• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan hasil belajar IPS materi koperasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada siswa Kelas IV MI As-Sholihin Cipondoh Kota Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan hasil belajar IPS materi koperasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada siswa Kelas IV MI As-Sholihin Cipondoh Kota Tangerang"

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE

SNOWBALL THROWING

PADA

SISWA KELAS IV MI AS-SHOLIHIN

CIPONDOH KOTA TANGERANG

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh LENI HABIBAH NIM.1811018300063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Taufik dan Hidayah-Nya. Sholawat serta salam tercurah limpah kepada baginda yang mulia Rasullulloh Muhammad Shallalahu‘alaihiwassallam keluarga serta sahabatnya.

Penyusunan skripsi ini merupakan penelitian singkat yang dilakukan dengan melakukan tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa Kelas IV MI As-Sholihin Kota Tangerang”. Skripsi ini menggambarkan bagaimana penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi Koperasi. Selain itu skripsi ini juga bisa dijadikan gambaran bagi guru tentang bagaimana menerapkan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar dikelas.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan, sehingga dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam penelitian maupun penulisannya.

Ketika pembuatan skripsi ini baik dalam melakukan penelitian maupun penulisannya, tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Dr. Fauzan, MA., Ketua Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, beserta stafnya yang telah memberikan rekomendasi untuk melaksanakan penelitian;

(7)

5. Bapak Dr Moh. Arif, M.Pd,. Pembimbing skripsi yang telah mengoreksi, memberi masukan dan saran dengan tekun dalam upaya menyelesaikan dan memperbaiki naskah skripsi ini;

6. Suami dan anak-anakku tercinta, terimakasih atas kesabaran dan do’a nya serta maafkan bunda karena akhir pekan yang terlewatkan selama 3 tahun; 7. Bapak dan Almarhumah Ibu ku tercinta yang memotivasi diriku tuk terus

maju dan bersemangat dalam mengikuti perkuliahan; 8. Kakak tercinta Nurseha, yang selalu memberikan motivasi

9. Bapak H. Sholeh Siin,A.Ma, Kepala MI As-Sholihin Kota Kota Tangerang, yang telah memberikan izin untuk penelitian;

10. Ibu Siti Aisyah.,S.Pd. selaku observer dan bapak/ibu pendidik dan tenaga kependidikan MI As-Sholihin Kota Tangerang

11. Teman-teman seperjuangan DMS-PGMI Kelas A-3.2 angkatan 2011.

Akhir kata semoga skripsi ini memberi manfaat kepada setiap yang membacanya dan semoga setiap kesabaran, bantuan, dukungan baik moril maupun materi lyang telah mereka berikan akan mendapat balasan dari Allah SWT, amin.

Jakarta,………. 2014 Penyusun,

(8)

SURAT PERNYATAAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

HALAMAN ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL TINDAKAN ... 8

A. Landasan Teoritik... 8

B. Hasil Penelitian Yang Relevan... 30

C. Kerangka Berfikir... 31

D. Hipotesis Tindakan... 32

BAB III. METODE PENELITIAN... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 33

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 33

C. Subjek Penelitian... 43

(9)

I. Teknik Analisis Data... 57

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan... 61

L. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan... 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 63

A. Gambaran Umum Madrasah... 63

B. Deskripsi dan Analisa Data... 66

C. Pembahasan... 86

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 89

A. Kesimpulan... 89

B. Implikasi... 90

C. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA... 92

(10)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Soal Tes Hasil belajar Siklus I... 53

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Soal Tes Hasil belajar Siklus II... 54

Tabel 3.4 Instrumen Observasi Persepsi Keantusiasan Siswa ... 55

Tabel 3.5 Lembar Observasi Pengamatan Aktivitas Siswa... 56

Tabel 3.6 Instrumen Pengamatan Aktifitas Siswa dalam Kelompok 56 Tabel 3.7 Instrumen Dokumentasi... 57

Tabel 3.8 Pedoman Observasi Aktifitas Siswa... 60

Tabel 4.1 Data Inventaris Madrasah... 63

Tabel 4.2 Daftar Tenaga Pendidik dan staf sekolah Tahun Ajaran 2013– 2014... 65

Tabel 4.3 Observasi Awal Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran IPS... 67

Tabel 4.4 Observasi Akhir Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran IPS.... 68

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Belajar IPS pada siswa kelas IV di MI As-Sholihin Kota Tangerang pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014... 69

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I... 70

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I... 73

(11)

Gambar 2.2 Bagan Skema Kerangka Berpikir Tindakan... 32 Gambar 3.1 Bagan Tahapan Penelitian Tindakan Kelas menurut

Kemmis dan Mc Taggart... 35 Gambar 4.1 Grafik persepsi siswa terhadap mata pelajaran IPS... 67 Gambar 4.2 Grafik Gambaran Akhir Persepsi Siswa... 67 Gambar 4.3 Grafik Gambaran Hasil Belajar Siswa Sebelum

Tindakan... 69 Gambar 4.4 Grafik observasi aktivitas belajar siswa siklus 1... 71 Gambar 4.5 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

keseluruhan Siklus I ... 74 Gambar 4.6 Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar keseluruhan

(12)

RPP Siklus II Pertemuan 1 RPP Siklus II Pertemuan 2

Daftar Nama Siswa Kelas IV MI As-Sholihin Daftar Kelompok Belajar Kelas IV

Daftar Hadir Siswa Selama Penelitian Instrumen Soal Uji Coba

Lembar Jawaban Soal Uji Coba

Daftar Nama dan Nilai Hasil penyelesaian Soal Uji Coba

Perhitungan Validitas Soal Uji Coba Perhitungan Realibilitas Soal Uji Coba Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Uji Coba Hasil Analisis Instrumen Soal Uji Coba Soal Posttest Siklus I

Lembar Jawaban Posttest Siklus I Kunci Jawaban Posttest Siklus I Daftar Nilai Posttest Siklus I Soal Posttest Siklus II

(13)

1 diupayakan dan dilaksanakan. Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan secara nasional, telah dilakukan pengkajian ulang terhadap kurikulum sehingga terjadi penyempurnaan kurikulum. Salah satunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi dengan cara menjelajahi dan memahami alam sekitar yang dikenal siswa secara nyata .

