• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Sistem Informasi Ketersediaan Obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Sistem Informasi Ketersediaan Obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan unit pelaksana teknis pengelola obat di Dinas Kesehatan Kota Medan yang sangat berperan dalam menjamin ketersediaan obat di Kota Medan. Pelaksanaan sistem informasi pengelolaan obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan mengacu kepada sistem yang sudah ada yaitu berdasarkan Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas kemudian diolah secara manual dan sebagian lagi dengan komputer. Karena masih menggunakan cara yang manual dalam mengelola sistem informasi ketersediaan obat, sehingga terkadang informasi yang dihasilkan kurang akurat, relevan dan tepat waktu. Hal ini tentunya sangat berdampak terhadap efisiensi dan efektifitas dari informasi ketersediaan obat tersebut.

Tujuan perancangan sistem ini adalah terbentuknya manajemen pengelolaan obat yang dapat mengolah data dan menghasilkan informasi ketersediaan obat yang berkualitas untuk mendukung manajemen program obat dan perbekalan kesehatan di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan. Perancangan sistem ini menggunakan metode daur hidup (System development Life Cycle).

Hasil dari perancangan sistem ini adalah laporan ketersediaan stok obat, laporan obat masuk per tanggal, laporan obat masuk per bulan, laporan obat masuk per tahun, laporan obat keluar per tanggal, laporan obat keluar per bulan, laporan obat keluar per tahun dan laporan obat masuk per donor.

Saran yang dari perancangan sistem ini adalah kepada pihak Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan agar menggunakan perancangan ini menjadi sistem informasi ketersediaan obat, diperlukan pelatihan-pelatihan untuk admin dan operator sistem yang baru serta diharapkan ketelitian dalam penginputan data.

(3)

ABSTRACT

Pharmacy store Pekan Labuhan of Medan Helth Service is a technical implementation unit manager of the medicine in Medan Health Service were instrumental in ensuring the avalailability of medicine in the region of Medan Health Service. Implementation of management information systems medicine of Pharmacy Store Pekan Labuhan of Medan Health Service refers to the existing systems that is based on the report of medicine use and demand then processed manually and partly by a computer. Due to still use the manual way to manage the availability of medicine information systems, so sometimes the information generated is less accurate, relevant and timely. This is certainly a very impact on the efficiency and effectiveness of the medicine availaibility information.

The goal of designing this system is to have drugs control management that can process the data and produce the information of the good drugs availability for supporting the drugs programme management and health supply in Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan.

The design of this system uses system development life cycle. This life cycle has several stages. They are planning stage, analysing stage, designing stage, testing stage and keeping stage.The result of designing this system is the report of the drugs availability, drugs entry and out as of the date, month, year and donors.

After doing this research, there isa suggestion that can be applied in Gudang Farmasi Pekan Labuhan. It is to develop the system to be drugs availability information. It is needed some trainings for administrators and operators of the new system to have the accuracy in inputting the data.

(4)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Lestari Hariaty Simanjuntak Tempat/Tanggal Lahir : Balige, 06 November 1993

Alamat : Jl. Sei Mencirim Perumahan Boilevard no. 85M Kampung Lalang, medan Sunggal

Agama : Kristen Protestant

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 3 (tiga) Orang

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 174550 Balige Tahun 1999-2004 2. SMP Negeri 04 Balige Tahun 2004-2007 3. SMA Negeri 01 Balige Tahun 2007-2010

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2010-2014

Riwayat Organisasi :

1. Pengurus OSIS SMA Negeri 0 Balige Tahun 2006-2007

7. Anggota POMK FKM USU Tahun 2010-sekarang

Pelatihan yang Pernah Diikuti :

1. Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) GMKI Komisariat FKM USU Tahun 2011

2. Training on Substance Abuse, Addiction,

Reproductive Health Hepatitis, TB, STI‟s, HIV and

AIDS by Caritas Germany Indonesia at April 201 3. Kursus Latihan Kepemimpinan (KLK) GMKI

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Perancangan Sistem Informasi Ketersediaan Obat di Gudang Farmasi Pekan

Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2014” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen Kependudukan dan Biostatistika.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril

maupun material, penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Univesitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS., Ph.D selaku ketua Departemen

Kependudukan dan Biostatistika.

3. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa

diselesaikan dengan baik.

4. Bapak Drs. Abdul jalil Amri Arma, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini

bisa diselesaikan dengan baik.

5. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, MKM selaku Dosen Penguji I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsil ini.

(6)

6. Ibu Maya Fitria, SKM., M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan masukan terhadap skripsil ini.

7. Ibu Umi Salmah, SKM., M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam proses akademik.

8. Para Dosen serta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara terkhusus Departemen Kependudukan dan Biostatistika.

9. Ibu Drs. Hj. Usma Polita Nst, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota

Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan.

10.Bapak Rusmanto, S.Si, Apt selaku Kepala UPTD Gudang Farmasi Dinas

Kesehatan Kota Medan dan seluruh staf Gudang Farmasi Dinas Kesehatan

Kota Medan yang telah membantu dan membimbing penulis selama

melakukan penelitian.

11.Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua penulis Alm.

Wesly Simanjuntak dan Linda br. Marpaung. Untuk Ibu dan Ayah yang telah

menjadi orang tua terhebat sejagad raya, yang selalu memberikan motivasi,

nasehat, cinta, perhatian, dan kasih sayang serta doa yang tentu takkan bisa

penulis balas.

12.Abang dan Kakak saya Praka Agus Salim Purba, Katarina Simanjuntak,

Am.Keb, Wesron Simanjuntak Amd.Kom, Chintami Qorazon Rumapea, S.

Kom dan Kiki Novianti Situmorang, Amd.Kom serta Keponakan penulis

Andina dan Andika, terima kasih atas segala perhatian, kasih sayang, dan

(7)

motivator yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

ini.

13.Terkhusus kepada seseorang yang spesial abang Niko Johannes Hutabarat

yang telah memberikan segala perhatian, dukungan, kasih sayang, motivasi,

serta doanya sehingga menjadi bagian dari motivator yang luar biasa sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

14.Buat Mopi dan Lepi (Motor Pribadi dan Laptop Pribadi) penulis, terima kasih

telah menemani dan membantu penulis selama menyelesaikan proses belajar

di FKM USU.

15.Keluarga besar GMKI Komisariat FKM USU (Kak Titin, Kak Marlina, Kak

Devi, Kak Rini, Bang Gibeon, Kak Desima, Kak Sri, Bang Philip, Bang

Lucky, Bang Hotman, Tommy, Freddy, Dedi, Jane, Janni, Lamtiur, Elisabeth,

Riris, Sri Dewi, Medis, Rafika, Anjela, Aknesro, Marissa, Christina, Febrina,

Iana, Herly, Hernawati, Maria, dll) dan Badan Pengurus Cabang GMKI

Cabang Medan Masa Bakti 2013-2015 yang selalu memberikan senyuman

dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.Teman-teman di peminatan Biostatistika dan Informasi Kesehatan (Eko, Ziad,

Kak Iska, Kak Dila, Bang Fredy, Kak Jehan, dll) yang telah memberikan

dukungan, motivasi serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

17.Sahabat-sahabat yang tak terlupakan (Alvira Axza Fransiska br. Ginting,

Gentina Pardede, Evi Sriwahyuni, Sikap Berliana Sitepu, Nancy Sihombing,

(8)

teman berbagi dan sebagai motivator penulis selama menjalani proses belajar

di FKM USU.

18.Teman-teman PBL (Mak Ai, Mak Ghea, Nek Siti, Angkang Iin, Angkang Uci,

Mbakyu Men2, Babang Mia, Babang Ria dan Tisa Baby Huy2) yang telah

memberikan kenangan yang tidak terlupakan dan pelajaran berharga selama

masa PBL serta dukungan dan motivasi selama proses pengerjaan skripsi.

19.Pihak lain yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan atas bantuan

dan dukungannya selama ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca dan pihak yang berkepentingan.

