• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran teh perkebunan rakyat Studi kasus perkebunan teh rakyat, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran teh perkebunan rakyat Studi kasus perkebunan teh rakyat, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENUAPATAN USAHATANI

DAN SALURAN PEMASARAN TEH

PERKEBUNANRAKYAT

(Studi Kasus Perkebunan Teh P.akyat, !<ecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Oleh

:

ALI AKBAR HUTZI

A14101549

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEblEN AGRlBlSNlS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

DAN SALURAN PEMASARAN TEM

-

PERKEBUNANRAKYAT

(Studi Kasus Perkebunan Teh Rakyat, Kecamatan Sukanagara,

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

SKRlPSl

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

SARJANA PERTANIAN

Fakultas Pertanian

lnstitut Pertanian Bogor

Oleh

:

ALI AKBAR HUTZl

A14101549

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRlBlSNlS

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ALI AKBAR HUTZI. Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Teh Perkebunan Rakyat (Studi Kasus Perkebunan Teh Rakyat, Kecarnatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Di bawah Birnbingan YAYAH K.WAGION0

Jawa Barat merupakan salah satu ser~tra produksi teh di lndonesia. Luas aieal perkebunan teh di propinsi ini pada tahun 2003 rnencapai 73,37 persen dari totzl luas areal penanarnan teh di Indonesia yang rnencapai angka 152.217 hektar pada tahun yang sarna. Produksi teh di Jawa Barat pada tahun 2003 adalah sebesar 113.055 Ton (Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat. 2003). Kabupaten Cianjur rnerupakan salah satu sentra produksi teh di Jawa Barat. Luas areal perkebunan teh di Cianjur pada tahun 2003 adalah 25.765,12 hektar yang berarti 23,80 persen dari luas areal perkebunan teh di Jawa Barat yang pada tahun 2003 luasnya adalah 108.248,16 hektar.

Kecamatan Sukanagara adalah salah satu daerah produksi teh yang terdapat di Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Wilayah ini rnerniliki luas areal penanarnan teh terbesar kedua setelah Kecarnatan Takokak. Luas areal perkebunan teh pada tahun 2004 adalah sebesar 3.565,85 hektar dengan tingkat produksi sebesar 3.070 ton pada tahun yang sarna. Akan tetapi produktivitas teh di Kecarnatan Sukanagara rnenernpati urutan keernpat yaitu sebesar 0.861 ton per hektar pada tahun 2004. Produktivitas yang rendah juga diikuti oleh kualitas pucuk teh yang rendah clan ha1 ini rnengakibatkan pendapatan petani teh rakyat juga rendah (Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat, 2003).

Rendahnya produktivitas teh yang dihasilkan oleh perkebunan teh rnilik rakyat selarna ini telah rnendapat perhatian dari pernerintah. Pernbangunan Kebun Teh Rakyat rnelalui bagian Proyek Pengernbangan Budidaya Perkebunan Rakyzt (PPBPR) Jawa Barat dilaksanakan sejak tahun anggaran 199211993.

Pada urnurnnya petani rnerniliki rnotivasi berkebun yang tinggi. Hal ini juga didukung oleh adanya pengalaman dalarn beritebun. Akan tetapi pada sisi lain, para petani berada pada posisi tawar (bargainning position) yang lernah terutama dalarn ha1 menentukan harga. Dukungan yang telah diberikan oleh pernerintah selarna ini juga dimaksudkan untuk rneningkatkan produktivitas teh rakyat. Akan tetapi hal itu rnasih belum diikuti oleh peningkatan produktivitas dan kualitas pucuk teh rakyat. Bahkan tidak jarang diternui petani teh rakyat yang rnernbiarkan lahan tehnya begitu saja dan beralih ke usaha yang lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, rnaka yang rnenjadi tujuan dari penelitian ici adalah : (1) Mengkaji kondisi urnurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara. (2) Menganalisis pendapatan usahatani teh rakyat di Kecarnatan Sukanagara untuk rnengetahui kondisi urnurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di daerah tersebut dan (3) Mengkaji saluran pernasaran pucuk teh rakyat di Kecamatan Sukanagara.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan garnbaran urnurn usahatani perkebunan teh rakyat yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara adalah :

(4)

Sukanagara, sernbilan di antaranya rnenjadi peserta program bantuan tersebut.

Dalarn rangka rneningkatkan pernbinaan tehadap petani, di Kecarnatan Sukanagara telah terbentuk kelornpok-kelornpok tani yang terdiri dari 20 sampai dengan 30 anggota kelornpok tani (kepala keluarga). Sarnpai dengan tahun 2003. telah terdapat 40 kelompok tani d ~ n g a n 1.051 kepala keluargs. Perkebunan teh rnilik rakyat yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara sebagian besar dikelola oleh buruh tani yang rnerniliki kernarnpuan berkebun tatapi t i d a ~ memiliki lahan sendiri.

Pendapatan usahatani (2003) yang diterirna atas dasar biaya !unai adalah Rp 23.162 per hektar per bulan. Sedangkan Pendapatan usahatani atas dasar biaya total scbesar Rp -26.448 per hekta: per bulan. Adapun RIC rasio (2003) atas biaya tunai adaiah 1,07 dan atas biaya total adalah sebesar 0,93. Hal ini menunjukan bahwa usahatani perkebunan teh rakyat di kecarnatan Sukanagara ini secara rata-rata sudah tidak layak untuk dijalankan. Kondisi seperti ini yang mernbuat petani sulit untuk rnernbayar cicilan sebesar Rp 45.000 perbulan kepada pengelola proyek PPBPR. Lernbaga pernasaran yang terlibat dalarn pernasaran teh di Kecamatan Sukanagara rneliputi pedagang pengumpul, Tempat Pengurnpulan Hasil (TPH) kelompok tan: dan pabrik pengolahan teh. Struktur pasar pucuk teh yang terdapat di lokasi penelitian adalah struktur pasar oligopsoni dimana beberapa pedagang pengurnpul berhadapan dengan banyak petani. Petani seringkali membutuhkan uang tunai untuk rnernenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari serta kebutuhan saprotan, sehingga petani meminjam uang kepada pedagang pengumpul tertentu. lkatan inilah yang rnembatasi kebebasan petani untuk menjual dan menentukan harga pucuk tehnya. Kondisi seperti itu akhirnya rnerubah struktur yang dihadapi oleh petani menjadi struktur pasar monopolis.

(5)

Judul

Nama

NRP

:

Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pernasaran Teh Perkebunan Rakyat (Studi Kasus Perkebunan Teh Rakyat,

Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

: Ali Akbar Hutzi

: A14101549

Menyetujui,

osen Pembimbing

L

Ir.

Yavah K. Waqiono. MEc.

NIP. 130350044

NIP. 131124019

(6)

PEIWYATAAN

DENGAN IN1 SAYA MENYAI'AKAN BAI-IWA SKIILI'SI YANG BERJUDUL

"ANALISIS PENDAPATAN USAFTATANT DAN SAT,URlW PEMASARAN

TEH PERKEBUNAN RAKYAT (STUD1 KASUS PERKEBUNAN TEI-I

RAKYAT, KECAMATAN SUKANAGARA KABUPATEN CIANJUR, JAWA

BARAT)" BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI

DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA

SUATU PI?RGIJRIJAN TTNGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

(7)

Penulis adalah putra ke delapan dari delapan bersaudara )rang lahir pada tanggal 15 oktober 1977 di Bogor dari pasangan Endang Suherman (Alm) dall AT. Sukaesih. Sampai tahl~n 1996 penulis lulusdari Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri I Cipanas

-

Cianjur. Pada tahun 1998 penulis berhasil 1010s seleksi ujian masuk diploma tiga Manajemen Agribisnis lnstitut Pertanian Bogor (MAB- IPB) dan selesai sarnpai dengan tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis rnelanjutkan pendidikan untuk rnencapai gelar S1 di Program Ekstensi Manaje~nen Agribisnis lnstitut Pertanian Bogor (Pro Emas-IPB).
(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wata'ala karena berkat-Nya penulis dapal rnenyelesaikali skripsi ini. Ski-ipsi yang berjtidul Ana!isis Pendapaian ilsaha l a n i dan Pernasarzn Perkcb~nar~ Teh Rakyat adafah pernbahasan rnengenai keadaan sesungguhnya petani teh rakyat dalarn rnenghadapi persaingan pasar di tingkat rnikro.

Selarna ini para petani teh rakyat berada pada bargaining position yang lernah, sehingga dalarn kancah persaingan dengan petani

-

petani besar seperti Perkebunan Teh Milik Negara (PTPN) dan perkebunan besar swasta, perkebunan teh rnilik rakyat berada pada kelornpok yang terrnarjinalkan. Berawal dari keprihatinan itulah kernudian penulis rnerasa tertarik untuk rnelakukan penelitian walaupun penulis akui rnasih banyak kekurangan dalarn tulisan ini.

