• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN (PTK pada Kelas VII A SMP N 1 Waway Karya Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN (PTK pada Kelas VII A SMP N 1 Waway Karya Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN

(PTK pada Kelas VII A SMP N 1 Waway Karya Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013)

Tukija

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar

siswa. Tempat penelitian ini adalah kelas VII A SMP Negeri 1 Waway Karya semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada materi organisasi kehidupan. Data penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data ini diperoleh dari rata-rata nilai sebelum dan sesudah penelitian. Indikasi kebehasilannya adalah nilai rata-rata sesudah penelitian mengalami peningkatan atau hasil akhir dalam penelitian aktivitas siswa lebih dari 70%, dan siwa yang tuntas belajar lebih dari 70%. Penelitian ini meliputi 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data awal aktivitas siswa dan hasil belajar siswa adalah 35% siswa aktif dan 61,88% siswa tuntas belajar, setelah diadakan penelitian dengan model pembelajaran cooperativelearning tipe jigsaw hasil akhir pada siklus II aktivitas belajar siswa menjadi 75,26%, sedangkan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 70,78 dan siswa yang tuntas belajar 90,6%.

Penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada materi pokok organisasi kahidupan di simpulkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siwa kelas VII A SMP Negeri 1 Waway Karya Lampung Timur.

(2)
(3)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN

( PTK PADA KELAS VII A SMPN 1 WAWAY KARYA LAMPUNG TIMUR )

OLEH TUKIJA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTO

Bersihkan hati, optimalkan potensi, raih prestasi demi mencapai cita-cita dan kebahagiaan dunia akhirat yang islami

(Penulis)

Berusahalah (bekerjalah) untuk urusan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya dan berusahalah untuk urusan akhiratmu seolah-olah kamu akan

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 25 Mei 1965, merupakan anak kedua dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Harja suwarna dan Ibu Tukirah. Alamat penulis di dusun Sumber Rejo II, desa Sumber Rejo, Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur, nomor HP 082371376828. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD N. I Kemudo kecamatan Prambanan kabupaten Klaten Jawa Tengah pada tahun 1977, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri Prambanan pada tahun 1981, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA IMMANUEL Kalasan Yogyakarta. pada tahun 1984, pendidikan guru di PGSMTP Negeri Tanjung Karang tamat tahun 1988 dan penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung programS1 Dalam Jabatan pada tahun 2010.

(9)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini dengan segenap rasa cinta dan tulus kasihku untuk:

- Ibunda (Tukirah) dan Ayahanda (Harja Suwarna) yang telah banyak memberikan nasehat dan dukungan spiritual.

- Istriku (Darinah) yang selalu memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

- Anak-anakku (Aris dan Rina) yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahnya PTK ini dapat penulis selesaikan. PTK ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan MIPA jurusan pendidikan Biologi di FKIP Universitas Lampung. Dalam menyelesaikan PTK ini penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak, untuk itu penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

BiologiFKIP Universitas Lampung yang telah banyak memberikan arahan dan nasehat selama kuliah.

3. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed. Selaku pembahas yang telah memberikan arahan dan saran dengan penuh kesabaran.

4. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh kesabaran.

5. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan PTK ini.

(11)

7. Eko santoso S.pd., selaku guru mitra yang telah membantu dalam menyelesaikan PTK ini.

8. Bapak dan ibu dosen serta staf karyawan FKIP Universitas Lampung.

9. Teman-teman mahasiswa S1 dalam jabatan yaitu bapak Triyana, bapak Rokiman, Ibu Fatma Dwihartini, Ibu Sudarni, Ibu Partini, Ibu Juairiah,Ibu Masani, Ibu Salmah dan teman-teman lain yang tidak saya sebutkan yang telah memberi semangat dan dorongan dalam menyelesaikan PTK ini.

