• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Karakter Tokoh Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Karakter Tokoh Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KARAKTER TOKOH PADA TEATER TRADISIONAL

CINA

JINGJU

DENGAN TEATER TRADISIONAL INDONESIA MAKYONG

SKRIPSI

Dikerjakan oleh:

TRI UTARI ISMAYUNI

090710029

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRACT

The title of the paper is “Perbandingan Karakter Tokoh Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong”. In This paper, the writer hope to reveal the comparison between figure’scharacters of traditional theater Jing Ju and Indonesia’s traditional theater Makyong. The concept of the paper is talking about traditional theater, traditional theater Jing Ju, and traditional theater Makyong. The methodology used in analyzing comparison characters between traditional theater Jing Ju and traditional theater Makyong is descriptive method. The theory used in this paper is comparison and symbolic to see how comparison between Jing Ju and Makyong, and to know the meaning about symbol in characters both of theater. The result of analyzis obtained show that the similarity between Jing Ju and Makyong is every figure have a same character and the difference is about the meaning of color in figure’s mask.

(3)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali penulis mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat dan karunia-nya sehingga penyusunan dan penulisan skripsi dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan apa yang ditulis diharapkan sebelumnya. Penulis merasa bahwa skripsi yang berjudul “Perbandingan Karakter Tokoh Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong” ini masih belum lengkap, baik dari segi isi, susunan, maupun tutur kata bahasanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dan daya serap penulis.Untuk itu penulis masih tetap terbuka untuk menerima saran dan kritik yang dapat memperbaiki dan melegkapi isi dari skripsi ini dengan segala kerendahan hati. Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengalami banyak hambatan mulai dari perencanaan sampai penyelesaiannya. Tetapi berkat ketekunan serta dorongan bagi berbagai pihak baik moril maupun materil, skripsi ini dapat penulis selesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. H. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(4)

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si., selaku sekretaris Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum., selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan dukungan, masukan dan motivasi dalam peyelesaian skripsi ini serta kesabaran membimbing penulis.

5. Laoshi Shen Mi, M.A. dan laoshi Yang Yang, M.A. selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktunya bagi penulis untuk membimbing penyusunan skripsi dalam bahasa Cina, yang berkenan dengan objek penelitian dan telah banyak member masukan serta saran-saran mulai dari penyusunan proposal sampai terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak dan ibu staf pengajar Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan. 7. Ibu Tengku Mira Eozana Sinar, S.Sos dan Abangda Kasiro A

Nainggolan sebagai informan, yang telah banyak memberikan arahan dan informasi kepda penulis tentang teater tradisional Indonesia Makyong. Kepada keluarga besar perpustakaan Tengku Luckman Sinar yang tetap melestarikan kebudayaan melayu serta menyediakan buku-buku dan informasi yang akurat.

(5)

Universitas, terimakasih buat semua cinta dan kasih sayangmu, dukunganmu, setiap doa yang terucap darimu buat anak-anakmu.

9. Saudara-saudaraku Iskandar, S.S , Nova Ismayani, S,E , Muhammad Sebastian dan Fadilah Aini S.Km yang selalu senantiasa mendukung penulis, memberi semangat penuh serta berdoa dan memberi nasehat agar tidak pernah menyerah dalam penyusunan skripsi ini, semoga kita semua menjadi anak yang taat kepada orang tua dan berguna bagi nusa dan bangsa .

10.Sahabat terbaikku Shofia Masthura, Dewi Nur Indah Sari, Rahmi Pratiwi Irela, Rahma Syahfitri, Ditha Nutami, dan Deasy Anastasya atas semua bantuan dan senantiasa memberikan semangat serta doa kepada penulis.

11.Keluarga besar Teater ‘O’ USU, keluarga Besar HMI FIB USU, GEMAPALA FIB USU, HUASHAN dan Thibie Plus Family yang memberikan penulis begitu banyak pengalaman dan selalu memberikan semangat sebagai ikatan kekeluargaan.

12.An’gara Buchares Tanamal, Dimas Agung santoso keluarga besar Vespa Medan Mods Generation yang selalu memberikan bantuan, doa dan memberikan semangat kepada penulis.

(6)

14.Rekan-rekan , senior, dan adik-adik Sastra Cina yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu mengingatkan untuk sesegera mungkin menyelesaikan skripsi ini, dan terima kasih buat semua dukungan yang telah kalian berikan.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan, April 2014 Penulis

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Laosheng Gambar 4.2 Xiao Sheng Gambar 4.3 Wu Sheng Gambar 4.4 Qing Yi Gambar 4.5 Hua Dan Gambar 4.6 Huashan Gambar 4.7 Lao Dan Gambar 4.8 Jing Utama Gambar 4.9 Jing Kedua Gambar 4.10 Jing Pesilat Gambar 4.11 Jing Berbulu Gambar 4.12 Chou

Gambar 4.13 Topeng Warna Merah Gambar 4.14 Topeng Warna Putih Gambar 4.15 Topeng Warna Hitam Gambar 4.16 Topeng Warna Biru Gambar 4.17 Topeng Warna Kuning

Gambar 4.18 Topeng Warna Emas dan Perak Gambar 4.19 Topeng Warna Hijau

(8)

Gambar 4.22 Topeng Warna Coklat Gambar 4.23 Topeng Warna Abu-Abu Gambar 4.24 Pak Yong

Gambar 4.25 Pak Yong Muda Gambar 4.26 Mak Yong Gambar 4.27 Putri

Gambar 4.28 Awang Pengasuh Gambar 4.29 Inang

Gambar 4.30 Jin / Raksasa

Gambar 4.31 Topeng awang Pengasuh Gambar 4.32 Topeng Gergasi/Raksasa Gambar 4.33 Topeng Pak Yong Muda

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5Batasan Masalah ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI ... 6

2.1Penelitian Peneliti Sebelumnya ... 6

2.2Konsep ... 7

2.2.1Teater Tradisional ... 7

2.2.2Teater Tradisional Cina Jing Ju ... 9

2.2.3Teater Tradisional Indonesia Makyong ... 12

2.3Landasan Teori ... 16

(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1Metode Pengumpulan Data ... 22

3.2Teknik Analisis Data ... 23

3.3Data Dan Sumber Data ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1Tokoh dan Karakter yang Terdapat pada Teater Tradisional Cina Jing Ju ... 26

4.1.1Karakter pemeran utama pria Shengpada teater tradisional Cina Jing Ju ... 27

4.1.2 Pemeran utama wanita Dan dalam teater tradisional Cina Jing Ju ... 30

4.1.3 Pemeran pembantu pria ( jing ) pada teater tradisional Cina Jing Ju ... 33

4.1.4 Peran pelawak atau badut (Chou) pada teater tradisional Cina Jing Ju ... 36

4.2Makna Yang Terdapat Pada Topeng Teater Tradisional Cina Jing Ju ... 37

4.2.1 Warna Merah ... 38

4.2.2Warna Putih ... 38

4.2.3 Warna Hitam ... 39

4.2.4 Warna Biru ... 40

4.2.5 Warna Kuning ... 40

4.2.6 Warna Emas dan Perak ... 41

4.2.7 Warna Hijau ... 42

4.2.8 Warna Merah Tua ... 43

4.2.9 Warna Merah Muda ... 43

4.2.10Warna Coklat ... 44

4.2.11Warna Abu-Abu ... 44

(11)

4.3.1 Karakter Pak Yong ... 45

4.3.2 Karakter Pak Yong Muda ... 46

4.3.3 Karakter Mak Yong ... 46

4.3.4 Karakter Putri ... 47

4.3.5 Karakter Awang Pengasuh ... 47

4.3.6 Karakter Inang ... 48

4.3.7 Karakter Jin dan Raksasa ... 49

4.4Makna yang Terdapat pada Topeng Teater Tradisional Indonesia Makyong ... 49

4.4.1 Topeng Awang Pengasuh ... 49

4.4.2 Topeng Gergasi/ Raksasa ... 50

4.4.3 Topeng Pak Yong Muda ... 51

4.5Analisis Perbandingan Karakter yang Terdapat pada Teater Tradisional Cina Jing Ju dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong ... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1Simpulan ... 66

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 73

Lampian IData Diri Informan ... 73

Lampiran II Daftar Pertanyaan ... 74

Lampiran III Cerita Yang Terdapat Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong ... 75

3.1Cerita Pedang Cosmos dari Teater Tradisional Cina Jing Ju ... 75

(12)

ABSTRACT

The title of the paper is “Perbandingan Karakter Tokoh Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong”. In This paper, the writer hope to reveal the comparison between figure’scharacters of traditional theater Jing Ju and Indonesia’s traditional theater Makyong. The concept of the paper is talking about traditional theater, traditional theater Jing Ju, and traditional theater Makyong. The methodology used in analyzing comparison characters between traditional theater Jing Ju and traditional theater Makyong is descriptive method. The theory used in this paper is comparison and symbolic to see how comparison between Jing Ju and Makyong, and to know the meaning about symbol in characters both of theater. The result of analyzis obtained show that the similarity between Jing Ju and Makyong is every figure have a same character and the difference is about the meaning of color in figure’s mask.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cina adalah salah satu Negara di dunia yangkaya akan seni budaya. Salah satu seni budaya Cina adalah seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan di Cina memiliki tidak kurang dari 300 jenis teater tradisional lokal di seluruh Cina, termasuk di dalamnya teater yang paling popular hingga keseluruh dunia yaitu teater tradisional Cina yang diberi nama Jing Ju.

