ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)
Oleh DEWI UTAMI
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Semaka tahun pelajaran 2014/2015 dan sampel penelitian adalah siswa kelas VII-C dan VII-D ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Desain penelitian adalah posttest only control group design. Data penelitian ini adalah data hasil kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh melalui tes. Tes dilakukan setelah selesai tahap pembelajaran. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Semaka tahun pelajaran 2014/2015.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)
Oleh
Dewi Utami
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)
(Skripsi)
Oleh
Dewi Utami
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 12
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran... 12
2. Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation ... 14
3. Pembelajaran Konvensional ... 23
4. Pemahaman Konsep Matematis ... 24
B. Kerangka Pikir ... 28
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 30
1. Anggapan Dasar ... 30
2. Hipotesis ... 30
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 32
viii
C. Data Penelitian ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Instrumen Penelitian... 34
1. Validitas Instrumen ... 35
2. Reliabilitas ... 36
3. Daya Pembeda ... 37
4. Tingkat Kesukaran ... 38
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 40
G.Teknik Analisis Data ... 41
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45
B. Pembahasan ... 47
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 56
B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA
xi DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A.PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Silabus Pembelajaran ... 63
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 71
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 96
A.4 Lembar Kerja Kelompok ... 120
B.PERANGKAT TES B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 197
B.2 Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 199
B.3 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 201
B.4 Form Penilaian Validitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 208
B.5 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 210
C.ANALISIS DATA C.1 Data Nilai Kelas Uji Coba ... 213
C.2 Analisis Uji Reliabilitas instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 214
C.3 Analisis Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran Tes ... 216
xii C.5 Data Tes Kemampuan Pemahaman Konsep pada Kelas yang
Mengikuti Pembelajaran dengan Pembelajaran Konvensional … ... 219
C.6 Uji Normalitas Data Tes Kemampuan Pemahaman Konsep pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 220
C.7 Uji Normalitas Data Tes Kemampuan Pemahaman Konsep pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Pembelajaran Konvensional ... 224
C.8 Uji Homogenitas Varians Data Tes Kemampuan Pemahaman Konsep pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan Pembelajaran Konvensional ... 228
C.9 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan Pembelajaran Konvensional... 229
C.10 Analisis Indikator Tes Pemahaman Konsep pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 232
C.11 Analisis Indikator Tes Pemahaman Konsep pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Pembelajaran Konvensional ... 235
D.LAIN-LAIN D.1 Surat Izin Penelitian ... 240
D.2 Surat Keterangan Penelitian ... 241
D.3 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 242
D.4 Daftar Hadir Seminar Hasil ... 244
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif ... 17
2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif Tipe GI ... 18
3.1 Data Kemampuan Matematika Siswa Kelas VII dari Mid Semester Ganjil SMP Negeri 1 Semaka ... 32
3.2 Desain Penelitian Posttest Only Control Group Design ... 33
3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 34
3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 37
3.5 Interpretasi Daya Pembeda ... 38
3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 39
3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 40
3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan Pembelajaran Konvensional ... 42
3.9 Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan Pembelajaran Konvensional ... 43
x 4.2 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Siswa pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan Pembelajaran
Konvensional ... 46 4.3 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep pada Kelas
yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Moto
“
Sungguh pada hari ini Aku memberi balasan kepada
mereka, karena kesabaran mereka, sungguh mereka itulah
orang-
orang yang memperoleh kemenangan”.
(Q.S. Al-
Mu’minun: 111)
Kehidupan adalah ladang ilmu. Ilmu tidak bisa kita tuai
jika Sang Pencipta tidak bersemayam di hati.
Belajarlah dari kehidupan dengan tidak mengabaikan Sang
Pencipta kehidupan, yaitu Allah Aza Wazalla.
Persembahan
Bismillahirrahmanirrahiim….
Terucap syukur kehadirat Allah SWT. Dzat Yang Maha Sempurna
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Uswatun Hasanah, Rasulullah
Muhammad SAW
kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan baktiku kepada:
Ibuku Siti Rohasih dan Ayahku Komarun
ucapan terima kasih nampaknya terlalu sederhana, berbagai pelajaran yang
berarti tentang hidup, kesabaran, dan keuletan, semuanya berasal dari
ketulusan mereka. Semoga karya kecil ini mampu memberikan senyum manis di
bibir mereka.
Adikku tersayang Nadira Halwa Hanania yang selalu memberikan semangat
dan keceriaan baru dalam hidupku
Para guru dan dosen yang kuhormati , yang telah mengajar dengan penuh
kesabaran
Terima kasih untuk ilmu dan pengalaman.
Sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu menyemangati dan tersenyum
kepadaku
Dan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Srikaton, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, Lampung pada tanggal 15 September 1994. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Komarun dan Ibu Siti Rohasih.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Srikuncoro, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus pada tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Semaka, Kabupaten Tanggamus pada tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu pada tahun 2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur Undangan.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Garut, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Semaka pada tahun 2014.
ii SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menye-lesaikan penyusunan skripsi. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rahmatan lil’alamin, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)” penulis selesaikan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibuku (Siti Rohasih) dan Ayahku (Komarun), yang tak pernah berhenti
berdo’a, memberikan semangat, serta kasih sayang untuk keberhasilanku. 2. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen pembimbing I atas
iii 3. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik, sekaligus Pembimbing II atas kesediaannya memberikan bimbingan, ilmu yang berharga, saran, motivasi, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan pembahas yang telah memberikan kemudahan, masukan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Bapak Santoso, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Semaka yang telah
memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
9. Bapak Juri, S.Pd., selaku guru mitra atas kesediaannya menjadi mitra dan memberikan bantuannya selama penelitian.
10.Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Tahun Pelajaran 2014/2015, khususnya kelas VII-C dan VII-D yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya dalam penelitian ini.
iv 12.Mbah Putri, Mbah Kakung, dan seluruh keluargaku tercinta baik dari pihak Ibunda maupun Ayahanda atas semangat, kasih sayang, dan doa yang tak per-nah berhenti mengalir.
13.Bunda Sunarti, Bapak Sugeng, Mas Dani Arki Kurniawan terkasih, Adek Dayu Rizki Tantia, yang selalu memberikan dukungan, motivasi, semangat dan do’a untukku.
14.Keluarga Prince and Princess tercinta dan terkasih, Ciik (Yulisa), Mbak (Ria Oktavia), Kim (Ismi Vita M.), Emak (Nourma Ervitasari), Beb Lai (Laili Fauziah Sufi), Mbak Pin (Anita Ervina Astin), Cipau (Venti Martaliza), Abang (Muhammad Yusuf), Abay (Bayu Imadul B.), Kiyay (Didi Giatno), dan Oom (Agus Sugiarto), yang selama ini telah menganggapku sebagai adik kecilnya, dan selalu memberiku semangat serta selalu menemani saat suka dan duka.
15.Sahabat kecilku tercinta, Nori Irawati, Reni Oktaviani, Fera Santi, dan M. Dhofir Ali, terima kasih atas kebersamaannya.
v 17.Kakak-kakakku angkatan 2008, 2009, 2010 serta adik-adikku angkatan 2012,
2013, 2014 terima kasih atas kebersamaannya.
18.Kakak-kakakku Mbak Lia, Mbak Hesti, Mbak And, Mbak Asih, Mbak Amel, Mbak Vera, Mbak Vindi, Kak Umpu, Kak Rendra, terima kasih atas semangat dan candanya.
19.Adik-adikku terkasih Purnama Dewi, Rizki Amalia, dan Titi Andara yang selalu memberikan semangat dan sapaan hangatnya.
20.Teman-teman Innocent (Sule, Chacha, B’del, Aul, Dingdong, Eccy, V-3, Icce, Lindung, Cumi, Raccon, Ndil Ndul, Iia, Kim, Bee, Ettu, Ninut, dan Uul) yang selalu memberikan senyum keceriaan untukku.
21.Teman-teman Bangsal 416-417 (Helita Multisari, Risa Liwana, Ayu Lestari, Remilda Trinora, dan Fitri Nuryanah) yang selalu memberikan semangat untukku.
22.Bapak Budi Kadaryanto, S.Pd., M.A., yang telah memberikan bantuan, dan saran selama penulis melaksanakan KKN dan PPL.
23.Bapak Azwandi dan Ibu, beserta keluarga, yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dan do’a selama melaksanakan KKN dan PPL.
24.Keluarga KKN dan PPL Desa Garut, Semaka: Abbas, Ardi, Kiki, Inayah, Novi, Risa, Santi, dan Tiwi. Semoga kekeluargaan kita akan terus terjalin. 25.Pengurus referensi yang telah melayani dalam peminjaman buku serta skripsi. 26.Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga gedung G, terima kasih atas bantuan
dan perhatiannya selama ini.
vi Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, April 2015 Penulis,
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi bangsa yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa, karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan pendidikannya. Salah satu fungsi dari pendidikan adalah mengurangi kebodohan dan keterbelakangan, karena ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat menjadikan seseorang mampu mengatasi masalah yang ada. Dengan kata lain, tanpa pendidikan yang baik manusia tidak akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi dan skill. Selain itu pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Salah satu unsur pendidikan adalah pembelajaran.
2 sehingga akan mencapai tujuan dengan baik pula, termasuk dalam hal ini pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari, Muhsetyo (2007:126). Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai pengaruh penting, karena hampir semua ilmu pengetahuan terdapat unsur matematika. Pada buku Model Matematika yang disebutkan dalam Fitriana (2010: 31), “Matematika merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh melalui belajar baik yang berkenaan dengan jumlah, ukuran-ukuran, perhitungan dan sebagainya yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol-simbol tertentu”. Namun, matematika tidak hanya berupa simbol, tetapi pola pikir matematika inilah yang membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengomunikasikan berbagai gagasan yang dapat dijelaskan melalui pembicaraan lisan, tulisan, tabel dan grafik. “Hal terpenting dalam pembelajaran matematika sebenarnya adalah bagaimana dapat menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa dapat menyukai pelajaran matematika”, (Suherman, dkk; 2003: 68).
