• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Kasus Pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Kasus Pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Medan)"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI DALAM PELAYANAN PUBLIK (Studi Kasus Pelayanan KTP dan KK

di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan)

Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata I (S-1)

di Departemen Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

NIM. 060903072 FADLY AMSHAR

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaik mungkin. Shalawat beriring salam penulis persembahkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan para ahlul bait, yang senantiasa menjadi

tauladan bagi setiap ummat manusia. Semoga kita mendapat syafa’atnya di yaumil

akhir kelak. Amin

Adapun skripsi ini berjudul “Akuntabilitas dan Transparansi dalam

Pelayanan Publik (Studi Kasus Pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Medan)”. Penulisan skripsi ini bertujuan

untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip Good Governance khususnya

akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan KTP dan KK di Kelurahan

Martubung serta untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi dalam

menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi tersebut. Skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (S-1) di

Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak

terdapat kekurangan baik itu dari permasalahan penulisan redaksi maupun dari

substansi penulisan skripsi itu sendiri. Oleh karena itu penulis mengharapakan saran

dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.

Selama proses penyusunan skripsi penulis banyak dibantu oleh berbagai

pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan untaian kata terima kasih

(3)

Eliaty) yang senantiasa memberikan do’a di setiap langkah perjalanan hidup penulis

serta motivasi yang sungguh berarti bagi penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan

kepada Abang dan Adik penulis (Faisal Amri, S.E dan Eva Amalia, Muhammad

Fachriza Anshar) yang selalu setia memberi semangat kepada penulis agar bisa dan

yakin dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita berempat kelak bisa

membahagiakan dan membanggakan orang tua kita.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Zakaria, MSP. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Beti Nasution, M.Si. selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

5. Ibu Arlina, SH., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga

(4)

6. Ibu Prof. Dr. Erika Revida, MS. selaku Dosen Wali yang juga telah banyak

memberikan bimbingannya kepada penulis selama proses perkuliahan hingga

saat ini.

7. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah berjasa dalam memberikan

banyak bekal ilmu, nasihat, bimbingan serta arahan kepada penulis, selama

penulis menimba Ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik.

8. Terima kasih juga penulis haturkan kepada seluruh Staf Pegawai Administrasi,

yang ada di Departemen Ilmu Administrasi Negara khususnya Kak Mega dan

Kak Dian yang telah banyak membantu segala urusan administratif sejak awal

penulis memulai studi hingga saat ini.

9. Bapak Herwan HB, S.E selaku Kepala Kelurahan Martubung Kecamatan Medan

Labuhan yang membantu dan memudahkan penulis dalam melaksanakan

penelitian di Kelurahan Martubung.

10. Seluruh Staf Pegawai Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan

yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan pengumpulan

data.

12. Terima kasih yang paling dalam untuk Fatmaulia Umaya yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk penulis, memberi semangat, motivasi, dukungan,

dan arahan serta do’anya.

13. Terima kasih buat seluruh Teman-teman AN 06 yang sudah menemani penulis

selama 4 tahun mengikuti bangku perkuliahan, Tantri Batara Simarmata,

(5)

telah kalian berikan. Takkan pernah kulupa manis pahitnya dalam menjalani

masa-masa di bangku perkuliahan, aku harap kita semua pasti bisa sukses

kawan semua bisa jadi orang dan di banggakan orang tua kita masing-masing.

14. Terima kasih kepada seluruh Keluarga Besar Pemerintahan Mahasiswa fisip

usu periode 2009/2010 Ananta purba, Lintang Simorangkir, Ari Junico Siallagan, Rani Harahap, Bobby Pratama Saragih dan teman-teman lainnya

yang sudah memberikan warna baru di kehidupan penulis dan memberikan

kekeluargaan yang cukup berarti buat penulis.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, September 2010 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI …………...……….... vi

DAFTAR TABEL ………..…….... ix

DAFTAR GAMBAR ……….…. x

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi

ABSTRAKSI ………... xii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

I.1 Latar Belakang ……….... 1

I.2 Perumusan Masalah ………. 9

I.3 Tujuan Penelitian ……….…. 9

I.4 Manfaat Penelitian ………... 10

I.5 Kerangka Teori ………. 10

I.5.1. Pelayanan Publik ………... 11

I.5.2. Good Governance ...……….... 15

I.5.2.1 Definisi Good Governance ...……….. 15

I.5.2.2 Prinsip-prinsip Good Governance ... 18

I.5.3 Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik ... 19

I.5.3.1 Akuntabilitas ……….………... 20

I.5.3.2 Transparansi ………... 22

I.5.4 Peran Pemerintah dalam Pelayanan Publik ……….... 26

I.6 Definisi Konsep ……… 29

(7)

BAB II METODE PENELITIAN ………. 31

II.1 Bentuk Penelitian ... 31

II.2 Lokasi Penelitian ... 31

II.3 Informan Penelitian ... 31

II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 32

II.5 Teknik Analisa Data ... 34

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ………. 35

III.1 Gambaran Umum ... 35

III.2 Arah dan Kebijakan Umum Bidang Pembangunan ... 35

III.3. Jumlah Lingkungan ... 43

III.3. Jumlah Penduduk ... 43

BAB IV PENYAJIAN DATA HASIL PENELITIAN ………. 48

IV.1 Karakteristik Responden ……….. 48

IV.2 Penyajian Data tentang Akuntabilitas dn Transparansi dalam Pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Berdasarkan Kuesioner untuk Masyarakat … 54 IV.3 Kendala Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan KTP dan KK Berdasarkan Hasil Wawancara ……… 71

BAB V ANALISA DATA ………... 73

V.1 Akuntabilitas dalam Pelayanan KTP dan KK ……… 75

V.2 Transaparansi dalam Pelayanan KTP dan KK ………... 78

(8)

BAB VI PENUTUP ……….. 88

VI.1 Kesimpulan ……… 88

VI.2 Saran …………... 90

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Lingkungan dan Nama Kepala Lingkungan ………….... 43

Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ………... 43

Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Agama ………. 44

Tabel 4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ……….... 45

Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Klasifikasi Umur ………. 45

Tabel 6 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ………. 46

Tabel 7 Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Tingkat Usia …... 49

Tabel 8 Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Tingkat Usia ……… 50

Tabel 9 Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin …. 50 Tabel 10 Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin …….. 51

Tabel 11 Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan51 Tabel 12 Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 52

Tabel 13 Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan ……… 53

Tabel 14 Identitas Responden Pegawai Berdasarkan Golongan …………. 54

Tabel 15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemudahan Prosedur Pelayanan KTP dan KK ……….……….. 55

Tabel 16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesesuaian Persyaratan Pelayanan dengan Jenis Pelayanannya ………. 56

Tabel 17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kedisiplinan Pegawai dalam Memberikan Pelayanan KTP dan KK ………. 57