Teater ini lahir pada akhir abad ke-18 yaitu ketika Huiban atau grup teater provinsi Anhuibergabung dengan grup teater lokal dari Huibei dan datang ke Bejing untuk pertunjukkan perayaan ulang tahun kaisar Qianlong dari Dinasti Qing kurang lebih pada tahun 1790 (Chunjiang Fu, 2011 : 21 ). Penggabungan dua teater lokal ini menghasilkan sebuah pertunjukkan teater baru yang lebih bervariasi dan menghibur, sehingga menjadi satu teater yang diminati masyarakat saat itu.Penggabungan teater inilah yang menjadi prinsip-prinsip dasar dari teater tradisional Jing Ju.

(14)

teater tradisional Cina Jing Ju merupakan perpaduan seni vokal, dialog, akting, akrobat, dan tari. Teater tradisional Cina Jing Ju juga mempunyai aturan sendiri dalam cara menuturkan cerita, melukiskan tokoh, pengaturan kostum dari hiasan kepala, baju, sepatu, tata rias hingga pengaturan panggung.

Dalam teater tradisional Cina Jing Ju ada empat karakter yang terdapat didalamnya yaitu :

1. Shēng

2. Dan (wanita) (Pria)

3. Jing (pria wajah berlukis) 4. Chou (pria pelawak)

(15)

binatang, dahulu peran ini diperankan oleh pemain wanita saja. Semua tokoh yang dimainkan pria memakai topeng yang disesuaikan dengan wataknya.Pementasan teater tradisional Makyongdiiringi alat musik rebab, gendang, dan tetawak yang harmonis terdengar. Akan didendangkan juga lagu-lagu merdu Melayu, yaitu: Betabik, Awang Bejalan, Jalan Masuk, Cik O‘oi, Bunga Kuning, Gemalai, Gendang Tinggi, Lagub Rancak, Lenggang Tanduk, Timang Welo, Adik Itam, Colak, Lagu Sabuk, dan Ratap. Sementara itu, cerita yang disajikan dalam pementasan makyong sebagian besar berasal dari warisan tukang cerita istana.

Kedua teater tradisional tersebut yaitu tetater tradisional Cina Jing Ju dan teater tradisional Indonesia Makyong memiliki persamaan dan perbedaan dalam karakter tokoh, dalam penulisan skripsi ini penulis akan membahas satu persatu karakter yang terdapat dari masing-masing tokoh yang terdapat dikedua teater tradisional tersebut. Penulis juga akan membandingkan persamaan dan perbedaan penokohan pada setiap karakter yang terdapat pada kedua teater tradisional tersebut. Masing-masing dari teater tradisional tersebut mempunyai kekhasannya tersendiri pada setiap tokoh yang ada. Hal itulah yang membuat penulis tertarik untuk membahas hal tersebut dalam penulisan skripsi ini, dengan cara membandingkannya. Oleh karena itu, skripsi ini diberi judul “ Perbandingan Karakter Tokoh pada Teater Tradisional Cina Jing Ju dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong”.

1.2 Rumusan Masalah

(16)

1. Karakter apa saja yang terdapat pada teater tradisional China Jing Ju dan teater tradisional Indonesia Makyong ?

2. Makna apa saja yang terdapat pada topeng teater tradisional China Jing Ju dan teater tradisional Indonesia Makyong ?

3. Bagaimana perbandingan karakter antara tokoh yang terdapat pada teater tradisional China Jing Ju dan teater tradisional Indonesia Makyong ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan karakter apa saja yang terdapat pada teater tradisional

China Jing Ju dan teater tradisional Indonesia Makyong.

2. Mendeskripsikan makna dari topeng yang terdapat pada teater tradisional China Jing Ju dan teater tradisional Indonesia Makyong. 3. Membandingkan karakter antara tokoh yang terdapat diantara teater

tradisional China Jing Ju dan teater tradisional Indonesia Makyong.

1.4 Manfaat Penelitian

(17)

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman yang menyeluruh tentangperbandingan karakter pada teater tradisional China Jing Ju dan teater tradisional Indonesia Makyong, menjadi sumber dan pengetahuan bagi penulis pada bidang kebudayaan, dan memberikan manfaat bagi kelestarian budaya, serta dapat menggunakan pemahaman tersebut sebagai salah satu rujukan bagi peneliti lain yang sejenis fokusnya pada objek yang sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan serta dapat dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

1.5 Batasan Masalah

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

Pada bab ini, penulis memaparkan tentang penelitian peneliti sebelumnya, yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas pada skripsi ini, konsep yang digunakan dalam penelitian ini, serta landasan teori yang digunakan sebagai dasar penulis untuk melakukan penelitian.

2.1 Penelitian Sebelumnya

1. Dalam jurnal elektronik Akademik mahasiswa jurusan sastra Cina Universitas Indonesia, Ayu Ria Sirviany Purnama Sari (2011) menulis artikel yang berjudul “Analisis Perwatakan Jing berdasarkan warna dalam tata rias”. Ayu Ria Sirviany Purnama Sari meneliti tentang perwatakan tokoh “Jing” berdasarkan warna dalam tata rias drama Jing Ju. Dalam skripsi Ayu Ria Sirvany Purnama Sari menjelaskan tentang jenis topeng dan arti warna yang terdapat pada topeng teater tradisional Cina Jing Ju. 2. Dalam skripsi mahasiswa jurusan etnomusikologi Universitas Sumatera

(19)

2.2 Konsep

Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588) adalah “gambaran mental dari suatu obyek, proses, ataupun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal yang lain”. Konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan variabel – variabel mana yang kita inginkan, untuk menentukan hubungan empiris, oleh karena itu konsep penelitian ini adalah mengenai :

2.2.1 Teater Tradisional

Teater tradisional adalah teater yang berkembang dikalangan rakyatsebagai lawan dari teater modern dan kontemporer.Arti Teater secara etimologis adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludruk, arja, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan akrobatik, bahkan pertunjukan band dan lain sebagainya. Dalam arti sempit/khusus teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh penonton, dengan media percakapan, gerak dan laku, dengan atau tanpa dekor (setting), didasarkan atas naskah yang tertulis (hasil dari seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian. (Herman , 2008 : 12)

(20)

didaerah-daerah seluruh dunia.Teater tradisional tidak menggunakan naskah.Sutradara hanya menugasi pemain untuk memainkan tokoh tertentu.Para pemain di tuntut mempunyai spontanitas dalam berimprovisasi yang tinggi. Contoh teater tradisional antara lain: ludruk (Jawa timur), ketoprak (Jawa tengah), dan lenong (Jawa barat) .Yang disebut teater tradisional itu, oleh Kasim Ahmad diklarifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

“ 1. Teater rakyat

Sifat teater rakyat sama halnya seperti tradisional, yaitu improvisasi, sederhana, spontan dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Contohnya antara lain: Makyong dan Mendu didaerah Riau dan Kalimantan Barat, Randai dan Bakaba di Sumatera Barat, Ketoprak, Srandul, Jemblung di Jawa Tengah dan lain sebagainya.

2. Teater Klasik

Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur, dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukkan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat (penontonnya).Lahirnya jenis teater ini dari pusat kerajaan.Sifat feodalistik tampak dalam jenis teater ini. Contohnya: Teater Jing Ju, wayang kulit, wayang orang dan wayang golek.