Segala ha1 yang penulis tuangkan dalarn skripsi ini sernoga dapat bermanfaat bagi penulis dan pernbaca. Adapun segala kekurangan yang terdzpat didalarnnya sernoga rnenjzdi pangalaman berharga bagi penulis untuk dapat berkarya lebih baik lagi dirnasa rnendatang.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Sesungguhnya skripsi ini tak akan pernah terwujud tanpa kehendak-Nya sena bantuan dari sernua pihak. Pada kesernpatan ini penulis ingin rnenyampai~an terlrna kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Yayah K. Wagiono, MEc Selaku Dosen Pernbirnbing yang selalu rnernbirnbing dan rnernotivasi penulis dengan penuh kesabaran

2. Orang tua, parnan dan bibi tersayang, terima kasih atas segala do'a, kasih sayang serta dorongan sernangatnya.

3. Kakak dan keponakan, terirna kasih atas segala do'a dan rnotivasi yang telah diberikan kepada penulis selarna ini.

4. Anisa Agustina, lstriku tercinta yang selalu rnendo'akan dan setia untuk tetap bersarna.

5. Bapak Lili, Bapak Yusuf, Bapak Faridh, Ibu Sri, Kang Dikdik, Ibu Yanti dan seluruh staff Dinas Perkebunan Sukanagara yang telah rnernbantu penulis dalam pengurnpulan data-data yang diperlukan untuk rnenyelesaikan skripsi ini.

(10)

DAFTAR

IS1

Halaman

KATA PENGANTAR I

UCAPAN TERIMA KASlH ii

DAFTAR IS1 iii

DAFTAR TAB v

DAFTAR GAME vii

OAFTAR. LAMPIRAN viii

BABI. PENDAHULUAN ... 1

1 .l. Latar Belakang Penelitian 1

1.2. Perumusan Masalah Penelitian ... 4 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 8 BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1. Gambaran Umum Te 2.2. Sifat-Sifat Botani Teh 2.3. Syarat Turnbuh Tana

2.3.1. lklim ...

2.4. Jenis aan Mu

2.6. Hasil-hasil Penelitian Terdahul

BAB Ill. KERANGKA PEMlKlRAN PENELlTlAN ... 22 3.1. Sektor Produksi Usahatani

3.2. Analisis Pendapatan Usahata 3.3. Sistem Pemasaran

3.4. Distribusi dan 3.5. Biaya Distribusi 3.6. Pabrik Pengola 3.7. Kerangka Pe BAB IV. METODE PENELlTlA

4.1. Lokasi dan Waktu

4.2. Metode Pengurnpulan Data ... ... ...

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...

4.3.1. Analisis Pendapatan Usahatani ...

4.3.2. Analisis Saluran Pemasaran ...

BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELlTlAN ...

5.1. Kondisi Geografis 5.2. Kondisi Dernografis

5.3. Pendidikan ...

.

.

...
(11)

BAB VI. HASlL DAN PEMBAHA 6.1. Kondisi Umum Usa

Kecarnatan Sukanagar

6.2. Proyek Pengembangan Perkebunan Teh ... 6.3. Analisis Pendapatan Usahatani Perkebunan Teh

Rakyat di Kecarnatan Sukanagara ... 6.3.1. Penerima

6.5. Analisis Struktu

6.5.4. Sumber lnformasi Pasa 6.6. Marjin Pernasaran

6.8. Farmer's Sha

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

7.1. Kesimpu!an ... 76

7.2. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(12)

DAFTAR TABEL

FIomor Halarnan

1. Perkembangan Volume dan Nila~

-

Ekspor Ten Indonesia

(1 999

-

200.5) ... I

2. Luas Areal Teh Menurut Kepemilikan di Propinsi Jawa Barat

(2001-2003) 2

3. Produksi Teh Menurut Kepemilikan di Propinsi Jawa Baiat

(2001-2003) ... 3

4. Produktivitas Teh Menurut Kepemilikan di Propinsi Jawa Barat

(2001-2002) ... 3

5. Luas Areal dan Produksi Tanarnan Teh Menurut Kepernilikan ...

Di Kabupaten Cianjur (1999-2003) 4

6. Luas Areal Perkebunan dan Produksi The pada Masing-masing

Kecarnatan di Kabupaten Cianjur, 2004 ... 5

7 Perbedaan Karakteristik Teh Hijau dan Teh Hitarn ... 16

8. Banyaknya Sarana Peribadatan T a p Desa, 2003 ... 42

9. I(ornposisi Penduduk Kecarnatan Sukanagara Menurut

Tingkat Pendidikan Tshun 2003 ... 43

10. Klasifikasi Penduduk Kecarnatan Sukanagara Menurut

Kelompok Urnur, Tahun 2003

...

45

11. Data Curah Hujan Kecamatan Su!tanagara dalarn Satuan Milirneter

(1999

-

2003)

...

.

.

...

46

I . Luas Wilayah dan Produktivitas Binaan PPBPR, Tahun 2003 ... 49

13. Areal Tanam dan Jurnlah Kepala Keluarga Peserta Petani

Teh Rakyat Unit Sukanagara pada Tahun 2003 ... 49

14. Produksi Rata-Rata, Harga Rata-Rata serta Penerirnaan Kotor Rata-Rata Per Bulan Per Hektar Pucuk Teh Kecarnatan

Sukanagara (2002-2003)

...

52

15. Komponen Fiaya Rata-Rata Pengelolaan Tanaman Rakyat per Hektar

per Bulan Tahun 2003 ... 55

16. Nilai Peilggunaan Peralatan Usahatani Perkebunan Teh Rakyat

Kecamatan Sukanagara, 2003 ... 59

17. Rata-Rata Biaya Total Usahatani Teh Rakyat Kecarnatan Sukan gara

...

(13)

18. Analisis Pendapatan Rata-Rata Usahatani Teh Rakyat Kecarnatan

Sukanagara per Bulan (2003) ... 61 19. Narna-Nanla Pedagang Pengurnpul yang Terdapat di kecarnatan

Sukanagara ... 64

20. Unit Pengolahan clasil (UPH) Pabrik Teh Hijau di Kecarnatan

...

Suakanagsra 66

21. Analisis Marjin Pernasaran Teh Perkebunan Rakyat

Per Kilogram di Kecamatan Sukanagara, 2003 ... 72

22. Kornponen Biaya Pernasaran Rata-Rata Pucuk Teh Perkebunan

...

Rakyat Kecarnatan Sukanagara, 2003 73

23. Farmer's Share Kornoditi Teh Rakyat di Kecarnatan

...

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halarnan

1 . K v ~ a Biaya Variabel. Biaya Rata-Rata. dan Biaya Mzrjhal ... 24 ...

.

2 Kurva Amplop Sebagai Cakrawala Perluasan Skala Usaha 25 3 . Kuwa Pasar Persaingan Sempurna ... ... 28 4 . Kurva Pasar Persaingan Tidak Sempurna ... ... 30 5 . Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian

di Indonesia ... ... 32 6 . Kerangka Pemikiran Penelitian ... 34 7 . Perkembangan Produksi Pucuk Teh Rakyat Setiap Bulan

(2002 . 2003) ...

8 . Perkembangan Harga Pucuk Teh (2002 . 2003) 53

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

...

1. Luas Tanah dart Luas Lahan Darat di Kabupaten Cianjur 8 2

2. Perkembangan Produxsi dan Harya .Teh Perkebunan Paicyat

Kecamatan Sukanagara ... 83

3. Daftar Prodtlksi Rata-Rata, Iiarga Rata-Rata dan Penerimaan Fiata-Rata Petani Teh Perkebunan Rakyat Kecamatan

...

Sukanagara, 2002-2003 86

4 . Data lsian Unit Pengolahan HasillPabrik Kecamatan

Sukanagara (2002) ... 87

5. Kuisioner Petani Teh Rakyat, Pedagang Pengumpul

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. dan TPH 97

(16)

BAB

l

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

lndonesia rnerupakan salah satu negara produsen sekaligus eksportir teh

di dunia setelah i<enys, Srilanka, Cina dan India. Volume ekspor teh lndonesia

sejak tahun 1999 cenderung fluktuatif dengan volume rata-rata adalah sebesar

99.786.600 ton. Perkembaqgan volume dan nilai ekspor teh lndonesia sejak

[image:16.602.103.510.363.512.2]

tahun 1999 sarnpai dengan tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Perkernbangan Volume dan Nilai Ekspor Teh lndonesia (1999-2003)

Sub perkebunan lndonesia berdasarkan status kepernilikan dibedakan Tahun

1999

rnenjadi tiga kelornpok yaitu : (1) Perkebunan pernerintah yaitu PT Perkebunan Volume Ekspor (000 ton) 97.847 Pertumbuhan

(%I

-

2002 - 2003

Nusantara (PTPN), (2) Perkebunan besar rnilik perusahaan swasta, dan (3) Areal

perkebunan rakyat. Ketiga kelornpok perkebunan tersebut merniliki peran penting Surnber : Dirjen Bina Produksi Perkebunan

Keterangan : * data sernentara

6 4 9 )

(1 338) 100.184

88.176*

dalarn pernenaiizn ekspor teh hijail rnaupun teh hitarn

Nilai Ekspor (US $ juta)

97.140

Faktor yang rnernbedakan perkebunan rakyat dan perkebunan lainnya Pertumbuhan

(%)

-

105.427

95.815*

terletak pada penguasaannya. Pada perkebunan rakyat, areal yarlg diusahakan (8,08)

(736)

kecil-kecil, tetapi jurnlahnya banyak dan tanaman teh bukan rnerupakan usaha

utarna. Para petani juga rnenanarn tanarnan lain seperti kayu dan sayuran

(17)

diusahakan pernerintah dan swasta lebih luas. Di sarnping itu, perkebunan milik

pemerintah dan swasta telah didukung oleh teknologi dan teh merupakan

tanarnan utarna.

Jawa Barat rnerupakan salah sate sentra produksi teh di Indonesia. Luas

areal perkebunan teh di propinsi ini pada tahun 2003 rnencapai 73,37 persen dari

total leas areal penanarnan teh di lnd~nesiz yang rnencapai angka 152.217

hektar pada tahun yang sarna. Produksi teh di Jawa Barat pada tahun 2003

adalah sebesar 113.055 ton (Dinas Perkebunan Kecarnatan Sukanagara, 2003).

