• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam Program Promotif dan Preventif (Studi Kasus Di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar)Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam Program Promotif dan Preventif (Studi Kasus Di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar)Tahun 2016"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DALAM KEGIATAN PROMOTIF DAN

PREVENTIF DI KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2016

A. Data Umum 1 Kota 2 Kecamatan

3 Tanggal wawancara 4 Nomor responden 5 Nama

6 Umur 7 Pendidikan

8 Jenis kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

9 Jabatan

A. Pengelola BOK Tingkat Kota 1. Kepala Dinas Kesehatan

2. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) 3. Bendahara BOK

B. Pengelola BOK Tingkat Puskesmas 4. Kepala Puskesmas

5. Bendahara BOK

(2)

B. Pertanyaan Wawancara untuk Pengelola BOK Tingkat Kota

1. Apa yang Saudara ketahui tentang tujuan dari pelaksanaan program BOK ini?

2. Menurut Saudara, apakah dana BOK membantu kelancaran kegiatan Puskesmas?

3. Apakah ada perbedaan pencapaian program kegiatan puskesmas sebelum dan sesudah ada dana BOK?

4. Berapa besar perbedaan pencapaiannya sebelum dan sesudah ada dana BOK?

5. Apakah penggunaan dana BOK dilaksanakan di awal tahun?

6. Apakah pemanfaatan dana BOK telah sesuai dengan Juknis BOK 2016? 7. Sepengetahuan Saudara, dana BOK dimanfaatkan untuk apa?

8. Bagaimana mekanisme alur pencairan dana BOK sampai ke puskesmas? 9. Apakah ada hambatan administrasi dalam pengusulan, pencairan, dan

pelporan BOK?

10.Apakah dengan adanya BOK, dana APBD untuk operasional program kesehatan di puskesmas mengalami perubahan?

11.Dengan adanya dana BOK, apakah membantu peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan kesehatan masyarakat?

12.Menurut Saudara, apakah dana BOK bermanfaat dalam pemerataan akses pelayanan kesehatan dan peningkatan kinerja puskesmas?

13.Apakah masih ada wilayah kerja puskesmas yang belum terjangkau pelayanan kesehatan?

14.Hambatan-hambatan apa yang ditemui dalam pemanfaatan BOK oleh puskesmas?

15.Apakah BOK berpengaruh terhadap peningkatan capaian SPM?

16.Apakah pihak dinas kesehatan melakukan pembinaan kepada puskesmas tentang BOK?

17.Apakah pihak dinas kesehatan kota melakukan monitoring dan evaluasi? 18.Bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi yang dilakukan dinas

(3)

C. Pertanyaan Wawancara untuk Pengelola BOK Tingkat Puskesmas

1. Apa yang Saudara ketahui tentang tujuan dari pelaksanaan program BOK ini?

2. Menurut Saudara, apakah dana BOK membantu kelancaran kegiatan Puskesmas?

3. Apakah ada perbedaan pencapaian program kegiatan puskesmas sebelum dan sesudah ada dana BOK?

4. Berapa besar perbedaan pencapaiannya sebelum dan sesudah ada dana BOK?

5. Apakah kebutuhan operasional puskesmas hanya diperoleh dari dana BOK?

6. Darimana saja sumber dana untuk kegiatan promotif dan preventif yang diterima puskesmas?

7. Menurut Saudara, apakah dana BOK yang dialokasikan untuk puskesmas sudah cukup?

8. Berapa jumlah dana BOK yang diterima puskesmas untuk tahun 2016? 9. Menurut Saudara berapa persen BOK dapat memenuhi kebutuhan

operasional puskesmas?

10.Berapa persen dana BOK yang digunakan untuk upaya promotif dan preventif?

11.Apakah penggunaan dana BOK dilaksanakan di awal tahun?

12.Apakah pemanfaatan dana BOK telah sesuai dengan Juknis BOK 2016? 13.Sepengetahuan Saudara, dana BOK dimanfaatkan untuk apa?

14.Bagaimana perencanaan BOK dibuat oleh puskesmas? 15.Apakah perencanaan dilakukan setiap bulan?

16.Bagaimana mekanisme alur pencairan dana BOK sampai ke puskesmas? 17.Apakah ada hambatan administrasi dalam pengusulan, pencairan, dan

pelporan BOK?

18.Alokasi dana BOK terbesar dan terkecil digunakan untuk program apa? 19.Apakah dengan adanya BOK, dana APBD untuk operasional program

(4)

20.Dengan adanya dana BOK, apakah membantu peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan kesehatan masyarakat?

21.Menurut Saudara, apakah dana BOK bermanfaat dalam pemerataan akses pelayanan kesehatan dan peningkatan kinerja puskesmas?

22.Apakah masih ada wilayah kerja puskesmas yang belum terjangkau pelayanan kesehatan?

23.Apakah puskesmas melaksanakan evaluasi terkait program BOK? 24.Apakah semua program kegiatan dapat berjalan dengan optimal ? 25.Apakah ada keluhan Saudara dalam pelaksanaan BOK?

26.Hambatan-hambatan apa yang ditemui dalam pemanfaatan BOK oleh puskesmas?

27.Apakah BOK berpengaruh terhadap peningkatan capaian SPM?

28.Menurut Saudara, apakah ada kemungkinan terjadi penyalahgunaan dana BOK ini?

29.Apakah ada kemungkinan petugas puskesmas tidak benar-benar melaksanakan tugas yang sudah dibiayai dari dana BOK?

30.Bagaimana cara Saudara memonitornya?

31.Apakah pihak dinas kesehatan pernah melakukan pembinaan kepada puskesmas tentang BOK?

32.Apakah pihak dinas kesehatan kota pernah melakukan monitoring dan evaluasi?

(5)

D. Pertanyaan Wawancara untuk Masyarakat

1. Apa yang Saudara ketahui tentang tujuan dari pelaksanaan program BOK ini?

2. Menurut Saudara, apakah dana BOK membantu kelancaran kegiatan Puskesmas?

3. Sepengetahuan Saudara, dana BOK dimanfaatkan untuk apa? 4. Apakah program BOK dilaksanakan di awal tahun?

5. Dengan adanya dana BOK, apakah membantu peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan kesehatan masyarakat?

6. Menurut Saudara, apakah dana BOK bermanfaat dalam pemerataan akses pelayanan kesehatan dan peningkatan kinerja puskesmas?

7. Apakah masih ada wilayah kerja puskesmas yang belum terjangkau pelayanan kesehatan?

8. Apakah semua program kegiatan puskesmas dapat berjalan dengan optimal?

9. Menurut Saudara, apakah ada kemungkinan terjadi penyalahgunaan dana BOK ini?

10.Apakah ada kemungkinan petugas puskesmas tidak benar-benar melaksanakan tugas yang sudah dibiayai dari dana BOK?

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Jakarta.

______, 2006. Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Jakarta. ______, 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta.

______, 2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota. Jakarta.

______, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Kesehatan. Jakarta. Gulo, Pardamaian, 2015. Implementasi Program Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK) di UPT Puskesmas HiliduhoKecamatan HiliduhoKabupaten Nias Tahun 2015. Skripsi, FKM USU, Medan.

Husni, Faisal, 2012. Efektifitas Bantuan Operasional Kesehatan di Kabupaten Bintan Provinsi Kepualauan Riau Tahun 2011 dan Tahun 2012. Tesis, FKM UI, Depok.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan. Jakarta.

______, Badan Litbangkes. 2013. Studi Operasional Bantuan Operasional Kesehatan Terhadap Peningkatan Kinerja Puskesmas Dalam Mencapai Target MDGs. Jakarta.

______, Badan Litbangkes. 2013. Laporan Hasil Riskesdas Tahun 2013. Jakarta. ______, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

______, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2015. Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan Tahun 2015. Jakarta. ______, 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

Jakarta.

(20)

______, 2015.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan, Serta Sarana Dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016. Jakarta.

______, 2016. Peraturan Menteri Keuangan Republik IndonesiaTentangPenyaluran Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dan DanaBantuan Operasional Keluarga Berencana. Jakarta.

Moleong, J., 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Profil Kesehatan Kota Pematangsiantar Tahun 2014. Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar.

Profil Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar. Tahun 2014.

Sari, Eka Novita, 2015. Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015. Skripsi, FKM USU, Medan.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sulaeman, Endang Sutisna, 2009. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di Puskesmas. Surakarta: Gadjah Mada University Press.

(21)

deskriptif dengan desain studi kasus data primer dan data sekunder dalam pengumpulan data. Kelemahan penelitian ini tidak memiliki puskesmas sebagai pembanding.