(10)

Tabel 19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keadilan untuk

Mendapatkan Pelayanan KTP dan KK ……… 59

Tabel 20 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesopanan dan Keramahan

Pegawai dalam Memberikan Pelayanan KTP dan KK ………… 60

Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesesuaian antara Biaya

yang Dibayar dengan Biaya yang Telah Ditetapkan ……… 61

Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kewajaran Biaya dalam

Mendapatkan Pelayanan KTP dan KK ……… 62

Tabel 23 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Standar Pelayanan yang

Diberikan dalam Hal Pelayanan KTP dan KK ………. 63

Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan Pegawai

Dalam Memberikan Pelayanan KTP dan KK ……….. 64

Tabel 25 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kecepatan Pelayanan

KTP dan KK ………. 65

Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keterbukaan Informasi

yang Dapat Diterima Oleh Masyarakat di Kelurahan Martubung 66

Tabel 27 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketepatan Pelaksanaan

Terhadap Jadwal Waktu Pelayanan ……….. 67

Tabel 28 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kenyamanan di Sekitar

Kelurahan Martubung ……….. 68

Tabel 29 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keamanan Pelayanan

di Kelurahan Martubung ………. 68

Tabel 30 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketersediaan Fasilitas

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Rencana Skripsi

Lampiran II : Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi

Lampiran III : Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing

Lampiran IV : Undangan Seminar Proposal Rancangan Usulan Skripsi

Lampiran V : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Rancangan Usulan

Penelitian Mahasiswa FISIP USU

Lampiran VI : Berita Acara Seminar Ususlan Penelitian Departemen Ilmu

Administrasi Negara FISIP USU

Lampiran VII : Surat Izin Penelitian

Lampiran VIII : Surat Persetujuan Penelitian dari Kelurahan Martubung

Lampiran IX : Kuesioner Penelitian

Lampiran X : Pedoman Wawancara

(12)

ABSTRAKSI

Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Kasus Pelayanan KTP dan KK

di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan Medan) Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Fadly Amshar

NIM : 060903072

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Arlina, SH., M.Hum.

Menilik dari fungsi utama pemerintah yang merupakan penyelenggara pelayanan publik, seiring dengan tuntutan perkembangan sudah menjadi seharusnya pemerintah melakukan perbaikan dalam pelayanan publik tersebut. Akan tetapi dewasa ini, kepercayaan masyarakat/publik terhadap kinerja pemerintah atau birokrasi mengalami degradasi yang semakin parah oleh akibat dari lemahnya kinerja aparat-aparat pemerintahan/birokrasi. Kepercayaan dan kehidupan masyarakat menjadi semakin sengsara ketika pemerintah/birokrasi yang seharusnya berperan menghadirkan pelayanan prima kepada publik menjadi didominasi dan ditentukan oleh rezim yang berkuasa sehingga menyebabkan kebalikan dari pelayanan publik yakni publiklah yang menjadi pelayan bagi birokrasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip Good Governance khususnya akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan serta untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut ke dalam pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa akuntabilitas dalam pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Martubung dapat dikatakan sudah terwujud dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator yang ada dalam akuntabilitas yang semuanya mendapat nilai yang berada pada kategori baik. Begitu juga dengan transparansi dalam Pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Martubung pun sudah dapat dikatakan terlaksana dengan baik.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Gelombang reformasi telah bergulir menuntut perubahan dalam segala

tatanan kehidupan kenegaraan. Salah satu latar belakang bergulirnya reformasi

adalah masyarakat kecewa kepada pemerintah. Pemerintah tidak mampu

memberikan pelayanan baik kepada masyarakat. Rakyat sebagai pemilik kedaulatan

sudah tidak memiliki haknya lagi. Semangat reformasi telah mewarnai

pendayagunaan aparatur Negara dengan tuntutan untuk mewujudkan administrasi

Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan

fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dan pembangunan.

Salah satu aspek reformasi mendapat perhatian hingga kini adalah persoalan

kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU

32/2004). Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangannya, yang merupakan limpahan Pemerintah Pusat kepada

Daerah. Meskipun demikian, urusan pemerintahan tertentu seperti politik luar negeri,

pertahanan dan keamanan moneter dan fiskal nasional masih diatur Pemerintah

Pusat.

Pendelegasian kewenangan tersebut disertai dengan penyerahan dan

pengalihan pendanaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia (SDM)

(14)

tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mendayagunakan potensi keuangan

daerah sendiri dan mekanisme perimbangan keuangan Pusat-Daerah dan antar

Daerah. Kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dilakukan

dalam wadah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sumber utamanya adalah Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Sedangkan pelaksanaan perimbangan keuangan

dilakukan melalui Dana Perimbangan yang terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana

Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus (Undang-Undang No. 33 tahun 2004).

Di kebanyakan negara berkembang, perhatian utama terhadap Good

Governance dalam kaitan dengan penggunaan otoritas dan manajemen sektor publik,

adalah pervasifnya korupsi yang cenderung menjadi karakter tipikal yang melekat.

Bahkan di beberapa negara terbukti bahwa budaya korupsi telah begitu melekat di

dalam birokrasi pemerintah yang justru ditandai oleh kelangkaan sumber daya.

Dalam konteks itu, absennya akuntabilitas sangat menonjol dan menjadi satu

karakter dominan budaya administrasi selama periode tertentu.

Hingga sekarang ini kualitas pelayanan publik masih diwarnai berbagai

masalah seperti pelayanan yang sulit untuk diakses, prosedur yang berbelit-belit

ketika harus mengurus suatu perijinan tertentu, biaya yang tidak jelas, serta

terjadinya praktek pungutan liar (pungli), merupakan indikator rendahnya kualitas

pelayanan publik di Indonesia. Dimana hal ini juga sebagai akibat dari berbagai

permasalahan pelayanan publik yang belum dirasakan eksistensinya oleh rakyat.

Disamping itu, terdapat pula kecenderungan adanya ketidakadilan dalam pelayanan

(15)

Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki “uang“, dengan sangat mudah bisa

mendapatkan segala yang diinginkan.

