• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Duri Landak Jawa (Hystrix javanica) Berdasarkan Morfologi dan Pola Distribusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Klasifikasi Duri Landak Jawa (Hystrix javanica) Berdasarkan Morfologi dan Pola Distribusi"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

KLASIFIKASI DURI LANDAK JAWA (

Hystrix javanica

)

BERDASARKAN MORFOLOGI DAN POLA DISTRIBUSI

SHEILA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

SHEILA. Klasifikasi Duri Landak Jawa (Hystrix Javanica) Berdasarkan Morfologi dan Pola Distribusi. Dibimbing oleh SUPRATIKNO dan SRIHADI AGUNGPRIYONO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati morfologi dan pola distribusi duri landak Jawa. Penelitian ini menggunakan lima ekor landak Jawa yang terdiri atas satu ekor betina dan empat ekor jantan. Jumlah, diameter, dan panjang duri di tiap regio diukur sebanyak dua kali pengukuran. Hasil yang didapat kemudian dianalisis secara deskriptif dan diuji dengan menggunakan uji ANOVA (Analysis of Variants) serta uji Duncan. Dari 11 regio pengamatan, duri landak dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu duri pipih, sejati, transisi, dan berderak. Secara umum, duri pipih berwarna hitam. Duri sejati berwarna putih belang hitam dan putih belang hitam belang putih. Duri transisi hanya memiliki satu pola warna, yaitu putih belang hitam belang putih serta duri berderak hanya berwarna putih. Berdasarkan pola distribusi, duri pipih terdapat pada regio capitis, cervical, dorsal scapula, dorsal thorakal 1, lateral thorakal 1, dan ventral abdomen. Duri sejati terdapat pada regio thorakal 2, lumbal, dorsal femur, pangkal coccygeal, dan median coccygeal. Duri transisi hanya terdapat di tiga regio, yaitu lumbal, pangkal coccygeal, dan median coccygeal. Duri berderak hanya terdapat pada regio apikal coccygeal. Duri landak Jawa tumbuh dalam kelompok yang membentuk pola seperti pola sisik pada ikan. Tiap kelompok duri di masing-masing regio memiliki perbedaan panjang dan diameter duri. Panjang dan diameter duri ini memiliki nilai yang sebanding. Duri yang panjang akan memiliki diameter yang besar pula. Terdapat perbedaan panjang duri yang berbeda nyata (P= 0,000) antar tiap regio. Ukuran duri terbesar dan terpanjang terdapat pada regio lumbal. Selain itu, tiap kelompok duri memiliki pola seperti bentuk kipas, baik warna maupun ukuran duri.

(3)

ABSTRACT

SHEILA. Classification of Javan Porcupine (Hystrix javanica) Quills Based on Morphology and Distribution Pattern. Under direction of SUPRATIKNO and SRIHADI AGUNGPRIYONO.

This research was conducted to observe the morphology and distribution pattern of the quill of Javan porcupine (Hystrix javanica). Five adult porcupines of both sexes were used. The number, diameter, and length of quills of certain regions of each animal were measured two times. The data were analyzed descriptively and tested using ANOVA (Analysis of Variants) and Duncan tests. Result of this research showed that quills of Javan porcupines could be differentiated into four types: spines, true quills, transitional quills, and rattle quills. These four types of quills were either white, black, white with black stripe and white with black and white stripes in their color pattern. The spines were mostly black. True quills were white with black stripe or white with black white stripes. The transitional quills were white with black and white stripes and the rattle quills were white in color. The spines were distributed on head, neck, dorsal scapula, dorsal thorax 1, lateral thorax 1, and ventral abdomen regions. True quills were on the thorax 2, lumbal, dorsal femur, base coccygeal, and median coccygeal regions. Transitional quills were distributed on three regions, lumbal, base coccygeal, and median coccygeal. Rattle quills were distributed only on the apical region of the coccygeal. Porcupine quills grew in cluster making fish scale-like pattern. Quills of each cluster in each region had different length and diameter. Quills with big diameter would have more length. There was differences (P= 0.000) in quills length at 11 regions while each cluster of quills of different region showed also different pattern of color and size. The quills on the lumbal region showed the biggest and longest in the diameter and length.

(4)

RINGKASAN

SHEILA. Klasifikasi Duri Landak Jawa (Hystrix javanica) Berdasarkan Morfologi dan Pola Distribusi. Dibimbing oleh SUPRATIKNO dan SRIHADI AGUNGPRIYONO.

Landak Jawa (Hystrix javanica) dapat ditemukan di sekitar Pulau Jawa, Lombok, Madura, Flores, dan Sumbawa. Menurut CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) tahun 2008, status landak adalah least concern atau tidak terlalu diperhatikan statusnya. Hal ini dikarenakan jumlah populasi landak masih banyak di berbagai benua (Lunde dan Aplin 2008). Di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, landak dianggap sebagai hama perusak tanaman pangan masyarakat. Namun, sebagian masyarakat menganggap landak adalah hewan yang potensial karena daging dan durinya dapat dimanfaatkan. Menurut kepercayaan masyarakat di beberapa daerah, daging landak mempunyai banyak khasiat antara lain dipercaya dapat meningkatkan vitalitas laki-laki dan menghilangkan gatal-gatal.

Duri landak merupakan karakteristik atau ciri khas dari suatu spesies landak yang dapat berbeda antar spesies landak (Grzimek 1975). Hal menarik lainnya yang dapat ditemukan dari landak adalah adanya pola duri yang berbeda-beda pada beberapa regio tubuh. Variasi morfologi duri landak tersebut dapat digunakan untuk menentukan taksonomi landak. Pengetahuan mengenai morfologi duri akan mendukung pemahaman yang lebih lanjut tentang fisiologi pertumbuhan rambut yang antara lain bermanfaat pada kajian dermatologi klinik maupun kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi (panjang, diameter, warna) dan pola distribusi duri pada landakJawa.

Penelitian ini menggunakan lima ekor landak Jawa dewasa yang memiliki bobot badan sekitar 7-9 kg. Kelima ekor landak Jawa tersebut terdiri atas satu ekor landak betina dan empat ekor landak jantan. Pengamatan duri dilakukan pada 11 regio, yaitu capitis, cervical, dorsal scapula, dorsal thorakal 1, lateral thorakal 1, thorakal 2, lumbal, dorsal femur, pangkal coccygeal, median coccygeal, dan apikal coccygeal. Duri diambil secara acak pada setiap regio dengan cara memilih kelompok dengan duri yang lengkap. Selanjutnya dilakukan pengukuran panjang dan diameter dari masing-masing duri. Hasil dari pengukuran panjang dan diameter duri akan diuji dengan menggunakan ANOVA dan uji Duncan.

(5)

putih belang hitam dan putih belang hitam belang putih. Duri transisi hanya memiliki satu pola warna, putih belang hitam belang putih dan hanya terdapat pada tiga regio, yaitu lumbal, pangkal coccygeal, serta median coccygeal. Duri berderak yang berwarna putih terdapat hanya pada regio apikal coccygeal. Duri pada tiap regio memiliki ukuran panjang dan diameter yang berbeda-beda. Regio capitis memiliki ukuran duri terkecil dari kesepuluh regio lainnya. Semakin ke kaudal, ukuran duri akan semakin bertambah besar dan panjang. Ukuran duri terbesar terdapat pada regio lumbal. Duri akan kembali mengecil pada regio dorsal femur, pangkal coccygeal, median coccygeal, dan apikal coccygeal.

(6)

KLASIFIKASI DURI LANDAK JAWA (

Hystrix javanica

)

BERDASARKAN MORFOLOGI DAN POLA DISTRIBUSI

SHEILA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Klasifikasi Duri Landak Jawa (Hystrix javanica) Berdasarkan Morfologi dan Pola Distribusi adalah karya saya dengan arahan dari Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari skripsi ini.

Bogor, September 2011

(8)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(9)

Judul Skripsi : Klasifikasi Duri Landak Jawa (Hystrix javanica) Berdasarkan Morfologi dan Pola Distribusi

Nama : Sheila NIM : B04070070

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Drh. Supratikno, M.Si PAVet Drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D. PAVet (K) NIP. 19800510 200501 1 001 NIP. 19630319 198703 1 002

Mengesahkan, Wakil Dekan

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Dr. Nastiti Kusumorini NIP. 19621205 198703 2 001

(10)

PRAKATA

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus untuk segala kasih karunia, sehingga telah mengizinkan Penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Klasifikasi Duri Landak Jawa (Hystrix javanica) Berdasarkan Morfologi dan Pola Distribusi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Anatomi dan Unit Rehabilitasi dan Reproduksi, FKH IPB pada bulan Agustus 2010 sampai Februari 2011.

Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak drh. Supratikno M.Si PAVet sebagai Dosen Pembimbing utama atas bimbingan, semangat, arahan, kesabaran dan dorongan selama Penulis melakukan penelitian, penulisan skripsi, dan studi di FKH IPB.

2. Bapak drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D., PAVet(K) atas arahan, waktu, semangat, kesabaran, nasihat, dan bantuan yang diberikan selaku Pembimbing Akademik serta Dosen Pembimbing pendamping

3. Ibu drh. Sri Wahyuni, M.Si yang membantu selama penelitian ini.

4. Orang tua (Fransiskus Sutikno Handoyo dan Theresia Kumala) dan keluarga yang telah memberi dukungan doa dan nasihat.

5. Staf Laboratorium Riset Anatomi, Mas Rudi dan Mas Bayu yang membantu serta mempersiapkan fasilitas selama penelitian.

6. Andi Rosman Arfan yang selalu menyemangati, mendoakan, dan menjadi tempat curahan hati Penulis.

7. Teman-teman sepenelitian Landak (Elsye MS. dan Arie W.) dan Mucak (Lidya Elizabeth M. Manik, Juliper S. dan Rissar Siringo Ringo)

8. Persekutuan Fakultas Kedokteran Hewan (Theodora M, Poniman, Ati, Adit, Putra, Natalina, Septi, Andrew, dan Arie M.) atas segala bantuan, doa, dan semangat yang telah diberikan kepada Penulis.

9. Teman–teman FKH angkatan 44 yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama penelitian.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

`

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Januari 1989 di Surabaya, Jawa Timur. Penulis adalah anak pertama dari pasangan Fransiskus Sutikno Handoyo dan Theresia Kumala. Penulis menghabiskan masa kecil dan remajanya di Surabaya, bersama keluarga.

Pendidikan dasar Penulis diselesaikan di SDK Santa Maria Surabaya, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMPK Santa Maria Surabaya, dan pendidikan lanjutan menengah atas selesai pada tahun 2007 di SMAK St. Louis I Surabaya. Penulis diterima sebagai mahasiswi kedokteran hewan, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Ujian Seleksi Masuk (USMI) IPB pada tahun 2007.

(12)

DAFTAR ISI

Pengamatan duri secara makroskopis ... 12

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Formula gigi Hystrix ... 5

2 Distribusi rambut dan duri pada 11 regio tubuh ... 16

3 Hasil rataan pengukuran diameter dan panjang seluruh duri di tiap regio ... 19

4 Hasil uji Duncan dari panjang duri di seluruh regio ... 22

5 Persentase pola warna duri landak pada tiap regio ... 23

6 Jumlah duri pada tiap kelompok duri di masing-masing regio ... ... 26

7 Hasil uji Duncan pada perbedaan ukuran duri di regio dorsal thorakal 1, lateral thorakal 1, dan median coccygeal ... 28

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Hystrix javanica ... 7

2 Skema siklus pertumbuhan rambut ... 9

3 Pembagian 11 regio pengamatan duri ... 12

4 Lokasi pengukuran diameter dan panjang duri ... 13

5 Pemilihan 5 duri untuk uji keragaman dan uji Duncan pada pola kelompok duri yang berbentuk seperti kipas ... 14

6 Rambut halus pada regio lumbal ... 15

7 Rambut peraba ... 16

8 Empat jenis duri landak ... 18

9 Macam-macam ukuran dan pola warna duri di sepuluh regio ... 21

10 Hubungan pola pigmentasi kulit dan siklus pertumbuhan duri ... 25

11 Pola distribusi kelompok duri di bagian dorsal tubuh landak ... 25

12 Pola seperti kipas pada kelompok duri di regio lumbal ... 27

13 Contoh bentuk kipas berukuran kecil pada regio cervical ... 27

14 Contoh bentuk kipas berukuran sedang pada regio thorakal 1 ... 28

15 Contoh bentuk kipas berukuran besar pada regio thorakal 2 ... 30

16 Contoh komposisi duri pertama dengan komposisi satu jenis duri pada regio thorakal 2 ... 31

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada panjang duri tiap regio 36 2 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di

regio CA, CE, dan DS ... 38 3 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di

regio TD1,TL1, dan MC ... 39 4 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di

regio PC ... 40 5 Hasil uji Duncan pada regio PC ... 41 6 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di

regio T2 ... 42 7 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di

regio LL ... 43 8 Hasil uji Duncan pada regio LL ... 44 9 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di

(16)

PENDAHULUAN

diperhatikan statusnya. Hal ini dikarenakan jumlah populasi landak masih banyak

di berbagai benua (Lunde dan Aplin 2008).

Di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, landak dianggap sebagai hama

perusak tanaman pangan masyarakat. Namun, sebagian masyarakat menganggap

landak adalah hewan yang potensial karena daging dan durinya dapat

dimanfaatkan. Menurut kepercayaan masyarakat di beberapa daerah, daging

landak mempunyai banyak khasiat, antara lain dipercaya dapat meningkatkan

vitalitas laki-laki dan menghilangkan gatal-gatal. Selain itu, daging landak

mempunyai kadar lemak yang lebih rendah dari pada daging sapi dan ayam,

sehingga daging landak dianggap cocok dikonsumsi oleh orang yang harus diet

rendah lemak. Empedu landak juga diyakini berkhasiat untuk mengobati penyakit

asma (Sulistya 2007).

Duri landak juga memiliki banyak kegunaan. Kegunaan duri landak yang

paling umum adalah sebagai bahan dekorasi peralatan rumah tangga. Contohnya

sebagai bahan dekorasi lampu, kaca, tempat tissue, dan sebagainya. Selain itu,

duri landak digunakan pula sebagai bahan baku pembuatan aksesoris remaja

(gelang, kalung, dan anting-anting). Umat muslim juga sering menggunakan duri

landak sebagai alat penunjuk pada saat membaca Al-Quran. Duri landak juga

diyakini mempunyai potensi untuk menyembuhkan beberapa macam penyakit. Di

Kalimantan, tepung dari duri landak digunakan masyarakat daerah setempat

sebagai obat jerawat. Di Jawa Tengah, ekstrak duri landak juga sering digunakan

untuk menyembuhkan penyakit gigi dan bisul (Sulistya 2007).

Landak adalah rodensia terbesar ketiga setelah capybara dan

berang-berang. Landak termasuk ke dalam ordo rodensia yang memiliki 28 spesies.

(17)

porcupine dan Erethizontidae atau new world porcupine (Macdonald 2006). New

world porcupine memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari pada old world

porcupine. Selain itu, new world porcupine merupakan famili landak yang dapat

memanjat pohon dan duri-durinya tidak tumbuh membentuk kelompok (Goodwin

1865).

Duri landak merupakan karakteristik atau ciri khas dari suatu spesies

landak yang dapat berbeda antara spesies landak satu dengan spesies landak yang

lainnya (Grzimek 1975). Hal menarik lainnya yang dapat ditemukan dari landak

adalah adanya pola duri yang berbeda-beda pada beberapa regio tubuh. Landak

mempunyai duri yang pipih di regio kepala, tubuh bagian depan serta bagian

ventral abdomen. Akan tetapi pada regio punggung, tubuh bagian samping, dan

ekor, duri pipih tersebut berdiferensiasi menjadi duri sejati. Ekor landak juga

tertutup oleh rambut yang mengalami modifikasi menjadi duri yang dapat

berderak (Macdonald 2006). Setiap jenis duri tersebut memiliki fungsi, ukuran,

dan pola warna yang berbeda. Perbedaan ukuran, warna, dan fungsi duri ini tidak

dimiliki oleh rodensia atau pun mamalia lainnya.

Variasi ukuran dan warna (morfologi) duri landak dapat digunakan untuk

menentukan taksonomi landak. Pengetahuan mengenai morfologi duri akan

mendukung pemahaman yang lebih lanjut tentang fisiologi pertumbuhan rambut

yang antara lain bermanfaat pada kajian dermatologi klinik maupun kosmetik.