Alasan pemilihan jenis kualitatif karena pada dasarnya penelitian ini merupakan suatu upaya eksplorasi terhadap permasalahan penelitian melalui suatu pendekatan kualitatif diharapkan akan diperoleh suatu informasi tentang fungsi, peran, latar belakang, dan opini tentang suatu hal. Jadi, lebih merupakan suatu upaya (social) dan bukan membuktikan.

Penggalian informasi dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen kepada informan yang terlibat dalam pengelolaan dana BOK tahun 2014 sampai dengan 2016 dan diharapkan dapat menjelaskan tentang analisis pemanfaatan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam program promotif dan preventif di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar Tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

(22)

3.3 Informan Penelitian

Informan-informan yang dipilih memenuhi kriteria prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy) untuk memberikan informasi tentang pemanfataan dana BOK di Puskesmas Kartini. Informan yang termasuk kriteria ini adalah pengelola dana BOK di Puskesemas Kartini tahun 2016 berjumlah 6 orang yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Bendahara BOK Puskesmas, Penanggung Jawab Program Promotif dan Preventif, Penanggung Jawab Program ISPA, PPK BOK Dinkes, dan Bendahara BOK Dinkes, serta beberapa masyarakat di wilayah kerja puskemas sebagai monitor kegiatan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian.

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh data primer dengan menggunakan pedoman wawancara dan diarahkan sesuai dengan kebutuhan dalam mengidentifikasi sumberdaya.

2. Observasi

(23)

untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu serta melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Sesuai dengan objek penelitian maka peneliti memilih observasi partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan mengamati pemanfaatan dana BOK dalam kegiatan promotif dan preventif di Puskesmas Kartini.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data melalui pencairan dan penemuan bukti-bukti yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian melalui dokumen. Pada penelitian ini peneliti mengambil data sekunder berupa laporan pelaksanaan BOK tahun 2014 sampai dengan 2016, profil kesehatan Kota Pemtangsiantar 2014 dan 2015, serta literatur-literatur yang mendukung penelitian seperti peraturan atau keputusan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, perencanaan puskesmas, dsb.

3.5 Instrumen Penelitian

(24)

3.6 Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis secara manual, yaitu dengan menuliskan hasil penelitian dalam bentuk tabel hasil wawancara mendalam, kemudian meringkasnya dalam bentuk matriks yang disusun sesuai dengan bahasa baku jawaban informan kemudian diuraikan dalam bentuk narasi. Menurut

Moleong (2012) yang

mengutippendapatMilesdanHuberman(1986)bahwaaktifitasdalamanalisis

datakualitatifdilakukan secarainteraktifdan berlangsung secaraterusmenerus padasetiaptahapanpenelitiansehingga sampaituntasdandatanyasampaijenuh.

Teknikanalisisdatadalam penelitianini menggunakan analisa domain yang dibuat berdasarkan hubungan semantik (semanticrelationship)sebabakibat(cause effect). Untuk meningkatkan validitas data maka dilakukan triangulasi yaitu :

1. Triangulasisumberyaitumenggalikebenaraninformasitertentumelalui

berbagai metode dan sumber perolehan data.

2. Triangulasimetodeatauteknikdilakukandengancaramembandingkan

informasi atau data dengan cara yang berbeda.

3. Triangulasiwaktuyangdilakukandengancaramelakukanpengecekan dengan

(25)

4.1.1 Letak Geografis

Puskesmas Kartini dibangun di atas lahan seluas 1248 m² dan luas bangunan 396 m² pada tahun 1965, dengan penambahan ruangan tahun 2010, pembangunan IPAL tahun 2014 dan memiliki 2 rumah dinas. Terletak di Jalan Dahlia No.1 Kelurahan Bukit Sofa, Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematangsiantar. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kartini adalah:

Sebelah Utara : Kelurahan Timbang Galung Sebelah Timur : Kelurahan Teladan

Sebelah Selatan : Kelurahan Kampung Kristen Sebelah Barat : Kelurahan Bah Kapul

4.1.2 Wilayah Kerja

Puskesmas Kartini merupakan puskesmas non-rawat inap. Wilayah kerja Puskesmas Kartini berdasarkan administrasi dibagi menjadi 2 kelurahan yaitu Kelurahan Simarito dan Kelurahan Sipinggol-pinggol.

Tabel 4.1 Wilayah Kerja Puskesmas Kartini

(26)

4.1.3 Tugas Pokok

Puskesmas Kartini merupakan puskesmas dengan standar pelayanan sesuai standarisasi ISO9001:2008. Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Puskesmas Kartini memiliki kegiatan pokok antara lain: promosi kesehatan, pemberantasan penyakit menular, upaya kesehatan ibu dan anak, upaya kesehatan lingkungan, upaya peningkatan gizi, dan pengobatan. Sebagai sarana pendukung, Puskesmas Kartini memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yaitu poli umum, poli paru, pelayanan gizi, pelayanan kesehatan imunisasi, dan laboratorium sederhana.

Puskesmas Kartini juga melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di luar gedung dengan cara melakukan penyuluhan kesehatan, pembinaan posyandu balita dan lansia, kunjungan rumah untuk keluarga rawan, kunjungan ibu hamil dengan resiko tinggi, pemantauan status gizi masyarakat, dan upaya kesehatan lainnya yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 4.1.4 Sumber Daya Manusia

Pelayanan kesehatan yang berkualitas harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Kondisi tenaga kesehatan di Puskesmas Kartini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 SDM Puskesmas Kartini

No Tenaga Kesehatan Jumlah/Org

1 Dokter 2

2 Dokter Gigi 1

3 SKM 2

(27)

5 Asisten Apoteker 1

6 Promosi Kesehatan 1

7 Perawat 9

No Tenaga Kesehatan Jumlah/Org

8 Perawat Gigi 1

9 Bidan 9

10 Gizi 1

11 Analis Laboratorium 2

12 LCPK 1

13 Administrasi 3

Jumlah 34

4.1.5 Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kartini pada tahun 2015 sebanyak 14.163 jiwa yang berasaldari 2 kelurahan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5636 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 5497 jiwa.

Tabel 4.3 Demografi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kartini

Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Luas Wilayah

(Km²) Kepadatan (jiwa/km²)

Simarito 5.480 0,420 13.047,6

Sipinggol-pinggol 5.653 0,370 15.278,4

Total 11.133 0,790 14.163

Sumber: BPS Kota Pematangsiantar 2015

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Kelompok Umur Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

(28)

65-69 0 0 0

70-74 0 0 0

75< 0 0 0

Total 5636 5497 11.133

Sumber: BPS Kota Pematangsiantar 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di kelurahan Sipinggol-pinggol sebanyak 5653 jiwa lebih banyak daripada jumlah penduduk di kelurahan Simarito sebanyak 5480 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, jumlahlaki-laki lebih banyak daripada jumlah perempuan yaitu jumlah jumlahlaki-laki-jumlahlaki-laki sebanyak 5636jiwa dan jumlah perempuan 5497 jiwa.

4.1.6 Situasi Derajat Kesehatan

Tolok ukur pembangunan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dapat dilihat dari kualitas pelayanan kesehatan masyarakat adalah angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas).

Tabel 4.5 Mortalitas dan Morbiditas

Indikator Jumlah Satuan

2014 2015

I. Mortalitas

1. Lahir hidup 223 231 Jiwa

2. Lahir Mati 0 4,3 /1.000 kelahiran hidup

3. Kematian Neonatal 0 4 /1.000 kelahiran hidup

(29)

Pneumonia balita ditemukan dan ditangani

81,90% 10,66% %

C. HIV/AIDS 0 0 Kasus

Indikator Jumlah Satuan

2014 2015

G. Insidence Rate DBD 136,9 80,84 /100.000 penduduk

H. Filariasis 0 0 /100.000 penduduk

4.2 Input (Masukan)

4.2.1 Sumber Daya Manusia 1. Karakterisktik Informan

Informan pada penelitian ini merupakan pengelola dana BOK di Puskesemas Kartini tahun 2016 berjumlah 6 orang yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Bendahara BOK Puskesmas, Penanggung Jawab Program Promotif dan Preventif, Penanggung Jawab Program ISPA, PPK BOK Dinkes, dan Bendahara BOK Dinkes. Rata-rata informan pernah menjadi pengelola BOK pada tahun sebelumnya.

Tabel 4.6 Distribusi Informan berdasarkan Karakteristik

(30)

Preventif

6 PJ ISPA D3 Perempuan 31

2. Persepsi Juknis BOK 2016

Secara umum BOK 2016 bertujuan untuk meningkatkan kinerja, akses dan mutu pelayanan kesehatan puskesmas melalui upaya kesehatan promotif dan preventif dalam mendukung pelayanan kesehatan di luar gedung. Persepsi pengelola BOK terhadap Juknis BOK 2016 sangat penting karena mempengaruhi penyusunan POA dalam menetapkan program promotif dan preventif yang akan dilaksanakan. Hal ini tergambar dari jawaban informan:

Tabel 4.7 Persepsi Mengenai Tujuan BOK 2016

Informan Tujuan BOK 2016

1 Tujuan BOK untuk membantu kegiatan operasional puskesmas dalam peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.

