• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi Pengelolaan Lingkungan (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi Pengelolaan Lingkungan (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P 2014/2015)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh Aima Mufidah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI PENGELOLAAN

LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015

Oleh Aima Mufidah

Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh seorang individu dalam menghadapi tantangan global. Hasil wawancara yang dilakukan pada guru kelas VII SMP N 20 Bandar Lampung, diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif belum dikembangkan secara optimal, karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang bisa memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model PBL terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

(3)

iii

aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil observsi selama pembelajaran berlangsung, serta tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL yang diperoleh melalui angket, kemudian dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan KBK siswa pada kedua kelompok berbeda signifikan. Dengan kelompok eksperimen (64,15) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (36,39). Selain itu, rata-rata peningkatan KBK semua indikator yang diamati juga berbeda signifikan, dengan kelas eksperimen (Aspek berpikir lancar = 82,50; Aspek berpikir luwes = 55,23) lebih tinggi dibanding kelas kontrol (Aspek berpikir lancar = 46,15; Aspek berpikir luwes = 33,62). Meningkatnya KBK siswa terjadi karena model PBL mampu

mengakomodasi siswa dalam mengembangkan KBK. Dengan menggunakan model PBL siswa dilatih untuk menyampaikan pendapat, membuat banyak solusi serta menyelesaikan masalah dari sudut pandang berbeda. Sehingga aktivitas mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, memberi solusi serta bertukar informasi siswa didalam kelas meningkat. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen (82,76) lebih tinggi dibanding kelas kontrol (59,17). Selain itu, sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model PBL. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model PBL berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pengelolaan lingkungan.

(4)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

AIMA MUFIDAH Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talang Padang, Tanggamus pada 18 Juni 1993, yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Murdi, SH., dengan Ibu Sumarni, S.Pd., yang beralamat di Gunung Terang, Bandar Lampung HP.

08975469786.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Muhammadiyan Gisting (1998-2005), SMP Muhammadiyah 1 Gisting (2005-2008), SMA Negeri 16 Bandar Lampung (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur ujian tertulis.

(8)

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung… Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW…

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada: Ibu dan Ayahku, yang membesarkan dan mendidikku dengan usaha dan doa terbaik mereka. Kesabaran dan nasihat serta limpahan kasih sayang, selalu memberiku kekuatan dalam segala langkah yang aku lakukan menuju masa depan gemilang dengan limpahan kebahagiaan. Semoga karya sederhana ini menjadi langkah awal ku untuk membahagiakan mereka.

Adikku Nisa Raudatul Auli, Imam Ash-Shiddiqi, dan Alya Dini Zakia yang selalu menemaniku dalam mengerjakan banyak hal, memberi tawa serta selalu menghibur saat penat dan jenuh melanda;

(9)

Moto

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu , padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,

sedang kamu tidak mengetahui”– QS. AL Baqarah 2: 216

“Jangan mengandalkan orang lain terlalu banyak dalam hidup, karena bahkan bayanganmu akan meninggalkanmu sendiri saat gelap” – Ibnu Taimiyah

“Twenty years from now you will be more dissapointed by the things that you didn’t do than by the one you did do”– Mark Twain

(10)
(11)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPAUN BERPIKIR KREATIF SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai; 6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas sekaligus Pembimbing

(12)

xi

7. Dra. Hj. Listadora, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandar Lampung dan Ibu Sri Hartati, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIE dan VIIF SMP Negeri 20 Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 9. Sahabat-sahabatku yang selalu berusaha membuatku tersenyum, memberi

semangat, menghibur, serta membantuku saat kesulitan, Rika Sundari, Ismah Fathimah, Merry Agustina, Mega Ridni Utari, Intan Rizki, Emilia Yuliani, dan Dwi Puspita Sari.

10.Kelompok KKN-KT Pekon Basungan, Pagar Dewa, Lampung Barat. Terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang kalian berikan. 11.Teman-teman Pendidikan Biologi 2011, masa kuliah tidak akan indah dan

berwarna tanpa kalian,

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Based Learning ... 10

B. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 16

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

C. Desain Penelitian ... 25

D. Prosedur Penelitian ... 26

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... . 55

LAMPIRAN 1. Silabus ... 60

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 64

(14)

4. Soal Pretes Postes ... 83

5. Rubrik Penilaian Pretes Postes ... 86

6. Lembar Kerja Siswa ... 89

7. Rubrik Penilaian LKS... ... 95

8. Data Penelitian ... 99

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintaks model Problem Based Learning ... 14

2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 20

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 27

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kelas Kontrol ... 29

5. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa... 32

6. Keterangan Aspek Aktivitas Belajar Siswa ... 32

7. Item Pernyataan Angket ... 33

8. Perhitungan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 37

9. Kriteria Berpikir Kreatif ... 38

10.Kriteria Aktivitas Belajar Siswa... 38

11.Skor Perjawaban Angket ... 39

12.Frekuensi dan Kecenderungan Jawaban Angket ... 39

13.Kriteria Presentase Tanggapan Siswa Terhadap PBL ...... 40

14.Hasil uji statistik terhadap pretes, postes, dan N-gain KBK pada kelompok eksperimen dan kontrol ... 41

15.Hasil analisis statistik terhadap N-gain setiap indikator KBK pada kelompok eksperimen dan kontrol ... 42

16.Aktivitas belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 43 17.Nilai pretes, postes, dan N-gain kelompok eksperimen ... 99

(16)

19.Analisis butir soal pretes dan postes kelompok eksperimen ... 101 20.Analisis butir soal pretes dan postes kelompok kontrol ... 103 21.Analisis perindikator KBK pada soal pretes dan postes kelompok

eksperimen ... 105 22.Analisis perindikator KBK ada soal pretes dan postes kelompok

kontrol ... 106 23.Analisis aktivitas siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 107 24.Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(18)

DAFTAR CONTOH

Contoh Halaman

1. Contoh Jawaban Siswa untuk Indikator Berpikir Lancar (LKS 2

Kelompok Eksperimen) ... 47 2. Contoh Jawaban Siswa untuk Indikator Berpikir Lancar (LKS 1

Kelompok Eksperimen) ... 47 3. Contoh Jawaban Siswa untuk Indikator Berpikir Lancar (LKS 1