Rendahnya mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak untuk mengatasinya mulai dari pihak keluarga, pemerintah dan pihak yang berhubungan langsung dalam proses pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan tersebut sehingga proses pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, dan dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik.

(14)

psikologis”,1

Ini berarti proses pembelajaran dikelas harus memberikan ruang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk berkreasi, dan seorang guru harus mampu menciptakan kondisi belajar mengajar sebagai suatu proses sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai.

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran dikelas guru harus memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi, metode dan model pembelajaran yang berorientasi pada tujuan yang akan dicapai, aktifitas yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, memperhatikan kemampuan individu dalam ketercapaian proses pembelajaran, dan integritas guru dalam menjalankan profesinya2. Hal diatas harus dilakukan oleh guru dengan terus berupaya meningkatkan pengetahuan, mempelajari berbagai pendekatan, strategi, metode, dan model pembelajaran yang baru dan mutakhir, serta menerapkannya dalam kegiatan proses pembelajaran dikelas . Sehingga apabila siswa mengikuti proses pembelajaran selalu ada hal-hal baru yang ia dapatkan, dengan demikian siswa akan selalu merasa senang dalam mengikuti setiap langkah kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Dengan demikian akan tumbuh dengan sendirinya keinginan atau motivasi dalam diri siswa untuk belajar lebih baik, belajar dengan keinginan dan motivasi yang baik dari dalam diri siswa sendiri pastilah berimplikasi pada hasil belajar yang baik pula.

Menurut Winkel dalam Sanjaya ”hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpsons dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor”.3

Namun pada penelitian ini peneliti hanya menilai hasil belajar dari aspek kognitif siswa saja. Untuk itu ketrampilan guru

1

Presiden Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No.32 Tahun2013, Pasal 19 ke-1(Jakarta:2013)

2

H. Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2012),h.131-133

3

(15)

mengajar dan penerapan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Matematika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran secara umum. Matematika sangatlah dibutuhkan untuk memahami dunia dan memperbaiki kualitas keterlibatan manusia di masyarakat, untuk itu diperrlukan pemahaman matematika secara lebih baik oleh masing-masing individu melalui proses pembelajaran yang bermutu, karena tidak dapat dipungkiri jika matematika banyak sekali digunakan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya: dirumah, dalam perdagangan (ekonomi) dalam pembangunan (bidang, ruang, pengukuran) dan lain-lain.

Sebenarnya belajar matematika itu mudah, asalkan siswa memiliki persepsi dan opini bahwa matematika adalah pelajaran yang menyenangkan. Membentuk persepsi dan opini siswa seperti inilah yang diinginkan peneliti dalam penelitian ini, sehingga berimplikasi pada peningkatan hasil belajar matematika diakhir penelitian ini.

Selama ini dalam implementasi proses pembelajaran matematika di sekolah, siswa masih mengalami banyak kesulitan. Terutama pada siswa kelas V MI Azziadtus-Shalihat Kota Bekasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan tengah semester II tahun pelajaran 2013/2014 di kelas V MI Azziadatus-Shalihat Kota Bekasi, hanya 60 % dari 17 siswa yang hasil belajar matematika nya mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kekurangan pada proses pembelajaran matematika dikelas IV MI Azziadatus-Shalihat Kota Tangerang, Kekurangan itu bisa disebabkan oleh faktor dalam diri siswa sebagai pembelajar maupun guru sebagai fasilitator dan motivator belajar.

(16)

yang diikuti, enggan bertanya dan menjawab pertanyaan, kurang serius dalam mengikuti pelajaran, kurang berminat dalam belajar serta kurang menghargai dan bekerjasama ketika menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Selaku guru, peneliti juga mengalami keterbatasan kemampuan dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan proses pembelajaran. Hal ini disebabkan peneliti belum menggunakan model pembelajaran yang tepat, cenderung menyajikan materi pembelajaran yang monoton dengan metode ceramah dan menghafal, belum menyajikan materi pembelajaran dengan kreatif, interaktif, inspiratif dan menyenangkan serta belum memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia disekolah secara maksimal.

Berkaitan dengan permasalahan-permasalahan siswa dan guru tersebut maka di perlukan suatu model pembelajaran yang tepat, agar mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar sehingga mendorong semangat dan gairah siswa dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigshaw. Pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif ini dilakukan pada proses kegiatan pembelajaran dengan cara membagi beberapa siswa menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok mempunyai ketua yang bertugas untuk menjelaskan materi yang diberikan guru kepada masing-masing anggotanya. Kemudian setiap kelompok yang memiliki materi yang sama berdiskusi melalui perwakilan kelompok nya, hasil diskusi masing-masing kelompok dijelaskan kepada anggota kelompoknya. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah memotivasi siswa agar mampu berkolaborasi dengan teman, guru, dan lingkungannya dalam menyelesaikan setiap materi pembelajaran yang diikuti dengan lebih bermakna karena melibatkan emosi dan gerak seluruh komponen di dalam diri siswa.

(17)

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat didentifikasi bahwa proses kegiatan pembelajaran di madrasah tempat peneliti mengajar yaitu MI Azziadatus-Shalihat Kota Bekasi, terutama pada pembelajaran matematika di kelas V belumlah ideal, masih memiliki banyak kendala dan permasalahan yang dilakukan oleh siswa maupun guru, hal ini bisa dilihat dari:

1. Rendahnya Hasil belajar siswa pada pelajaran matematika yang belum mencapai KKM.

2. Rendahnya Keinginan dan kesungguhan belajar siswa yang masih dibawah indikator persepsi belajar .

3. Kegiatan Siswa yang lebih tertarik melakukan aktivitas lain seperti bermain, bercanda, mengobrol diluar materi pelajaran dengan temannya dan mengantuk di kelas.