Apabila ketidakmerataan dan ketidakadilan ini terus-menerus terjadi, maka

pelayanan yang diskriminatif ini akan berpotensi menimbulkan konflik laten dalam

kehidupan berbangsa. Potensi ini antara lain kemungkinan terjadinya disintegrasi

bangsa, perbedaan yang lebar antar yang kaya dan miskin dalam konteks pelayanan,

peningkatan ekonomi yang lamban, dan pada tahapan tertentu dapat meledak dan

merugikan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Kemudian, terdapat kecenderungan di berbagai instansi pemerintah pusat

yang enggan menyerahkan kewenangan yang lebih besar kepada daerah otonom,

akibatnya pelayanan publik menjadi tidak efektif, efisien dan ekonomis, dan tidak

menutup kemungkinan unit-unit pelayanan cenderung tidak memiliki responsibilitas,

responsivitas, dan tidak representatif sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Kejadian-kejadian tersebut lebih disebabkan karena paradigma pemerintahan

yang masih belum mengalami perubahan mendasar dari paradigma pelayanan

konvensional. Paradigma lama tersebut ditandai dengan perilaku aparatur negara di

lingkungan birokrasi yang masih menempatkan dirinya untuk dilayani, dan bukannya

untuk melayani (to serve). Padahal pemerintah menurut paradigma pelayanan prima

seyogyanya melayani bukan dilayani. Adalah lebih baik, dalam era demokratisasi

dan desentralisasi saat ini, seluruh perangkat birokrasi perlu menyadari bahwa

hakikat pelayanan berarti pula semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi

dan keberhasilan bangsa dalam membangun, yang dimanifestasikan antara lain

(16)

“mempermudah, bukan mempersulit”, “sederhana, bukan berbelit-belit”, “terbuka untuk

setiap orang, bukan hanya untuk segelintir orang (Mustopadidjaja AR, 2002).”

Menilik dari fungsi utama pemerintah yang merupakan penyelenggara

pelayanan publik, seiring dengan tuntutan perkembangan sudah menjadi seharusnya

pemerintah melakukan perbaikan dalam pelayanan publik tersebut. Akan tetapi

dewasa ini, kepercayaan masyarakat/publik terhadap kinerja pemerintah atau

birokrasi mengalami degradasi yang kian semakin parah oleh akibat dari lemahnya

kinerja aparat-aparat pemerintahan/birokrasi. Kepercayaan dan kehidupan

masyarakat menjadi semakin sengsara ketika pemerintah/birokrasi yang seharusnya

berperan menghadirkan pelayanan prima kepada publik menjadi didominasi dan

ditentukan oleh rezim yang berkuasa sehingga menyebabkan kebalikan daripada

pelayanan publik menjadi publiklah yang menjadi pelayan bagi birokrasi.

Semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur negara dengan

tuntutan untuk mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung

kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan

pemerintahan negara dan pembangunan, dengan mempraktekkan prinsip Good

Governance. Terselenggaranya Good governance merupakan prasyarat utama untuk

mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa negara.

Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem

pertanggung jawaban yang tepat, jelas, dan nyata sehingga penyelenggaraan

pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasil guna,

dan bertanggung jawab.

Tata laksana pemerintahan yang baik adalah seperangkat proses yang

(17)

keputusan. Tata laksana pemerintahan yang baik ini walaupun tidak dapat menjamin

sepenuhnya segala sesuatu akan menjadi sempurna. Namun, apabila dipatuhi jelas

dapat mengurangi penyalahgunaan kekuasaan da

pemerintahan yang baik ini dapat dipahami dengan memberlakukan karakteristik

dasarnya yaitu:

governance)

Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu sentral yang

paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan

gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk melaksanakan

penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya

tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat, selain adanya pengaruh globalisasi.

Pola lama penyelenggaraan pemerintah, kini sudah tidak sesuai lagi dengan tatanan

masyarakat yang telah berubah. Oleh karena itu, tuntutan ini merupakan hal yang

wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan

yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik.

Banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat terhadap pelayanan dari

pemerintah baik yang secara langsung maupun melalui media massa, seperti keluhan

terhadap prosedur yang berbelit-belit, tidak adanya kepastian jangka waktu

penyelesaian, besaran biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak adanya

transparansi, dan sikap petugas ataupun pegawai yang kurang responsif. Hal-hal

(18)

Padahal di sisi lainnya masyarakat merindukan pelayanan publik yang baik

dengan adanya keseimbangan antara kekuasaan (power) yang dimiliki dengan

tanggung jawab yang mesti diberikan kepada masyarakat yang dilayani. Pegawai

Negeri sebagai aparat birokrasi selain sebagai aparatur negara dan abdi negara,

memiliki peran sebagai abdi masyarakat. Sehingga kepada kepentingan

masyarakatlah aparat birokrasi harusnya mengabdikan diri. Aparat birokrasi

diharapkan memiliki jiwa pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas

penyelenggaraan pelayanan publik yang berkesinambungan demi mewujudkan

pelayanan publik yang prima sebab pelayanan publik merupakan salah satu fungsi

utama pemerintah yang wajib diberikan sebaik-baiknya oleh penyelenggaraan

negara. Salah satu upaya Pemerintah adalah dengan melakukan penerapan

prinsip-prinsip good governance (pemerintahan yang baik), yang diharapkan dapat

memenuhi pelayanan yang prima terhadap masyarakat ataupun publik. Terwujudnya

pelayanan publik (public service) yang berkualitas (prima) merupakan salah satu ciri

kepemerintahan yang baik (good governance) sebagai tujuan dari pendayagunaan

aparatur negara. Untuk itu, aparatur negara diharapkan semakin secara efisien dan

efektif melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan

pemerintahan, pembangunan, dan pengayoman kepada masyarakat (public) untuk

mewujudkan terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance), serta

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Dan diharapkan melalui penerapan

tata pemerintahan yang baik dapat mengembalikan dan membangun kembali

(19)

Selain itu, untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas, transparan dan

akuntabel antara lain telah ditetapkan Keputusan Menteri PAN Nomor.

26/KEP/M.PAN/6/2004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

Publik. Maksud ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah sebagai acuan bagi seluruh

penyelenggara pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas transparansi dan

akuntabilitas pelayanan, sementara tujuan ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah

untuk memberikan kejelasan bagi seluruh penyelenggara pelayanan publik dalam

melaksanakan pelayanan publik agar berkualitas sesuai dengan tuntutan dan harapan

masyarakat.

Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang dilaksanakan oleh aparatur

pemerintah dalam berbagai sektor pelayanan, terutama yang menyangkut pemenuhan

hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat, kinerjanya masih jauh dari yang

diharapkan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari banyaknya pengaduan dan keluhan

dari masyarakat dan dunia usaha, baik melalui surat pembaca maupun media

pengaduan lainnya, seperti menyangkut prosedur dan mekanisme kerja pelayanan

yang berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif, kurang akomodatif, dan

terbatasnya fasilitas, sarana, dan prasarana sehingga tidak menjamin kepastian

(hukum, waktu, dan biaya), serta masih banyak praktek pungutan liar dan

tindakan-tindakan yang berindikasikan penyimpangan dan KKN.

Buruknya kinerja pelayanan publik ini antara lain dikarenakan belum

terlaksananya tranparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan

publik. Oleh karena itu, pelayanan publik harus dilaksanakan secara transparan dan

akuntabel oleh setiap unit pelayanan instansi pemerintah karena kualitas kinerja

(20)

kesejahteraan masyarakat. Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan yang

dalam hal ini sebagai pelaksana pelayanan publik yang langsung bersinggungan

dengan masyarakat diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance

antara lain akuntabilitas dan transparansi.