3 luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika.
4 pemahaman tentang konsep yang mereka komunikasikan”. Berdasarkan pendapat tersebut pula, bila siswa tidak memahami konsep dalam belajar matematika, maka siswa akan kesulitan ketika dihadapkan pada problem matematika yang menuntut penalaran siswa. Sehingga untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar matematika, pemahaman konsep yang baik menjadi hal yang penting pada setiap materi matematika.
Namun pada kenyataannya hasil pembelajaran matematika masih perlu diperhatikan. Hal tersebut sesuai dengan fakta dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS 2011), yang menyatakan bahwa capaian rata-rata siswa Indonesia adalah 386 yang berarti berada pada level rendah. Capaian rata-rata peserta Indonesia pada TIMSS 2011 mengalami penurunan dari capaian rata-rata pada TIMSS 2007 yaitu 397. Saat ini masih banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu sulit. Pendapat tersebut sesuai dengan ungkapan yang dikemukakan oleh Winataputra (2007: 12) berikut
Matematika merupakan pelajaran yang tidak mudah untuk dipelajari dan pada akhirnya banyak siswa yang tidak senang terhadap pelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika penyampaian guru yang sangat monoton, kurang kreatif, siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan, siswa yang takut untuk mengerjakan soal latihan di depan kelas dan sukarnya memahami konsep yang terkandung dalam matematika merupakan penyebab
ketidaksenangan siswa pada mata pelajaran matematika.
kesem-5 patan untuk menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep atau pengetahuan matematika secara formal, sehingga pemahaman konsep dianggap tidak terlalu penting. Hal ini, diperkuat lagi oleh pendapat Ratumanan (2004) seperti berikut Siswa hampir tidak pernah dituntut mencoba strategi sendiri atau cara
alternatif dalam memecahkan masalah, siswa pada umumnya duduk sepanjang waktu di atas kursi dan jarang siswa berinteraksi sesama siswa selama
pelajaran berlangsung. Siswa cenderung pasif menerima pengetahuan tanpa ada kesempatan untuk mengolah sendiri pengetahuan yang diperoleh, aktifitas siswa seolah terprogram mengikuti algoritma yang dibuat guru.
Depdiknas (2007: 10) mengemukakan beberapa permasalahan yang ada di lapangan tentang pemahaman konsep, beberapa di antaranya adalah (1) bagai-mana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu khususnya matematika, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingat suatu konsep yang telah disampaikan lebih lama, (2) bagaimana setiap siswa dapat membuat keter-hubungan antar konsep dalam matematika yang diberikan, sehingga membentuk suatu pemahaman yang utuh dan, (3) bagaimanakah seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari arti sesuatu.
6 konsep matematis siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa dalam mempelajari matematika.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntun siswa untuk berperan aktif menyelesaikan masalah yang ada di kelompoknya secara bersama-sama. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian setiap siswa memiliki peluang yang sama dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal serta tercipta suasana yang menyenangkan. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah sehingga siswa dapat memahami konsep materi pelajaran dengan baik.
7 tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet”. Peranan hubungan satu sama lain dalam kerja dapat diperoleh dengan mengembangkan informasi dan kerja sama satu sama lain dalam kelompok sedangkan peranan penyelesaian tugas dapat diperoleh dengan pembagian kelompok sehingga siswa dapat lebih aktif dan bertanggungjawab.
Pada proses pembelajaran matematika umumnya masih banyak guru menerapkan model pembelajaran konvensional. Dominasi peran guru sangat terlihat dari awal hingga akhir pembelajaran. Pada model ini guru menjelaskan konsep kemudian guru memberikan contoh soal dan langkah-langkah pengerjaannya, latihan soal, dan pekerjaan rumah. Hal ini mengakibatkan siswa cenderung pasif dan hanya terbatas pada aktivitas mendengarkan penjelasan dari guru, mencatat, dan mengerjakan tugas. Sedangkan untuk aktivitas berdiskusi yang di dalamnya siswa dapat saling bertukar pendapat dalam suatu penyelidikan kasus tertentu jarang mereka lakukan.
8 pelajaran dan mengganggu siswa lain yang sedang memperhatikan penjelasan guru. Oleh karena itu, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Terhadap Kemam-puan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VII Semester Genap di SMP Negeri 1 Semaka Tahun Ajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII semester genap di SMP Negeri 1 Semaka tahun ajaran 2014/2015?”
Rumusan masalah di atas dipertegas dengan pertanyaan penelitian “Apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII semester genap di SMP Negeri 1 Semaka tahun ajaran 2014/2015 yang mengikuti pembelajaran dengan model GI lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?”.