2 BOK 2016 kegiatannya bertambah, ada beberapa yang dikembangkan sesuai dengan renstra kemenkes 2015-2019, dan capaiannya mengarah ke SPM, tetapi SPM belum keluar, hanya indikatornya yang sudah ada.

3 Tujuan program BOK yang sekarang untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui program SDGs dan untuk membantu kegiatan di dalam gedung dan diluar gedung yang bersifat promotif dan preventif.

(31)

BOK dimanfaatkan untuk mendukung operasional puskesmas dalam rangka pencapaian program kesehatan prioritas nasional sepertipenurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, serta malnutrisi,mendukung kinerja fungsi manajemen puskesmas, upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, kerja sama lintas sektoral dalam mendukung program kesehatan. BOK diharapkan dapat mendekatkan petugas kesehatan kepada masyarakat dan memberdayakan masyarakat, melalui mobilisasi kader kesehatan untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan.

Tabel 4.8 Persepsi Mengenai Pemanfaatan dana BOK 2016

Informan Pendapat

1

Dana BOK digunakan untuk pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung yang bersifat promotif dan preventif seperti membantu kegiatan operasional puskesmas, pelayanan ibu, pelayanan anak, imunisasi, penyuluhan, posyandu. Tujuannya ini untuk peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat.

2

Dana BOK dimanfaatkan untuk pertemuan, penyuluhan, transportasi. Untuk pemanfaatannya disetiap puskesmas sebagian besar sudah sesuai dengan juknis.

3

Dana BOK digunakan untuk operasional dan manajemen di puskesmas seperti transport, ATK yang membantu dalam mengadakan penyuluhan dan PIN yang membutuhkan pendampingan kader.

4

Dana BOKdigunakan untuk keperluan transport perjalanan dinas, manajemen, penggandaan ATK, leaflet, belanja bahan makan dan minuman itu ada bahan jadi untuk snack ketika penyuluhan, dan bahan makan itu untuk PMT. Kalau untuk honorium, kita tidak dapat, itu diperuntukkan tenaga promotif yang kita undang dari luar

(32)

operasional dan manajemen di puskesmas seperti transport, ATK, serta bahan makanan dan minuman.

3. Pengelola BOK 2016

Ketersediaan SDM kesehatan menjadi salah satu faktor yang sangat penting sebagai pelaksana penyelenggaraan pelayanan kesehatan di puskesmas untuk mencapai tujuan program BOK.Pelaksanaan manajemen kegiatan BOK dapat berjalan secara efektif dan efisienharus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

Tabel 4.9 Penentuan Pengelola BOK 2016

Informan Pendapat

1 Tim pengelola BOK tahun ini mekanisme pengelolaannya sudah diserahkan ke daerah.

2 Penentuan pengelola tim BOK terjadi benturan antara perda dan permenkes, disesuaikan dengan daerah. Tahun sebelumnya, membentuk tim sendiri ada tim teknis dan tim keuangan. Sekarang pengelolaannya semua ada di daerah, pengelola tim keuangannya dikelola oleh bendahara penerimaan dan pengeluaran yang tersistem dalam manajemen dinkes

3 Tim pengelola 2016 berdasarkan SK walikota karena sudah termasuk didalam DAK uangnya masuk ke kas daerah. Saya sebagai kapus hanya membuat surat perintah aja. Semua PPTK. PPATK, dan bendaharanya ada di dinkes. Puskesmas hanya pembantuan, sebagai bendahara pengeluaran. Kalau saya bilang tugas saya sudah semakin ringan.

Penentuan tim pengelola BOK 2016 berdasarkan SK walikota karena BOK dimasukkan ke dalam DAK. Tim keuangannya dikelola oleh bendahara penerimaan dan pengeluaran yang tersistem dalam manajemen Dinas Kesehatan Kota.Puskesmas hanya pembantuan.

(33)

Salah satu penunjang pelayanan kesehatan di Puskesmas Kartiniadalah tersedianya fasilitas sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Beberapa Sarana dan prasarana kesehatan bersumber daya masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10 UKBM di Puskesmas Kartini

No UKBM Kelurahan Jumlah

Simarito Sipinggol-pinggol

1. Posyandu 4 5 9

2. Poskeskel 1 1 2

3. Posbindu 0 1 1

4. Kelurahan Siaga 1 1 2

Jumlah 14

Dari hasil penelitian dan observasi yang dilakukan terhadap kondisi sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas Kartini dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Status UKBM di Puskesmas Kartini

No UKBM Status Jumlah

Pratama Madya Purnama Mandiri

1. Posyandu 6 3 9

2. Kelurahan Siaga 2 2

Jumlah 4.2.3 Dana BOK

1. Sumber Dana Program Promotif dan Preventif

(34)

Kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan dimanfaatkan untuk upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif lainnya, kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan, operasional untuk puskesmas keliling, bahan cetak atau alat tulis kantor, serta administrasi keuangan dan sistem informasi.

Tabel 4.12 Pendapat tentang sumber dana program promotif dan preventif

Informan Sumber dana

1

Sumber dana untuk program promotif dan preventif selain BOK, diterima dari BPJS, APBD ada juga. Dana BOK pematangsiantar tahun 2016 mengalami kenaikan 50%.

2

Sumber dana untuk program promotif dan preventif yaitu dari BOK. Kalau porsi APBD tidak ada. BOK Pematangsiantar 2016 mengalami kenaikan, dari 1,9 M ke 3,7 M.

3

Sumber dana untuk promotif dan preventif selain dari BOK yaitu dari JKN, APBD tidak ada lagi sejak 2014. Dan itu tidak menjadi hambatan, karena dananya mencukupi. Tahun 2016, BOK Puskesmas Kartini Rp.223,250 Jt.

4

Sumber dana untuk promotif dan preventif dari BOK dan JKN. Dinkes yang menentukan anggaran untuk kita, ungkin karena ada penliaian tersendiri terhadap Puskesmas Kartini, seperti pencapaian program dan administrasi, kita dikasih reward, dana yang kita terima lebih dari yang kami rencanakan.

5

Dana untuk promoitf dan preventif bersumber dari BOK dan JKN. Keduanya saling menutupi untuk melakukan sosialisasi dan penyuluhan.

Berdasarkan hasil wawancara, tahun 2016 Puskesmas Kartini menerima dana BOK dan dana Kapitasi untuk membiayai pelaksanaan program promotif dan preventif. Sedangkan dari APBD, sama sekali tidak ada sejak tahun 2014.

2. Mekanisme Penyaluran

(35)

jumlah sekolah, dana kapitasi JKN yang diterima, dan jumlah tenaga pelaksana UKM.

Tabel 4.13 Pendapat tentang Mekanisme Pencairan Dana

Informan Mekanisme Pencarian BOK

1

Anggaran datang dari pusat dimasukkan ke kas daerah. Kemudian dinkes menetapkan anggaran. Setelah itu, tim BOK dinkes merumuskan pembagian anggaran per puskesmas, kriterianya berdasarkan jumlah penduduk, demografi, target pencapaian mereka, jumlah pelayanan dan jaringannya seperti pustu, poskeskel, semakin banyak jaringannya semakin banyak anggaran ke mereka. Kemudian disampaikan ke kadis untuk menetapkan SK yang akan diberikan kepada masing-masing puskesmas.

3

Kalau tahun sebelumnya, puskesmas mengambil dana dari rekening langsung, kalau sekarang dari bendahara BOK dinkes. Puskesmas membuat rencana belanja diajukan dalam bentuk SPU kemudian dinkes memberikan dana sesuai dengan anggaran yang sudah diajukan.

4

Mekanisme pencairan itu pertanggungjawaban panjang, pengerjaannya kurang efisien, berkas disiapkan di puskesmas tetapi persutujuan tanda tangan harus kepala dinas, belum tentu ketemu. Jadi, ya lama.

Berdasarkan hasilwawancaradalamtabeltersebut menunjukkanbahwa pencairan dana BOK diawali dari kemenkes memasukkan dana BOK ke kas daerah kemudian dinkes menetapkan SK dan anggaran ke puskesmas berdasarkan SPU yang diajukan ke puskesmas, setelah disetujui baru dari Pengelola BOK dinkes mencairkan dana BOK kepada puskesmas.