Semoga semua amal baik bapak, ibu dan sudara dibalas Allah SWT dengan pahala yang setimpal. Penulis berharap mudah-mudahan PTK ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

BandarLampung,………2014 Penyusun

(12)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas belajar siswa ... 12

B. Hasil belajar siswa……… 14

C. Model pembelajaran kooperatif……….. 17

D. Tahap pembelajaran Cooperative learning………. 19

E. Model pembelajaran cooperative learning tipejigsaw……….. 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 23

B. Data Penelitian ... 23

C. Setting Penelitian ... 23

D. Prosedur Penelitian... 24

E. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 25

F. Indikator Keberhasilan ... 27

(13)

H. Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN I. Hasil Penelitian ... 31

II. Pembahasan ... 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN 1. Silabus ... 62

2. RPP ... 65

3. LKK ... 77

4. Rubrik penilaian LKK ... 117

5, Kisi-kisi soal ... 119

6. Soal postes ... 126

7. Hasil observasi aktivitas siswa ... 133

8. Data kognitif siswa ... 135

9. Lembar observasi aktivitas siswa ... 136

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman 1. Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII A SMPN 1 Waway Karya

Tahun Pelajaran 2012/2013... 3

2.Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Terpadu Siswa Kelas VII A Semester Ganjil SMPN 1 Waway Karya Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 4

3. Aktivitas siswa yang relevan dalam pembelajaran padaa siklus I ... 35

4. Aktivitas siswa yang tidak relevan dalam pembelajaran pada siklus I ... 37

5. Data hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada siklus I ... 38

6. Hasil observasi aktivitas guru yang relevan siklus I ... 39

7. Hasil observasi guru yang tidak relevan siklus I ... 40

8. Data aktivitas siswa yang relevan dalam pembelajaran pada siklus II ... 46

9. Aktivitas siswa yang tidak relevan dalam pembelajaran pada siklus II ... 47

10. Data hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada siklus II ... 48

11. Hasil observasi aktivitas guru yang relevan pada siklus II……… 49

12. Hasil observasi aktivitas guru yang tidak relevan pada siklus II………….. 49

13. Data rata-rata aktivitas belajar siswa yang relevan pada siklus I dan siklus II.52 14. Skor rata-rata aktivitas siswa yang relevan siklus I dan siklus II…………. 53

(15)
(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Bagan Pembelajaran Tipe Jigsaw ... 21

2. Gambar Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas... 24

3. Contoh jawaban lembar kerja kelompok………... 52

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya untuk memikul kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara (UU RI No. 20/: Pasal 1/2003).

Pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan sudah dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain pengadaan fasilitas dan sarana pendidikan,

penyempurnaan kurikulum,pengadaan buku pelajaran, gurupun diberi kesempatan untuk melanjukan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi untuk meningkatkan kemampuan profesinya. Pemerintah berharap supaya pendidikan nasional tercapai sehingga dapat mendukung pembangunan nasional.

(18)

2 untuk menunjang proses pembelajaran, mengaktifkan kedisiplinan bagi guru dan siswa guna meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.

Menurut Hamalik (2001:171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri dan aktivitas sendiri, karena peserta didik memiliki beraneka ragam potensi hidup yang sedang berkembang. Dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri.

Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku dan perbuatan menuju ketingkat perkembangan yang diinginkan. Potensi itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang, dengan menyediakan kesempatan belajar sendiri dan aktivitas sendiri supaya potensi tersebut dapat berkembang dengan baik. Peserta didik dengan keaktivannya diharapkan agar dapat menemukan sendiri sehingga bermakna bagi dirinya.

(19)

3 kanan), berbicara dengan teman yang tidak berhubungan dengan pelajaran,

bekerja tidak sesuai dengan perintah dan arahan guru juga mengerjakan tugas pelajaran lain, informasi hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Waway Karya semester ganjil disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Data aktivitas belajar IPA terpadu siswa kelas VII A semester ganjil SMPN 1 Waway Karya T. P. 2012/2013 dari 32 siswa

No Indikator Jumlah siswa Persentase

1

Membaca buku atau LKS Bertanya

Sumber: Observasi siswa kelas VII A SMPN 1 Waway Karya T.P 2012/2013

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dapat dikatakan rendah. Dalam proses pembelajaran hanya sebagian siswa yang mempunyai aktivitas tinggi.