3 Tetaer Transisi

Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional, tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater barat. Jenis teater seperti komedi istambul, sandiwara dardanela, srimulat dan sebagai contoh, pola ceritanya sama dengan ludruk atau ketoprak, tetapi jenis ceritanya diambil dari dunia modern. Musik, dekor dan properti lain menggunakan tehnik barat.” (Herman , 2008 : 16 )

Ciri-ciri Teater Tradisional

(21)

3. Ceritanya turun temurun

4. Cerita tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi atau kehidupan sehari-hari

5. Penyajian dengan dialog, tarian dan nyanyian 6. Unsur lawakan selalu muncul

7. Pertunjukkan diiringi musik tradisional

8. nilai dramatik dilakukan secara sepontan, dalam satu adegan terdapat dua unsur sekaligus yaitu tertawa dan menangis

2.2.2 Teater Tradisional CinaJing Ju

(22)

.Teater tradisional CinaJing Ju berakar dari sandiwara tradisional yang dipandu seni bercerita lewat nyanyian yang disebut gaoqiang.Kesenian rakyat tersebut dengan berbagai kekhasannya berkembang di wilayah Sungai Yangtze dan Sungai Kuning di wilayah tengah dan utara Cina, serta wilayah Shandong di selatan.Perpaduan dua cabang seni itu dikalangan rakyat jelata melahirkan teaterhuabu yang menampilkan cerita rakyat.Pada tahun 1790, sekelompok teater dari daerah Anhui datang ke Beijing.Mereka menetap dan memodifikasi cerita, tata rias wajah, dan musik yang dikenal sebagai teater tradisional CinaJing Ju.Di Beijing, banyak teater dan penginapan yang secara berkala menampilkan teater tradisional tersebut dengan tarif yang relatif murah bagi teater yang hanya menyajikan beberapa babak dari sebuah atau sejumlah cerita. Sedangkan teater yang menyajikan cerita penuh mempunyai tarif yanglebih mahal.Menyaksikan teater tradisional CinaJing Jutidak harus mengerti bahasa Mandarin, karena penokohan dan alur cerita tergambar dari tata rias wajah aktor dan nada musik yang dimainkan.Namun mengerti bahasa Mandarin lebih baik untuk lebih mendalami alur cerita yang dimainkan.Dalam teater tradisional CinaJing Juada 4 peran utama yaitu:

1. Sheng pemeran lelaki utama sebagai protagonis, ada tiga subperan Sheng yaitu Laosheng karakter pria dewasa atau pria tua,Xiaosheng karakter pemuda, dan Wusheng karakter pria militer yang berhubungan dengan perkelahian.

(23)

akan berubah menjadi Qingyi atau Huadan,Daomadankarakter pejuang muda wanita, Wutan karakter wanita yang berhubungan dengan perkelahian, Laodan karakter wanita tua, Huashan karakter wanita sederhana yang mempunyai budi luhur sekaligus sensualitas Huadan. 3. Jingpemeran laki-laki pendukung, ada tiga subperan Jing yaitu Tongchui

karakter setia yang pandai menyanyi, Jiazi karakter yang lebih kompleks dan pandai bernyanyi, dan Wujing karakter yang mahir berkelahi dan berakrobat.

4. Chousebagai Badut yang mempunyai peran antagonis, ada dua subperan Chou yaitu Wen Chou karakter rakyat biasa seperti pembantu, pedagang atau siswa, dan Wu chou karakter yang memiliki sedikit peran militer dan trampil dalam acrobat. Peran-peran Chou biasanya disukai dan lucu.

Jalan cerita yang dibawakan termasuk sejarah, komedi, tragedi dan jenaka.Banyak kisah-kisah sejarah yang diadopsi oleh teater tradisional Cina Jing Ju, kisah dalam sejarah yang berupa prinsip-prinsip kehidupan untuk memberikan pendidikan bagi rakyat.

1. Pakaian dan Peralatan padaTeater Tradisional Cina Jing Ju

Pakaian yang dikenakan pada teater tradisional Cina Jing Ju didasari pada

pakaian maJing Ju dapat

(24)

yangmembawa cambuk tersebut sedang naik kuda. Beberapa peran tentara di panggung menunjukkan seluruh tentara.Seorang aktor yang berputar-putar pada panggung menunjukkan pengembaraan yang jauh.Kadang property panggung hanya berupa meja dan beberapa buah kursi diatas panggung. Detail dari setiap penampilan tergantung dari kemampuan penampilan dari para aktor dan aktris.Contohnya Membuka pintu, berjalan pada malam hari, mendayung perahu, makan, minum dan lainnya, ditampilkan oleh gerakan-gerakan tersendiri dari para aktor dan aktris.Mereka juga menggunakan mata dan ekspresi wajah untuk menjelaskan arti dari sebuah adegan.

2. Musik Pengiring dalam Teater Tradisional Cina Jing Ju

(25)

2.2.3 Teater Tradisional Indonesia Makyong

Teater tradisional Indonesia Makyong adalah bentuk teater berlakon peninggalan kebudayaan melayu yang sangat digemari oleh masyarakat melayu diberbagai daerah, terutama disumatera utara dan riau.Lakon yang dibawakan adalah kisah raja-raja dan hikayat melayu. Seperti teater daerah yang lain, tiga unsur pemadu lakon yang utama dalam teater tradisional Indonesia Makyong adalah nyanyian, tarian, dan lawak, yang dilakukan dengan iringan alat musik tradisi setempat.

Dialog di atas pentas menggunakan bahasa melayu. Rombongan terdiri atas kurang lebih 15 orang yang bertugas sebagai pemain teater dan pemain musik. Setiap pertunjukkan dapat berlangsung dari jam 20.00 sampai menjelang subuh. Serangkain cerita Teater tradisional Indonesia Makyong dipertunjukkan berturut-turut selama berhari-hari.

1. Latar Belakang Sejarah Teater Tradisional Indonesia Makyong

(26)
(27)

2. Pembagian Tokoh dan Peran dalam Teater Tradisional Indonesia

Makyong

Sebuah rombongan teater tradisional Indonesia Makyong yang terdiri atas penari dan pemain musik berjumlah sekitar 15 orang. Berdasarkan peran yang dibawakannya, pemain teater tradisional Indonesia Makyong dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Pakyong Muda, putra raja atau anak muda yang dilakonkan sebagai pahlawan cerita.

2. Pakyong Tua, raja atau ayah Pakyong muda. Kadang-kadang juga raja calon mertua Pakyong Muda.

3. Makyong, ibu suri, ibu dari Pakyong muda atau kadang-kadang calon ibu mertua pakyong muda.

4. Putri , putri raja atau tuan putri calon istri Pakyong muda. 5. Inang pelayan wanita yang melayani putri

6. Awang PengasuhpasanganInang, berfungsi sebagai tukang lawak dan memakai topeng.

7. Jin / raksasa pemeran penjahat

3. Peralatan Musik pada Teater Tradisional Indonesia Makyong

Adapun peralatan musik pengiring teater tradisional Indonesia Makyong terdiri atas :

1. Satu buah rebab yang dimainkan untuk lagu-lagu pelan

(28)

4. Dua buah gendang silindris dengan penutupn dikedua ujungnya , yang besar disebut induk, sedangkan yang kecil disebut anak

5. Dua buah sedomak, yaitu gendak berbentuk kerucut dengan penutup disebelah ujung yang besar, juga terdiri dari induk dan anak

6. Satu buah kesi atau simbal kecil

7. Dua pasang ceracap atau bamboo yang dipukul-pukulkan

8. Satu buah canang ceper yang dimainkan pada lagu-lagu yang dimainkan cepat.

Beberapa cerita teater tradisional Indonesia Makyong yang masih terkenal disumatra utara anatara lain adalah Dewa Muda, Dewa Indera-indera Dewa, Anak Raja Gondang, Bongsu Sakti, Putri Timun Muda, Raja Tangkai Hati, Raja Muda Lalang, Raja Muda Lembik, Putri Ratnadan Ganding Bertimbang. Seperti halnya teater bangsawan, kehidupan teater tradisional Indonesia Makyong pada mulanya ditopang oleh istana-istana melayu di Sumatera.Ketika keraton-keraton ini tak berkuasa lagi, kegiatan teater tradisional Indonesia Makyong istanapun menurun, dan akhirnya bergerak diluar istana dan mendapat tempat di hati rakyat.

(29)

beberapa kali ditampilkan oleh Departemen P dan K dalam forum festival pada 1977 dan 1980.

2.3 Landasan Teori

Secara etimologi, teori berasal dari bahasa yunani theoria yang berarti kebetulan alam atau realita.Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keterandalannya, yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian.

Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk mengkaji maupun menganalisis berbagai fenomena dan juga sebagai rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan.Berdasarkan judul penelitian ini yaitu “Perbandingan Karakter Tokoh Yang Terdapat Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong” maka penulis menggunakan dua teori dalam tulisan ini yaitu teori perbandingan dan teori semiotik. Adapun teori yang penulis pergunakan adalah seperti teori yang diuraikan berikut :

2.3.1 Teori Perbandingan

(30)

Dalam teori bandingan aliran Amerika tidak hanya membandingkan karya-karya sastra maupun pengarangnya saja, tetapi juga membicarakan berbagai bidang lain. Secara garis besar, teori bandingan mencakup :

1. Kajian memgenai perbandingan karya-karya sastra maupun para pengarangnya.

2. Kajian mengenai hubungan antara karya-karya sastra dengan ilmu pengetahuan ( misalnya filsafat, psikologi, sosiologi, dsb) dengan agama serta kepercayaan maupun dengan karya-karya seni ( misalnya dengan lukisan, music, arsitektur, dan pahatan)

3. Kajian mengenai teori, sejarah, dan kritik sastra (atau lebih tepat lagi teori kritik sastra) yang melingkupi lebih dari satu sastra nasional.