4. Kepedulian Siswa terhadap pembelajaran yang masih kurang, malas bertanya dan menjawab pertanyaan, kurang serius dalam mengikuti pelajaran, kurangnya minat dalam belajar serta kurang menghargai dan bekerjasama diantara mereka.

5. Ketertarikan siswa pada pelajaran IPS masih kurang.

6. Guru masih mendominasi proses pembelajaran yakni penggunaan metode ceramah dan menghafal.

7. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.

8. Guru belum menyajikan materi pembelajaran dengan kreatif, interaktif, inspiratif dan menyenangkan sehingga proses pembelajaran kurang menarik.

9. Guru belum memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia disekolah dengan baik.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

(18)

siswa pada mata pelajaran matematika materi bangun datar di kelas V MI Azziadatus-Shalihat Kota Bekasi.

Solusi permasalahan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun datar di kelas V MI Azziadatus-Shalihat Kota Bekasi adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigshaw, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigshaw pada proses pembelajaran diharapkan dapat menjadi salah satu solusi (alternative) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam kelas.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada pembatasan fokus penelitian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun datar melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe jigshaw pada siswa kelas IV MI Azziadatus-Shalihat Kota Bekasi?”

E.Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang proses peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika meteri bangun datar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigshaw terhadap siswa kelas V MI Azziadatus-Shalihat Kota Bekasi.

2. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti sendiri dan beberapa pihak antara lain:

(19)

b. Bagi guru, sebagai bahan masukan bagi guru sebagai motivator dan fasilitator kegiatan pembelajarandikelas sehingga dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dalam proses kegiatan pembelajaran matematika, serta dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk memperbaiki pembelajaran dalam mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi kepalasekolah untuk mengarahkan para guru menggunakan metode yang sesuai dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

(20)

8 BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A.LandasanTeoritik

1. Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, artinya berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat sesuatu kepandaian.1

Belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, maka siswa harus diberi waktu yang memadai untuk melakukan proses itu.2

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.3

Menurut Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. 4

Belajar juga merupakan suatu akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan perubahan perilakunya. Dalam belajar yang paling penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Secara umum belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai

1

Arnie Fajar, PortopolioDalamPelajaran IPS (Bandung: PT RemajaRosdakarya), cet.5, hal.10 2Ibid.

3

Suyono, Hariyanto, BelajardanPembelajaran (Bandung: RemajaRosdakarya), cet.3, h.9 4

(21)

suatu proses, siswa mengalami proses mental dan menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku berupa materi pelajaran.

Oleh karena itu betapa pentingnya belajar dan pembelajaran dalam pendidikan, karena hanya dengan proses pendidikan manusia dapat mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang intelek, melalui pemberdayaan potensi dasar yang telah diberikanTuhan, dan apabila semua itu terlupakan dengan mengabaikan pendidikan, manusia akan kehilangan jati dirinya.

Dari pengertian belajar yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan fisik maupun psikis yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dan aspek kepribadian lainnya pada seseorang. Belajar dengan memainkan peranan yang sangat penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia ditengah-tengah persaingan hidup yang semakin maju. Melalui belajar seseorang dapat meningkatkan kualitas dan kemampuannya.

Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan, oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan.

Pembelajaran adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru.5 Penambahan informasi dan kemampuan baru kepada seseorang atau siswa tidak serta merta dapat kita lakukan seperti halnya kita mecarger baterai pada laptop atau telepon genggam, butuh proses dan pengalaman yang berhubungan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik pada diri siswa sehingga informasi dan kemampuan baru akan tertanam kuat dalam dirinya.

5

(22)

Pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam kondisi menyenangkan. Karena peserta didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing yang memerlukan bimbingan dan pengarahan.6 Oleh sebab itu setiap pengajar harus berkeyakinan bahwa :

a. Belajar sangat penting dan menyenangkan

b. Peserta didik patut dihargai dan disayang sebagai pribadi yang unik c. Peserta didik hendaknya menjadi pelajar yang aktif, mereka perlu didorong untuk membawa pengalaman, gagasan, minat dan bahan mereka di kelas.

d. Peserta didik perlu merasa nyaman di kelas, dan dirangsang untuk selalu belajar.

e. Peserta didik harus mempunyai rasa memiliki dan kebanggaan di dalam kelas.

f. Guru merupakan nara sumber (fasilitator, mediator).

g. Peserta didik perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka baik dengan guru maupun dengan teman sekelas. h. Kerjasama bernilai lebih daripada kompetensi, walau pada

akhirnya mereka harus bertanggung jawab secara pribadi.

i. Pengalaman belajar hendaknya dekat dan berasal dari pengalaman yang diperoleh dari dunia nyata.7

Pembelajaran efektif hanya mungkin terjadi jika didukung oleh guru yang bisa menjadi fasilitator dan motivator belajar yang efektif. Pakar Pendidikan Gilbert H.Hunt dalam bukunya Effectice Teaching, menyebutkan ada tujuh kriteria yang harus dimiliki oleh seorang guru agar pembelajaran efektif, yaitu (1).sifat, (2). Pengetahuan, (3). Apa

6

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta didik,(Bandung: Remaja Rosdakarya 2009), cet. I, hal. 39

7

(23)

yang disampaikan, (4). Bagaimana mengajar, (5). Harapan, (6). Reaksi guru terhadap siswa, (7). Manajemen .8