Pengetahuan tentang kecepatan pertumbuhan rambut merupakan informasi

penting yang terkait dengan pengembangan pengobatan masalah dermatologi

tersebut. Landak dapat menjadi hewan model yang mewakili pada penelitian

dermatologi karena terdapat perbedaan morfologi dan pertumbuhan rambut serta

duri yang nyata di beberapa regio tubuh landak. Penelitian pada duri landak telah

dilakukan oleh Barthelmess (2006). Namun, penelitian tersebut hanya berkisar

mengenai jenis dan morfologi duri secara umum pada landak Afrika dan belum

(18)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi (panjang, diameter,

warna) dan pola distribusi duri pada Hystrix javanica.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah

tentang karakterisasi duri Hystrix javanica melalui morfologi dan pola distribusi

duri. Kajian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau pembanding dalam

meneliti duri jenis landak lainnya. Selain itu, hasil penelitian ini akan menjadi

data dasar bagi penelitian-penelitian yang terkait dengan fisiologi pertumbuhan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi dan Klasifikasi Landak

Landak merupakan hewan mamalia yang bersifat soliter dan nokturnal.

Landak memiliki ciri khas pada rambutnya. Secara umum, landak memiliki dua

macam rambut, yaitu rambut halus dan rambut yang mengeras atau duri. Seekor

landak mempunyai kurang lebih 30.000 duri di tubuhnya (Roze 1989). Duri-duri

landak merupakan alat pertahanan utama dari predator. Klasifikasi landak

menurut Corbet dan Hill (1992) adalah sebagai berikut:

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodensia

Subordo : Hystricomorpha

 Famili Hystricidae: Old World Porcupines

Atherurus africanus, African Brush-tailed Porcupine

Hystrix javanica, Sunda Porcupine/ Javan Porcupine Thecurus crassispinis, Bornean Porcupine

Thecurus pumilis, Philippine Porcupine

Thecurus sumatrae, Sumatran Porcupine

Trichys fasciculata, Long-tailed Porcupine

Famili Erethizontidae: New World Porcupines

Landak mempunyai panjang badan antara 40 sampai dengan 91 cm dan

panjang ekor berkisar antara 6 sampai dengan 25 cm. Bobot badan landak secara

normal berada di antara 5.4 sampai dengan 16 kg (tergantung spesies). Landak

memiliki bentuk tubuh lonjong dan cenderung untuk bergerak secara lambat.

Landak memiliki berbagai macam corak rambut dan duri, yaitu coklat, hitam,

(20)

dengan hedgehogs (Erinaceomorph) karena tubuh mereka sama-sama ditutupi

oleh duri. Padahal, landak dan hedgehogs mempunyai hubungan kekerabatan

filogenetik yang jauh (Vaughn et al. 2000).

Landak mempunyai daerah penyebaran yang cukup luas. Rata-rata landak

tinggal pada daerah tropis seperti Asia, Italia, Afrika, Amerika Selatan, dan

Amerika Utara. Habitat landak adalah hutan, padang pasir, tempat berbatu, lereng

bukit, dan padang rumput (Goodwin 1865).

duri-duri di punggung landak dapat menyebabkan hewan lain menjadi takut

terhadap landak. Hystrix cenderung hidup di tanah( Goodwin 1865).

Beberapa spesies Hystrix adalah hewan herbivora. Mereka memakan

buah, akar tanaman, dan umbi-umbian. Tetapi, beberapa spesies Hystrix lainnya

ada yang memakan tulang kering binatang. Tidak seperti rodensia lainnya,

Hystrix memiliki gigi seri yang sangat besar, sehingga dapat menghancurkan

tulang kering. Namun, Hystrix tidak memiliki gigi taring. Jumlah gigi Hystrix

adalah 20 (Grzimek 1975). Formula gigi Hystrix dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Formula gigi Hystrix

Sumber : Gale (2004)

Masa kebuntingan pada Hystrix adalah sekitar 100 sampai dengan 112 hari

(Van Aarde 1985). Hystrix termasuk hewan poliestrus. Seekor Hystrix biasanya

memiliki 2 sampai dengan 4 anak per kelahiran. Landak betina dapat melahirkan

sebanyak dua kali dalam setahun (Norsuhana et al. 2009). Sebelum melahirkan,

(21)

melahirkan. Landak yang baru dilahirkan memiliki duri-duri lembut yang akan

mengeras beberapa jam kemudian setelah kelahiran. Walaupun anak landak mulai

dapat memakan pakan keras setelah 2 minggu kelahiran, induk landak masih

harus menyusuinya selama 13 sampai 19 minggu postpartus (Van Aarde 1985).

Landak muda akan tinggal secara berkoloni sampai mereka mencapai umur dua

tahun. Sebelum mereka mencapai umur 2 tahun, mereka akan tinggal bersama

dengan induknya di dalam sarang (Norsuhana et al. 2009).

Di Indonesia, terdapat 3 jenis Hystrix. Namun, ketiganya hanya dikenal

dengan satu nama yaitu “landak”. Ketiga jenis landak tersebut adalah Malayan

porcupine (Hystrix brachyura), Sunda porcupine atau Javan porcupine (Hystrix

javanica), dan Sumatran porcupine (Hystrix sumatrae). Selain di Indonesia,

Malayan Porcupine dapat ditemui juga di Malaysia, Brunei Darussalam,

Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, China, Nepal, India, dan Banglades.

Sedangkan kedua jenis lainnya merupakan satwa endemik Indonesia. Hystrix

javanica merupakan satwa endemik Jawa dan Hystrix sumatra satwa endemik

Sumatera.

Hystrix Javanica

Hystrix javanica atau biasa dikenal sebagai landak ekor pendek Jawa.

Landak Jawa ditemukan oleh F. Cuvier pada tahun 1823 di Jawa (Grzimek 1975).

Landak Jawa memiliki karakteristik sebagai berikut: berat rata-rata sekitar 8 kg

dengan panjang tubuh sekitar 45.5 sampai dengan 73.5 cm. Panjang ekornya

berkisar antara 6 sampai dengan 13 cm (Gambar 1). Susunan dan struktur duri

landak Jawa menyerupai subgenus Thecurus (Grzimek 1975).

Landak Jawa terdapat di sekitar Pulau Jawa, Lombok, Madura, Flores, dan

Sumbawa. Landak Jawa dapat ditemukan di hutan, dataran rendah, kaki bukit,

dan area pertanian. Pakan landak Jawa dapat berupa buah-buahan, sayur-sayuran,

(22)

Gambar 1 Hystrix javanica.

Landak Jawa memiliki ekor yang pendek (6 cm sampai dengan 13 cm) dengan panjang tubuh berkisar antara 45.5 cm sampai dengan 73.5 cm. Bar 10 cm.

Rambut

Rambut adalah struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi

epitel epidermis. Warna, ukuran, dan penyebarannya bervariasi sesuai spesies,

umur, jenis kelamin, dan bagian tubuh (Dyce et al. 2002). Rambut berfungsi

sebagai penyekat, pelindung, dan reseptor sensoris. Jumlah rambut pada hewan,

khususnya hewan domestik, secara langsung berhubungan dengan ukuran dan

banyaknya folikel rambut yang terdapat di dalam kulit.

Secara sederhana, rambut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang

rambut dan akar rambut (Aspinall dan O‟Reilly 2004). Batang rambut masih

dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian: kutikula, cortex, dan medulla. Kutikula

adalah lapisan epitel yang telah mengalami proses kornifikasi. Kutikula juga

merupakan bagian yang akan berhubungan dengan sel kutikula akar rambut.

Batang rambut sebagian besar dibentuk oleh bagian cortex. Cortex merupakan

daerah yang terdiri dari beberapa lapisan sel yang mengalami proses kornifikasi

oleh „hard‟ keratin. Lapisan sel tersebut juga mengandung pigmen. Bagian

terakhir dari batang rambut, daerah medulla terdiri dari sel-sel yang berbentuk

kuboid (Akers dan Denbow 2008).

Pertumbuhan rambut dimulai ketika sel-sel di bagian apex akar rambut

berkembang menjadi sel medulla yang baru. Sel medulla kemudian berkembang

(23)

dengan pertumbuhan epidermis. Sel-sel yang terdapat di bawah secara progresif

akan menggantikan sel-sel di atasnya (Akers dan Denbow 2008). Dalam beberapa

kasus, rambut dapat berdiri karena adanya kontraksi dari musculus arrector pili.

m. arrector pili merupakan lapis otot halus yang melekat pada jaringan ikat di

sekitar folikel rambut dan bagian batang rambut di bawah kulit (Aspinall dan

O‟Reilly 2004).

Pertumbuhan rambut memiliki dua fase, fase tumbuh dan fase istirahat.

Fase tumbuh merupakan fase ketika rambut akan terus menerus tumbuh. Rambut

tidak akan mengalami proses pertumbuhan ketika berada di fase istirahat. Kedua

fase ini tidak berlangsung secara sinkron di semua bagian tubuh atau bahkan di

daerah yang sama (Aspinall dan O‟Reilly 2004). Lama masa pertumbuhan dan

masa istirahat rambut juga bervariasi sesuai daerah tubuh. Siklus pertumbuhan

rambut dibagi menjadi tiga fase: anagen, katagen, dan telogen (Gambar 2).