3. Periode penerimaan dana

(36)

Tabel 4.14 Pendapat tentang Penerimaan Dana BOK 2016

Informan Pendapat

1

Pengalokasian dana ditentukan pembagiannya setahun. Tahun 2016, BOK diterima Pematangsiantar diawal tahun pada Januari. Untuk sampai ke puskesmas butuh berproses, disosialisasikan terlebih dahulu pada akhir januari atau bulan Februari. Untuk menanggulangi dana sebelum menerima BOK, puskesmas masih punya sisa dana di tahun sebelumnya, makanya puskesmas tidak boleh terus langsung menghabiskan harus ada yang disimpan.

2

Program BOK sudah jalan mulai dari awal tahun, tetapi duitnya datang belakangan, untuk menanggulanginya pakai duit sendiri dulu kesana kemari, beli minyak sendiri. Dana untuk Januari, baru cair pada bulan Mei. Pembagian jatah setiap puskesmas kriterianya masih sama dengan yang sebelumnya. Menurut saya lebih efisien ketika BOK masih APBN. Pengeloalaan itu berubah sebenarnya bukan kehendak dari menkes tetapi dari kementrian dalam negeri dan menkeu. Perubahan yang ini sangat signifikanlah.

3

Kalau dulu uang itu udah global masuk ke daerah, kalau sekarang udah langsung dibagi 25%. Dana dambil pertriwulan oleh dinkes. Jadi kalau kita mau menggunakan lebih dari itu di triwulan pertama, gak bisa. Kalau dulu perbulan.kalau puskesmas diberikan perbulan.

4

Kalau menurut peraturan DAK, dana itu diterima puskesmas pertriwulan. Dana tidak sampai tepat waktu ke puskesmas, masih anggaran yang Januari yang diterima, sedangkan ini sudah Mei. Hasil wawancara dari tabel diatas dijelaskan bahwa pencairan dana BOK 2016 dilaksanakan secara triwulan dan disalurkan setiap triwulan sebesar 25% dari jumlah alokasi. Pencairan dana BOK di Puseksmas Kartini mengalami keterlambatan sehingga program berjalan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan tidak optimal.

4.3 Proses

4.3.1 Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1)

(37)

kegiatan (RUK) dan tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) agar tujan BOK di puskesmas dapat tercapai optimal dan tepat sasaran.

Tabel 4.15 Pendapat Tentang Proses Perencanaan Tingkat Puskesmas

Informan Pendapat

2

Perencanaan di tahun 2016 itu kurang tepat karena perencanaannya dibuat diawal tahun saja, jadi tidak bisa disesuaikan kondisi real saat itu, karena sudah langsung masuk ke DPA RKPD. Jadi, jika terjadi insidensial seperti KLB, kegiatan yang sesuai kebutuhan tidak bisa mengandalkan BOK. Kalau dulu, RUK dibuat setahun dengan cakupan yang bagus, jika ditengah jalan ada kegiatan yang penting karena KLB seperti DBD kan harus fogging, kegiatannya bisa disinergikan.

3

Oktober kita memasukkan RAB dan RUK ke dinkes. Kemudian menetapkan RPK pada Desember, dan kegiatan mulai dilaksanakan pada Januari. Karena BOK 2016 masuk ke DAK kita sudah buat POA tahunan. Dulu masih fleksibel bisa berubah sesuai kondisi setiap bulan, tetapi sekarang kalu mau diubah harus tunggu P, jadi lama lagi.

4

Kita menetapkan RUK 2016 pada Desember 2015 yang disiapkan untuk setahun, anggaran yang diajukan mengalami kenaikan tapi tidak mencapai 100%, karena biasanya upaya rutin yang dimasukkan kecuali kalau ada KLB. Kalau sekarang, jika nanti ada kejadian yang insidentil ada 2 pilihan, yang pertama tetap dilaporkan tapi ditunggu sampai ke P, yang kedua tetap dilaksanakan dengan prinsip proyek thank you. Misalnya jika terjadi KLB, yang dibutuhkan nakes dan obat-obatan, ya sudah kita turun walaupun tanpa ada SPPD. Jadi sekarang ribet kalau mau memasukkan kegiatan yang harus mengubah POA awal, karena panjang urusannya. Yang tidak tercakup di POA kita usahakan bersama.

(38)

dituangkan dalam bentuk POA bulanan maupun tahunan. Tetapi kebijakan tidak bisa disesuaikan dengan kondisi di masyarakat setiap waktu karena perencanaan sudah dsusun untuk satu tahun, jika mau diubah akan melalui proses administrasi yang panjang.

4.3.2 Penggerakan Pelaksanaan (P2)

Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan di puskesmas dilakukan dalam bentuk lokakarya mini. Dari hasil penelitian terhadap wawancara dan telahaan dokumen, Puskesmas Kartini melaksanakan setiap bulannya. Dana BOK dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan lokakarya mini. Dalam proses perencanaan program, Puskesmas Kartini melibatkan semua pihak yaitu lintas sektoral, toma, dan masing-masing penanggungjawab program. Sebagai output dari pelaksanaan mini lokakarya adalah tersusunnya POA bulanan Puskesmas.

Tabel 4.16 Pendapat tentang Pelaksanaan Lokakarya Mini

Informan Pendapat

3

Proses perencanaan dimulai pada lokakarya mini, pertama kali dilakukan pada Januari. Yang dilibatkan semua pihak, lintas sektoral, toma, dan masing-masing penanggungjawab program memberikan usul, dari situ dirangkum POA, juga sekalian melakukan evaluasi apa saja program yang tidak tercapai.

4

Lokakarya mini dilaksanakan secara rutin, ada lokmin tahunan dan ada yang bulanan. Tahun sebelumnya POA bulanan bisa diubah di minilok, tetapi sekarang tidak bisa diubah lagi, nanti kita harus menunggu masuk ke P.

5 Lokmin rutin dilakukan, karena kita harus memberikan pelaporan ke dinkes, kalau tidak nanti dapat garis merah.

6 Di lokmin masing-masing penanggungjawab program memberikan laporannya. Itu setiap bulan dilaksanakan.

(39)

telaah dokumen kegiatan lokakarya mini bulanan dan tribulan ini telah dilakukan dan dituangkan dalam bentuk POA tahunan maupun POA bulanan yang telah diserahkan ke Pengelola BOK Dinas Kesehatan Kota.

4.3.3 Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3)

Pengawasan pengendalian penilaian adalah berupa penilaian pelaporan, pemantauan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan BOK.Kemampuaan pengelola BOK dalam membuat pencatatan dan pelaporan dana BOK dan menyajikannya dalam informasi yang berguna bagi satuan kerja kota dan puskesmas. Kepala Puskesmas Kartini melakukan monitoring pencapaian programdan penyerapan keuangan BOK pada saat lokakarya mini bulanan.Sedangkan pihak Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar melakukan monitoring langsung ke setiap puskesmas setiap bulan.

Tabel 4.17 Pendapat tentang Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi

Informan Pendapat

1 Pelaporan puskesmas dilakukan secara rutin karena pembayaran dilakukan setelah program kegiatan dilaksanakan dan dicek kebenarannya.Laporan puskesmas harus sesuai juknis mekanisme daerah, kalau tidak sesuai sesuai nanti kita harus melakukan pembinaan lagi

2 Dinkes melakukan evaluasi setiap bulan ke puskesmas, tetapi meskipun begitu pihak puskesmas selalu ada yang datang kesini menyusun laporan setiap hari.Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan rutin setiap bulan. Memang belum maksimal, tidak semuanya punya computer dan tidak semuanya bisa menjalankan komputer, jadi ada yang masih manual, simpusnya belum jalan maksimal, tetapi ini tidak menyebabkan keterlambatan penyampaian laporan, karena dinkes punya deadline sampai tanggal 5 disetiap bulan Laporan bulanan berdasarkan SP2TP, yang tahun ini belum ada, tahun dulu ada. Tapi belum dikasih standar yang baru, masih ICD9, blm ICD10 jadi belum sesuai dengan BPJS.

3 Dinkes melakukan evaluasi minimal 1/bulan. Mereka memeriksa laporan sekalian melakukan pembinaan juga. Dan Puskesmas

Informan Pendapat

(40)

disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan pemko

5 Pelaporan dilakukan perprogram dan dilapor semua ke dinas, ada target dari dinas. Paling lambat tanggal 10 maksimal, kalau tidak dapat garis merah.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas, dapat diketahui bahwapelaporan telah dilakukan meskipun belum semua puskesmas dapat melakukannnya secara optimal namun khususnya Puskesmas Kartini sudah melakukan pelaporan yang baik dan tepat waktu. Fungsi monitoring juga sudah dilakukan dengan baik oleh Tim Pengelola Dana BOK Dinas Kesahatan Kota Pematangsiantar.