Dalam pembelajaran ada beberapa Unsur-unsur pembelajaran yang menjadi indikator keberlangsungan proses belajar, yaitu :

a. Perhatian siswa yang aktif dan terfokus kepada pembelajaran. b. Berupaya menyelesaikan tugas dengan benar

c. Siswa mampu menjelaskan hasil belajarnya d. Siswa berani menyatakan ketidak setujuan

e. Dalam mencoba menyelesaikan masalah siswa dibiasakan mengambil sebagai contoh pengalaman pribadi atau kehidupan nyata maupun anekdot.

f. Doronglah siswa agar mampu berinisiatif mewujudkan sejumlah kegiatan yang relevan.9

Untuk menyampaikan penambahan informasi dan kemampuan baru perlu adanya proses, dan dalam pendidikan proses tersebut adalah pembelajaran. Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, dimana guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan.10

Proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seseorang (pelajar, mahasiswa) untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui atau diketahui tetapi belum menyeluruh tentang suatu hal.11

Penelitian dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu dan serangkaian teori belajar dan pembelajaranpun dihasilkan untuk menunjang kegiatan tersebut. Ada model, pendekatan, strategi dan

8

Suyono,Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran,(Surabaya:Remaja rosda karya 2011), cet. I, hal. 208.

9

Ibid. Hal.209 10

H. WinaSanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), cet.5, hal.205

11

(24)

metode dan model pembelajaran baru dihasilkan oleh para ahli dibidang pendidikan.

Oleh karena itu betapa pentingnya belajar dan pembelajaran dalam pendidikan, karena hanya dengan proses pendidikan manusia dapat mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang intelek, melalui berbagai upaya yang dilakukan untuk memberdayaan potensi dasar manusia yang telah diberikanTuhan.

b. Pengertian Hasil Belajar

Proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang biasanya disebut dengan istilah hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh siswa, yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan perbuatan.

Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relative menetap.12

Perubahan tersebut dapat diartikan terjadi peningkatan dan pengembangan yang lebih baik di banding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang insrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan belajar. Variabel yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajran di antaranya adalah guru, faktor siswa, sarana, alat media yang tersedia, serta faktor lingkungan.13

12

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta:PT Grafindo Persada,2003) Hal.105

13

(25)

Penilaian hasil belajar tingkat kelas adalah penilaian yang di lakukan oleh guru atau pendidik secara langsung. Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk: (1) peserta didik akan mempunyai persepektif terhadap kekuatan dan kelemahanya atas perilaku yang di inginkan; (2) mereka mendapat bahwa perilaku yang di ingikan itu telah meningkat setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku sekarang dengan perilaku yang diingikan. Kesinambungan tersebut merupakan perubahan dinamika proses belajar sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan.14

Keberhasilan pembelajaran banyak dipengaruhui beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor guru dapat melaksanakan pembelajaraan. Untuk itu, dalam melaksanakan pembelajaraan, guru harus berpijak pada prinsip-prinsip tertentu. Dimyati dan Mudjiono ada tujuan prinsip belajar, yaitu: “perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikkan dan penguatan, dan perbedaan individual.15

E. Mulyasa mengungkapakan evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditunjukkan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah memanfaatkan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran. Sistem evaluasi harus memberikan umpan balik kepada guru untuk meningkatakan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu peserta didik dan mutu sekolah secara keseluruhan.16

14

Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandiran Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009 ), Cet. Ke. III, h. 208

15

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prisip,Tehnik, Prosedur, (Bandung: PR Remaja Rasdakarya, 2010), Cet. Ke-2, h. 249

(26)

Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan hanya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal.17

Belajar adalah suatu aktifitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian.18

Belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata.19 Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai dalam hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respon positif terhadap sesuatu yang dipelajari, dan diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu.20

Jadi hasil belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada diri si pembelajar , seperti pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan dan perubahan aspek-aspek lain pada diri individu yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

Untuk lebih jelasnya berikut hasil belajar yang bisa dilihat dari individu yang belajar:

17

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetansi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke. 1, hal. 36

18

Suyono dan Hariyanto MS, Belajar dan Pembelajaran (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. Ke-3 hal.9

19op.cit

.hal. 106 20

(27)

1) Ranah Kognitif

a) Pengetahuan atau Ingatan

Tipe hasil belajar pengetahuan atau ingatan termasuk ranah kognitif tingkat rendah. Namun tipe hasil belajar ini merupakan prasyarat bagi pemahaman.

b) Pemahaman

Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu : (1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan

(2)Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui sebelumnya.

(3)Tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus atupun masalahnya.

c) Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkrit atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teknis

d)Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya. Analisis merupakan suatu kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari tiga tipe sebelumnya.21

Dengan analisis diharapkan seseorang memiliki pemahaman yang komperhensif dan dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya. Bila kecakapan

21

(28)

analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif

e) Sintesis

Pengetahuan, unsur-unsur atau bagian-bagian secara menyeluruh disebut sintesis. Berfikir berdasarkan pengetahuan hafalan, pemahaman, aflikasi, dan analisis dipandang sebagai berfikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah dari berfikir divergen. Dalam berfikir konvergen, pemecahan atau jawaban dari suatu masalah diketahui berdasarkan pengetahuan yang sudah dikenalnya.

Berfikir sintesis adalah berfikir divergen. Dalam berfikir divergen pemecahan atau jawaban belum dapat dipastikan. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berfikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Kreatifitas juga beroprasi dengan cara berfikir divergen. Dengan kemampuan sintesis orang mungkin menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya.

f) Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.22 Untuk mempermudah mengetahui teingkat kemampuan evaluasi seseorang, item tes hendaklah menyebutkan kriteria secara eksplisit.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor internal atau dalam dan faktor eksternal atau luar. Karena hasil belajar tersebut tidak dengan sendirinya muncul. Ada dorongan-dorongan

22

(29)

yang memicu terhadap kemampuan berfikir siswa yang nantinya berpengaruh pada hasil belajar.

