L A P O R A N P B L K
Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif
Oleh
Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep 071101030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN
FIELD PRACTICE COMPREHENSIVE STUDY REPORT
Management of Service and Nursing Care Client with Low Self-Esteem at Cempaka Room Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Prepared in the Framework Completed Subjects Comprehensive Field Learning Experience
By
Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep 071101030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN
Judul : Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Nama Mahasiswa :
Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep
Institusi : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi FKep USU
Abstrak
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara telah menerapkan pengelolaan pelayanan keperawatan menggunakan sistem MPKP (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional) dimana MPKP merupakan suatu model keperawatan yang bisa dipertanggungjawabkan sesuai kode etik dan kaidah keperawatan yang meliputi biopsiko, sosial, dan spiritual. Mahasiswa Profesi Ners melakukan PBLK di ruang Cempaka RSJD Provsu yang merupakan salah satu ruangan yang menggunakan sistem MPKP selama 4 minggu dimulai pada tanggal 11 Juni-7Juli 2012. Pelaksanaan MPKP di ruang Cempaka masih belum optimal yang dapat dilihat dari beberapa tindakan asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan yang belum sesuai dengan MPKP. Untuk mengoptimalkan pengelolaan pelayanan, telah dilakukan beberapa tindakan yaitu penggunaan format rencana kerja harian dan bulanan, sosialisasi pre/post conference, sosialisasi case conference, dan pengadaan leaflet dan poster keperawatan jiwa. Pengelolaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan yaitu penggunaan strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa keperawatan khususnya harga diri rendah, melakukan Terapi Aktivitas Kelompok untuk meningkatkan kemampuan kognitif, sensori, dan motorik, serta melakukan terapi ECT. Metodologi yang digunakan adalah wawancara, observasi, penyebaran kuesioner self evaluation, dan kerja kelompok. Hasil PBLK menunjukkan bahwa pelaksanaan pre/post conference dan case conference sangat penting karena dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar perawat dan kerangka acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan. Direkomendasikan kepada pengelola ruangan untuk melaksanakan pre/post conference setiap pergantian shift, case conference setiap dua minggu sekali, dan melakukan TAK secara rutin untuk memaksimalkan pelayanan keperawatan jiwa yang diberikan demi perkembangan kemajuan kesehatan jiwa pasien.
Title : Management of Service and Nursing Care Client with Low Self-Esteem at Cempaka Room Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Name :
Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep
Institution : Educational Studies Program Phase Professional Nurses FKep USU
Abstract
Regional Psychiatric Hospital of North Sumatra province has implemented the management of nursing services using a system MPKP (Professional Nursing Services Management) which MPKP is a nursing model that can be accounted for according to the code of ethics and rules nursing covering biopsiko, social, and spiritual. Professional student nurses do PBLK in the Cempaka room RSJD Provsu which is one room that uses a MPKP system for 4 weeks started on June 11-July 7, 2012. Implementation MPKP in Cempaka room still not optimal that can be seen from some of the actions of nursing care and management services that have not been in accordance with MPKP. To optimize management of service, has done some acts that is the use of the daily and monthly work plans, pre/post conference socialization, case conference socialization, and the provision of leaflets and posters mental nursing. Management of nursing care that has been done of the use of a strategy meeting in accordance with nursing diagnoses, especially low self-esteem, conduct group therapy activities to improve cognitive abilities, sensory, and motor skills, as well as perform ECT therapy. The methodology used was interviews, observation, self-evaluation questionnaires, and group work. PBLK results show that the implementation of pre/post conference and case conference is very important because it can be used as a means of communication between nurses and terms of reference in providing comprehensive and continuous nursing care. Recommended to the manager of room to carry out pre/post conference every shift change, case conference once every two weeks, and do TAK regularly to maximize the life of nursing services provided by mental health patient's progress.
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdullillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah dan karunia-Nya, serta salam dan salawat kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan PBLK ini dengan judul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan profesi Ners di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penulisan PBLK ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian PBLK ini, yaitu:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan Satu Fakultas Keperawatan USU.
3. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga bagi perbaikan PBLK ini.
4. Salbiah, M.Kep selaku koordinator profesi yang membantu jalannya kegiatan profesi Ners dan proses PBLK ini dan kepada seluruh dosen staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Keperawatan USU yang memberikan bantuan dan kelancaran selama proses profesi berlangsung.
5. Hj. Supiati, S.Kep, Ns. selaku kepala ruangan dan pegawai di ruangan Cempaka yang telah membantu penulis dalam memberikan data dan berinteraksi bersama pasien di RSJD Provsu.
6. Kedua orangtuaku tercinta, Maswar Hasibuan dan Pudji Hartati. Terimakasih atas kasih sayang, doa dan dukungan yang tak henti-hentinya selama ini kepada penulis.
7. Abang dan kakakku tersayang, Iwan Victor Hasibuan dan Yuyun Wirdiyanti Hasibuan yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
8. Jefri Syah Mulia Simamora, SP yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan PBLK ini, dan selalu memberikan motivasi serta doa yang tak pernah henti diberikan kepada penulis selama ini.
9. Sahabat-sahabat terbaikku, Dira, Febri, Sri Dewi, Nova, Tiwi, Dewi, Marli, Istik, Novri, Kak Riza, Ilda, Rina, Mira, dan seluruh teman-teman seperjuangan yaitu mahasiswa keperawatan jalur A stambuk 2007.