(20)

4 terbiasa menggunakan metode pembelajaran langsung ( Teacher Learning ) dimana siswa hanya menerima informasi dari guru. Hal ini dikhawatirkan akan mengekang kebebasan berpikir, potensi yang dimiliki siswa tidak akan

berkembang dan kurang memiliki inisiatif untuk belajar mandiri yang

menyebabkan hasil belajar siswa kurang memuaskan. Pada mata pelajaran IPA terpadu untuk kelas VII A yang diajarkan pada semester sebelumnya pada 32 siswa ternyata hasil belajar siswa kurang memuaskan. Berikut ini adalah data persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas VII A SMPN I Waway Karya Tahun Pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran IPA terpadu.

Tabel 2. Nilai hasil belajar mata pelajaran IPA terpadu siswa kelas VII A semester ganjil di SMPN 1 Waway Karya tahun pelajaran 2012/2013

No Nilai Jumlah siswa

Sumber : Buku daftar nilai mata pelajaran IPA terpadu kelas VII A SMPN I Waway Karya tahun pelajaran 2012/2013

(21)

5 (KKM) untuk mata pelajaran IPA terpadu kelas VII di SMP Negeri 1 Waway Karya adalah 70, menurut wakil kepala sekolah bidang kurikulum SMP Negeri 1 Waway Karya standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) ditentukan dari tiga komponen yaitu, komponen intake, komponen daya dukung dan komponen kompleksitas. Sekolah dapat menentukan sendiri KKM sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Hasil belajar mata pelajaran IPA terpadu (Tabel 2) sebagian besar belum tuntas. Hal ini diduga dipengaruhi oleh cara belajar siswa yang kurang aktif karena siswa hanya menerima informasi dari guru saja. Siswa cenderung merasa jenuh dalam mengikuti pelajaran dan pada akhirnya siswa tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Adanya permasalahan tersebut, guru mata pelajaran bersama guru mitra mengadakan diskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Hasil identifikasi masalah ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa diantaranya, penyajian materi IPA/Biologi oleh guru dengan metode ceramah, diskusi sehingga siswa merasa jenuh, diskusi yang kurang menarik karena bersifat teoritis,metode yang digunakan guru kurang bervariasi dan tidak inovatif sehingga membosankan dan tidak menarik bagi siswa.

Oleh karena itu, peneliti mencoba mengunakan suatu pembelajaran yang tidak hanya terfokus pada guru, tetapi suatu pembelajaran yang lebih terfokus pada aktivitas siswa yang mengembangkan aspek kognitif, aspek sosial siswa untuk saling bekerja sama dan saling menghargai. Penulis akan mencoba menggunakan model Cooperative Leraning (pembelajaran kooperatif) Tipe Jigsaw yang

(22)

6 kooperative dalam penyelesaian tugas kelompok setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran. Artinya belum selesai bila salah satu teman dalam sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran . Pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok- kelompok kecil, yang saling membantu satu sama lain. Setiap kelompok beranggotakan empat sampai tujuh siswa dengan kemampuan yang heterogen. Kelompok yang heterogen dibentuk berdasarkan kemampuan akademik siswa dan jenis kelamin. Ini bermanfaat melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakang, sehingga pembelajaran berlangsung efektif, dengan pembelajaran yang efektif diharapkan siswa ikut aktif ketika pembelajaran berlangsung sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar. Penulis berharap mudah-mudahan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memungkinkan siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menyerap materi dengan baik sehingga dapat tercapai hasil belajar yang diharapkan.

Menurut Tri Ratna(2010) dalam skripsinya yang berjudul“Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Balajar Siswa Melalui Model cooperative Learning tipe

Jigsawpada Kelas VIII A SMPN 1 Waway Karya” aktivitas siswa naik dari 55%

menjadi 61,5% dan hasil belajar naik dari 56% menjadi 62% oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) dengan

(23)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah yaitu:

1. Apakah model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII A SMPN I Waway Karya? 2. Apakah model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A SMPN 1 Waway Karya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui:

1. Peningkatan aktivitas belajar Biologi siswa melalui Model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Jigsaw.

2. Peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Jigsaw

D. Manfaat Penelitian

(24)

8 1. Bagi guru

a. Mamberikan sumbangan dalam menentukan metode pembelajaran. b. Menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi dengan mengacu pada keaktifan belajar siswa

2. Bagi Siswa

a. Membantu siswa dalam menguasai materi pembelajaran

b. Meningkatkan aktivitas belajar sehingga meningkatkan daya serap dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan bagi lembaga pendidikan dalam meningkatkan mutu sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian.