Produsen teh di propinsi Jawa Barat juga terdiri dari PTPN, Swasta dan

petani teh rakyat. Berdasarkan luas arealnya, perkebunan teh rakyat menernpati

urutan pertarna jika dibandingkan dengan dua jenis perkebunan lainnya.

Perkembangan luas areal perkebunan teh rakyat di Propinsi Jawa Barat dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal Teh Menurut Kepemilikan di propinsi Jawa Barat (2001- 2003).

r ~ a h u n

I

Perkebunan Rakyat

I

Perkebunan Negara

I

Perkebunan Swasta

I

(Ha) (Ha) (Ha)

2001 57.412,21 I I 26.674,55 25.148,74

I I I I I

Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat (2003)

Berdasarkan Tabe! 2 terlihat bahwa perkebunan teh milik rakyat rnerniliki

peranan yang cukup penting bagi kegiatan perekonomian di propinsi Jawa Barat.

Akan tetapi, luasnya areal penanaman teh milik rakyat di propinsi Jawa Barat

tidak diikuti oleh tingginye nilai produksi teh di propinsi ini. Produksi teh menurut

(18)
[image:18.595.98.502.122.222.2]

Tabel 3. Produksi Teh Menurut Kepernilikan di Propinsi Jawa Barat (2001-2003)

/I

Perkebunan Rakyat

/

Perkebunan Negara

/

Perkebunan Swasta

/

Berdasarkan Tabel 3 di atas terlihat bahwa produksi teh rnilik perkebunan 3002

2003

negara (PTPN) lebih besar daripada yang dihasilkan oleh perkebunan teh rakyat.

32.486,54 35.973,52 27.733,15

54.461,06 50.446,47

Sedangkan produktivitas teh yang dihasilkan oleh ketiga jenis perkebunan Surnber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat (2003)

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini

Tabel 4. Produktivitas Teh Menurut Kepernilikan di Propinsi Jawa Barat (2001-2003)

Pada tahun 2003, prodilMi\titas teh perkebunan rnilik rakyat adalah

sebesar 0,95 persen dengan volume produksi seperti yang terdapat dalarn Tabel

3 dan luas areal seperti yang terdapat dalarn Tabel 2. Sedangkan produktivitas

teh perkebunan rnilik negara adalah sebesar 1.91 psrsen dan produktivitas teh

perkebunan rnilik swasta adalah sebesar 1.1 1 persen.

Produktivitas tanaman teh sanga: tergantung dari pemeliharaan teh yang

dilakukan oleh petani yang bersangkutan. Tingginya produksi teh yang dihasilkan

oleh perkebunan teh milik negara dikarenakan kegiatan produksi yang dilakukan

oleh perkebunan milik negara sudah baik, demikian halnya dengan kegiatan

pasca panen yang meliputi penyirnpanan, pendistribusian dan pengolahan. Tahun 2001 2002 2003 Perkebunan Negara (%) 1,94 Perkebunan Rakyat (%) 0,62 PerkeSunan Swasta (%) 1 ,00

Surnber: Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat (20C3)

[image:18.595.98.500.386.479.2]
(19)

Kegiatan produksi teh yang dilakukan sudah terkoordinasi dengan baik dan

ditilnjang oleh fasilitas pengolahan dalarn kebun. Sebaliknya, produksi teh yang

dihasilkan oleh per'itebunan teh rnilik rakyat rnasih sangat rendah.

1.2. Ferurnusan Masalah Pene!itian

Kabupaten Cianjur rnerupakan salah satu sentra produksi teh di Jawa

Barat. Luas areal perkebunan teh di Cianjur pada tahun 2003 adalah 25.765,12

hektar yang berarti 23,80 persen dari luas areal perkebunan teh di Jawa Barat

yang pada tahun 2003 luasnya adalah 108.248,16 hektar. Berdasarkan status

kepernilikannya, luas areal perkebunan teh rnilik rakyat lebih besar jika

dibandingkan dengan perkebunan teh rnilik swasta rflaupun perkebunan teh rnilik

pernerintah. Akan tetapi, produksi teh yang dihasilkan oleh per'lebunan rnilik

rakyat rnerniliki angka terendah jika dibandingkan dengan perkebunan rnilik

sv~asta dan pernerintah. Luas areal dan produksi tanaman teh rnenurut

kepernilikan di Kabupaten Cianjur dspat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Luas Areal dan Produksi Tanarnan Teh Menurut Kepernilikan di Kabupeten Cianjur (1998 -2002)

Salah satu daerail produksi teh yang terdapat di Kabupaten Cianjur Tahun 1998 1999

-

2000 2001 2002

adalah Kecarnatan Sukanagara. Wilayah ini rnerniliki luas areal penanarnan teh Srnber

1

Dinas ~erkebunan Propinsi Jawa Earat, 2003

Perkebunan Rakyet I Swasta Luas Areal (Ha) 14.608.50

-

-14.608,50 14.621.50 14.217,76 14.217,76 Negara Luas Areal (Ha) 2.717,OO -- -2.780,03 2.814,53 2.798,53 2.802,58

,---A

[image:19.595.81.497.500.693.2]
(20)

terbesar kedua setelah Kecamatan Takokak. Luas areal perkebunan teh pada tahun 2004 adalah sebesar 3.565,85 hektar dengan tingkat produksi sebesar 3.070 ton pada tahun yang sama. Luas areal perkebunan, produksi dan produktivitas tanarnan teh pada masing-rnasing kecamatan di Kabupaten Cianjur

dapat dilihat pzda Tabel 6 berikui ini

Tabel 6. Luas Areal Perkebunzn dan Produksi Teh pada Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Cianjur, 2004

Surnber : UPP Sukanagara, 2003

Pada Tabel 6 di atas terlihat bahwa produktivitas teh di Kecarnatan Sukanagara rnenernpati uru!an keempat yaitu sebesar 0,861 ton per hektar pada tahun 2004. Produktivitas yang rendah juga diikuti oleh kualitas pucuk teh yang rendah dan ha1 ini rnengakibatkan pendapatan petani teh rakyat juga rendah (Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Barat, 2003)

(21)

tani. Pernbentukan kelornpok tani bukan saja dirnaksudkan sebagai wahana

proses belajar rnengajar tetapi juga sebagai kelornpok usaha bersama yang lebih

berorieniasi pada terwujudnya lernbaga ekoncrni yaiig tangguh di pedesaan

Proyek Pengembangan Budiday? Perkebunan Rakyat (PPBPR) Jawa

Barat yang dilaksanakan sejak tahun anggaran 199211993 juga rnelioatkan para

petani yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara. Para petani tersebut

rnendapatkan dukungan berupa hibah (pernberian curna-curna) dan dana

pinjaman untuk mengelola perkebunan teh yang dirniliki.

Pada tahun 2001, salah satu ketua kelornpok tani yang terdapat di Desa

Sukajembar, Kecarnatan Sukanagara rnendapatkan penghargaan dari

psrnerintah sebagai kelornpok tani dengan tingkat pengernbalian kredit terbaik

untuk wilzyah Jawa Barat. Pernberian penghargaan tersebut dirnaksudkan untuk

memotivasi para petani dalarn berkebun teh dan termotivasi untuk

mengembaiikan dana pinjaman yang telah diberikan.

Pada urnumnya petani memiliki motivasi berkebun yang tinggi. Hal ini

juga didukung oleh adanya pengalarnan dalarn berkebun. Akan tetapi pada sisi

lain, para petani berada pada posisi tawar (barqainnin~ position) yang lernah

terutarna dalarn ha1 rnenentuksn harga. Dultungan yang relah diberikan oleh

pernerintah selama ini juga dimaksudkan untuk rneningkatkan produktivitas teh

rakyat. Akan tetapi hzl itu rnasil~ belurn diikuti oleh peningkatan prcduktivitas dan

kualitas pucuk teh rakyat. Bahkan tidak jarang diternui petani teh rakyat yang

(22)

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, rnaka perrnasalahan yang

akan dibahas dalarn penelitian ini adalah :

1. Bagairnanakah kondisi umurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di

Kecamatan Sukanagara?

2 Berapakah tingkat pendapatan usahatani perkebunan teh rakyat c!i

i<ec?rnatan Sukanagara?

3. Bagairnanakah saluran pemasaran pucuk teh rakyat di Kecamatan

Sukanagara selarna periode tahun 2002-2003?

1. 3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rurnusan perrnasalahan di atas, rnaka yang rnenjadi tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji kondisi urnurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di

Kecarnatan Sukanagara.

2. Menganalisis pendapatan usahatani teh rakyat di Kecarn~tan Sukanagara

untuk rnengetahui kondisi urnurn perkebunan teh rakyat yang terdapat di

daerah tersebut.

3. Mengkaji saluran pernasaran pucuk teh rakyat di Kecarnatan Sukanagara.

Diharapkan penelitian dapat digunskan sebagai rnasukan bagi pihak-

pihak yang terkait dengan usaha perkebunan rakyat khususnya yang terdapat di

Kecarr~atar: Sukanagara. Kegunaan penelitian ini bagi penulis adalah sebagai

sarana untuk rnernpraktekkan ilrnu dan pengetahuan yang didapat selarna

(23)

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecarnatan Sukanagara Kabupaten Cianjur,

Jawa Barat. Penelitian ini dibatasi hanya pada perkebunan teh rnilik rakyat yang

terdapat di selilruh desa wilayah Kecarnatan Sukanagara. Mengingat bahwa

tidak sernua petani toh rakyat Sukanagara rnerlgikuti program PPBPR rnaka

pernbahasan mengenai program bantuan tersebut tidalc dapat dilakukan secara

spesifik. Demikian halnya dengan kelornpok tani, tidak sernua petani rnenjadi

anggota kelompok tani: rneskipun petani tersebut rnenjadi peserta PPBPR.

