Professional Nursing Services Management) which MPKP is a nursing model that can be accounted for according to the code of ethics and rules nursing covering biopsiko, social, and spiritual. Professional student nurses do PBLK in the Cempaka room RSJD Provsu which is one room that uses a MPKP system for 4 weeks started on June 11-July 7, 2012. Implementation MPKP in Cempaka room still not optimal that can be seen from some of the actions of nursing care and management services that have not been in accordance with MPKP. To optimize management of service, has done some acts that is the use of the daily and monthly work plans, pre/post conference socialization, case conference socialization, and the provision of leaflets and posters mental nursing. Management of nursing care that has been done of the use of a strategy meeting in accordance with nursing diagnoses, especially low self-esteem, conduct group therapy activities to improve cognitive abilities, sensory, and motor skills, as well as perform ECT therapy. The methodology used was interviews, observation, self-evaluation questionnaires, and group work. PBLK results show that the implementation of pre/post conference and case conference is very important because it can be used as a means of communication between nurses and terms of reference in providing comprehensive and continuous nursing care. Recommended to the manager of room to carry out pre/post conference every shift change, case conference once every two weeks, and do TAK regularly to maximize the life of nursing services provided by mental health patient's progress.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau

perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan

dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu

kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai

peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat

kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association, 1994). Gangguan

jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik

kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu

orang lain atau merusak/menyakiti dirinya sendiri (Baihaqi, dkk, 2005).

Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya.

Hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan

seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau

dikenal sebagai gila (Hardianto, 2009).

Kecenderungan gangguan jiwa akan semakin meningkat seiring

dengan terus berubahnya situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu,

prevalensinya bukan saja pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak

langsung dari kesulitan ekonomi, tetapi juga kalangan menengah keatas

sebagai dampak langsung atau tidak langsung ketidakmampuan individu

dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial yang terus berubah

(14)

Berdasarkan Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2007,

prevalensi penderita tekanan psikologis ringan adalah 20-40%, dan mereka

tidak membutuhkan pertolongan spesifik. Prevalensi penderita tekanan

psikologis sedang sampai berat yaitu 30-50%, membutuhkan intervensi sosial

dan dukungan psikologis dasar, sedangkan gangguan jiwa ringan sampai

sedang (depresi, dan gangguan kecemasan) yaitu 20%, dan gangguan jiwa

berat (depresi berat, gangguan psikotik) yaitu 3-4% memerlukan penanganan

kesehatan jiwa yang dapat diakses melalui pelayanan kesehatan umum dan

pelayanan kesehatan jiwa komunitas (Kaplan, 2002).

Masalah kesehatan jiwa atau gangguan jiwa juga masih menjadi

masalah kesehatan di Indonesia. Data Profil Kesehatan Indonesia (2008)

menunjukkan bahwa dari 1000 penduduk terdapat 185 penduduk mengalami

gangguan jiwa. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007,

diketahui bahwa prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga

terdapat 140/1000 penduduk usia 15 tahun ke atas, dan diperkirakan sejak

awal tahun 2009 sejumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa sebesar

25% dari populasi penduduk di Indonesia.

Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa juga terjadi di Sumatera

Utara, jumlah meningkat 100 persen dibanding dengan tahun-tahun

sebelumnya. Pada awal tahun 2008, RSJ Sumut menerima sekitar 50

penderita perhari untuk menjalani rawat inap dan sekitar 70-80 penderita

untuk rawat jalan. Sementara pada tahun 2006-2007, RSJ hanya menerima

(15)

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.

Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi

merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa

adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,

dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap

positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005).

Proses keperawatan pada pasien dengan masalah kesehatan jiwa

merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin

tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah fisik yang memperlihatkan

bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama

dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan

kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan

masalah juga bervariasi.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis termotivasi memilih

bidang keperawatan jiwa dalam rangka menyelesaikan tugas mata ajar Praktik

Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK). Praktik Belajar Lapangan

Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk

mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi realita kerja dengan

memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam

mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses

pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat

memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat

(16)

PBLK dilaksanakan di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara selama 4 minggu, dimulai tanggal 11 Juni 2012

sampai dengan 7 Juli 2012. Kegiatan PBLK dimulai dengan pengarahan dari

dosen pembimbing PBLK masing-masing. Selanjutnya kelompok melakukan

survei, wawancara, dan observasi fenomena yang terjadi di lapangan untuk

mendapatkan gambaran umum tentang program yang akan dilaksanakan.

Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan pada bulan Juni 2012

terdapat 24 pasien yang dirawat di ruang Cempaka RSJD Provsu, 6

diantaranya (25%) dengan diagnosa Harga Diri Rendah (HDR). Diagnosa

harga diri rendah ini menempati peringkat ketiga pasien terbanyak di ruang

Cempaka RSJD Provsu, sebanding dengan pasien halusinasi. Hal tersebut

menunjukkan bahwa harga diri rendah memiliki prevalensi yang cukup tinggi

dan berdampak buruk terhadap individu, orang lain dan keluarga.

Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien merupakan dasar

utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Hal

ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah

membantu pasien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya. Cara pasien yang mengalami gangguan jiwa

untuk mengatasi masalah sangat unik. Terkadang pasien menghindar serta

menolak berperan serta dan peran perawat bertanggung jawab untuk

melakukan pendekatan secara holistik untuk membantu masalah yang

(17)

khususnya terhadap pasien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak

membahayakan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka mahasiswa Praktik Belajar

Lapangan Komprehensif (PBLK) melakukan manajemen keperawatan dan

melaksanakan asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan jiwa khususnya pada klien dengan harga diri rendah.

B. Tujuan PBLK

Tujuan dari kegiatan PBLK ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam mensintesa ilmu pengetahuan, melaksanakan

asuhan keperawatan jiwa secara komprehensif dan profesional, baik kepada

individu, keluarga, serta masyarakat, mengintegrasikan konsep berfikir logis

dan analisis, berinisiatif dan kreatif dalam pemecahan masalah dan koordinasi

dengan tim dalam praktek keperawatan yang didasarkan pada kondisi nyata.

