ANALISIS PENUAPATAN USAHATANI
DAN SALURAN PEMASARAN TEH
PERKEBUNANRAKYAT
(Studi Kasus Perkebunan Teh P.akyat, !<ecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)
Oleh
:
ALI AKBAR HUTZI
A14101549
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEblEN AGRlBlSNlS
FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
DAN SALURAN PEMASARAN TEM
-
PERKEBUNANRAKYAT
(Studi Kasus Perkebunan Teh Rakyat, Kecamatan Sukanagara,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)
SKRlPSl
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Fakultas Pertanian
lnstitut Pertanian Bogor
Oleh
:
ALI AKBAR HUTZl
A14101549
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRlBlSNlS
FAKULTAS PERTANIAN
ALI AKBAR HUTZI. Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Teh Perkebunan Rakyat (Studi Kasus Perkebunan Teh Rakyat, Kecarnatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Di bawah Birnbingan YAYAH K.WAGION0
Jawa Barat merupakan salah satu ser~tra produksi teh di lndonesia. Luas aieal perkebunan teh di propinsi ini pada tahun 2003 rnencapai 73,37 persen dari totzl luas areal penanarnan teh di Indonesia yang rnencapai angka 152.217 hektar pada tahun yang sarna. Produksi teh di Jawa Barat pada tahun 2003 adalah sebesar 113.055 Ton (Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat. 2003). Kabupaten Cianjur rnerupakan salah satu sentra produksi teh di Jawa Barat. Luas areal perkebunan teh di Cianjur pada tahun 2003 adalah 25.765,12 hektar yang berarti 23,80 persen dari luas areal perkebunan teh di Jawa Barat yang pada tahun 2003 luasnya adalah 108.248,16 hektar.
Kecamatan Sukanagara adalah salah satu daerah produksi teh yang terdapat di Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Wilayah ini rnerniliki luas areal penanarnan teh terbesar kedua setelah Kecarnatan Takokak. Luas areal perkebunan teh pada tahun 2004 adalah sebesar 3.565,85 hektar dengan tingkat produksi sebesar 3.070 ton pada tahun yang sarna. Akan tetapi produktivitas teh di Kecarnatan Sukanagara rnenernpati urutan keernpat yaitu sebesar 0.861 ton per hektar pada tahun 2004. Produktivitas yang rendah juga diikuti oleh kualitas pucuk teh yang rendah clan ha1 ini rnengakibatkan pendapatan petani teh rakyat juga rendah (Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat, 2003).
Rendahnya produktivitas teh yang dihasilkan oleh perkebunan teh rnilik rakyat selarna ini telah rnendapat perhatian dari pernerintah. Pernbangunan Kebun Teh Rakyat rnelalui bagian Proyek Pengernbangan Budidaya Perkebunan Rakyzt (PPBPR) Jawa Barat dilaksanakan sejak tahun anggaran 199211993.
Pada urnurnnya petani rnerniliki rnotivasi berkebun yang tinggi. Hal ini juga didukung oleh adanya pengalaman dalarn beritebun. Akan tetapi pada sisi lain, para petani berada pada posisi tawar (bargainning position) yang lernah terutama dalarn ha1 menentukan harga. Dukungan yang telah diberikan oleh pernerintah selarna ini juga dimaksudkan untuk rneningkatkan produktivitas teh rakyat. Akan tetapi hal itu rnasih belum diikuti oleh peningkatan produktivitas dan kualitas pucuk teh rakyat. Bahkan tidak jarang diternui petani teh rakyat yang rnernbiarkan lahan tehnya begitu saja dan beralih ke usaha yang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, rnaka yang rnenjadi tujuan dari penelitian ici adalah : (1) Mengkaji kondisi urnurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara. (2) Menganalisis pendapatan usahatani teh rakyat di Kecarnatan Sukanagara untuk rnengetahui kondisi urnurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di daerah tersebut dan (3) Mengkaji saluran pernasaran pucuk teh rakyat di Kecamatan Sukanagara.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan garnbaran urnurn usahatani perkebunan teh rakyat yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara adalah :
Sukanagara, sernbilan di antaranya rnenjadi peserta program bantuan tersebut.
Dalarn rangka rneningkatkan pernbinaan tehadap petani, di Kecarnatan Sukanagara telah terbentuk kelornpok-kelornpok tani yang terdiri dari 20 sampai dengan 30 anggota kelornpok tani (kepala keluarga). Sarnpai dengan tahun 2003. telah terdapat 40 kelompok tani d ~ n g a n 1.051 kepala keluargs. Perkebunan teh rnilik rakyat yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara sebagian besar dikelola oleh buruh tani yang rnerniliki kernarnpuan berkebun tatapi t i d a ~ memiliki lahan sendiri.
Pendapatan usahatani (2003) yang diterirna atas dasar biaya !unai adalah Rp 23.162 per hektar per bulan. Sedangkan Pendapatan usahatani atas dasar biaya total scbesar Rp -26.448 per hekta: per bulan. Adapun RIC rasio (2003) atas biaya tunai adaiah 1,07 dan atas biaya total adalah sebesar 0,93. Hal ini menunjukan bahwa usahatani perkebunan teh rakyat di kecarnatan Sukanagara ini secara rata-rata sudah tidak layak untuk dijalankan. Kondisi seperti ini yang mernbuat petani sulit untuk rnernbayar cicilan sebesar Rp 45.000 perbulan kepada pengelola proyek PPBPR. Lernbaga pernasaran yang terlibat dalarn pernasaran teh di Kecamatan Sukanagara rneliputi pedagang pengumpul, Tempat Pengurnpulan Hasil (TPH) kelompok tan: dan pabrik pengolahan teh. Struktur pasar pucuk teh yang terdapat di lokasi penelitian adalah struktur pasar oligopsoni dimana beberapa pedagang pengurnpul berhadapan dengan banyak petani. Petani seringkali membutuhkan uang tunai untuk rnernenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari serta kebutuhan saprotan, sehingga petani meminjam uang kepada pedagang pengumpul tertentu. lkatan inilah yang rnembatasi kebebasan petani untuk menjual dan menentukan harga pucuk tehnya. Kondisi seperti itu akhirnya rnerubah struktur yang dihadapi oleh petani menjadi struktur pasar monopolis.
Judul
Nama
NRP
:
Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pernasaran Teh Perkebunan Rakyat (Studi Kasus Perkebunan Teh Rakyat,Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)
: Ali Akbar Hutzi
: A14101549
Menyetujui,
osen Pembimbing
L
Ir.
Yavah K. Waqiono. MEc.NIP. 130350044
NIP. 131124019
PEIWYATAAN
DENGAN IN1 SAYA MENYAI'AKAN BAI-IWA SKIILI'SI YANG BERJUDUL
"ANALISIS PENDAPATAN USAFTATANT DAN SAT,URlW PEMASARAN
TEH PERKEBUNAN RAKYAT (STUD1 KASUS PERKEBUNAN TEI-I
RAKYAT, KECAMATAN SUKANAGARA KABUPATEN CIANJUR, JAWA
BARAT)" BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI
DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA
SUATU PI?RGIJRIJAN TTNGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Penulis adalah putra ke delapan dari delapan bersaudara )rang lahir pada tanggal 15 oktober 1977 di Bogor dari pasangan Endang Suherman (Alm) dall AT. Sukaesih. Sampai tahl~n 1996 penulis lulusdari Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri I Cipanas
-
Cianjur. Pada tahun 1998 penulis berhasil 1010s seleksi ujian masuk diploma tiga Manajemen Agribisnis lnstitut Pertanian Bogor (MAB- IPB) dan selesai sarnpai dengan tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis rnelanjutkan pendidikan untuk rnencapai gelar S1 di Program Ekstensi Manaje~nen Agribisnis lnstitut Pertanian Bogor (Pro Emas-IPB).KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wata'ala karena berkat-Nya penulis dapal rnenyelesaikali skripsi ini. Ski-ipsi yang berjtidul Ana!isis Pendapaian ilsaha l a n i dan Pernasarzn Perkcb~nar~ Teh Rakyat adafah pernbahasan rnengenai keadaan sesungguhnya petani teh rakyat dalarn rnenghadapi persaingan pasar di tingkat rnikro.
Selarna ini para petani teh rakyat berada pada bargaining position yang lernah, sehingga dalarn kancah persaingan dengan petani
-
petani besar seperti Perkebunan Teh Milik Negara (PTPN) dan perkebunan besar swasta, perkebunan teh rnilik rakyat berada pada kelornpok yang terrnarjinalkan. Berawal dari keprihatinan itulah kernudian penulis rnerasa tertarik untuk rnelakukan penelitian walaupun penulis akui rnasih banyak kekurangan dalarn tulisan ini.Segala ha1 yang penulis tuangkan dalarn skripsi ini sernoga dapat bermanfaat bagi penulis dan pernbaca. Adapun segala kekurangan yang terdzpat didalarnnya sernoga rnenjzdi pangalaman berharga bagi penulis untuk dapat berkarya lebih baik lagi dirnasa rnendatang.