C. Tujuan Penelitian
9 D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat: 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan berkaitan dengan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru dan calon guru
Sebagai bahan sumbangan pemikiran khususnya bagi guru kelas VII SMP Negeri 1 Semaka mengenai suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa melalui kerja kelompok.
b. Manfaat bagi sekolah
Sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru SMP Negeri 1 Semaka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
c. Manfaat bagi peneliti
Sebagai bahan masukan dan bahan kajian bagi peneliti di masa yang akan datang.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
10 Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe GI dikatakan berpengaruh apabila kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dalam hal ini, kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dikatakan lebih baik apabila kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan model pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil yang di dalamnya terjadi komunikasi, interaksi, dan pertukaran intelektual sebagai usaha siswa untuk belajar yang kegiatannya meliputi mengidentifikasi topik dan membentuk siswa secara berkelompok, merencanakan tugas, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempersentasikan laporan akhir, dan evaluasi.
3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru sehari-hari, yaitu pembelajaran secara tradisional atau klasikal. Proses pembelajaran diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran, memberi contoh soal dan cara menyelesaikannya, memberi kesempatan bertanya kepada siswa, kemudian guru memberi soal untuk dikerjakan siswa baik secara individu maupun berkelompok.
11 tes pemahaman konsep setelah dilakukan pembelajaran. Adapun indikator pemahaman konsep matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. c. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. d. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia pada umumnya dan pendidikan pada khususnya baik sengaja maupun tidak sengaja. Hal ini sesuai dengan kodrati manusia ingin selalu maju ke arah optimalisasi menurut tuntutan perkembangan jaman. Untuk mencapai semua itu, maka belajar sangat mutlak diperlukan. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pengalaman baru yang diperoleh individu terhadap interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slameto (2003: 2) yang menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
13 dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri. Lain halnya yang dikemukakan oleh Sardiman (2007: 20) bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mendengarkan, mengamati, meniru dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang mengupayakan adanya perubahan pada pengalaman, sikap dan tingkah laku yang baru. Tingkah laku yang diperoleh diimbangi pula dengan didapatnya pengetahuan dan keterampilan.
14 siswa. Dalam proses pembelajaran peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, dan lain sebagainya. Pengenalan karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang terpenting dalam penyampaian bahan ajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, berarti pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan lingkungan sekitar yang diselenggarakan guru untuk membelajarkan siswa sehingga terjadi peru-bahan perilaku kearah yang lebih baik.
2. Pembelajaran Kooperatif tipe GI
15 bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Selain itu, Lie (2008:34) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dalam mengerjakan tugas. Menurut Abidin (2014:241), pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Selain itu, pembelajaran kooperatif menurut Solihatin (2005: 4) mengandung pengertian yaitu suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
16
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai definisi pembelajaran kooperatif, ma-ka dapat disimpulma-kan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran yang membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dengan memberi kesempatan kepada siswa agar siswa dapat bekerja dan belajar bersama dalam sebuah kelompok untuk menyelesaikan tugas secara bersama dan saling membantu dalam kelompoknya. Selain itu, hubungan tersebut memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya se-lama belajar bersama dalam anggota kelompok. Pembelajaran kooperatif men-dorong terbentuknya pribadi siswa yang utuh, karena selain mengembangkan kemampuan siswa secara kognitif, melalui pembelajaran kooperatif siswa juga dibekali kemampuan untuk dapat bersosialisasi dengan baik. Pembelajaran kooperatif juga merupakan salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan interaksi antar siswa serta hubungan yang saling menguntungkan diantara mereka.
17 Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Indikator Aktifitas Guru 1 Menyampaikan tujuan
dan memotifasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan. Kagan dan Kagan (2009) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan seperti berikut: a) memperbaiki hubungan sosial, b) meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran, c) meningkatkan kemahiran kepemimpinan, d) meningkatkan kemahiran sosial, e) meningkatkan tahap kemahiran berpikir tahap tinggi, f) meningkatkan kemahiran teknologi, dan g) meningkatkan keyakinan diri.
18 pembelajaran kooperatif tipe GI guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen dilihat dari kemampuan dan latar belakang, baik dari segi jenis kelamin, suku, dan agama atau berdasarkan kesamaan minat, untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan merumuskan penyelidikan kemudian menyepakati pembagian kerja dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Dalam diskusi diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran siswa Ibrahim, dkk. (2000: 23)
Menurut Winataputra (2001: 75) dalam metode GI terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group. Sharan (Abidin, 2014: 258), menyatakan 6 tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe GI, diantaranya: (a) pemilihan topik, (b) merencanakan tugas, (c) melaksanakan investigasi, (d) analisis dan sintesis serta menyiapkan laporan akhir, (e) mempresentasikan laporan akhir, dan (f) evaluasi.