Disamping itu, juga dapat melakukan manajemen pelayanan keperawatan

melalui proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif

dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan

(18)

C. Manfaat PBLK

Kegiatan PBLK ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a) Mahasiswa Keperawatan

Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan

kemampuan dan mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah

diperoleh selama pendidikan secara komprehensif dalam bentuk pelayanan

profesional baik pada pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan

secara efektif dan efisien.

b) Institusi Pendidikan

Memberikan masukan metode pemberian asuhan keperawatan jiwa melalui

pengaplikasian konsep dan teori keperawatan jiwa ke dalam praktek

langsung, serta meningkatkan kompetensi lulusan institusi sehingga dapat

digunakan untuk peningkatan pengelolaan asuhan keperawatan yang

bermanfaat bagi institusi pendidikan.

c) Lahan Praktik/Rumah Sakit Jiwa

Secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan

pengelolaan asuhan keperawatan dan pengelolaan manajemen keperawatan

(19)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota

staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan

terhadap pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah

menerapkan pengelolaan pelayanan keperawatan menggunakan sistem MPKP

(Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini

diterapkan di dua ruangan yaitu Sipiso-piso dan Cempaka. MPKP adalah

suatu model keperawatan profesional yang secara keilmuwannya bisa

dipertanggungjawabkan sesuai kode etik keperawatan dan kaidah

keperawatan yang meliputi biopsiko, sosial, dan spiritual. Beberapa

modifikasi MPKP yang dilakukan meliputi 3 jenis yaitu:

1. MPKP Transisi

MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang

pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua timnya minimal dari D3

Keperawatan.

2. MPKP Pemula

MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.

(20)

a. MPKP I

MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 Keperawatan

tetapi kepala ruangan dan ketua tim mempunyai pendidikan minimal S1

Keperawatan

b. MPKP II

MPKP Intermediate dengan tenaga perawat minimal D3 Keperawatan

dan mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga

spesialis keperawatan jiwa.

c. MPKP III

MPKP Advance yang semua tenaga perawat minimal Sarjana Ners

Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan

doktor keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.

Dari hasil penelitian menunjukkan tujuan diadakannya ruang atau

bangsal MPKP yaitu diharapkan keperawatan profesional bisa diterapkan

sehingga pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai masalah keperawatan

klien. Program-program MPKP yang telah dibuat dan direncanakan tersebut

tentu saja terdapat didalam asuhan keperawatan yang akan dilakukan kepada

klien agar asuhan keperawatan yang diberikan itu lebih fokus dan holistik.

MPKP merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan

kaidah ilmu manajemen modern dimana kaidah yang dianut dalam

pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan yang

(21)

perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang MPKP mulai

dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim (perawat asosiet).

Tugas dari karu MPKP yaitu membuat rencana bulanan, mingguan,

harian; mengorganisasi tim dan anggotanya, memberi pengarahan

pelaksanaan tugas pada staf keperawatan, pekarya, dan staf administrasi;

memfasilitasi kolaborasi perawat primer dengan anggota tim kesehatan

lainnya, melakukan pengawasan pelaksanaan tugas seluruh personil ruang

MPKP, melakukan audit pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan di

ruangan, mewakili ruang MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya.

Tugas dari perawat pelaksana di ruang MPKP yaitu membuat rencana harian

yang menjadi tanggung jawabnya, melaksanakan tindakan keperawatan

kepada klien, memberikan informasi, umpan balik kepada perawat pelaksana

bila ada perubahan pada kliennya, memberikan pelayanan keperawatan yang

profesional.

Terdapat beberapa uraian tugas perawat di Ruang Cempaka RSJD

Provsu, antara lain :

1. Uraian tugas kepala ruangan

a) Mengatur pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan yang

diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan pasien.

b) Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan.

c) Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistik keperawatan agar

(22)

d) Memberi pengarahan dan motivasi kepada ketua tim/grup agar

melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, etis, dan profesional.

e) Melaksanakan program orientasi pada :

Tenaga baru

Siswa/mahasiswa peserta didik

Pasien baru

f) Mendampingi dokter/supervisor selama kunjungan visite.

g) Mengelompokkan pasien, mengatur penempatannya di ruangan

menurut tingkat kegawatan untuk mempermudah asuhan keperawatan.

h) Menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,

pasien/keluarga sehingga memberi ketenangan.

i) Mengadakan pertemuan berkala tenaga keperawatan minimal dua kali

perhari untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di ruangan.

j) Memeriksa dan meneliti :

Pengisian daftar permintaan makanan

Pengisian sensus harian

Pengisian buku register

Pengisian rekam medis

k) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan 5 (lima)

tahapan :

Pengkajian keperawatan

Prognosa keperawatan

(23)

Pelaksanaan keperawatan

Evaluasi keperawatan

l) Pertemuan secara rutin dengan pelaksana keperawatan.

m) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan di ruangan.

2. Uraian tugas ketua tim

a) Bersama anggota tim/grup melaksanakan asuhan keperawatan sesuai

standar.

b) Bersama anggota tim/grup mengadakan serah terima tugas dengan

tim/grup lain (grup petugas ganti) mengenai :

Kondisi pasien

Logistik keperawatan

Administrasi rekam medis

Layanan pemeriksaan penunjang

Kolaborasi program pengobatan

c) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh grup

sebelumnya.

d) Merundingkan pembagian tugas dengan anggota grupnya.

e) Menyediakan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.

f) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program

pengobatan dokter.

g) Membantu melaksanakan rujukan.

h) Melakukan orientasi terhadap pasien/keluarga baru mengenai :

(24)

Perawat yang bertugas

i) Menyiapkan pasien pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.

j) Memelihara kebersihan ruangan dengan :

Mengatur tugas cleaning service

Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,

peserta didik, dan pengunjung ruangan

k) Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.

l) Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan

keperawatan serta tenaga keperawatan.

m) Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan lingkungannya.