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Aktivitas siswa.

Aktivitas siswa yang diamati adalah kegiatan siswa yang relevan dengan pembelajaran, yang terdiri dari memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan LKS secara individu, kerja sama dalam kelompok, diskusi kelompok,

(25)

9 Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dan mengajar dengan menggunakan model pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw, ditunjukkan dari nilai yang diperoleh siswa pada

tes akhir siklus.

3. Siswa .

Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A semester genap SMP Negeri 1 Waway Karya kabupaten Lampung Timur tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 32 siswa.

4. Model pembelajaran cooperative tipe jigsaw.

Model pembelajaran tipe jigsaw merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran cooperative dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4–5 orang siswa secara heterogen diawali dengan penyampaian materi,kegiatan kelompok,diskusi kelompok, dan penghargaan kelompok.

5. Materi pembelajaran.

Materi pembelajaran pada penelitian ini adalah Organisasi Kehidupan S K: 6. Memahami Keragaman Makhluk Hidup.

KD: 6.3. Mendiskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme.

F. Kerangka Pikir

(26)

10 meningkat. Model belajar kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang menekankan pada tanggung jawab siswa terhadap penguasaan materi serta kemampuan bekerja sama dalam mengajarkan kepada siswa lain dalam suatu kelompok kecil ( 4 – 5 orang )

Dalam penelitian ini yang menjadi indikator adalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas siswa merupakan suatu cara untuk mengembangkan pemahaman yang telah kita miliki, Sehingga kita akan semakin matang dalam menguasainya. Aktivitas akan menghasilkan perubahan pengetahuan dan keterampilan pada diri siswa.Aktivitas tersebut meliputi mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru,membaca buku atau LKS, menulis (yang relevan dengan kegiatan pembelajaran) berdiskusi antara siswa dan guru, berdiskusi antara siswa, mengkomunikasikan hasil kelompok dan merangkum jawaban teman kelompok.

(27)

11 G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran Biologi siswa kelas VII A semester genap di SMPN I Waway Karya tahun pelajaran 2012/2013

(28)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas Belajar siswa memiliki peranan penting dalam pencapaian keberhasilan belajar siswa karena aktivitas merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa untuk mencapai tingkah laku, hal ini sesuai dengan pendapat

Sudirman (1991:26) yang menyatakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk tingkah laku, jadi belajar adalah melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Perlu diketahui bahwa proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas siswa. Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain (2006:36). aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Selama proses pembelajaran guru tidak hanya memperhatikan aktivitas fisik siswa saja, juga aktivitas mental. Karena keduanya sangat berkaitan dan interaksi antara keduanya akan menghasilkan aktivitas belajar yang optimal. Hal ini sesuai pendapat Sardiman (2001:98) bahwa aktivitas dalam arti luas menyangkut aktivitas fisik atau jasmani dan aktivitas mental atau rohani interaksi keduanya akan menghasilkan aktivitas belajar yang optimal. Beda dengan aktivitas yang bersumber dari guru (Teacher Learning) akan

(29)

13 karena siswa dihantui rasa takut salah, hal ini menyebabkan hasil belajar kurang optimal. Aktivitas yang bersumber dari guru (Teacher Learning ) harus dirubah menjadi aktivitas yang bersumber dari siswa (Student

Learning), siswa akan aktif, kreatif dan inovatif dalam memecahkan

permasalahan.

Aktivitas belajar siswa terdiri atas beberapa macam aktivitas. Menurut Nasution (dalam Sukadi, 2003:10) disebutkan terdapat sembilan jenis aktivitas, yaitu : 1) Aktivitas visual seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi,

percobaan dan sebagainya.

2) Aktivitas bicara seperti menyatakan, merumuskan, diskusi, pidato dan sebagainya.

3) Aktivitas mendengar seperti mendengar diskusi, mendengar pidato dan sebagainya.

4) Aktivitas menulis seperti menulis cerita, tes, angket dan sebagainya. 5) Aktivitas menggambar seperti membuat peta, diagram dan sebagainya. 6) Aktivitas gerak seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model

dan sebagainya.