Kelompok Kontrol) ... 47 4. Contoh Jawaban Siswa untuk Indikator Berpikir Lancar (LKS 2

Kelompok Kontrol) ... 48 5. Contoh Jawaban Siswa untuk Indikator Berpikir Luwes (LKS 2

Kelompok Eksperimen) ... 49 6. Contoh Jawaban Siswa untuk Indikator Berpikir Luwes (LKS 2

Kelompok Eksperimen) ... 50 7. Contoh Jawaban Siswa untuk Indikator Berpikir Luwes (LKS 1

Kelompok Eksperimen) ... 50 8. Contoh Jawaban Siswa untuk Indikator Berpikir Luwes (LKS 1

Kelompok Kontrol) ... 50 9. Contoh Jawaban Siswa untuk Indikator Berpikir Luwes (LKS 1

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan titik tumpu untuk mencetak generasi berikut yang lebih baik. Bagaimana profil generasi penerus, akan banyak bergantung pada tingkat pendidikan yang mereka enyam. Sehingga dapat dikatakan bahwa, pendidikan merupakan dasar terbentuknya generasi yang lebih berkualitas (Ruslim, 2011: 274). Di Indonesia, tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang harus tercapai pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan pendidikan Nasional yang tertera dalam UU No. 23 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu, pendidikan juga bertujuan untuk

menciptakan seseorang yang dapat melakukan dan membuat hal baru atau memperbaiki apa yang sudah ada. Bukan mengulang sesuatu yang sudah diciptakan oleh generasi sebelumnya. Seseorang yang inovatif dan memiliki kemampuan berpikir kreatif (Fisher, 2005: 23).

Berpikir kreatif merupakan potensi dasar yang sangat perlu untuk

(20)

2

kreatif akan membuat siswa keluar dari pemikiran umum dan mencoba persepsi baru, konsep yang berbeda, dan poin-poin baru yang juga berbeda (Awang dan Ramly, 2008: 19). Dengan kemampuan berpikir kreatif ini seseorang dapat terus mengaktualisasi dirinya sendiri. Kemampuan berpikir kreatif juga dapat mendorong seseorang untuk memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai kemungkinan. Sehingga, seseorang akan lebih terbuka pemikirannya. Dengan kemampuan berpikir kreatif ini

manusia mampu meningkatkan kualitas hidupnya (Munandar, 2009:31-32).

(21)

3

masih kurang. Siswa cenderung malu untuk bertanya mengenai materi yang tidak dimengerti baik dengan guru maupun dengan siswa lainnya. Sehingga, antara siswa satu dengan yang lainnya tidak terjadi aktifitas bertukar

informasi. Selain itu, diskusi yang dilakukan di kelas tidak efektif akibat kurangnya pengawasan guru. Walaupun diskusi dilakukan biasanya hanya siswa tertentu saja yang mengerjakan pertanyaan pada lembar diskusi.

Rendahnya kreativitas di Indonesia salah satunya disebabkan oleh

pendidikan yang terlalu terfokus pada hasil bukan proses (Munandar, 2005: 12). Proses belajar di dalam kelas cenderung membosankan dan tidak

menarik minat siswa sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa tidak dapat ditingkatkan. Untuk itu diperlukan suatu model yang sesuai. Model Problem Based Learning (PBL) dirasa cukup efektif. Model PBL merupakan

kolaborasi antara problem solving dan penemuan konsep secara mandiri. Model PBL tidak hanya tentang pemecahan masalah, tetapi masalah yang ada dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman (Awang dan Ramly, 2008: 18).

(22)

4

tersebut maka kemampuan berpikir kreatif ikut terlatih dan kemudian meningkat.

Tahapan PBL sudah mengakomodasi peningkatan 4 aspek dari kemampuan berpikir kreatif yaitu fluency, originality, flexibility, dan elaboration. Serta, telah teruji oleh banyak peneliti. Salah satunya adalah Halizah Awang dan Ishak Ramly yang mempublikasikan jurnal hasil penelitian mereka dalam International Journal of Human and Social Sciences pada tahun 2008. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor yaitu dari 38,27 pada saat pretest menjadi 46,77 pada postest untuk aspek originality, 48, 45 menjadi 58, 91 untuk aspek fluency, dan 35, 18 menjadi 39,19 untuk aspek flexibility (Awang dan Ramly, 2008: 20).Dari penelitian yang mereka lakukan terlihat bahwa menggunakan model PBL, kemampuan berpikir kreatif dapat lebih meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model

Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Pengelolaan Lingkungan (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tp. 2014/2015)”

B. Rumusan Masalah

Beradasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

(23)

5

2. Bagaimana pengaruh model PBL terhadap aktivitas siswa pada materi pengelolaan lingkungan pada siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tp. 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model PBL terhadap kemampuan berpikir kreatif dan aktivitas belajar siswa pada materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan pada siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tp. 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu: 1. Bagi peneliti:

a. Untuk bekal menjadi seorang guru kelak. Agar peneliti bisa menggunakan model yang beragam dalam proses belajar sehingga siswa tidak merasa bosan.

b. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan skripsi dan mendapat gelar sarjana pendidikan.

2. Bagi siswa:

Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa sehingga siswa memiliki modal untuk bersaing di masyarakat.

3. Bagi guru:

(24)

6

4. Bagi Sekolah:

a. Mengetahui cara belajar efektif yang dapat diterapkan di semua kelas.

b. Meningkatkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model PBL. Langkah-langkah pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut: (1) Orientasi siswa pada masalah, (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Arends, 2008: 57).

2. Indikator kemampuan berpikir kreatif yang diteliti adalah kemampuan berpikir lancar (fluency) dan kemampuan berpikir luwes (flexibility). Sub indikator kemampuan berpikir lancar (fluency) yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah dan selalu berpikir lebih dari satu jawaban. Sedangkan sub indikator kemampuan berpikir luwes (flexsibility) yaitu mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.dan menghasilkan gagasan-gagasan, jawaban yang bervariasi (Munandar, 2000: 44). Dua indikator tersebut dinilai dengan penilaian test yaitu dengan melakukan pretest dan postest.

(25)

7

solusi dan (4) bertukar informasi. Penilaian aktivitas siswa dilakukan dengan observasi.