3. Uraian tugas perawat pelaksana

a) Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar.

b) Mengadakan serah terima tugas dengan tim/grup lain (grup petugas

pengganti) mengenai :

Kondisi pasien

Logistik keperawatan

Administrasi rekam medis

Pelayanan pemeriksaan penunjang

Kolaborasi program pengobatan

c) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh grup

sebelumnya.

d) Merundingkan pembagian tugas dengan anggota grupnya.

(25)

f) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program

pengobatan dokter.

g) Membantu melaksanakan rujukan.

h) Melakukan orientasi terhadap pasien/keluarga baru mengenai :

Tata tertib ruangan/rumah sakit

Perawat yang bertugas

i) Menyiapkan pasien pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan.

j) Memelihara kebersihan ruangan dengan :

Mengatur tugas cleaning service

Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,

peserta didik, dan pengunjung ruangan

k) Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.

l) Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan

keperawatan serta tenaga keperawatan.

m) Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan lingkungannya.

n) Memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien/keluarga.

o) Menjelaskan tata tertib rumah sakit, hak dan kewajiban pasien.

B. Analisa Ruang Rawat

1. Pengkajian

Pengkajian kegiatan praktik keperawatan jiwa profesional di Ruang

Cempaka RSJD Provsu berdasarkan pada pendekatan MPKP yang meliputi 4

(26)

approach) sebagai pilar praktik profesional yang pertama, diterapkan dalam

bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari; perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian

(controlling). Selanjutnya pilar compensatory reward sebagai pilar kedua

terkait dengan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang meliputi

rekrutmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja, pengembangan staf.

Pilar ketiga yaitu profesional relationship meliputi rapat tim kesehatan, rapat

tim keperawatan, konferensi kasus, visit dokter. Pilar keempat yaitu patient

care delivery meliputi asuhan keperawatan dengan menerapkan proses

keperawatan berdasarkan survei masalah yang dilakukan.

Pengkajian mahasiswa PBLK dilakukan pada tanggal 11 – 14 Juni

2012 pada pukul 10.00 – 12.30 WIB di Ruang Cempaka RSJD Provsu.

Pengkajian dilakukan dengan menggunakan instrumen self evaluasi dan

wawancara kepada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana

didapatkan hasil sebagai berikut:

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu merupakan rumah sakit tipe A yang

melayani seluruh lapisan masyarakat. Ruang Cempaka memiliki visi, misi,

motto, dan falsafah yang sama dengan visi, misi, motto dan falsafah

pelayanan keperawatan sebagai berikut :

a. VISI : menjadikan pelayanan asuhan keperawatan jiwa optimal dan

paripurna secara profesional untuk kepuasan masyarakat.

b. MISI: melaksanakan pelayanan keperawatan jiwa yang paripurna dan

(27)

c. MOTTO:

A = arif

S = sosial

K = komunikatif

E = efektif

P = profesional

d. Falsafah dan Tujuan Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu,

sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan jiwa dilakukan secara profesional didasari

pada ilmu perilaku dan keperawatan.

2. Pelayanan keperawatan jiwa diberikan sepanjang siklus kehidupan

manusia dengan respon psikososial tanpa membedakan suku, agama,

ras, dan golongan.

3. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk membantu dalam

meningkatkan, mencegah, mempertahankan, dan memulihkan masalah

kesehatan jiwa klien.

4. Pelayanan keperawatan jiwa pada umumnya meliputi : perawatan

fisik, mental dan sosial budaya yang pada prakteknya tidak dapat

dipisahkan satu sama lain.

5. Praktek keperawatan dilaksanakan berdasarkan peraturan dan

(28)

6. Pendidikan keperawatan yang berkelanjutan harus dilaksanakan secara

terus-menerus untuk pengembangan staf dalam pelayanan

keperawatan.

7. Asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera

Utara mempunyai peran sentral dalam pengembangan misi

keperawatan terhadap klien dengan masalah kejiwaan di Sumatera

Utara.

e. Ketenagaan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada bulan Juni, ketenagaan

di Ruang Cempaka RSJD Provsu antara lain: jumlah tenaga keperawatan

ada 7 orang dengan latar belakang pendidikan 2 orang S1 Keperawatan, 1

orang S1 Kesehatan Masyarakat dan 4 orang D3 Keperawatan.

f. Indikator Mutu

Adapun perhitungan indikator mutu yang dilakukan di Ruang Cempaka

RSJD Provsu yaitu pengukuran Bed Occupancy Rate (BOR) dan angka

pasien lari. Namun berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan

mahasiswa melalui kuesioner dan wawancara pada bulan Juni 2012

didapatkan sebagai berikut:

Tabel 1. Perhitungan Indikator Mutu Ruang Cempaka RSJD Provsu.

No. Aspek yang Dinilai Nilai (%)

1. BOR 96%

2. Angka Lari 0 %

3. Angka Skabies 8,3 %

4. Angka Pengekangan 0 %

(29)

g. Survei Masalah Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa melalui kuesioner dan

wawancara, pada bulan Juni 2012 didapatkan ada 5 masalah keperawatan

di Ruang Cempaka RSJD Provsu dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2. Survei Masalah Keperawatan Ruang Cempaka RSJD Provsu

No. Aspek yang Dinilai Jumlah (%)

1. Isolasi Sosial 7

2. Halusinasi Pendengaran 6

3. Harga diri Rendah 6

4. Prilaku Kekerasan 3

5. Waham 2

6. Kurang Perawatan Diri -

7. Risiko Bunuh Diri -

h. Evaluasi Kinerja Perawat (Self Evaluation)

Kinerja perawat di ruang MPKP dapat dinilai, salah satunya dengan

menggunakan kuesioner self evaluation yang diberikan kepada kepala

ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Adapun kriteria kelulusan

perawat berdasarkan jumlah nilai yang dihasilkan perawat dari kuesioner

tersebut. Jika nilai perawat ≥ 75 maka dinyatakan lulus, berikut ini

dipaparkan hasil dari kuesioner self evaluation:

Tabel 3. Self Evaluation Kinerja Ruang Cempaka RSJD Provsu.