7) Aktivitas mental seperti menanggapi, mengingat, memecahkan masalah dan sebagainya.

8) Aktivitas emosional seperti menaruh minat, mengingat, memecahkan masalah dan sebagainya.

(30)

14 Berdasarkan pendapat diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa banyak cara

yang dapat dipilih dalam melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan apa yang dipelajari di sekolah yang cukup kompleks dan bervariasi. Seandainya berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah tertentu, maka sekolah-sekolah tersebut akan lebih dinamis, tidak

membosankan, dan benar-benar menjadi pusat aktivitas yang maksimal.

B. Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar sudah tentu seseorang harus melakukan pengukuran, dengan mengukur hasil belajar maka akan diketahui batas kemamapuan, kesanggupan fisik dan nilai dalam menyelesaikan suatu tugas yang dibebankan kepadanya. Maka hasil yang diperoleh tentang kemampuan pribadi seseorang dengan orang lain yang berbeda, meskipun objek yang diukur itu sama. Hal ini disebabkan oleh situasi dan kondisi yang mempengaruhi orang tersebut berbeda. Pengukuran dilaksanakan untuk memperoleh data sebagai alat penilaian tentang aspek – aspek pribadi yang diukur. Hal ini senada dengan pendapat Dimyati

(2006:3) yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindakan mengajar. Guru dalam tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar siswa dan merupakan puncak proses belajar. “Tes pengukuran keberhasilan yang sering kita sebut

Criterion Reverenced Test (CRT) adalah tes yang terdiri atas item-item yang

(31)

15 proses pembelajaran. Tes pengukur keberhasilan ini juga dikenal dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP)” (Sanjaya, 2008:235)

Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung pada penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru pembimbing. Pengertian keberhasilan menurut Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain (2006:105) bahwa “Suatu

proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khususnya dapat tercapai”

Tingkatan keberhasilan dalam pengajaran sehubungan nilai yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Istimewa/maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

2. Baik sekali/optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. 3. Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%

s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.

4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Sumber: (Syiful Bahri Djamarah,Aswan Zain 2006:107)

Berhasil tidaknya suatu pembelajaran dipengaruhi oleh faktor – faktor internal dan eksternal pada diri siswa. Hal ini selaras dengan pendapat Hamalik (2001:82) mengemukakan pendapatnya bahwa terdapat faktor yang memepengaruhi hasil belajar antara lain :

a. Faktor yang bersumber dalam diri siswa 1. Siswa tidak memiliki tujuan yang jelas

(32)

16 4. Kecakapan siswa

5. Kurangnya siswa dalam penguasaan materi

b. Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah 1. Cara guru memberikan materi pelajaran

2. Kurangnya bahan pelajaran

3. Kurangnya alat penunjang pelajaran

4. Materi yang tidak sesuai dengan kemampuan 5. Penyelenggaraan pembelajaran yang terlalu padat.

c. Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga 1. Masalah ekonomi

2. Kurangnya kontrol dari orang tua 3. Adat istiadat yang mengekang

4. Aktivitas dan hasil belajar siswa tidak diperhatikan.

Guba dan Lincoln (Hamid Hasan, 1988) mendevinisikan evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan itu biasanya berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu (Wina Sanjaya, 2008:241).

(33)

17 berpengaruh terhadap faktor intern siswa yang dalam hal ini adalah hasil belajar siswa.

C. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran dikelas. Pembelajaran kooperatif mempunyai pengertian dan ciri-ciri seperti yang diungkapkan oleh para ahli sebagai berikut :

Menurut Nurhadi (2004:112): “ model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

Dengan adanya pengelompokan secara heterogen ini maka akan

memungkinkan kepada setiap anggota untuk memperoleh kemampuan yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan bisa memberi kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri karena terdapat banyak perbedaan yang bisa mengasak proses berfikir, bernegosiasi, dan berkembang.

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran

(34)

18 tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada tiap

usahaanggotanya.Upaya menciptakan kelompok kerja yang efektif,guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga tiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Dengan demikian siswa

mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan nilai sehingga tidak ada siswa yang merasa dirugikan.