1) Internal/Dalam, yaitu:

a. Fisiologi, yang terdiri dari kondisifisik dan panca indera.

b. Psikologi, yang terdiri dari Bakat, Minat, Kecerdasan, Motivasi, dan Kemampuan Kognisi.

2) Eksternal/luar, yaitu:

a. Lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial

b. Instrumental, yang terdiri dari Kurikulum, Guru, Sarana, Prasarana, Administrasi, dan Managemen.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran Kooperatif berasal dari bahasa Inggris Cooperative

Learning, cooperative artinya mengerjakan sesuatu secara

bersama-sama dengan saling membantu diantara satu dengan lainnya.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan social (social skill) termasuk interpersonal skill.23

Model pembelajaran kooperatif ditandai oleh struktur tugas, tujuan

dan reward yang kooperatif. Siswa dalam proses pembelajaran

kooperatif didorang dan/atau dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama dengan koordinasi yang baik diantara mereka.

Slavin dalam Isjoni mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah

23

(30)

4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat membuat siswa lebih bergairah dalam belajar.24

Sedangkan Jhonson dalam Isjoni berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa dituntut bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.25

Berdasarkan pendapat diatas artinya dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut mengutamakan penyelesaian tugas secara berkelompok untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi kelompoknya dan kelompok-kelompok lain dalam kelas.

Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif yang benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Tahapan pembelajaran kooperatif ada empat tahap yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam kelompok; (3) penilaian; dan (4) pengakuan tim.26

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan

belajar.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3) Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras, budaya dan jenis kelamin yang berbeda.

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada individual.27

Model pembelajaran kooperatif akan berjalan dengan baik pada kelas yang kemampuan siswanya merata, namun pada kelas yang kemampuan siswanya bervariasi lebih membutuhkan model ini. Secara

24

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 6

25

Isjoni, Cooperative Learning (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 15

26

H. Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan(Jakarta: Kencana Prenada Media Group2012), Cet. Ke-9 hal.248

27

(31)

umum kelompok heterogen disukai oleh para guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Hal ini karena beberapa alasan, antara lain kelompok heterogen memberi kesempatan untuk saling mengajar

(peer teaching) dan saling mendukung, kelompok ini untuk

meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik dan gender dan kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang pada tiap kelompok yang memiliki kemampuan akademis tinggi guru mendapat satu asisten untuk stiap tiga oarang.28

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dapat menciptakan terjadinya interaksi yang positif baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa mampu untuk belajar secara langsung dan belajar dari berbagai sumber belajar lainnya termasuk teman sebaya. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap peserta didik yang ada dalam suatu kelompok memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan peserta didik akan lebih dapat mengembangkan kemampuannya, komunikasi, serta bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif, melatih peserta didik untuk bertanggungjawab atas tugas yang diberikan dalam kelompoknya.

28

(32)

b.Macam-macam Tipe PembelajaranKooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe hal ini biasanya disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi yang diajarkan, diantara tipe pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Achievement Divison) 2. Tipe Jigsaw

3. Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation) 4. Tipe Make a Match (Membuat Pasangan)

5. Tipe TGT (Team Game Tournaments) 6. Tipe Snowball Throwing29

c. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Salah satu tipe yang ada pada pembelajaran kooperatif adalah Cooperative Learning Tyipe Snowball Throwing, yang menurut asal katanya adalah “bola salju bergulir” yang dapat diartikan sebagai pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama siswa.30

Dilihat dari pendekatan yang digunakan, Tipe Snowball

Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan

ketrampilan proses. Kegiatan melempar bola pertanyaan akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berfikir, menulis, bertanya atau berbicara, tetapi mereka juga melakukan aktifitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya kepada siswa lain. Dengan demikian tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada giliranya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya.

29

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009) hal.279

30

(33)

Secara rinci langkah-langkah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diuraikan sebagai berikut.

1) Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan.

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil ketua dari setiap kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,

kemudian menjelaskan materi yang telah disampiakan oleh guru kepada temannya.

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan pertanyaan apa saja menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari satu siswa ke siswa yang lain.

6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan, diberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7) Evaluasi 8) Penutup31

d.Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Snowball

Throwing dapat menjadi alternative mengatasi permasalan yang timbul

di dalam kelas. Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing menciptakan iklim diskusi yang banyak disukai oleh siswa usia sekolah dasar. Pembelajaran kooperatif dengan tipe seperti ini juga merangsang siswa untuk aktif dan berani mengemukakan pendapatnya. Pembelajaran ini menekankan pada interaksi siswa dengan siswa, jadi pembelajaran tidak hanya didapat dari guru yang menjelaskan di depan

31

(34)

secara ceramah tetapi siswa dapat belajar dari siswa lain atau tutor sebaya.

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Kelebihan:

1) Pembelajaran dengan menggunakan metode permainan snowball throwing dapat melatih kesiapan siswa antar siswa sehingga dapat saling memberikan pengetahuan.

2) Para siswa dapat melatih diri untuk menguasai materi di luar kepala dan tidak harus selalu terpaku pada buku

3) Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan pada teman lain

4) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman lain

5) Siswa akan mengerti makna kerjasama dalam memecahkan suatu masalah

6) Siswa akan memiliki rasa tanggung jawab karena harus menjawab pertanyaan yang nantinya diterima oleh masing-masing siswa.

7) Siswa akan termotivasi dan terbiasa untuk berbicara didepan orang banyak

Kekurangan:

1) Pengetahuan tidak terlalu luas, hanya pengetahuan sekitar siswa dan membuat siswa menjadi tegang dan menunggu karena harus menjawab pertanyaan dari kelompok lain.