Untuk lebih jelas dalam memahami langkah-langkah model pembelajaran tipe GI,
menurut Slavin dalam Maesaroh (2005: 29-30) menyatakan 6 tahapan dalam model
pembelajaran kooperatif tipe GIpada Tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Langkah- Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Tahap I
Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.
Tahap II
Merencanakan tugas.
19 mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.
Tahap IV
Mempersiapkan tugas akhir.
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.
Tahap V
Mempresentasikan tugas akhir.
Siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain sebagai pendengar dan member tanggapan.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini didukung dari langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe GI yang diawali dengan memilih topik yang akan diinvestigasi terlebih dahulu, merencanakan tugas sesuai topik yang telah dipilih, melaksanakan investigasi yang bertujuan untuk mengumpulkan berbagai informasi, menganalisis berbagai informasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya dan merancang agar informasi tersebut dapat disajikan secara menarik kepada teman-temannya, mempresentasikan hasil investigasi, dan tahap terakhir adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar yang telah dialami siswa. Pada tahap ini siswa juga memberikan umpan balik terhadap tugas yang telah dikerjakan.
20 komunikasinya bersifat bilateral dan multilateral, serta penghargaan yang diberikan sangat implisit. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe GI, siswa memiliki pilihan penuh untuk merencanakan apa yang dipelajari dan diinvestigasi. Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen dan masing-masing kelompok diberi tugas dengan proyek yang berbeda-beda.
Di dalam kelas yang menerapkan model investigasi kelompok, guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat. Dalam rangka ini guru seyogyanya membimbing dan mengarahkan kelompok melalui tiga tahap, seperti yang dikemukakan oleh (Winataputra, 2001: 36-37). Ketiga tahap itu diantaranya, a) tahap pemecahan masalah; b) tahap pengelolaan kelas; c) tahap pemaknaan secara perseorangan. Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Tahap pengelolaan kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa saja yang diperlukan, bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk memperoleh informasi itu. Tahap pemaknaan secara perorangan berkenaan dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan yang dibuatnya. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe GI siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui belajar dalam kelompok, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing siswanya maka pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih bermakna, dan siswa dapat memperoleh pengalaman yang lebih melalui proses belajarnya daripada siswa yang belajar secara individual.
21 memiliki independensi terhadap guru, (b) kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan, (c) kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan, dan (d) siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar. Aunurrahman (2010: 152), mengungkapkan beberapa kelebihan dari model investigasi kelompok GI yaitu sebagai berikut
Model ini juga akan mampu menumbuhkan kehangatan hubungan antar pribadi, kepercayaan, rasa hormat terhadap aturan dan kebijakan, kemandirian dalam belajar serta hormat terhadap harkat dan martabat orang lain. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa model investigasi kelompok dapat dipergunakan pada seluruh areal subyek yang mencakup semua anak pada segala tingkatan usia dan peristiwa sebagai model inti untuk semua sekolah.
Dalam GI, siswa diorganisir ke dalam kelompok-kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan oleh Sharan (Huda, 2011: 17) bahwa “performa siswa lebih efektif justru ketika mereka berada dalam kelompok-kelompok kecil (seperti, peer tutoring dan investigasi kelompok) dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam suasana tradisional ruang kelas yang mengikutsertakan seluruh anggotanya”. Dalam kelompok-kelompok kecil terdapat hubungan interpersonal yang lebih intens dan lebih kompleks. Selanjutnya siswa-siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil memiliki rasa tanggung jawab lebih besar untuk membantu siswa lain. Selain itu, siswa berada dalam kelompok kecil lebih komunikatif satu sama lain.
pe-22 nelitian akademik, integrasi sosial, dan proses belajar sosial. Siswa diorganisasikan ke dalam kelompok untuk melakukan penelitian bersama atau cooperative inquiri terhadap masalah-masalah sosial maupun akademik. Jadi selain melakukan penelitian akademik, secara tidak langsung siswa melakukan integrasi sosial dan proses belajar sosial melalui interaksinya dalam kelompok.
Kelebihan dari pembelajaran GI dapat dilihat melalui dua aspek. Aspek yang pertama dilihat dari segi pribadi, yaitu dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas, memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif, rasa percaya diri dapat lebih meningkat, dan dapat belajar untuk memecahkan/menangani suatu masalah. Aspek yang kedua dilihat dari segi sosial/kelompok, diantaranya meningkatkan belajar bekerja sama, belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru, belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis, belajar menghargai pendapat orang lain, dan meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan (Setiawan, 2006:9).
23
Dari hasil penelitian sebelumnya tentang model pembelajaran kooperatif tipe GI seperti: Apriyani, (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Sehingga pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
3. Pembelajaran Konvensional
24 Menurut Sanjaya (2009: 177) pembelajaran konvensional merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasikan pada guru karena guru lebih banyak berceramah ketika di kelas. Peran guru dalam metode ceramah lebih aktif dalam hal menyampaikan bahan pelajaran, sedangkan peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang bersifat klasikal, sebab pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan tanpa melibatkan siswa secara aktif.