Jabatan Nilai Keterangan

Kepala ruangan 89,67 Lulus

Ketua Tim 1 78,5 Lulus

Ketua Tim 2 95 Lulus

Perawat Pelaksana 1 80,83 Lulus

Perawat Pelaksana 2 81,67 Lulus

Perawat Pelaksana 3 85,83 Lulus

(30)

2. Analisa Situasi (SWOT)

a. Kekuatan (Strenght)

1) Adanya visi, misi, dan motto bidang keperawatan di ruang

Cempaka.

2) Adanya rencana tahunan kepala ruangan.

3) Adanya struktur organisasi yang jelas dengan metode penugasan

tim.

4) Adanya daftar dinas perawat di ruangan.

5) Adanya uraian tugas yang jelas antara kepala ruangan, ketua tim,

dan perawat pelaksana yang pelaksanaannya sudah optimal.

6) Adanya penilaian rencana harian perawat setiap tahun.

7) Adanya buku rawatan yang berisikan informasi tentang kondisi

pasien.

8) Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepada ketua tim jika

berhalangan hadir.

9) Adanya data indikator mutu BOR.

10) Adanya pencatatan angka lari, scabies, pengekangan, cedera, serta

pasien masuk dan pulang.

11) Perawat yang bekerja di ruangan melalui proses rekrutmen dan

sesuai kriteria yang ditetapkan oleh RSJD Provsu.

12) Adanya program orientasi perawat.

13) Adanya jadwal penanggung jawab TAK dan TAK dilakukan

(31)

14) Ketua tim sudah menyiapkan resume kasus untuk case conference.

15) Semua ketua tim dan perawat pelaksana mengikuti case

conference.

b. Kelemahan (Weakness)

1) Case conference sudah direncanakan, tetapi pelaksanaannya belum

berjalan secara optimal.

2) Belum optimal supervisi terhadap perawat pelaksana.

3) Kurang optimalnya perawat dalam memberikan pendidikan

kesehatan kepada keluarga pasien.

4) Operan lebih sering melalui buku rawatan tanpa ada tatap muka

dengan pasien dan perawat saat pergantian shift.

5) Belum semua ketua tim mempunyai jadwal supervisi.

6) Belum adanya data tentang indikator mutu umum, khususnya TOI.

7) Belum optimalnya survei kepuasan pasien dan keluarga pasien.

8) Belum adanya pelatihan aspek khusus keperawatan.

9) Belum adanya pelatihan MPKP bagi perawat di ruangan Cempaka

RSJD Provsu.

c. Kesempatan (Opportunity)

Adanya mahasiswa dari institusi-institusi kesehatan yang berdinas di

RSJD Provsu.

d. Ancaman (Threatened)

1) Adanya rumah sakit jiwa swasta memberikan pelayanan kesehatan

(32)

2) Adanya tuntutan masyarakat yang lebih untuk mendapatkan

pelayanan yang profesional.

3. Rumusan Masalah

Gambaran hasil analisa situasi ruang cempaka di RSJD Provsu

dideskripsikan sebagai berikut:

a. Pilar I (Management Approach)

1) Planning (Perencanaan)

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) sudah tersedia di ruangan,

namun masih direvisi sesuai asuhan keperawatan yang baru. Adanya

rencana kerja harian di ruangan tetapi formatnya belum ada.

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan bahwa 50% ketua tim sering

membuat rencana kerja harian dan 50% selalu membuat rencana

kerja harian.

Tindak lanjut : Membuat format kerja harian perawat.

2) Organization (Pengorganisasian)

Perawat memiliki uraian tugas yang jelas dan jadwal dinas dibuat

berdasarkan tim dengan proporsi jumlah perawat dinas pagi lebih

besar dari dinas sore dan malam. Perawat dinas pagi ada 4 orang

antara lain 1 kepala ruangan, 1 ketua tim, dan 2 perawat pelaksana,

dinas sore 1 perawat pelaksana, dan dinas malam 1 perawat

pelaksana, dan 1 perawat pelaksana libur. Belum tersedia daftar

(33)

Tindak lanjut : Menganjurkan kepala ruangan dan ketua tim untuk

membuat daftar nama pasien dan perawat yang

bertanggung jawab.

3) Pengarahan

Belum optimalnya operan yang dilakukan antar shift. Operan

biasanya melalui buku rawatan yang dioperkan perawat saat

pergantian shift. Di buku rawatan berisikan informasi pasien dengan

perhatian khusus. Berdasarkan hasil kuesioner 50% ketua tim

mengatakan tidak pernah memimpin pre/post conference dan 50%

sering memimpin pre/post conference.

Tindak lanjut : Mensosialisasikan dan melakukan roleplay

pelaksanaan pergantian shift, menganjurkan kepala

ruangan dan ketua tim untuk melaksanakan

pre/post conference.

4) Pengawasan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapatkan

dokumentasi penilaian indikator mutu BOR 96%. Sedangkan

indikator TOI tidak dinilai. Belum optimalnya survei kepuasan

pasien dan keluarga pasien.

Tindak lanjut : Menganjurkan kepala ruangan untuk mengukur

indikator mutu selain BOR dan AvLOS juga TOI,

(34)

keluarga pasien terhadap pelayanan keperawatan

yang diberikan.

b. Pilar II (Compensatory Reward)

Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan data bahwa perawat yang

bekerja melalui proses rekrutmen berdasarkan kriteria yang tetapkan

oleh RSJD Provsu. Hasil wawancara menunjukkan bahwa hanya ada

pelatihan dasar keperawatan jiwa. Sedangkan, pelatihan-pelatihan

lainnya yang dibutuhkan dalam keperawatan jiwa belum ada termasuk

pelatihan MPKP untuk perawat di ruang Cempaka RSJD Provsu.

Tindak lanjut : Menganjurkan kepada pihak rumah sakit untuk

mengadakan pelatihan manajemen MPKP.

c. Pilar III (Professional Relationship)

Case conference sudah direncanakan, tetapi pelaksanaannya belum

berjalan secara optimal.