Tahun tanarn tanarnan teh rakyat yang terdapat dalarn penelitian ini

berbeda-beda rnulai tahun 1993 sampai dengan 1998. Dengan dernikian analisis

terhadap produktivitas teh dilakukan pada setiap tanarnan teh dengan tahun

tanarn yang berbeda-beda. Analisis akan dilakukan secara urnurn (per tahun)

dan spesifik (per bulan) untuk rnengetahui kondisi umum produksi teh dan harga

pucuk teh yang terjadi selama periode tahun 2002 sarnpai dengan 2003.

Tingkat harga yang digunakan aalam analisis usahatani teh adalah

tingkat harga teh yang berlaku pada saat penelitian ini dilakukan. Demikian

(24)

BAB

II

TINJAUAN PUSTAKA

2. I. Gambaran Umum Teh

Tanarnan teh

(Camellia

sinensis L.) d i d ~ g a berasal dari Asia Tenggara.

Pada tahun 2737 SM teh sudah dikenali di Cina. Bahkar? sejak abad ke-4 telak

dirnanfaatkan sebagai salah satu kornponen rarnuan obat. Teh diperkenalkan

pertarna kali oleh pedagang Belanda sebagai kornoditas perdagangan di Eropa

pada tahun 1610 M dan rnenjadi rninurnan populer di lnggris sejak 1664 M

(Ghani, 2002).

Tanaman teh rnasuk pertarna kali ke lndonesia pada tahun 1684, berupa

biji ten dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernarna Andreas Cleyer.

dan ditanam sebagai tanarnan hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang

pendeta bernarna F. Valentijn rnengatakan bahwa telah melihat perdu teh muda

yang berasal dari Cina, turnbuh di Tarnan lstana Gubernur Jenderal Carnphuys,

di Jakarta.

Tahun 1826, didatangkan lagi biji teh dari Jepang dan ditanarn di Kebun

Raya Bogor, pada tahun 1827, ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut.

Tanarnan teh juga berhasil ditanarn dalam luasan yang lebih besar di Wanayasa

(Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) sehingga mernbuka jalan bagi Jacobus

lsidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh untuk rnembuka landasan

bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828, di kedua daerah tersebut

terdzpat sekitar 180 hektar tanarnan teh dengan produksi sekitar 8000 kilogram

teh kering.

Pada tahun 1941

-

1958, industri teh di lndonesia rnengalarni pasang

surut. Hal itu berkaitan dengan perkernbangan situasi pasar dunia rnaupun

(25)

Indonesia rnengambil alih perkebunan teh milik perusahaan-perusahaan Belanda

dan lnggris yang selanjutnya dilakukan usaha rehabilitasi oleh pemerintah secara

bertahap.

2.2. Sifat-Sifat Sotani Teh

1. Akar

Secara urnurn tanarn teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik

tanah, dan cukup sulit untuk dapat rnenernbus lapisan tanah. Kebanyakan perdu

rnempertahankan akar tunggang sedalarn 90 sampai 150 sentirneter dengan

diameter sekitar 7,5 sentimeter. Perakaran utama berkembang pada lapisan

tanah atas sedalam 0 sampai 25 sentimeter, yang merupakan tempat utarna

berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam tanah.

2. Daun

Ranting dan daun baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daunnya

selalu berwarna hijau, berbentuk lonjong, ujungnya runcing, dan tepinya

bergerigi. Daun-daun baru yang mulai tumbuh setelah pemangkasan, lebih besar

daripada daun-daun yang terbentuk sesudahnya. Besarnya daun antara 2,5

sarnpai 25 sentimete:, tergantung pada varietasnya. Pucuk dan ruasnya

berarnbut, daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan

berwarna hijau kelam.

3. Bunga

Bunga yang sempurna memiliki putik (calyx) d e ~ g a n 5

-

7 mahkola (sepal).

Daun bunga (Pepal) berjurnlah sama dengan mahkota, berwarna putih halus

berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan

benang sari (anthera) kuning bersel kernbar, nienor~jol 2 sampai 3 milimeter ke

(26)

bunga pada sebuah pohon, berhasil rnernbentuk biji. Penyerbukan buatan

(artificalpollination) hanya rneningkatkan jurnlah buah sarnpai 14 persen

4. Buah

Buah yang rnasih muda rnemiliki warna hijau. Awalnya mengkilat, tetapi

semakin tua bertarnbah sorarn dan kasar. Bijinya berwarna coklat beruang tiga.

berkulit tipis disatu sisi dan datar di sisi lain. Biji rnengandung rninyak dengan

kadar yang tinggi yaitu 20 persen berat biji.

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Teh

Tanaman teh rnerupakan salah satu tanarnan keras yang diusahakan

secara perkebunan. Hasil dari tanarnan teh ini berupa ranting muda dengan

daun-daunnya yang disebut pucuk. Dari pucuk inilah yang selanjutnya diolah

rnanjadi teh yang dipetik dengan selang 7 sampai 14 ha:i tergantung dari

keadaan tanaman di masing-masing daerah.

Tanarnan teh dapat turnbuh rnulai dari pantai sampai pegunungan.

Tanaman ini dapat turnbuh subur pada daerah-daerah dengan ketinggian 200

sampai 2030 meter di atas permukaan itidt. Di pegunungan Assarn, teh ditanam

pada ketinggian lebih dari 2000 m apl. Namun, perkebunan teh urnumnya

dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklirn sejuk. Meskipun dapat

tumbuh subur di detaran renciah, tanarnan teh tidak akan menberikan hasil

dengan mutu yang baik. Semakin tinggi daerah penanaman maka semakin tinggi

mutunya (Ghani, 2002). Secara umum, lingkungan fisik yang paling berpengarut~

(27)

Faktor iklirn yang berpengaruh terhadap perturnbuhan teh adalah curah

hujan, suhu udars, tinggi ternpat, sinar m3tahaii dan angin

= Curah hujan

Curah hujan tahunan yang diperlukan oleh tanaman reh adalah 20013

sampai 2.500 milirneter, dengan jurnlah hujan pada rnusirn kemarau tidak kurang

dari 100 rnilirneter. Curah hujan yang kurang dari batas minimum tersebut akan

berpengaruh terhadap tingkat produktivitasnya.

Suhu Udara

Suhu udara yang baik untuk tanarnan teh adalah berkisar 13OC

-

25'C,

yang diikuti oleh cahaya rnatahari yang cerah dengan kelembaban relatif pada

siang hari tidak kurang dari 70 %.

= Tinggi Ternpat

Ada korelasi kuat antara ;inggi ternpat (elevasf) dengan suhu. Sernakin

rendah elevasi rnaka semakin tingyi suhu udara daerah tersebut

Di Indonesia, penanarnan teh dilakukan pada ketinggian antara 400

sarnpai 1.200 meter dari perrnukaan laut (dpl). Dengan dernikian daerah

penanarnan teh dapat dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan ketinggian ternpat

yaitu:

a. Daerah dataran rendah : 400

-

800 rn dpl dengan suhu rnencapai 23'C sarnpai 24OC.

b. Daerah dataran sedang : 800

-

1.200 rn dpl dengan suhu rnencapai 21% sarnpai 24OC

c. Daerah dataran tinggi : Di atas 1.2@0 rn dpl dengan suhu rnencapai 18'C sarnpai i 9 " ~

Perkebunan teh yang terletak di atas 1500 meter dpl sering rnengalami

(28)

musim kemarau. Untuk mengurangi intensitas rnatahari diperlukan tanaman

pelindung sehingga dapat sedikit menurunkan suhu.

Sinar matahari

Sepanjang curah hujan mencukupi, rnaka bsnyaknya sinar rnatahari

sangat membantu terhadap perturnbuhan tanarnan teh. Akan tetapi apabila suhu

mencapai 30°C maka pertumbuhan tanaman teh akan terhambat, sehingga

dibutuhkan tanaman pelindung terutama untuk perkebunan di dataran rendah.

= Angin

Pada umurnnya angin yang berasal dari dataran rendah membawa udara

panas dan kering. Selain angin dapat mempengaruhi pada kelembaban, angin

dapat pula membantu penyebaran hama dan penyakit.

2.3.2. Tanah

Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman leh adaiah

tanah yang cukup subur dengan bahan kandungan organik cukup, tidak

bercadas dan rnempunyai derajat keasarnan (pH) antara 4.5 sarnpai 6,O.

Tanaman teh menghendaki tanah yang asam dengan pH berkisar antara

4,5

-

6,0.

Tanah harus memiliki tiga unsur hara pentiny dalam tanah yaitu N: P

dan K. Ketiga unsur tersebut penting u n t u ~ meningkatkan produksi daun.

Tanah untuk tanaman teh harus mengandung unsur-unsur hara rnikro

dan makro. Unsur hara mikro yang terkandung dalam abu daun teh adalah Fe,

Mn,

6,

Zn serta CI. Adapun unsur hara rnakro yang terkandung adalah Kalium,

fosfor, kapur, magnesium, dan belerang. Baik unsur hara mikro rnaupun rnakro

pada umumnya dapai dicukupi dengan pemupukan, pelepasan cadangan

(29)

Harna dan penyakit yang biasanya rnenyerang tanarnan teh adalah:

(a) Harna perusak akar seperti Nematoda Heterodera marioni.