Teori perbandingan bertujuan untuk menghilangkan tanggapan bahwa karya satu sastra lebih baik dibanding satu karya sastra yang lainnya. Kajian yang melingkupi berbagai kesusastraan ini akan menimbulkan kesadaran bahwa karya-karya sastra yang ada, pada dasarnya, tidak memiliki perbedaan, baik dalam mutu maupun status, satu sama lainnya. Setiap kelompok masyarakat atau bangsa memiliki karya masing-masing yang sama-sama memiliki nilai-nilai tertentu.Teori bandingan mengkaji berbagai ragam budaya sebagaimana yang tercemin dalam karya-karya sastra, juga bertujuan untuk meluaskan wawasan seseorang mengenai hasil budaya berbagai bangsa daan menambah pemahaman tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam karya-karya tersebut. (

Menurut Remak ( Darmono 2005 : 2 ) sastra bandingan adalah kajian sastra diluar batas – batas sebuah Negara dan kajian hubungan diantara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan yang lain seperti seni ( misalnya, seni lukis, seni ukir, seni benda dan seni music ), filsafat, sejarah, dan sains social ( missal politik, ekonomi, sosiologi) sain, agama, dan lain-lain.

(31)

kedua teater tradisional tersebut. Seperti contohnya melihat apa saja persamaan dan perbedaan karakter yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan teater tradisional Indonesia Makyong.

2.3.2 Teori Semiotik

Kata semiotik berasal dari kata Yunani semeon, yang berarti tanda.Maka semiotika adalah ilmu tanda.Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda. Seperti system tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda. ( Van Zuest 1993 : 1 ).

“Tanda itu sendiri didefenisikan sebagai suatu yang berdasarkan konvensi sosial yang terbangun sebelumnya yang dapat mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai sesuatu hal yang menunjuk adanya hal lain”.Secara terminologis semiotika dapat diidentifikasikan sebagai “ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda” (Seto. 2011.8 ).

(32)

Pengertian semiotika diatas dapat disimpulkan bah semiotika adalah ilmu untuk mengetahui tentantang sistem tanda, konvensi-konvensi yang ada dalam sastra dan makna yang terkandung didalamnya.

Tipologi tanda Versi Charles S Pierce

1. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainnya yang ditandai dengan persamaan (kesamaan) seperti : gambar, foto, patung dan proses kerjanya dengaan dilihat. Contoh : sebagian besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena ‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya.

2. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan objeknya yang ditandai dengan hubungan sebab-akibat dan terkaitan seperti : asap menandakan adanya api proses kerjanya diperkirakan. Contoh : ketukan pintu merupakan indeks kehadiran seorang tamu dirumah kita.

3. Symbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat yang ditandai dengan konvensi atau kesepakatan social seperti : kata-kata dan isyarat proses kerjanya dipelajari. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. Contoh : tanda lalu lintas huruf ‘S’ yang diberi garis miring berarti menandaakan dilalang Stop pada area tersebut. (Seto. 2011. 9 )

Dalam penulisan ini penulis memakai tanda symbol untuk penulisan ini.Pierce membagi klasifikasi simbol menjadi tiga jenis :

a) Rhematic symbol atau symbolic theme, yakni tanda yang dihubungan dengan objeknya melaluli asosiasi nilai umum. Misalnya, kita melihat gambar harimau. Lantas kita katakan, harimau. Mengapa kita katakan demikian, karena ada asosiasi antara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau.

(33)

didalam otak. Otak secara otomatis dan cepat menafsirkan proposisi itu, dan seseorang segera menetapkan pilihan atau sikap.

c) Argument, yakni tanda yang merupakan kesamaan seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu. ( Seto. 2011. 11 )

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Secara etimologi kata metodologi berasal dari bahasa Yunani Mhethodos dan Logos.Methodos berarti cara atau jalan, Logos berarti ilmu. Jadi, metodologi atau metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang dikehendaki atau tujuan dalam pemecahan suatu masalah. Metodoligi adalah “sesuatu yang menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan” ( Narbuko, 1997 : 1 ). Sedangkan menurut Sudaryanto ( 1988 : 26-17 ) metode adalah “cara yang digunakan dalam memperoleh data mulai dari pengumpulan sampai penyiaran tertulis hasil analisis data ini”.

Penelitian adalah “usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip (menemukan, mengembankan, menguji kebenarannya) dengan cara mengumpulkan data atau informasi yang dilaksanakan dengan sangat teliti, jelas, sistematik, yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya” ( Warsito, 1992 : 12 ).

(35)

3.1 Metode Pengumpulan Data

Metodepengumpulan data adalah cara peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam skripsi ini penulis akan menggunakan teknik kepustakaan dan wawancara.

a. Metode Kepustakaan

Metode ini dilakukan untuk mendapat informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku bacaan, karangan ilmiah, tesis, jurnal, dan sumber-sumber tertulis baik dalam bentuk cetak maupun elektronik lain.

b. Metode Wawancara

(36)

3.2 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara dalam pengolahan data, fakta, atau fenomena yang sifatnya mentah dan belum dianalisis sehingga menjadi data yang cermat, akurat, dan ilmiah.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah :

“suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang beroriantasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan. Oleh sebab itu, penelitian semacam ini disebut dengan field study”. (Muhammad Nazir. 1986 : 159).

Selanjutnya, (Hadari Nawawi. 1994:176)mengatakan penelitian kualitatif adalah “rangkaian kegiatan atau proses penyaringan data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi, aspek atau bidang tertentu dalam kehidupan objeknya”. Jadi, yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang, perilaku yang dapat diamati sehingga menemukan kebenaran yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.

(37)

3.3 Data dan Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini diambil pada buku bacaan serta media elektronik penunjang lainnya, kemudian informasi dari hasil wawancara kepada narasumber yang berkaitan dengan bahan yang akan diteliti serta jurnal dan peneliti sebelumnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer adalah “data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama”. Data sekunder adalah “sumber data penelitian yang diolah lebih lanjut, sehingga, data sekunder bersifat tidak langsung, akan tetapi memiliki keterkaitan fungsi dan kegunaan dengan salah satu aspek pendukung bagi keabsahan suatu penelitian dan lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain” ( Husein, 2003 : 60 ).

Sumber data primer yaitu :

Dalam mendapatkan data primer saya mendapatkan data dari hasil wawancara dengan informan.

Sumber Data Primer : Ibu Tengku Mira Eozanna Sinar,S.Sos

Profesi : Pengelola Perpustakaan Tengku Luckman Sinar Alamat : Jln. Abdullah Lubis No. 47/42 Medan

Sumber Data Primer : Kasiro A Nainggolan Profesi : Wiraswasta

(38)

Sumber data skunder yaitu :

Dalam pengumpulan data skunder saya mengambil data dari studi kepustakaan yaitu dari buku-buku, jurnal, dan media elektronik lainnya, saya juga menggunakan buku-buku yang yang cukup relevan dengan topic permasalahan dalam penelitian ini, terutama yang menyangkut dengan teater tradisional Cina JingJu dengan teater tradisonal Indonesia Makyong. Buku-buku tersebut antara lain ialah, Origins of Chinese Opera, tulisan Fu Chun Jiang, 2011, Pecking Opera 北京 :时

代出版转媒股份有限公司, tulisan莫丽芸, 2011, Diskripsi Teater Makyong, tulisan

Drs. Shafwaan Hadi Umri, 1996/1997, Kebudayaan Melayu Sumatera Timur, tulisan Tengku Luckman Sinar Basarsyah II. SH dan Wan Syaifuddin, M.A, Butang Emas Warisan Budaya Melayu Kepulauan Riau, tulisan Mochtar Zam, Makyong Teater Rakyat Riau, tulisan Drs. Benny Lumowah, 1995/1996 serta buku-buku pendukung lainnya yang dianggap relevan dengan topik penelitian ini.

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tokoh dan Karakter yang Terdapat pada Teater Tradisional Cina Jing Ju

Teater tradisional Cina Jing ju memiliki 4 kategori peran utama yaitu peran pria utama Sheng, peran utama wanita Dan, peran lelaki pembantu Jing, danperan badut atau pelawak Chou.