4. Penelitian ini menggunakan dua kelas. Satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Kelas kontrol menggunakan metode diskusi sedangkan kelas eksperimen menggunakan model PBL.

5. Materi pembelajaran pada penelitian ini adalah pengelolaan lingkungan yang terdapat pada KD. 7.4 “Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.”

F. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran IPA tidak hanya menekankan pada aspek mengingat atau menghapal saja. Tetapi juga menekankan aspek aplikasi, analisis, dan kreativitas. Untuk mengakomodasi aspek tersebut maka diperlukan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang dirasa sesuai adalah model PBL.

PBLmerupakanmodel pembelajaran yang memadukan pemecahan masalah dengan kemampuan membangun konsep secara mandiri. Model ini

dirancang untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan aktivitas siswa. PBL dirasa sesuai karena dalam tahapan-tahapannya siswa akan dihadapkan dalam sebuah permasalahan dan siswa diminta untuk mencari solusi dan menerapkan solusi tersebut.

(26)

8

timbul banyak pertanyaan dalam benak siswa. Tentang apa penyebab masalah, bagaimana dampaknya serta bagaimana cara mengatasinya. Selanjutnya pada fase mengorganisasi siswa untuk belajar, siswa akan belajar bagaimana seharusnya masalah tersebut terpecahkan kemudian akan muncul hipotesis mengenai sumber, dampak serta cara memecahkan

masalah. Kedua tahap ini dapat mengakomodasi pengembangan

kemampuan berpikir lancar (fluency) siswa. Kemudian pada fase ketiga yaitu membimbing penyelidikan baik individual maupun kelompok. Pada fase ini siswa akan diminta untuk membuktikan hipotesis yang mereka buat. Lalu, gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah akan muncul. Gagasan yang dihasilkan oleh siswa bisa berupa gagasan orang lain yang disatukan sehingga menghasilkan suatu gagasan baru, atau gagasan yang benar-benar baru hasil pemikiran dari siswa. Pada tahap ini kemampuan siswa melihat masalah dari berbagai susut pandang sangat dibutuhkan. Selanjutnya, pada fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah siswa diminta untuk

(27)

9

Keterangan:

X: Problem Based Learning; Y: Kemampuan Berpikir Kreatif; Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

Model Problem Based Learning mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa serta aktivitas belajar siswa pada materi pengelolaan lingkungan.

(28)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Problem Based Learning (PBL)

Menurut Sanjaya (2006: 214), ciri utama PBL yang pertama adalah rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah dan menghafal namun dititikberatkan pada kegiatan peserta didik dalam berpikir, berkomunikasi, mengolah data, dan menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses pembelajaran perlu adanya masalah yang diteliti. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.

Sedangkan menurut Arends (2008: 42), model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar masalah sosial yang penting bagi peserta didik.

b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Meskipun pembelajaran

(29)

11

dipecahkan. Peserta didik meninjau permasalahan itu dari berbagai mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan peserta didik untuk melakukan penyelidikan autentik untuk menemukan solusi nyata untuk masalah nyata. Peserta didik harus menganalisis dan menetapkan masalah, kemudian mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan percobaan (bila diperlukan), dan menarik kesimpulan.

d. Menghasilkan produk dan mempublikasikan. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau peragaan yang dapat mewakili penyelesaian masalah yang mereka temukan.

e. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah ditandai oleh peserta didik yang saling bekerja sama, paling sering membentuk pasangan dalam kelompok-kelompok kecil. Bekerja sama memberi motivasi untuk secara berkelanjutan dalam penugasan yang lebih kompleks dan meningkatkan pengembangan keterampilan sosial.

Lebih lanjut, Tan (2003: 30) mengatakan bahwa, dalam pelaksanaan

pembelajaran menggunakan PBL harus memuat karakteristik sebagai berikut: a. Masalah adalah poin awal dari pembelajaran

(30)

12

c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya.

d. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran pada bidang yang lain.

e. Mengutamakan belajar secara mandiri (self directed learning).

f. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, menggunakan serta mengevaluasi informasi yang diperoleh merupakan inti dari proses PBL. g. Pembelajaran yang dilakukan kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

Siswa bekerja dalam kelompok kecil dengan intensitas interaksi yang tinggi, saling belajar, saling mengajarkan dan melakukan presentasi. h. Menyatukan kemampuan mengidentifikasi serta kemampuan pemecahan

masalah merupakan hal yang sangat penting dalam menemukan solusi. i. Dalam prosesnya, PBL mensintesis dan mengintegrasikan pembelajaran. j. Hasil dari PBL juga disimpulkan dengan evaluasi dan pendapat dari siswa

mengenai pengalaman selama pembelajaran.

Kemudian, karakteristik PBL menurut Akcay (2009: 28) ada 3 yaitu,

(31)

13

menerapkan PBL dibangun dari sebuah perspektif berdasarkan semua ranah teori. Perspektif serta semua ranah teori tersebut dibutuhkan untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada.

Dalam tahap-tahap pelaksanaan PBL peran guru sangat dibutuhkan. Menurut Trianto (2012: 97), peran guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah: 1) mengajukan masalah sesuai dengan kehidupan nyata sehari-hari; 2) membimbing penyelidikan misal melakukan eksperimen; 3) menfasilitasi dialog peserta didik; 4) mendukung belajar peserta didik. Guru dituntut untuk luwes serta menjadi fasilitator selama pembelajaran berlangsung. Guru juga harus mempunyai wawasan yang luas karena akan ada kemungkinan siswa bertanya mengenai sesuatu diluar materi yang ingin disampaikan melalui masalah. Selain itu dalam prosesnya, guru akan mengawasi siswa dalam melakukan investigasi serta membimbing dalam mencari sumber informasi. Akcay (2009: 32), merumuskan langkah-langkah yang harus ada dalam pelaksanaan PBL yaitu, harus memuat persiapan siswa untuk PBL, penemuan masalah, mengetahui apa yang harus diketahui, mengemukakan pendapat mengenai masalah yang ada, mencari dan membagi informasi kepada teman satu kelompok, mengelompokkan solusi yang mungkin bisa dilakukan, mengevaluasi solusi yang sudah pasti, penilaian kinerja, dan menerapkan solusi untuk masalah tersebut.