Pengendaliannya dengan cara rnelaparkan (tidak rnenanarni lahan yang

terjangkit harna selarna dua tahun atau rnenggunakan anti harna Nernagon atau

rnetil-brornida). Gejala : terdapat gelernbung-gelernbung pada akar sehingga

akar rnernbusuk.

Nematoda Pratylenchus prattensi pengendaliannya dengan cara

rnelaparkan (tidak rnenanarni lahan yang terjangkit harna selarna dua tahun,

rnenggunakan anti harna Nernagon atau rnetil-brornida). Gejala : perakaran

tanarnan terutarna rarnbutnya hanya sedikit, tanarnan layu seperti kekurangan

unsur hara.

Nematoda Meloidogyne sp. pengendaliannya dengan cara pencegahan

berupa furnigasi tanah yang akan digunakan untuk rnengisi kantong plastikl

polibag dengan rnetil brornida (250 gl;n3) atau dengan Nernagon 60 EC. Gejala :

tanarnan akan turnbuh dengan rnerana akhirnya rnati.

(b) Harna perusak batang dan ranting seperti Zeuzera coffeae.

Pengefidaliannya dengan cara rnernotong bagian-bagian yang terserang dan

rnernbakarnya hingga habis. Gejala : terdapat lubang zntara batang dan daun.

(c) Harna perusak biji teh seperti kepik biji. Pengendaliannya dilakukan secara

rnekanis, yaitu rnengurnpulkan kepik biji dengan jalan rnenggoyang-goyangkan

pohon sehingga kepiknya berjatuhan kernudian rnenangkap serta

nsrnbunuhnya. Gejala : keping bijinya berbintik-bifitik kuning sarnpzi jingga.

(d) Harna perusak daun seperti ulat penggulung pucuk. Pengendalian harna ini

dilakukan dengan tiga cara yaitu : (i) Cara rnekanis, daun yang terserang dipetik

dan dibcang jauh atau dibaksr. (ii) Cara hayati, dengan cara rnelestarikan

beberapa rnusuh alarni ulat penggulung. (iii) Cara kirniawi, yaitu dengan

(30)

ditirnbulkan oleh harna ini adalah pucuk teh rnenggulung sehingga perturnbuhan

tunas atau ranting terhambat.

(2) Penyakit perusak daun seperti penyakit cacar teh. Pengendaliannya

dilakukan dengan dua cara yaitu : (i) Kultur teknis berupa upaya pengendalian

lingkungan hidup atau iklirn kebun teh sehingga penyakit tidak berkernbang

seperti dengan cara pengurangan pohon pelindung, rnemperpendek gi!iran/daur

petik atau rnenanarn klon teh yang tahan terhadap cacar. (ii) Cara kirniawi.

Tanarnan yang terserang diberi fungisida ternbaga seperti cupravit OB 21,

Cobox, Baycor 250 EC, Bitertanol 30% dan lain-lain. Gejala yang ditirnbulkan

pada tanarnan yang terserang terdapat bintik-bintik yang awalnya berukuran kecil

ternbus cahaya berdiarneter 0,25 rnrn. Selanjutnya tirnbul bercak dengan pusat

tidak bewarna dan dibatasi oleh cincin berwarna hijau, kernudian bercak

rnernbesar dan berwarna coklat dan rnati.

2.4. Jenis dan Mutu Teh

Berdasarkan sistem pengolahannya, teh dapat dikelompokkan menjadi

dua jenis yaitu :

1. Teh Hitarn

Teh hitarn rnerupakan jenis teh yang pengolahannya dilakukan rnelalui

proses ferrnentasi. Teh hitarn sendiri terdiri dari dira jenis yaitu teh Orthodox dan

teh CTC (Cuffiflg, Tearing, dan Curling).

Teh Orthodox adalah teh hitarn yang diolah rnelalui proses pelayuan sekitar

16 jam. Proses selanjutnya adalah penggulungan, fermentasi, pengeringan,

sortasi, hingga terbentuk teh jadi. Sedangkan teh CTC (Cutting, Tearing, dan

Curling) adalah teh yang diolah rnelalui proses perajangan, penyobekan, dan

penggulungan daun basah rnenjadi bubuk kernudian dilanjutkan dengan

(31)

2. Teh Hijau

Teh hijau rnerupakan jenis teh yang diolah tanpa rnelalui proses ferrnentasi.

teh. Teh irii dikclornpokkan rnenjadi tiga jenis yaitu teh hijau (murni), teh oolong

dan teh Gunga.

Teh Hijau (murni) adalah teh yang diolah melalui pelayuan selarna sekitar

tiga rnenit, selanjutnga dilakukan penggulungen, pengeringan, sortasi, dan

berbentuk teh jadi. Teh oolong adalah teh yang diolah rnelalui semi pelayuan

selama sekitar enam sampai sernbilan jam, selanjutnya diproses seperti teh

hijau. Sedangkan teh Gunga adalah jenis teh oolong yang diberi aroma tertentu

seperti bunga melati

Berikut ini disajikan data rnengenai perbedaan karakteristik teh hijau dan teh

[image:31.595.99.499.424.541.2]

hitam dalam Tabel 7 di bawah ini :

Tabel 7. Perbedaan Karakteristik Teh Hijau dan Teh Hitarn

Karakteristik

I

Teh Hijau Teh Hitarn

Pengolahan

I

Tanpa proses ferrnentasi

/

Dengan proses ferrnentasi khusus

Berupa bubuk Hitam sampai coklat Langsung dapat diseduh

.

Ukuran Warna Pernakaian

khusus

Panjang dan tergulung Hijau sampai hitam Diolah iebih lanjut

Mutu teh dinilai berdasarkan rasa (taste), aroma, dan warna seduhan sarnpaibengan rnerah

(liquor). Penilaian mutu ditentukan oleh seorang ahli pencicip (tea taster)

berdasarkan analisis organoleptik, yaitu kemampuan mengukur rnutu dengan

indera penglihatan, penciuman, dati perasa. Parameter lain seperti kadar air dan

berat jenis (density) hanya sebagai pendukung.

Merah ternbaga

I

Hijau sampai coklat

1

(32)

2.5. Jenis Petikan Teh

Jenis petikan adalah rnacam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pernetikan. Jenis petikan juga disebut sistern petikan. Menurut Pusat Penelitian Perkeburlan Gambung jalam Setyamidjaja (2001), jenis petikar~ dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Petikan halus, apabila pucuk teh yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuic burung (b) dengan satu daun muda (m), biasa ditulis denyan rurnus p + l atau b+lm.

2. Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun rnuda, ditulis dengan rumus p+2, p+3m, b+lm, b+3m. 3. Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko

dengan ernpat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis dengan rurnus p+4 atau lebih, b+(l-4t)

Urnumnya jenis petikan yang dikehendaki adalah jenis petikan medium dengan komposisi minimal 70 d/o pucdk medium, maksimal 10 % pucuk habus dan 20 % pucuk kasar.

2. 6 . Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Teh rnerupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting dan rnemiliki perkernbangan baik dalam segi harga matipun dari segi pemasarannya, Hasil-hasil penelitian terhadap komoditas teh yang telah dilakukan selarna ini dapa! diuraikan secara ringkas seperti berikut :

(33)

wilayah PIR Lokal-I, Kebun Taraju, Jawa Barat. Dari penelitian yang dilakukan

diketahui ada beberapa saluran tataniaga teh di wilayah penelitian, (a) saluran

dari petani rnelalui Unit Cisaha Perkebunan Teh (UUPT) dijual ke perusahaan inti,

(b) saluran dari petani plasma dengan rnelalui bandar di jual ke pabrik-pabrik

pengolah teh non inti dan (c) saluran dari petani yang tergabung dalarn suatu

kelornpok tani rnenjual langsung produksi tehnya ke pabrik-pabrik pengolahan

teh hitam. Dari ketiga saluran keuntungan yang diperoleh petani masing-masing

adalah 78,4 rupiah, 79,l rupiah dan 85,l rupiah per kilogram pucuk teh. Secara

keseluruhan margin keuntungan yang diperoleh pihak-pihak yang terlibat dalam

tataniaga teh hitarn lebih besar daripada margin keuntungan yang diperoleh

pihak-pihak yang terlibat dalarn tataniaga teh hijau.

Surjana clan Rina (1394) rnelakukan penelitian untuk mengkaji sistem

usahatani, pemasaran dan ekspor teh di lndonesia. Berdasarkan penelitian

tersebut diketahi bahwa 40 persen teh di Indonesia diusahakan oleh rakyat baik

dengan sistsrn PIR maupun Non-PIR. Bila dilihat dari keragaan kebun,

perkebunan teh milik petani plasma (PIR) jauh lebih baik dibandingkan dengan

kebun milik petani tradisional. !ial ini disebabkan karena pengelolaan usahatani

pola PIE jauh lebih baik, baik dalam penggunaan tsknologi, sapiodi, tenaga kerja

rnaupun pasca panennya. Keadaan ini rnenghasilkan mutu pucuk teh yang lebih

baik. Rantai pernasaran teh clrkup psndek, hanya rnelibatkan tiga lembaga

pemasaran yaitu petani, psdagang pengurnpul tingkat desa dan pedagang besar

yang merangkap sebagai pengolah dan eksportir.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2005) dipeioleh

bahwa harga pucuk teh berpengarun terhadap penawaran teh. Sedangkan

ekspor teh dipengaruhi oleh harga ekspor teh, nilai tukar, harga kopi, pendapatan

(34)

rangka peningkatan ekspor teh yaitu perbaikan mutu teh, promosl yang lebih

intensif dan diversifikasi produk.