Tindak lanjut : Sosialisasi tentang case conference dan

menganjurkan kepada kepala ruangan untuk

melakukan case conference.

d. Pilar IV (Patient Care Delivery)

Belum optimalnya kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) di ruang

Cempaka dan belum optimalnya pemberian pendidikan kesehatan pada

keluarga pasien.

Tindak lanjut : Membuat format TAK, melaksanakan kegiatan

(35)

perawat untuk menyusun jadwal perawat yang

bertanggung jawab dalam kegiatan TAK, serta

membuat leaflet sesuai dengan diagnosa pasien

untuk keluarga di ruang Cempaka.

4. Rencana Penyelesaian Masalah

a. Pilar I (Management Approach)

1) Sosialisasi penggunaan format kerja harian perawat.

2) Sosialisasi pelaksanaan pergantian shift.

3) Anjurkan kepala ruangan dan ketua tim untuk melaksanakan

pre/post conference.

4) Anjurkan kepala ruangan dan ketua tim untuk membuat daftar nama

pasien dan perawat yang bertanggung jawab

5) Anjurkan kepala ruangan untuk mengukur indikator mutu,

khususnya TOI.

6) Buat kuesioner kepuasan pasien dan keluarga pasien terhadap

pelayanan keperawatan yang diberikan

b. Pilar II (Compensatory Reward)

Anjurkan kepada pihak rumah sakit untuk mengadakan pelatihan

manajemen MPKP.

c. Pilar III (Professional Relationship)

Sosialisasi tentang case conference dan menganjurkan kepada kepala

(36)

d. Pilar IV

Buat format TAK, melaksanakan kegiatan TAK seminggu minimal

sekali sesuai dengan kasus, dan menyusun jadwal perawat yang

bertanggung jawab dalam kegiatan TAK serta membuat leaflet sesuai

dengan diagnosa pasien untuk keluarga di ruang Cempaka.

5. Implementasi

Setelah disepakati prioritas masalah dan rencana penyelesaian masalah,

mahasiswa PBLK melakukan implementasi kegiatan. Implementasi

kegiatan dilakukan mulai tanggal 19-30 Juni 2012 di ruang Cempaka

RSJD Provsu. Adapun implementasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa

PBLK menggunakan pendekatan empat pilar manajemen MPKP, sebagai

berikut :

a. Pilar I

Dari segi pengelolan pelayanan keperawatan, mahasiswa telah membuat

format rencana kerja harian, bulanan, yang dilakukan pada minggu

kedua. Format rencana kerja yang telah dibuat mahasiswa dijilid dan

diserahkan ke ruangan.

b. Pilar II

Pada pilar kedua, mahasiswa hanya dapat memberikan saran kepada

kepala ruangan untuk mengusulkan diadakannya pelatihan manajemen

(37)

c. Pilar III

Pada pilar ketiga, mahasiswa PBLK melakukan sosialisasi case

conference pada tanggal 29 Juni 2012 dengan mengangkat salah satu

kasus kelolaan mahasiswa yaitu kasus halusinasi pendengaran di

ruangan cempaka. Diharapkan setelah dilakukan sosialisasi case

conference di ruang cempaka, kegiatan tersebut akan terus berlanjut dan

terjadwal dengan baik.

d. Pilar IV

Pada pilar keempat, mahasiswa PBLK melakukan asuhan keperawatan

pada semua pasien yang ada di ruangan. Untuk meningkatkan

pemahaman pasien tentang strategi pertemuan yang telah diberikan

sesuai dengan diagnosa keperawatan pasien. Mahasiswa PBLK

melakukan TAK pada kelompok pasien dengan diagnosa yang sama

yang merupakan diagnosa terbanyak di ruangan. Adapun TAK yang

dilakukan adalah TAK halusinasi sesi 1-5, TAK harga diri rendah sesi

1-2, TAK isolasi sosial sesi 1-7. Selain itu, mahasiswa juga

memberikan leaflet tentang semua diagnosa keperawatan gangguan

jiwa. Diharapkan leaflet tersebut mempermudah perawat untuk

memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien.

6. Evaluasi

Waktu pelaksanaan PBLK di ruangan cempaka RSJD Provsu dilaksanakan

selama empat minggu yaitu tanggal 11 Juni – 7 Juli 2012. Berdasarkan

(38)

kegiatan dari 3 pilar MPKP yaitu management approach, professional

relationship, patient care delivery. Kegiatan lain yang dilakukan oleh

mahasiswa PBLK secara individu adalah memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien sesuai dengan kasus yang dikelola.

Berdasarkan hasil dari penyelesaian masalah yang dilakukan di ruang

cempaka dengan menggunakan pendekatan MPKP dapat dievaluasi

sebagai berikut :

a. Pilar I

Selama proses implementasi, dapat dianalisa bahwa belum

maksimalnya pembuatan rencana kerja harian. Sehingga perlu

ditetapkan pembuatan rencana kerja harian sebagai penilaian kinerja

perawat. Selain itu, perlunya penyegaran ulang tentang cara pembuatan

rencana kerja harian yang efektif, yang mengacu pada tindakan

keperawatan berdasarkan masalah keperawatan tiap pasien.

b. Pilar II

Hasil observasi menunjukkan bahwa penilaian kinerja dan

pengembangan staf belum optimal dilakukan secara terjadwal oleh

kepala ruangan terhadap ketua tim dan supervisi ketua tim terhadap

perawat pelaksana. Selain itu, belum terlaksananya dengan optimal

daftar perawat yang bertanggung jawab atas tiap pasien.

c. Pilar III

Hasil observasi menunjukkan bahwa case conference belum berjalan

(39)

membagi pengetahuan. Oleh sebab itu, mahasiswa PBLK melakukan

sosialisasi case conference pada perawat di ruangan cempaka dan

menyarankan untuk dapat melakukannya secara rutin dan terjadwal.

Sehingga kepala ruangan dapat membimbing ketua tim yang belum

melakukan case conference, sedangkan ketua tim dapat membimbing

perawat pelaksananya untuk membaca kasus yang sedang dibahas.