UCAPAN TERIMA KASIH
Sesungguhnya skripsi ini tak akan pernah terwujud tanpa kehendak-Nya sena bantuan dari sernua pihak. Pada kesernpatan ini penulis ingin rnenyampai~an terlrna kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Yayah K. Wagiono, MEc Selaku Dosen Pernbirnbing yang selalu rnernbirnbing dan rnernotivasi penulis dengan penuh kesabaran
2. Orang tua, parnan dan bibi tersayang, terima kasih atas segala do'a, kasih sayang serta dorongan sernangatnya.
3. Kakak dan keponakan, terirna kasih atas segala do'a dan rnotivasi yang telah diberikan kepada penulis selarna ini.
4. Anisa Agustina, lstriku tercinta yang selalu rnendo'akan dan setia untuk tetap bersarna.
5. Bapak Lili, Bapak Yusuf, Bapak Faridh, Ibu Sri, Kang Dikdik, Ibu Yanti dan seluruh staff Dinas Perkebunan Sukanagara yang telah rnernbantu penulis dalam pengurnpulan data-data yang diperlukan untuk rnenyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR
IS1Halaman
KATA PENGANTAR I
UCAPAN TERIMA KASlH ii
DAFTAR IS1 iii
DAFTAR TAB v
DAFTAR GAME vii
OAFTAR. LAMPIRAN viii
BABI. PENDAHULUAN ... 1
1 .l. Latar Belakang Penelitian 1
1.2. Perumusan Masalah Penelitian ... 4 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 8 BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA ...
2.1. Gambaran Umum Te 2.2. Sifat-Sifat Botani Teh 2.3. Syarat Turnbuh Tana
2.3.1. lklim ...
2.4. Jenis aan Mu
2.6. Hasil-hasil Penelitian Terdahul
BAB Ill. KERANGKA PEMlKlRAN PENELlTlAN ... 22 3.1. Sektor Produksi Usahatani
3.2. Analisis Pendapatan Usahata 3.3. Sistem Pemasaran
3.4. Distribusi dan 3.5. Biaya Distribusi 3.6. Pabrik Pengola 3.7. Kerangka Pe BAB IV. METODE PENELlTlA
4.1. Lokasi dan Waktu
4.2. Metode Pengurnpulan Data ... ... ...
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...
4.3.1. Analisis Pendapatan Usahatani ...
4.3.2. Analisis Saluran Pemasaran ...
BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELlTlAN ...
5.1. Kondisi Geografis 5.2. Kondisi Dernografis
5.3. Pendidikan ...
.
.
...BAB VI. HASlL DAN PEMBAHA 6.1. Kondisi Umum Usa
Kecarnatan Sukanagar
6.2. Proyek Pengembangan Perkebunan Teh ... 6.3. Analisis Pendapatan Usahatani Perkebunan Teh
Rakyat di Kecarnatan Sukanagara ... 6.3.1. Penerima
6.5. Analisis Struktu
6.5.4. Sumber lnformasi Pasa 6.6. Marjin Pernasaran
6.8. Farmer's Sha
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
7.1. Kesimpu!an ... 76
7.2. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
DAFTAR TABEL
FIomor Halarnan
1. Perkembangan Volume dan Nila~
-
Ekspor Ten Indonesia(1 999
-
200.5) ... I2. Luas Areal Teh Menurut Kepemilikan di Propinsi Jawa Barat
(2001-2003) 2
3. Produksi Teh Menurut Kepemilikan di Propinsi Jawa Baiat
(2001-2003) ... 3
4. Produktivitas Teh Menurut Kepemilikan di Propinsi Jawa Barat
(2001-2002) ... 3
5. Luas Areal dan Produksi Tanarnan Teh Menurut Kepernilikan ...
Di Kabupaten Cianjur (1999-2003) 4
6. Luas Areal Perkebunan dan Produksi The pada Masing-masing
Kecarnatan di Kabupaten Cianjur, 2004 ... 5
7 Perbedaan Karakteristik Teh Hijau dan Teh Hitarn ... 16
8. Banyaknya Sarana Peribadatan T a p Desa, 2003 ... 42
9. I(ornposisi Penduduk Kecarnatan Sukanagara Menurut
Tingkat Pendidikan Tshun 2003 ... 43
10. Klasifikasi Penduduk Kecarnatan Sukanagara Menurut
Kelompok Urnur, Tahun 2003
...
4511. Data Curah Hujan Kecamatan Su!tanagara dalarn Satuan Milirneter
(1999
-
2003)...
.
.
...
46I . Luas Wilayah dan Produktivitas Binaan PPBPR, Tahun 2003 ... 49
13. Areal Tanam dan Jurnlah Kepala Keluarga Peserta Petani
Teh Rakyat Unit Sukanagara pada Tahun 2003 ... 49
14. Produksi Rata-Rata, Harga Rata-Rata serta Penerirnaan Kotor Rata-Rata Per Bulan Per Hektar Pucuk Teh Kecarnatan
Sukanagara (2002-2003)
...
5215. Komponen Fiaya Rata-Rata Pengelolaan Tanaman Rakyat per Hektar
per Bulan Tahun 2003 ... 55
16. Nilai Peilggunaan Peralatan Usahatani Perkebunan Teh Rakyat
Kecamatan Sukanagara, 2003 ... 59
17. Rata-Rata Biaya Total Usahatani Teh Rakyat Kecarnatan Sukan gara
...
18. Analisis Pendapatan Rata-Rata Usahatani Teh Rakyat Kecarnatan
Sukanagara per Bulan (2003) ... 61 19. Narna-Nanla Pedagang Pengurnpul yang Terdapat di kecarnatan
Sukanagara ... 64
20. Unit Pengolahan clasil (UPH) Pabrik Teh Hijau di Kecarnatan
...
Suakanagsra 66
21. Analisis Marjin Pernasaran Teh Perkebunan Rakyat
Per Kilogram di Kecamatan Sukanagara, 2003 ... 72
22. Kornponen Biaya Pernasaran Rata-Rata Pucuk Teh Perkebunan
...
Rakyat Kecarnatan Sukanagara, 2003 73
23. Farmer's Share Kornoditi Teh Rakyat di Kecarnatan
...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halarnan
1 . K v ~ a Biaya Variabel. Biaya Rata-Rata. dan Biaya Mzrjhal ... 24 ...
.
2 Kurva Amplop Sebagai Cakrawala Perluasan Skala Usaha 25 3 . Kuwa Pasar Persaingan Sempurna ... ... 28 4 . Kurva Pasar Persaingan Tidak Sempurna ... ... 30 5 . Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian
di Indonesia ... ... 32 6 . Kerangka Pemikiran Penelitian ... 34 7 . Perkembangan Produksi Pucuk Teh Rakyat Setiap Bulan
(2002 . 2003) ...
8 . Perkembangan Harga Pucuk Teh (2002 . 2003) 53
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
...
1. Luas Tanah dart Luas Lahan Darat di Kabupaten Cianjur 8 2
2. Perkembangan Produxsi dan Harya .Teh Perkebunan Paicyat
Kecamatan Sukanagara ... 83
3. Daftar Prodtlksi Rata-Rata, Iiarga Rata-Rata dan Penerimaan Fiata-Rata Petani Teh Perkebunan Rakyat Kecamatan
...
Sukanagara, 2002-2003 86
4 . Data lsian Unit Pengolahan HasillPabrik Kecamatan
Sukanagara (2002) ... 87
5. Kuisioner Petani Teh Rakyat, Pedagang Pengumpul
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. dan TPH 97
BAB
l
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
lndonesia rnerupakan salah satu negara produsen sekaligus eksportir teh
di dunia setelah i<enys, Srilanka, Cina dan India. Volume ekspor teh lndonesia
sejak tahun 1999 cenderung fluktuatif dengan volume rata-rata adalah sebesar
99.786.600 ton. Perkembaqgan volume dan nilai ekspor teh lndonesia sejak
[image:16.602.103.510.363.512.2]tahun 1999 sarnpai dengan tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Perkernbangan Volume dan Nilai Ekspor Teh lndonesia (1999-2003)
Sub perkebunan lndonesia berdasarkan status kepernilikan dibedakan Tahun
1999
rnenjadi tiga kelornpok yaitu : (1) Perkebunan pernerintah yaitu PT Perkebunan Volume Ekspor (000 ton) 97.847 Pertumbuhan
(%I
-
2002 - 2003Nusantara (PTPN), (2) Perkebunan besar rnilik perusahaan swasta, dan (3) Areal
perkebunan rakyat. Ketiga kelornpok perkebunan tersebut merniliki peran penting Surnber : Dirjen Bina Produksi Perkebunan
Keterangan : * data sernentara
6 4 9 )
(1 338) 100.184
88.176*
dalarn pernenaiizn ekspor teh hijail rnaupun teh hitarn
Nilai Ekspor (US $ juta)
97.140
Faktor yang rnernbedakan perkebunan rakyat dan perkebunan lainnya Pertumbuhan
(%)
-
105.427
95.815*
terletak pada penguasaannya. Pada perkebunan rakyat, areal yarlg diusahakan (8,08)
(736)
kecil-kecil, tetapi jurnlahnya banyak dan tanaman teh bukan rnerupakan usaha
utarna. Para petani juga rnenanarn tanarnan lain seperti kayu dan sayuran
diusahakan pernerintah dan swasta lebih luas. Di sarnping itu, perkebunan milik
pemerintah dan swasta telah didukung oleh teknologi dan teh merupakan
tanarnan utarna.