Pertama adalah peran Sheng yaitu peran untuk tokoh laki-laki secara umum.Karakter tokoh ini sebagian besar adalah karakter yang terhormat seperti pelajar atau orang tua bijaksana yang bersifat dermawan.Sedangkan pemudanya lebih bersifat romantic, cerdik, pandai, dan lemah lembut.Peran ini dibagi menjadi Lao Shengperan orang tua berjenggot, Xiao Shengadalah peran seorang pemuda.Wen Shengadalah peran sastrawan atau golongan terpelajar yang mempunyai keahlian bernyanyi.Wu Shengadalah peran pria yang gemar berkelahi serta mempunyai kemampuan akrobat.

(40)

Peran ketiga adalah peran pembantu pria (Jing).Peran ini adalah peran yang dilukis wajahnya sehingga disebut juga peran lukis wajah ( painted faces) .

Peran keempat adalah peran badut atau pelawak (Chou)fungsi dari peran ini adalah untuk membuat penonton tertawa dan meredakan ketegangan penonton disela adegan serius atau berkelahi.

4.1.1 Karakter pemeran utama pria Shengpada teater tradisional Cina Jing Ju

1. Laosheng

Mempunyai karakter pria dewasa atau pria tua, kepribadian dari karakter ini biasanya jujur, dermawantetapi keras. Mereka biasanya memakai jenggot palsu (atau kumis) biasanya laosheng berperan sebagai kaisar, pejabat istana, sarjana atau penasehat dan biasanya hanya bernyanyi dan sedikit berakting, peran lain dari laosheng adalah sebagai lelaki tua yang bernasib menyedihkan dan fokus pada gerakan,ada beberapa jenis jenggot palsu terbagi atas hitam, abu-abu dan putih. Warna yang berbeda berfungsi untuk menandai usiasi karakter. Jenggot hitan dipakai karakter pria paruh baya, jenggot putih dipakai untuk karakter orang tua dan jenggot abu-abu untuk karakter berusia diantara itu.Bentuk tiga jenggot menandakan bahwa tokoh tersebut mempunyai karakter yang halus.

(41)

Laosheng

2. Xiao Sheng

[image:41.595.113.481.111.291.2]
(42)

Xiao Sheng

3. Wu Sheng

[image:42.595.122.487.112.268.2]

Wu Shengadalahkarakter pria militer yang berhubungan dengan perkelahian. Karakter Wu Sheng ada yang bersenjata pendek Ia tidak memakai baju besi tetapi hanya memakai senjata pendek dan gerakannya cekatan.Wu Sheng yang bersenjata panjang memakai pakaian besi dan membawa senjata panjang. Karakter ini menyatakan peran sebagai jendral militer, memakai empat bendera berbentuk segitiga yang terbuat dari sulaman, asal mulanya diyakini terkait dengan pejabat militer yang akan mengirimkan bendera komando untuk memerintahkan pasukannya dizaman dulu. Bendera sulaman ini adalah versi besar dari bendera komando.Bendera ini dipakai sebagai hiasan dan bisa menambah karisma si karakter.

(43)

Wu Sheng

4.1.2 Pemeran utama wanita Dan dalam teater tradisional Cina Jing Ju

1. Qing Yi

(44)
[image:44.595.157.472.254.690.2]

wanita dengan kepribadian jujur, Selama pertunjukkan karakter ini biasanya mendekapkan satu tangan diantara dada dan perutnya maka itu disebut karakter wanita yang memegang perutnya karena wanita ini berperan sebagai wanita yang memiliki kehidupan yang susah, dan memakai pakaian sederhana, karena itu juga disebut karakter wanita dengan hidup menyedihkan.

Gambar 4.

Qing Yi

(45)
[image:45.595.124.494.337.578.2]

Hua Dankarakter wanita genit, lincah, berkepribadian berani, penuh semangat dan biasanya karakternya lucu.Peran yang sering dimainkan adalah pelayan, gadis desa, dan gadis dari keluarga sederhana.Biasanya Hua Dan memakai pakaian bunga-bunga seperti blus bunga-bunga, celana panjang atau rok bunga-bunga, bersarung atau celemek bunga-bunga, dan selendang berumbai untuk menguatkan kelincahan karakter yang gerakannya sangat gesit dan ringan.Memakai hiasan rambut dengan berlian buatan yang mencerminkan karakter muda dan lincah.

Gambar 5.

Hua Dan 3. Huashan

(46)
[image:46.595.120.503.135.414.2]

Gambar 6.

Huashan

4. Lao Dan

Lao Dan adalah karakter wanita tua yang bijaksana, adapula peran laodan sebagai karakter yang lucu, licik penampilan dan tata riasnya biasanya berlebihan, dan dikenal juga sebagai Dan yang buruk rupa atau wanita buruk rupa.

(47)

Lao Dan

4.1.3 Pemeran pembantu pria ( jing ) pada teater tradisional Cina Jing Ju Peran pendukung pria pada teater tradisional Jing Ju adalah Jing, Jing memainkan karakter lelaki berkepribadian galak.Karakteristik paling mencolok dari Jing adalah riasan wajah yang berlebihan untuk menguatkan kepribadian karakter ini, Jing juga dikenal sebagai wajah bercat .beberapa jenis karakter Jing yaitu :

1. JingUtama

(48)
[image:48.595.204.441.170.410.2]

yang bernyanyi. Karakter Jing Utama adalah karakter yang tenang dengan status sosial yang tinggi.

Gambar 8.

Jing Utama

2. Jing Kedua

(49)
[image:49.595.213.412.112.341.2]

Gambar 9.

Jing kedua

3. Jing pesilat

Jingpesilat biasanya mahir dalam beladiri dan terbagi atas Jing Pesilat dan Jing dengan senjata pendek. Untuk Jing Pesilat ada karakter yang disebut wajah bercat yang dipukul yang focus pada akrobatik dan biasanya menjadi target pukulan atau karakter yang kalah dalam perkelahian.

Gambar 10.

[image:49.595.141.484.501.712.2]
(50)

4. Jing berbulu

[image:50.595.188.437.288.724.2]

Jingberbulu disebut juga wajah bercat minyak dan biasanya memainkan karakter yang aneh ,Jing berbulu biasanya memakai bantalan dipundak dan bokong untuk menciptakan karekter yang memiliki cacat dan juga menguatkan keanehan dari karakternya. Jing berbulu juga kadang mempertontonkan keahlian menyembur api.

Gambar 11.

(51)

4.1.4 Peran pelawak atau badut (Chou) pada teater tradisional Cina Jing Ju

[image:51.595.123.506.393.639.2]

Karakter pendukung lainnya pada teater tradisional Jing Ju yaitu karakter Chou yang mempunyai karakter jelek atau lucu.Untuk riasan wajah bentuk seperti tahu putih tergambar diantara mata dan hidung, dan karakter ini disebut juga wajah kecil bercat.Chouadalah pelawak atau badut yang lembut. Karakter ini tidak punya ilmu bela diri dan biasanya memainkan berbagai karakter lucu dengan status dan usia yang beragam. Seperti kaisar, kaum bangsawan, pejabat istana , pesolek, atau orang berstatus rendah.

Gambar 12.

Chou

4.2 Makna Yang Terdapat Pada Topeng Teater Tradisional Cina Jing Ju

(52)

paling khas dalam seni teater tradisional Cina Jing Ju. Dalam topeng tersebut, memiliki makna simbolik tersendiri, karena penonton dapat mengetahui jenis tokoh yang dimainkan merupakan tokoh prajurit tinggi seperti jendral, pahlawan, pejabat tinggi seperti hakim atau jaksa, tokoh penjahat, dewa-dewa, tokoh-tokoh bijaksana, kaisar, atau hantu.

Warna topeng yang umum digunakan adalah warna merah, putih, hitam, biru, hijau, kuning, merah tua, merah muda, coklat, abu-abu, perak, dan emas.Masing-masing dari warna tersebut mengandung watak tokoh yang berbeda.

4.2.1 Warna Merah

Didalam masyarakat Cina, warna merah memiliki makna warna yang baik dan sangat umum digunakan oleh masyarakat Cina, baik dalam keseharian maupun dalam ritual keagamaan dengan tujuan agar mendatangkan keberuntungan.Nilai kebudayaan yang positif dalam makna warna merah ini pun tertuang dalam makna warna merah yang terdapat pada topeng teater tradisional Cina Jing Ju.

Warna merah menandakan kesetiaan, keberanian, kedermawanan, dan kemurahan hati.

Gambar 13.