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan semua pihak kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Harapan penulis PBLK ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Medan, Juli 2012
DAFTAR ISI
Lembar Sampul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Abstrak ... iii
Prakata ... ... iv
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Skema ... viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan PBLK ... 5
C. Manfaat PBLK ... 6
BAB II. PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 7
B. Analisa Ruang Rawat ... 13
1. Pengkajian ... 13
2. Analisa situasi (SWOT) ... 18
3. Rumusan masalah ... 20
4. Rencana penyelesaian masalah ... 23
5. Implementasi ... 24
6. Evaluasi ... 25
C. Pembahasan... 28
BAB III. PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori Harga Diri Rendah ... 31
1. Definisi harga diri rendah ... 31
2. Proses terjadinya harga diri rendah ... 31
3. Asuhan keperawatan pasien dengan harga diri rendah ... 34
B. Tinjauan Kasus... 41
1. Pengkajian pada pasien dengan gangguan jiwa ... 41
2. Diagnosa keperawatan ... 51
3. Intervensi keperawatan ... 51
4. Implementasi dan evaluasi ... 54
5. Ringkasan Keperawatan Klien Terminasi yang Dilakukan Mahasiswa ... 87
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 89
Lampiran-lampiran
1. Kontrak Praktek Belajar Lapangan Komprehensif 2. Instrumen Pengkajian
3. Tabulasi Data
4. Preplanning Sosialisasi Hasil Pengkajian 5. Presentasi Hasil Pengkajian
6. Planning of Action (POA)
7. Preplanning Pre/Post Conference 8. Preplanning Case Conference 9. Presentasi Case Conference 10. Strategi Pertemuan
11. Proposal TAK Harga Diri Rendah 12. Daftar Jadwal Role play
13. Rencana Kerja Harian Role play 14. Format Rencana Kerja Perawat 15. Leaflet Keperawatan Jiwa Keluarga 16. Dokumentasi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perhitungan indikator mutu ruang cempaka RSJD Provsu ... 16
Tabel 2. Survei masalah keperawatan ruang cempaka RSJD Provsu ... 17
Tabel 3. Self evaluation kinerja ruang cempaka RSJD Provsu ... 17
DAFTAR SKEMA
Judul : Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Nama Mahasiswa :
Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep
Institusi : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi FKep USU
Abstrak
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara telah menerapkan pengelolaan pelayanan keperawatan menggunakan sistem MPKP (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional) dimana MPKP merupakan suatu model keperawatan yang bisa dipertanggungjawabkan sesuai kode etik dan kaidah keperawatan yang meliputi biopsiko, sosial, dan spiritual. Mahasiswa Profesi Ners melakukan PBLK di ruang Cempaka RSJD Provsu yang merupakan salah satu ruangan yang menggunakan sistem MPKP selama 4 minggu dimulai pada tanggal 11 Juni-7Juli 2012. Pelaksanaan MPKP di ruang Cempaka masih belum optimal yang dapat dilihat dari beberapa tindakan asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan yang belum sesuai dengan MPKP. Untuk mengoptimalkan pengelolaan pelayanan, telah dilakukan beberapa tindakan yaitu penggunaan format rencana kerja harian dan bulanan, sosialisasi pre/post conference, sosialisasi case conference, dan pengadaan leaflet dan poster keperawatan jiwa. Pengelolaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan yaitu penggunaan strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa keperawatan khususnya harga diri rendah, melakukan Terapi Aktivitas Kelompok untuk meningkatkan kemampuan kognitif, sensori, dan motorik, serta melakukan terapi ECT. Metodologi yang digunakan adalah wawancara, observasi, penyebaran kuesioner self evaluation, dan kerja kelompok. Hasil PBLK menunjukkan bahwa pelaksanaan pre/post conference dan case conference sangat penting karena dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar perawat dan kerangka acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkesinambungan. Direkomendasikan kepada pengelola ruangan untuk melaksanakan pre/post conference setiap pergantian shift, case conference setiap dua minggu sekali, dan melakukan TAK secara rutin untuk memaksimalkan pelayanan keperawatan jiwa yang diberikan demi perkembangan kemajuan kesehatan jiwa pasien.
Title : Management of Service and Nursing Care Client with Low Self-Esteem at Cempaka Room Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
Name :
Vera Triastuti Hasibuan, S.Kep
Institution : Educational Studies Program Phase Professional Nurses FKep USU
Abstract
Regional Psychiatric Hospital of North Sumatra province has implemented the management of nursing services using a system MPKP (Professional Nursing Services Management) which MPKP is a nursing model that can be accounted for according to the code of ethics and rules nursing covering biopsiko, social, and spiritual. Professional student nurses do PBLK in the Cempaka room RSJD Provsu which is one room that uses a MPKP system for 4 weeks started on June 11-July 7, 2012. Implementation MPKP in Cempaka room still not optimal that can be seen from some of the actions of nursing care and management services that have not been in accordance with MPKP. To optimize management of service, has done some acts that is the use of the daily and monthly work plans, pre/post conference socialization, case conference socialization, and the provision of leaflets and posters mental nursing. Management of nursing care that has been done of the use of a strategy meeting in accordance with nursing diagnoses, especially low self-esteem, conduct group therapy activities to improve cognitive abilities, sensory, and motor skills, as well as perform ECT therapy. The methodology used was interviews, observation, self-evaluation questionnaires, and group work. PBLK results show that the implementation of pre/post conference and case conference is very important because it can be used as a means of communication between nurses and terms of reference in providing comprehensive and continuous nursing care. Recommended to the manager of room to carry out pre/post conference every shift change, case conference once every two weeks, and do TAK regularly to maximize the life of nursing services provided by mental health patient's progress.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau
perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan
dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu
kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai
peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat
kehilangan kebebasan (American Psychiatric Association, 1994). Gangguan
jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik
kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu
orang lain atau merusak/menyakiti dirinya sendiri (Baihaqi, dkk, 2005).
Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya.
Hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan
seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau
dikenal sebagai gila (Hardianto, 2009).
Kecenderungan gangguan jiwa akan semakin meningkat seiring
dengan terus berubahnya situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu,
prevalensinya bukan saja pada kalangan menengah kebawah sebagai dampak
langsung dari kesulitan ekonomi, tetapi juga kalangan menengah keatas
sebagai dampak langsung atau tidak langsung ketidakmampuan individu
dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial yang terus berubah
Berdasarkan Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2007,
prevalensi penderita tekanan psikologis ringan adalah 20-40%, dan mereka
tidak membutuhkan pertolongan spesifik. Prevalensi penderita tekanan
psikologis sedang sampai berat yaitu 30-50%, membutuhkan intervensi sosial
dan dukungan psikologis dasar, sedangkan gangguan jiwa ringan sampai
sedang (depresi, dan gangguan kecemasan) yaitu 20%, dan gangguan jiwa
berat (depresi berat, gangguan psikotik) yaitu 3-4% memerlukan penanganan
kesehatan jiwa yang dapat diakses melalui pelayanan kesehatan umum dan
pelayanan kesehatan jiwa komunitas (Kaplan, 2002).
Masalah kesehatan jiwa atau gangguan jiwa juga masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia. Data Profil Kesehatan Indonesia (2008)
menunjukkan bahwa dari 1000 penduduk terdapat 185 penduduk mengalami
gangguan jiwa. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007,
diketahui bahwa prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga
terdapat 140/1000 penduduk usia 15 tahun ke atas, dan diperkirakan sejak
awal tahun 2009 sejumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa sebesar
25% dari populasi penduduk di Indonesia.
Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa juga terjadi di Sumatera
Utara, jumlah meningkat 100 persen dibanding dengan tahun-tahun
sebelumnya. Pada awal tahun 2008, RSJ Sumut menerima sekitar 50
penderita perhari untuk menjalani rawat inap dan sekitar 70-80 penderita
untuk rawat jalan. Sementara pada tahun 2006-2007, RSJ hanya menerima
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005).