4.4 Output (Keluaran)

4.4.1 Pemanfaatan Dana BOK

Pemanfaatan dana BOK dapat dilihat dari perbandingan antara alokasi dana BOK dengan realisasi dana BOK pada tahun tertentu. Jika hasil tersebut jauh dari target berarti pemanfaatan dana BOK kurang sedangkan bila hasil perbandingan sama atau mendekati berarti pemanfaatan dana BOK baik, targert penyerapan BOK 100% (Kemenkes, 2012).

Tabel 4.18 Alokasi dan Realisasi Dana BOK Puskesmas Kartini tahun 2010-2015

No Tahun Alokasi

1 2010 18.000.000

2 2011 63.618.000

3 2012 57.060.000

4 2013 76.000.000

5 2014 87.000.000

6 2015 87.826.500

(41)

2010-2015 sebesar 100%. Sedangkan untuk tahun 2016, dana BOK Puskesmas Kartini Rp.223.250.000,00 dengan realisasi Rp.21.000.000,00 sampai bulan Maret.

1. Alokasi Dana

Penggunaan BOK untuk Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Pengembangan minimal 60% dari alokasi BOK yang diterima puskesmas. Pemanfaatan BOK selanjutnya untuk dukungan manajemen, termasuk penyediaan bahan habis pakai, reagen, tes cepat, honor pengelola keuangan dan tim teknis. BOK dapat dimanfaatkan untuk dukungan manajemen di Kota/Satker BLUD pengelola BOK dengan besaran maksimal 6% dari alokasi BOK yang diterima.

Penggunaan BOK untuk operasional upaya kesehatan meliputibiaya perjalanan dinas bagi petugas kesehatan kota/puskesmas dan jaringannya termasuk untuk kader/lintas sektoral/tenaga penugasan kesehatan, baik dalam maupun luar wilayah. Tata cara penyelenggaraannya mengacu pada ketentuan perjalanan dinas yang ditetapkan dengan Peraturan Kemendagri.

Tabel 4.19 Pembagian Alokasi Dana BOK

Informan Pendapat

1 Pembagian BOK 60% untuk program esensial dan manajemen, 40% pengembangan, dibelanjakan untuk transportasi, snack, ATK, refreshing kader. Dana BOK Pematangssiantar tidak ada dikeluarkan untuk honorium tenaga promotif karena tenaga promotif sudah cukup, itu kan honorium di wilayah yang tidak cukup tenanganya.

2 Persentase realisasi pengalokasiannya belum tahu, nanti diakhir

Informan Pendapat

2 tahun dihitung. Cakupan dana BOK Pematangsiantar yang sudah terealisasi 1 bulan, sekitar 215 juta dari 3,7 M

(42)

Biasanya dana untuk manajemen 15% sisanya untuk opersional. 4 Pembagian porsi dana BOK kalau untuk manajemen tidak lebih

dari 30%. Selebihnya untuk upaya kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya leaflet, snack, sedangkan kalau honor kita tidak dapat. Realisasi dana BOK sampai bulan Maret sekitar 21 Jt tersalurkan sesuai dengan POA diantaranya untuk transport petugas, SPPD namanya, walaupunditerima belakangan, tapi kalau untuk masyarakat kita harus dahulukan.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas, dapat diketahui bahwa alokasi dana BOK diutamakan untuk pelaksanaan program promotif dan preventif.

2. Pemanfaatan Dana BOK

Dana BOK 2016 dimanfaatkan untuk upaya kesehatan masyarakat esensial dan pengembangan di puskesmas yang bersifat promotif dan preventif. Pemanfaatan dana BOK tahun 2014 dan 2015 diselenggarakan untuk

meningkatkan pencapaian MDG’s dan upaya-upaya kesehatan lainnya yang

memiliki daya ungkit tinggi.

Tabel 4.20 Pemanfaatan Dana BOK 2014 dan 2015

(43)

5 Menjaga kelestarian lingkungan hidup

1.960.000 2 3.055.000 3 6 Upaya kesehatan

lainnya

25.104.250 29 22.761.500 26

Total 87.000.000 100 87.826.500 100

Berdasarkan hasil telaah dokumen diatas kegiatan Upaya Kesehatan Puskesmas dalammendukungpencapaian MDGs dan upaya-upaya kesehatan lainnya yang memiliki daya ungkit tinggi.Kegiatan yang dilakukan untuk penghapusan kemiskinan dan kelaparan adalah pemantauan status gizi balita, pemeriksaan garam beriodium, pelacakan balita gizi buruk/kurang, distribusi PMT balita gizi kurang dan bumil KEK, dan penyuluhan pemberian ASI Eksklusif. Pada upaya menurunkan AKB, kegiatan yang dilakukan adalah pembinaan posyandu, sweeping vit.A, sweeping dan kunjungan neonatus, sweeping dan kunjungan neonatus resti, sweeping imunisasi DO, HB 0, polio 1-4, pendataan balita, dan kelas balita.

Dalam menurunkan AKI dan meningkatkan kesehatan ibu dilakukan kegitan sweeping ibu hamil, pemantauan ibu hamil resti, kelas ibu hamil, kunjungan ibu nifas, pendampingan P4K, pendataan bumil KEK, pendataan akseptor KB, PUS, WUS, KB, dan bumil, penyuluhan kesehatan alat reproduksi dan konseling KB, dan sosialisasi PMCT. Upaya mengendalikan penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya dilakukan kegiatan penyuluhan pencegahan diare dengan CTPS, pelacakan TB Paru, pemeriksaan jentik berkala, sosialisasi diare, malaria, IMS, TB, dan HIV, penyuluhan penularan TB Paru, pelacakan TB Paru pada anak, serta surveylens diare dan DBD.

(44)

pemeriksaan depot air minum, penyuluhan STBM dan Sto BAB sembarangan,pemantauan kualitas air bersih dan air minum, pendataan sanitasi dasar masyarakat, dan penyuluhan menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan. Untuk upaya kesehatan penunjang lainnya kegiatan yang dilakukan adalah penjaringan dan pemeriksaan kesehatan anak sekolah, pembinaan UKS, pemantauan pelaksanaan BIAS, refreshing kader, pertemuan lintas sektoral, lokakarya mini, biaya ATK, penyuluhan kesehatan kelompok lansia, perkesmas, audit maternal perinatal, dan pembinaan supervise BPS, poskeskel, BKIA.

Selama dua tahun terakhir, dana BOK terbesar digunakan untuk menurunkan angka kematian balita (33%) sedangkan yang mendapat porsi paling kecil untuk menjaga kelestarian hidup (2,5%).

Tabel 4.21 Alokasi Dana BOK Berdasarkan Jenis Belanja Puskesmas Kartini

No Jenis

Tahun

2014 2015

Biaya (Rp.) % Biaya (Rp.) % 1 Transport petugas puskesmas

dan jaringan

4 Transport kader kesehatan untuk pelayanan luar gedung 8 Pembelian konsumsi 11.310.000 13 21.030.000 23,95 9 Pembelian barang lainnya alat

bantu penyuluhan

300.000 0,34 - -

(45)

11 PMT Bumil KEK - - 12 Transport peserta, kader

kesehatan, refreshing kader/penyegaran kader

5.400.000 6,21 5.940.000 6,76

13 Transport peserta lintas sektor/TOMA/TOGA/LPM menghadiri koordinasi kesehatan/lokmin tribulan

2.640.000 3,03 5.840.000 6,65

Jumlah 87.000.000 100 87.826.500 100

Berdasarkan hasil telaah dokumen selama dua tahun terakhir,pengalokasian dana BOK Puskesmas Kartini terbesar digunakan untuk transport petugas dan jaringan dalam menjalankan program promotif dan preventif di masyarakat (62,51%), kemudian diikuti pembelian konsumsi (18,48%) dalam melaksanakan penyuluhan, selanjutnya untuk transport peserta atau kader kesehatan (6,49%) dalam melakukan pendampingan program kesehtan dan refreshing kader, kemudian untuk transport peserta lintas sektor (4,84%) yang dilibatkan dalam proses perencanaan, selanjutnya untuk penggandaan ATK (3,69%) untuk pembuatan laporan atau keperluan alat tulis dalam pelaksanaan penyuluhan atau rapat-rapat, dan porsi yang terkecil ada untuk pembelian alat bantu penyuluhan yang dikeluarkan pada tahun 2014 sebesar 0,34% dari anggaran.

Program kesehatan nasional di daerah yang direncanakan Puskesmas Kartini pada tahun 2016 dalam mendukung pelayanan kesehatan di luar gedung melakukan kegiatan berikut dirinci dalam tabel.