Rambut berasal dari proliferasi sel di dalam folikel rambut selama masa anagen.

Penambahan sel secara kontiyu akan menghasilkan proses elongasi menjadi

batang rambut. Penghentian proses elongasi terjadi ketika aktivitas mitosis dari

sel basal menurun. Katagen adalah fase peralihan. Sel-sel di folikel rambut

secara progresif diubah menjadi semakin solid, banyak mengandung masa keratin,

dan bagian distal dari folikel akan menjadi semakin tipis. Folikel rambut akan

terdorong menuju ke lapisan atas dan papilla akan menghilang. Setelah itu,

struktur rambut yang baru akan muncul. Formasi dari pembentukan folikel akan

dimulai dengan fase telogen yang dapat berlangsung selama beberapa minggu

(24)

a

Gambar 2 Skema siklus pertumbuhan rambut (Akers dan Denbow 2008).

Pertumbuhan rambut mulai berjalan lambat pada fase akhir anagen (a). Setelah itu, folikel rambut akan mengalami kontriksi pada fase awal katagen (b). Pada fase akhir katagen, folikel rambut akan terdorong menuju ke lapisan atas dan papilla akan menghilang (c). Folikel dan batang rambut baru mulai terbentuk pada fase awal anagen (d). Pertumbuhan folikel rambut baru akan mengikuti alur yang sama dengan folikel rambut sebelumnya.

Duri Landak

Landak mempunyai sistem pertahanan diri yang unik. Landak

mempertahankan dirinya dengan menggunakan duri pelindung atau duri

pertahanan. Duri pelindung berfungsi untuk menyembunyikan atau menutupi tubuhnya pada saat landak dalam keadaan terancam (Parker 1990). Panjang duri

landak pada bagian wajah hanya sekitar 1.2 cm, sedangkan pada bagian

punggung, panjang rambut landak bisa mencapai 12.5 cm (Goodwin 1865).

Setiap duri yang ada pada tubuh landak tertanam di dalam kulit. Duri

melekat pada otot yang berfungsi sebagai penarik duri tersebut ke atas (penegang)

ketika ada ancaman yang mendekat (Grzimek 1975). Batang

rambut

Kelenjar sebaseus

(25)

Duri-duri pertahanan landak akan ditegangkan ketika landak merasa

terancam oleh predator. Landak mampu menghempaskan duri-duri pertahanannya

ke tubuh predator ketika predator mendekati landak. Duri-duri pertahanan

tersebut dapat terlepas dan menancap pada tubuh predator. Duri-duri yang hilang

tersebut akan diganti oleh duri-duri baru. Duri-duri baru ini akan tetap berada

atau tertanam di dalam kulit sampai mereka tumbuh sempurna. Pertumbuhan duri

baru akan sama dengan proses pertumbuhan rambut pada umumnya (Akers dan

Denbow 2008).

Landak menggunakan duri-durinya dengan dua cara, defensive (bertahan)

dan offensive (menyerang). Cara defensive digunakan ketika musuh akan

mendekat atau menganggu landak. Pada saat ini, duri-duri landak akan

menegang. Cara offensive dilakukan dengan menusukkan sejumlah duri pada

bagian tubuh musuh. Duri landak yang tertancap pada daging akan terus masuk

atau berpenetrasi ke dalam daging. Duri landak tersusun oleh matrik yang

(26)

METODOLOGI

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada kandang hewan coba yang terletak di Unit

Rehabilitasi dan Reproduksi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi serta

di Laboratorium Anatomi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi,

Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

selama 7 bulan, yaitu dari bulan Agustus 2010-Februari 2011.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan 5 ekor landak Hystrix javanica dewasa yang

memiliki bobot badan antara 7-9 kg. Empat landak berjenis kelamin jantan dan

satu landak berjenis kelamin betina. Seluruh landak Jawa tersebut telah

diaklimatisasi selama 1 tahun. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian

ini terdiri atas xylazin HCl 2%, ketamin HCl 10%, alkohol 70%, dan aquades.

Alat-alat yang digunakan antara lain penggaris, digital mikrokaliper, spidol,

kantong plastik, staples, gunting, isolasi, label, dan jarum suntik (syringe).

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan untuk penelitian ini terbuat dari stainless steel.

Satu buah kandang berisi 1 ekor landak. Satu kandang khusus disediakan untuk

proses anaesthesia. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air

minum yang terbuat dari stainless steel.

Rancangan Penelitian Pembiusan

Landak dibius dengan menggunakan xylazin HCl 2% dan ketamin HCl

10%. Dosis xylazin adalah 2 mg/kg BB dan dosis ketamin adalah 5 mg/kg BB.

Penyuntikan anastetikum ini dilakukan secara intra muscular/ IM pada otot di

(27)

Pengamatan duri secara makroskopis

Pengamatan duri dilakukan segera setelah hewan terbius. Duri yang diamati berasal dari regio capitis/ kepala sampai dengan regio coccygeal/ ekor. Daerah pengamatan duri dibagi menjadi sebelas regio yaitu: capitis (CA), cervical (CE), dorsal scapula (DS), dorsal thorakal 1 (DT1), lateral thorakal 1 (LT1), thorakal 2 (T2), lumbal (LL), dorsal femur (DF), pangkal coccygeal (PC), median coccygeal (MC), dan apikal coccygeal (AC). Kesebelas regio tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Pemilihan 11 regio karena pada kesebelas regio tersebut terlihat pola duri yang berbeda antar satu sama lain. Sampel duri landak diambil dari kelompok-kelompok duri yang ada pada tiap regio secara acak. Kelompok duri yang dipilih adalah kelompok duri yang memiliki jumlah duri lengkap.

Gambar 3 Pembagian 11 regio pengamatan duri.

Capitis (CA), cervical (CE), dorsal scapula (DS), dorsal thorakal 1 (DT1), lateral thorakal 1 (LT1), thorakal 2 (T2), lumbal (LL), dorsal femur (DF), pangkal coccygeal (PC), median coccygeal (MC), dan apikal coccygeal (AC). Bar 10 cm.

Pengukuran duri

Duri yang telah diambil diukur dengan menggunakan digital mikrokaliper dan penggaris. Pengamatan dilakukan terhadap warna, panjang, dan diameter

duri. Bagian-bagian diameter yang diamati adalah diameter bagian pangkal duri (a), diameter tengah duri (b), dan 2 mm dari ujung duri yang mengarah ke apikal (c). Pengukuran diameter bagian tengah duri dilakukan pada bagian yang terbesar dari duri. Panjang tiap duri diukur berdasarkan pola warnanya, yaitu putih I, hitam, dan putih II. Lokasi pengukuran dari sebuah duri dapat dilihat pada Gambar 4.

(28)

Gambar 4 Lokasi pengukuran diameter dan panjang duri.

Panjang duri didapat dari total panjang putih (x), hitam (y), dan putih II (z). Pengukuran diameter dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: bagian duri yang menempel pada tubuh (a), diameter duri terbesar (b), dan 2 mm dari ujung duri (c).

Pengukuran diameter (a,b,c) dan panjang (x,y,z) dilakukan sebanyak 2 kali

pengulangan. Total duri yang diukur dari semua regio adalah sebanyak 740 duri.

Hasil yang digunakan pada penelitian ini merupakan rata-rata dari hasil

pengukuran pertama dan kedua. Kemudian hasil yang didapat dianalisa secara

deskriptif.

Untuk menguji bahwa pola kelompok duri memiliki bentuk seperti kipas

dan panjang kelompok duri tiap regio berbeda, maka hasil panjang (x,y,z) diuji

dengan menggunakan uji keragaman atau ANOVA (Analysis of Variants)

rancangan percobaan acak lengkap dan acak kelompok, serta uji Duncan. Uji

keragaman rancangan acak kelompok dilakukan pada perhitungan untuk mencari

pola kelompok duri berbentuk kipas dan uji keragaman rancangan acak lengkap

dilakukan pada panjang kelompok tiap regio. Pengukuran pencarian pola

kelompok duri menggunakan 5 duri dari tiap kelompok di tiap regio. Pemilihan

(29)

Gambar 5 Pemilihan 5 duri untuk uji keragaman dan uji Duncan pada pola kelompok duri yang berbentuk seperti kipas.