(53)

4.2.2 Warna Putih

[image:53.595.178.470.411.573.2]

Makna warna putih pada masyarakat Cina sangatlah kontras dengan warna merah.Warna ini melambangkan kematian, kesedihan, dan duka.Warna ini juga banyak digunakan dalam upacara kematian di Cina.Dalam upacara kematian, para pelayat dan keluarga yang ditinggalkan mengenakan baju berwarna putih.Konsep pemikiran seperti ini juga berakar dari kondisi lingkungan pada saat musim dingin, diamana-mana terhampar salju yang tebal.Pemandangan warna putih yang terhampar luas memberikan kesan mencekam, dingin, sedih, dan sunyi. Dalam topeng teater tradisional Cina Jing Ju warna putih biasanya menggambarkan watak yang licik, tidak bermoral, pengkhianat, dan penuh tipu daya.

Gambar 14.

Topeng Warna Putih

4.2.3 Warna Hitam

(54)
[image:54.595.226.416.180.336.2]

Cina Jing Ju menggambarkan nilai-nilai yang positif seperti keberanian, kesetiaan, integritas yang tinggi, kejujuran, dan keterusterangan yang dimiliki tokoh tersebut

Gambar 15.

Topeng Warna Hitam

4.2.4 Warna Biru

Terdapat keunikan pada topeng yang berwarna biru dalam teater tradisional Cina Jing Ju.Warna biru ini mencerminkan watak yang baik sekaligus buruk, yaitu keberanian yang besar, berpendirian teguh, kegagahan dan penuh resolusi namun juga buas dan galak.Warna biru yang digunakan adalah untuk memberikan efek menakutkan terhadap tokoh ini.

Gambar 16.

[image:54.595.172.485.547.733.2]
(55)

4.2.5 Warna Kuning

[image:55.595.168.495.340.589.2]

Secara umum, warna kuning pada topeng yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju mengandung makna kegagahan, kegigihan, seorang pemikir yang cerdik, pandai menyembunyikan perasaannya, tetapi disisi lain juga menggambarkan watak yang agresif dan brutal.

Gambar 17.

Topeng Warna Kuning

4.2.6 Warna Emas dan Perak

(56)
[image:56.595.172.490.357.596.2]

tokoh-Warna emas dan perak ini memberikan efek keagungan, kekuatan gaib dan supernatural.Ketika warna emas dan perak dugunakan untuk dewa-dewa dan Buddha, berarti tokoh tersebut adalah tokoh yang sangat kuat dan berkuasa dilangit.Ketika warna emas dan perak digunakan pada raja alam baka, berarti mereka adalah tokoh yang jauh berbeda dengan manusia fana.Jika warna emas dan perak digunakan untuk siluman, itu berarti tokoh ini sudah hidup beratus-ratus tahun dan dapat berubah wujud.

Gambar 18.

Topeng Warna Emas

4.2.7 Warna Hijau

(57)

Gambar 19.

Topeng Warna Hijau

4.2.8 Warna Merah Tua

[image:57.595.168.493.129.312.2]

Dalam teater tradisional Cina Jing Ju warna merah tua mengandung nilai kebijaksanaan, kejujuran, keberanian, kesetiaan, dan kebaktian yang sangat tinggi.

Gambar 20

Topeng Warna Merah Tua

4.2.9 Warna Merah Muda

(58)
[image:58.595.204.475.235.394.2]

sudah luntur, sehingga tokoh-tokoh yang menggunakan warna merah muda ini adalah tokoh-tokoh yang hebat yang sudah tua, tetapi masih memiliki semangat yang berapi-api layaknya tokoh –tokoh pemuda.Selain itu, penggunaan warna merah muda dipipi juga bermaksud menunjukkan tokoh memiliki sifat humoris.

Gambar 21

Topeng Warna Merah Muda

4.2.10 Warna Coklat

Warna coklat sebagai warna topeng pada teater tradisional Cina Jing Ju menunjukkan watak yang setia, cinta damai, jujur, tulus dan berani.

Gambar 22

[image:58.595.266.394.530.710.2]
(59)

4.2.11 Warna Abu-Abu

[image:59.595.182.471.294.452.2]

Warna abu-abu dalam topeng teater tradisional Cina (Jing Ju) biasanya lebih banyak digunakan untuk mewarnai alis atau hidung untuk menunjukkan tokoh tersebut sudah berusia lanjut. Jika warna abu-abu digunakan sebagai dasar warna topeng, warna ini mengartikan watak yang kejam, berbahaya dan berwajah pucat.

Gambar 23.

Topeng Warna Abu-abu

4.3 Tokoh dan Karakter yang Terdapat pada Teater Tradisional Indonesia

Makyong

Dalam teater tradisional Indonesia Makyong terdapat bebereapa peran didalamnya yaitu :

1. Pak Yong : Raja 2. Pak Yong Muda : Pangeran

3. Mak Yong : Permaisuri sering disebut juga Mak Senik 4. Putri : Putri Raja

(60)

6. Inang : Pelayan Wanita 7. Jin dan Raksasa : Penjahat

4.3.1 Karakter Pak Yong

[image:60.595.200.462.325.498.2]

Karakter Pak Yong biasanya berperan sebagai pemeran utama pria seperti raja yang mempunyai karakter tegas, bijaksana, dan kerakter ini sangat dihormati, dalam kisah Putri Ratna tokoh Pak Yong diperankan oleh pria dan bertopeng karakternya sangat bersahaja.

Gambar 24.

Pak Yong

4.3.2 Karakter Pak Yong Muda

(61)
[image:61.595.241.419.135.273.2]

Gambar 25.

Pak Yong Muda

4.3.3 Karakter Mak Yong

Dalam seni pertunjukkan teater tradisional Indonesia Makyong peran Mak Yong biasanya adalah seorang permaisuri atau istri dari seorang raja.Biasanya karakter Mak Yong adalah tokoh wanita yang berumur mempunyai sifat bijaksana, lembut layaknya seperti seorang permaisuri.

Gambar 26.

Mak Yong

4.3.4 Karakter Putri

[image:61.595.167.478.490.636.2]
(62)
[image:62.595.126.518.206.501.2]

angun berwajah cantik jelita, pandai bernyanyi dan menari, biasanya juga mempunyai karakter wanita yang manja dimana karakter tersebut juga sangat terlihat pada kisah Putri Ratna.

Gambar 27.

Putri

4.3.5 KarakterAwang Pengasuh

(63)
[image:63.595.153.489.133.298.2]

Gambar 28.

Awang Pengasuh

4.3.6 Karakter Inang

Peran Inang adalah pelayan wanita yang melayani peran Putri.Karakter peran Inang adalah seorang wanita yang lembut tetapi ceroboh.Peran ini juga sering disangkut pautkan dengan peran Awang Pengasuh dan biasanya juga peran Inang adalah istri atau sering berpasangan dengan Awang Pengasuh.

Gambar 29.

[image:63.595.193.449.492.730.2]
(64)

4.3.7 Karakter Jin dan Raksasa

[image:64.595.118.519.260.639.2]

Tokoh yang memerankan peran jin dan raksasa ini adalah karakter antagonis yang selalu mengganggu kerajaan, terlihat juga dari cerita putri ratna tokoh gergasi termasuk karakter raksasa antagonis selalu mengganggu kerajaan dan suka membuat masalah.

Gambar 30.

Jin/ Raksasa

4.4 Makna Yang Terdapat Pada Topeng Teater Tradisional

IndonesiaMakyong

4.4.1 Topeng Awang Pengasuh

(65)
[image:65.595.220.420.180.354.2]

Ratna bahwa Awang Pengasuh kerap kali bertingkah nakal dan sering mengagngu dayang-dayang serta sering mengusili Mak Inang.

Gambar 31.

Topeng Awang Pengasuh

4.4.2 Topeng Gergasi / Raksasa

(66)
[image:66.595.205.437.120.272.2]

Gambar 32.

Topeng Gergasi/ Raksasa

4.4.3 Topeng Pak Yong Muda

Topeng Pak Yong Muda berwarna kuning yang mempunyai arti umum yaitu Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, tekanan mental, persepsi, pemahaman, kebijaksanaan, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi, dan harapan. Karakter Pak Yong muda yang menggunakan topeng berwarna kuning ini menggambarkan waatak yang tegas, lucu, humoris, serta karakter yang perhatian dan penyayang dapat terlihat pula pada cerita Putri Ratna.Pak Yong Muda mempunyai karakter yang sangat perhatian dan menyayangi adiknya yaitu Putri Ratna.

Gambar 33.

[image:66.595.188.453.550.730.2]
(67)

4.5 Analisis Perbandingan Karakter yang Terdapat pada Teater Tradisional Cina Jing ju dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong

Gambar 34.