Menurut Arends (2008:57), sintaks untuk model PBL dapat disajikan seperti

(32)

14

Tabel 1. Sintaks Model Problem Based Learning (PBL

Fase Perilaku Guru

Fase 1: Memberikan orientasi tentang

permasalahannya kepada peserta didik

Guru membahas tujuan pelajaran, mendeskripsikan berbagai

kebutuhan logistik penting, dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.

Fase 2:

Mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti

Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya.

Fase 3: Membantu investigasi mandiri dan kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.

Fase 4: Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya dan

memamerkan

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan

menyiapkan hasil karya yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model, dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain.

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap

penyelidikannya dan proses-proses yang mereka gunakan.

(33)

15

pembelajaran. Sedangkan menurut Wena (2006: 92), tahap-tahap strategi belajar berbasis masalah adalah sebagai berikut: (1) menemukan masalah, (2) mendefinisikan masalah, (3) mengumpulkan fakta, (4) menyusun hipotesis (dugaan sementara), (5) melakukan penyelidikan, (6) menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan, (7) menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif, (8) melakukan pengujian hasil (solisi) pemecahan masalah.

Menurut Riyanto (2012, 286), beberapa faktor yang merupakan kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah:

a. Peserta didik dapat belajar, mengingat, menerapkan, dan melanjutkan proses belajar secara mandiri. Prinsip-prinsip “membelajarkan” seperti ini tidak bisa dilayani melalui „pembelajaran tradisional‟ yang banyak

menerapkan pada kemampuan menghafal.

b. Peserta didik diperlakukan sebagai pribadi yang dewasa. Perlakuan ini memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk

mengimplementasikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan masalah.

Sedangkan keunggulan PBL menurut Sanjaya (2006:220), adalah sebagai berikut:

a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi pembelajaran.

b. Pemecahan masalah dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk menemukan pengetahuan baru bagi mereka.

(34)

16

d. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik mengembangkan pengetahuannya serta dapat digunakan sebagai evaluasi diri terhadap hasil maupun proses belajar.

f. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk berlatih berfikir dalam menghadapi sesuatu.

g. Pemecahan masalah dianggap menyenangkan dan lebih digemari peserta didik.

h. Pemecahan masalah mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

i. Pemecahan masalah memberi kesempatan peserta didik untuk mengaplikasikan pengetauan mereka dalam kehidupan nyata. j. Pemecahan masalah mengembangkan minat belajar peserta didik.

Menurut Akcay (2009: 31), PBL membuat siswa belajar dengan cara mengaitkan teori dengan situasi dunia nyata sehingga siswa akan

mendapatkan pemahaman baru dengan cara mereka sendiri. Begitu pula menurut Yamin dan Bansu (2009:83), pembelajaran berdasarkan masalah membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan baru untuk kepentingan persoalan berikutnya.

B. Kemampuan Berpikir Kreatif

(35)

17

yang sebelumnya belum disatukan. Hal serupa juga dikatakan oleh Al-hajjaj (2010: 80) yang mengatakan bahwa berpikir kreatif merupakan sebuah proses yang terjadi di otak dan pikiran yang dilakukan oleh seorang kreatif. Proses tersebut memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui dan kaidah-kaidah serta dasar-dasar yang dijadikan acuan. Sedangkan, UK Departmen of Education (2010: 5) mengatakan ada 4 definisi berpikir kreatif, yaitu (1) berpikir kreatif terjadi ketika seseorang menemukan sesuatu yang belum pernah ditemukan oleh siapapun, (2) Berpikir kreatif juga dapat diartikan sebagai penemuan aplikasi terbaru dari pengetahuan atau konsep yang sudah ada, (3) Berpikir kreatif adalah tentang bagaimana menghubungkan ide yang sudah ada untuk membentuk sebuah ide baru, (4) berpikir kreatif adalah menjadi inventif, ekspresif, dan berimajinasi dalam kegiatan rutin dikehidupan sehari-hari.

(36)

(2009:31-18

32) yang menyatakan bahwa melalui proses berpikir kreatif manusia mampu meningkatkan kualitas hidupnya.

Berdasarkan teori Wallas yang dikemukakan pada tahun 1926 dalam bukunya yang berjudul The Art of Trought, Munandar (2009: 39) menyimpulkan bahwa wallas membagi proses berpikir kreatif menjadi 4 tahap, yaitu (1) persiapan, (2) inkubasi, (3) iluminasi, dan( 4) verifikasi. Menurut Riyanto (2012: 192), persiapan merupakan tahapan mendefinisikan masalah, tujuan dan tantangan. Inkubasi merupakan tahapan mencerna fakta dan mengolahnya dengan pikiran. Iluminasi merupakan tahapan mendesak gagasan

bermunculan kepermukaan. Sedangkan verifikasi merupakan tahapan memutuskan apakah solusinya benar-benar memecahkan masalah. Riyanto juga menambahkan aplikasi dalam proses berpikir kreatif yang merupakan tahapan pengambilan langkah untuk menindaklanjuti solusi.

Kemudian, penjelasan mengenai proses berpikir juga dijelaskan oleh Ali dan Asrori (2006: 51). Ali dan Asrori (2006: 51) mengatakan bahwa tahap persiapan merupakan tahap dimana individu berusaha mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyaknya untuk memecahkan masalah. Lalu, dengan bekal teori serta pengalaman sebelumnya individu berusaha mencari berbagai kemungkinan untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini

kemampuan berpikir lancar dan kemampuan berpikir luwes sangat dibutuhkan. Selanjutnya, pada tahap inkubasi individu seakan-akan

(37)

19

dan mengolah fakta yang didapat menjadi rincian-rincian penting sampai timbul inspirasi atau gagasan untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini kemampuan berpikir memerinci dan kemampuan berpikir orisinil sangat penting. Selanjutnya yaitu tahap iluminasi. Pada tahap ini sudah timbul gagasan baru dari fakta dan informasi yang sebelumnya ditemukan. Tahap terakhir yaitu tahap verifikasi. Pada tahap verifikasi, solusi yang sudah ada dievaluasi secara kritis dan konvergen serta mengahadapkannya kepada realitas. Jika solusi dirasa kurang sesuai maka, solusi lain harus secepatnya dikemukakan.