Tabel 4.22 Rincian Kegiatan Pemanfaatan Dana BOK

No. Jenis Kegiatan Bentuk Kegiatan

1. Upaya Kesehatan Ibu

a. Pelayanan ANC 1) Pendataan sasaran (TERPADU)

(46)

Pencegahan Persalinan dan Komplikasi (P4K) 4) Pemantauan bumil risiko tinggi

5) Pelaksanaan kelas ibu

6) Kunjungan rumah PUS yang tidak ber-KB atau

drop out

7) Pelacakan kasus kematian ibu termasuk otopsi verbal

b. Pelayanan Nifas Ibu Pelayanan nifas termasuk KB 2. Upaya kesehatan neonates dan bayi

a. Pelayanan kesehatan neonates

1) Pemantauan kesehatan neonatus termasuk neonatus risiko tinggi

2) Pelacakan kematian neonatal termasuk otopsi verbal

b. Pelayanan kesehatan bayi 1) Pemantauan Kesehatan Bayi (pengukuran pertumbuh, pemantauan perkembangan, pemberian vitamin A, imunisasi dasar lengkap) 2) Kunjungan rumah/ pendampingan

3) Pemantauan bayi risiko tinggi

4) Pemberian PMT Penyuluhan/PMT Pemulihan 3. Upaya Kesehatan Anak Balita dan Pra Sekolah

Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan Pra sekolah

1) Pemantauan Kesehatan Anak Balita dan Pra Sekolah (pengukuran pertumbuhan, pemantauan perkembangan, pemberian vitamin A, imunisasi)

2) Kunjungan rumah, sekolah, UKBM, panti 3) Pemantauan Balita risiko tinggi

4) Penemuan dan tatalaksana kasus penyebab utama kematian balita

5) Surveilance dan pelacakan Gizi Buruk 6) Pemberian PMT Penyuluhan/PMT Pemulihan 4. Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

Pelayanan kesehatan anak

usia sekolah

institusi/tempat terdapat sasaran yang memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan seperti; sasaran pada kelompok pekerja rentan (nelayan, TKI, Pekerja Perempuan)

1) Pembinaan usia sekolah, UKS/dokter kecil 2) Penjaringan peserta didik (kelas I, 7, 10) 3) Pemberian TTD untuk remaja putri 4) Bulan Imunisasi Anak Sekolah

5) Pembinaan kesehatan di Panti/LKSA/Karang taruna/remaja di tempat ibadah/

6) Penemuan dan tata laksana kasus

5. Imunisasi

a. Imunisasi Dasar 1. Advokasi, Sosialisasi dan Koordinasi

a. Advokasi/Sosialisasasi/lokakarya dengan lintas program dan lintas sektor terkait program imunisasi dasar

b. Rapat koordinasi (internal program dengan lintas program maupun lintas sektor)

2. KIE

(47)

3. Pemberdayaan masyarakat

Forum komunikasi imunisasi dan masyarakat peduli imunisasi

4. Pelayanan Imunisasi

Pelaksanaan pelayanan imunisasi dasar di Pos Pelayanan Imunisasi (Posyandu, Puskesmas, Poskesdes, Polindes, Pos Pelayanan lainnya yang ditentukan) dan kunjungan rumah jika diperlukan termasuk sweeping imunisasi dan DOFU (Drop Out Follow-Up)

5. Distribusi Sarana dan Prasarana Pelayanan Imunisasi (vaksin, ADS dan safety box) b. Imunisasi lanjutan : DPT-HB-Hib, campak, BIAS (campak, DT, Td) dan TT c. Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN), crash program , backlog fighting,

dan imunisasi dalam rangka penanganan KLB (outbreak respon imunization/ORI) 6. Upaya Kesehatan Usia Reproduksi

Pelayanan kesehatan usia reproduksi

Penyuluhan, orientasi sosialisasi, kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana 7. Upaya Kesehatan Lanjut Usia

Pelayanan kesehatan lanjut usia

1. Inspeksi Kesehatan Lingkungan untuk Tempat-tempat Umum, Tempat

Pengelolaan Makanan, Sarana Air Minum 2. Pemeriksaan Kualitas Air Minum,

Makanan, Udara, Bangunan. Pemeriksaan terdiri dari pengambil sampel

3. Orientasi natural leader STBM, penjamah makanan, kader kesling lainnya.

4. Pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan STBM, Implementasi HSP di Rumah Tangga dan Sekolah, Rencana Pengamanan Air Minum di Komunal, MPAPHAST di komunitas pasar rakyat, sekolah dan hotel serta bentuk pemberdayaan masyarakat lainnya

5. Pembinaan pasca pemberdayaan termasuk verifikasi desa yang melaksanakan STBM, desa SBS dan TTU, TPM yang memenuhi syarat. 6. Pendataan Pra Lansia dan Lansia 8. Upaya kesehatan lingkungan

Pelayanan kesehatan lingkungan

1) Inspeksi Kesehatan Lingkungan untuk Tempat-tempat Umum, Tempat Pengelolaan Makanan, Sarana Air Minum

(48)

Udara, Bangunan. Pemeriksaan terdiri dari pengambil sampel

3) Orientasi natural leader STBM, penjamah makanan, kader kesling lainnya.

4) Pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan STBM, Implementasi HSP di Rumah Tangga dan Sekolah, Rencana

Pengamanan Air Minum di Komunal, MPAPHAST di komunitas pasar rakyat, sekolah dan hotel serta bentuk pemberdayaan masyarakat lainnya

5) Pembinaan pasca pemberdayaan termasuk verifikasi desa yang melaksanakan STBM, desa SBS dan TTU, TPM yang memenuhi syarat.

9. Upaya Promosi Kesehatan Pelayanan Promosi Kesehatan

1) Penyegaran/ refresing, orientasi kader kesehatan dalam upaya kesehatan secara terpadu

2) Penyuluhan kelompok, penyuluhan masal ttg program kesehatan

3) Penggerakan keluarga/masyarakat untuk mendukung program kesehatan

4) Pembinaan/pendampingan masyarakat, kelompok masyarakat

5) Penggalangan dukungan masyarakat, lintas sektor, dunia usaha

10. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (antara lain : TB, HIV/AIDS, IMS, Hepatitis, Diare, Tiphoid, ISPA/Pneumonia, Kusta, Frambusia,

a. Solsialisasi dan penyuluhan Sosialisasi dan Penyuluhan kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya

b. Penemuan dan Pencegahan Dini secara aktif

1) Deteksi dini HIV/AIDS, TB, Hepatitis pada ibu hamil dan populasi berisiko

2) Pendataan sasaran

11. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Sosialisasi dan penyuluhan

12. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan lainnya Pelayanan kesehatan

olahraga

Pembinaan kesehatan olahraga

Pemanfaatan dana BOK 2016 yang dialokasikan untuk dukungan manajemen dapat dilihat dalam tabbel berikut:

Tabel 4.23 Pengalokasian Dana BOK 2016 untuk Dukungan Manajemen

No Kegiatan Jenis kegiatan

1. Pengelolaan

keuangan Puskesmas

(49)

b. Dukungan administrasi

d. Rapat-rapat lintas program dan lintas sektoral

3. Penyediaan bahan habis pakai

a. Pembelian ATK

b. Fotocopi/penggandaan form keluarga sehat 4. Pembelian bahan a. Pembelian reagen, stik test cepat

No Kegiatan Jenis kegiatan

4 habis pakai pelayanan promotif dan prventif

b. Penggandaan media promosi kesehatan c. Supervisi, konsultasi, fasilitasi,

monitoring

d. Penggandaan format laporan, instrument 5. Konsultasi pembinaan

teknis

a. Konsultasi ke kabupaten/kota

b. Pembinaan teknis ke jaringan, jejaring, UKBM, Institusi

6. Sistem informasi a. Penggandaan laporan b. Pengiriman laporan 3.4.2 Capaian SPM

Dari hasil studi dokumentasi terhadap laporan yang disampaikan dan dilaporkan PuskesmasKartini kepada Dinas KesehatanKota Pematangsiantar terjadi peningkatan cakupan SPM sejak dilaksanakannya program BOK, dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.24 Indikator SPM Puskesmas Kartini

No Indikator SPM

Pencapaian(Tahun)

2014 (%) 2015 (%) Target 2016 (%) 1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) 92,24 90,64 95 2. Cakupan Komplikasi Kebidanan

yang ditangani 0 64,47 80

5. Cakupan Neonatus dengan

komplikasi ditangani 8,97 0 80

(50)

b. Kunjungan Neonatus 3 (KN L) 87 102,16

7. Cakupan Desa UCI 100 100 100

8. Cakupan Pelayanan Anak Balita 94,94 25,83 90 9. Pelayanan Kesehatan Bayi 54,26% 48,93% 90 10. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi 78,83% 89,70% 100 11. Cakupan Penjaringan Kesehatan

Siswa SDdan Setingkatan 100 100 100

12. Cakupan Peserta KB Aktif 90,71 85,90 70 13. Cakupan Penemuan dan Penanganan

Penderita Penyakit 100

a. Penemuan penderita diare 11,99 10,66 No Indikator SPM

Pencapaian(Tahun)

2014 (%) 2015 (%) Target 2016 (%) b. Penemuan pneumonia balita

ditemukan dan ditangani 81,90 10,66 14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar

(51)

5.1.1 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam menjalankan upaya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sumber daya yang berkualitas sangat diharapkan dan dibutuhkan untuk menjalankan program-program kesehatan masyarakat dapat berjalan dengan baik. SDM Kesehatan yang bekerja di puskesmas memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan dana BOK dalam upaya pencapaian tujuan BOK dan keberhasilan pelaksanaan BOK di puskesmas.