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Rambut

Landak Hystrix javanica memiliki tiga macam bentuk rambut: rambut

halus (seperti rambut pada mamalia lain), rambut peraba, dan duri. Rambut halus dan duri terdapat di seluruh bagian tubuh landak, kecuali pada bagian hidung,

mulut, daun telinga, dan telapak kaki (Barthelmess 2006). Rambut halus dan duri tumbuh membentuk kelompok yang menyerupai suatu pola tertentu (Gambar 6).

Fungsi dari rambut halus adalah sebagai pelindung dari cuaca panas maupun dingin, membantu mengatur proses homeostasis tubuh, dan sebagai reseptor sensoris (Akers dan Denbow 2008). Rambut peraba berwarna hitam dan putih terdapat di bawah hidung dan di sekitar pipi landak (Gambar 7). Rambut peraba merupakan rambut khusus yang tumbuh dari folikel hipodermis. Folikel-folikel tersebut dikelilingi oleh saraf yang responsif terhadap rangsangan mekanik seperti

sentuhan atau gerakan (Aspinall dan O‟Reilly 2004).

Gambar 6 Rambut halus pada regio lumbal (a dan b).

Tanda panah hitam menunjukkan rambut-rambut halus yang berwarna putih dan tumbuh di sela-sela duri. Bar 2 cm.

Duri-duri yang terdapat pada tubuh landak dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu duri pipih, duri sejati, duri transisi, dan duri berderak (Gambar 8). Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Barthelmess (2006) pada landak Afrika (Hystrix africaeaustralis). Duri-duri ini tersebar dengan pola penyebaran

yang bervariasi sesuai regio tubuh dan jenis duri. Beberapa regio hanya terdiri dari satu jenis duri dan regio lainnya dapat terdiri dari dua jenis duri. Distribusi

(31)

Gambar 7 Rambut peraba.

Tanda panah hitam menunjukkan rambut peraba yang hanya terdapat di regio capitis (CA). Bar 10 cm.

Tabel 2 Distribusi rambut dan duri pada 11 regio tubuh Jenis Rambut dan

Duri

Regio

CA CE DS DT1 LT1 T2 LL DF PC MC AC

Rambut halus + + + + + + + + + + -

Rambut peraba + - - - -

Duri pipih + + + + + - - - -

Duri sejati - - - + + + + + -

Duri transisi - - - + - + + -

Duri berderak - - - +

Keterangan: + Jenis duri tersebut terdapat pada suatu regio - Jenis duri tersebut tidak terdapat pada suatu regio

CA: capitis, CE: cervical, DS: dorsal scapula, DT1: dorsal thorakal 1, LT1: lateral thorakal 1, T2: thorakal 2, LL: lumbal, DF: dorsal femur, PC: pangkal coccygeal, MC: median coccygeal, AE: apikal coccygeal.

(32)

Duri sejati memiliki diameter yang cukup besar, sehingga bentuknya tebal.

Selain itu, duri sejati memiliki ujung yang sangat tajam, relatif tidak fleksibel, dan

memiliki penampang berbentuk bulat seperti yang digambarkan oleh Barthelmess

(2006) pada landak Afrika. Duri sejati memiliki pola warna hitam belang putih

dan putih belang hitam belang putih. Duri-duri sejati merupakan duri-duri yang

terdapat pada regio T2, LL, DF, PC, dan MC. Duri-duri tersebut dapat menancap

ke tubuh predator landak, sehingga dianggap sebagai alat pertahanan primer

(Goodwin 1865).

Jenis duri yang ketiga adalah duri transisi. Duri transisi memiliki

penampang bulat kecil dan sangat panjang. Duri transisi merupakan duri yang

memiliki diameter tengah duri terkecil, lebih fleksibel atau lentur, dan memiliki

ukuran paling panjang dari ketiga jenis duri lainnya. Duri transisi hanya memiliki

satu macam pola warna, yaitu putih belang hitam belang putih. Duri jenis ini

terdapat di sebelah kanan atau kiri dari duri terbesar di beberapa kelompok duri

pada regio LL, PC, dan MC. Duri ini hanya berjumlah satu buah pada satu

kelompok duri. Barthelmess (2006) menyatakan bahwa duri transisi merupakan

transisi dari duri sejati dan rambut peraba dalam hal panjang, diameter, dan

fleksibilitas. Duri ini diduga memiliki fungsi sebagai alat sensoris. Selain itu,

duri transisi diduga berfungsi untuk menambah volume penegangan duri-duri

sejati ketika duri menegang pada regio LL, PC, dan MC. Hal ini bertujuan agar

duri-duri sejati terlihat lebih banyak dan mengembang, sehingga predator menjadi

takut dengan landak.

Jenis duri terakhir adalah duri berderak yang terdapat pada regio AC. Duri

berderak memiliki bentuk yang paling berbeda dari duri-duri lainnya. Pada

landak Jawa, duri pada regio AC berbentuk seperti gelas piala kecil berwarna

putih yang dapat mengeluarkan bunyi gemerincing seperti suara ular derik ketika

landak merasa terancam oleh predator (Grzimek 1975). Hal ini serupa dengan

landak Afrika (Barthelmess 2006). Duri pada AC akan menghasilkan bunyi

karena saling tertekan atau terguncang antara duri yang satu dengan duri yang

(33)

b

Gambar 8 Empat jenis duri landak.

Duri pipih terdapat pada regio capitis, cervical, dorsal scapula, dorsal thorakal 1, dan lateral thorakal 1 (a). Duri sejati terdapat pada regio thorakal 2, lumbal, dorsal femur, pangkal coccygeal, dan median coccygeal (b). Duri transisi terdapat di beberapa kelompok pada regio lumbal, pangkal coccygeal, dan median coccygeal (c). Duri berderak hanya terdapat pada apikal coccygeal (d). Bar 1 cm.

Duri-duri sejati merupakan duri yang paling sering rontok, baik rontok

karena menancap pada musuh atau karena waktu pergantian duri (moulting). Pada

mamalia, rambut akan tumbuh terus menerus selama fase anagen. Fase anagen

adalah fase ketika folikel rambut mengalami proliferasi. Setelah fase anagen,

rambut akan mengalami fase katagen atau fase peralihan dari fase anagen menjadi

fase telogen. Proliferasi folikel rambut akan berhenti sementara ketika rambut

berada pada fase telogen atau fase istirahat (Akers dan Denbow 2008). Duri sejati

pada regio T2, LL, DF, PC, dan MC diduga memiliki fase anagen yang lebih

dominan, sehingga laju pertumbuhan duri berlangsung cepat. Duri-duri yang

terdapat pada regio CA sampai dengan LT1 dan AC diduga memiliki fase katagen

dan telogen yang lebih lama dari pada regio T2 sampai dengan MC. Oleh sebab

itu, duri-duri pada regio CA sampai dengan LT1 dan AC lebih jarang mengalami

moulting.

a

(34)

Panjang dan Diameter Duri

Pola khas yang terbentuk pada kelompok duri dapat diamati dari

perubahan warna dan ukuran duri. Kesebelas regio tersebut memiliki pola yang

berbeda satu sama lain, baik dilihat dari warna dan atau ukuran durinya. Hasil

pengukuran diameter dan panjang duri dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil rataan pengukuran diameter dan panjang seluruh duri di tiap regio

Regio Diameter (mm)

Dari Tabel 3 didapat bahwa rata-rata diameter duri terkecil 0.14 mm, 0.57

mm, 0.17 mm (a,b,c) terdapat pada regio CA. Duri-duri pada regio CA banyak

didominasi oleh warna hitam. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran panjang y

3.34±0.7 cm, sedangkan x dan z hanya 0.15±0.15 cm dan 0.18±0.18 cm. Secara

makroskopis, duri pada regio CA tampak seperti rambut halus (Gambar 9).

Duri-duri pada regio CE dan DS memiliki ukuran diameter dan panjang

yang tidak terlalu jauh berbeda satu sama lain. Pola warna duri pada regio CE dan

DS juga banyak didominasi oleh warna hitam (Gambar 9). Panjang y pada regio

CE dan DS adalah 4.18±0.45 cm dan 4.41±0.12 cm. Perbedaan antara duri pada

regio CE dan DS terletak di panjang x. Regio CE tidak memiliki duri dengan

pangkal duri yang berwarna putih (x= 0 cm), sedangkan pada regio DS terdapat

beberapa kelompok duri yang memiliki pangkal duri berwarna putih (x=

0.38±0.38 cm). Duri-duri pada regio CA, CE, dan DS ini cenderung berbentuk

kecil dan pipih dengan kedua ujung yang meruncing. Hal ini sesuai dengan

(35)

Duri-duri pada regio thorakal memiliki pola warna putih belang hitam

belang putih. Pada DT1 dan LT1 warna putih di kedua sisi duri relatif sedikit. Hal

ini dapat dilihat dari rata-rata panjang x pada DT1 hanya 0.77 cm dan pada LT1

hanya 0.87 cm. Rata-rata panjang z pada DT1 adalah 0.47 cm dan pada LT1 0.56

cm. Duri pada DT1 dan LT1 berbentuk pipih dan meruncing di kedua ujungnya

(Gambar 9).