(38)

20

Originality merupakan kemampuan menemukan sesuatu yang baru atau ide yang unik, fluency merupakan kemampuan untuk menciptakan banyak gagasan, sedangkan flexibility merupakan kemampuan untuk menciptakan gagasan yang bervariasi dari berbagai macam kategori.

Untuk indikator aspek kognitif kemampuan berpikir kreatif, Munandar (2000: 44) mengatakan dapat dilihat dari perilaku yang ditimbulkan. Berikut

indikator aspek kognitif kemampuan berpikir kreatif:

Tabel 2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek

kognitif

Definisi Perilaku

1. Berpikir

b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

c. Selalu berpikir lebih dari satu jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan

b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada

pertanyaan.

c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah

d. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya. e. Lebih cepat melakukan

lebih banyak daripada yang lain.

f. Dengan cepat dapat melihat kelebihan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi.

b. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. c. Mencari banyak

alternatif atau arah yang berbeda-beda.

a. Memberikan macam-macam penafsiran

(interpretasi) suatu gambar, cerita, atau suatu masalah. b. Menerapkan suatu konsep atau suatu asas dengan cara yang berbeda-beda.

c. Memberi pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain.

(39)

21

d. Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau dengan mayoritas kelompok. e. Jika diberikan suatu

masalah biasanya memikirkan berbagai macam cara yang berbeda untuk menyelesaikannya. f. Menggolongkan hal-hal

menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda.

g. Mampu mengubah arti berpikir spontan. 3. Berpikir

Orisinil (Originality)

a. Mampu melahirkan ungkapan baru yang unik

b. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk

mengungkapkan diri c. Mampu membuat

kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal lain yang tidak terpikirkan oleh orang lain.

b. Mengungkapkan gagasan-gagasan baru yang orisinil c. Mempertanyakan cara-cara

dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru. d. Memilih asimetris dalam

menggambar atau membuat desain

e. Memiliki cara berpikir yang lain daripada yang lain f. Mencari pendekatan yang

baru dari yang stereotip g. Setelah membaca atau

mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru.

h. Lebih senang mensintesis daripada menganalisis gagasan atau produk b. Menambah atau

merinci detail-detail dari suatu objek,

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah merinci. b. Mengembangkan atau

(40)

22

gagasan atau situasi menjadi lebih menarik.

lain

c. Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang ditempuh

d. Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana e. Menambahkan garis-garis,

warna-warna dan detil-detil (bagian-bagian) gambarnya sendiri atau orang lain.

(41)

23

mengajukan pertanyaan yang baik, dan (24) memiliki kesadaran etika moral dan estetika yang tinggi.

Kemampuan berpikir kreatif ada sejak kita dilahirkan. Namun, seiring berjalannya waktu tidak semua orang bisa mengembangkan kemampuan tersebut dengan baik. Menurut Munandar (2009: 219), seseorang dapat mengalami berbagai hambatan yang dapat merusak atau mematikan

kemampuan berpikir kreatifnya. Sumber hambatan itu dapat bersifat internal atau bersifat eksternal. Salah satu kendala yang dapat menghambat adalah kendala biologis. Beberapa pakar menekankan bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan ciri herediter, karena gen yang diwarisi berperan dalam menentukan batas-batas intelegensi dan kemampuan berpikir kreatif seseorang. Selain itu, lingkungan sosial juga merupakan salah satu faktor yang bisa menghambat kemampuan berpikir kreatif. Lingkungan sekolah merupakan faktor utama yang menentukan berkembang atau tidaknya kemampuan berpikir kreatif seseorang. Karena, walaupun siswa hanya menghabiskan waktu sekitar 5-7 jam disekolah, waktu tersebut hampir seluruhnya dihabiskan untuk belajar mengenai sesuatu yang baru. Menurut Munandar (2000: 132), sikap guru yang terlalu cepat memberikan kritikan saat siswanya melakukan hal diluar keinginannya tanpa memberi

(42)

24

(43)

25

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April di SMP Negeri 20 Bandar Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu sampel dipilih dengan tujuan tertentu (Margono, 2007: 51). Sampel pada penelitian ini adalah kelas VII E dengan jumlah siswa 30 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas VII F dengan jumlah siswa 31 orang sebagai kelas kontrol.

Pengambilan kedua sampel berdasarkan nilai siswa pada kedua kelas yang hampir homogen.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dan menggunakan desain pretes-postes non ekuivalen (Sukmadinata, 2012: 204). Kelas

eksperimen menggunakan model PBL. Kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Kedua kelas tersebut diberi pretes sebelum pembelajaran

(44)

26

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan:

I = Kelompok eksperimen II = Kelompok kontrol

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan model PBL C = Perlakuan di kelas kontrol dengan metode diskusi O1 = Pretes

O2 = Postes

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (Riyanto, 2001:43).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut: a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah

b. Mengadakan observasi kesekolah tempat diadakannya penelitian untuk mengetahui keadaaan kelas yang diteliti

c. Menetapkan sampel penelitian

(45)

27

kemudian dibuat bahan diskusi yang disesuaikan dengan indikator kemampuan berpikir kreatif

e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest dan postest yang berbentuk soal uraian, lembar observasi aktivitas belajar siswa, angket model PBL

f. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa serta perbedaan gender. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa pada kelas eksperimen dan 5-6 siswa pada kelas kontrol.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model

pembelajaran PBL pada kelas VII E. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan model PBL) Tabel. 3 Langkah-Langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen

Skenario Pembelajaran Sintaks

PBL

Waktu (menit) Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Kegiatan Pendahuluan

1. Memastikan setiap siswa sudah berada didalam kelas dan siap untuk melakukan pretes.

2. Mengadakan tes awal (pretes).

3. Memberikan apersepsi:

“Sepanjang aliran Sungai

Citarum terdapat banyak sampah. Dari sampah rumah tangga sampai limbah pengolahan pabrik. Sebagai warga sekitar, apa yang akan kalian lakukan untuk mengatasi

situasi tersebut?” (Pertemuan-1).

“Banyak pohon digunung

Mengkondisikan dan mempersiapkan diri untuk mengerjakan soal pretes.

Mengerjakan soal pretes yang diberikan guru.