Proses keperawatan pada pasien dengan masalah kesehatan jiwa
merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin
tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah fisik yang memperlihatkan
bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama
dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan
kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan
masalah juga bervariasi.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis termotivasi memilih
bidang keperawatan jiwa dalam rangka menyelesaikan tugas mata ajar Praktik
Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK). Praktik Belajar Lapangan
Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk
mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi realita kerja dengan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses
pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat
memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat
PBLK dilaksanakan di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara selama 4 minggu, dimulai tanggal 11 Juni 2012
sampai dengan 7 Juli 2012. Kegiatan PBLK dimulai dengan pengarahan dari
dosen pembimbing PBLK masing-masing. Selanjutnya kelompok melakukan
survei, wawancara, dan observasi fenomena yang terjadi di lapangan untuk
mendapatkan gambaran umum tentang program yang akan dilaksanakan.
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan pada bulan Juni 2012
terdapat 24 pasien yang dirawat di ruang Cempaka RSJD Provsu, 6
diantaranya (25%) dengan diagnosa Harga Diri Rendah (HDR). Diagnosa
harga diri rendah ini menempati peringkat ketiga pasien terbanyak di ruang
Cempaka RSJD Provsu, sebanding dengan pasien halusinasi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa harga diri rendah memiliki prevalensi yang cukup tinggi
dan berdampak buruk terhadap individu, orang lain dan keluarga.
Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien merupakan dasar
utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Hal
ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah
membantu pasien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Cara pasien yang mengalami gangguan jiwa
untuk mengatasi masalah sangat unik. Terkadang pasien menghindar serta
menolak berperan serta dan peran perawat bertanggung jawab untuk
melakukan pendekatan secara holistik untuk membantu masalah yang
khususnya terhadap pasien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak
membahayakan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka mahasiswa Praktik Belajar
Lapangan Komprehensif (PBLK) melakukan manajemen keperawatan dan
melaksanakan asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan jiwa khususnya pada klien dengan harga diri rendah.
B. Tujuan PBLK
Tujuan dari kegiatan PBLK ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam mensintesa ilmu pengetahuan, melaksanakan
asuhan keperawatan jiwa secara komprehensif dan profesional, baik kepada
individu, keluarga, serta masyarakat, mengintegrasikan konsep berfikir logis
dan analisis, berinisiatif dan kreatif dalam pemecahan masalah dan koordinasi
dengan tim dalam praktek keperawatan yang didasarkan pada kondisi nyata.
Disamping itu, juga dapat melakukan manajemen pelayanan keperawatan
melalui proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif
dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan
C. Manfaat PBLK
Kegiatan PBLK ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a) Mahasiswa Keperawatan
Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk meningkatkan
kemampuan dan mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah
diperoleh selama pendidikan secara komprehensif dalam bentuk pelayanan
profesional baik pada pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan
secara efektif dan efisien.
b) Institusi Pendidikan
Memberikan masukan metode pemberian asuhan keperawatan jiwa melalui
pengaplikasian konsep dan teori keperawatan jiwa ke dalam praktek
langsung, serta meningkatkan kompetensi lulusan institusi sehingga dapat
digunakan untuk peningkatan pengelolaan asuhan keperawatan yang
bermanfaat bagi institusi pendidikan.
c) Lahan Praktik/Rumah Sakit Jiwa
Secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan
pengelolaan asuhan keperawatan dan pengelolaan manajemen keperawatan
BAB II
PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN
A. Konsep Dasar
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan
terhadap pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah
menerapkan pengelolaan pelayanan keperawatan menggunakan sistem MPKP
(Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini
diterapkan di dua ruangan yaitu Sipiso-piso dan Cempaka. MPKP adalah
suatu model keperawatan profesional yang secara keilmuwannya bisa
dipertanggungjawabkan sesuai kode etik keperawatan dan kaidah
keperawatan yang meliputi biopsiko, sosial, dan spiritual. Beberapa
modifikasi MPKP yang dilakukan meliputi 3 jenis yaitu:
1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang
pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua timnya minimal dari D3
Keperawatan.
2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
a. MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 Keperawatan
tetapi kepala ruangan dan ketua tim mempunyai pendidikan minimal S1
Keperawatan
b. MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga perawat minimal D3 Keperawatan
dan mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga
spesialis keperawatan jiwa.
c. MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga perawat minimal Sarjana Ners
Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan
doktor keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.
Dari hasil penelitian menunjukkan tujuan diadakannya ruang atau
bangsal MPKP yaitu diharapkan keperawatan profesional bisa diterapkan
sehingga pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai masalah keperawatan
klien. Program-program MPKP yang telah dibuat dan direncanakan tersebut
tentu saja terdapat didalam asuhan keperawatan yang akan dilakukan kepada
klien agar asuhan keperawatan yang diberikan itu lebih fokus dan holistik.
MPKP merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan
kaidah ilmu manajemen modern dimana kaidah yang dianut dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan yang
perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang MPKP mulai
dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim (perawat asosiet).
Tugas dari karu MPKP yaitu membuat rencana bulanan, mingguan,
harian; mengorganisasi tim dan anggotanya, memberi pengarahan
pelaksanaan tugas pada staf keperawatan, pekarya, dan staf administrasi;
memfasilitasi kolaborasi perawat primer dengan anggota tim kesehatan
lainnya, melakukan pengawasan pelaksanaan tugas seluruh personil ruang
MPKP, melakukan audit pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan di
ruangan, mewakili ruang MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya.
Tugas dari perawat pelaksana di ruang MPKP yaitu membuat rencana harian
yang menjadi tanggung jawabnya, melaksanakan tindakan keperawatan
kepada klien, memberikan informasi, umpan balik kepada perawat pelaksana
bila ada perubahan pada kliennya, memberikan pelayanan keperawatan yang
profesional.
Terdapat beberapa uraian tugas perawat di Ruang Cempaka RSJD
Provsu, antara lain :
1. Uraian tugas kepala ruangan
a) Mengatur pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan yang
diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan pasien.
b) Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan.
c) Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistik keperawatan agar
d) Memberi pengarahan dan motivasi kepada ketua tim/grup agar
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, etis, dan profesional.
e) Melaksanakan program orientasi pada :
Tenaga baru
Siswa/mahasiswa peserta didik
Pasien baru
f) Mendampingi dokter/supervisor selama kunjungan visite.
g) Mengelompokkan pasien, mengatur penempatannya di ruangan
menurut tingkat kegawatan untuk mempermudah asuhan keperawatan.
h) Menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
pasien/keluarga sehingga memberi ketenangan.
i) Mengadakan pertemuan berkala tenaga keperawatan minimal dua kali
perhari untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di ruangan.
j) Memeriksa dan meneliti :
Pengisian daftar permintaan makanan
Pengisian sensus harian
Pengisian buku register
Pengisian rekam medis
k) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan 5 (lima)
tahapan :
Pengkajian keperawatan
Prognosa keperawatan
Pelaksanaan keperawatan
Evaluasi keperawatan
l) Pertemuan secara rutin dengan pelaksana keperawatan.
m) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan di ruangan.