2) Adanya siswa yang bergantung pada siswa lain. 3) Kemungkinan kelas akan kurang kondusif32

(35)

f. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dalam Pembelajaran

Dilihat dari pendekatan yang digunakan, Tipe Snowball

Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan

ketrampilan proses. Kegiatan melempar bola pertanyaan akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berfikir, menulis, bertanya atau berbicara, tetapi mereka juga melakukan aktifitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya kepada siswa lain. Dengan demikian tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada giliranya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya.

Secara rinci langkah-langkah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diuraikan sebagai berikut.

1) Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan. 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil

ketuadari setiap kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil ketua dari setiap kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

4) Ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang telah disampaikan oleh guru kepada temannya.

5) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan pertanyaan apa saja menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

(36)

7) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan, diberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 8) Evaluasi

9) Penutup33

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat menjadi alternative mengatasi permasalan yang timbul di dalam kelas. Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing menciptakan iklim diskusi yang banyak disukai oleh siswa usia sekolah dasar. Pembelajaran kooperatif dengan tipe seperti ini juga merangsang siswa untuk aktif dan berani mengemukakan pendapatnya. Pembelajaran ini menekankan pada interaksi siswa dengan siswa, jadi pembelajaran tidak hanya didapat dari guru yang menjelaskan di depan secara ceramah tetapi siswa dapat belajar dari siswa lain atau tutor sebaya.

3. Pendidikan IPS a. Pengertian IPS

Pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaiatan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.34

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolahan atau nama program studi di perguruan tinggi yang indentik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Namun IPS yang lebih di kenal social

studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari pada

ahli atau pakar kita di Indonesia.35

33

Op.cit. 18 April 2014, 22.00 34

Arnie Fajar, PortofoliodalamPembelajaran IPS, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2009), cet.5, h.110

35

(37)

Namun, Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan khususnya antara IPS untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan ada yang berarti program pelajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduaan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula didefinisikan dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing persekolahan tersebut.

Norma Mackenzie (1975) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.36

Pengertian IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu.37

Berbeda dengan IPS atau social studies, istilah ilmu-ilmu sosial adalah terjemahan dari social sciences. Disamping ilmu-ilmu sosial terdapat pada ilmu-ilmu alam (sciences) dan humanistis/ humaniora. Ilmu-ilmu alam mempunyai tiga disipllin ilmu utama yang meliputi Biologi, Fisika, dan Kimia. Sementara humanistis terdiri, antara lain, Sejarah dan Sastra. Semua bidang keilmuan dan humanistis ini berakar pada suatu bidang yang disebut Filsafat. Setiap disiplin ilmu mempunyai filsafatnya masing-masing yang pada akhirnya semua disiplin itu berhulu pada ajaran Agama.

b. Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial di SD dan MI adalah :

1) Sistem sosial dan budaya

36

Sarjiyo, dkk, Pendidikan IPS di SD (Banten:Universitas Terbuka), cet.8, h.1.22 37Ibid

(38)

2) Manusia, tempat, dan lingkungan 3) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan 4) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 5) System berbangsa dan bernegara

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakkan intergrasi dari berbagai cabang imu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuaan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yanng diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Dalam kurikulum 2006 di kemukakan bahwa: IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat isu sosial pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, sserta warga dunia yang cinta damai.

Muhammad Nu’man Soemantri mengemukakan: Pendidikan IPS adalah penyerderhanaan disiplin ilmu-ilmu Sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikkan secara ilmiah dan psikologi untuk tujuan pendidikan pada tinngkat pendidikan dasar dan menengah.38

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaraan geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan yang berkenaan

38

(39)

Antropologi Filsafat

Sejarah

Geografi

Sosiologi

Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Politik

Ekonomi

Psikologi Sosial dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi

studi-studi komperatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktvitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan sepiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong dalam ilmi-ilmu tenetang kebijakaan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputuan. Sosiolosi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, insutusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep sereti ini di gunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.

Gambar 2.1 Struktur Keterpaduan Cabang IPS39

c. Karakter Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah pendidikan IPS dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih relatif baru. Pendidikan IPS merupakkan padanan dari sosial studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah

39

(40)

tersebut pertama kali digunakkan di AS pada tahun 1913 mengadopsi

Social Studies yang dikembangkan pada kurikulum di AS. 40

Karakteristik pelajaran IPS di MI/SD memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Ilmu Pengetahuaan Sosial merupakan unsur-unsur dari geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

2. Standar Kompetisi dan Kompetisi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdispliner dan multidisipliner.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan masalah sosial serta keadilan, dan jaminan keamanan. d. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD dan MI adalah:

1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis

2) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial

3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan

4) Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.41

(41)

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yanng terjadi, dan terampil terhadap segala masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di oganisasi secara baik. Dari rumus tujuan dapat dirinci sebagai berikut.42

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan menggunakkan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakkan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3) Mampu menggunakkan model-model dan proses berfikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Sonicha Yogya dalam PenelitianTindakan Kelas (PTK), yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing (Bola salju) Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII MTS KHAZANAH KEBAJIKAN pada pokok bahasan Sejarah. Ternyata setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.43 Peningkatan

41

Arnie Fajar, PortofoliodalamPembelajaran IPS, (Bandung:PT. Rosdakarya 2009), cet.5, hal. 110

42

Ibid., hal. 176

43

(42)

hasil belajar siswa pada penelitian tersebut seperti terlihat pada table dibawah ini:

Hasil Belajar Siklus I Siklus II

Preetes Posttes Preetes Posttes

Rata-rata 48,33 80,71 33,77 80,89

N- Gain 0,58 0,69

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hikmah Hamidah dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP. ISLAM AL-KHOSYI’UN pada pokok Bahasan Kehidupan Sosial Manusia, terbukti setelah penerapan model pembelajaran aktif Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan baik.44 Peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian tersebut seperti terlihat pada table dibawah ini:

Hasil Belajar Pra Siklus Siklus I Siklus II

Rata-rata hasil belajar 64,65 72,48 76,65

Ketuntasan 74,52 83,66 89,95

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang ada diatas adalah pada subjek, tempat, waktu, materi dan tujuan penelitian. Subjek dan tempat pada penelitian ini adalah siswa kelas IV MI As-Sholihin Cipondoh Kota Tangerang, waktu penelitian di semester II tahun pelajaran 2013/2014, pelajaran yang dilakukan tindakan adalah IPS pada materi koperasi, dan tujuan penelitian adalah meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dikemukakan dan membagi komponen utama model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing yaitu prestasi kelas, kelompok, tes dan nilai peningkatan individu serta penghargaan kelompok. Pembelajaran model kooperatif tipe Snowball

Throwing diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi siswa

44

HikmahHamidah, Penerapan Model Pembelajaran Aktif Snowball Throwing Dalam

(43)

dalam proses pembelajaran dan memberi peningkatan kualitas pembelajaran siswa.

Permasalahan tersebut terjadi pada pembelajaran IPS di kelas IV MI As-Solihin Kota tangerang pada materi Koperasi. Pembelajaran yan dilaksanakan belum dapat memaksimalkan potensi siswa dalam memahami materi. Akibatnya, masih ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM pada materi Koperasi.

Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Snowball

Throwing untuk digunakan dalam pembelajaran IPS materi Koperasi. Model

pembelajaran ini menuntun siswa bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk memecahkan persoalan yang mereka hadapi. Interaksi yang terjadi antar siswa di setiap kelompok maupun antara kelompok-kelompok sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pembelajaran ini tidak hanya membantu guru mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat meningkatkan keberanian siswa, dan belajar menghargai pendapat orang lain.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ini, diharapkan hasil belajar siswa kelas IV MI As-Solihin Kota Tangerang dapat meningkat Kerangka berpikir diatas dapat dirangkum dalam skema 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2 Bagan Skema Kerangka Berpikir Tindakan

Kondisi Awal

Pembelajaran IPS di sekolah bersifat konvensional, aktivitas belajar siswa masih rendah. Hal ini menyebabkan beberapa siswa belum mencapai KKM

Tindakan (Acting)

Guru menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing untuk pembelajaran IPS materi Koperasi .

Kondisi Akhir

(44)

D. HipotesisTindakan

(45)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV MI As-Sholihin Cipondoh Kota Tangerang. Dari hasil belajar di semester I menunjukan bahwa kelas tersebut memiliki hasil belajar IPS yang masih rendah. Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti memilih madrasah dan kelas tersebut sebagai objek dan tempat penelitian.

2. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2014. Tindakan akan dilakukan dalam 2 (dua) siklus, dan setiap siklusnya dilakukan dalam 2 (dua) pertemuan untuk proses pembelajaran (tindakan), kegiatan evaluasi berupa posttest dilakukan di akhir siklus I dan II dengan jadwal sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Minggu Ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyususnan

Proposal dan Perencanaan

√ √ √ √

2 Proses

Pembelajaran √ √ √ √

3 Evaluasi √ √

4 Pengumpulan

Data √ √

5 Analisis Data √ √

6 Penyusunan

Hasil √ √ √ √

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

(46)

Penelitian tindakan kelas dilakukan pada pembelajaran IPS materi koperasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

snowball throwing yang dilaksanakan dalam 2 siklus, namun apabila pada

siklus pertama dan kedua ternyata hasil belajar yang diinginkan belum tercapai maka akan diteruskan ke siklus berikutnya sampai indicator keberhasilan penelitian dapat terpenuhi. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan (planning), penerapan tindakan (acting), mengobservasi (observing) dan melakukan refleksi (reflection) dan seterusnya sampai perbaikan dan peningkatan yang diharapkan.1 Untuk lebih jelasnya langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Tahapan Perencanaan (Planning)

Pada tahapan ini dilakukan perencanaan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Tahapan Tindakan (Acting)

Pada tahapan ini dilakukan proses kegiatan belajar-mengajar sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing

c. Tahapan Pengamatan (observing)

Pada tahapan ini dilakukan pengeamatan terhadap hasil belajar siswa dan selama berlangsungnya proses pembelajaran

d. Tahapan Refleksi (reflection)

Pada tahapan ini dilakukan pengkajian dengan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari tahapan-tahapan yang dilalui.

2. Rancangan Siklus Penelitian

Rancangan penelitan tersebut dapat diliahat pada bagan 3.1 sebagai berikut:

1

(47)

Gambar 3.1 Bagan Tahapan Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart2

Siklus I

Siklus II

Skema pada bagan diatas merupakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas. Adapun penerapan prosedurnya dilakukan dengan siklus pembelajaran yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan antara lain mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPS materi Koperasi dan merumuskan masalah yang ditemukan. Peneliti dapat mengidentifikasi masalah dengan mengamati aktivitas belajar siswa dan menganalisis daftar nilai siswa. Setelah itu, dari hasil pengamatan peneliti, disusun rumusan masalah dan hipotesis pemecahan masalah.

2ibid

Permasalahan Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Pengamatan/ Pengumpulan

Data I Perencanaan

Tindakan I

Permasalahan

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan/ Pengumpulan

Data II Perencanaan

Tindakan II

(48)

Dalam menyusun hipotesis pemecahan masalah, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada mata pelajaran IPS materi Koperasi.