Kelurahan sebagai tingkat paling rendah dalam struktur pemerintahan, harus

dapat memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Para aparatur harus

dapat memperlihatkan kinerja yang baik.

Namun kenyataan di lapangan sering dijumpai adanya berbagai keluhan dari

masyarakat atas pelayanan yang diberikan oleh para aparatur pemerintah di

kelurahan. Hal ini juga terjadi di Kelurahan Martubung. Kurangnya keramahan

pegawai dalam pengurusan berbagai keperluan administrasi menyebabkan

masyarakat merasa tidak dilayani dengan baik. Selain itu pengurusan surat-surat

seperti KTP dan KK yang seharusnya gratis dan selesai dalam jangka waktu

seminggu, tidak terlaksana dengan baik. Pegawai kelurahan terkadang mengutip dana

dari masyarakat dalam hal pengurusan KTP dan KK agar cepat siap. Kurangnya

transparansi dalam hal biaya administrasi sangat dikeluhkan masyarakat. Masyarakat

juga mengeluhkan prosedur dan mekanisme kerja pelayanan yang berbelit-belit,

kurang informatif, kurang akomodatif, dan terbatasnya fasilitas, sarana, dan

prasarana sehingga tidak menjamin kepastian (hukum, waktu, dan biaya), serta

tindakan-tindakan yang berindikasikan penyimpangan dan KKN.

Kelurahan Martubung juga tidak pernah menginformasikan suatu bentuk

laporan pertanggungjawaban atas kinerja mereka kepada masyarakat. Sehingga

masyarakat tidak mengetahui apa-apa saja yang menjadi program kerja kelurahan

(21)

kegiatan dan pemberian informasi juga sangat terbatas. Hal ini tentu saja membuat

masyarakat kurang simpati dan kurang percaya atas kinerja para pegawai kelurahan.

Atas dasar itulah penulis tertarik untuk mengambil judul studi tentang

“Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Kasus di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan).”

I.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dirumuskan yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana akuntabilitas dan transparansi dalam

pelayanan publik di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan?”

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauhmana implementasi prinsip-prinsip Good Governance

khususnya prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik di

Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam menerapkan

prinsip-prinsip tersebut ke dalam pelayanan publik di Kelurahan Martubung

(22)

I.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Ilmiah

Untuk menambah khasanah ilmiah dan sumbangan bagi pengembangan dan

penyempurnaan teori-teori dalam Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam

kaitannya dengan akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik.

2. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah ataupun

lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadi acuan dalam

melaksanakan prinsip-prinsip Good Governance.

3. Manfaat Secara Akademis

Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir

ilmiah dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk

menyelesaikan studi Strata-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

I.5 Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan

proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 1983:37).

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan

penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel

atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2000:92).

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah

(23)

referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman

yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang di teliti.

I.5.1 Pelayanan Publik

Pelayanan umum menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara (MENPAN) Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Laksana

Pelayanan Umum adalah: “Segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang

dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat maupun Daerah, dan di Lingkungan

Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2009, Pelayanan publik adalah

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan

penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

Di lain pihak, Thoha (1991:39) memberi pengertian tentang pelayanan

masyarakat sebagai suatu usaha yang dilakukan seseorang dan atau sekelompok

orang atau instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada

masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan yang dimaksud dengan hakekat pelayanan umum adalah:

1) Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi

(24)

2) Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan, sehingga

pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdayaguna dan

berhasilguna.

3) Mendorong tumbuh kembangnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat

dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

4) Pelayanan umum dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang

bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau.

Penyelenggaraan pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara

negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undangundang

untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata

untuk kegiatan pelayanan publik.

Maka dapat dirumuskan yang menjadi unsur yang terkandung dalam

pelayanan publik yaitu:

1. Pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu badan atau

lembaga atau aparat pemerintah maupun swasta.

2. Objek yang dilayani adalah masyarakat (publik) berdasarkan kebutuhannya.

3. Bentuk pelayanan yang diberikan berupa barang atau jasa.

4. Ada aturan atau sistem dan tata cara yang jelas dalam pelaksanaannya.

Agar pelayanan publik berkualitas, sudah sepatutnya pemerintah mereformasi

paradigma pelayanan publik tersebut. Reformasi paradigma pelayanan publik ini

adalah penggeseran pola penyelenggaraan pelayanan publik dari yang semula

berorientasi pemerintah sebagai penyedia menjadi pelayanan yang berorientasi

kepada kebutuhan masyarakat sebagai pengguna. Dengan begitu, tak ada pintu

(25)

mendengarkan suara publik itu sendiri. Inilah yang akan menjadi jalan bagi

peningkatan partisipasi masyarakat di bidang pelayanan publik.

Secara umum stakeholders menilai bahwa kualitas pelayanan publik

mengalami perbaikan setelah diberlakukannya otonomi daerah; namun, dilihat dari

sisi efisiensi dan efektivitas, responsivitas, dan kesamaan perlakuan (tidak

diskriminatif) masih jauh dari yang diharapkan dan masih memiliki berbagai

kelemahan. Berkaitan dengan hal-hal tersebut, memang sangat disadari bahwa

pelayanan publik masih memiliki berbagai kelemahan, antara lain:

1. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur

pelayanan, mulai pada tingkatan petugas pelayanan (front line) sampai dengan

tingkatan penanggung jawab instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi,

maupun harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali.

2. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada

masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat.

3. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari

jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan

pelayanan tersebut.

4. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan lainnya

sangat kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih ataupun

pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan

lain yang terkait.

5. Birokratis. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya dilakuka n

dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga menyebabkan

(26)

6. Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat

pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar keluhan/saran/aspirasi dari

masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada

perbaikan dari waktu ke waktu.

7. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan

perizinan) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan.

Sementara itu, dari sisi kelembagaan, kelemahan utama terletak pada disain

organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada

masyarakat, penuh dengan hirarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-belit

(birokratis), dan tidak terkoordinasi. Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi

sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih sangat kental

dilakukan oleh pemerintah, yang juga menyebabkan pelayanan publik menjadi tidak

efisien.