(46)

28

Lanjutan tabel 3....

ditebangi akibat kebutuhan manusia yang semakin meningkat, sebagai masyarakat apa tanggapan kalian mengenai

masalah ini?” (Pertemuan-2)

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

5. Memberikan motivasi: Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui peran manusia dalam mengelola lingkungan sehingga permasalahan pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat teratasi.

Siswa memperhatikan

1. Membagi siswa dalam 5 kelompok.

2. Membagikan LKS Problem Based Learning kepada siswa. 3. Meminta siswa untuk membaca

wacana pada LKS mengenai peran manusia dalam mengelola lingkungan untuk mengatasi masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan.

4. Membimbing siswa dalam menggali informasi dari berbagai sumber.

5. Membimbing siswa berdiskusi/memecahkan permasalahan.

6. Meminta siswa mempresentasikan hasil

Duduk berdasarkan kelompok yang telah ditentukan.

Menerima LKS.

Membaca wacana pada LKS mengenai peran manusia dalam mengelola lingkungan untuk mengatasi masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Melakukan penyelidikan mengenai pencemaran lingkungan serta peran manusia dalam informasi dari berbagai sumber.

Mengolah dan menganalisis informasi yang didapat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKK.

Melakukan diskusi kelompok mengenai informasi yang sudah diperoleh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di LKK berdasarkan informasi yang diperoleh.

Mempresentasikan hasil diskusi masing-masing

Mengorientasi siswa pada masalah

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

(47)

29

Lanjutan tabel 3....

diskusi masing-masing kelompok.

7. Membantu siswa mengevaluasi dan

1. Membagikan soal postest (Pertemuan-2)

2. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

3. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Mengerjakan soal postest

Memperhatikan penjelasan guru.

Memperhatikan penjelasan guru.

20

b. Kelas kontrol (Pembelajaran dengan metode diskusi) Tabel. 4 Langkah-Langkah Pembelajaran Kelas Kontrol

Skenario Pembelajaran Waktu

(menit)

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Kegiatan Pendahuluan

1. Memastikan setiap siswa sudah berada didalam kelas dan siap untuk melakukan pretes.

2. Mengadakan tes awal (pretes) (pertemuan-1)

3. Memberikan apersepsi: “Sepanjang aliran Sungai Citarum terdapat banyak sampah. Dari sampah rumah tangga sampai limbah pengolahan pabrik. Sebagai warga sekitar, apa yang akan kalian lakukan untuk mengatasi situasi

tersebut?” (Pertemuan-1). “Banyak

pohon digunung ditebangi akibat kebutuhan manusia yang semakin meningkat, sebagai masyarakat apa tanggapan kalian mengenai masalah

ini?” (Pertemuan-2)

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

5. Memberikan motivasi: Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui peran manusia dalam mengelola lingkungan sehingga permasalahan pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat teratasi.

Mengkondisikan dan mempersiapkan diri untuk mengerjakan soal pretes.

Mengerjakan soal pretes yang diberikan guru.

Siswa menjawab pertanyaan guru.

Siswa memperhatikan penjelasan guru.

Siswa memperhatikan penjelasanguru.

30

1. Membagi siswa dalam 5 kelompok.

2. Membagikan LKS.

Duduk berdasarkan kelompok yang telah ditentukan.

Menerima LKS.

45

2

(48)

30

Lanjutan tabel 4....

3. Memberikan pengarahan kepada siswa.

4. Membimbing siswa dalam menggali informasi dari berbagai sumber.

5. Membimbing siswa

berdiskusi/memecahkan permasalahan.

6. Meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok.

7. Membantu siswa mengevaluasi dan menganalisis proses pemecahan masalah.

Mendengarkan penjelasan guru, lalu membaca kasus pencemaran lingkungan.

Siswa mencari data dan informasi dari berbagai sumber (Lingkungan, buku, atau internet).

Mengolah dan menganalisis informasi yang didapat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKK.

Melakukan diskusi kelompok mengenai informasi yang sudah diperoleh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di LKK.

Mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas.

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

1. Bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran.

2. Mengadakan postes (pertemuan-2)

Membuat kesimpulan pembelajaran bersama guru.

Mengerjakan soal postest (pertemuan-2) 2

20

E. Jenis data dan Teknik Pegambilan Data

Jenis data dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: 1. Jenis data

a. Data Kuantitatif

(49)

31

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa deskripsi kemampuan berpikir kreatif siswa,aktivitas belajar siswa selama pembelajaran, serta angket siswa terhadap model PBL.

2. Tehnik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Lembar Penilaian Pretest dan Postest

Lembar penilaian pretest dan postest meliputi 2 indikator kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu berpikir lancar dan berpikir luwes. Setiap soal dinilai berdasarkan rubrik penilaian. Nilai pretest diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postest diambil di akhir pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.

Teknik penskoran nilai pretest dan postestyaitu: S = R x 100

N Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = Jumlah skor maksimum dari test tersebut (Purwanto, 2008: 112)

b. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

(50)

32

kemudian menghitung skor total aspek yang ditentukan. Hasil pengamatan kemudian ditabulasi (tabel 5).

Tabel 5. Tabulasi Data Aktivitas Belajar Siswa

No Nama Kriteria Aktivitas Berpikir Kreatif\ Siswa Total

1 A B C D

Tabel 6. Keterangan aspek aktivitas belajar siswa

No Indikator KBK Indikator Operasional Skor Kriteria Skor

A Mengajukan

pertanyaan

1) Mengajukan 2-3

pertanyaan

2) Berbeda dengan yang lain

3) Relevan dengan masalah

3 Jika 3 indikator terpenuhi 2 Jika 2 indikator terpenuhi 1 Jika tidak ada indikator

terpenuhi atau tidak menjawab.