Jawa Barat rnerupakan salah sate sentra produksi teh di Indonesia. Luas
areal perkebunan teh di propinsi ini pada tahun 2003 rnencapai 73,37 persen dari
total leas areal penanarnan teh di lnd~nesiz yang rnencapai angka 152.217
hektar pada tahun yang sarna. Produksi teh di Jawa Barat pada tahun 2003
adalah sebesar 113.055 ton (Dinas Perkebunan Kecarnatan Sukanagara, 2003).
Produsen teh di propinsi Jawa Barat juga terdiri dari PTPN, Swasta dan
petani teh rakyat. Berdasarkan luas arealnya, perkebunan teh rakyat menernpati
urutan pertarna jika dibandingkan dengan dua jenis perkebunan lainnya.
Perkembangan luas areal perkebunan teh rakyat di Propinsi Jawa Barat dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Areal Teh Menurut Kepemilikan di propinsi Jawa Barat (2001- 2003).
r ~ a h u n
I
Perkebunan RakyatI
Perkebunan NegaraI
Perkebunan SwastaI
(Ha) (Ha) (Ha)
2001 57.412,21 I I 26.674,55 25.148,74
I I I I I
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat (2003)
Berdasarkan Tabe! 2 terlihat bahwa perkebunan teh milik rakyat rnerniliki
peranan yang cukup penting bagi kegiatan perekonomian di propinsi Jawa Barat.
Akan tetapi, luasnya areal penanaman teh milik rakyat di propinsi Jawa Barat
tidak diikuti oleh tingginye nilai produksi teh di propinsi ini. Produksi teh menurut
Tabel 3. Produksi Teh Menurut Kepernilikan di Propinsi Jawa Barat (2001-2003)
/I
Perkebunan Rakyat/
Perkebunan Negara/
Perkebunan Swasta/
Berdasarkan Tabel 3 di atas terlihat bahwa produksi teh rnilik perkebunan 3002
2003
negara (PTPN) lebih besar daripada yang dihasilkan oleh perkebunan teh rakyat.
32.486,54 35.973,52 27.733,15
54.461,06 50.446,47
Sedangkan produktivitas teh yang dihasilkan oleh ketiga jenis perkebunan Surnber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat (2003)
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini
Tabel 4. Produktivitas Teh Menurut Kepernilikan di Propinsi Jawa Barat (2001-2003)
Pada tahun 2003, prodilMi\titas teh perkebunan rnilik rakyat adalah
sebesar 0,95 persen dengan volume produksi seperti yang terdapat dalarn Tabel
3 dan luas areal seperti yang terdapat dalarn Tabel 2. Sedangkan produktivitas
teh perkebunan rnilik negara adalah sebesar 1.91 psrsen dan produktivitas teh
perkebunan rnilik swasta adalah sebesar 1.1 1 persen.
Produktivitas tanaman teh sanga: tergantung dari pemeliharaan teh yang
dilakukan oleh petani yang bersangkutan. Tingginya produksi teh yang dihasilkan
oleh perkebunan teh milik negara dikarenakan kegiatan produksi yang dilakukan
oleh perkebunan milik negara sudah baik, demikian halnya dengan kegiatan
pasca panen yang meliputi penyirnpanan, pendistribusian dan pengolahan. Tahun 2001 2002 2003 Perkebunan Negara (%) 1,94 Perkebunan Rakyat (%) 0,62 PerkeSunan Swasta (%) 1 ,00
Surnber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat (20C3)
[image:18.595.98.500.386.479.2]Kegiatan produksi teh yang dilakukan sudah terkoordinasi dengan baik dan
ditilnjang oleh fasilitas pengolahan dalarn kebun. Sebaliknya, produksi teh yang
dihasilkan oleh per'itebunan teh rnilik rakyat rnasih sangat rendah.
1.2. Ferurnusan Masalah Pene!itian
Kabupaten Cianjur rnerupakan salah satu sentra produksi teh di Jawa
Barat. Luas areal perkebunan teh di Cianjur pada tahun 2003 adalah 25.765,12
hektar yang berarti 23,80 persen dari luas areal perkebunan teh di Jawa Barat
yang pada tahun 2003 luasnya adalah 108.248,16 hektar. Berdasarkan status
kepernilikannya, luas areal perkebunan teh rnilik rakyat lebih besar jika
dibandingkan dengan perkebunan teh rnilik swasta rflaupun perkebunan teh rnilik
pernerintah. Akan tetapi, produksi teh yang dihasilkan oleh per'lebunan rnilik
rakyat rnerniliki angka terendah jika dibandingkan dengan perkebunan rnilik
sv~asta dan pernerintah. Luas areal dan produksi tanaman teh rnenurut
kepernilikan di Kabupaten Cianjur dspat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Luas Areal dan Produksi Tanarnan Teh Menurut Kepernilikan di Kabupeten Cianjur (1998 -2002)
Salah satu daerail produksi teh yang terdapat di Kabupaten Cianjur Tahun 1998 1999
-
2000 2001 2002adalah Kecarnatan Sukanagara. Wilayah ini rnerniliki luas areal penanarnan teh Srnber
1
Dinas ~erkebunan Propinsi Jawa Earat, 2003Perkebunan Rakyet I Swasta Luas Areal (Ha) 14.608.50
-
-14.608,50 14.621.50 14.217,76 14.217,76 Negara Luas Areal (Ha) 2.717,OO -- -2.780,03 2.814,53 2.798,53 2.802,58,---A
[image:19.595.81.497.500.693.2]terbesar kedua setelah Kecamatan Takokak. Luas areal perkebunan teh pada tahun 2004 adalah sebesar 3.565,85 hektar dengan tingkat produksi sebesar 3.070 ton pada tahun yang sama. Luas areal perkebunan, produksi dan produktivitas tanarnan teh pada masing-rnasing kecamatan di Kabupaten Cianjur
dapat dilihat pzda Tabel 6 berikui ini
Tabel 6. Luas Areal Perkebunzn dan Produksi Teh pada Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Cianjur, 2004
Surnber : UPP Sukanagara, 2003
Pada Tabel 6 di atas terlihat bahwa produktivitas teh di Kecarnatan Sukanagara rnenernpati uru!an keempat yaitu sebesar 0,861 ton per hektar pada tahun 2004. Produktivitas yang rendah juga diikuti oleh kualitas pucuk teh yang rendah dan ha1 ini rnengakibatkan pendapatan petani teh rakyat juga rendah (Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat, 2003)
tani. Pernbentukan kelornpok tani bukan saja dirnaksudkan sebagai wahana
proses belajar rnengajar tetapi juga sebagai kelornpok usaha bersama yang lebih
berorieniasi pada terwujudnya lernbaga ekoncrni yaiig tangguh di pedesaan
Proyek Pengembangan Budiday? Perkebunan Rakyat (PPBPR) Jawa
Barat yang dilaksanakan sejak tahun anggaran 199211993 juga rnelioatkan para
petani yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara. Para petani tersebut
rnendapatkan dukungan berupa hibah (pernberian curna-curna) dan dana
pinjaman untuk mengelola perkebunan teh yang dirniliki.
Pada tahun 2001, salah satu ketua kelornpok tani yang terdapat di Desa
Sukajembar, Kecarnatan Sukanagara rnendapatkan penghargaan dari
psrnerintah sebagai kelornpok tani dengan tingkat pengernbalian kredit terbaik
untuk wilzyah Jawa Barat. Pernberian penghargaan tersebut dirnaksudkan untuk
memotivasi para petani dalarn berkebun teh dan termotivasi untuk
mengembaiikan dana pinjaman yang telah diberikan.
Pada urnumnya petani memiliki motivasi berkebun yang tinggi. Hal ini
juga didukung oleh adanya pengalarnan dalarn berkebun. Akan tetapi pada sisi
lain, para petani berada pada posisi tawar (barqainnin~ position) yang lernah
terutarna dalarn ha1 rnenentuksn harga. Dultungan yang relah diberikan oleh
pernerintah selama ini juga dimaksudkan untuk rneningkatkan produktivitas teh
rakyat. Akan tetapi hzl itu rnasil~ belurn diikuti oleh peningkatan prcduktivitas dan
kualitas pucuk teh rakyat. Bahkan tidak jarang diternui petani teh rakyat yang
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, rnaka perrnasalahan yang
akan dibahas dalarn penelitian ini adalah :
1. Bagairnanakah kondisi umurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di
Kecamatan Sukanagara?
2 Berapakah tingkat pendapatan usahatani perkebunan teh rakyat c!i
i<ec?rnatan Sukanagara?
3. Bagairnanakah saluran pemasaran pucuk teh rakyat di Kecamatan
Sukanagara selarna periode tahun 2002-2003?
1. 3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rurnusan perrnasalahan di atas, rnaka yang rnenjadi tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Mengkaji kondisi urnurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di
Kecarnatan Sukanagara.
2. Menganalisis pendapatan usahatani teh rakyat di Kecarn~tan Sukanagara
untuk rnengetahui kondisi urnurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di
daerah tersebut.