Pembelajaran dengan cara tradisional ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Apriyani (2013: 17) kelebihan dari pembelajaran tradisional ini adalah waktu yang diperlukan cukup singkat dalam proses pembelajaran karena waktu dan materi pelajaran dapat diatur secara langsung oleh guru yang bersangkutan, sedangkan kelemahan dari pembelajaran tradisional ini adalah tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan dan hanya memperhatikan penjelasan dari guru. Dalam pembelajaran ini, siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi yang diajarkan dan kurang tertarik untuk belajar, selain itu pembelajaran ini cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis dan mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama sehingga siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran.
4. Pemahaman Konsep Matematis
25 Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sardiman (2008: 42) yang menyatakan bahwa pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh sebab itu, belajar harus mengerti dengan baik makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga siswa dapat belajar memahami konsep dengan optimal.
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil berfikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan obyek. Jika siswa belajar tanpa memahami konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil secara optimal Soedjadi (2000: 14). Oleh karena itu dengan memahami konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal.
26 pemahaman menyeluruh, dan menggunakan matematik dalam konteks di luar matematika.
Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Hal ini memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sekedar menghapal atau mengingat konsep yang dipelajari melainkan mampu menyatakan ulang suatu konsep yang sudah dipelajari. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2007) yang mengemukakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
27
Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Adapun indikator pemahaman konsep menurut Kurikulum 2006, yaitu: a. menyatakan ulang sebuah konsep
b. mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya)
c. memberikan contoh dan non-contoh dari konsep
d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis e. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep
f. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu g. mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
28 B. Kerangka Pikir
Penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari satu variabel terikat dan satu variabel bebas. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (X), sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan pemahaman konsep matematis (Y).
Model pembelajaran GI adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe GI siswa dibentuk kedalam kelompok berdasarkan kemampuan dan latar belakang, baik dari segi jenis kelamin, suku, dan agama, atau berdasarkan kesamaan minat dengan anggota kelompok yang heterogen kemudian setiap kelompok merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempersentasikan laporan akhir, selanjutnya guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan dan yang terakhir malakukan evaluasi. Selama pembelajaran, guru bertindak sebagai pembimbing dan pengarah, sedangkan siswa dituntut untuk lebih mandiri dalam mengerjakan tugas selama proses belajar berlangsung.
29 menemukan konsep dan membangun pengetahuannya. Melalui kegiatan investigasi siswa akan lebih memahami mengenai konsep pada materi pembelajaran karena siswa terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar yang siswa peroleh tersebut akan dapat tertanam dengan baik.
Pemahaman konsep merupakan hal utama yang perlu digali dan dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Guru harus selalu melakukan usaha-usaha agar pemahaman konsep matematis siswa menjadi lebih baik. Pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran tersebut sebaiknya adalah model pembelajaran yang memberikan interaksi antar sesama siswa dan antara siswa dengan gurunya sehingga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Apabila meninjau fase-fase pada model pembelajaran kooperatif tipe GI, terlihat bahwa dengan model tersebut, siswa akan lebih berperan aktif dalam pembelajaran, yaitu melalui kegiatan menyelidiki, menemukan, dan memecahkan suatu masalah secara mandiri, sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang bermakna, serta pengetahuan dan pengalaman yang baru. Oleh karena itu, pemahaman konsep yang diperoleh siswa akan lebih optimal.
30 menekankan siswa kepada hafalan. Hal tersebut menyebabkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep kurang baik karena konsep yang telah diperoleh hanya berupa hafalan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe GI siswa dituntut untuk menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari melalui proses penyelidikan dan siswa dituntun untuk menyelesaikan masalah yang ada secara kelompok. Siswa yang yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI diduga akan mempunyai pemahaman konsep lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Penelitian ini bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut:
1. Setiap peserta didik memperoleh materi pelajaran matematika sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.
2. Faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini dianggap tidak memberikan kontribusi yang sama.
2. Hipotesis
31 Model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Hipotesis Kerja
32
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Semaka, Kabupaten Tanggamus, tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam enam kelas dengan jumlah siswa sebanyak 199 siswa yang memiliki kemampuan merata. Oleh karena itu, pengambilan sampel dalam pene-litian ini menggunakan teknik cluster random sampling sedemikian sehingga terambil dua kelas secara acak. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII-C dan VII-D. Kelas VII-C terdiri dari 33 siswa sebagai kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas VII-D terdiri dari 33 siswa sebagai kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Kesetaraan kemampuan matematika dilihat dari nilai mid semester ganjil. Berikut disajikan kemampuan matematika siswa berdasarkan hasil ujian mid semester ganjil kelas VII SMP Negeri 1 Semaka.