Terkait dengan itu, berbagai pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah

tersebut masih menimbulkan persoalan (Suprijadi, 2004). Beberapa kelemahan

mendasar antara lain: pertama, adalah kelemahan yang berasal dari

sulitnya menentukan atau mengukur output maupun kualitas dari pelayanan yang

diberikan oleh pemerintah. Kedua, pelayanan pemerintah tidak mengenal “bottom

line” artinya seburuk apapun kinerjanya, pelayanan pemerintah tidak mengenal

istilah bangkrut. Ketiga, berbeda dengan mekanisme pasar yang memiliki kelemahan

dalam memecahkan masalah eksternalitas, organisasi pelayanan pemerintah

menghadapi masalah berupa internalities. Artinya, organisasi pemerintah sangat sulit

mencegah pengaruh nilai-nilai dan kepentingan para birokrat dari kepentingan umum

(27)

I.5.2 Good Governance

I.5.2.1 Defenisi Good Governance

Istilah good governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu

gubernare yang diserap oleh Bahasa Inggris menjadi govern, yang berarti steer

(menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah).

Governance merupakan kata sifat dari govern, yang diartikan sebagai the

action of manner of governing yang berarti tindakan (melaksanakan) tata cara

pengendalian. Pada tahun 1590 kata ini dipahami sebagai state of being governed,

berkembang menjadi mode of living (1600), kemudian menjadi the office, function,

or power of governing (1643), berkembang menjadi method of management, system of regulation (1660), dan kemudian dibakukan menjadi the action or manner

governing (Nugroho, 2004: 204).

Pengertian good governance menurut Mardiasmo (1999:18) adalah suatu

konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh

pemerintahan yang baik. Lebih lanjut menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab

(2002:34) menyebut good governance yaitu suatu konsep dalam penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan

demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang

langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,

menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi

tumbuhnya aktivitas kewirausahaan. Selain itu Bank Indonesia juga mensinonimkan

good governance sebagai suatu hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara

(28)

Lembaga Administrasi Negara (2000) memberikan pengertian good

governance yang hampir sama dengan Bank Indonesia yaitu bahwa wujud good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan

bertanggung jawab, serta efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi

yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat.

Ada sebagian kalangan mengartikan good governance sebagai kinerja suatu

lembaga, misalnya kinerja pemerintahan suatu negara, perusahaan atau organisasi

masyarakat yang memenuhi prasyarat-prasyarat tertentu. Sebagian kalangan lain ada

yang mengartikan good governance sebagai penerjemahan konkret demokrasi dengan

meniscayakan adanya civic culture sebagai penopang sustanaibilitas demokrasi itu

sendiri.

Sedangkan United Nations Development Program (UNDP) dalam dokumen

kebijakannya yang berjudul “Governance for Sustainable Human Development”,

(1997) mendefenisikan kepemerintahan (governance) sebagai “Governance is the

exercise of economic, political, and administrative authority to manage a country’s affair at all levels and means by which states promote social cohesion, integration,

and ensure the well being of their population”. Yang berarti kepemerintahan adalah

pelaksanaan kewenangan/kekuasaan di bidang ekonomi, politik, dan administratif

untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan merupakan

instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan

(29)

Dengan demikian, pada dasarnya unsur-unsur dalam kepemerintahan

(governance stakeholders) dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu:

1) Negara/Pemerintahan: Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan

kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan

kelembagaan masyarakat madani.

2) Sektor swasta: Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif

dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti: industri pengolahan perdagangan,

perbankan dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal.

3) Masyarakat Madani: Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada

dasarnya berada diantara atau ditengah-tengah antara pemerintah dan

perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat

yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi.

Maka dapat disimpulkan good governance adalah pengelolaan tata

pemerintahan yang baik, meliputi tata pemerintahan yang berwawasan ke depan (visi),

bersifat terbuka (transparansi), cepat tanggap, akuntabel (akuntabilitas), berdasarkan

profesionalitas dan kompetensi, menggunakan struktur dan sumber daya secara

efesien dan efektif, terdesentralisasi, demokratis dan berorientasi pada konsensus,

mendorong kepada peningkatan partisipasi masyarakat, mendorong kemitraan

dengan swasta dan masyarakat, menjunjung supremasi hukum, memiliki komitmen

kepada pengurangan kesenjangan, memiliki komitmen kepada pasar, dan memiliki

komitmen pada lingkungan hidup. Keberhasilan penyelenggaraan tata pemerintahan

yang baik sangat ditentukan oleh keterlibatan dan sinergi tiga aktor utama dari good

governance ini yakni aparatur pemerintah, masyarakat atau publik, dan keterlibatan

(30)

I.5.2.2 Prinsip-prinsip Good Governance

Gambir Bhatta (1996) menggungkapkan bahwa “unsur utama governance”,

yaitu: akuntabilitas (accountability), transparansi (transparency) keterbukaan

(opennes), dan aturan hukum (rule of law) ditambah dengan kompetensi manajemen

(management competence) dan hak-hak azasi manusia (human right).

Kemudian UNDP melalui Lembaga Administrasi Negara yang dikutip

Tangkilisan (2005:115) mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip yang harus

dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang baik,

meliputi:

1) Partisipasi (Participation): Setiap orang atau warga masyarakat, baik laki-laki

maupun perempuan, memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan

keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sesuai

dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing.

2) Akuntabilitas (Accountability): Para pengambil keputusan dalam sektor publik,

swasta, dan masyarakat madani memiliki pertanggung jawaban (akuntabilitas)

kepada publik (masyarakat umum), sebagaimana halnya kepada para pemilik

(stakeholders).

3) Aturan Hukum (Rule of Law): Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan

harus berkeadilan, ditegakkan dan dipatuhi secara utuh, terutama aturan hukum

tentang hak azasi manusia.

4) Transparansi (Transparency): Transparansi harus dibangun dalam rangka kebebasan

aliran informasi. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.

5) Daya Tanggap (Responsivennes): Setiap intuisi dan prosesnya harus diarahkan

(31)

6) Beorientasi Konsensus (Consensus Orientation): Pemerintahan yang baik akan

bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk

mencapai konsensus atau kesempatan yang terbaik bagi kepentingan

masing-masing pihak, dan berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan

pemerintah.

7) Berkeadilan (Equity): Pemerintahan yang baik akan memberikan kesempatan

yang baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk

meningkatkan dan memelihari kualitas hidupnya.

8) Efektivitas dan Efesiensi (Effectiveness and Effeciency): Setiap proses kegiatan

dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu benar-benar sesuai

dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan berbagai

sumber-sumber yang tersedia.

9) Visi Strategis (Strategic Vision): Para pimpinan dan masyarakat memiliki

perspektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan

yang baik dan pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan

untuk pembangunan tersebut.

Prinsip-prinsip tersebut merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi

dalam pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan pengendalian, yakni

pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar mencapai hasil yang dikehendaki

stakeholders.

I.5.3 Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik

Dari kesembilan prinsip-prinsip good governance yang telah dikemukakan di

(32)

prinsip yang paling penting untuk diterapkan terutama dalam lingkungan terendah

dalam struktur pemerintahan yakni di tingkat kelurahan. Maka selanjutnya akan

dibahas secara rinci tentang kedua prinsip tersebut.