3. Mengkaji saluran pernasaran pucuk teh rakyat di Kecarnatan Sukanagara.
Diharapkan penelitian dapat digunskan sebagai rnasukan bagi pihak-
pihak yang terkait dengan usaha perkebunan rakyat khususnya yang terdapat di
Kecarr~atar: Sukanagara. Kegunaan penelitian ini bagi penulis adalah sebagai
sarana untuk rnernpraktekkan ilrnu dan pengetahuan yang didapat selarna
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecarnatan Sukanagara Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat. Penelitian ini dibatasi hanya pada perkebunan teh rnilik rakyat yang
terdapat di selilruh desa wilayah Kecarnatan Sukanagara. Mengingat bahwa
tidak sernua petani toh rakyat Sukanagara rnerlgikuti program PPBPR rnaka
pernbahasan mengenai program bantuan tersebut tidalc dapat dilakukan secara
spesifik. Demikian halnya dengan kelornpok tani, tidak sernua petani rnenjadi
anggota kelompok tani: rneskipun petani tersebut rnenjadi peserta PPBPR.
Tahun tanarn tanarnan teh rakyat yang terdapat dalarn penelitian ini
berbeda-beda rnulai tahun 1993 sampai dengan 1998. Dengan dernikian analisis
terhadap produktivitas teh dilakukan pada setiap tanarnan teh dengan tahun
tanarn yang berbeda-beda. Analisis akan dilakukan secara urnurn (per tahun)
dan spesifik (per bulan) untuk rnengetahui kondisi umum produksi teh dan harga
pucuk teh yang terjadi selama periode tahun 2002 sarnpai dengan 2003.
Tingkat harga yang digunakan aalam analisis usahatani teh adalah
tingkat harga teh yang berlaku pada saat penelitian ini dilakukan. Demikian
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2. I. Gambaran Umum Teh
Tanarnan teh
(Camellia
sinensis L.) d i d ~ g a berasal dari Asia Tenggara.Pada tahun 2737 SM teh sudah dikenali di Cina. Bahkar? sejak abad ke-4 telak
dirnanfaatkan sebagai salah satu kornponen rarnuan obat. Teh diperkenalkan
pertarna kali oleh pedagang Belanda sebagai kornoditas perdagangan di Eropa
pada tahun 1610 M dan rnenjadi rninurnan populer di lnggris sejak 1664 M
(Ghani, 2002).
Tanaman teh rnasuk pertarna kali ke lndonesia pada tahun 1684, berupa
biji ten dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernarna Andreas Cleyer.
dan ditanam sebagai tanarnan hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang
pendeta bernarna F. Valentijn rnengatakan bahwa telah melihat perdu teh muda
yang berasal dari Cina, turnbuh di Tarnan lstana Gubernur Jenderal Carnphuys,
di Jakarta.
Tahun 1826, didatangkan lagi biji teh dari Jepang dan ditanarn di Kebun
Raya Bogor, pada tahun 1827, ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut.
Tanarnan teh juga berhasil ditanarn dalam luasan yang lebih besar di Wanayasa
(Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) sehingga mernbuka jalan bagi Jacobus
lsidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh untuk rnembuka landasan
bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828, di kedua daerah tersebut
terdzpat sekitar 180 hektar tanarnan teh dengan produksi sekitar 8000 kilogram
teh kering.
Pada tahun 1941
-
1958, industri teh di lndonesia rnengalarni pasangsurut. Hal itu berkaitan dengan perkernbangan situasi pasar dunia rnaupun
Indonesia rnengambil alih perkebunan teh milik perusahaan-perusahaan Belanda
dan lnggris yang selanjutnya dilakukan usaha rehabilitasi oleh pemerintah secara
bertahap.
2.2. Sifat-Sifat Sotani Teh
1. Akar
Secara urnurn tanarn teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik
tanah, dan cukup sulit untuk dapat rnenernbus lapisan tanah. Kebanyakan perdu
rnempertahankan akar tunggang sedalarn 90 sampai 150 sentirneter dengan
diameter sekitar 7,5 sentimeter. Perakaran utama berkembang pada lapisan
tanah atas sedalam 0 sampai 25 sentimeter, yang merupakan tempat utarna
berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam tanah.
2. Daun
Ranting dan daun baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daunnya
selalu berwarna hijau, berbentuk lonjong, ujungnya runcing, dan tepinya
bergerigi. Daun-daun baru yang mulai tumbuh setelah pemangkasan, lebih besar
daripada daun-daun yang terbentuk sesudahnya. Besarnya daun antara 2,5
sarnpai 25 sentimete:, tergantung pada varietasnya. Pucuk dan ruasnya
berarnbut, daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan
berwarna hijau kelam.
3. Bunga
Bunga yang sempurna memiliki putik (calyx) d e ~ g a n 5
-
7 mahkola (sepal).Daun bunga (Pepal) berjurnlah sama dengan mahkota, berwarna putih halus
berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan
benang sari (anthera) kuning bersel kernbar, nienor~jol 2 sampai 3 milimeter ke
bunga pada sebuah pohon, berhasil rnernbentuk biji. Penyerbukan buatan
(artificalpollination) hanya rneningkatkan jurnlah buah sarnpai 14 persen
4. Buah
Buah yang rnasih muda rnemiliki warna hijau. Awalnya mengkilat, tetapi
semakin tua bertarnbah sorarn dan kasar. Bijinya berwarna coklat beruang tiga.
berkulit tipis disatu sisi dan datar di sisi lain. Biji rnengandung rninyak dengan
kadar yang tinggi yaitu 20 persen berat biji.
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Teh
Tanaman teh rnerupakan salah satu tanarnan keras yang diusahakan
secara perkebunan. Hasil dari tanarnan teh ini berupa ranting muda dengan
daun-daunnya yang disebut pucuk. Dari pucuk inilah yang selanjutnya diolah
rnanjadi teh yang dipetik dengan selang 7 sampai 14 ha:i tergantung dari
keadaan tanaman di masing-masing daerah.
Tanarnan teh dapat turnbuh rnulai dari pantai sampai pegunungan.
Tanaman ini dapat turnbuh subur pada daerah-daerah dengan ketinggian 200
sampai 2030 meter di atas permukaan itidt. Di pegunungan Assarn, teh ditanam
pada ketinggian lebih dari 2000 m apl. Namun, perkebunan teh urnumnya
dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklirn sejuk. Meskipun dapat
tumbuh subur di detaran renciah, tanarnan teh tidak akan menberikan hasil
dengan mutu yang baik. Semakin tinggi daerah penanaman maka semakin tinggi
mutunya (Ghani, 2002). Secara umum, lingkungan fisik yang paling berpengarut~
Faktor iklirn yang berpengaruh terhadap perturnbuhan teh adalah curah
hujan, suhu udars, tinggi ternpat, sinar m3tahaii dan angin
= Curah hujan
Curah hujan tahunan yang diperlukan oleh tanaman reh adalah 20013
sampai 2.500 milirneter, dengan jurnlah hujan pada rnusirn kemarau tidak kurang
dari 100 rnilirneter. Curah hujan yang kurang dari batas minimum tersebut akan
berpengaruh terhadap tingkat produktivitasnya.
Suhu Udara
Suhu udara yang baik untuk tanarnan teh adalah berkisar 13OC
-
25'C,yang diikuti oleh cahaya rnatahari yang cerah dengan kelembaban relatif pada
siang hari tidak kurang dari 70 %.
= Tinggi Ternpat
Ada korelasi kuat antara ;inggi ternpat (elevasf) dengan suhu. Sernakin
rendah elevasi rnaka semakin tingyi suhu udara daerah tersebut
Di Indonesia, penanarnan teh dilakukan pada ketinggian antara 400
sarnpai 1.200 meter dari perrnukaan laut (dpl). Dengan dernikian daerah
penanarnan teh dapat dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan ketinggian ternpat
yaitu:
a. Daerah dataran rendah : 400
-
800 rn dpl dengan suhu rnencapai 23'C sarnpai 24OC.b. Daerah dataran sedang : 800
-
1.200 rn dpl dengan suhu rnencapai 21% sarnpai 24OCc. Daerah dataran tinggi : Di atas 1.2@0 rn dpl dengan suhu rnencapai 18'C sarnpai i 9 " ~
Perkebunan teh yang terletak di atas 1500 meter dpl sering rnengalami
musim kemarau. Untuk mengurangi intensitas rnatahari diperlukan tanaman
pelindung sehingga dapat sedikit menurunkan suhu.
Sinar matahari
Sepanjang curah hujan mencukupi, rnaka bsnyaknya sinar rnatahari
sangat membantu terhadap perturnbuhan tanarnan teh. Akan tetapi apabila suhu
mencapai 30°C maka pertumbuhan tanaman teh akan terhambat, sehingga
dibutuhkan tanaman pelindung terutama untuk perkebunan di dataran rendah.
= Angin
Pada umurnnya angin yang berasal dari dataran rendah membawa udara
panas dan kering. Selain angin dapat mempengaruhi pada kelembaban, angin
dapat pula membantu penyebaran hama dan penyakit.
2.3.2. Tanah
Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman leh adaiah
tanah yang cukup subur dengan bahan kandungan organik cukup, tidak
bercadas dan rnempunyai derajat keasarnan (pH) antara 4.5 sarnpai 6,O.
Tanaman teh menghendaki tanah yang asam dengan pH berkisar antara
4,5
-
6,0.
Tanah harus memiliki tiga unsur hara pentiny dalam tanah yaitu N: Pdan K. Ketiga unsur tersebut penting u n t u ~ meningkatkan produksi daun.