Dengan demikian, semua perawat menjadi percaya diri dalam

melakukan case conference.

d. Pilar IV

Pemberian asuhan keperawatan di ruang cempaka diharapkan berfokus

pada tindakan keperawatan tanpa mengabaikan tindakan kolaborasi.

Metode penugasan yang digunakan adalah metode tim, tetapi masih

sebagian menggunakan metode fungsional. Hal ini menyebabkan

perawat berinteraksi dengan klien jika hanya ada tindakan tertentu yang

ingin dilakukan misalnya menyuntik dan memberikan obat. Strategi

pertemuan dan terapi aktivitas kelompok belum terlaksana secara

optimal. Hal tersebut terjadi karena struktur kegiatan perawat di

ruangan belum berjalan dengan baik. Semua tindakan keperawatan

sama untuk semua pasien, khususnya strategi pertemuan bagi pasien.

Selain itu, untuk mengoptimalkan asuhan keperawatan, mahasiswa dan

perawat ruang cempaka membuat TAK khususnya bagi tiga diagnosa

terbesar yaitu isolasi sosial, HDR dan halusinasi. Berdasarkan observasi

(40)

masalah kesehatan jiwa yang sedang dihadapinya dan berusaha untuk

mengatasinya.

C. Pembahasan

Adapun hasil dari penyelesaian masalah yang dilakukan di ruang cempaka

dengan menggunakan pendekatan MPKP dapat dibahas sebagai berikut :

a. Pilar I (Management Approach)

Pada pilar I MPKP mahasiswa membuat rencana kerja harian yang

dilakukan sebagai suatu penilaian kinerja perawat di ruang cempaka,

selain itu dilakukan penyegaran tentang cara pembuatan rencana kerja

harian yang efektif, yang mengacu pada tindakan keperawatan berdasarkan

masalah keperawatan tiap pasien. Hal ini sesuai dengan fungsi manajemen

perencanaan. Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilakukan oleh

kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana sesuai dengan perannya

masing-masing, yang dibuat untuk setiap shift (Keliat & Akemat, 2009).

b. Pilar III (Professional Relationship)

Mahasiswa PBLK melakukan sosialisasi case conference yang dikelola

dan tindak lanjut dari kegiatan ini dapat dijadwalkan secara rutin.

Mahasiswa PBLK juga melakukan case conference bersama perawat di

ruangan cempaka yaitu salah satu kasus kelolaan mahasiswa PBLK.

Menurut Keliat & Akemat (2009), konferensi kasus adalah diskusi

kelompok tentang kasus asuhan keperawatan pasien atau keluarga yang

(41)

yang tidak ada perkembangan, pasien pulang, pasien yang meninggal, dan

pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.

c. Pilar IV (Patient Care Delivery)

Pada pilar IV, mahasiswa PBLK melakukan asuhan keperawatan pada

pasien kelolaan. Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan

penyelesaian masalah yang sistematis dimulai dari pengkajian, diagnosa,

rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Craven &

Hirnle, 2000 dalam Keliat & Akemat, 2009).

Mahasiswa juga melakukan TAK berdasarkan tiga diagnosa terbanyak

yang ada di ruang cempaka. TAK adalah salah satu tindakan keperawatan

untuk pasien gangguan jiwa. Terapi aktivitas kelompok sering dipakai

sebagai terapi tambahan. Adapun tujuan TAK adalah untuk

mengembangkan stimulasi kognitif, sensoris, orientasi realitas dan

sosialisasi. Selain itu, mahasiswa juga membuat leaflet sebagai bahan

untuk mempermudah pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga.

Pendidikan kesehatan kepada individu keluarga adalah pendidikan

kesehatan yang diberikan kepada keluarga seorang pasien. Pendidikan

kesehatan keluarga jenis ini merupakan bagian dari asuhan keperawatan

pasien (anggota keluarga yang sedang dirawat). Materinya adalah cara

mengatasi masalah-masalah keperawatan yang dialami oleh pasien yang

bisa dilakukan oleh keluarga baik di rumah sakit maupun di rumah.

Pendidikan kesehatan kelompok keluarga adalah pendidikan kesehatan

(42)

sakit. Tujuannya kegiatan ini adalah memberdayakan keluarga sebagai self

help

lainnya tentang pengalamannya merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa. Kegiatan ini difasilitasi oleh perawat sebagai

narasumber dan fasilitator sehingga keluarga-keluarga dapat saling

menguatkan dan belajar cara merawat anggotanya yang mengalami

(43)

BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori

1. Definisi harga diri rendah

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri

sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,

merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal

diri (Keliat, 1998). Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan

kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan

interpersonal yang buruk.

Harga diri meningkat bila diperhatikan/dicintai dan dihargai atau

dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi

sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang rendah,

efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki

harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi

secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan

individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara

negatif dan menganggap sebagai ancaman (Yoseph, 2009).

2. Proses terjadinya harga diri rendah

Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http:www.tqm.com)

menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita

(44)

tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah.

Selanjutnya, hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.

Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah

adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas

keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang

dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal

sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul

saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari

kemampuannya.

Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga diri yaitu :

1) Memberikan kesempatan berhasil

2) Menanamkan gagasan

3) Mendorong aspirasi

4) Membantu membentuk koping

Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi proses

terjadinya harga diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

a) Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang

tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang

(45)

b) Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah hilangnya

sebagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, mengalami

kegagalan serta menurunnya produktivitas.

Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah

dapat terjadi secara situasional dan kronik. Gangguan harga diri yang terjadi

secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba

misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan,

atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di

rumah sakit juga menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan

penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,

harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh, serta

perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.

Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah berlangsung sejak

lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat dan menjadi

semakin meningkat saat dirawat.