Tabel 3.1. Data Kemampuan Matematika Siswa Kelas VII Berdasarkan Hasil Ujian Mid Semester Ganjil SMP Negeri 1 Semaka
No Kelas Jumlah Siswa Nilai Mid Semester Ganjil
1 VII-A 34 62,7
2 VII-B 34 61,3
3 VII-C 33 61,0
4 VII-D 33 61,2
5 VII-E 33 60,7
6 VII-F 32 58,3
Jumlah 199 365,2
Rata-rata 60,8
33 B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Design yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group design yang melibatkan dua kelas. Setelah dilakukan pembelajaran, kemudian dilakukan posttest untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Adapun design posttest only control group design menurut Furchan (2007:368) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Desain Penelitian Posttest Only Control Group Design
Kelompok Perlakuan Post-test
E P
X C
O O
Furchan (2007: 368) Keterangan:
E = Kelas eksperimen P = Kelas kontrol
X = Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran GI
C = Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran konvensional.
O = Skor Posttest
C. Data Penelitian
34 D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes. Tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah bentuk tes berupa uraian yang terdiri dari lima soal. Dengan masing-masing soal terdiri atas lebih dari satu indikator. Data tentang kemampuan pemahaman konsep dapat diperoleh dari langkah-langkah penyelesaian siswa pada setiap soal yang diberikan. Instrumen tes untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa disusun berdasarkan indikator-indikator kemampuan pemahaman konsep matematis.
Adapun teknik penskoran untuk soal tes uraian dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
No Indikator Ketentuan Skor
1
Menyatakan ulang sebuah konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Menyatakan ulang sebuah konsep tetapi salah
1 c. Menyatakan ulang sebuah konsep
dengan benar
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya
1
35 dalam bentuk
representasi matematis
b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis tetapi salah
1 c. Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematis dengan benar
b. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep tetapi salah
1 c. Mengembangkan syarat perlu atau
syarat cukup suatu konsep dengan
b. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah tetapi tidak tepat
1
c. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah dengan tepat
2
Sumber: Sasmita (2010: 30)
1. Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi dari suatu tes pemahaman konsep dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator
yang akan dicapai dalam pembelajaran. Apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan instruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes pemahaman konsep tersebut atau belum. Penyusunan soal tes diawali dengan membuat kisi-kisi soal. Kisi-kisi-kisi soal disusun dengan memperhatikan setiap indikator yang akan dicapai.
36 dengan menggunakan daftar check list (√) oleh guru mata pelajaran matematika. Setelah dikonsultasikan, diperoleh bahwa seluruh instrumen tes telah sesuai dengan kisi-kisi tes yang akan diukur serta bahasa yang digunakan telah sesuai dengan kemampuan bahasa siswa. Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.4). Setelah semua butir soal dinyatakan valid maka selanjutnya soal tes tersebut diujicobakan pada siswa di luar sampel namun masih dalam populasi. Soal tersebut diujicobakan pada kelas VII A. Data yang diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal.
2. Reliabilitas
Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan unuk mengetahui tingkat ketetapan atau kekonsistenan suatu tes. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes didasarkan pada pendapat Arikunto (2011: 109) yang menggunakan rumus alpha, yaitu :
37 Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas
Nilai Interpretasi
≤ 0,20 Sangat rendah
0,20 < ≤ 0,40 Rendah
0,40 < ≤ 0,70 Sedang
0,70 < ≤ 0,90 Tinggi
0,90 < ≤ 1,00 Sangat tinggi
Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah intrumen yang memiliki interpretasi reliabilitas minimal sedang. Hasil perhitungan reliabilitas tes pada ujicoba diperoleh = 0,72. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan reliabilitas tinggi dan sesuai dengan kriteria yang digunakan, sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran C.2.
3. Daya Pembeda (DP)
Perhitungan daya pembeda butir soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menjawab butir soal, membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai terendah.
Daya pembeda dalam penelitian ini akan diuji dengan rumus yang terdapat pada Karno To dalam Noer (2010: 22)
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
38 IA = Jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang disajikan dalam tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Interpretasi
Negatif ≤ DP ≤ 0.09 Sangat buruk
0.10 ≤ DP ≤ 0.19 Buruk
0.20 ≤ DP ≤ 0.29 Agak baik, perlu direvisi
0.30 ≤ DP ≤ 0.49 Baik
DP ≥ 0.50 Sangat baik
Karno To dalam Noer (2010: 22)
Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah intrumen yang memiliki interpretasi daya pembeda minimal baik. Dari hasil perhitungan daya pembeda soal pada uji coba yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa daya pembeda soal baik dan sesuai dengan interpretasi yang digunakan yaitu minimal baik. Sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran C.3.
4. Tingkat Kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Menurut Sudijono (2008: 372) untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut:
Keterangan:
TK : tingkat kesukaran suatu butir soal
JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh
39
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks tingkat kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) sebagai berikut:
Tabel 3.6. Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi
0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat sukar
0,16 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ TK ≤ 0,85 Mudah
0,86 ≤ TK ≤ 1,00 Sangat mudah
Sudijono (2008: 372)
Instrumen uji yang digunakan pada penelitian ini adalah intrumen yang memiliki interpretasi tingkat kesukaran minimal sedang. Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran pada uji coba yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran pada soal memiliki interpretasi minimal sedang dan sesuai dengan interpretasi yang digunakan yaitu minimal sedang. Sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran C.4.