No. Teater Tradisional Cina Jing Ju Teater Tradisional Indonesia Makyong Keterangan karakter

Nama Tokoh

Gambar tokoh Nama

Tokoh

Gambar Tokoh Teater Tradisional Cina Jing Ju

Teater Tradisional Indonesia Makyong

1. Laosheng Pak Yong KarakterLao-

sheng pada teater tradisional Cina Jing Ju adalah karakter pria dewasa atau pria tua, kepribadian

(68)

dari karakter ini biasanya jujur, dermawan tapi keras ( protagonis)

yong mempunyai karakter seorang raja yang bersifat tegas, bijaksana, dan karakter ini sangat dihormati ( protagonis)

2. Xiao Sheng Pak Yong Muda Karakter Xiao Sheng yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju biasanya

(69)

berperansebagai lelaki muda, yang berpenampilan menarik serta baik hati juga bersifat heroik

(protagonis)

Indonesia Mak- yong karakter Pak Yong Muda biasa-nya berperan seba-gai pangeran yang gagah, tampan,dan bersifat heroik atau kepahlawanan (protagonis)

3. Lao Dan Mak

Yong

Tokoh Lao Dan pada teater tradisional Cina Jing Ju, mempuP-

(70)

nyai karakter wanita tua yang bijaksana (protagonis).

Jing Ju, pada teater tradisional

Indonesia

Makyong, karakter Mak Yong adalah tokoh wanita yang berumur

(71)

4. Qing Yi Putri Tokoh Qing Yi yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Jumempu- nyai karakter, wanita muda atau paruh baya yang sederhana, berbudi luhur, elegan dan tenang berperan sebagai istri yang baik dan ibu

Sama dengan Tokoh Qing Yi yang

terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju, Karakter Putri yang terdapat pada teater

tradisional Indonesia Mak- yong

(72)

penya- yang atau gadis yang suci dan bermoral jujur (protagonis).

(73)

5. Chou Awang Pengasuh

(74)

( tritagonis) sama seperti di teater tradisional Cina Jing Ju.

(75)

dan kemurahan hati (memiliki arti yang positif)

warna merah mempunyai arti yang positif. Yaitu melambang-kan kesan

kebijaksanaan, energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, dan

(76)

arti yang positif).

7. Topeng berwarna hitam Topeng Gergasi/ Raksasa (warna hitam) dalam kehidupan masyarakat Cina warna hitam merupakan warna netral yang tidak memiliki makna negative. Oleh karena itu, dalam topeng teater tradisional Cina ( Jing Ju) yang memiliki topeng

Dalam teater tradisional

(77)

berwarna hitam menggambarkan nilai-nilai yang positif seperti keberanian, kesetiaan, integritas yang tinggi, kejujuran, dan keterus-terangan (memiliki arti yang positif)

(78)

pada teater tradisional Cina Jing Ju.

(79)

menyembunyikan perasaannya, namun disisi lain juga

menggambarkan watak yang agresif dan brutal

(mempunyai arti yang positive serta negative)

kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, persepsi, pemahaman,

kebijaksanaan, aksi, idealisme,

optimisme, imajinasi, dan harapan

(80)
[image:80.842.113.824.82.364.2]

berwarna kuning yang terdapat pada teater tradisional Indinesia Makyong berbeda dengan makna topeng yang berwarna kuning pada teater tradisional Cina Jing Ju.

(81)

Kesimpulan dari tabel tersebut adalah bahwa di tetaer tradisional Cina Jing Ju mempunyai perbedaan dan persamaan dengan teater tradisional Indonesia Makyong, persamaannya terdapat pada peran Laosheng yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan peran Pak Yong yang terdapat pada teater tradisional Indonesia Makyong yang sama-sama memiliki peran dengan karakter protagonis, peran Xiao Sheng yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan peran Pak Yong Muda yang terdapat pada teater tradisional Indonesia Makyong yang sama-sama memiliki peran dengan karakter protagonis, peran Lao Dan yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan peran Mak Yong yang terdapat pada teater tradisional Indonesia Makyong yang sama-sama memiliki peran dengan karakter protagonis, peran Qing Yi yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan peran Putri yang terdapat pada teater tradisional Indonesia Makyong yang sama-sama memiliki peran dengan karakter protagonis, peran Chou yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan peran Awang Pengasuh yang terdapat pada teater tradisional Indonesia Makyong yang sama-sama memiliki peran dengan karakter tritagonis, topeng berwarna merah yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju dengan topeng berwarna merah yang terdapat pada teater tadisional Indonesia Makyong yang sama-sama memiliki makna yang positif.

(82)
(83)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penokohan adalah sesuatu yang sangat penting dalam suatu seni pertunjukkan, karena dalam seni pertunjukkan tokoh yang sangat berperan untuk menyampaikan pesan dalam setiap seni pertunjukkan, dalam penulisan ini penulis memaparkan karakter tokoh yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing ju dengan teater tradisional Indonesia Makyong, dan disini penulis akan membandingkan karakter yang terdapat pada kedua teater tradisional tersebut. Setelah dikemukakan tentang perbandingan tokoh pada teater tradisional Cina Jing ju dengan teater tradisional Indonesia Makyong maka dapat disimpulkan.

1. Karakter tokoh yang terdapat pada teater tradisional Cina Jing Ju adalah :Sheng sebagai peran utama pria yang memiliki sifat protagonis, Dan sebagai peran utama wanita yang memiliki sifat protagonis, Jing sebagai peran pembantu yang wajahnya dilukis mempunyai sifat tritagonis untuk karakternya tergantung dengan warna topeng yang digunakannya dan Chou sebagai peran pelawak yang bersifat tritagonis.

(84)

pria pemuda seperti pengeran yang memiliki karakter protagonis, Mak Yong peran utama wanita berumur seperti permaisuri yang memiliki karakter protagonis, Putri peran utama wanita muda yang mempunyai karakter protagonis, Awang Pengasuh adalah peran pembantu yang memiliki karakter yang lucu dan setia, Inang memiliki karakter wanita lembut namun ceroboh, Jin/Raksasa memiliki karakter antagonis.

(85)

kejujuran, keberanian, dan kebaktian yang sangat tinggi, warna merah muda menggambarkan karakter tokoh yang sudah tua tetapi memiliki semangat yang berapi-api, warna coklat memiliki karakter setia, cinta damai, jujur, tulus dan berani, warna abu-abu menggambarkan karakter kejam, berbahaya dan berwajah pucat. 4. Karakter topeng yang terdapat pada teater tradisional Indonesia

Makyong adalah : topeng berwarna merah ( topeng Awang Pengasuh ) memiliki karakter kebijaksanaan, energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, dan perjuangan (bermakna positif), topeng berwarna hitam ( topeng Gergasi/Jin ) memiliki karakterperlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar ( bermakna negative ), topeng berwarna kuning ( topeng Pak Yong Muda ) memiliki karakter seperti matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, loyalitas, tekanan mental, persepsi, pemahaman, kebijaksanaan, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi, dan harapan ( bermakna positif ).

(86)

Cina Jing Ju dengan teater tradisional Indonesia Makyong adalah tokoh :Laosheng dengan Pak yong, Xiao Sheng dengan Pak Yong Muda, Lao Dan dengan Mak Yong, Qing Yi dengan Putri, Chou dengan Awang Pengasuh, dan topeng yang berwarna merah yang terdapat pada kedua teater tradisional tersebut. Dan perbedaan karakter terdapat pada topeng yang berwarna hitam dan kuning dalam teater tradisional Cina Jing Ju dengan teater tradisional Indonesia Makyong.

5.2 Saran

Dalam penulisan ini yang berjudul “ Pernadingan Karakter Tokoh Pada Teater Tradisonal Cina Jing Ju Dengan Teater Tradisional Indonesia Makyong” seni pertunjukkan ini adalah seni pertunjukkan yang sangat istemewa dimasing-masing asalnya karena mempunyai kekhasan tersendiri dalam setiap pertunjukkannya, penulis mengharapkan agar kedua kebudayaan pertunjukkan ini dapat terus dilestarikan.

Penulis sangat mengahrapkan agar kedua seni pertunjukkan ini tidak akan punah terkikis zaman, melihat kedua seni pertunjukkan ini dapat menjadi pertunjukkan yang sangat menarik dikalangan masyarakan luas.

(87)

ini, bahkan bisa terlibat langsung dalam pertunjukkan kedua seni pertunjukkan ini.

(88)

DAFTAR PUSTAKA

Buchari, Muchtar. 1982. Manusia dan Kebudayaan.No.6.ke-II. Jakarta : PT Prisma.

Chunjiang, Fu. 2011. Origins of Chinese Opera. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Depdikbud.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka

Drs. Hadi, Shafwan. 1996/1997.Diskripsi Teater Makyong. Sumatera Utara : Departemen Pendidikan Kebudayaan

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.

Galery,Panda.2008.OperaBeijing

Hadari, Nawawi .1994. Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta : Rineka Cipta.