Duri pada regio T2 mengalami peningkatan ukuran secara progresif

(Gambar 9). T2 memiliki rata-rata diameter yang cukup lebar, yaitu a=1.02 mm,

b= 2.64 mm, c=0.82 mm, sehingga berbentuk agak oval dengan kedua ujung yang

meruncing. Pola warna duri putih belang hitam belang putih mulai terlihat jelas

pada regio T2. Hal ini terlihat dari rata-rata panjang x= 1.9 cm, y= 3.93 cm, dan

z= 1.19 cm.

(36)

Gambar 9 Macam-macam ukuran dan pola warna duri di sepuluh regio.

Regio capitis (CA) memiliki duri yang secara makroskopis terlihat seperti rambut biasa. Regio capitis (CA), cervical (CE), dorsal scapula (DS), dan lateral thorakal 1 (LT1) didominasi oleh pola warna hitam. Pada regio thorakal 2 (T2) sampai dengan regio median coccygeal (MC) memiliki duri berpenampang bulat. Ukuran duri bertambah secara signifikan dimulai dari regio thorakal 2 (T2). Regio lumbal (LL) memiliki ukuran diameter dan panjang duri yang terbesar. Bar 1 cm.

CA

LL DF

T2

CE DS LT1

(37)

Duri-duri pada regio CA merupakan duri terkecil. Semakin ke kaudal

secara berturut-turut dari regio CE, DS, DT1, LT1, T2, dan LL, ukuran duri akan

membesar. Duri akan kembali mengecil pada regio DF, PC, dan MC. Panjang

duri dari seluruh regio telah diuji dengan uji keragaman rancangan acak lengkap

dan uji Duncan. Hasil dari uji keragaman adalah P= 0,000 atau sangat berbeda

nyata. Hasil dari uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji Duncan dari panjang duri di seluruh regio

LL T2 DF MC DS CE PC DT1 LT1 CA

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa duri dari regio CA ke regio T2 rata-rata

mengalami pertambahan ukuran diameter dan panjang. Regio LL memiliki hasil

berbeda nyata dengan kesembilan regio lainnya karena regio LL memiliki duri

terpanjang dari regio lainnya. Hal ini diduga karena duri-duri pada regio LL

merupakan duri-duri pertahanan paling utama pada landak. Ukuran duri pada

regio DF tidak berbeda nyata dengan T2. Demikian juga dengan duri di regio MC

tidak berbeda nyata dengan duri di regio DS. Selain itu, duri-duri pada regio PC

juga tidak berbeda nyata dengan duri-duri pada regio DS dan CE. Hal ini

menunjukkan bahwa dari regio CA ke arah kaudal, duri terus membesar sampai

(38)

Pola Warna Duri

Pola warna duri berbeda antar spesies landak. Landak Afrika memiliki

pola warna duri sejati yang hampir mirip pada beberapa regio kaudal. Pola warna

putih belang hitam belang putih pada duri-duri sejati pada landak Afrika

berbentuk sejajar antara duri yang satu dengan duri yang lain (Barthelmess 2006).

Pada landak Jawa, pola warna duri tiap regio berbeda-beda. Persentase pola

warna duri landak berkorelasi dengan pembagian daerah penghitungan panjang

(x,y,z) duri landak. Persentase pola warna duri landak didapatkan dari banyaknya

frekuensi ditemukannya x,y,z di tiap regio. Hasil persentase frekuensi munculnya

pola warna dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 5.

Tabel 5 Persentase frekuensi munculnya pola warna duri landak pada tiap regio

Regio Warna

PC 75.7±22.71 98.88±1.58 90.14±10.79

MC 87.38±11.85 98 96.75±1.77

AC 100 - -

Keterangan: Frekuensi putih I (x) dan putih II (z) meningkat ke arah kaudal Warna hitam (y) terdapat di setiap regio kecuali pada regio apikal coccygeal.

Duri memiliki berbagai macam variasi warna mulai dari hitam, putih,

putih belang hitam, hitam belang putih, dan putih belang hitam belang putih. Standar deviasi yang terdapat pada Tabel 5 memiliki nilai yang sangat bervariasi.

Hal ini dikarenakan warna duri landak yang sangat bervariasi pula. Tiap kelompok duri pada satu regio belum tentu memiliki persentase putih I (x), hitam

(39)

memiliki warna hitam di bagian durinya, kecuali pada regio AC, axila, dan ventral cervical. Di sisi lain, tiap regio juga terdapat ujung duri yang berwarna putih. Persentase duri dengan ujung duri yang berwarna putih II (z) terbanyak terdapat pada regio MC, yaitu sebesar 96.75%, sedangkan persentase terkecil terdapat di regio CA, yaitu sebesar 17.5%. Persentase duri dengan pangkal duri yang berwarna putih I (x) paling banyak terjadi pada regio LL, yaitu sebesar 100%. Duri yang terdapat pada regio CE tidak memiliki pangkal duri yang berwarna putih. Pola warna duri pada regio CE adalah hitam belang putih. Duri pada regio CA, CE, DS, dan DT1 didominasi oleh warna hitam. Pada ventral cervical dan sternum terdapat duri berbentuk pipih yang berwarna putih.

(40)

Gambar 10 Hubungan pola pigmentasi kulit dan siklus pertumbuhan duri (Suzuki et al. 2003).

Pola pigmentasi duri ditentukan oleh periode osilasi pigmen. Landak memiliki periode osilasi pigmen yang pendek, sehingga duri dapat memiliki beberapa macam variasi warna.

Pola Distribusi Kelompok Duri

Duri landak tumbuh membentuk kelompok-kelompok atau grup-grup.

Distribusi kelompok duri landak juga membentuk suatu pola. Distribusi

kelompok duri landak menyerupai pola sisik pada ikan (Gambar 11). Penyebaran

kelompok duri landak yang berpola seperti pola sisik pada ikan memiliki satu

keuntungan. Dengan berpola seperti pola sisik pada ikan, duri terpanjang di satu

kelompok pada suatu regio tidak akan menumpuk dengan duri terpanjang

kelompok di bawahnya, sehingga ketika duri menegang, duri tersebut tidak akan

menusuk tubuh landak.

Gambar 11 Pola distribusi kelompok duri di bagian dorsal tubuh landak.

Pola distribusi kelompok duri menyerupai pola sisik pada ikan. Semakin besar ukuran suatu kelompok duri maka jumlah kelompok tersebut dalam suatu regio akan semakin sedikit dan berjarak renggang. Lingkaran hitam merupakan regio lateral thorakal 1 (LT1).

(41)

Masing-masing kelompok duri dari tiap regio memiliki jumlah duri yang berbeda-beda. Panjang kelompok di berbagai daerah akan berbeda karena panjang kelompok akan mengikuti jumlah dan diameter duri yang ada pada kelompok duri regio tersebut. Semakin banyak jumlah dan besar diameter duri, ukuran kelompok duri akan semakin panjang. Kelompok duri pipih yang terdapat pada regio CA sampai dengan LT1 memiliki jarak yang sempit antar kelompok duri. Duri sejati yang terdapat pada regio T2 sampai dengan MC memiliki jarak antar kelompok yang lebih renggang bila dibandingkan dengan kelompok duri pipih. Semakin panjang ukuran kelompok duri maka jarak antar kelompok duri semakin renggang dan jumlah kelompok duri akan semakin sedikit. AC memiliki ukuran kelompok paling kecil karena hanya memiliki satu duri tiap kelompoknya. Ukuran kelompok duri terpanjang terdapat pada regio LL. Regio LL memiliki diameter duri terbesar dan jumlah duri yang banyak. Jumlah duri tiap kelompok akan terus meningkat dari regio CA sampai dengan regio T2. Hal tersebut sebanding dengan ukuran kelompok duri. Ukuran kelompok duri terus memanjang dari regio CA sampai dengan regio LL dan kembali mengecil dari regio DF sampai dengan AC. Jumlah duri pada setiap kelompok pada 11 regio yang diamati dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah duri pada tiap kelompok duri di masing-masing regio

(42)

Gambar 12 Pola seperti kipas pada kelompok duri di regio lumbal.