2. Uraian tugas ketua tim
a) Bersama anggota tim/grup melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
standar.
b) Bersama anggota tim/grup mengadakan serah terima tugas dengan
tim/grup lain (grup petugas ganti) mengenai :
Kondisi pasien
Logistik keperawatan
Administrasi rekam medis
Layanan pemeriksaan penunjang
Kolaborasi program pengobatan
c) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh grup
sebelumnya.
d) Merundingkan pembagian tugas dengan anggota grupnya.
e) Menyediakan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
f) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter.
g) Membantu melaksanakan rujukan.
h) Melakukan orientasi terhadap pasien/keluarga baru mengenai :
Perawat yang bertugas
i) Menyiapkan pasien pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.
j) Memelihara kebersihan ruangan dengan :
Mengatur tugas cleaning service
Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,
peserta didik, dan pengunjung ruangan
k) Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.
l) Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan.
m) Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan lingkungannya.
3. Uraian tugas perawat pelaksana
a) Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar.
b) Mengadakan serah terima tugas dengan tim/grup lain (grup petugas
pengganti) mengenai :
Kondisi pasien
Logistik keperawatan
Administrasi rekam medis
Pelayanan pemeriksaan penunjang
Kolaborasi program pengobatan
c) Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh grup
sebelumnya.
d) Merundingkan pembagian tugas dengan anggota grupnya.
f) Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter.
g) Membantu melaksanakan rujukan.
h) Melakukan orientasi terhadap pasien/keluarga baru mengenai :
Tata tertib ruangan/rumah sakit
Perawat yang bertugas
i) Menyiapkan pasien pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan.
j) Memelihara kebersihan ruangan dengan :
Mengatur tugas cleaning service
Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,
peserta didik, dan pengunjung ruangan
k) Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.
l) Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan.
m) Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan lingkungannya.
n) Memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien/keluarga.
o) Menjelaskan tata tertib rumah sakit, hak dan kewajiban pasien.
B. Analisa Ruang Rawat
1. Pengkajian
Pengkajian kegiatan praktik keperawatan jiwa profesional di Ruang
Cempaka RSJD Provsu berdasarkan pada pendekatan MPKP yang meliputi 4
approach) sebagai pilar praktik profesional yang pertama, diterapkan dalam
bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari; perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian
(controlling). Selanjutnya pilar compensatory reward sebagai pilar kedua
terkait dengan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang meliputi
rekrutmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja, pengembangan staf.
Pilar ketiga yaitu profesional relationship meliputi rapat tim kesehatan, rapat
tim keperawatan, konferensi kasus, visit dokter. Pilar keempat yaitu patient
care delivery meliputi asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan berdasarkan survei masalah yang dilakukan.
Pengkajian mahasiswa PBLK dilakukan pada tanggal 11 – 14 Juni
2012 pada pukul 10.00 – 12.30 WIB di Ruang Cempaka RSJD Provsu.
Pengkajian dilakukan dengan menggunakan instrumen self evaluasi dan
wawancara kepada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana
didapatkan hasil sebagai berikut:
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu merupakan rumah sakit tipe A yang
melayani seluruh lapisan masyarakat. Ruang Cempaka memiliki visi, misi,
motto, dan falsafah yang sama dengan visi, misi, motto dan falsafah
pelayanan keperawatan sebagai berikut :
a. VISI : menjadikan pelayanan asuhan keperawatan jiwa optimal dan
paripurna secara profesional untuk kepuasan masyarakat.
b. MISI: melaksanakan pelayanan keperawatan jiwa yang paripurna dan
c. MOTTO:
A = arif
S = sosial
K = komunikatif
E = efektif
P = profesional
d. Falsafah dan Tujuan Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu,
sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan jiwa dilakukan secara profesional didasari
pada ilmu perilaku dan keperawatan.
2. Pelayanan keperawatan jiwa diberikan sepanjang siklus kehidupan
manusia dengan respon psikososial tanpa membedakan suku, agama,
ras, dan golongan.
3. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk membantu dalam
meningkatkan, mencegah, mempertahankan, dan memulihkan masalah
kesehatan jiwa klien.
4. Pelayanan keperawatan jiwa pada umumnya meliputi : perawatan
fisik, mental dan sosial budaya yang pada prakteknya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
5. Praktek keperawatan dilaksanakan berdasarkan peraturan dan
6. Pendidikan keperawatan yang berkelanjutan harus dilaksanakan secara
terus-menerus untuk pengembangan staf dalam pelayanan
keperawatan.
7. Asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara mempunyai peran sentral dalam pengembangan misi
keperawatan terhadap klien dengan masalah kejiwaan di Sumatera
Utara.
e. Ketenagaan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada bulan Juni, ketenagaan
di Ruang Cempaka RSJD Provsu antara lain: jumlah tenaga keperawatan
ada 7 orang dengan latar belakang pendidikan 2 orang S1 Keperawatan, 1
orang S1 Kesehatan Masyarakat dan 4 orang D3 Keperawatan.
f. Indikator Mutu
Adapun perhitungan indikator mutu yang dilakukan di Ruang Cempaka
RSJD Provsu yaitu pengukuran Bed Occupancy Rate (BOR) dan angka
pasien lari. Namun berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
mahasiswa melalui kuesioner dan wawancara pada bulan Juni 2012
didapatkan sebagai berikut:
Tabel 1. Perhitungan Indikator Mutu Ruang Cempaka RSJD Provsu.
No. Aspek yang Dinilai Nilai (%)
1. BOR 96%
2. Angka Lari 0 %
3. Angka Skabies 8,3 %
4. Angka Pengekangan 0 %
g. Survei Masalah Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa melalui kuesioner dan
wawancara, pada bulan Juni 2012 didapatkan ada 5 masalah keperawatan
di Ruang Cempaka RSJD Provsu dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 2. Survei Masalah Keperawatan Ruang Cempaka RSJD Provsu
No. Aspek yang Dinilai Jumlah (%)
1. Isolasi Sosial 7
2. Halusinasi Pendengaran 6
3. Harga diri Rendah 6
4. Prilaku Kekerasan 3
5. Waham 2
6. Kurang Perawatan Diri -
7. Risiko Bunuh Diri -
h. Evaluasi Kinerja Perawat (Self Evaluation)
Kinerja perawat di ruang MPKP dapat dinilai, salah satunya dengan
menggunakan kuesioner self evaluation yang diberikan kepada kepala
ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Adapun kriteria kelulusan
perawat berdasarkan jumlah nilai yang dihasilkan perawat dari kuesioner
tersebut. Jika nilai perawat ≥ 75 maka dinyatakan lulus, berikut ini
dipaparkan hasil dari kuesioner self evaluation:
Tabel 3. Self Evaluation Kinerja Ruang Cempaka RSJD Provsu.