Tanah untuk tanaman teh harus mengandung unsur-unsur hara rnikro
dan makro. Unsur hara mikro yang terkandung dalam abu daun teh adalah Fe,
Mn,
6,
Zn serta CI. Adapun unsur hara rnakro yang terkandung adalah Kalium,fosfor, kapur, magnesium, dan belerang. Baik unsur hara mikro rnaupun rnakro
pada umumnya dapai dicukupi dengan pemupukan, pelepasan cadangan
Harna dan penyakit yang biasanya rnenyerang tanarnan teh adalah:
(a) Harna perusak akar seperti Nematoda Heterodera marioni.
Pengendaliannya dengan cara rnelaparkan (tidak rnenanarni lahan yang
terjangkit harna selarna dua tahun atau rnenggunakan anti harna Nernagon atau
rnetil-brornida). Gejala : terdapat gelernbung-gelernbung pada akar sehingga
akar rnernbusuk.
Nematoda Pratylenchus prattensi pengendaliannya dengan cara
rnelaparkan (tidak rnenanarni lahan yang terjangkit harna selarna dua tahun,
rnenggunakan anti harna Nernagon atau rnetil-brornida). Gejala : perakaran
tanarnan terutarna rarnbutnya hanya sedikit, tanarnan layu seperti kekurangan
unsur hara.
Nematoda Meloidogyne sp. pengendaliannya dengan cara pencegahan
berupa furnigasi tanah yang akan digunakan untuk rnengisi kantong plastikl
polibag dengan rnetil brornida (250 gl;n3) atau dengan Nernagon 60 EC. Gejala :
tanarnan akan turnbuh dengan rnerana akhirnya rnati.
(b) Harna perusak batang dan ranting seperti Zeuzera coffeae.
Pengefidaliannya dengan cara rnernotong bagian-bagian yang terserang dan
rnernbakarnya hingga habis. Gejala : terdapat lubang zntara batang dan daun.
(c) Harna perusak biji teh seperti kepik biji. Pengendaliannya dilakukan secara
rnekanis, yaitu rnengurnpulkan kepik biji dengan jalan rnenggoyang-goyangkan
pohon sehingga kepiknya berjatuhan kernudian rnenangkap serta
nsrnbunuhnya. Gejala : keping bijinya berbintik-bifitik kuning sarnpzi jingga.
(d) Harna perusak daun seperti ulat penggulung pucuk. Pengendalian harna ini
dilakukan dengan tiga cara yaitu : (i) Cara rnekanis, daun yang terserang dipetik
dan dibcang jauh atau dibaksr. (ii) Cara hayati, dengan cara rnelestarikan
beberapa rnusuh alarni ulat penggulung. (iii) Cara kirniawi, yaitu dengan
ditirnbulkan oleh harna ini adalah pucuk teh rnenggulung sehingga perturnbuhan
tunas atau ranting terhambat.
(2) Penyakit perusak daun seperti penyakit cacar teh. Pengendaliannya
dilakukan dengan dua cara yaitu : (i) Kultur teknis berupa upaya pengendalian
lingkungan hidup atau iklirn kebun teh sehingga penyakit tidak berkernbang
seperti dengan cara pengurangan pohon pelindung, rnemperpendek gi!iran/daur
petik atau rnenanarn klon teh yang tahan terhadap cacar. (ii) Cara kirniawi.
Tanarnan yang terserang diberi fungisida ternbaga seperti cupravit OB 21,
Cobox, Baycor 250 EC, Bitertanol 30% dan lain-lain. Gejala yang ditirnbulkan
pada tanarnan yang terserang terdapat bintik-bintik yang awalnya berukuran kecil
ternbus cahaya berdiarneter 0,25 rnrn. Selanjutnya tirnbul bercak dengan pusat
tidak bewarna dan dibatasi oleh cincin berwarna hijau, kernudian bercak
rnernbesar dan berwarna coklat dan rnati.
2.4. Jenis dan Mutu Teh
Berdasarkan sistem pengolahannya, teh dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis yaitu :
1. Teh Hitarn
Teh hitarn rnerupakan jenis teh yang pengolahannya dilakukan rnelalui
proses ferrnentasi. Teh hitarn sendiri terdiri dari dira jenis yaitu teh Orthodox dan
teh CTC (Cuffiflg, Tearing, dan Curling).
Teh Orthodox adalah teh hitarn yang diolah rnelalui proses pelayuan sekitar
16 jam. Proses selanjutnya adalah penggulungan, fermentasi, pengeringan,
sortasi, hingga terbentuk teh jadi. Sedangkan teh CTC (Cutting, Tearing, dan
Curling) adalah teh yang diolah rnelalui proses perajangan, penyobekan, dan
penggulungan daun basah rnenjadi bubuk kernudian dilanjutkan dengan
2. Teh Hijau
Teh hijau rnerupakan jenis teh yang diolah tanpa rnelalui proses ferrnentasi.
teh. Teh irii dikclornpokkan rnenjadi tiga jenis yaitu teh hijau (murni), teh oolong
dan teh Gunga.
Teh Hijau (murni) adalah teh yang diolah melalui pelayuan selarna sekitar
tiga rnenit, selanjutnga dilakukan penggulungen, pengeringan, sortasi, dan
berbentuk teh jadi. Teh oolong adalah teh yang diolah rnelalui semi pelayuan
selama sekitar enam sampai sernbilan jam, selanjutnya diproses seperti teh
hijau. Sedangkan teh Gunga adalah jenis teh oolong yang diberi aroma tertentu
seperti bunga melati
Berikut ini disajikan data rnengenai perbedaan karakteristik teh hijau dan teh
[image:31.595.99.499.424.541.2]hitam dalam Tabel 7 di bawah ini :
Tabel 7. Perbedaan Karakteristik Teh Hijau dan Teh Hitarn
Karakteristik
I
Teh Hijau Teh HitarnPengolahan
I
Tanpa proses ferrnentasi/
Dengan proses ferrnentasi khususBerupa bubuk Hitam sampai coklat Langsung dapat diseduh
.
Ukuran Warna Pernakaian
khusus
Panjang dan tergulung Hijau sampai hitam Diolah iebih lanjut
Mutu teh dinilai berdasarkan rasa (taste), aroma, dan warna seduhan sarnpaibengan rnerah
(liquor). Penilaian mutu ditentukan oleh seorang ahli pencicip (tea taster)
berdasarkan analisis organoleptik, yaitu kemampuan mengukur rnutu dengan
indera penglihatan, penciuman, dati perasa. Parameter lain seperti kadar air dan
berat jenis (density) hanya sebagai pendukung.
Merah ternbaga
I
Hijau sampai coklat
1
2.5. Jenis Petikan Teh
Jenis petikan adalah rnacam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pernetikan. Jenis petikan juga disebut sistern petikan. Menurut Pusat Penelitian Perkeburlan Gambung jalam Setyamidjaja (2001), jenis petikar~ dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:
1. Petikan halus, apabila pucuk teh yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuic burung (b) dengan satu daun muda (m), biasa ditulis denyan rurnus p + l atau b+lm.
2. Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun rnuda, ditulis dengan rumus p+2, p+3m, b+lm, b+3m. 3. Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko
dengan ernpat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis dengan rurnus p+4 atau lebih, b+(l-4t)
Urnumnya jenis petikan yang dikehendaki adalah jenis petikan medium dengan komposisi minimal 70 d/o pucdk medium, maksimal 10 % pucuk habus dan 20 % pucuk kasar.
2. 6 . Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Teh rnerupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting dan rnemiliki perkernbangan baik dalam segi harga matipun dari segi pemasarannya, Hasil-hasil penelitian terhadap komoditas teh yang telah dilakukan selarna ini dapa! diuraikan secara ringkas seperti berikut :
wilayah PIR Lokal-I, Kebun Taraju, Jawa Barat. Dari penelitian yang dilakukan
diketahui ada beberapa saluran tataniaga teh di wilayah penelitian, (a) saluran
dari petani rnelalui Unit Cisaha Perkebunan Teh (UUPT) dijual ke perusahaan inti,
(b) saluran dari petani plasma dengan rnelalui bandar di jual ke pabrik-pabrik
pengolah teh non inti dan (c) saluran dari petani yang tergabung dalarn suatu
kelornpok tani rnenjual langsung produksi tehnya ke pabrik-pabrik pengolahan
teh hitam. Dari ketiga saluran keuntungan yang diperoleh petani masing-masing
adalah 78,4 rupiah, 79,l rupiah dan 85,l rupiah per kilogram pucuk teh. Secara
keseluruhan margin keuntungan yang diperoleh pihak-pihak yang terlibat dalam
tataniaga teh hitarn lebih besar daripada margin keuntungan yang diperoleh
pihak-pihak yang terlibat dalarn tataniaga teh hijau.