B Menyampaikan

pendapat/ gagasan

Memberi solusi

1) Relevan dengan masalah

2) Tidak ambigu

3) Berbeda dengan yang lain

3 Jika 3 indikator terpenuhi 2 Jika 2 indikator terpenuhi 1 Jika tidak ada indikator

terpenuhi

C 1) Sesuai dengan masalah

2) Solusi bisa diterima atau diterapkan

4 Jika 2 indikator terpenuhi 2 Jika 1 indikator terpenuhi 0 Jika jawaban salah atau

tidak menjawab

D Bertukar

informasi

1) Bertukar informasi dengan semua teman satu kelompok 2) Bertukar informasi

hanya dengan 2 orang dalam satu kelompok 3) Hanya bertukar

informasi dengan seseorang

(51)

33

c. Lembar Kerja Kelompok (LKS)

Selama proses pembelajaran, LKS digunakan sebagai media untuk mengakomodasi peningkatan kemampuan berpikir kreatif di kelas eksperimen dan LKS untuk kelas kontrol. LKS berisi pertanyaan pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

d. Angket Tanggapan Siswa terhadap PBL

Angket berisi tanggapan siswa mengenai model PBL yang telah dilaksanakan. Angket ini berisi 8 pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif dengan 2 pilihan jawaban yaitu tidak setujudan setuju. Item pernyataan angket tertera pada tabel 7.

Tabel 7. Item pernyataan pada angket

No. Pernyataan Tidak

Setuju

Setuju

1. Saya dapat membuat solusi dari permasalahan

2. Saya lebih pasif dalam diskusi kelas 3. Model pembelajaran PBL membuat saya

merasa bosan

4. Saya merasa kurang tertarik memecahkan masalah yang berhubungan dengan pencemaran dan kerusakan lingkungan 5. Saya dapat menjawab pertanyaan saat

diskusi berlangsung

6 Saya dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah saya melalui LKK 7. Saya merasa tidak bisa mengaitkan materi

dengan kehidupan sehari-hari

8. Saya termotivasi mencari dan mengakses informasi dari berbagai sumber untuk mencari solusi dari permasalahan

(52)

34

F. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif

a. Perhitungan N-Gain

Untuk mendapat skor N-gain menggunakan rumus Hake (1991:1) seperti berikut:

̅̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅

̅̅̅̅̅̅ Keterangan:

N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = post score class averages =rata-rata skor pretest

Spre = prescore class averages = rata-rata skor pretest

Smax = maximum score = skor maksimum

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

H0 = Sampel berdistribusi normal H1 = Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

c. Kesamaan Dua Varians

(53)

35

1. Hipotesis

H0 = Varians homogen H1 = Varian tidak homogen 2. Kriteria pengujian

jika Fhitung< Ftabel atau probabilitas > 0,05 maka H0 diterima jika Fhitung> Ftabel atau probabilitas< 0,05 maka H0 ditolak (Sugiyono, 2014: 141)

d. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t atau uji u (mann withney) dengan menggunakan program SPSS 17.

1. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independent dengan data berdistribusi normal (Sugiyono, 2014: 138). Uji t mencakup uji kesamaan dua rata-rata dan uji

perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17. a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2. Kriteria Pengujian

(54)

36

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

2. Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).

3. Uji U (Uji Mann Whitney)

Apabila data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, maka untuk mengetahui apakah ada perbedaan varian antara kedua sampel, maka dilakukan uji U atau Uji Mann Whitney

a) Hipotesis

H0 = Rata – rata N-gain pada kedua kelas tidak berbeda secara signifikan

H1 = Rata – rata N-gain pada kedua kelas berbeda secara signifikan

b) Kriteria pengujian

jikaP-value > 0,05 maka H0 diterima

(55)

37

3. Data Kualitatif

a. Kemampuan Berpikir Kreatif

Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kreatif siswa sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor (f) seluruh siswa

2) Menentukan nilai tiap indikator kemampuan berpikir kreatif dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

S = Nilai KBK yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor KBK yang diperoleh; N = Jumlah skor KBK maksimum (Purwanto, 2008:112).

3) Tabel kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Kemampuan berpikir kreatif

No urut Skor Total

Catatan: Mengisi nilai berdasarkan pertanyaan yang dijawab Keterangan:

A. Berpikir Lancar B. Berpikir Luwes

Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat dari kriteria kemampuan berpikir kreatif pada tabel 10.

R

(56)

38

Tabel 9. Kriteria berpikir kreatif

Poin Kriteria

81-100

b. Aktivitas Siswa

Data aktivitas belajar siswa diambil melalui observasi selama pembelajaran berlangsung. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung nilai akhir aktivitas siswa. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1) Menghitung nilai akhir aktivitas dengan menggunakan rumus:

2) Menentukan nilai akhir aktivitas belajar siswa sesuai kriteria pada tabel 10.

Tabel 10. Kriteria aktivitas belajar siswa

Nilai Kategori

91-100 Amat Baik

81-90 Baik

71-80 Cukup

60-70 Kurang

>60 Sangat Kurang

Sumber: dimodifikasi dari Sunarti dan Rahmawati (2013: 56) c. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model PBL

Data tanggapan siswa terhadap model PBL dikumpulkan melalui angket yang dibagikan kepada siswa. Dalam angket tersebut berisi 5

Skor Perolehan

% Aktivitas = x 100% Skor Maksimum

(57)

39

Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010:29).

pernyataan negatif dan 5 pernyataan positif. Pengolahan data angket dilakukan debagai berikut:

1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 11.

1. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada tabel 11

Tabel 11. Skor perjawaban angket.

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju

2. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan sesuai tabel 12.

Tabel 12. Frekuensi dan kecenderungan jawaban No.

(Siswa) Persentase

1 2 3 dst.

3. Menghitung presentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X(%) Keterangan:

X(%)= presentase jawaban siswa ∑s = Jumlah skor jawaban siswa

(58)

40

4. Menafsirkan atau menentukan presentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL sesuai kriteria pada tabel 13.

Tabel 14. Kriteria presentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL

Presentase Interpretasi 100

75 – 99 51 – 74 50 25 – 49 1 – 24 0

Semuanya

Hampir seluruhnya Sebagian besar Setengahnya

Hampir setengahnya Sebagian kecil Tidak ada

(59)

54

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model PBL berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan KBK siswa pada materi pengelolaan lingkungan

2. Penggunaan model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa 3. Siswa memberi tanggapan positif selama pembelajaran berlangsung

menggunakan model PBL pada materi pengelolaan lingkungan

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, peneliti memberi saran sebagai berikut: 1. Peneliti sebaiknya tidak hanya mengukur dua indikator KBK dalam

pembelajaran menggunakan model PBL, indikator yang lain perlu ditambahkan agar semua aspek dapat meningkat secara optimal. 2. Bagi guru IPA, model PBL dapat digunakan sebagai alternatif untuk

(60)

54

3. Untuk guru yang akan menerapkan model PBL, LKK yang digunakan selama pembelajaran dapat dibuat lebih variatif. Kasus yang disajikan sebaiknya kasus terkini atau kasus yang diketahui oleh masyarakat luas. Sehingga siswa tidak kesulitan dalam mencari referensi.