Jabatan Nilai Keterangan
Kepala ruangan 89,67 Lulus
Ketua Tim 1 78,5 Lulus
Ketua Tim 2 95 Lulus
Perawat Pelaksana 1 80,83 Lulus
Perawat Pelaksana 2 81,67 Lulus
Perawat Pelaksana 3 85,83 Lulus
2. Analisa Situasi (SWOT)
a. Kekuatan (Strenght)
1) Adanya visi, misi, dan motto bidang keperawatan di ruang
Cempaka.
2) Adanya rencana tahunan kepala ruangan.
3) Adanya struktur organisasi yang jelas dengan metode penugasan
tim.
4) Adanya daftar dinas perawat di ruangan.
5) Adanya uraian tugas yang jelas antara kepala ruangan, ketua tim,
dan perawat pelaksana yang pelaksanaannya sudah optimal.
6) Adanya penilaian rencana harian perawat setiap tahun.
7) Adanya buku rawatan yang berisikan informasi tentang kondisi
pasien.
8) Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepada ketua tim jika
berhalangan hadir.
9) Adanya data indikator mutu BOR.
10) Adanya pencatatan angka lari, scabies, pengekangan, cedera, serta
pasien masuk dan pulang.
11) Perawat yang bekerja di ruangan melalui proses rekrutmen dan
sesuai kriteria yang ditetapkan oleh RSJD Provsu.
12) Adanya program orientasi perawat.
13) Adanya jadwal penanggung jawab TAK dan TAK dilakukan
14) Ketua tim sudah menyiapkan resume kasus untuk case conference.
15) Semua ketua tim dan perawat pelaksana mengikuti case
conference.
b. Kelemahan (Weakness)
1) Case conference sudah direncanakan, tetapi pelaksanaannya belum
berjalan secara optimal.
2) Belum optimal supervisi terhadap perawat pelaksana.
3) Kurang optimalnya perawat dalam memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga pasien.
4) Operan lebih sering melalui buku rawatan tanpa ada tatap muka
dengan pasien dan perawat saat pergantian shift.
5) Belum semua ketua tim mempunyai jadwal supervisi.
6) Belum adanya data tentang indikator mutu umum, khususnya TOI.
7) Belum optimalnya survei kepuasan pasien dan keluarga pasien.
8) Belum adanya pelatihan aspek khusus keperawatan.
9) Belum adanya pelatihan MPKP bagi perawat di ruangan Cempaka
RSJD Provsu.
c. Kesempatan (Opportunity)
Adanya mahasiswa dari institusi-institusi kesehatan yang berdinas di
RSJD Provsu.
d. Ancaman (Threatened)
1) Adanya rumah sakit jiwa swasta memberikan pelayanan kesehatan
2) Adanya tuntutan masyarakat yang lebih untuk mendapatkan
pelayanan yang profesional.
3. Rumusan Masalah
Gambaran hasil analisa situasi ruang cempaka di RSJD Provsu
dideskripsikan sebagai berikut:
a. Pilar I (Management Approach)
1) Planning (Perencanaan)
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) sudah tersedia di ruangan,
namun masih direvisi sesuai asuhan keperawatan yang baru. Adanya
rencana kerja harian di ruangan tetapi formatnya belum ada.
Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan bahwa 50% ketua tim sering
membuat rencana kerja harian dan 50% selalu membuat rencana
kerja harian.
Tindak lanjut : Membuat format kerja harian perawat.
2) Organization (Pengorganisasian)
Perawat memiliki uraian tugas yang jelas dan jadwal dinas dibuat
berdasarkan tim dengan proporsi jumlah perawat dinas pagi lebih
besar dari dinas sore dan malam. Perawat dinas pagi ada 4 orang
antara lain 1 kepala ruangan, 1 ketua tim, dan 2 perawat pelaksana,
dinas sore 1 perawat pelaksana, dan dinas malam 1 perawat
pelaksana, dan 1 perawat pelaksana libur. Belum tersedia daftar
Tindak lanjut : Menganjurkan kepala ruangan dan ketua tim untuk
membuat daftar nama pasien dan perawat yang
bertanggung jawab.
3) Pengarahan
Belum optimalnya operan yang dilakukan antar shift. Operan
biasanya melalui buku rawatan yang dioperkan perawat saat
pergantian shift. Di buku rawatan berisikan informasi pasien dengan
perhatian khusus. Berdasarkan hasil kuesioner 50% ketua tim
mengatakan tidak pernah memimpin pre/post conference dan 50%
sering memimpin pre/post conference.
Tindak lanjut : Mensosialisasikan dan melakukan roleplay
pelaksanaan pergantian shift, menganjurkan kepala
ruangan dan ketua tim untuk melaksanakan
pre/post conference.
4) Pengawasan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapatkan
dokumentasi penilaian indikator mutu BOR 96%. Sedangkan
indikator TOI tidak dinilai. Belum optimalnya survei kepuasan
pasien dan keluarga pasien.
Tindak lanjut : Menganjurkan kepala ruangan untuk mengukur
indikator mutu selain BOR dan AvLOS juga TOI,
keluarga pasien terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan.
b. Pilar II (Compensatory Reward)
Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan data bahwa perawat yang
bekerja melalui proses rekrutmen berdasarkan kriteria yang tetapkan
oleh RSJD Provsu. Hasil wawancara menunjukkan bahwa hanya ada
pelatihan dasar keperawatan jiwa. Sedangkan, pelatihan-pelatihan
lainnya yang dibutuhkan dalam keperawatan jiwa belum ada termasuk
pelatihan MPKP untuk perawat di ruang Cempaka RSJD Provsu.
Tindak lanjut : Menganjurkan kepada pihak rumah sakit untuk
mengadakan pelatihan manajemen MPKP.
c. Pilar III (Professional Relationship)
Case conference sudah direncanakan, tetapi pelaksanaannya belum
berjalan secara optimal.
Tindak lanjut : Sosialisasi tentang case conference dan
menganjurkan kepada kepala ruangan untuk
melakukan case conference.
d. Pilar IV (Patient Care Delivery)
Belum optimalnya kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) di ruang
Cempaka dan belum optimalnya pemberian pendidikan kesehatan pada
keluarga pasien.
Tindak lanjut : Membuat format TAK, melaksanakan kegiatan
perawat untuk menyusun jadwal perawat yang
bertanggung jawab dalam kegiatan TAK, serta
membuat leaflet sesuai dengan diagnosa pasien
untuk keluarga di ruang Cempaka.
4. Rencana Penyelesaian Masalah
a. Pilar I (Management Approach)
1) Sosialisasi penggunaan format kerja harian perawat.
2) Sosialisasi pelaksanaan pergantian shift.
3) Anjurkan kepala ruangan dan ketua tim untuk melaksanakan
pre/post conference.
4) Anjurkan kepala ruangan dan ketua tim untuk membuat daftar nama
pasien dan perawat yang bertanggung jawab
5) Anjurkan kepala ruangan untuk mengukur indikator mutu,
khususnya TOI.