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupaakan akibat langsung dari ketergantungan positif. Jika tugas dan penelitian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, tiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

3. Tatap muka

Tiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatapmuka dan berdiskusi. Kegiatan intaeraksi ini akan membentuk kerja sama yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa siswa akan lebih kaya daripada hasil pemikiran satu siswa saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

(35)

19 Keberhasilan suatu kelompok dipengaruhi oleh keterampilan

intelektual, keterampilan berkomunikasi tiap anggota dalam kelompoknya

5. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.

Jadi berdasarkan uraian di atas model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu dan memahami materi, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua anggota dalam kelompok itu mencapai hasil belajar yang tinggi.

D. Tahap Pembelajaran Cooperative Learning

Pada dasarnya pembelajaran Cooperative Learning mempunyai enam langkah utama yaitu :

1) Fase 1 : Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan dan motivasi siswa untuk belajar

2). Fase 2 : Menyajikan informasi dalam bentuk demonstrasi atau melalui bahan bacaan

3). Fase 3 : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok – kelompok belajar

(36)

20 5). Fase 5 : Evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari sehingga

masing – masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

6). Fase 6 : Memberikan penghargaan baik secara kelompok maupun individu

.

E. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

a. Pengertian Cooperative Learning tipe Jigsaw

Pengertian Jigsaw dalam belajar kooperatif adalah suatu model belajar kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengerjakan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw diuji dan dikembangkan oleh eliot aronson, kemudian digunakan oleh slavin dan rekannya (Slavin, 1995:122 ). Dalam belajar kooperatif tipe Jigsaw ini, siswa bekerja belajar dalam kelompok yang heterogen dan beranggotakan 4-5 orang, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas penguasaan dalam materi belajar yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok yang lain, masing-masing anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan itu disebut ahli, keahlian tersebut dapat diperoleh dari menawarkan bagian materi kepada anggota

(37)

21 mereka dapat saling membantu satu sama lain tentang topik yang

ditugaskan, serta mendiskusikannya selama kira-kira 20 menit, setelah itu siswa (kelompok ahli) ini kembali pada kelompok masing-masing untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lainnya tentang apa yang dibahas dan dipelajari dalam kelompok ahli.

Berikut ini terdapat gambar suatu ilustrasi Jigsaw adalah sebagai berikut:

Kelompok asal

Kelompok Ahli Gambar 1. Bagan Pembelajaran Tipe Jigsaw

Sumber, Sardiman 2007.blogspot.com (diakses tgl 25 Mei 2014)

b. Tahap pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw

Pada dasarnya pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

1). Siswa dikelompok kedalam 4 anggota tim

2). Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda 3). Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 4). Anggota dari tim yang berada yang telah mempelajari bagian/sub

(38)

22 5). Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh

6). Tiap tim ahli memprentasikan hasil diskusi 7). Guru memberi evaluasi

8). Penutup.

c. Kebaikan Dan Kelemahan Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw Metode Cooperative Learning tipe Jigsaw merupakan cara belajar

kelompok dalam lingkup kecil. Dalam metode ini terdapat kebaikan dan kelemahan.

a). Kebaikan metode Cooperative Tipe Jigsaw yaitu:

1). Siswa cenderung lebih aktif karena diberi tanggung jawab untuk menjelaskan materi kepada teman-temannya .

2). Siswa mendapat wawasan yang lebih karena mereka bekerja secara tim / kelompok.

3). Guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan siswanya.

b) Kelemahan metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw adalah: 1). Guru mengalami kesulitan dalam pembagian kelompok

(39)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII A SMPN. 1 Waway Karya semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 32 orang dengan siswa laki-laki 17 orang (53,1%) dan siswa perempuan 15 orang (46,9%) yang diperoleh dari data nilai ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

B. Data Penelitian

1. Data aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada setiap siklus yang berupa data kualitatif

2. Data hasil belajar Biologi siswa yang berupa data kuantitatif berbentuk nilai-nilai yang diperoleh siswa dari tes pada setiap akhir siklus I dan siklus II.