I.5.3.1 Akuntabilitas

Dalam KepMenPAN No. 26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik dikatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan

publik harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun kepada

atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Ada 3 hal yang menjadi dimensi akuntabilitas, antara lain akuntabilitas politik

yang biasanya dihubungkan dengan proses dan mandat pemilu, akuntabilitas

finansial yang fokus utamanya adalah pelaporan yang akurat dan tepat waktu tentang

penggunaan dana publik, dan akuntabilitas administratif yang pada umumnya

berkaitan dengan pelayanan publik dalam kerangka kerja otoritas dan sumber daya

yang tersedia.

Polidano (1998) lebih lanjut mengidentifikasi 3 elemen utama akuntabilitas,

yaitu adanya kekuasaan untuk mendapatkan persetujuan awal sebelum sebuah

keputusan dibuat, akuntabilitas peran yang merujuk pada kemampuan seorang

pejabat untuk menjalankan peran kuncinya, dan peninjauan ulang secara retrospektif

yang mengacu pada analisis operasi suatu departemen.

Berbagai dimensi dan elemen utama dari akuntabilitas ini akan sangat

membantu penerapan akuntabilitas dalam menyelenggarakan pelayanan publik.

(33)

ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai

dengan kepentingan stakeholders. Akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban

dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai

lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus

menciptakan kondisi saling mengawasi (check and balances system).

Pertanggungjawaban (akuntabilitas) pelayanan publik meliputi:

1) Akuntabilitas kinerja pelayanan publik

a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan proses yang

antara lain meliputi; tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas,

kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan

kebijakan atau peraturan perundang-undangan) dan kedisiplinan.

b. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar atau

akta/janji pelayanan publik yang telah ditetapkan.

c. Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka,

baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan

instansi pemerintah. Apabila terjadi penyimpangan dalam hal pencapaian

standar, harus dilakukan upaya perbaikan.

d. Penyimpangan yang terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan publik

harus diberikan kompensasi kepada penerima pelayanan.

e. Masyarakat dapat melakukan penelitian terhadap kinerja pelayanan secara

berkala sesuai mekanisme yang berlaku.

f. Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian dalam

pelayanan publik, atau jika pengaduan masyarakat tidak mendapat tanggapan

(34)

2) Akuntabilitas biaya pelayanan publik

a. Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang telah ditetapkan.

b. Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya pelayanan

publik, harus ditangani oleh Petugas/Pejabat yang ditunjuk berdasarkan Surat

Keputusan/Surat Penugasan dari Pejabat yang berwenang.

3) Akuntabilitas produk pelayanan publik

a. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat dipertanggung

jawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk pelayanan.

b. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

c. Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah.

I.5.3.2 Transparansi

Dalam KepMenPAN No.26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik, menjelaskan pengertian transparansi

penyelenggaraan publik merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang bersifat

terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan ataupun pengendaliannya, serta mudah diakses oleh semua pihak yang

(35)

Transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik utamanya meliputi:

1. Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik

Transparansi terhadap manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik

meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/pengendalian oleh

masyarakat. Kegiatan tersebut harus dapat di informasikan dan mudah diakses

oleh masyarakat.

2. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu

sama lain, sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta tata

cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu pelayanan.

3. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan

Untuk memperoleh pelayanan, masyarakat harus memenuhi persyaratan yang

telah ditetapkan oleh pemberi pelayanan, baik berupa persyaratan teknis dan atau

persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam menentukan persyaratan, baik teknis maupun maupun administratif harus

seminimal mungkin dan dikaji terlebih dahulu agar benar-benar sesuai/relevan

dengan jenis pelayanan yang akan diberikan. Harus dihilangkan segala

persyaratan yang bersifat duplikasi dari instansi yang terkait dengan proses

pelayanan.

4. Rincian biaya pelayanan

Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rinciannya dengan nama atau sebutan

apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata

cara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan

(36)

mengurangi semaksimal mungkin pertemuan secara personal antara

pemohon/penerima pelayanan dengan pemberi pelayanan. Unit pemberi

pelayanan seyogyanya tidak menerima pembayaran secara langsung dari penerima

pelayanan. Pembayaran hendaknya diterima oleh unit yang bertugas mengelola

keuangan/Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah/unit pelayanan. Di samping itu,

setiap pungutan yang ditarik dari masyarakat harus disertai dengan tanda bukti

resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan.

5. Waktu penyelesaian pelayanan

Waktu penyelesaian pelayanan adalah jangka waktu penyelesaian suatu

pelayanan publik mulai dari dilengkapinya/dipenuhinya persyaratan teknis dan

atau persyaratan administratif sampai dengan selesainya suatu proses pelayanan.

Unit pelayanan instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan harus

berdasarkan nomor urut permintaan pelayanan, yaitu yang pertama kali

mengajukan pelayanan harus lebih dahulu dilayani/diselesaikan apabila persyaratan

lengkap (melaksanakan azas First In First Out/FIFO).

6. Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab

Pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan

dan atau menyelesaikan keluhan/persoalan/sangketa, diwajibkan memakai tanda

pengenal dan papan nama di meja/tempat kerja petugas.

7. Lokasi pelayanan

Tempat dan lokasi pelayanan diusahkan harus tetap dan tidak berpindah-pindah,

mudah dijangkau oleh pemohon pelayanan, dilengkapi dengan sarana dan

prarasana yang cukup memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan

(37)

8. Janji pelayanan

Akta atau janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit kerja pelayanan

instansi pemerintahan dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Janji

pelayanan ditulis secara jelas, singkat dan mudah dimengerti, menyangkut hanya

hal-hal yang esensial dan informasi yang akurat, termasuk di dalamnya mengenai

standar kualitas pelayanan, dapat pula dibuat “Motto Pelayanan”, dengan

penyusunan kata-kata yang dapat memberikan semangat, baik kepada pemberi

maupun penerima pelayanan.

9. Standar pelayanan publik

Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan

masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan

kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan,

unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun Standar Pelayanan

masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada

masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan, dan

Standar pelayanan yang ditetapkan hendaknya realistis, karena merupakan

jaminan bahwa janji/komitmen yang dibuat dapat dipenuhi, jelas dan mudah

dimengerti oleh para pemberi dan penerima pelayanan.

10. Informasi pelayanan

Untuk memenuhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyarakat, setiap unit

pelayanan instansi pemerintah wajib mempublikasikan mengenai prosedur,

persyaratan, biaya, waktu, standar, akta/janji, motto pelayanan, lokasi serta

pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab sebagaimana telah

(38)

media cetak (brosur, leaflet, booklet), media elektronik (Website, Home-Page,

Situs Internet, Radio, TV), media gambar dan atau penyuluhan secara langsung

kepada masyarakat.