6) Buat kuesioner kepuasan pasien dan keluarga pasien terhadap
pelayanan keperawatan yang diberikan
b. Pilar II (Compensatory Reward)
Anjurkan kepada pihak rumah sakit untuk mengadakan pelatihan
manajemen MPKP.
c. Pilar III (Professional Relationship)
Sosialisasi tentang case conference dan menganjurkan kepada kepala
d. Pilar IV
Buat format TAK, melaksanakan kegiatan TAK seminggu minimal
sekali sesuai dengan kasus, dan menyusun jadwal perawat yang
bertanggung jawab dalam kegiatan TAK serta membuat leaflet sesuai
dengan diagnosa pasien untuk keluarga di ruang Cempaka.
5. Implementasi
Setelah disepakati prioritas masalah dan rencana penyelesaian masalah,
mahasiswa PBLK melakukan implementasi kegiatan. Implementasi
kegiatan dilakukan mulai tanggal 19-30 Juni 2012 di ruang Cempaka
RSJD Provsu. Adapun implementasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa
PBLK menggunakan pendekatan empat pilar manajemen MPKP, sebagai
berikut :
a. Pilar I
Dari segi pengelolan pelayanan keperawatan, mahasiswa telah membuat
format rencana kerja harian, bulanan, yang dilakukan pada minggu
kedua. Format rencana kerja yang telah dibuat mahasiswa dijilid dan
diserahkan ke ruangan.
b. Pilar II
Pada pilar kedua, mahasiswa hanya dapat memberikan saran kepada
kepala ruangan untuk mengusulkan diadakannya pelatihan manajemen
c. Pilar III
Pada pilar ketiga, mahasiswa PBLK melakukan sosialisasi case
conference pada tanggal 29 Juni 2012 dengan mengangkat salah satu
kasus kelolaan mahasiswa yaitu kasus halusinasi pendengaran di
ruangan cempaka. Diharapkan setelah dilakukan sosialisasi case
conference di ruang cempaka, kegiatan tersebut akan terus berlanjut dan
terjadwal dengan baik.
d. Pilar IV
Pada pilar keempat, mahasiswa PBLK melakukan asuhan keperawatan
pada semua pasien yang ada di ruangan. Untuk meningkatkan
pemahaman pasien tentang strategi pertemuan yang telah diberikan
sesuai dengan diagnosa keperawatan pasien. Mahasiswa PBLK
melakukan TAK pada kelompok pasien dengan diagnosa yang sama
yang merupakan diagnosa terbanyak di ruangan. Adapun TAK yang
dilakukan adalah TAK halusinasi sesi 1-5, TAK harga diri rendah sesi
1-2, TAK isolasi sosial sesi 1-7. Selain itu, mahasiswa juga
memberikan leaflet tentang semua diagnosa keperawatan gangguan
jiwa. Diharapkan leaflet tersebut mempermudah perawat untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien.
6. Evaluasi
Waktu pelaksanaan PBLK di ruangan cempaka RSJD Provsu dilaksanakan
selama empat minggu yaitu tanggal 11 Juni – 7 Juli 2012. Berdasarkan
kegiatan dari 3 pilar MPKP yaitu management approach, professional
relationship, patient care delivery. Kegiatan lain yang dilakukan oleh
mahasiswa PBLK secara individu adalah memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien sesuai dengan kasus yang dikelola.
Berdasarkan hasil dari penyelesaian masalah yang dilakukan di ruang
cempaka dengan menggunakan pendekatan MPKP dapat dievaluasi
sebagai berikut :
a. Pilar I
Selama proses implementasi, dapat dianalisa bahwa belum
maksimalnya pembuatan rencana kerja harian. Sehingga perlu
ditetapkan pembuatan rencana kerja harian sebagai penilaian kinerja
perawat. Selain itu, perlunya penyegaran ulang tentang cara pembuatan
rencana kerja harian yang efektif, yang mengacu pada tindakan
keperawatan berdasarkan masalah keperawatan tiap pasien.
b. Pilar II
Hasil observasi menunjukkan bahwa penilaian kinerja dan
pengembangan staf belum optimal dilakukan secara terjadwal oleh
kepala ruangan terhadap ketua tim dan supervisi ketua tim terhadap
perawat pelaksana. Selain itu, belum terlaksananya dengan optimal
daftar perawat yang bertanggung jawab atas tiap pasien.
c. Pilar III
Hasil observasi menunjukkan bahwa case conference belum berjalan
membagi pengetahuan. Oleh sebab itu, mahasiswa PBLK melakukan
sosialisasi case conference pada perawat di ruangan cempaka dan
menyarankan untuk dapat melakukannya secara rutin dan terjadwal.
Sehingga kepala ruangan dapat membimbing ketua tim yang belum
melakukan case conference, sedangkan ketua tim dapat membimbing
perawat pelaksananya untuk membaca kasus yang sedang dibahas.
Dengan demikian, semua perawat menjadi percaya diri dalam
melakukan case conference.
d. Pilar IV
Pemberian asuhan keperawatan di ruang cempaka diharapkan berfokus
pada tindakan keperawatan tanpa mengabaikan tindakan kolaborasi.
Metode penugasan yang digunakan adalah metode tim, tetapi masih
sebagian menggunakan metode fungsional. Hal ini menyebabkan
perawat berinteraksi dengan klien jika hanya ada tindakan tertentu yang
ingin dilakukan misalnya menyuntik dan memberikan obat. Strategi
pertemuan dan terapi aktivitas kelompok belum terlaksana secara
optimal. Hal tersebut terjadi karena struktur kegiatan perawat di
ruangan belum berjalan dengan baik. Semua tindakan keperawatan
sama untuk semua pasien, khususnya strategi pertemuan bagi pasien.
Selain itu, untuk mengoptimalkan asuhan keperawatan, mahasiswa dan
perawat ruang cempaka membuat TAK khususnya bagi tiga diagnosa
terbesar yaitu isolasi sosial, HDR dan halusinasi. Berdasarkan observasi
masalah kesehatan jiwa yang sedang dihadapinya dan berusaha untuk
mengatasinya.
C. Pembahasan
Adapun hasil dari penyelesaian masalah yang dilakukan di ruang cempaka
dengan menggunakan pendekatan MPKP dapat dibahas sebagai berikut :
a. Pilar I (Management Approach)
Pada pilar I MPKP mahasiswa membuat rencana kerja harian yang
dilakukan sebagai suatu penilaian kinerja perawat di ruang cempaka,
selain itu dilakukan penyegaran tentang cara pembuatan rencana kerja
harian yang efektif, yang mengacu pada tindakan keperawatan berdasarkan
masalah keperawatan tiap pasien. Hal ini sesuai dengan fungsi manajemen
perencanaan. Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilakukan oleh
kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana sesuai dengan perannya
masing-masing, yang dibuat untuk setiap shift (Keliat & Akemat, 2009).
b. Pilar III (Professional Relationship)
Mahasiswa PBLK melakukan sosialisasi case conference yang dikelola
dan tindak lanjut dari kegiatan ini dapat dijadwalkan secara rutin.