4. Persepsi Juknis BOK 2016

(52)

kebijakan BOK 2016 dengan tepat dan benar sehingga dalam proses perencanaan, kegiatan yang ditetapkan dan dilaksanakan sesuai dengan arah pembangunan nasional dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

5. Pengelola BOK 2016

Tujuan program BOK dapat tercapai dengan optimal berjalan dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, baik tim pengelola BOK di dinkes, puskesmas, bahkan para penanggung jawab program promotif dan preventif. Berdasarkan hasil wawancara, tim pengelola BOK tahun ini adalah tim yang sudah berpengalaman di tahun sebelumnya. Sehingga dalam melaksanakan tugasnya mereka saudah paham hanya saja perlu disesuaikan dengan kebijakan yang baru yang mengalami perubahan setiap tahunnya. Untuk tahun ini, mekanisme pengelolaannya diserahkan ke daerah. Tim pengelola dana BOK 2016 tidak membentuk tim sendiri tetapi dikelola oleh bendahara penerimaan dan pengeluaran yang tersistem di dalam manajemen dinkes.

5.1.2 Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan aspek penunjang pelayanan kesehatan di puskesmas dalam mendukung tercapainya tujuan BOK. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sarana dan parasarana yang ada di PuskemasKartini menunjukkan keadaan yang cukup danbaik.Sarana dan prasarana yang ada di

PuskesmasKartini telah dapat memenuhi upaya

(53)

5.1.3 Dana BOK

4. Sumber Dana Program Promotif dan Preventif

Puskesmas Kartini dalam menjalankan program promotif dan preventif memiliki sumber dana yang bersumber dari BOK dan JKN. Dalam pelaksanaan upaya kesehatan dana BOK dan dana kapitasi BPJS telah digunakan dengan tepat tidak terjadi duplikasi dan saling menutupi kekurangan. Penggunaan Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan dimanfaatkan untuk upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif lainnya, kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan, operasional untuk puskesmas keliling, bahan cetak atau alat tulis kantor, serta administrasi keuangan dan sistem informasi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan, sumber dana untuk program promotif dan preventif adalah bersumber dari BOK dan JKN, dari APBD tidak ada sejak tahun 2014. BOK Pematangsiantar 2016 mengalami kenaikan, dari 1,9 M ke 3,7 M sedangkan BOK Puskesmas Kartini 2016 menerima dana sebesar Rp.223.250.000,00.

(54)

adanya dana BOK, alokasi anggaran kesehatan APBD mengalami pengurangan 0,04% dari total anggaran APBD di tahun 2011 di (Husni, 2012). 5. Mekanisme Pencairan Dana

Berdasarkan PMK Nomor 22/07/2016 tentang Pencairan Dana Bantuan Operasional Kesehatan dan Dana Bantuan Operasional Keluarga Berencana Tahun Anggaran 2016, penyaluran dana BOK tahun anggaran 2016 dilaksanakan dengan pemindahbukuan dari rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas umum daerah. Mekanisme pengelolaan dana BOK tahun 2016 mengalami perubahan dari pengelolaan tahun sebelumnya, dari mekanisme dana TP ke mekanisme dana DAK. Dasar pendistribusian alokasi dana BOK per puskesmas dengan memperhatikan beberapa hal yang terkait beban kerja, antara lain: luas wilayah kerja Puskesmas, jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab puskesmas, jumlah UKBM, jumlah sekolah, dana kapitasi JKN yang diterima, dan jumlah tenaga pelaksana UKM.

(55)

Di Kabupaten Bintan mekanisme penyaluran dana BOK dengan Tugas Pembantuan sehingga memerlukan waktu pencairan yang lama dan rumit dalam administrasi, tetapi tidak mengganggu kegiatan rutin puskesmas (Husni, 2012)

6. Periode penerimaan dana

Pencairan dana BOK dilaksanakan secara triwulan dan disalurkan setiap triwulan sebesar 25% dari jumlah alokasi, yaitu triwulan I paling cepat Februari, triwulan II paling cepat April, triwulan III paling cepat Juli, triwulan IV paling cepat Oktober. Daerah wajib menyalurkan dana BOK kepada puskesmas paling lama 7 hari setelah kota menerima permintaan penyaluran dana BOK dari puskesmas.

(56)

sebelumnya dengan asumsi bahwa puskesmas tidak boleh langsung menghabiskan semua anggaran. Disisi lain, pihak puskesmas mengatakan bahwa dana untuk menanggulanginya bersumber dari uang pribadi kepala puskesmas. Dari sini dapat diketahui bahwa pencairan dana mengalami keterlambatan sehingga program berjalan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan tidak optimal. Kegiatan yang telah dilakukan seperti kunjungan ke rumah ibu hamil, imunisasi, penyuluhan, Lokakarya mini, dll.

Di Kabupaten Bintan dana BOK tahun 2012, tidak digunakan diawal tahun 2012 karena sosialisasi BOK tahun 2012 pada bulan Februari sehingga pengusulan dan pencairan di bulan Maret 2012 (Husni, 2012).

5.2 Proses

5.2.1 Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1)

Perencanaan di puskesmas disusun melalui 4 (empat) tahap yang dimulai dari tahap persiapan, tahap analisa situasi, tahap penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) dan tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) agar tujan BOK di puskesmas dapat tercapai optimal dan tepat sasaran.

(57)

semua penanggungjawab program. POA bulanan dijalankan sekalian melakukan evaluasi program di puskesmas.

Tetapi, perencanaan tahun 2016 dinilai kurang efektif, program yang akan dilaksanakan tidak sesuai dengan kondisi real masayarakat saat itu. Karena perencanaan sudah ditetapkan selama satu tahun, jadi jika disaat tertentu terjadi kejadian insidensial seperti KLB ada 2 pilihan, yang pertama tetap dilaporkan tapi

ditunggu sampai ke “P” yang membutuhkan proses yang panjang dan waktu yang

lama, yang kedua kegiatan yang sesuai kebutuhan tidak bisa mengandalkan BOK tetap dilaksanakan dengan prinsip proyek thank you.

Hasil penelitian di UPT Puskesmas Hiliduho, proses perencanaan sudah dilakukan sesuai dengan tahapan yang ditentukan Hasil dari penentuan prioritas masalah kesehatan tersebut dibuat dalam POA sebagai RPK yang akan diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten untuk dapat diverifikasi dan disetujui (Gulo, 2015)

5.2.2 Penggerakan Pelaksanaan (P2)

(58)

kerjasama lintas sektoral dapat dikaji bersama sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal yang dilakukan rutin setiap tribulan.

Dari hasil wawancara dan telahaan dokumen yang dilakukan terlihat bahwa pelaksanaan lokakarya mini bulanan dilaksanakanoleh Puskesmasrutin setiap bulan untuk mengevaluasi program yang telah terlaksana dengan menyampaikan laporan bulanan masing-masing penanggungjawab program sehingga teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan kemudian diupayakan pemecahan masalahnya dan menghasilkan susunan rencana kegiatan prioritas untuk periode selanjutnya. Diawal tahun telah dilaksanakannya lokakarya mini lintas program dan lintas sector yang melibatkan semua pihak terkait seperti lintas sektoral, toma, dan masing-masing penanggungjawab program yang menghasilkan POA yang berdasarkan RPK sehingga kegiatan dapat dilaksanakan diawal tahun.

(59)

5.2.3 Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3)

Pengawasan atau monitoring dilakukan tim pengelola BOK kepada puskesmas agar pemanfaatan dana BOK dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan BOK. Penilaian kinerja BOK meliputi aspek manajemen dengan pembuatan laporan pemanfaatan dana BOK yang bersifat akuntabilitas dan transparansi dan aspek program penyampaian laporan cakupan program secara berjenjang dari puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya sampai ke tingkat pusat.