Haliday, M.A.K. 1992. Bahasa, Konteks, Dan Teks. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Kasim, Razali. 1996. Sastra Bandingan. Medan : USU PRESS

(89)

Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset

Nainggolan. Kasiro A. 2011. Studi Deskriptif Pertunjukkan Makyong Cerita Putri Ratna Oleh Sinar Budaya Grup Medan.Medan : Skripsi

Narbuko, Cholid. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia.

Nazir, Muhammad .1986. Metode Penelitian. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Purihati, Nazli .2010.Keistimewaan Peran Jing dalam Opera

Beijing.http:lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jps?id=20159676 &lokasi=lokal

Riantarno, Nano. 2011. Kitab Teater. Tanya Jawab Seputar Seni Pertunjukkan.Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rida, Zeniar dan Cory Iriani. 1986. Materi Pokok Sejarah Kebudayaan.Jakarta : Universitas terbuka, Depdikbud.

Seto, Indiawan.2011.Semiotika Komunikasi.Jakarta : Mitra Wacana Media.

Sinar Lucman T. Syiafuddin Wan.2002. Kebudayaan Melayu Sumatra Timur.Medan : USU PRESS

Sirviany P.S, Ayu Ria. 2011. Analisis Perwatakan Jing 净:Berdasarkan Warna Dalam Tata Rias. Jakarta : Skripsi

(90)

Umar, Husein. 2009. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Wahyu, Herman. 2008. Drama, Naskah Pementasan dan pengajarannya. Surakarta : LP PUNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan ( UNS Press )

Waluyo, Herman J. 2008. Drama Naskah Pementasan Dan Pengajarannya.Surakarta : LPPP UNS dan UNS Press

Zam, Mochtar. 2008. “Butang Emas” Warisan Budaya Melayu Kepulauan Riau. Tanjung Pinang : CV. Data Makmur Setia

莫丽芸. 2011. 《京剧》. 北京 :时代出版转媒股份有限公司

管善群,《店声技术基础》,北京:北京师范大学出版社,1998.7

曹揆申等《教育电声系统》,北京:高等教育出版社,1996.12

(91)

Lampiran I. Data Diri Informan

Informan 1 :

Nama : Tengku Mira Eozanna Sinar, S.Sos Alamat : Jln. Abdullah Lubis No. 47/42 Medan

Pekerjaan : Pengelola Perpustakaan Tengku Luckman Sinar

Informan 2 :

Nama : Kasiro A Nainggolan, S.S Alamat : Kec. Bandar Huluan Simalungun Pekerjaan : Wiraswasta

(92)

1. Apa yang dimaksud dengan teater tradisional Indonesia Makyong ?

2. Apakah teater tradisional Indonesia Makyong pernah dipentaskan di Medan ?

3. Bagaimana cerita Teater Makyong yang pernah dipentaskan ? 4. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang pementasan tersebut ? 5. Apakah ada sanggar untuk belajar teater tradisional Makyong

?khususnya dimedan.

6. Bagaimanakah minat para generasi muda terhadap teater tradisional Indonesia Makyong ?

7. Bagaimanakah minat masyarakat untuk mengetahui tentang teater tradisional Indonesia Makyong ?

8. Apa saja tokoh yang terdapat pada teater tradisional Indonesia Makyong ?

9. Karakter apa sajakah yang terdapat pada setiap tokoh pada teater tradisional Indonesia Makyong ?

10.Topeng apa sajakah yang terdapat pada teater tradisional Indonesia Makyong ?

(93)

Lampiran III. Cerita Yang Terdapat Pada Teater Tradisional Cina Jing Ju Dan Teater Tradisional Indonesia Makyong

3.1 Cerita Pedang Cosmos dari Teater Tradisional Cina Jing Ju

Pada masa pemerintahan kaisar kedua Qin yang bernama Qin Ersih, dia mempunyai dua pejabat yang sangat kuat , yang pertama bernama Zhao Gao dia adalah pejabat kaisar Qin yang sangat kuat tetapi dia juga adalah pejabat yang tidak bermoral dan jahat, yang kedua adalah Kuang Hong dia adalah pejabat yang jujur dan berbudi luhur. Pada suatu ketika Kuang Hong membuat suatu kebaikan dan Kaisar Qin menghadiahkannya sebuah pedang cosmos yaitu pedang kerajaan yang sangat indah dan sangat terkenal. Setelah Kaisar Qin menghadiahkan pedang cosmos tersebut kepada Kuang Hong maka Kuah Hong menjadi sangat terkenal dinegrinya dan dia sangat dihormati serta disegani dengan predikat pejabat yang jujur dan berbudi luhur, saat itu pula Zhao Gao datang berkunjung kerumah Kuang Hong dengan maksud untuk menjodohkan putrinya yang sangat cantik jelita dengan putra Kuang Hong yang sangat tampan dan gagah, akhirnya putri dari Zhao Gao yang bernama Zhao Yanrong menikah dengan putra Kuang Hong yang tampan dan sangat gagah.

(94)

bahwa daging tersebut bukan daging kuda melainkan daging rusa. Kaisar Qin sangat marah dan tersinggung atas kelakuan Zhao Gao yang telah membohonginya.

Karna kelakuan Kuang Hong yang membongkar kebohongan Zhao Gao didepan Kaisar Qing, oleh karena itu Zhao Gao merasa sangat kesal dan memendam dendam yang teramat dalam kepada Kuang Hong, akhirnya Zhao Gao menyewa seorang pembunuh bayaran untuk mencuri pedang cosmos yaitu pedang kerajaan yang dihadiahkan Kaisar Qin kepada Kuang Hong. Lalu Zhao Gao juga memerintahkan kepada pembunuh bayaran tersebut agar menyerang kaisar menggunakan pedang tersebut untuk memfitnah Kuang Hong sehingga Kaisar mengira bahwa Kuang Hong lah pelaku dari semua peristiwa penyerangan tersebut, saat melakukan penyerangan kepada Kaisar si pembunuh bayaran langsung tertangkap dan dibunuh, lalu Kaisar Qin mememukan pedang cosmos yang digunakan sang pembunuh untuk menyerangnya, sesuai dengan rencana Zhao Gao Kaisar Qin pun langsung menuduh Kuang Hong sebagai dalang dari semua penyerangan yang terjadi, lalu Kaisar memerintahkan pengawal untuk membunuh Kuang Hong beserta seluruh keluarganya.

Dalam perintah Kaisar Qin untuk pembunuhan Kuang Hong beserta seluruh keluarganya ada seorang keluarga Kuang Hong yang selamat yaitu putranya yang tampan dan gagah. Hal itu dikarenakan ide istrinya yang tak lain adalah anak dari Zhao Gao yaitu Zhao Yanrong. Zhao Yanrong yang mendengar berita bahwa Kaisar Qin akan membunuh Kuang Hong dan seluruh keluarganya memberikan ide yang cerdik kepada suaminya untuk menyamar menjadi rakyat jelata untuk melarikan diri dari hukuman sang Kaisar, lalu Zhao Yanrong sendiri melarikan diri dan pulang kerumah ayanhnya Zhao Gao.

(95)

menjadikan Zhao Yanrong sebagai salah satu selirnya, mendengar kabar tersebut Zhao Gao sangat gembira dan merasa terhormat dengan tawaran Kaisar Qin, tetapi disisi lain Zhao Yanrong sangat marah dan tidak menyetuju

Gambar

Gambar 2.
Gambar 3. Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.
Gambar 5.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada halaman isi ini tidak langsung menampilkan bentuk karakter dari klanting, namun yang ditampilkan adalah hasil olahan jajanan tradisional yang dibuat

untuk berpartisipasi sebagai subyek dalam penelitian saya yang berjudul: Membangun Karakter Kejujuran Melalui Permainan Tradisional pada Anak Usia Dini di Kota Pati.

Untuk lebih memfokuskan pada permasalahan dan menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam penulisan laporan akhir ini, maka peneliti membatasi ruang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai nilai karakter dalam berbagai bentuk ungkapan tradisional masyarakat Sasak Lombok Utara, yaitu kreataif, cinta damai,

laminasi doff dingin Media utama dalam rancangan buku ilustrasi karakter jajanan tradisional khas surabaya dengan teknik vektor guna meningkatkan minat anak pada produk lokal

Meningkatkan Karakter Kecerdasan Sosial Dengan Permainan Tradisional Pada Anak Usia 7-9 Tahun Niken Dwi Astari1, Gregorius Ari Nugrahanta2 1,2 Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

laminasi doff dingin Media utama dalam rancangan buku ilustrasi karakter jajanan tradisional khas surabaya dengan teknik vektor guna meningkatkan minat anak pada produk lokal

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini dalam bidang interdisipliner yang mencakup ke dalam dua bidang utama, yaitu; linguistik (secara etimologis mencari asal-usul