4. Supaya pengembangan KBK siswa lebih optimal dibutuhkan penguasaan kelas dan manajemen waktu agar semua tahapan PBL dapat selesai tepat waktu sesuai dengan RPP

(61)

55

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah A.G dan T, Ridwan. 2008. Implementasi Problem Based Learning pada Proses Pembelajaran BTPBP Bandung. Diakses dari

Http://File.Upi.Edu/Direktori/ Fptk/Jur._Pend._Teknik_Elektro/ 197211131999031 Ade_Gafar_

Abdullah/Makalah_dan_Artikel_yang_sudah_dipublikasikan_(9_file) /Artikel-02.pdf pada Rabu, 22 April 2015 20:15 WIB. 10 hlm

Akcay, B. 2009. Problem-Based Learning in Science Education. Diakses dari https://www.pegem.net/dosyalar/dokuman/48116-20090429114931-04problem-based-learning-in-science-education.pdf pada Kamis, 25 September 2014 15:30 WIB. 257 hlm

Al-hajjaj, Y.A. 2010. Kreatif atau Mati. Al-Jadid. Surakarta. 212 hlm

Ali, M dan M. Asrori. 2005. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Bumi Aksara. Jakarta. 212 hlm

Arends, R. 2008. Learning to Teach. Penerjemah: Helly Prajitno & Sri Mulyani. Pustaka Pelajar. Jogjakarta. 391 hlm

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rev Ed. Rineka Cipta. Jakarta. 370 hlm

Awang, H. dan I. Ramly. 2008. Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineerng Classroom. Diakses dari http://waset.org/publications/15369/creative- thinking-skill-approach-through-problem-based-learning-pedagogy-and-practice-in-the-engineering-classroom.pdf pada Kamis, 25 September 2014 14:45 WIB. 69 hlm

Baden, M. S. dan C. H. Major. 2004. Foundatoins of Problem Based Learning. Open University Press. London. 201 hlm

(62)

56

Hake, R.R. 1999. Analizyng Change/Gain Score. Diakses dari

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf pada Selasa, 18 Oktober 2014 14.30 WIB. 4 hlm

IMSA. 2008. Problem-Based Learning Matters. Diakses dari

http://dmfa3ba8wpnh6.cloudfront.net/00/000147887cd534a7df9b7cb7e9000 1/file/112574-PBLMatters.pdf pada Jum’at, 3 April 2015 10:58 WIB. 26 hlm

Lee, K. H. 2005. The Relationship Between Creative Thinking Ability and Creative Personality of Preschoolers. Diakses dari

http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ854970.pdf pada Minggu, 29 September 2014 16:30 WIB. 200 hlm

LTSIN. 2004. Learning teaching. Diakses dari

http://www.educationscotland.gov.uk/images/FocusingOnInclusion_tcm4-342924.pdf. pada Senin 30 September 2014 15:00 WIB. 40 hlm

Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. 260 hlm

Martono, N. 2010. Metode Penelitian: Analisis Isi dan Analisis Data. Raja Grafindo. Jakarta. 267 hlm

Martinprosperity, C.U. 2011. Towards a Broader Conception of Economic Competitiveness. Diakses dari http://martinprosperity.org/2011/10/04/ towards-a-broader-conception-of-economic-competitiveness/ pada Kamis, 18 Desember 2014 23.32 WIB. 91 hlm

Munandar, U. 2000. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 216 hlm

_______. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta. 286 hlm

Pratisto, A. 2007. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Gramedia Komputindo. Jakarta. 281 hlm Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Penerbit

Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hlm

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 134 hlm

(63)

57

_______. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta. 121 hlm

Ruslim, M.D. 2011. Lead by Heart. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 351 hlm Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Rajawali Press. Jakarta. 418 hlm

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 308 hlm Sudjana, N. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. 508 hlm

Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung.Alfabeta. 390 hlm

Sukmadinata, N. S. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 326 hlm

Sulaiman, F. 2011. The Effectiveness of Problem Based Learning (Online) on Student’s Creative and Critical Thinking in Physics At Tertiary Level in Malaysia. Diakses dari http://waikato.researchgateway.ac.nz pada 12 Desember 2014 13:30 WIB. 442 hlm

Sunarti dan S. Rahmawati. 2013. Penilaian dalam Kurikulum 2013. Penerbit Andi. Jogjakarta. 246 hlm

Supriadi. 2001. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Alfabeta. Bandung. 190 hlm

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta. 300 hlm

Tan, O.S. 2003. Problem Based Learning Innovation. Singapore. Thomsone Learning. 162 hlm

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta. 376 hlm

UK Department of Education. 2010. Developing Critical and Creative Thinking: in Science. Ebook. Diakses dari http://www.standards.dcsf.gov.uk, pada Sabtu, 25 Oktober 2014 19:30 WIB. 245 hlm

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara. Jakarta. 276 hlm

(64)

58

Gambar

Tabel 1. Sintaks Model Problem Based Learning (PBL
Tabel 2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen
Tabel. 3 Langkah-Langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBI terhadap kemampuan berpikir kreatif dalam tulisan argumentatif siswa dan juga untuk mengetahui tanggapan

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan

dengan pendekatan open-ended. 2) Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif. matematis. Instrumen Penelitian

Bahan ajar atau materi yang akan digunakan dalam penelitian pengaruh pendekatan probelem based learning terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis adalah

Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir Kreatif siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Sedangkan jika dilihat dari skor N-Gain tiap indikator kemampuan berpikir kreatif atau 0.40 (40%). Dari hasil analisis peningkatan indikator kemampuan berpikir kreatif

mendasar, luas dan kuat; 2) berpikir kreatif tergantung kepada tujuan yang akan dicapai. Orang kreatif mengeksplorasi tujuan dan menggunakan pendekatan-pendekat- an

Hasil analisis tingkat berpikir kreatif siswa ditinjau dari gaya kognitif impulsif yaitu siswa yang memiliki karakteristik cepat dalam menjawab masalah, tetapi tidak atau kurang