Mahasiswa PBLK juga melakukan case conference bersama perawat di
ruangan cempaka yaitu salah satu kasus kelolaan mahasiswa PBLK.
Menurut Keliat & Akemat (2009), konferensi kasus adalah diskusi
kelompok tentang kasus asuhan keperawatan pasien atau keluarga yang
yang tidak ada perkembangan, pasien pulang, pasien yang meninggal, dan
pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.
c. Pilar IV (Patient Care Delivery)
Pada pilar IV, mahasiswa PBLK melakukan asuhan keperawatan pada
pasien kelolaan. Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan
penyelesaian masalah yang sistematis dimulai dari pengkajian, diagnosa,
rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Craven &
Hirnle, 2000 dalam Keliat & Akemat, 2009).
Mahasiswa juga melakukan TAK berdasarkan tiga diagnosa terbanyak
yang ada di ruang cempaka. TAK adalah salah satu tindakan keperawatan
untuk pasien gangguan jiwa. Terapi aktivitas kelompok sering dipakai
sebagai terapi tambahan. Adapun tujuan TAK adalah untuk
mengembangkan stimulasi kognitif, sensoris, orientasi realitas dan
sosialisasi. Selain itu, mahasiswa juga membuat leaflet sebagai bahan
untuk mempermudah pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga.
Pendidikan kesehatan kepada individu keluarga adalah pendidikan
kesehatan yang diberikan kepada keluarga seorang pasien. Pendidikan
kesehatan keluarga jenis ini merupakan bagian dari asuhan keperawatan
pasien (anggota keluarga yang sedang dirawat). Materinya adalah cara
mengatasi masalah-masalah keperawatan yang dialami oleh pasien yang
bisa dilakukan oleh keluarga baik di rumah sakit maupun di rumah.
Pendidikan kesehatan kelompok keluarga adalah pendidikan kesehatan
sakit. Tujuannya kegiatan ini adalah memberdayakan keluarga sebagai self
help
lainnya tentang pengalamannya merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Kegiatan ini difasilitasi oleh perawat sebagai
narasumber dan fasilitator sehingga keluarga-keluarga dapat saling
menguatkan dan belajar cara merawat anggotanya yang mengalami
BAB III
PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Landasan Teori
1. Definisi harga diri rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal
diri (Keliat, 1998). Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan
kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan
interpersonal yang buruk.
Harga diri meningkat bila diperhatikan/dicintai dan dihargai atau
dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi
sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang rendah,
efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki
harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi
secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan
individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara
negatif dan menganggap sebagai ancaman (Yoseph, 2009).
2. Proses terjadinya harga diri rendah
Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http:www.tqm.com)
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah.
Selanjutnya, hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal.
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah
adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.
Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga diri yaitu :
1) Memberikan kesempatan berhasil
2) Menanamkan gagasan
3) Mendorong aspirasi
4) Membantu membentuk koping
Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
a) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
b) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah hilangnya
sebagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, mengalami
kegagalan serta menurunnya produktivitas.
Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah
dapat terjadi secara situasional dan kronik. Gangguan harga diri yang terjadi
secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba
misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan,
atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di
rumah sakit juga menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan
penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,
harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh, serta
perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah berlangsung sejak
lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat dan menjadi
semakin meningkat saat dirawat.
Menurut Peplau dan Sulivan dalam Yoseph (2009) mengatakan bahwa
harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap
perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me,
anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak
terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang
digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut
seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak
oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stres dan
menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.
Caplan (dalam Keliat 1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial,
pengalaman individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan
dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan
stres dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.
3. Asuhan keperawatan pasien dengan harga diri rendah a. Pengkajian
Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri
rendah adalah :
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penurunan produktivitas
5) Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga
diri rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih
b. Pohon masalah
Sumber: Yoseph (2009)
Skema 1. Pohon masalah harga diri rendah
c. Masalah keperawatan
Adapun masalah keperawatan yang muncul antara lain :
1) Harga diri rendah kronik
2) Koping individu tidak efektif
3) Isolasi sosial
4) Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
5) Risiko tinggi perilaku kekerasan
Resiko Perilaku Kekerasan
Gangguan Persepsi Sensori/Proses Pikir
Harga Diri Rendah
Koping Individu Tidak Efektif
d. Strategi pelaksanaan komunikasi dan tindakan keperawatan
Setelah menegakkan diagnosa keperawatan, perawat melakukan
beberapa tindakan keperawatan, baik pada pasien maupun keluarganya.
Tindakan Keperawatan untuk Pasien :
Strategi pelaksanaan komunikasi adalah salah satu tindakan
keperawatan jiwa terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan
untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Fitria, 2009).
Berdasarkan standar asuhan keperawatan yang tersedia, asuhan keperawatan
harga diri rendah dilakukan dalam dua sesi pertemuan. Pada setiap
pertemuan, pasien memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi
masalahnya ke dalam jadwal kegiatan. Strategi pelaksanaan komunikasi pada
pasien harga diri rendah terdiri dari dua sesi pertemuan yaitu sesi pertemuan
pertama (SP1) dan sesi pertemuan kedua (SP2).
Kegiatan yang dilakukan pada SP1 adalah mendiskusikan kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan
yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih atau menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
jadwal pelaksanaan harian pasien. Sedangkan kegiatan yang dilakukan pada
SP2 adalah melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai
semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki dapat
Adapun tujuan tindakan keperawatan jiwa pada pasien harga diri
rendah adalah sebagai berikut :
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
d) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih yang dipilih sesuai
dengan kemampuan.
e) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai dengan
kemampuan.
f) Pasien dapat melakukan kegiatan yang lain sesuai dengan jadwal
pelaksanaan.
Tindakan keperawatan jiwa yang dilakukan pada pasien harga diri
rendah adalah sebagai berikut :
1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. Untuk
membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
a) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah.
b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.
2) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara
berikut.
a) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat
b) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar
yang aktif.
3) Membantu pasien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang dilatih.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
a) Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan
yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan
bantuan minimal.
4) Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut.
a) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan.
b) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan.
c) Berikan dukungan dan pujian setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
5) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
a) Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatih.
b) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan.
e) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan kegiatan.