40 Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
No Soal Validitas Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengambil data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, analisis data, dan pembuatan laporan.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan pada penelitian ini terdiri dari: a. Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti. b. Melakukan observasi ke lokasi penelitian. c. Memilih kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Memilih materi yang akan digunakan dalam penelitian. e. Menyusun proposal penelitian.
f. Mengembangkan instrumen penelitian. g. Melakukan seminar proposal penelitian.
41 2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran GI pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. b. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Pengolahan Data
a. Mengolah dan menganalisis data penelitian.
4. Tahap Pembuatan Laporan
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari posttest ini merupakan data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Data dianalisis menggunakan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kedua sampel memiliki varians yang homogen.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan uji chi-kuadrat dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Persamaan uji chi-kuadrat:
∑
42 X2 = harga Chi-kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapan
k = banyaknya kelas interval
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika dengan
(Sudjana, 2005: 273). Uji normalitas ini dilakukan berdasarkan data kemampuan pemahaman konsep matematis pada kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran C.5 dan C.6. Hasil uji normalitas data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa disajikan pada Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan Pembelajaran Konvensional
Kelas Keputusan
Uji
Keterangan GI 2,98 7,81 H0 diterima Normal
Konvensional 6,43 7,81 H0 diterima Normal
Berdasarkan Tabel 3.8, ternyata hasil analisis data diketahui untuk kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan kelas yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional kurang dari . Pada taraf , H0 untuk setiap sampel diterima. Hal ini berarti
kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Varians
43
(kedua kelompok data memiliki varians bersifat homogen)H1:
2 2 2 1
(kedua kelompok data memiliki varians tidak homogen)Rumus uji homogenitas adalah:
dan tolak H0 hanya jika dengan dan derajat kebebasan v1=
n1-1 (varians terbesar) dan v2= n2-1 (varians terkecil). Untuk niai F lainnya maka
H0 diterima (Sudjana, 2005: 249-250). Hasil uji homogenitas data kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa disajikan pada Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9 Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa pada Kelas yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI dan Pembelajaran Konvensional
Kelas Varians Keputusan berarti bahwa kedua populasi memiliki varians yang homogen. Perhitungan se-lengkapnya terdapat pada Lampiran C.8.
3. Uji Hipotesis Penelitian
44 1. Hipotesis Uji
H0 : µ1≤ µ2 (Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI sama dengan atau lebih rendah daripada rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).
H1 : µ1 > µ2 (Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih tinggi daripada rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).
̅ = rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep dari kelas eksperimen ̅ = rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep dari kelas kontrol n1 = banyaknya subyek pada kelas eksperimen
n2 = banyaknya subyek pada kelas kontrol
= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika dengan derajat kebebasan dk =
(n1 + n2 – 2) dan peluang dengan taraf signifikan . Untuk nilai t
lainnya H0 ditolak (Sudjana, 2005: 243).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep mate-matis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Tahun Pelajaran 2014/2015.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan agar mendapatkan hasil yang lebih optimal disarankan hal-hal berikut ini.
1. Kepada guru hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, khususnya untuk materi segiempat. 2. Kepada peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai penerapan model
58
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT. Refika Aditama.
Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Apriyani, Yeni. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Bandarlampung: Universitas Lampung.
Arends, Richard, I. 2007. Belajar Untuk Mengajar. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi.2011.Dasar-DasarEvaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara Ar-rahman, Reza. 2013. Efektifitas Model Pembeljaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa ( Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013). (Skripsi). Bandar Lampung. Universitas Lampung.
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BP.Dharma Bakti. Dau, Riya Ardila. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Natar Semester Genap TP 2012/2013). [Skripsi]. Bnadarlampung: Universitas Lampung.
Depdiknas. 2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: CV Eko Jaya.
Djamarah, Syaiful Bahrin. 2006. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi. Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
59 Fitriana, Laila. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Group Investigation (Gi) Dan STAD Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ibrahim, M, Fida R, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Koperatif. Surabaya: Unessa Press.
Irfan. 2009. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Menggunakan Model Kooperatif Tipe GI Dengan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Lingkaran Kelas VIII SMP Negeri 1 Sosa Tahun Pelajaran 2009/2010, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, Medan.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Pustaka Belajar: Yogyakarta. Isjoni dan Ismail, Arif, Mohc. 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakara: Pustaka pelajar.
Kagan, S. dan Kagan, M. 2009. Kagan Cooperative Learning. California: Kagan Publishing.
KTSP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Maesaroh, Siti. 2005. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mudrika, Tenten. 2007. Penerapan Model Investigasi Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan. Muhsetyo, Gatot. 2007. Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas
Terbuka.