Prastiwi (1999) rnelakukan penelitian dengan judul Analisis Produksi Teh

dan Penentuan saat Optimum Pernangkasan Tanaman Teh (Studi Kasus Kebun

Percobaan Pasir Sarongge

-

PPTK Garnbung). Berdasarkan analisis produksi

jlang dilakukan oleh peneliti diperoleh beDerapa kesimpulan yang berkaitan

dengan produksi teh :

1. Produksi teh basah berpengaruh nyata terhadap produksi teh kering. Hal

ini disebabkan kaiena pucuk teh merupakan bahan baku pada produksi

teh kering.

2. Kandungan air pada pucuk basah dan jenis petikan juga berpengaruh

nyata terhadap produksi teh kering.

3. Harga teh berpengaruh nyata terhadap produksi teh kering pada a

=

0,05

di rnana setiap kenaikan harga teh di pasaran sebesar 1% dapat

rnening~atkan produksi sebesar 2.97%.

4. Kenaiken biaya pengolahan hanya rnenghasilkan peningkatan produksi

teh kering rata-rata yang lebih kecil. Keadaan ini disebabkan perusahaan

akan tetap berproduksi meski terjadi kenaikan pada komponen biaya

pengolahan seperti biaya listrik dan bahan bakar, karena pucuk teh tidak

dapal disirnpan dan bila ada ~ u c u k teh yang dihasilkan rnaka pengolahan

tetap dilakukan.

5. Upah tenaga kerja berpengaruh nyala terhadap produksi teh kering

melalui hubungan yang negatif. Keadaan ini disebabkan kareca dengan

rneningkatnya upah tenaga kerja, perusahaan tidak dapat rflenin~katkan

jurnlah tenagz kerja karena akan rneningkatkan biaya, sehingga produksi

(35)

Ganda (2004) rnelakukan penelitian untuk mengetahui optirnalisasi

produksi teh (Camelia sinensis L.) dengan studi kasus di pabrik pengolahan teh

perkebunan Ciater PTPbi VIII. Hasil dari penelitian tersebut adalah :

1. Pada kondisi optimum, pabrik dapat mernproduksi kornbinasi prodvksi teh

yang secara umum rnemiliki nilai kontribusi keuntungan relatif tinggi

dengan sebagian 5esar produk rnernanfaatkan jalur pernasaran ekspor

dan tidak melakukan penjualan teh antar kebun seinduk dalam bentuk teh

jadi selama tahun 2003.

2. Pada saat kondisi optimum tercapai, terdapat surnberdaya yang menjadi

faktor pernbatas utarna yaitu sumberdaya jam kerja rnesin DIBN I dan

Vibrex I serta sumberdaya yans memiliki kemungkinan rnenjadi faktor

pembatas dalam kegiatan produksi teh yaitu jam orang kerja

pembeberan. Sedangkan sumberdaya lain dapat dikatakan cukup

melimpah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

melakukan penjualan antar kebun seinduk dalarn bentuk bahan baku teh

atau memberlakukan jam lembur melalui penambahan sumberdaya hari

kerja pada bulan Januari, Mei dan Oktober tahun 2003. Upaya ini dibahas

sebagai analisis pasca optimalitas yang menghasilkan k ~ n d i s i optimum

pasca optimalitas 1.

Kedua upaya tersebut menghasilkan tambahan keuntungan pabrik yang

positif (setelah memperhitungkan biaya lernbur).

Hasil-hasil penelitian di atas memberikan gambaran mengenai usaha

perkebunan teh yang telah ada selarna ini. Kondisi usaha perkebunan seperti

yang terdapat adalah hasil-basil penelitian terdahulu mewakili kstiga pelaku

perkebunan teh yang ada di Indonesia yaitu petani teh rakyat, pernerintah dan

(36)

Herlina (2002) rnelakukan penelitian rnengenai Orientasi Nilai Kerja

Pernuda pada Keluarga Petani Perkebunan dengan studi kasus pada

masyarakat perkebunan teh rakyat di Desa Sukajernbar, Kecarnatan

Sukanagara, Kabupaten Cianjur. Hasil dari penelitian tersebut rnernberi

garnbaran tentang tenaga kerja keluarga petani perkebunan teh yang berdarnpak

pada peritebgnan teh itu sendiri. Penelitian hanya dilakukan di satu desa yaitu

Sukajernbar.

Bardasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa

penelitian rnengenai tanaman teh dan kondisi perkebunan teh sudah banyak

diternukan. Narnun penelitian rnengenai analisis usahatani dan saluran

pernasaran teh rakyat di Kecarnatan Sukanagara yang tergabung dalarn PPBPR

(37)

BAB

I l l

KER.4NGKA PEM1KIRP.N PENELITIAN

3.1. Sektor Produksi Usahatani

Sektor produksi usahatani merupakan sektor pusat dalam agribisnis. Apabila ukuran, tingkat keluaran, dan efisiensi sektor ini bertambah, sektor lain juga akan ikut bertambah. Baik buruknya kearlaan sektor ini akan berdampak langsung terhadap situasi keuangan sektor masukan dan sektor keluaran agribisnis (Downey and Ericson,1995).

Menurut Hernanto (1991), usahatani adalah setiap organisasi alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri dapat dilaksanakan oleh seseorang atau sekumpulan orang. Dalam ha1 ini usahatani mencakup pengertian mulai dari bentuk sederhana yaitu hanya untuk kebutuhan keluarga sampai pada bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan.

Menurut Rifai w a r n Kadarsan (1995) usahatani adalah suatu tempat di mana seseorang atau sekumpulari orang berusalia mengelola unsur-umur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan, dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkar~ sesuztu di lapangan pertanian.

Wharton (1963), membedakan usahatani subsisten dengan usahatani modern berdasarkan hasil dan tenaga kerja. Usahatani subsisten akan mengkonsumsi semua hasil produksi dan mengerjakan usahataninya derlgan tenaga kerja kel~arga yang tidak diupah. Sedangkan usahatani modern akan rneiljual semua hasil produksinya dan mengerjakan kegiatan operasiona!nya dengac tenaga kerja bzyaran.

(38)

dalarnnya terdiri dari faktor harga output dan input, faktor efisiensi, faktor

pengadaan input, faktor pengadaan modal, faktor teknologi budidaya, faktor pola

tan3rnan dan turn~ang sari.

3.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Tujuan berusaha tani dapat dikategorikan rn~njadi dua yaitu

rnernaksirnurnkan keuntungan atau rneminimumkan biaya. Konsep

rnernaksirnurnkan keuntungan adalah bagairnana rnengalokasikan surnberdaya

dengan jurnlah tertentu dengan seefisien rnungkin untuk mernperoleh

keuntungan rnaksirnurn. Konsep rnerninirnurnkan biaya berarti bagairnana

rnenekan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk rnencapai tingkat produksi

tertentu (Soeliartawi, 1995).

Menurut Hernanto (1991), pendapatan usahatani adalah balas jasa dari

kerjasarna faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal dan jasa

pengolahan. Pendapatan usahatani tidak hanya berasal dari kegiatan produksi

saja, tetapi dapat juga diperoleh dari rnenjual unsur-unsur produksi, rnenyewakan

lahan dan sebagainya.

Teidapat perrnasalahan-permasalahan yang harus dianalisis dalarn

kegiatan pertanian. Untuk rnenganalisis ha1 tersebut digunakan analisis

usahatani dan pernasaran. Variabel-variabel yang digunakan untuk rnenganalisis

usahatani adalah kondisi umum usahatani pengelola dan analisis tingkat

pendapatan dan penerirnaan petani.

Tingkat produksi dan prodlrktivitas usahatani sangat dipengaruhi oleh

teknik budidaya yang rneliputi varietas yang digcnakan, pola tanarn, penyiangan

dan perneliharaan, pemupukan dan pasca panen. Ketersediaan berbagai carana

(39)

sarana produksi yang perlu diperhatikan yaitu bibit, pupuk, obat-obatan dan

tenaga kerja

Unsur lainnya yang mernpengaruhi kelancaran kegiatan usahatani

adalah modal. rvlodal dalam suatu usahatani digunakan untuk rnernbeli sarana

produksi se~ta pengeluaran selama usahatani berlangsung. Surnber modal dapat

berupa uang tunai yang dirniliki petani atau uang pinjaman. Modal ini merupakan

unsur produksi yang diturunkan dari hasil perpaduan dari lahan dan tenaga kerja.

Kegiatan usahatani juga harus diukur berdasarkan tingkat efisiensinya.

Salah satu ukuran efisiensi usahatani adalah rasjo irnbangan penerimaan dan

biaya yang dikeluarkan (RIC rasio). RIC rasio rnenunjukan berapa penerimaan

yang diterima petani untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam proses

produksi.

Adapun kegunaan dari analisis pendapatan usahatani bagi petani

maupun pernilik faktor-faktor produksi yaitu rnenggambarkar) keadaan sekarang

dari suaiu kegiatan usahatani dan keadaan yang akan datang dari suatu

perencanaan tindakan. Hubungan antara skala usaha dengan pendapatan dapat

dilihat pada Garnbar 1

Garnbar 1. K U N ~ Biaya Variabel, Biaye Rata-Pata dan Biaya Marjinal

(40)

Garnbar 1 rnenjelaskan bahwa untuk petani A telah rnencapai titik

keuntungan rnaksirnal yaitu biaya rnarjinal sarna dengan harga pasar, untuk

petani B hanya dapat rnenutupi oiaya variabelnya saja tetapi usahanya rnasih

bisa dilanjutkan atsu dipertahankan. Adapun untuk petani C tidak dapat rnenutupi

biaya variabe! dan biaya rata-rclta sehingga usahanya harus ditutup.