Menurut Peplau dan Sulivan dalam Yoseph (2009) mengatakan bahwa

harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap

perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me,

anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak

terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang

digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut

(46)

seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak

oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stres dan

menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

Caplan (dalam Keliat 1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial,

pengalaman individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan

dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan

stres dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

3. Asuhan keperawatan pasien dengan harga diri rendah a. Pengkajian

Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri

rendah adalah :

1) Mengkritik diri sendiri

2) Perasaan tidak mampu

3) Pandangan hidup yang pesimis

4) Penurunan produktivitas

5) Penolakan terhadap kemampuan diri

Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga

diri rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian

tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih

(47)

b. Pohon masalah

Sumber: Yoseph (2009)

Skema 1. Pohon masalah harga diri rendah

c. Masalah keperawatan

Adapun masalah keperawatan yang muncul antara lain :

1) Harga diri rendah kronik

2) Koping individu tidak efektif

3) Isolasi sosial

4) Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

5) Risiko tinggi perilaku kekerasan

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori/Proses Pikir

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

(48)

d. Strategi pelaksanaan komunikasi dan tindakan keperawatan

Setelah menegakkan diagnosa keperawatan, perawat melakukan

beberapa tindakan keperawatan, baik pada pasien maupun keluarganya.

Tindakan Keperawatan untuk Pasien :

Strategi pelaksanaan komunikasi adalah salah satu tindakan

keperawatan jiwa terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan

untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Fitria, 2009).

Berdasarkan standar asuhan keperawatan yang tersedia, asuhan keperawatan

harga diri rendah dilakukan dalam dua sesi pertemuan. Pada setiap

pertemuan, pasien memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi

masalahnya ke dalam jadwal kegiatan. Strategi pelaksanaan komunikasi pada

pasien harga diri rendah terdiri dari dua sesi pertemuan yaitu sesi pertemuan

pertama (SP1) dan sesi pertemuan kedua (SP2).

Kegiatan yang dilakukan pada SP1 adalah mendiskusikan kemampuan

dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan

yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih atau menetapkan

kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan

menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana

jadwal pelaksanaan harian pasien. Sedangkan kegiatan yang dilakukan pada

SP2 adalah melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai

semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki dapat

(49)

Adapun tujuan tindakan keperawatan jiwa pada pasien harga diri

rendah adalah sebagai berikut :

a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

c) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.

d) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih yang dipilih sesuai

dengan kemampuan.

e) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai dengan

kemampuan.

f) Pasien dapat melakukan kegiatan yang lain sesuai dengan jadwal

pelaksanaan.

Tindakan keperawatan jiwa yang dilakukan pada pasien harga diri

rendah adalah sebagai berikut :

1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. Untuk

membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

a) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah.

b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.

2) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara

berikut.

a) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat

(50)

b) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap

kemampuan diri yang diungkapkan pasien.

c) Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar

yang aktif.

3) Membantu pasien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang dilatih.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan

yang akan pasien lakukan sehari-hari.

b) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan

bantuan minimal.

4) Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut.

a) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan.

b) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan.

c) Berikan dukungan dan pujian setiap kegiatan yang dapat dilakukan

pasien.

5) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.

a) Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah

dilatih.

b) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.

c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan

setiap kegiatan.

(51)

e) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah

melakukan kegiatan.

Tindakan Keperawatan pada Keluarga :

Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah

di rumah menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien. Adapun tujuan

tindakan keperawatan jiwa pada keluarga pasien harga diri rendah adalah

sebagai berikut :

a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang

dimiliki

b) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan

c) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan

latihan yang dilakukan, dan memberi pujian atas keberhasilan pasien

d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien

Tindakan keperawatan jiwa yang dilakukan pada keluarga pasien

harga diri rendah adalah sebagai berikut :

1) Jelaskan pada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien

2) Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji

pasien atas kemampuannya

3) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan

yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat

4) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku

(52)

e. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan diaplikasikan dengan menggunakan

[image:52.595.127.511.189.642.2]

Strategi Pertemuan (SP) untuk pasien dan keluarga pasien, sebagai berikut :

Tabel 4. Strategi pertemuan pada pasien dan keluarga pasien harga diri

rendah

No. Kemampuan/Kompetensi

A. Kemampuan Merawat

1. (SP1)

1. Mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.

2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan ini.

3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien (1 kemampuan).

4. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih. 5. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.

6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

2. (SP2)

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 2. Melatih kemampuan kedua.

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Kemampuan Merawat Keluarga

1. (SP1)

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.

2. Menjelaskan pengertian, tanda, dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien HDR. 2.

(SP2)

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat dengan harga diri rendah.

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah.

3. (SP3)

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat.

(53)

f. Evaluasi keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap

kemampuan pasien harga diri rendah dan keluarganya, antara lain :

1) Kemampuan yang diharapkan dari pasien :

a) Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki

b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dikerjakan

c) Pasien dapat melatih kemampuan yang dapat dikerjakan

d) Pasien dapat membuat jadwal kegiatan harian

e) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian

2) Kemampuan yang diharapkan dari keluarga :

a) Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien

b) Menyediakan fasilitas untuk pasien dapat melakukan kegiatan

c) Mendorong pasien melakukan kegiatan

d) Memuji pasien saat pasien dapat melakukan kegiatan

e) Membantu melatih pasien

f) Membantu penyusunan jadwal kegiatan pasien

g) Memantau perkembangan pasien

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian pada pasien dengan gangguan jiwa

Ruang Rawat : Cempaka

(54)

a. Identitas Klien

Inisial : Ny. R

Tanggal pengkajian : 19 Juni 2012

Umur : 40 tahun

RM : 02.74.91

b. Alasan Masuk

Klien suka bicara-bicara sendiri, suka menyendiri, sulit tidur,

marah-marah tanpa sebab dan mau melempar-lempar barang. Hal ini dialami

klien sejak 10 tahun yang lalu.

c. Faktor Predisposisi

Klien sebelumnya pernah dirawat di RSJD Provsu kira-kira 4 tahun

yang lalu (tahun 2008) namun pengobatannya kurang berhasil karena

klien tidak meminum obat secara teratur dan rutin sehingga klien

kembali dibawa ke RSJD Provsu pada tanggal 19 Januari 2012. Klien

sudah menikah dan telah dikaruniai 3 orang anak, tetapi pada tahun

2002 klien diceraikan oleh suaminya.