Duri terpendek ditunjukkan oleh nomor 1 dan 5. Duri terpendek selalu berada di sisi lateral kanan dan kiri. Duri dalam satu kelompok akan terus memanjang dan membesar hingga mencapai duri terpanjang dan terbesar yang terdapat di tengah-tengah kelompok (3). Setelah itu, ukuran duri mengecil dan memendek kembali ke arah lateral. Bar 1 cm.

Kelompok duri pada regio CA, CE, dan DS memiliki bentuk seperti kipas

berukuran kecil. Contoh bentuk kelompok duri yang berpola seperti kipas

berukuran kecil pada regio CE dapat dilihat pada Gambar 13. Perbedaan ukuran

(tinggi dan diameter) antar tiap duri dalam satu kelompok pada ketiga regio

tersebut tidak nyata. Kelompok duri yang berpola seperti kipas berukuran kecil

memiliki komposisi jenis duri yang homogen. Jenis duri yang terdapat pada

kelompok duri berpola seperti kipas berukuran kecil adalah duri pipih. Pola duri

berbentuk seperti kipas berukuran kecil yang terdapat pada ketiga regio ini telah

diuji dengan uji keragaman dan hasilnya adalah P= 0.131 atau tidak berbeda

nyata.

Gambar 13 Contoh bentuk kipas berukuran kecil pada regio cervical.

(43)

Dilihat dari ukuran duri, regio DT1, LT1, dan MC memiliki ukuran panjang serta diameter duri yang tidak jauh berbeda. Bentuk kipas yang terbentuk dari ketiga regio ini juga mempunyai kesamaan, yaitu berbentuk seperti kipas berukuran sedang. Setelah diuji melalui uji keragaman didapat bahwa ketiga regio ini memiliki panjang dan diameter duri yang berbeda tidak terlalu nyata. Hasil uji keragaman adalah P= 0.048. Perbedaan ini diuji kembali dengan menggunakan uji Duncan. Hasil uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 7. Panjang duri sebelah lateral kanan dan kiri dalam satu kelompok memiliki ukuran panjang dan diameter duri yang tidak berbeda. Ukuran duri paling lateral dan duri yang terletak di antara duri paling lateral dengan duri terbesar memiliki ukuran yang tidak terlalu berbeda nyata dengan duri terbesar. Hasil dari uji Duncan dapat menunjukkan bahwa ketiga regio tersebut memiliki bentuk kelompok duri yang berpola seperti kipas berukuran sedang (Gambar 14).

Gambar 14 Contoh bentuk kipas berukuran sedang pada regio thorakal 1.

Terdapat perbedaan yang tidak terlalu nyata antara tinggi duri yang satu dengan duri yang lain dalam satu kelompok. Panjang duri nomor 1 dan 5 tidak berbeda nyata dengan panjang duri nomor 2 dan 4. Namun, panjang duri nomor 1 dan 5 berbeda nyata dengan panjang duri nomor 3. Panjang duri nomor 2 dan 4 tidak berbeda nyata dengan panjang duri nomor 3. Bar 1cm

Tabel 7 Hasil uji Duncan pada perbedaan ukuran duri di regio dorsal thorakal 1, lateral thorakal 1, dan median coccygeal

(44)

Pola bentuk seperti kipas berukuran besar dari duri-duri sejati terdapat

pada regio T2, LL, DF, dan PC. Uji keragaman telah dilakukan pada

masing-masing regio tersebut. Hasil yang didapat dari keempat uji keragaman pada

masing-masing regio adalah P= 0.000 atau berbeda sangat nyata. Selanjutnya, uji

Duncan dilakukan pada keempat regio tersebut. Keempat regio tersebut memiliki

hasil kesimpulan uji Duncan yang sama. Hasil uji Duncan pada T2 dapat dilihat

pada Tabel 8 dan uji Duncan pada ketiga regio lainnya dapat dilihat pada

lampiran.

Tabel 8 Hasil uji Duncan dari perbedaan ukuran di regio thorakal 2

3 4 2 5 1

Pada kelompok duri yang berpola seperti kipas berukuran besar terdapat

perbedaan panjang yang sangat berbeda nyata antar tiap duri dalam satu kelompok

(Gambar 15). Hasil yang didapat dari uji Duncan pada keempat regio ini adalah

tinggi duri di kedua sisi lateral kanan dan kiri tidak berbeda nyata. Panjang duri

pada sisi-sisi lateral tersebut berbeda nyata dengan duri terbesar serta duri yang

berada di antara sisi lateral dan duri terbesar. Duri yang terletak di antara sisi

lateral kanan dan duri terbesar memiliki tinggi yang sama atau tidak berbeda nyata

dengan duri yang terletak di antara sisi lateral kiri dan duri terbesar. Namun,

duri-duri di antara sisi-sisi lateral dengan duri-duri terbesar di kelompok duri-duri tersebut

memiliki panjang yang berbeda nyata. Duri terbesar pada regio T2, LL, DF, dan

PC merupakan duri yang paling panjang dari antara duri-duri lainnya dalam satu

kelompok dan diduga memiliki fungsi sebagai duri pertahanan paling utama dari

(45)

Gambar 15 Contoh bentuk kipas berukuran besar pada regio thorakal 2.

Terdapat perbedaan nyata antara tinggi duri yang satu dengan duri yang lain dalam satu kelompok. Duri yang terletak pada nomor 1 dan 5 memiliki panjang yang berbeda nyata dengan duri pada nomor 2, 3, dan 4. Duri yang terletak pada nomor 2 dan 4 memiliki panjang yang berbeda nyata dengan duri nomor 3. Bar 1cm.

Ketiga bentuk pola kipas (kecil, sedang, besar) menunjukkan adanya

diferensiasi morfologi duri sesuai dengan regio dan fungsinya. Bentuk pola kipas

kecil yang terdiri atas duri pipih memiliki ukuran yang homogen. Bentuk pola

seperti kipas sedang yang terdapat pada regio DT1, LT1, dan MC menunjukkan

bahwa duri mulai membesar dan memanjang. Selain itu, kesamaan pola antara T1

dan MC memperlihatkan bahwa ukuran duri akan kembali mengecil pada regio

DF, PC, dan MC. Bentuk pola kipas yang terakhir adalah bentuk pola seperti

kipas berukuran besar. Pola ini terdiri atas duri sejati yang diduga berfungsi

sebagai alat pertahanan utama.

Komposisi Kelompok Duri

Regio LL, PC, dan MC memiliki dua komposisi kelompok duri yang

berbeda. Komposisi pertama adalah komposisi kelompok duri yang hanya terdiri

atas satu jenis duri yaitu kelompok duri sejati (Gambar 16). Komposisi kedua

adalah komposisi kelompok duri yang terdiri atas dua jenis duri, yaitu memiliki

duri sejati dan duri transisi. Ciri khas lain yang terlihat dari pola kelompok kedua

ini adalah letak duri transisi selalu berada di sebelah kanan atau kiri dari duri

terbesar di kelompok LL, PC, dan MC (Gambar 17). 1

4 3

2

(46)

Gambar 16 Contoh pola duri pertama dengan komposisi satu jenis duri pada regio thorakal 2.

Pola duri pertama bisa juga terdiri atas duri pipih saja pada regio CA, CE, DS, DT1, LT1, dan ventral abdomen. Bar 1 cm.

Gambar 17 Contoh pola duri kedua yang terdiri atas dua jenis duri pada regio lumbal.

Pola duri kedua terdiri atas duri sejati dan duri transisi. Pola duri kedua ini terdapat pada beberapa kelompok duri di regio LL, PC, dan MC. Duri transisi akan selalu berada di samping duri terbesar pada kelompok duri (tanda panah).

Penelitian ini telah memperlihatkan bahwa secara umum landak Jawa

memiliki empat jenis duri yang dapat dibedakan berdasarkan morfologinya.

Kelompok duri pada landak Jawa memiliki pola dan komposisi duri yang berbeda

(47)

SIMPULAN

Berdasarkan morfologi duri, duri landak Jawa dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu duri pipih, duri sejati, duri transisi, dan duri berderak. Keempat jenis duri tersebut memiliki warna yang berbeda-beda. Secara umum, duri pipih berwarna hitam, putih, putih kombinasi hitam, dan putih kombinasi hitam kombinasi putih. Duri sejati hanya memiliki dua pola warna, yaitu putih kombinasi hitam dan putih kombinasi hitam kombinasi putih. Duri transisi hanya memiliki warna putih kombinasi hitam kombinasi putih. Sedangkan duri berderak hanya berwarna putih.