Garnbar 2 Kurva Arnplop sebagai Cakrawala Perluasan Skala Usaha S'urnber: Sudarsono 1995

Dari Garnbar 2 dapat dijelaskan bahwa petani yang berada pada titik

skala usaha 1 output Q1 untuk rnenghernat biaya produksi persatuan petani

harus rnernperluas ska!a usahznya, pettni yang berada pada titik skala 5 output

Q5 untuk rnenghernat biaya persatuan petani harus rnemperkecil skala usahanya

dan titik skala usaha 3 output Q3 melebihi ~errnintaan yang ada rnerupakan titik

keseirnbangan atau titik skala yang efisien bntuk diusahakan.

Pada usahatani perkebilnan teh rakyat yang berskala kzci! dari segi

produksi rnisalnya hasil petik yang diperoleh untuk dijual belurn dapat rnenutupi

biaya bahan baku dan operasional yang diperllitungkar,, ditambah lagi teknologi

pengolahan pasca panen yang tidak dimiliki rnenempatkan petani rakyat berada

pada bargaining power yang lernah dalarn ha1 penentuan harga. Lain halnya

(41)

perkebunan pemerintah selain teknik manajemen yang relatif baik, volume

produksi dan kualitas hasil panen pun terjaga dengan baik. Selain itu teknologi

pengolahan pasca panen tersedia dalam jumlah ~apasitas olah terpasang

tertentu

Dalam melakukan kegiatan usahatani diperlukan dua keterangan pokok,

yaiP~ keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama kegiatan usahatani

dijalankan dalam jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan merupakan total

nilai produk yang dijalankan yaitu hasil kali dari jumlah fisik output dengan harga

yang terjadi. Sedangkan pengeluaran atau biaya adalah semua pengorbanan

sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan

sesuatu produk daiam satu periode produksi. Biaya usahatani meliputi biaya

untuk sarana produksi yang habis terpakai, sewa lahan, biaya alat-alat proc;uksi

tahan lama, biaya tenaga kerja dan lain-lain.

Efisiensi usahatani dapat dilihat dari nilai RIC rasio dan B/C rasio. RIC

rasio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya.

Sedangkan B/C rasio adalah perbandingan antara pendapatan bersih dengan

biaya total yang dikeluarkan. Suatu kegiatan usahatani dikatakan

menguntungkan apabila R/C rasio lebih da1.i sat^^.

Menurut Mulyadi dalani Winda (2001) ukuran yang sering dipakai untuk

menilai berhasil atau tidaknya suatu perusahaan adalan laba yang diperoleh oleh

perusahaan tersebut. Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: (1)

volume produk yang dijual, (2) harga jual produk, d a ~ i (31 biaya produk. Ketiga

faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain dan memegang peranan penting

dalam perencanaan perusahaan. Laba peiusahaar. altar) diperoleh jika

(42)

3.3. Sistern Pemasaran

Pemasaran dan perdagangan adalah kegiatan yang mempertemukan kornoditas dari produsen (farm gate) kepada konsumen akhir (Saefuddin, 1983). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pernasaran dan perdagangan merupakan kegiatzn yang produk!if karma dapat nlenghasilkan kegurtaan rempat, waktu dan ruang. Dengan dernikian pemasaran rnernberikan manfaat dengan mempertinggi nilai guna suatu barang.

Menurut Cochrane (1977)

dalam

Dahl dan Uammond (1977), pasar rnerupakan suatu tempat atau ruang lingkup dimaoa : (1) Kekuatan dari permintaan dan penawaran dapat bekerja, (2) Menentultan atau merubah harga. (3) Pernilikan sejurnlah barang atau jasa dapat dialihkan, dan (4) Kernungkinan ditandai oleh kelernbagaan atau fisik tertentu.

Menurut Limbong dan Sitorus (1985), pernasaran pertanian didefinisikan sebagai segala usaha kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari hasil pertaniail dan kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangaii korlsun~en. Citinjau dari segi ekonomi, kegiat~n pernasaran bersifat produktif karena mernberi nilai tarnbah dari kegunaan suatu barang.

Menurut Arnir (1984), pasar adalah suatu pengertian dalarn bidang eko~orni yang terdiri dari sekurangnya 5 (lima) komponen, yaitu:

1) Adanya wilayah atac ternpat.

2) Adanya pelaku (subjek): pembeli dan penjual,

3) Adcnya kegiatan untuk saling berhubungan antara subjek pasar,

4) Adanya objek : barang dan jasa, 5) Faktor waktu.

(43)

Kegiatan pernasaran dinyatakan efisien apabila kegiatan ini dapat

rnernberikan balas jasa yang seirnbang kepada sernua pihak yang terlibat yaitu

petani sebagai produsen, pedagang perantara dan konsurnen akhir serta marnpu

rnenyarnpaikan hasil usaha tani tersebut kepada konsurnen dengan biaya yang

rnurah (Mubyarto. 1989).

Struktur Dasar berkaitan dengan dirnensi fisik yang terlibat seperti jurnlah

penjual dan pernbeli, kondisi dan diferensiasi produk serta kondisi rnasuk pasar.

Dengan dernikian struktur pasar berkaitan dengan elemen-elernen yang

rnernpengaruhi kornpetisi ( Bressler

dalam

Rajagukguk, 1998)

Struktur pasar ideal yang dihadapi setiap pelaku usaha adalah pasar

persaingan sernpurna dirnana setiap orang bebas keluar rnasuk pasar tanpa ada

harnbatan yang besar dan setiap penjual rnaupun pernbeli rnengerti akan produk

yang dipasarkan. lnforrnasi pasar akan barzng yang dibutuhkan dapat dengan

rnudah diperoleh sehingga transparansi inforrnasi dengart rnudah dipergunakan

untuk keperluannya rnasing-rnasing. Kurva pasar persalngan sempurna dapat

dilihat pada garnbar 3 dibawah ini.

Dr

Derived Demand

>

Q

Garnbar 3. K U N ~ Pasar Persaingan Sempurna

Sumber: Lipsey, 1995

Harga yang tejadi diperoleh dari perpotongan antara kurva permintaan

(demand) dan kurva penawaran (supp(y). Pada tingkat petani (farme0 harga

(44)

supply yaitu sebesar harga di tingkat petani itu sendiri (price farmer). Baik petani

selaku produsen rnaupun pengurnpul selaku konsurnennya sarna-sarna

rnengetahui berapa perrnintaan, harga dan inforrnasi yang berkaitan produk ini.

Maka antar petani dan pengurnpul dapat langsung bertransaksi karena rnasin~.

rnasing pihak rnengetahui segala sesuatunya tentang produk tersebut.

Terjadi peningkatan harga pada tingkat pelaku pssar yang lebit? tingyi

seperti pada pedagang pengurnpul dan pedagang retail. Harga yang terjadi

pada tingkat tersebut rnerupakan perpotongan antar kurva perrnintaan retail dan

k u ~ a derived supply. Selisih antar pedagang retail pada tingkat produksi sarna

adalah rnarjin keuntungan pasar persaingan sernpurna.

Terdapat kondisi lain dari struktur pasar selain pasar persaingan

sernpurna yaitu pasar persaingan tidak sernpurna, suatu kondisi dirnana petan~

lebih banyak daripada pedagang pengurnpul. Keadaan dernikan rnenyebabkan

petani bergantung sepenuhnya pada pedagang pengurnpul. Tingkat harga tidak

lagi bisa ditentukan sepenuhnya oleh tingkat supply

-

demand seperti pada

pasar persaingan sernpurna. Narnun lebih besar ditentukan oleh kebutuhan

pernbeli pada suatu saat dan kondisi tertentu. Hal itu berarti pernbeli rnernpunyai

kekuatan untuk rnenekan petani. Kondisl tersebut dapat terlihat pada garnbar 4

(45)

Q

Garnbar 4. Kurva Pasar Persaingan Tidak Sernpurna Surnber: Lipsey 1995

Garnbar 4 rnenunujukan bahwa harga yang terjadi rnerupakan keseirnbangan antara Df dan ME1 karena pembeli akan rnernbeli sejumlah produksi sesuai dengan kebutuhannya, sehingga jirrnlah produksi yang diserap akan lebih kecil dengan harga yang lebih rendah

3.4. Distribusi dan Tataniaga Pertanian

Distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan penyaluran barang dari prcdusen ke konsurnen. Evan dan Berrnar! (1982)

dalam

Herlinda (1995) rnernberikan pengertian rnengenai distribusi fisik sebagai suatu kegiaten yang berhubungan dengan efisiensi dalarn usaha mengantarkan produk dari tahapan akhii produk ke konsumen dan efisiensi dalatm rnengirimkan bchar: t a k ~ dari surnber bahan baku sarnpai ke bagian akhir produksi.
(46)

penyediaan barang dan jasa kepada konsurnen pada waktu, ternpat, kualitas,

corak, dan harga yang tepat.