Medan, Juli 2014

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi ... 11

2.1 Siklus Sistem Informasi ... 13

2.3 Perancangan Sistem Informasi ... 15

2.3.1 Defenisi Perancangan Sistem Informasi ... 15

2.3.2 Metode Perancangan Sistem Informasi ... 16

(10)

2.5.2.2Fungsi Gudang Farmasi di Kabupaten/Kota ... 29

2.5.3 Ruang Lingkup Pengelolaan Obat di Kabupaten atau Dati II ... 29

2.5.4 Dokumen-dokumen atau Formulir yang Harus Ada di Gudang Farmasi ... 30

2.5.5 Tata Cara Pengelolaan Obat/Perbekalan Farmasi di Gudang Farmasi Kabupaten ... 32

2.5.6 Definisi Obat dan Penggolongannya ... 35

2.6Microsoft Visual Basic 6.0 ... 41

2.6.1 Bahasa Pemograman Microsoft Visual Basic 6.0 ... 41

2.6.2 Elemen Microsoft Visual Basic 6.0 ... 42

BAB III METODE PERANCANGAN SISTEM 3.1 Tahap Perencanaan... 50

3.2 Tahap Analisis ... 51

3.2.1 Kelayakan Teknis ... 51

3.2.1.1Persiapan Perangkat Keras ... 51

3.2.1.2 Persiapan Perangkat Lunak ... 51

3.5 Pengumpulan Data dan Informasi ... 59

BAB IV HASIL PERANCANGAN SISTEM 4.1 Gambaran Umum Gudang FarmasiPekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan ... 61

4.2 Lokasi Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan ... 61

4.3 Uraian Tugas Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan ... 61

4.4 Puskesmas di Wilayah Dinas Kesehatan Kota Medan ... 63

4.5 Struktur Organisasi Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan ... 64

4.6 Prosedur Tetap Pengamprahan Obat ... 68

(11)

4.7.2.1 Perancangan Output Obat Masuk per Tanggal ... 76 BAB V HASIL DAN IMPLEMENTASI 5.1 Hasil ... 92

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 107

6.2 Saran ... 108

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Obat ... 55

Tabel 3.2 Data Donor ... 55

Tabel 3.3 Puskesmas ... 56

Tabel 3.4 Obat Masuk ... 56

Tabel 3.5 Obat Masuk Detail ... 57

Tabel 3.6 Obat Keluar ... 57

Tabel 3.7 Obat Keluar Detail ... 58

Tabel 4.1 Daftar Nama Puskesmas di Wilayah Dinas Kesehatan Kota Medan .. 63

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Transformasi data menjadi informasi ... 13