Surjana clan Rina (1394) rnelakukan penelitian untuk mengkaji sistem
usahatani, pemasaran dan ekspor teh di lndonesia. Berdasarkan penelitian
tersebut diketahi bahwa 40 persen teh di Indonesia diusahakan oleh rakyat baik
dengan sistsrn PIR maupun Non-PIR. Bila dilihat dari keragaan kebun,
perkebunan teh milik petani plasma (PIR) jauh lebih baik dibandingkan dengan
kebun milik petani tradisional. !ial ini disebabkan karena pengelolaan usahatani
pola PIE jauh lebih baik, baik dalam penggunaan tsknologi, sapiodi, tenaga kerja
rnaupun pasca panennya. Keadaan ini rnenghasilkan mutu pucuk teh yang lebih
baik. Rantai pernasaran teh clrkup psndek, hanya rnelibatkan tiga lembaga
pemasaran yaitu petani, psdagang pengurnpul tingkat desa dan pedagang besar
yang merangkap sebagai pengolah dan eksportir.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2005) dipeioleh
bahwa harga pucuk teh berpengarun terhadap penawaran teh. Sedangkan
ekspor teh dipengaruhi oleh harga ekspor teh, nilai tukar, harga kopi, pendapatan
rangka peningkatan ekspor teh yaitu perbaikan mutu teh, promosl yang lebih
intensif dan diversifikasi produk.
Prastiwi (1999) rnelakukan penelitian dengan judul Analisis Produksi Teh
dan Penentuan saat Optimum Pernangkasan Tanaman Teh (Studi Kasus Kebun
Percobaan Pasir Sarongge
-
PPTK Garnbung). Berdasarkan analisis produksijlang dilakukan oleh peneliti diperoleh beDerapa kesimpulan yang berkaitan
dengan produksi teh :
1. Produksi teh basah berpengaruh nyata terhadap produksi teh kering. Hal
ini disebabkan kaiena pucuk teh merupakan bahan baku pada produksi
teh kering.
2. Kandungan air pada pucuk basah dan jenis petikan juga berpengaruh
nyata terhadap produksi teh kering.
3. Harga teh berpengaruh nyata terhadap produksi teh kering pada a
=
0,05di rnana setiap kenaikan harga teh di pasaran sebesar 1% dapat
rnening~atkan produksi sebesar 2.97%.
4. Kenaiken biaya pengolahan hanya rnenghasilkan peningkatan produksi
teh kering rata-rata yang lebih kecil. Keadaan ini disebabkan perusahaan
akan tetap berproduksi meski terjadi kenaikan pada komponen biaya
pengolahan seperti biaya listrik dan bahan bakar, karena pucuk teh tidak
dapal disirnpan dan bila ada ~ u c u k teh yang dihasilkan rnaka pengolahan
tetap dilakukan.
5. Upah tenaga kerja berpengaruh nyala terhadap produksi teh kering
melalui hubungan yang negatif. Keadaan ini disebabkan kareca dengan
rneningkatnya upah tenaga kerja, perusahaan tidak dapat rflenin~katkan
jurnlah tenagz kerja karena akan rneningkatkan biaya, sehingga produksi
Ganda (2004) rnelakukan penelitian untuk mengetahui optirnalisasi
produksi teh (Camelia sinensis L.) dengan studi kasus di pabrik pengolahan teh
perkebunan Ciater PTPbi VIII. Hasil dari penelitian tersebut adalah :
1. Pada kondisi optimum, pabrik dapat mernproduksi kornbinasi prodvksi teh
yang secara umum rnemiliki nilai kontribusi keuntungan relatif tinggi
dengan sebagian 5esar produk rnernanfaatkan jalur pernasaran ekspor
dan tidak melakukan penjualan teh antar kebun seinduk dalam bentuk teh
jadi selama tahun 2003.
2. Pada saat kondisi optimum tercapai, terdapat surnberdaya yang menjadi
faktor pernbatas utarna yaitu sumberdaya jam kerja rnesin DIBN I dan
Vibrex I serta sumberdaya yans memiliki kemungkinan rnenjadi faktor
pembatas dalam kegiatan produksi teh yaitu jam orang kerja
pembeberan. Sedangkan sumberdaya lain dapat dikatakan cukup
melimpah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan penjualan antar kebun seinduk dalarn bentuk bahan baku teh
atau memberlakukan jam lembur melalui penambahan sumberdaya hari
kerja pada bulan Januari, Mei dan Oktober tahun 2003. Upaya ini dibahas
sebagai analisis pasca optimalitas yang menghasilkan k ~ n d i s i optimum
pasca optimalitas 1.
Kedua upaya tersebut menghasilkan tambahan keuntungan pabrik yang
positif (setelah memperhitungkan biaya lernbur).
Hasil-hasil penelitian di atas memberikan gambaran mengenai usaha
perkebunan teh yang telah ada selarna ini. Kondisi usaha perkebunan seperti
yang terdapat adalah hasil-basil penelitian terdahulu mewakili kstiga pelaku
perkebunan teh yang ada di Indonesia yaitu petani teh rakyat, pernerintah dan
Herlina (2002) rnelakukan penelitian rnengenai Orientasi Nilai Kerja
Pernuda pada Keluarga Petani Perkebunan dengan studi kasus pada
masyarakat perkebunan teh rakyat di Desa Sukajernbar, Kecarnatan
Sukanagara, Kabupaten Cianjur. Hasil dari penelitian tersebut rnernberi
garnbaran tentang tenaga kerja keluarga petani perkebunan teh yang berdarnpak
pada peritebgnan teh itu sendiri. Penelitian hanya dilakukan di satu desa yaitu
Sukajernbar.
Bardasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa
penelitian rnengenai tanaman teh dan kondisi perkebunan teh sudah banyak
diternukan. Narnun penelitian rnengenai analisis usahatani dan saluran
pernasaran teh rakyat di Kecarnatan Sukanagara yang tergabung dalarn PPBPR
BAB
I l l
KER.4NGKA PEM1KIRP.N PENELITIAN
3.1. Sektor Produksi Usahatani
Sektor produksi usahatani merupakan sektor pusat dalam agribisnis. Apabila ukuran, tingkat keluaran, dan efisiensi sektor ini bertambah, sektor lain juga akan ikut bertambah. Baik buruknya kearlaan sektor ini akan berdampak langsung terhadap situasi keuangan sektor masukan dan sektor keluaran agribisnis (Downey and Ericson,1995).
Menurut Hernanto (1991), usahatani adalah setiap organisasi alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri dapat dilaksanakan oleh seseorang atau sekumpulan orang. Dalam ha1 ini usahatani mencakup pengertian mulai dari bentuk sederhana yaitu hanya untuk kebutuhan keluarga sampai pada bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan.
Menurut Rifai w a r n Kadarsan (1995) usahatani adalah suatu tempat di mana seseorang atau sekumpulari orang berusalia mengelola unsur-umur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan, dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkar~ sesuztu di lapangan pertanian.
Wharton (1963), membedakan usahatani subsisten dengan usahatani modern berdasarkan hasil dan tenaga kerja. Usahatani subsisten akan mengkonsumsi semua hasil produksi dan mengerjakan usahataninya derlgan tenaga kerja kel~arga yang tidak diupah. Sedangkan usahatani modern akan rneiljual semua hasil produksinya dan mengerjakan kegiatan operasiona!nya dengac tenaga kerja bzyaran.
dalarnnya terdiri dari faktor harga output dan input, faktor efisiensi, faktor
pengadaan input, faktor pengadaan modal, faktor teknologi budidaya, faktor pola
tan3rnan dan turn~ang sari.
3.2. Analisis Pendapatan Usahatani
Tujuan berusaha tani dapat dikategorikan rn~njadi dua yaitu
rnernaksirnurnkan keuntungan atau rneminimumkan biaya. Konsep
rnernaksirnurnkan keuntungan adalah bagairnana rnengalokasikan surnberdaya
dengan jurnlah tertentu dengan seefisien rnungkin untuk mernperoleh
keuntungan rnaksirnurn. Konsep rnerninirnurnkan biaya berarti bagairnana
rnenekan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk rnencapai tingkat produksi
tertentu (Soeliartawi, 1995).
Menurut Hernanto (1991), pendapatan usahatani adalah balas jasa dari
kerjasarna faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal dan jasa
pengolahan. Pendapatan usahatani tidak hanya berasal dari kegiatan produksi
saja, tetapi dapat juga diperoleh dari rnenjual unsur-unsur produksi, rnenyewakan
lahan dan sebagainya.
Teidapat perrnasalahan-permasalahan yang harus dianalisis dalarn
kegiatan pertanian. Untuk rnenganalisis ha1 tersebut digunakan analisis
usahatani dan pernasaran. Variabel-variabel yang digunakan untuk rnenganalisis
usahatani adalah kondisi umum usahatani pengelola dan analisis tingkat
pendapatan dan penerirnaan petani.
Tingkat produksi dan prodlrktivitas usahatani sangat dipengaruhi oleh
teknik budidaya yang rneliputi varietas yang digcnakan, pola tanarn, penyiangan
dan perneliharaan, pemupukan dan pasca panen. Ketersediaan berbagai carana
sarana produksi yang perlu diperhatikan yaitu bibit, pupuk, obat-obatan dan
tenaga kerja
Unsur lainnya yang mernpengaruhi kelancaran kegiatan usahatani
adalah modal. rvlodal dalam suatu usahatani digunakan untuk rnernbeli sarana
produksi se~ta pengeluaran selama usahatani berlangsung. Surnber modal dapat
berupa uang tunai yang dirniliki petani atau uang pinjaman. Modal ini merupakan
unsur produksi yang diturunkan dari hasil perpaduan dari lahan dan tenaga kerja.