Masalah Keperawatan : Perilaku kekerasan, harga diri rendah, regimen

(55)

1) Genogram

Ny.R (40 thn)

Keterangan :

: Laki-laki : Bercerai

: Perempuan : Klien kelolaan

: Meninggal : Tinggal serumah

Penjelasan : Klien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, terdapat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu ibu Ny. R

dengan gejala marah-marah dan sering bicara sendiri. Ibu Ny.R tidak

pernah mendapatkan pengobatan atau perawatan jiwa. Klien sehari-hari

merawat ibunya serta anak-anaknya karena klien tinggal bersama ibu

dan adiknya setelah klien resmi bercerai dengan suaminya sejak tahun

2002. Klien tidak rutin minum obat maupun kontrol karena malas dan

sering lupa.

Masalah Keperawatan : Kurang efektifnya koping keluarga :

(56)

anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa.

2) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : pasien diceraikan

oleh suaminya.

Masalah Keperawatan : Berduka disfungsional.

d. Fisik

1) Tanda Vital : TD : 120/70 mmHg, N : 76 x/i, S : 36,8ºC, RR : 22

x/i

2) Ukur : TB : 160 cm, BB : 58 kg

3) Keluhan Fisik : Kondisi fisik klien dalm keadaan baik dan normal

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

e. Psikososial

1) Konsep Diri

a) Gambaran Diri : Klien mengatakan bahwa ia menyukai seluruh

bagian tubuhnya.

b) Identitas : Klien merupakan seorang ibu dari tiga orang anak.

Klien merasa sedih karena sudah berstatus janda karena telah

diceraikan oleh suaminya.

c) Peran : Klien tidak mempunyai pekerjaan, hanya mengurusi

kebutuhan rumah tangga.

d) Ideal Diri : Klien ingin cepat sembuh dan ingin kembali

(57)

e) Harga Diri : Klien merasa kecewa dan sedih karena tidak

diperdulikan oleh suaminya, serta tidak pernah diberi nafkah lagi.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

2) Hubungan Sosial

a) Orang yang berarti :

Klien mengatakan bahwa orang yang paling disayang dan dekat

dengannya adalah ibu dan ketiga anaknya.

b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :

Klien mengatakan jarang berinteraksi/ikut serta dalam kegiatan

kelompok maupun masyarakat.

c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Klien merasa malu dengan status dan keadaan dirinya sendiri,

tetapi jika diajak bicara oleh orang lain, klien masih mau

berbicara dan mengobrol walaupun hanya sebentar saja.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3) Spiritual

a) Nilai dan keyakinan

Klien menganut agama Islam dan yakin akan agama yang

dianutnya.

b) Kegiatan ibadah

Klien sebelum masuk RSJ rajin beribadah, tetapi selama dirawat

di RSJ sudah jarang beribadah. Hanya berdoa sebelum tidur.

(58)

f. Status Mental

1) Penampilan

Klien berpakaian rapi, rambut bersih dan disisir, mandi pagi dan

sore, penggunaan pakaian sesuai, kuku pendek.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

2) Pembicaraan

Klien berbicara dengan nada yang pelan dan lambat sambil sesekali

menundukkan wajahnya. Klien tidak dapat memulai pembicaraan

dan hanya menjawab jika ditanya.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah (HDR)

3) Aktivitas motorik

Klien tampak lesu, tetapi masih dapat beraktivitas dengan baik.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

4) Alam perasaan

Klien tampak lesu, sedih, wajah muram, dan terkadang pandangan

kosong.

Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan

5) Afek

Klien berbicara dengan afek normal, sesuai dengan suasana hati

dan isi pembicaraan.

(59)

6) Interaksi selama wawancara

Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan

kontak mata (+) tetapi sesekali menundukkan wajahnya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

7) Persepsi

Klien mengatakan bahwa pendengaran, penglihatan, perabaan,

pengecapan, dan penghirupan dalam keadaan baik.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

8) Proses pikir

Klien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik,

daya ingat klien masih bagus, baik ingatan masa lampau maupun

kini. Klien mengatakan bahwa ia sering mendengar tetangganya

sering menjelek-jelekkan dirinya. Klien juga mengatakan bahwa ia

marah pada adiknya yang akan membangun dapur di rumah

orangtuanya karena merasa adiknya akan menggambil rumah dan

semua harta orang tuanya serta takut ia tidak mendapatkan harta

warisan.

Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir : Waham Curiga

9) Tingkat kesadaran

Klien dalam keadaan sadar penuh dan dapat menyebutkan

hari/waktu, tempat, dan orang dengan baik tanpa dibantu perawat.

(60)

10) Memori

Klien masih dapat menging

Gambar

Tabel 1. Perhitungan Indikator Mutu Ruang Cempaka RSJD Provsu.
Tabel 2. Survei Masalah Keperawatan Ruang Cempaka RSJD Provsu
Tabel 4. Strategi pertemuan pada pasien dan keluarga pasien harga diri

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya, serta salawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW,

D mengarahkan pada masalah gangguan konsep diri harga diri rendah, didukung dengan data subjektif yaitu klien mengatakan, malu terhadap diri sendiri, mengatakan tidak

Pada masyarakat juga perlu dilakukan terapi psikoedukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah harga diri rendah kronis yang merupakan salah

namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapat Gelar Ahli Madya Keperawatan.

Apakah mas pernah merasakan kehilangan seperti orang orang yang mas cintai atau kehilangan hal lainnya? Apa yang mas lakukan waktu dirumah? mas sekarang tinggal dengan

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT serta atas segala rahmat dan karunia-Nya Salawat Serta Salam Kepada Tauladan umat Nabi Muhammad SAW beserta

Intervensi yang akan dilakukan pada pasien harga diri rendah yaitu melakukan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah, membina hubungan saling