Gambar 2.2 Siklus Sistem Informasi ... 14

Gambar 2.3 Siklus Tahapan SDLC ... 20

Gambar 2.4 Tahapan-tahapan dalam SDLC ... 22

Gambar 2.5 Desain sistem... 25

Gambar 2.6 Lambang jenis obat bebas ... 36

Gambar 2.7 Lambang jenis obat bebas terbatas ... 38

Gambar 2.8 Peringatan dalam obat bebas terbatas... 39

Gambar 2.9 Lambang Golongan Obat Keras ... 40

Gambar 2.10 Lambang Golongan Narkotika ... 41

Gambar 2.11 Lambang Golongan Psikotropika ... 41

Gambar 2.12 Tampilan Menu Bar Microsoft Visual Basic 6.0 ... 43

Gambar 2.13 Tampilan Context Menu Microsoft Visual Basic 6.0 ... 44

Gambar 2.14 Tampilan Toolbar Microsoft Visual Basic 6.0 ... 44

Gambar 2.15 Tampilan Toolbox Tipe Standard Microsoft Visual Basic 6.0 ... 45

Gambar 2.16 Tampilan Toolbox Tipe VB Enterprise Edition Controls ... 45

Gambar 2.17 Tampilan Window Project Explorer ... 46

Gambar 2.18 Tampilan Window Properties... 46

Gambar 2.19 Tampilan Object Browser ... 47

Gambar 2.20 Tampilan Form Designer ... 48

Gambar 2.21 Tampilan Window Code Editor ... 48

Gambar 2.22 Tampilan Window Form Layout ... 49

Gambar 2.23 Tampilan Window Immediate... 49

Gambar 2.24 Tampilan Window Locals ... 50

Gambar 2.25 Tampilan Window Watches ... 55

Gambar 3.1 Perancangan Sistem... 48

Gambar 3.2 Perancangan Input ... 49

Gambar 3.3 Perancangan Output ... 52

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan ... 66

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan ... 68

Gambar 4.3 Prosedur Tetap Pengamprahan Obat ... 69

Gambar 4.4 Perancangan Input Data Obat ... 72

Gambar 4.5 Perancangan Input Data Donor ... 73

Gambar 4.6 Perancangan Input Data Puskesmas ... 74

Gambar 4.7 Perancangan Input Data Obat Masuk ... 75

Gambar 4.8 Perancangan Input Data Obat Keluar ... 76

Gambar 4.9 Perancangan Output Daftar Obat Masuk per Tanggal ... 77

Gambar 4.10 Perancangan Output Daftar Obat Masuk per Bulan ... 78

Gambar 4.11 Perancangan Output Daftar Obat Masuk per Tahun ... 79

Gambar 4.12 Perancangan Output Daftar Obat Keluar per Tanggal ... 79

(14)

Gambar 4.14 Perancangan Output Daftar Obat Keluar per Tahun ... 80

Gambar 4.15 Perancangan Output Ketersediaan Obat Keseluruhan ... 80

Gambar 4.16 Perancangan Output Obat Masuk per Donor ... 81

Gambar 4.17 Data Flow Diagram ... 82

Gambar 5.10 Hasil Program Laporan Obat Masuk per Bulan ... 102

Gambar 5.11 Hasil Program Laporan Obat Masuk per Tahun ... 102

Gambar 5.12 Hasil Program Laporan Obat Keluar per Tanggal ... 103

Gambar 5.13 Hasil Program Laporan Obat Keluar per Bulan ... 103

Gambar 5.14 Hasil Program Laporan Obat Keluar per Tahun ... 104

Gambar 4.15 Hasil Program laporan Obat Keluar per Donor ... 104

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran Gambar ... xvi

Lampiran 2 Lampiran Pemograman Microsoft Visual Basic 6.0 ... xx

Lampiran 3 Kartu Persediaan Obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan ... xxx

(16)

ABSTRAK

Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan unit pelaksana teknis pengelola obat di Dinas Kesehatan Kota Medan yang sangat berperan dalam menjamin ketersediaan obat di Kota Medan. Pelaksanaan sistem informasi pengelolaan obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan mengacu kepada sistem yang sudah ada yaitu berdasarkan Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas kemudian diolah secara manual dan sebagian lagi dengan komputer. Karena masih menggunakan cara yang manual dalam mengelola sistem informasi ketersediaan obat, sehingga terkadang informasi yang dihasilkan kurang akurat, relevan dan tepat waktu. Hal ini tentunya sangat berdampak terhadap efisiensi dan efektifitas dari informasi ketersediaan obat tersebut.

Tujuan perancangan sistem ini adalah terbentuknya manajemen pengelolaan obat yang dapat mengolah data dan menghasilkan informasi ketersediaan obat yang berkualitas untuk mendukung manajemen program obat dan perbekalan kesehatan di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan. Perancangan sistem ini menggunakan metode daur hidup (System development Life Cycle).

Hasil dari perancangan sistem ini adalah laporan ketersediaan stok obat, laporan obat masuk per tanggal, laporan obat masuk per bulan, laporan obat masuk per tahun, laporan obat keluar per tanggal, laporan obat keluar per bulan, laporan obat keluar per tahun dan laporan obat masuk per donor.

Saran yang dari perancangan sistem ini adalah kepada pihak Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Medan agar menggunakan perancangan ini menjadi sistem informasi ketersediaan obat, diperlukan pelatihan-pelatihan untuk admin dan operator sistem yang baru serta diharapkan ketelitian dalam penginputan data.

(17)

ABSTRACT

Pharmacy store Pekan Labuhan of Medan Helth Service is a technical implementation unit manager of the medicine in Medan Health Service were instrumental in ensuring the avalailability of medicine in the region of Medan Health Service. Implementation of management information systems medicine of Pharmacy Store Pekan Labuhan of Medan Health Service refers to the existing systems that is based on the report of medicine use and demand then processed manually and partly by a computer. Due to still use the manual way to manage the availability of medicine information systems, so sometimes the information generated is less accurate, relevant and timely. This is certainly a very impact on the efficiency and effectiveness of the medicine availaibility information.