Disiribus~ rnerupakan salah satu rnata rantai yang penting dalarn sub

sistern agribisnis. Kegiatan ini terkait dengan penyarnpaian produk dari tangan

produsen ke pedagang pengurnpul yang daiarn ha1 ini belum rnenjadi konsurnen

akhir. Perarian petani pada urnurnnya hanya sampai pada saat produk dijual atau

didistribusikan. Di dalarn rnenyalurkan produknya produsen sering rnenggunakan

lernbaga perantara sebagai penyalurnya. Saluran pernasaran tersebirt dapat

dilihet sebagai sekumpulan organisasi yang tergantung sarna lainnya yang

terlibat dalarn proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk

digunakan atau dikonsurnsi (Kotler,1997).

Lirnbony dan Sitorus (1985) rnandefinisikan tatantaga pertanian

rnencskup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan

hak rnilik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan barang-barang

kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsurnen,

terrnasuk di dalarnnya kegiatan-kegiatan tertentu yang rnenghasilkan perubahan

bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan

mernberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsurnen.

Saluran pernasaran dapat didefinisikan sebagai hirnpunan perusahaan

dan perorangan yang rnengarnbil alih hak, atau rnernbantu dalam pengalihan hak

atas barang atau jasa tertentu selarna barang atau jasa tersebut berpindah dari

prcdusen ite itonsumen. Atau saluran distribusi adalah rangkaizn lembaga-

lernbaga niaga yang dilalui barang dalarn penyalilrannya dari produsen ke

konsurnen.

Adapun garnbaran pola urnurn penyaluran pernasaran produk-produk

pertanian di Indonesia adalah seperti terlihat pada Garnbar 5. Pada Garnbar 5

terlihat fungsi dari tengkulak rnaupun KUD terutarna adalah rnelakukan

(47)

pengumpulan produk-produk pertanian dari banyak produsen (petani) yang selanjutnya dipasarkan ke saluran pasar berikutnya. Saluran pernasaran yang dirniliki oleh KoperasilKlJC lebih beragarn dibandingkan dengan tengkulak. Koperasi melakukan akses penjualannya ke petiagany besar, pabrik, dan atau pengecer. Sedar~gkail tengkulak hanya ke pedagang besarlperantara saja. Pola itu rnerupakan pola umum yang terjadi di Indonesia. Suatu daerah bisa saja memiliki pola saluran pemasaran tersendiri yang berbeda dengan pola tersebut.

Tengkulak Pedagang

besar I Pabrikl

Petani eksportir

Produsen

Koperasi IKUD

Pengecer Konsumen

- akhir

Garnbar 5. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian di Indonesia.

Sumbei : Limbong dan Panggabean Sitorus. 1987

3.5. Biaya Distribusi

Lokasi sangat mempengaruhi besarnya biaya transportasi dan biaya produksi. Penempatan lokasi produksi produk pertanian maupun industri-industri dan pabrik pada lokasi yang tepat dapat rnenekan biaya transportasi maupun biaya produksi dari suatu produk yang dihasilkan.

(48)

maka kegiatan penyaluran barang tersebut juga harus mempertimbangkan

faktor-faktor tersebut. Salah satu tolak ukur untuk mengetahui efisiensi kegiatan

distribusi tersebut adalah biaya. Oleh karena itu, persoalar pokok yang dihadapi

pelaku usaha di dalam masalah distribusi adalah hagaimana mewindahkan

suatu jumlah barang atau orang dari sebuah lokasi ke pelbagai lokasi yang dituju

agar pengoperasian sistem efisien dalam ukuran waktu a:au biaya yang

minimum maupun laba atau manfaat maksimum untuk suatu masukan tertentu.

Bagi para petani rakyat, biaya distribusi seringkali menjadi faktor penting

yang menjadi pertimbangan dalam menjual hasil taninya. Di samping itu petani

juga dihadapkan pada terbatasnya sarana tranportasi untuk pendistribusian hasil

tani yang diproduksinya. Di lain sisi, produk pertanian memiliki sifat perishable

(mudah rusak). Besarnya biaya distribusi yang harus dikeluarkan menyebabkan

biaya produksi juga sernakin besar.

3.6. Pabrik Pengolahan Teh

Pabrik pengolahan teh memiliki peranan yang sangat besar dalarn

perkebunan teh rakyat. Pucuk teh yang dihasilkan oleh petani teh rakyat dibeli

oleh pabrik pengolah yang terdapat di sakitar wilayah perkebunsn. Meskipun

tidak sernua petani teh rakyat menjual pucuk tehnya secara langsung ke pabrik

pengolahan akan tetapi keberadaan pabrik pengolahan yang dekat dengan

lokasi perkebunan teh rnilik rakyat sangat mernbantu pe:ani dalarr: penjua!an

hasil pucuknya.

Fungsi dari pabrik pengolahan teh adalah rnengolah pucuk teh basah

menjadi teh kering yang selanjutnya akan diolah kernbali rnenjadi berbagai

macarn jenis teh yang siap dikonsurnsi. Perkebunan rnilik rakyat dan perkebunzn

besar milik swasta pada urnurnnya memiliki pabrik pengolahan teh. Teh yang

(49)

pengolahan teh tersebut jugs membeli Pucuk teh dari perkebunan rakyat untuk

memenuhi kapasitas olah terpasang mesin. Beberapa pabrik pengolahan teh

bahkan rnejalin kemitraan dengan para petani ieh setempat. Hal ini dilakukan

untuk mengantisipasi perubahan harga yang fluktuatif dan ketidakpastian jumlah

pucuk pada rnusim kemarau.

3.7. Kerangka Pemikiran Penelitian

Berdasarkan pembahasan di atas, kerangka pemikiran dalam penelitian

ini dapat dilihat pada Gambar 6. berikut ini :

Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran

*

Harga bahan, input tinggi

*

Harga jual rendah

*

Efektifitas keterlibatan antara pemerintah dan tengkulak

-

I

Distribusi pucuk teh

1. Sarana produksi pertanian 1. Pabrik pengolahan

2. Tenaga kerja 2. Bandarltengkulak

3. Produktivitas pucuk teh

1

4. Kualitas pucuk teh

I

Analisis

I

1. Kondisi umum usahatani 2. Analisis Pendapatan

Usahatani

3. Saluran Pemasaran

I

[image:49.595.73.498.293.768.2]

4

C

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian Usahatani

Analisis Saluran Pemasaran

(50)

aAa

IV

METODE PENELlTlAN

4. 1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecarnatan Sukanagara, Cianjur, Jawa

Barat. Pernilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) rnengingat daerah

tersebut rnerupakan salah satu sentra produksi tanarnan teh di propinsi Jawa

Barat. Pengurnpulan data ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2003.

4. 2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikurnpulkan dalarn penelitian ini rneliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh rne!alui wawancara langsung dengan para

petani teh rakyat, pernilik pabrik pengolahan, dan petugas dinas terkait seperti

penyuluh yang berada di Kecarnatan Sukanagara. Data sekunder diperoleh dari

lernbaga atau instansi pernerintah yang terkait seperti Biro Pusat Statistik, Dinas

Pertanian seternpat, Departernen Pertanian, Kantor Kecarnatan Sukanagara dan

studi literatur.

Data prcduksi teh rakyat yang digunakan dalarn penelitian ini diperoieh

rnelalui hasil wawancara dengan petani dan Unit Pelayanan Pengembangan

(UPP) yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara. Data rnengenai jurnlah ternpat

pengurnpulan hasil, jurnlah pahrik pengo!ahan teh yang rnasih beroperasi dan

kapasitas terpasang yang terdapat pada masing-masing pabrik tersebut dan

jurnlah keseluiuhannya diperoleh dari wawancara dengan pihak UPP serta data

sekunder dari petugas UPP.

Untuk rnengetahui sik!us panen dan pernetikan, pola perneliharaan, jenis

tanarnan sarnpingan yang biasa di tanarn, seita peodapatan asahatani tiap bulan

(51)

penelitian. Untuk rnernperoleh data rnengenai kelornpok tani dan gabungan

kelornpok tani yang terdapat di Kecarnatan Sukanagara rnaka dilakukan

wawancara dengan ketha kelornpok tani sekaligus ketua Asosiasi Teh Indonesia

tingkat Kabupaten Cianjur. Di sarnping itu, wawancara juga dilakukan dengan

beberapa ketua kelornpok tani yang berada di lokasi penelitian untuk

rnendapatkan garnbaran yang lebih jelas rnenge~ai kel~rnpok tani yang terdapat

di Kecamatan Sukanagara.

4. 3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalarn penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Gambar

Tabel 1. Perkernbangan Volume dan Nilai Ekspor Teh lndonesia (1999-2003)
Tabel 3. Produksi Teh
Tabel 5. Luas Areal dan Produksi Tanarnan Teh
Tabel 7. Perbedaan Karakteristik Teh Hijau dan Teh Hitarn
+7

Referensi

Dokumen terkait

From the data presented in Table 3 indicates that each treatment group using the infusion of ginger rhizome has a significant difference to the negative control group with p

Edital disponível no setor de licitação da prefeitura, maiores informações (38) 3831-1297.. Advá Mendes Silva –

Therefore, the aims of this study were to examine coordinated joint rotations and variability in the lower limbs, trunk, serving arm and ball in the tennis serves of elite

tidak terlihat adanya data yang out of control sehinggga persamaan peramalan metode siklis dapat digunakan untuk meramalkan permintaan produk untuk periode

Untuk Membuktikan Hipotesis 3, Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Setelah menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama

[r]

Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh senam lansia terhadap kualitas tidur pada lansia yang insomnia didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa sebagian

Hasil analisis pada masing-masing kelembagaan pemasaran ternak kelinci menunjukkan bahwa share harga peternak terbesar terdapat pada saluran II (peternak → pedagang