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap

orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan dan

kegiatan lainnya, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan

pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi merupakan upaya

menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui

penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang

akurat dan memadai.

Transparansi dan akuntabilitas harus dilaksanakan pada seluruh aspek

manajemen pelayanan, yang meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan/pengendalian, dan laporan hasil kinerja. Transparansi dan akuntabilitas

hendaknya dimulai dari proses perencanaan pengembangan pelayanan karena sangat

terkait dengan pelayanan bagi masyarakat umum yang memerlukan dan yang berhak

atas pelayanan.

I.5.4. Peran Pemerintah dalam Pelayanan Publik

Peran Pemerintah atau dengan kata lainnya birokrasi memiliki peranan,

kedudukan, dan fungsi yang sangat signifikan dalam penyelenggaraan pemerintahan,

yang tidak dapat digantikan fungsinya oleh lembaga-lembaga lainnya. Birokrasi ini

tidak hanya menyangkut kepada birokrat tetapi akan sangat terkait dengan organisasi

dan manajemen pengelolaan pemerintahan, pembangunan dan publik.

(39)

peningkatan kinerja birokrasi agar birokrasi mampu menciptakan kondisi yang

kondusif bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat; meningkatkan kualitas pelayanan

kepada masyarakat; dan menekan tingkat penyalahgunaan kewenangan di

lingkungan aparatur pemerintahan. Suatu layanan publik harus dapat memenuhi

harapan publik.

Kebijakan untuk mewujudkan birokrasi yang "netral" dalam penyelenggaraan

administrasi dan pemerintahan negara, ternyata dalam praktiknya banyak

menghadapi rintangan. Padahal di tengah rintangan itu, masyarakat sangat

merindukan pelayanan publik yang baik, dalam arti proporsional dengan

kepentingan, yaitu birokrasi yang berorientasi kepada penciptaan keseimbangan

antara kekuasaan (power) yang dimiliki dengan tanggung jawab (accountability)

yang mesti diberikan kepada masyarakat yang dilayani. Terlebih jika diingat bahwa

pegawai negeri sebagai aparat birokrasi, sebagai aparatur negara dan abdi negara,

juga merupakan abdi masyarakat. Sehingga kepada kepentingan masyarakatlah

aparat birokrasi harus mengabdikan diri. Aparat birokrasi memang sangat diharapkan

memiliki jiwa pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat. Prinsip pemerintah

yang memberikan pelayanan kepada publik harus benar-benar dilaksanakan bukanlah

citra yang menjadi dilayani oleh masyarakat.

Suatu pemerintahan akan berjalan dengan baik apabila dikontrol oleh

kekuatan-kekuatan politik atau organisasi massa. Namun, bila kekuatan-kekuatan

politik dan organisasi massa tersebut kurang mampu menjalankan fungsi-fungsi

artikulasi dan agregasi kepentingan masyarakat, apalagi bila tidak ditunjang dengan

adanya proses pengambilan keputusan (rule making) dan pengontrolan pelaksanaan

(40)

semakin besar. Bila kekuasaan birokrasi lebih besar, akan memungkinkan aparat

birokrasi dapat dengan leluasa mengendalikan lingkungan luar birokrasi, sehingga

dapat mengokohkan kedudukannya dalam tatanan organisasi pemerintahan negara.

Penyalahgunaan kekuasaan tersebut dapat mengakibatkan pemerintah gagal untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan gagal merealisasikan

program-program yang telah diputuskan. Keadaan demikian cepat atau lambat akan

memungkinkan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) yang

dilakukan oleh aparat birokrasi.

Dalam situasi demikian, maka aparat birokrasi, mengakibatkan menyusutnya

sense of responsibility. Menyusutnya rasa tanggung jawab terhadap tugas yang

diberikan inilah yang diduga menjadi pangkal tolak kurang sigapnya aparat birokrasi

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kejadian-kejadian tersebut lebih disebabkan karena paradigma pemerintahan

yang masih belum mengalami perubahan mendasar. Paradigma lama tersebut

ditandai dengan perilaku aparatur negara di lingkungan birokrasi yang masih

menempatkan dirinya untuk dilayani bukannya untuk melayani. Padahal pemerintah

seharusnya melayani bukan dilayani. Seharusnya, dalam era demokratisasi dan

desentralisasi saat ini, seluruh perangkat birokrasi, perlu menyadari bahwa pelayanan

berarti pula semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan

bangsa dalam membangun, yang dimanifestasikan antara lain dalam perilaku

"melayani, bukan dilayani", "mendorong, bukan menghambat", "mempermudah,

bukan mempersulit", "sederhana, bukan berbelit-belit", dan "terbuka untuk setiap

(41)

I.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, kelompok, atau individu yang

menjadi pusat penelitian ilmu sosial (Singarimbun, 1983:33). Berdasarkan pengertian

tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang

digunakan, yaitu:

1. Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang

dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat maupun Daerah, dan di

Lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa,

baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam

rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Akuntabilitas berarti para pengambil keputusan dalam sektor publik, swasta, dan

masyarakat madani memliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik

(masyarakat umum), sebagaimana halnya kepada para pemilik (stakeholders).

Yang menjadi indikator dalam mengukur akuntabilitas antara lain:

a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik, dilihat berdasarkan proses yang

meliputi; tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan

sarana dan prasarana, kejelasan aturan (termasuk kejelasan kebijakan atau

peraturan perundang-undangan), dan kedisiplinan. Harus sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan secara

terbuka.

b. Akuntabilitas biaya pelayanan publik, dipungut sesuai dengan ketentuan

(42)

c. Akuntabilitas produk pelayanan publik, persyaratan teknis dan administratif

harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan

keabsahan produk pelayanan. Selain itu prosedur dan mekanisme kerja harus

sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

3. Transparansi harus dibangun dalam rangka kebebasan aliran informasi.

Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap

orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan dan

kegiatan lainnya, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan, dan

pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi merupakan upaya

menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui

penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi

yang akurat dan memadai.

Yang menjadi indikator untuk mengukur transparansi ini antara lain:

a.Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik

b.Prosedur pelayanan

c.Persyaratan teknis dan administratif pelayanan

d.Rincian biaya pelayanan

e.Waktu penyelesaian pelayanan

f. Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab

g.Lokasi pelayanan

h.Janji pelayanan

i. Standar pelayanan publik

(43)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan

metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala,

fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat

populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu

mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini adalah penelitian yang

diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara

sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisa kebenarannya

berdasarkan data yang diperoleh.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan

Kota Medan di Jalan Kantor Lurah Lingkungan VII Simpang Kantor Medan.