Tindakan Keperawatan pada Keluarga :
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah
di rumah menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien. Adapun tujuan
tindakan keperawatan jiwa pada keluarga pasien harga diri rendah adalah
sebagai berikut :
a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki
b) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan
c) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
latihan yang dilakukan, dan memberi pujian atas keberhasilan pasien
d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
Tindakan keperawatan jiwa yang dilakukan pada keluarga pasien
harga diri rendah adalah sebagai berikut :
1) Jelaskan pada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
2) Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
3) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan
yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat
4) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku
e. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan diaplikasikan dengan menggunakan
[image:52.595.127.511.189.642.2]Strategi Pertemuan (SP) untuk pasien dan keluarga pasien, sebagai berikut :
Tabel 4. Strategi pertemuan pada pasien dan keluarga pasien harga diri
rendah
No. Kemampuan/Kompetensi
A. Kemampuan Merawat
1. (SP1)
1. Mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan ini.
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien (1 kemampuan).
4. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih. 5. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
2. (SP2)
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien. 2. Melatih kemampuan kedua.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Kemampuan Merawat Keluarga
1. (SP1)
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda, dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien HDR. 2.
(SP2)
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat dengan harga diri rendah.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah.
3. (SP3)
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat.
f. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap
kemampuan pasien harga diri rendah dan keluarganya, antara lain :
1) Kemampuan yang diharapkan dari pasien :
a) Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dikerjakan
c) Pasien dapat melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
d) Pasien dapat membuat jadwal kegiatan harian
e) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
2) Kemampuan yang diharapkan dari keluarga :
a) Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
b) Menyediakan fasilitas untuk pasien dapat melakukan kegiatan
c) Mendorong pasien melakukan kegiatan
d) Memuji pasien saat pasien dapat melakukan kegiatan
e) Membantu melatih pasien
f) Membantu penyusunan jadwal kegiatan pasien
g) Memantau perkembangan pasien
B. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian pada pasien dengan gangguan jiwa
Ruang Rawat : Cempaka
a. Identitas Klien
Inisial : Ny. R
Tanggal pengkajian : 19 Juni 2012
Umur : 40 tahun
RM : 02.74.91
b. Alasan Masuk
Klien suka bicara-bicara sendiri, suka menyendiri, sulit tidur,
marah-marah tanpa sebab dan mau melempar-lempar barang. Hal ini dialami
klien sejak 10 tahun yang lalu.
c. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya pernah dirawat di RSJD Provsu kira-kira 4 tahun
yang lalu (tahun 2008) namun pengobatannya kurang berhasil karena
klien tidak meminum obat secara teratur dan rutin sehingga klien
kembali dibawa ke RSJD Provsu pada tanggal 19 Januari 2012. Klien
sudah menikah dan telah dikaruniai 3 orang anak, tetapi pada tahun
2002 klien diceraikan oleh suaminya.
Masalah Keperawatan : Perilaku kekerasan, harga diri rendah, regimen
1) Genogram
Ny.R (40 thn)
Keterangan :
: Laki-laki : Bercerai
: Perempuan : Klien kelolaan
: Meninggal : Tinggal serumah
Penjelasan : Klien merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, terdapat
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu ibu Ny. R
dengan gejala marah-marah dan sering bicara sendiri. Ibu Ny.R tidak
pernah mendapatkan pengobatan atau perawatan jiwa. Klien sehari-hari
merawat ibunya serta anak-anaknya karena klien tinggal bersama ibu
dan adiknya setelah klien resmi bercerai dengan suaminya sejak tahun
2002. Klien tidak rutin minum obat maupun kontrol karena malas dan
sering lupa.
Masalah Keperawatan : Kurang efektifnya koping keluarga :
anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
2) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : pasien diceraikan
oleh suaminya.
Masalah Keperawatan : Berduka disfungsional.
d. Fisik
1) Tanda Vital : TD : 120/70 mmHg, N : 76 x/i, S : 36,8ºC, RR : 22
x/i
2) Ukur : TB : 160 cm, BB : 58 kg
3) Keluhan Fisik : Kondisi fisik klien dalm keadaan baik dan normal
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
e. Psikososial
1) Konsep Diri
a) Gambaran Diri : Klien mengatakan bahwa ia menyukai seluruh
bagian tubuhnya.
b) Identitas : Klien merupakan seorang ibu dari tiga orang anak.
Klien merasa sedih karena sudah berstatus janda karena telah
diceraikan oleh suaminya.
c) Peran : Klien tidak mempunyai pekerjaan, hanya mengurusi
kebutuhan rumah tangga.
d) Ideal Diri : Klien ingin cepat sembuh dan ingin kembali
e) Harga Diri : Klien merasa kecewa dan sedih karena tidak
diperdulikan oleh suaminya, serta tidak pernah diberi nafkah lagi.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
2) Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti :
Klien mengatakan bahwa orang yang paling disayang dan dekat
dengannya adalah ibu dan ketiga anaknya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan jarang berinteraksi/ikut serta dalam kegiatan
kelompok maupun masyarakat.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien merasa malu dengan status dan keadaan dirinya sendiri,
tetapi jika diajak bicara oleh orang lain, klien masih mau
berbicara dan mengobrol walaupun hanya sebentar saja.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Klien menganut agama Islam dan yakin akan agama yang
dianutnya.
b) Kegiatan ibadah
Klien sebelum masuk RSJ rajin beribadah, tetapi selama dirawat
di RSJ sudah jarang beribadah. Hanya berdoa sebelum tidur.
f. Status Mental
1) Penampilan
Klien berpakaian rapi, rambut bersih dan disisir, mandi pagi dan
sore, penggunaan pakaian sesuai, kuku pendek.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2) Pembicaraan
Klien berbicara dengan nada yang pelan dan lambat sambil sesekali
menundukkan wajahnya. Klien tidak dapat memulai pembicaraan
dan hanya menjawab jika ditanya.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah (HDR)
3) Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, tetapi masih dapat beraktivitas dengan baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
4) Alam perasaan
Klien tampak lesu, sedih, wajah muram, dan terkadang pandangan
kosong.
Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan
5) Afek
Klien berbicara dengan afek normal, sesuai dengan suasana hati
dan isi pembicaraan.
6) Interaksi selama wawancara
Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan
kontak mata (+) tetapi sesekali menundukkan wajahnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
7) Persepsi
Klien mengatakan bahwa pendengaran, penglihatan, perabaan,
pengecapan, dan penghirupan dalam keadaan baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
8) Proses pikir
Klien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik,
daya ingat klien masih bagus, baik ingatan masa lampau maupun
kini. Klien mengatakan bahwa ia sering mendengar tetangganya
sering menjelek-jelekkan dirinya. Klien juga mengatakan bahwa ia
marah pada adiknya yang akan membangun dapur di rumah
orangtuanya karena merasa adiknya akan menggambil rumah dan
semua harta orang tuanya serta takut ia tidak mendapatkan harta
warisan.
Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir : Waham Curiga
9) Tingkat kesadaran
Klien dalam keadaan sadar penuh dan dapat menyebutkan
hari/waktu, tempat, dan orang dengan baik tanpa dibantu perawat.
10) Memori
Klien masih dapat menging