Kegiatan usahatani juga harus diukur berdasarkan tingkat efisiensinya.
Salah satu ukuran efisiensi usahatani adalah rasjo irnbangan penerimaan dan
biaya yang dikeluarkan (RIC rasio). RIC rasio rnenunjukan berapa penerimaan
yang diterima petani untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam proses
produksi.
Adapun kegunaan dari analisis pendapatan usahatani bagi petani
maupun pernilik faktor-faktor produksi yaitu rnenggambarkar) keadaan sekarang
dari suaiu kegiatan usahatani dan keadaan yang akan datang dari suatu
perencanaan tindakan. Hubungan antara skala usaha dengan pendapatan dapat
dilihat pada Garnbar 1
Garnbar 1. K U N ~ Biaya Variabel, Biaye Rata-Pata dan Biaya Marjinal
Garnbar 1 rnenjelaskan bahwa untuk petani A telah rnencapai titik
keuntungan rnaksirnal yaitu biaya rnarjinal sarna dengan harga pasar, untuk
petani B hanya dapat rnenutupi oiaya variabelnya saja tetapi usahanya rnasih
bisa dilanjutkan atsu dipertahankan. Adapun untuk petani C tidak dapat rnenutupi
biaya variabe! dan biaya rata-rclta sehingga usahanya harus ditutup.
Garnbar 2 Kurva Arnplop sebagai Cakrawala Perluasan Skala Usaha S'urnber: Sudarsono 1995
Dari Garnbar 2 dapat dijelaskan bahwa petani yang berada pada titik
skala usaha 1 output Q1 untuk rnenghernat biaya produksi persatuan petani
harus rnernperluas ska!a usahznya, pettni yang berada pada titik skala 5 output
Q5 untuk rnenghernat biaya persatuan petani harus rnemperkecil skala usahanya
dan titik skala usaha 3 output Q3 melebihi ~errnintaan yang ada rnerupakan titik
keseirnbangan atau titik skala yang efisien bntuk diusahakan.
Pada usahatani perkebilnan teh rakyat yang berskala kzci! dari segi
produksi rnisalnya hasil petik yang diperoleh untuk dijual belurn dapat rnenutupi
biaya bahan baku dan operasional yang diperllitungkar,, ditambah lagi teknologi
pengolahan pasca panen yang tidak dimiliki rnenempatkan petani rakyat berada
pada bargaining power yang lernah dalarn ha1 penentuan harga. Lain halnya
perkebunan pemerintah selain teknik manajemen yang relatif baik, volume
produksi dan kualitas hasil panen pun terjaga dengan baik. Selain itu teknologi
pengolahan pasca panen tersedia dalam jumlah ~apasitas olah terpasang
tertentu
Dalam melakukan kegiatan usahatani diperlukan dua keterangan pokok,
yaiP~ keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama kegiatan usahatani
dijalankan dalam jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan merupakan total
nilai produk yang dijalankan yaitu hasil kali dari jumlah fisik output dengan harga
yang terjadi. Sedangkan pengeluaran atau biaya adalah semua pengorbanan
sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan
sesuatu produk daiam satu periode produksi. Biaya usahatani meliputi biaya
untuk sarana produksi yang habis terpakai, sewa lahan, biaya alat-alat proc;uksi
tahan lama, biaya tenaga kerja dan lain-lain.
Efisiensi usahatani dapat dilihat dari nilai RIC rasio dan B/C rasio. RIC
rasio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya.
Sedangkan B/C rasio adalah perbandingan antara pendapatan bersih dengan
biaya total yang dikeluarkan. Suatu kegiatan usahatani dikatakan
menguntungkan apabila R/C rasio lebih da1.i sat^^.
Menurut Mulyadi dalani Winda (2001) ukuran yang sering dipakai untuk
menilai berhasil atau tidaknya suatu perusahaan adalan laba yang diperoleh oleh
perusahaan tersebut. Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: (1)
volume produk yang dijual, (2) harga jual produk, d a ~ i (31 biaya produk. Ketiga
faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain dan memegang peranan penting
dalam perencanaan perusahaan. Laba peiusahaar. altar) diperoleh jika
3.3. Sistern Pemasaran
Pemasaran dan perdagangan adalah kegiatan yang mempertemukan kornoditas dari produsen (farm gate) kepada konsumen akhir (Saefuddin, 1983). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pernasaran dan perdagangan merupakan kegiatzn yang produk!if karma dapat nlenghasilkan kegurtaan rempat, waktu dan ruang. Dengan dernikian pemasaran rnernberikan manfaat dengan mempertinggi nilai guna suatu barang.
Menurut Cochrane (1977)
dalam
Dahl dan Uammond (1977), pasar rnerupakan suatu tempat atau ruang lingkup dimaoa : (1) Kekuatan dari permintaan dan penawaran dapat bekerja, (2) Menentultan atau merubah harga. (3) Pernilikan sejurnlah barang atau jasa dapat dialihkan, dan (4) Kernungkinan ditandai oleh kelernbagaan atau fisik tertentu.Menurut Limbong dan Sitorus (1985), pernasaran pertanian didefinisikan sebagai segala usaha kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari hasil pertaniail dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangaii korlsun~en. Citinjau dari segi ekonomi, kegiat~n pernasaran bersifat produktif karena mernberi nilai tarnbah dari kegunaan suatu barang.
Menurut Arnir (1984), pasar adalah suatu pengertian dalarn bidang eko~orni yang terdiri dari sekurangnya 5 (lima) komponen, yaitu:
1) Adanya wilayah atac ternpat.
2) Adanya pelaku (subjek): pembeli dan penjual,
3) Adcnya kegiatan untuk saling berhubungan antara subjek pasar,
4) Adanya objek : barang dan jasa, 5) Faktor waktu.
Kegiatan pernasaran dinyatakan efisien apabila kegiatan ini dapat
rnernberikan balas jasa yang seirnbang kepada sernua pihak yang terlibat yaitu
petani sebagai produsen, pedagang perantara dan konsurnen akhir serta marnpu
rnenyarnpaikan hasil usaha tani tersebut kepada konsurnen dengan biaya yang
rnurah (Mubyarto. 1989).
Struktur Dasar berkaitan dengan dirnensi fisik yang terlibat seperti jurnlah
penjual dan pernbeli, kondisi dan diferensiasi produk serta kondisi rnasuk pasar.
Dengan dernikian struktur pasar berkaitan dengan elemen-elernen yang
rnernpengaruhi kornpetisi ( Bressler
dalam
Rajagukguk, 1998)Struktur pasar ideal yang dihadapi setiap pelaku usaha adalah pasar
persaingan sernpurna dirnana setiap orang bebas keluar rnasuk pasar tanpa ada
harnbatan yang besar dan setiap penjual rnaupun pernbeli rnengerti akan produk
yang dipasarkan. lnforrnasi pasar akan barzng yang dibutuhkan dapat dengan
rnudah diperoleh sehingga transparansi inforrnasi dengart rnudah dipergunakan
untuk keperluannya rnasing-rnasing. Kurva pasar persalngan sempurna dapat
dilihat pada garnbar 3 dibawah ini.
Dr
Derived Demand
>
QGarnbar 3. K U N ~ Pasar Persaingan Sempurna
Sumber: Lipsey, 1995
Harga yang tejadi diperoleh dari perpotongan antara kurva permintaan
(demand) dan kurva penawaran (supp(y). Pada tingkat petani (farme0 harga
supply yaitu sebesar harga di tingkat petani itu sendiri (price farmer). Baik petani
selaku produsen rnaupun pengurnpul selaku konsurnennya sarna-sarna
rnengetahui berapa perrnintaan, harga dan inforrnasi yang berkaitan produk ini.
Maka antar petani dan pengurnpul dapat langsung bertransaksi karena rnasin~.
rnasing pihak rnengetahui segala sesuatunya tentang produk tersebut.
Terjadi peningkatan harga pada tingkat pelaku pssar yang lebit? tingyi
seperti pada pedagang pengurnpul dan pedagang retail. Harga yang terjadi
pada tingkat tersebut rnerupakan perpotongan antar kurva perrnintaan retail dan
k u ~ a derived supply. Selisih antar pedagang retail pada tingkat produksi sarna
adalah rnarjin keuntungan pasar persaingan sernpurna.
Terdapat kondisi lain dari struktur pasar selain pasar persaingan
sernpurna yaitu pasar persaingan tidak sernpurna, suatu kondisi dirnana petan~
lebih banyak daripada pedagang pengurnpul. Keadaan dernikan rnenyebabkan
petani bergantung sepenuhnya pada pedagang pengurnpul. Tingkat harga tidak
lagi bisa ditentukan sepenuhnya oleh tingkat supply
-
demand seperti padapasar persaingan sernpurna. Narnun lebih besar ditentukan oleh kebutuhan
pernbeli pada suatu saat dan kondisi tertentu. Hal itu berarti pernbeli rnernpunyai
kekuatan untuk rnenekan petani. Kondisl tersebut dapat terlihat pada garnbar 4
Q
Garnbar 4. Kurva Pasar Persaingan Tidak Sernpurna Surnber: Lipsey 1995
Garnbar 4 rnenunujukan bahwa harga yang terjadi rnerupakan keseirnbangan antara Df dan ME1 karena pembeli akan rnernbeli sejumlah produksi sesuai dengan kebutuhannya, sehingga jirrnlah produksi yang diserap akan lebih kecil dengan harga yang lebih rendah
3.4. Distribusi dan Tataniaga Pertanian
Distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan penyaluran barang dari prcdusen ke konsurnen. Evan dan Berrnar! (1982)
dalam
Herlinda (1995) rnernberikan pengertian rnengenai distribusi fisik sebagai suatu kegiaten yang berhubungan dengan efisiensi dalarn usaha mengantarkan produk dari tahapan akhii produk ke konsumen dan efisiensi dalatm rnengirimkan bchar: t a k ~ dari surnber bahan baku sarnpai ke bagian akhir produksi.penyediaan barang dan jasa kepada konsurnen pada waktu, ternpat, kualitas,
corak, dan harga yang tepat.