Model pembelajaran tersebut akan diterapkan dalam penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi koperasi di kelas IV MI As-sholihin Cipondoh Kota tangerang. b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing seperti yang telah direncanakan. Pada tahap ini, peneliti terlebih dahulu memberikan materi koperasi secara keseluruhan. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi enam kelompok heterogen. Peneliti memberikan arahan kepada ketua kelompok agar masing-masing kelompok membuat soal sesuai materi yang dipelajari. Setiap kelompok kemudian membuat daftar pertanyaan kelompok dengan cara berdiskusi. Setelah daftar pertanyaan dibuat kertas yang berisi daftar pertanyaan tersebut di lipat dengan cara dikepal-kepal lalu dilemparkan kepada kelompok lain. Kelompok yang mendapat lemparan bola pertanyaan kembali berdiskusi untuk menemukan jawaban soal tersebut. Setelah mereka selesai berdiskusi, dan masing-masing kelompok telah siap dengan jawabannya maka dilanjutkan dengan memperesentasikan jawaban mereka di depan kelas. Selanjutnya, peneliti memberikan soal evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang baru saja diberikan. Di akhir pembelajaran, peneliti memberikan penghargaan kepada setiap kelompok sesuai dengan hasil yang dicapai.

c. Observasi

(49)

Adapun fungsi pokok observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan dan untuk mengetahui efektifitas tindakan yang dilakukan dengan hasil yang diinginkan. Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas perilaku dan keadaan yang berhubungan dengan pembelajaran.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilaksanakan oleh peneliti. Refleksi dijadikan sebagai bahan evaluasi serta pengambilan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini. Refleksi digunakan untuk mengetahui keberhasilan dan kelancaran kegiatan sesuai rencana yang telah disusun. Refleksi juga dapat digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran IPS materi koperasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Hasil refleksi ini digunakan oleh peneliti sebagai acuan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Apabila masih ditemukan beberapa kekurangan, hasil refleksi ini akan digunakan sebagai acuan untuk menyusun perencanaan pada siklus berikutnya. Namun, apabila hasil refleksi menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran dari siklus sebelumnya, peneliti tidak perlu menambah siklus lagi.

Siklus Penelitian I (Siklus Pertama) a. Perencanaan

(50)

2) Menyusun RPP sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan serta skenario pembelajaran yang sesuai dengan model Snowball Throwing .

3) Mempersiapkan sumber dan media berupa gambar.

4) Menyusun alat evaluasi berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

5) Menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan (Pertemuan ke-1 dan 2) Kegiatan Awal (10 menit), meliputi:

1) Guru mengucapkan salam

2) Mengajak semua siswa untuk berdoa 3) Melakukan presensi

4) Apersepsi:

Guru mengajak siswa bernyanyi secara bersama-sama lagu yang berjudul “Garuda Pancasila” serta mengajukan pertanyaan “ anak-anak, tahukah kalian bahwa ada kegiatan organisasi ekonomi di Indonesia yang berdasar pada Pancasila ? organisasi ekonomi apakah itu ?”

5) Menginformasikan topik dan tujuan pembelajaran dari materi yang akan dipelajari.

6) Memberikan motivasi kepada siswa agar semangat belajar. 7) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan Kegiatan Inti (100 menit), meliputi:

1) Siswa diperlihatkan media visual berupa gambar yang berisikan materi mengenai pengertian, sejarah, lambang, sifat dan tujuan koperasi (eksplorasi)

2) Guru mengajukan pertanyaan mengenai gambar yang telah ditampilkan (eksplorasi)

(51)

4) Guru membentuk kelompok-kelompok secara heterogen sebanyak 6 kelompok (eksplorasi).

5) Guru memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan materi pertanyaan yang akan dibuat yakni mengenai sejarah, arti lambang, sifat dan tujuan koperasi serta perbedaan koperasi dengan badan usaha lainnya (elaborasi).

6) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya (elaborasi).

7) Masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberi satu lembar kertas kerja. Kemudian masing-masing siswa dalam kelompok tersebut diminta menuliskan tiga pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru dan ketua kelompok. Kertas kerja yang berisikan pertanyaan tersebut, dibuat seperti bola dan dilemparkan ke kelompok lain sesuai arahan yang diberikan oleh guru(elaborasi).

8) Setelah siswa dalam setiap kelompok mendapatkan satu bola yang berisi tiga pertanyaan, siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang telah didapat bersama teman kelompoknya dan menuliskan jawaban di kertas kerja yang telah diberikan (elaborasi).

9) Tiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan jawaban dan menanggapi hasil diskusi masing-masing kelompok (elaborasi).

10) Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap hasil presentasi siswa (konfirmasi)

11) Siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dimengerti (konfirmasi).

Kegiatan Akhir (20 menit), meliputi:

Gambar

Gambar  2.1 Struktur Keterpaduan Cabang IPS.................................
Gambar 2.1 Struktur Keterpaduan Cabang IPS39
Gambar 2.2 Bagan Skema Kerangka Berpikir Tindakan
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan kasus perdagangan orang yang berpotensi menjadi korban khususnya anak. Dalam hal tersebut, penulis menganalisa mengapa diperlukannya

hakim bahwa terdakwa benar telah melakukan tindak. pidana serta dalam pertimbangan hakim

[r]

Effektifitas Implementasi Kebijakan Akselerasi Penuntasan Wajar 9 tahun Bagi Anak Keluarga Miskin ( Studi Evaluasi Kinerja Kebijakan di Kabupaten Cianjur ), Bandung, UPI

Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam matematika antara siswa subkelompok tinggi dan siswa subkelompok sedang, terdapat perbedaan

Iriawan mengajak PJU Polda Bali, Staf Asops dan seluruh anggota yang berada di Polres Karangasem untuk makan bersama menikmati apa yang beliau masak bersama Polwan dan Bhayangkari

PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK TETAPI TERMASUK DALAM PEREDARAN USAHA. JUMLAH (3a

Potensi Jerami Padi untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah pada Lahan Sawah Terdegradasi, Lombok Barat.. Balai