C. Setting Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Clasroom Action

Reseach). Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian melakukan

(40)

24 peningkatan proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas menekankan pada suatu kajian yang benar-benar dari suatu situasi yang alamiah di kelas. Dalam penelitin tindakan kelas ini ada beberapa faktor yang perlu diteliti. Faktor tersebut adalah:

1. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Hasil belajar siswa berupa pencapaian peningkatan pemahaman konsep dasar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dengan dua siklus mencakup Empat tahapan:

1. Tahap perencanaan tindakan 2. Tahap pelaksanaan tindakan 3. Tahap observasi

4. Tahap refleksi

(41)

25 Gambar 2. Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas (Adaptasi Kemmis & MC

Taggart, 1994) Arikunto (1993:98) E. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan skema diatas, namun dalam penelitian ini hanya dilakukan dalam dua siklus. Karena hanya melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam satu siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Secara lebih rinci prosedur penelitian untuk tiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Siklus I a. Perencanaan

1). Membuat rencana pembelajaran dan semua perangkat yang dibutuhkan dalam Kegiatan pembelajaran.

2). Membuat lembar instrumen atau alat observasi untuk melihat aktivitas belajar siswa.

3). Mempersiapkan lembar kerja kelompok yang telah berisikan permasalahan.

4). Mempersiapkan perangkat tes

b. Pelaksanaan Tindakan.

1). Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.

(42)

26 3). Membentuk kelompok asal. Setiap kelompok terdiri dari 4 -5

siswa.

4). Membagikan lembar kerja kelopompok

5). Siswa menyelesaikan masalah dalam lembar kerja kelompok, lalu mencari pasangan yang mempunyai materi yang cocok dengan LKK yang dipegang

6). Membentuk kelompok ahli.

7). Didalam kelompok ahli berdiskusi dan bertukar pikiran tentang masalah yang terdapat didalam sub bab yang dipelajari.

8). Kembali ke kelompok asal dan bertukar pikiran atau berdiskusi tentang masalah yang berbeda.

9). Menarik kesimpulan.

c. Observasi

Observasi atau tindakan biasa disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek penelitian yang diikuti dengan kegiatan. pencatatan terhadap sejumlah data yang diperlukan yang berkaitan dengan pelaksanaan. Pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disediakan dan dilaksanakan setiap jam pelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengamati dan menganalisis kegiatan pengajaran yaitu aktivitas siswa selama penelitian

(43)

27 Hakikat refleksi adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dihasilkan

atau yang tidak/ belum tuntas dalam siklus yang sedang berjalan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

Berdasarkan refleksi pada siklus I, lalu dikembangkan tindakan siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II serupa pada siklus I. Pada dasarnya pelaksanaan tindakan pada siklus II untuk mengetahui apakah terjadi perubahan setelah pelaksanaan sikus I. Pada tahap refleksi siklus II target pencapaian keberhasilan dalam siklus II adalah terjadi peningkatan skor rata-rata nilai tes.

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

1. Aktivitas siswa meningkat dalam setiap siklus dan pada akhir siklus II aktivitas siswa lebih dari atau sama dengan 70% siswa aktif. Sebagai parameter aktifitas siswa adalah kerja sama dalam kelompok , menjawab pertanyaan dan menanggapi guru serta teman

(44)

28

G. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan melalui observasi dan tes. 1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw. Data aktivitas siswa yang diperoleh dengan menggunakan

lembar observasi aktivitas. 2. Tes

Tes yang diberikan berupa tes pada setiap akhir tindakan/siklus. Tes akhir bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model belajar kooperatif tipe

Jigsaw. Tes akhir juga digunakan untuk menentukan point peningkatan

hasil individu yang akan menentukan status kelompok dalam pemberian penghargaan. Dari hasil tes inilah akan diperoleh data hasil belajar siswa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah:

a. Foto atau gambar-gambar siswa kelas VII A SMPN 1 Waway Karya pada sebelum dan saat proses pembelajaran dengan menggunakan metode cooperatif lerning tipe Jigsaw.

(45)

29 c. Pekerjaan siswa.

d. Daftar hadir siswa. e. Bahan pelajaran.

Dari data aktivitas belajar, lalu diolah dalam bentuk persentase dengan

rumus: P = x100%

Dalam pembelajaran dengan model belajar kooperatif tipe Jigsaw, aktivitas siswsa dikatakan baik apabila lima ndikator dari enam indikator yang ada sudah tercapai dan salah satu indikator yang harus ada adalah indikator berdiskusi antar siswa (Ainy, 2004:47).