Berdasarkan hasilwawancaramenunjukkan bahwa pelaksanaan pengawasan telah dilakukanbaik oleh Tim Pengelola Dinas Kesahatan Kabupaten maupun Kepala Puskesmas Kartini. Kepala Puskesmas Kartini melakukan monitoring pencapaian program dan penyerapan keuangan BOK pada saat lokakarya mini bulanan.Sedangkan pihak Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar melakukan monitoring dan pembinaan secara langsung ke setiap puskesmas setiap bulan. Pelaporan menggunakan format dan mekanisme daerah dilakukan secara rutin kepada dinkes paling lambat tanggal 5 setiap bulan karena karena pembayaran dilakukan setelah program kegiatan dilaksanakan dan dicek kebenaran. Selain itu, Dinas Kesehatan Kota dan Provinsi juga menyusun laporan tahunan pelaksanaan BOK berdasarkan laporan yang diterima.

(60)

pelaksanaan BOK dilakukan secara langsung dengan memverifikasilaporandanpencatatan yang telah dibuat (Gulo, 2015).

5.3 Output (Keluaran)

5.3.1 Pemanfaatan Dana BOK

Dana BOK diarahkan untuk meningkatkan kinerja Puskesmas melalui upaya kesehatan promotif dan preventif dalam mendukung pelayanan kesehatan di luar gedung dengan didukung manajemen Puskesmas yang baik. Pemanfaatan dana BOK utamanya untuk mendukung biaya operasional bagi petugas kesehatan dan kader dalam menjangkau masyarakat di wilayah kerja Puskesmas, sehingga terbentuk masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat agar terwujudnya keluarga dan masyarakat yang sehat.

Berdasarkan hasil telaah dokumen terlihat bahwa dana BOK yang diterima Puskesmas Kartini cenderung mengalami peningkatan dengan trend rata-rata sebesar 0,80%. Pemanfaatan dana BOK Puskesmas Kartini dinilai baik dengan realisasi dana BOK tahun 2010-2015 sebesar 100%. Sedangkan untuk tahun 2016, Puskesmas Kartini menerima dana BOK sebesar Rp.223.250.000,00 dengan realisasi Rp.21.000.000,00 sampai bulan Maret.

3. Alokasi Dana

(61)

pengelola BOK di Kota dengan besaran maksimal 6% dari alokasi BOK yang diterima.

Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen diketahui bahwa pembagian dana BOK Puskesmas Kartini sudah sesuai juknis yaitu pada tahun 2014 pemanfaatan dana BOK 71% digunakan untuk program kesehatan esensial dan 29% digunakan untuk program kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas. Selanjutnya pada tahun 2015 pemanfaatan dana BOK 74% digunakan untuk program kesehatan esensial dan 26% digunakan untuk program kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas. Penggunaan BOK untuk operasional upaya kesehatan dan kegiatan manajemen, meliputi: biaya perjalanan dinas, pembelian barang pakai habis antara lain penggandaan media, penyelenggaraan rapat-rapat, pembelian alat tulis kantor, penggandaan laporan.

4. Pemanfaatan Dana BOK untuk Kegiatan

(62)

Berdasarkan laporan tahunan BOK Puskesmas Kartini tahun 2014 dan 2015, pengalokasian dana BOK berdasarkan jenis belanja yang terbesar digunakan untuk transport petugas dan jaringan dalam menjalankan program promotif dan preventif di masyarakat (62,51%), kemudian diikuti pembelian konsumsi (18,48%) dalam melaksanakan penyuluhan, selanjutnya untuk transport peserta atau kader kesehatan (6,49%) dalam melakukan pendampingan program kesehtan dan refreshing kader, kemudian untuk transport peserta lintas sektor (4,84%) yang dilibatkan dalam proses perencanaan, selanjutnya untuk penggandaan ATK (3,69%) untuk pembuatan laporan atau keperluan alat tulis dalam pelaksanaan penyuluhan atau rapat-rapat, dan porsi yang terkecil ada untuk pembelian alat bantu penyuluhan yang dikeluarkan pada tahun 2014 sebesar 0,34% dari anggaran.

(63)

Hasil penelitian di Kabupaten Bintan, alokasi Dana BOK tidak sesuai dengan tujuan percepatan MDGs karena lebih besar digunakan untuk kegiatan kesehatan lingkungan, sedangkan untuk meningkatkan kesehatan ibu, menurunkan angka kematian balita, dan mencegah penyakit menular mendapat porsi yang sedikit. Sebagian besar dana BOK digunakan untuk transportasi yang mendukung kegiatan luar gedung di puskesmas. Dari 20,3 Juta belanja untuk KIA, 52,7% digunakan untuk biaya transport petugas dan 19,2% untuk transport kader (Husni, 2012).

Sedangkan di UPT Puskesmas Hiliduho dana BOK paling banyak dialokasikan untuk kegiatan upaya kesehatan di puskesmas yakni 64,79% sedangkan untuk kegiatan penunjang upaya kesehatan yakni 3,82% serta untuk kegiatan manajemen puskesmas yakni 31,39% (Gulo, 2015).

5.3.2 Capaian SPM

(64)
(65)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

4. a. Persepsi pengelola BOK tentang tujuan dan pemanfaatan BOK 2016 sudah sesuai juknis namun masih terjadi perbedaan pendapat antara pihak dinkes dan puskesmas tentang capaian BOK 2016.

b. Sarana dan parasarana yang ada di PuskemasKartini menunjukkan keadaan yang cukup danbaik.

c. Sumber biaya untuk program promotif dan preventif di Puskesmas Kartini bersumber dari dana BOK dan dana Kapitasi. Sedangkan dari APBD, sama sekali tidak ada sejak tahun 2014.

d. Pencairan dana BOK 2016 Puskesmas Kartini masih mengalami keterlambatan. Dana diterima pada bulan Mei untuk menanggulangi kegiatan yang dilkasanakan pada bulan Maret.

2. a. Tahap perencanaan (P1) yang dilakukan oleh Puskesmas Kartini sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan pedoman penyusunan perencanaan tingkat puskesmas.

b. Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan di puskesmas dilakukan dalam bentuk Lokakarya Mini yang dilakukan dalam dua bentuk yaitu lintas program dan lintas sektoral.

(66)

dan penyerapan keuangan BOK pada saat lokakarya mini bulanan. Sedangkan Dinas Kesahatan Kota Pematangsiantar telah melakukan monitoring dan pembinaan secara langsung ke setiap puskesmas setiap bulan.

3. a. Dana BOK yang diterima Puskesmas Kartini cenderung mengalami peningkatan dengan trend rata-rata sebesar 0,80%. Pemanfaatan dana BOK Puskesmas Kartini dinilai baik dengan realisasi sebesar 100%. Sedangkan untuk tahun 2016, Puskesmas Kartini menerima dana BOK sebesar Rp.223.250.000,00 dengan realisasi Rp.21.000.000,00 sampai bulan Maret.

b. Puskesmas Kartini mengalokasikan dana BOK sudah sesuai juknis yaitu pada tahun 2014 pemanfaatan dana BOK 71% digunakan untuk program kesehatan esensial dan 29% digunakan untuk program kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas. Selanjutnya pada tahun 2015 pemanfaatan dana BOK 74% digunakan untuk program kesehatan esensial dan 26% digunakan untuk program kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas.

(67)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai beirikut :

1. Sebaiknya pihak pemerintah dalam menetapkan manajemen pelaksanaan BOK tidak melalui proses birokrasi yang sulit dan rumit sehingga perencanaan program yang dilakukan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu, waktu pencairan dana tidak mengalami keterlambatan, dan laporan pertanggungjawaban dapat diselesaikan dengan cepat.

2. Sebaiknya pihak Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi yang lebih baik lagi agar pihak puskesmas dapat memahami kebijakan BOK dengan tepat dan benar sehingga tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai tujuan dan pemanfaatan BOK serta dalam proses perencanaan, kegiatan yang ditetapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan arah pembangunan nasional dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Gambar

Tabel 4.1 Wilayah Kerja Puskesmas Kartini
Tabel 4.2 SDM Puskesmas Kartini
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Tabel 4.5 Mortalitas dan Morbiditas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional khususnya MDGs bidang

Kebijakan operasional BOK mulai direalisasikan sejak pertengahan tahun 2010 untuk membantu puskesmas dan jaringannya serta Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah dana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementerian Kesehatan dan merupakan bantuan pemerintah

Apakah dana BOK yang ibu terima keseluruhannya digunakan untuk mendukung kegiatan promotif dan preventif?. Apakah ada kendala dalam pemanfaatan

Peluncuran BOK karena dinilai fungsi puskesmas belum berjalan dengan optimal seperti fungsi puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan primer, pusat pelayanan

promotif yang bersumber dana dari BOK meliputi Pelayanan Promosi Kesehatan. kegiatannya penyuluhan kesehatan, kunjungan rumah dan pemasangan

Terkait dengan crosschek informan yang telah dilakukan untuk penggunaan dana BOK pada kegiatan penunjang upaya kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Tanete

Pihak yang terlibat dalam penyusunan POA BOK Berdasarkan hasil wawancara informan kunci dan informan biasa di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan perencanaan