Berdasarkan pola distribusi, duri pipih terdistribusi pada regio capitis, cervical, dorsal scapula, dorsal thorakal 1, lateral thorakal 1, dan ventral abdomen. Duri sejati terdistribusi pada regio thorakal 2, lumbal, dorsal femur, pangkal coccygeal, dan median coccygeal. Duri transisi hanya terdapat pada tiga regio, yaitu lumbal, pangkal coccygeal, dan median coccygeal. Duri berderak hanya terdapat pada regio apikal coccygeal. Duri-duri landak Jawa tumbuh pada kelompok duri yang membentuk pola seperti pola sisik pada ikan. Setiap kelompok dapat terdiri atas satu jenis duri dan dua jenis duri. Kelompok yang memiliki dua jenis duri, yaitu duri transisi dan sejati terdapat pada regio lumbal, pangkal coccygeal, dan median coccygeal.

SARAN

Diharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam mengenai histologi

duri landak untuk mendukung penelitian ini. Hasil penelitian dari histologi duri

akan member informasi yang lebih mendalam mengenai fisiologi kecepatan

tumbuh duri landak. Selain itu, landak merupakan hewan yang sangat potensial

sebagai satwa harapan. Oleh sebab itu, penelitian mengenai komposisi daging

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Akers RM, Denbow DM. 2008. Anatomy and Physiology of Domestic Animals. USA: Blackwell Publishing.

Aspinall V, O‟Reilly M. 2004. Introduction to Veterinary Anatomy and Physiology. London: Butterworth Heinemann.

Barthelmess LE. 2006. Hystrix africaeaustralis. J Mamall Spec No. 788: 1–7

Corbet GB, Hill JE. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: A Systematic Review. United Kingdom: Oxford University Press

Dyce KM, Sack WO, Wensing CJG. 2002. Veterinary Anatomy. 3rd Ed. Washington: Saunders

Gale. 2004. Old world porcupines. [terhubung berkala] http://www.novelguide. com/a/discover/grze16/grze1600990.html [3 September 2010]

Grzimek B. 1975. Grzimek’s Animal Life Encyclopedia Vol. II Mammals II. New York: Van Nostrand Reinhold Company

Goodwin TS. 1865. Natural History, a Manual of Zoology. New York

Lunde D, Aplin K. 2008. Hystrix javanica. Di dalam: IUCN Red List of Threatened Species. [terhubung berkala] http://www.iucnredlist.org [ 5 Oktober 2010]

Macdonald DW. 2006. The Encyclopedia of Mammals. United Kingdom: Oxford University Press

Morin P, Berteaux D. 2003. Immobilization of North American porcupines (Erethizon dorsatum) using ketamine and xylazine. J Wildlife Dis. 39(3):675–682

(49)

Sulistya SJ. 2007. Sate landak, dipercaya tingkatkan stamina pria. [terhubung berkala]. http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/2703/16 [7 Oktober 2010]

Suzuki N, Hirata M, Kondo S. 2003. Traveling stripes on the skin of a mutant mouse. J PNAS 100: 9680-9685

Van Aarde RJ. 1985. Reproduction in captive female cape porcupines (Hystrix africaeaustralis). JReprod and Fert. 75:577-582.

(50)
(51)
(52)

47 4,49 10 48 4,78 10 49 5,26 10 50 4,24 10

General Linear Model: Panjang Duri versus Regio Factor Type Levels Values

Regio fixed 10 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10

Analysis of Variance for Panjang Duri, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P

Regio 9 160,654 160,654 17,850 53,51 0,000 Error 40 13,344 13,344 0,334

Total 49 173,998

S = 0,577576 R-Sq = 92,33% R-Sq(adj) = 90,61% Unusual Observations for Panjang Duri

Panjang

Obs Duri Fit SE Fit Residual St Resid 7 5,5300 4,1280 0,2583 1,4020 2,71 R 10 2,9700 4,1280 0,2583 -1,1580 -2,24 R

(53)

Lampiran 2 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di

General Linear Model: Tinggi Duri versus Ukuran Duri; Regio Factor Type Levels Values

Ukuran Duri fixed 5 1; 2; 3; 4; 5 Regio fixed 3 1; 2; 3

(54)

Lampiran 3 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di regio DT1, LT1, dan MC

Data Tinggi Duri (Gabungan) Rancangan : RAK

Taraf Perlakuan : Ukuran Duri (a,b,c,d,e)

Kelompok : Regio (Thorax 1a, Thorax 1b, pertengahan ekor) Data Display

General Linear Model: Tinggi Duri versus Ukuran Duri; Regio Factor Type Levels Values

Ukuran Duri fixed 5 1; 2; 3; 4; 5 Regio fixed 3 1; 2; 3

(55)

Lampiran 4 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di

General Linear Model: Tinggi Duri versus Urutan Duri Factor Type Levels Values

Urutan Duri fixed 5 1; 2; 3; 4; 5

(56)

Lampiran 5 Hasil uji Duncan pada regio PC

3 4 2 5 1

1 2.2n 1.34n 1.16n 0.2 tn -

5 2n 1.14n 0.96n -

2 1.04n 0.18tn -

4 0.86n -

3 -

Keterangan: 1,2,3,4, dan 5 merupakan urutan duri yang diukur pada satu kelompok untuk menentukan pola kipas

n

(57)

Lampiran 6 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di

General Linear Model: Tinggi Duri versus Urutan Duri Factor Type Levels Values

Urutan Duri fixed 5 1; 2; 3; 4; 5

(58)

Lampiran 7 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di

General Linear Model: Tinggi Duri versus Urutan Duri Factor Type Levels Values

Urutan Duri fixed 5 1; 2; 3; 4; 5

Analysis of Variance for Tinggi Duri, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P

(59)

Lampiran 8 Hasil uji Duncan pada regio LL

3 2 4 5 1

1 12.32n 4.68n 4.4n 0.38 tn - 5 11.94n 4.3n 4.02n -

4 7.92n 0.28tn -

2 7.64n -

3 -

Keterangan: 1,2,3,4, dan 5 merupakan urutan duri yang diukur pada satu kelompok untuk menentukan pola kipas

n

(60)

Lampiran 9 Hasil uji ANOVA dengan software minitab pada pola kipas duri di

General Linear Model: Tinggi Duri versus Urutan Duri Factor Type Levels Values

Urutan Duri fixed 5 1; 2; 3; 4; 5

(61)

Lampiran 10 Hasil uji Duncan pada regio DF

3 2 4 1 5

5 4.06n 2.08n 2.04n 0.44 tn -

1 3.62n 1.64n 1.6n -

4 2.02n 0.04tn -

2 1.98n -

3 -

Keterangan: 1,2,3,4, dan 5 merupakan urutan duri yang diukur pada satu kelompok untuk menentukan pola kipas

n

(62)

KLASIFIKASI DURI LANDAK JAWA (

Hystrix javanica

)

BERDASARKAN MORFOLOGI DAN POLA DISTRIBUSI

SHEILA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Gambar

Gambar 6  Rambut halus pada regio lumbal (a dan b).
Tabel 2 Distribusi rambut dan duri pada 11 regio tubuh
Gambar 8   Empat jenis duri landak.
Gambar 9  Macam-macam ukuran dan pola warna duri di sepuluh regio.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan empat ekor landak Jawa yang berasal dari Tawangmangu yang terdiri dari tiga ekor jantan dan satu ekor betina yang memiliki bobot badan antara 6-8

masalah khusus yang terdapat di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Jawa Tengah. Waduk Gajah Mungkur yang terletak 2 km di sebelah selatan

Pada tingkat pemilihan menu menunjukkan bahwa delapan menu yang merupakan kombinasi acak dari tiga belas jenis pakan tersebut menunjukkan hasil menu V (jagung, kembang

1) dalam keadaan sempurna (tam).. pada satu larik syair terdiri atas dua ba- gian, yaitu bagian di sebelah kanan dan bagian di sebelah kiri. 4) masing-masing pola memiliki aturan

Analisis Shift Share menunjukkan dari tahun 2001-2010, Kabupaten Jember berspesialisasi pada sektor yang sama dengan sektor yang tumbuh cepat di perekonomian Provinsi

Sifat fisik daging yang diukur adalah pH, keempukan, susut masak, daya mengikat air (DMA), warna daging, warna lemak, sedangkan sifat kimia daging yang dianalisis adalah kadar

theobromae yang berasal dari tanaman jeruk, kakao, karet, manggis dan pisang menunjukkan keragaman karakter dari segi warna dan kecepatan tumbuh koloni, kemampuan

Objek daerah penelitian ini di Kota Bandung diduga sektor unggulan menurut lapangan usaha tahun 2017 sektor yang paling unggul atau tumbuh lebih cepat berkontribusi