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa

(46)

30 a. Untuk mengetahui tingkat ketuntasan kelas terhadap mata pelajaran

digunakan

Rumus : 100%

siswa Jumlah

70 skor nendapat yang

siswa Jumlah

x

b. untuk mengetahui peningkatan persentase ketuntasan kelas dilakukan dengan membandingkan persentase ketuntasan kelas sebelum

(47)

59 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII A SMPN 1 Waway Karya pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari jumlah rata-rata aktivitas belajar siswa meningkat sebesar 16,41% dari 58,85% pada siklus I menjadi 75,26% pada siklus II.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A SMPN 1 Waway Karya pada materi pokok bahasan organisasi kehidupan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah rata-rata hasil tes siswa meningkat sebesar 5,94% dari 67,81% pada siklus I menjadi 73,75% pada siklus II, dan jumlah siswa yang tuntas belajar

(48)

60 B. Saran

Penelitian ini ada beberapa kelemahan yaitu:

Siswa banyak yang mengobrol diluar materi pelajaran dan beberapa siswa mengganggu kelompok lain jika guru kurang memonitor siswa yang menyebabkan kelas menjadi gaduh. Dari hasil penelitian tersebut peneliti memberikan saran:

1. Bagi guru, khususnya guru IPA Terpadu di SMPN 1 Waway Karya kiranya dapat mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA Terpadu siswa.

(49)

1 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi,1993. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Depdikbud.Jakarta. Arikunto, Suharsimi, Suharjono, dan Supardi, 2006. Penelitian Tindakan Kelas,

Bumi Aksara, Jakarta.

Depdiknas, 2003. Pendidikan menurut Undang-Undang, Jakarta. Diakses dari http//:www.depdiknas.co.id. (07.Mei 2012:08:00 Wib)

Djamarah, Syiful Bahri dan Aswan Zain, 2006, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta

Hamalik, Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara. Jakarta. Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.

Lundgren, 1994. Pembelajaran kooperatf. DEPDIKBUD. Bandung. Nasution, Sudirman, dan kawan-kawan, 1991, Ilmu Pendidikan, Remaja

Rosdakarya, Bandung cetakan V, Bandung

Nurhadi. 2004. Kurikulum berbasis kompetensi (Pertanyaan dan Jawaban). Grasindo. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2008, Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Prenada Media Group. Jakarta

Sardiman, A.M, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Erafindo Perkasa, Jakarta.

Slavin R.E, 2008, Cooperative Learning: Teori Riset dan Praktik, Terjemahan Lita, Nusa Media, Bandung.

Gambar

Tabel 1. Data aktivitas belajar IPA terpadu siswa kelas VII A semester    ganjil
Tabel 2. Nilai hasil belajar mata pelajaran IPA terpadu siswa kelas VII A semester
Gambar 1. Bagan Pembelajaran Tipe Jigsaw

Referensi

Dokumen terkait

Setelah data penelitian berupa nilai gain diuji dengan menggunakan uji U Mann Whitney, didapatkan bahwa tidak ada perbedaan nilai prestasi belajar yang signfikan antara

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan model persamaan laju pengeringan pada produk jamur tiram, mengetahui rasio rehidrasi produk jamur tiram, serta untuk

Kalibrasi dan validasi NIRS dilakukan terhadap kadar air dan kafein biji kopi. Model kalibrasi merupakan model yang menunjukkan tingkat korelasi antara fisiko kimia

Hal ini disebabkan daging pada fase prerigor ini hampir 50% protein-protein daging yang larut dalam larutan garam, dapat diekstraksi keluar dari

Pada Tabel 6 tampak bahwa faktor tingkat pendidikan, keikutsertaan dalam poktan, varietas yang ditanam, status petani dalam rumahtangga, status usahatani, status kepemilikan

JADWAL PELAKSANAAN TES TPA (KEMAMPUAN BIDANG) KUALIFIKASI CALON DOSEN.. PADA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Penulis mempelajari tentang divisi Account Executive ( AE ), karena AE adalah bagian vital yang merupakan awal dari proses Ad Acvtivity ini berjalan, di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Menganalisa kelayakan bisnis usaha Toko Ratna dari segi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspekfinansial.. (2) Memberikan