II.3. Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan di atas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Hendrarso (dalam Usman 2009:56) menjelaskan bahwa penelitian

kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang

(44)

ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang

akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan penelitian ini meliputi informan kunci dan informan biasa. Informan kunci

adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang

diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam

permasalahan yang sedang diteliti. Sedangkan informan biasa adalah informan yang

ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan

permasalahan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi informan kunci

dalam penelitian ini adalah: Informan kunci yaitu terdiri dari satu orang Kepala

Kelurahan Martubung dan empat orang pegawai yang bekerja di Kelurahan

Martubung Kecamatan Medan Labuhan.

Selain itu, untuk memperkaya data yang akan diolah, maka peneliti juga

mengambil informan biasa, yaitu masyarakat Kelurahan Martubung yang yang

terlibat dalam permasalahan penelitian sebanyak 30 orang. Menurut Usman

(2009:82) dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi, tetapi sampling

yang merupakan pilihan peneliti sendiri dan yang ditentukan peneliti sendiri secara

pusposif yang disesuaikan dengan tujuan penelitiannya, sampling tersebut dijadikan

responden yang relevan untuk mendapatkan data, dan penulis menganggap 30

responden tersebut sudah dapat memberikan jawaban, dan informasi mengenai

hal-hal yang penulis teliti.

II.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

(45)

1. Data Primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan

penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan melalui:

a. Wawancara, yaitu dengan cara wawancara mendalam untuk memperoleh data

yang lengkap dan mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada

informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah

yang berhubungan dengan penelitian.

b. Kuesioner (angket), adalah suatu daftar yang berisi rangkaian pertanyaan

mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti, yang bertujuan

memperoleh informasi yang relevan, serta informasi yang dibutuhkan dapat

dibutuhkan secara serentak. Dalam penelitian ini angket digunakan sebagai alat

pendamping dalam mengumpulkan data. Daftar pertanyaan dibuat semi terbuka

yang memberi pilihan jawaban pada responden dan memberikan

penjelasan-penjelasan yang diperlukan oleh peneliti.

c. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara

langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang

ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai

acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun

(46)

sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul penelitian

seperti buku-buku, artikel, makalah, peraturan-peraturan, struktur organisasi, jadwal,

waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk teknis, dan lain-lain yang memiliki relevansi

dengan masalah yang diteliti.

II.5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data

kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di

lapangan dari para key informan. Penganalisisan ini didasarkan pada kemampuan

nalar dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi, kemudian data yang

diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat

(47)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Gambaran Umum

Kelurahan Martubung adalah salah satu kelurahan yang berada dalam

wilayah Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan. Kelurahan Martubung

diperkirakan luasnya lebih kurang 200 Ha yang terdiri dari daerah

pemukiman/perumahan, perkantoran, pertokoan, dan sebagainya. Adapun batas-batas

Kelurahan Martubung adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pekan Labuhan.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Besar.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sei Mati.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Rengas Pulau.

III.2. Arah dan Kebijakan Umum Bidang Pembangunan yang Dikelola

Arah dan kebijakan umum bidang pembangunan yang dikelola di Kelurahan

Martubung Kecamatan Medan Labuhan mengacu pada Tupoksi Kelurahan,

berdasarkan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 64 Tahun 2001 Tanggal 13

November 2001 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan di Lingkungan

Pemerintah Kota Medan.

Pada pasal 3 disebutkan Tugas Pokok Kelurahan adalah sebagai berikut:

Lurah mempunyai tugas membantu Camat dalam melaksanakan sebagian tugas-tugas

(48)

ketertiban, pembangunan kesejahteraan masyarakat, serta melaksanakan tugas lain

yang diberikan oleh Kepala Daerah.

Pada pasal 4 disebutkan, untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana

dimaksud pada Pasal 3 Lurah mempunyai fungsi antara lain:

a. Melaksanakan/meyelenggarakan pelimpahan sebagian kewenangan di bidang

pemerintahan, ketentraman dan ketertiban, pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat yang menjadi tanggung jawab kelurahan.

b. Melaksanakan pelayanan administrasi public yang menjadi tanggung jawab

kelurahan.

c. Menyelenggarakan pelayanan teknis kesekretariatan.

d. Meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat.

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 64 Tahun 2001

tanggal 13 November 2001 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Kelurahan di

Lingkungan Pemerintah Kota Medan, dalam melaksanakan pembangunan, di

Kelurahan terdapat Susunan Organisasi Kelurahan dengan masing-masing kebijakan

umum yang berdasarkan pada Tupoksinya masing-masing yakni:

1. Sekretaris Lurah

Sekretaris Lurah mempunyai tugas membantu Lurah di bidang pembinaan

administrasi dan memberikan pelayanan teknis administrative kepada seluruh

perangkat Kelurahan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretaris

Lurah mempunyai fungsi sebagai berikut:

(49)

b. Mengumpulkan, menghimpun, dan mengolah data serta informasi yang

berhubungan dengan bidang tugas

c. Melakukan pemantauan dan pengendalian program kerja lingkungan

d. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan dan kearsipan kelurahan

e. Melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan

rumah tangga, dan barang inventaris kelurahan

f. Membantu Lurah dengan mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang

dilakukan oleh perangkat Kelurahan dan Kepala Lingkungan.

g. Menginventarisir permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan

bidang administrasi perangkat Kelurahan serta menyiapkan bahan petunjuk

pemecahan masalah

h. Menyusun dan menyajikan data statistik dan grafik atau visualisasi data

perangkat Kelurahan

i. Melakukan pemeriksaan administrasi dan memberikan paraf untuk kelanjutan

proses penyelesaian urusan surat menyurat

j. Mengevaluasi dan menyusun laporan bulanan, berkala, dan tahunan serta

mengkoordinasikannya dengan un

Gambar

Tabel 1 Jumlah Lingkungan dan Nama Kepala Lingkungan
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Agama
Tabel 4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel 6 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor good governance yaitu transparansi, akuntabilitas, dan responsiveness berpengaruh positif dan signifikan secara parsial

Dalam mewujudkan Good Governance ( Tata Pemerintahan Yang Baik), Desa perlu memanagerial pemerintahannya dengan prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas, agar

peneliti ingin memberikan solusi terhadap permasalahan penerapan prinsip good governance dari aspek akuntabilitas dalam pelayanan E-KTP yaitu pertama dari

Menurut pengamatan penulis, masyarakat Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan adalah salah satu Kelurahan yang mana masyarakatnya sering mengeluhkan pelayanan

Penelitian menunjukkan hasil korelasi terdapat hubungan yang kuat atas variabel transparansi, akuntabilitas dan Good Government Governance .Berdasarkan hasil

Penerapan Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi di Kantor Satuan Lalu Lintas.. Polresta Medan) Skripsi ini

Berdasarkan penjajagan awal diketahui bahwa tingkat akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik di Kantor Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran masih

Penerapan nilai-nilai good governace terutama pada prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan perizinan izin usaha dapat menciptakan iklim yang mendorong