Disiribus~ rnerupakan salah satu rnata rantai yang penting dalarn sub
sistern agribisnis. Kegiatan ini terkait dengan penyarnpaian produk dari tangan
produsen ke pedagang pengurnpul yang daiarn ha1 ini belum rnenjadi konsurnen
akhir. Perarian petani pada urnurnnya hanya sampai pada saat produk dijual atau
didistribusikan. Di dalarn rnenyalurkan produknya produsen sering rnenggunakan
lernbaga perantara sebagai penyalurnya. Saluran pernasaran tersebirt dapat
dilihet sebagai sekumpulan organisasi yang tergantung sarna lainnya yang
terlibat dalarn proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk
digunakan atau dikonsurnsi (Kotler,1997).
Lirnbony dan Sitorus (1985) rnandefinisikan tatantaga pertanian
rnencskup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan
hak rnilik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan barang-barang
kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsurnen,
terrnasuk di dalarnnya kegiatan-kegiatan tertentu yang rnenghasilkan perubahan
bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan
mernberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsurnen.
Saluran pernasaran dapat didefinisikan sebagai hirnpunan perusahaan
dan perorangan yang rnengarnbil alih hak, atau rnernbantu dalam pengalihan hak
atas barang atau jasa tertentu selarna barang atau jasa tersebut berpindah dari
prcdusen ite itonsumen. Atau saluran distribusi adalah rangkaizn lembaga-
lernbaga niaga yang dilalui barang dalarn penyalilrannya dari produsen ke
konsurnen.
Adapun garnbaran pola urnurn penyaluran pernasaran produk-produk
pertanian di Indonesia adalah seperti terlihat pada Garnbar 5. Pada Garnbar 5
terlihat fungsi dari tengkulak rnaupun KUD terutarna adalah rnelakukan
pengumpulan produk-produk pertanian dari banyak produsen (petani) yang selanjutnya dipasarkan ke saluran pasar berikutnya. Saluran pernasaran yang dirniliki oleh KoperasilKlJC lebih beragarn dibandingkan dengan tengkulak. Koperasi melakukan akses penjualannya ke petiagany besar, pabrik, dan atau pengecer. Sedar~gkail tengkulak hanya ke pedagang besarlperantara saja. Pola itu rnerupakan pola umum yang terjadi di Indonesia. Suatu daerah bisa saja memiliki pola saluran pemasaran tersendiri yang berbeda dengan pola tersebut.
Tengkulak Pedagang
besar I Pabrikl
Petani eksportir
Produsen
Koperasi IKUD
Pengecer Konsumen
- akhir
Garnbar 5. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di Indonesia.
Sumbei : Limbong dan Panggabean Sitorus. 1987
3.5. Biaya Distribusi
Lokasi sangat mempengaruhi besarnya biaya transportasi dan biaya produksi. Penempatan lokasi produksi produk pertanian maupun industri-industri dan pabrik pada lokasi yang tepat dapat rnenekan biaya transportasi maupun biaya produksi dari suatu produk yang dihasilkan.
maka kegiatan penyaluran barang tersebut juga harus mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut. Salah satu tolak ukur untuk mengetahui efisiensi kegiatan
distribusi tersebut adalah biaya. Oleh karena itu, persoalar pokok yang dihadapi
pelaku usaha di dalam masalah distribusi adalah hagaimana mewindahkan
suatu jumlah barang atau orang dari sebuah lokasi ke pelbagai lokasi yang dituju
agar pengoperasian sistem efisien dalam ukuran waktu a:au biaya yang
minimum maupun laba atau manfaat maksimum untuk suatu masukan tertentu.
Bagi para petani rakyat, biaya distribusi seringkali menjadi faktor penting
yang menjadi pertimbangan dalam menjual hasil taninya. Di samping itu petani
juga dihadapkan pada terbatasnya sarana tranportasi untuk pendistribusian hasil
tani yang diproduksinya. Di lain sisi, produk pertanian memiliki sifat perishable
(mudah rusak). Besarnya biaya distribusi yang harus dikeluarkan menyebabkan
biaya produksi juga sernakin besar.
3.6. Pabrik Pengolahan Teh
Pabrik pengolahan teh memiliki peranan yang sangat besar dalarn
perkebunan teh rakyat. Pucuk teh yang dihasilkan oleh petani teh rakyat dibeli
oleh pabrik pengolah yang terdapat di sakitar wilayah perkebunsn. Meskipun
tidak sernua petani teh rakyat menjual pucuk tehnya secara langsung ke pabrik
pengolahan akan tetapi keberadaan pabrik pengolahan yang dekat dengan
lokasi perkebunan teh rnilik rakyat sangat mernbantu pe:ani dalarr: penjua!an
hasil pucuknya.
Fungsi dari pabrik pengolahan teh adalah rnengolah pucuk teh basah
menjadi teh kering yang selanjutnya akan diolah kernbali rnenjadi berbagai
macarn jenis teh yang siap dikonsurnsi. Perkebunan rnilik rakyat dan perkebunzn
besar milik swasta pada urnurnnya memiliki pabrik pengolahan teh. Teh yang
pengolahan teh tersebut jugs membeli Pucuk teh dari perkebunan rakyat untuk
memenuhi kapasitas olah terpasang mesin. Beberapa pabrik pengolahan teh
bahkan rnejalin kemitraan dengan para petani ieh setempat. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi perubahan harga yang fluktuatif dan ketidakpastian jumlah
pucuk pada rnusim kemarau.
3.7. Kerangka Pemikiran Penelitian
Berdasarkan pembahasan di atas, kerangka pemikiran dalam penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 6. berikut ini :
Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran
*
Harga bahan, input tinggi*
Harga jual rendah*
Efektifitas keterlibatan antara pemerintah dan tengkulak-
I
Distribusi pucuk teh
1. Sarana produksi pertanian 1. Pabrik pengolahan
2. Tenaga kerja 2. Bandarltengkulak
3. Produktivitas pucuk teh
1
4. Kualitas pucuk tehI
AnalisisI
1. Kondisi umum usahatani 2. Analisis Pendapatan
Usahatani
3. Saluran Pemasaran
I
[image:49.595.73.498.293.768.2]4
C
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian Usahatani
Analisis Saluran Pemasaran
aAa
IV
METODE PENELlTlAN
4. 1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecarnatan Sukanagara, Cianjur, Jawa
Barat. Pernilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) rnengingat daerah
tersebut rnerupakan salah satu sentra produksi tanarnan teh di propinsi Jawa
Barat. Pengurnpulan data ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2003.
4. 2. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikurnpulkan dalarn penelitian ini rneliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh rne!alui wawancara langsung dengan para
petani teh rakyat, pernilik pabrik pengolahan, dan petugas dinas terkait seperti
penyuluh yang berada di Kecarnatan Sukanagara. Data sekunder diperoleh dari
lernbaga atau instansi pernerintah yang terkait seperti Biro Pusat Statistik, Dinas
Pertanian seternpat, Departernen Pertanian, Kantor Kecarnatan Sukanagara dan
studi literatur.
Data prcduksi teh rakyat yang digunakan dalarn penelitian ini diperoieh
rnelalui hasil wawancara dengan petani dan Unit Pelayanan Pengembangan
(UPP) yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara. Data rnengenai jurnlah ternpat
pengurnpulan hasil, jurnlah pahrik pengo!ahan teh yang rnasih beroperasi dan
kapasitas terpasang yang terdapat pada masing-masing pabrik tersebut dan
jurnlah keseluiuhannya diperoleh dari wawancara dengan pihak UPP serta data
sekunder dari petugas UPP.
Untuk rnengetahui sik!us panen dan pernetikan, pola perneliharaan, jenis
tanarnan sarnpingan yang biasa di tanarn, seita peodapatan asahatani tiap bulan
penelitian. Untuk rnernperoleh data rnengenai kelornpok tani dan gabungan
kelornpok tani yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara rnaka dilakukan
wawancara dengan ketha kelornpok tani sekaligus ketua Asosiasi Teh Indonesia
tingkat Kabupaten Cianjur. Di sarnping itu, wawancara juga dilakukan dengan
beberapa ketua kelornpok tani yang berada di lokasi penelitian untuk
rnendapatkan garnbaran yang lebih jelas rnenge~ai kel~rnpok tani yang terdapat
di Kecamatan Sukanagara.
4. 3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalarn penelitian ini
adalah sebagai berikut :