The goal of designing this system is to have drugs control management that can process the data and produce the information of the good drugs availability for supporting the drugs programme management and health supply in Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan.

The design of this system uses system development life cycle. This life cycle has several stages. They are planning stage, analysing stage, designing stage, testing stage and keeping stage.The result of designing this system is the report of the drugs availability, drugs entry and out as of the date, month, year and donors.

After doing this research, there isa suggestion that can be applied in Gudang Farmasi Pekan Labuhan. It is to develop the system to be drugs availability information. It is needed some trainings for administrators and operators of the new system to have the accuracy in inputting the data.

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Era global dikenal juga dengan istilah era informasi, dimana informasi telah

menjadi salah satu kebutuhan dari setiap orang. Informasi merupakan hasil

pemrosesan data menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan

yang relevan yang dibutuhkan pemakainya guna mencapai suatu tujuan.

Melalui informasi seseorang dapat mengetahui bagaimana perkembangan

zaman sekarang, apa yang akan terjadi dan bagaimana untuk menanggapi setiap hal

yang akan terjadi ke depannya. Saat ini informasi semakin mudah diperoleh, sudah

semakin banyak variasi bentuknya, serta semakin banyak kegunaannya (Wahyu,

2004).

Untuk menghasilkan informasi, maka dibutuhkan suatu sistem informasi (SI).

Sebuah sistem informasi (SI) merupakan kumpulan elemen yang saling berhubungan

satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk mengintegrasikan data,

memproses, dan menyimpan serta mendistribusikan informasi yang mendukung

pembuatan keputusan dan melakukan kontrol terhadap jalannya perusahaan. Selain

menunjang proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengawasan sistem

informasi juga dapat membantu manusia dalam menganalisis permasalahan,

menggambarkan hal-hal yang rumit dan menciptakan produk baru (Kenneth, 2005).

Perkembangan dunia sistem informasi pada saat ini sudah sedemikian pesat

dan merambah ke berbagai sisi kehidupan manusia. Perkembangan yang demikian

tersebut didukung oleh tersedianya perangkat keras maupun perangkat lunak yang

(19)

Kualitas informasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu keakuratan data,

ketepatan waktu, ketepatan orang yang menerima, serta penyajiannya yang sempurna.

Pada masa kini, untuk menghasilkan informasi yang berkualitas prima, maka

dibutuhkan teknologi komputer yang kemudian dikenal dengan sebutan teknologi

informasi atau Information Communication Technologi (ICT) yang telah terbukti

memiliki kinerja yang sangat unggul. Teknologi informasi digunakan sebagai basis

pembangunan sistem informasi yang akan memberikan jaminan kelancaran aliran

data dan informasi serta keakuratan hasil pengolahan data.

Pembangunan di bidang kesehatan adalah mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diselenggarakan

upaya kesehatan yang menyeluruh dan terpadu. Berbagai upaya dalam

penyelenggaraan kesehatan telah dilaksanakan dan obat merupakan salah satu unsur

terpenting.

Pembangunan di bidang obat antara lain bertujuan untuk menjamin

tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan kebutuhan,

dengan mutu terjamin dan tersebar secara merata serta teratur sehingga mudah

diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat, serta meningkatkan ketepatan,

kerasionalan dan efisiensi penggunaan obat (Depkes, 2005).

Saat ini obat sudah menjadi kebutuhan pokok pelayanan kesehatan masyarakat.

Persepsi masyarakat tentang hasil pelayanan kesehatan adalah menerima obat setelah

mereka berkunjung ke sarana kesehatan, seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik

(20)

Mengingat bahwa obat merupakan elemen penting dalam pelayanan kesehatan

serta besarnya biaya yang diserap untuk pengadaan obat, maka pengelolaan obat

harus terus menerus ditingkatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan program

pelayanan kesehatan dasar. Pengelolaan obat yang tidak efisien menyebabkan tingkat

ketersediaan obat menjadi berkurang, terjadi kekosongan obat, banyaknya obat yang

menumpuk akibat dari perencanaan obat yang tidak sesuai, biaya obat yang menjadi

mahal disebabkan penggunaan obat yang tidak rasional serta banyaknya obat yang

kadaluarsa yang disebabkan sistem distribusi yang kurang baik.

Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang tidak

tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, obat perlu dikelola dengan

baik, efektif dan efisien. Tujuan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan adalah

untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dengan jenis dan

jumlah yang cukup, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat.

Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Kabupaten/Kota memegang peranan

yang sangat penting dalam menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan

obat untuk pelayanan kesehatan dasar.

Dengan diserahkannya Gudang Farmasi kepada pemerintah daerah, organisasi

tersebut tidak selalu eksis di setiap Kabupaten/Kota. Untuk Kabupaten/Kota yang

masih mempertahankan Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) dengan segala

implikasinya, minimal pengelolaan obat berjalan sebagaimana semula. Dalam artian

ada penanggung jawab, personal terlatih, sistem pengelolaan obat dan juga sarana

(21)

kemungkinan pengelolaan obat tidak berjalan sebagaimana mestinya relatif besar,

karena personal terlatih dipindah tugaskan atau sarana diubah peruntukannya.

Demikian pula halnya dengan mekanisme pengelolaan obat yang telah dibina

bertahun-tahun dirubah tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Selain

kemungkinan tersebut, ada alternatif lain yang bahkan menjadi lebih baik seperti :

bila semula ada UPTD Farmasi dan Gudang Farmasi dijadikan satu wadah,

sarana, personal dan mekanisme pengelolaan obat, ada pelatihan lanjutan bagi

petugas terlatih dan sebagainya. Adanya Otonomi daerah membuka berbagai

peluang terjadi perubahan yang sangat mendasar di masing- masing Kabupaten/Kota

dalam melaksanakan pengelolaan obat.

Pada era sentralisasi, jaminan mutu dilakukan oleh Badan POM sedangkan

pada era desentralisasi jaminan mutu menjadi tanggung jawab Balai POM.

Penjaminan mutu oleh Balai POM ditingkat kabupaten/kota belum sepenuhnya

dilakukan. Monitoring dan supervisi pengelolaan obat dilakukan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota. Dinkes berperan ganda sebagai regulator dan operator pengelolaan

obat sehingga monitoringnya belum sepenuhnya dilakukan.

Proses pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan,

tahap pengadaan, penyimpanan, tahap distribusi dan tahap penggunaan. Pengadaan

obat adalah salah satu aspek penting dan menentukan dalam pengelolaan obat. Tujuan

pengadaan obat adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai

dengan kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat yang

(22)

Untuk mencapai tujuan tersebut, perencanaan yang merupakan salah satu fungsi

dari pengelolaan obat harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga obat yang telah

direncanakan sesuai dengan kebutuhan, tepat sasaran dan tepat guna. Untuk

mendukung hal ini, perencanaan obat secara terpadu antara obat untuk pelayanan

kesehatan dasar merupakan langkah yang harus dilakukan agar tidak terjadi tumpang

tindih dalam perencanaan dan pengadaan obat di sektor publik.

Pengelolaan obat yang tidak efisien menyebabkan tingkat ketersediaan obat

menjadi kurang ataupun banyak obat tertentu yang menumpuk akibat perencanaan

kebutuhan obat yang tidak sesuai, biaya obat menjadi mahal disebabkan tidak

rasionalnya penggunaan obat, banyaknya obat yang kadaluarsa karena sistem

distribusi yang kurang baik, sehingga akan berdampak kepada inefisiensi penggunaan

anggaran/ biaya obat di tingkat kabupaten/kota.

Untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien pemerintah telah menetapkan

berbagai kebijaksanaan bagi seluruh upaya dan kegiatan di bidang obat antara lain

penyampaian konsep Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Obat Generik serta

peningkatan pengelolaan obat mulai dari pusat sampai ke Kabupaten/Kota. Konsep

DOEN dan Obat Generik bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana

dan ketepatan serta kerasionalan penggunaan obat, sedangkan peningkatan pelayanan

obat dilakukan dengan membangun Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) di setiap

Kabupaten/Kodya (KONAS, 2006). Peraturan dan pedoman tentang tata cara

pengelolaan obat di Kabupaten/Kota tercantum dalam Surat Keputusan Menteri

(23)

Pengadaan obat pada pelayanan kesehatan sektor pemerintah saat ini dibiayai

melalui berbagai sumber anggaran, seperti APBD Tingkat I dan II, PT. ASKES,

APBN dan sumber-sumber lainnya. Pelaksanaan pengelolaan biaya pengadaan obat

tersebut dilaksanakan oleh instansi pelayanan kesehatan baik di tingkat Nasional,

Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Namun pada kenyataannya belum dapat

memenuhi kebutuhan obat di unit-unit pelayanan kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh

berbagai masalah pada aspek ketersediaan obat. Untuk itu ketersediaan obat yang

baik pada tingkat unit pelayanan kesehatan harus terus ditingkatkan agar dapat

berdaya guna dan berhasil guna bagi peningkatan upaya-upaya pelayanan kesehatan.

Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan

unit pelaksana teknis pengelola obat di Dinas Kesehatan Kota Medan yang sangat

berperan dalam menjamin ketersediaan obat di Kota Medan. Kegiatan pengelolaan

obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan meliputi

perencanaan, penyimpanan, pendistribusian serta pencatatan dan pelaporan. Obat

yang dikelola selama ini adalah obat yang berasal dari berbagai sumber anggaran,

seperti BPJS, DAK, DAU, ASKES, Program Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,

dan BDB. Saat ini dalam pembuatan laporannya masih menggunakan cara manual

dengan melakukan pencatatan pada saat penerimaan dan pendistribusian obat,

sehingga kemungkinan terjadi kesalahan maupun keterlambatan dalam pembuatan

laporan ketersediaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota

Medan karena membutuhkan waktu yang cukup lama dan pencatatan yang akurat

(24)

Sistem informasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

pengelolaan obat, karena keberadaan informasi tersebut dapat menentukan kelancaran

dan kualitas proses kerja dan dapat menjadi ukuran kinerja organisasi. Informasi yang

dihasilkan oleh sistem akan bermanfaat bagi pengambilan keputusan jika informasi

tersebut dihasilkan dari proses pengolahan data yang lengkap, tepat waktu dan akurat

(Jogiyanto, 2005).

Sistem informasi ketersediaan obat merupakan faktor yang sangat penting

dalam menunjang pengelolaan obat yang baik. Permasalahan dalam sistem informasi

berpengaruh terhadap fungsi pengelolaan obat, terutama pada aspek perencanaan,

pengadaan, penyimpanan dan distribusi. Sebagai suatu sistem, maka hasil kegiatan

dari setiap unit yang terlibat dalam pengelolaan obat akan bermanfaat bagi unit itu

sendiri maupun unit lain. Bila terjadi suatu keterlambatan pada satu unit akan

berakibat dan berpengaruh langsung pada pengelolaan obat Kabupaten/Kota (Depkes

RI, 2005).

Pelaksanaan sistem informasi pengelolaan obat di Gudang Farmasi Pekan

Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan mengacu kepada sistem yang sudah ada yaitu

berdasarkan Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas

kemudian diolah secara manual dan sebagian lagi dengan komputer. Sedangkan di

tingkat Puskesmas pengolahan dan analisis data program pengelolaan obat dilakukan

secara manual. Menurut Isman (2007) “Keterlambatan dan ketidaklengkapan dalam

penyampaian LPLPO berakibat pada tidak tepatnya distribusi obat ke unit pelayanan

(25)

Berdasarkan fakta ada terdapat beberapa penyebab masalah pada sistem

informasi program pengelolaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas

Kesehatan Kota Medan diantaranya adalah proses pengolahan dan analisis data di

Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan belum optimal

khususnya dalam pemanfaatan komputer pada saat pengelolaan data obat dan di

tingkat Puskesmas masih dengan sistem manual.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis melakukan penelitian untuk

merancang sistem informasi ketersediaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan

Dinas Kesehatan Kota Medan, sesuai dengan ketersediaan data, kondisi dan

kebutuhan informasi yang ada di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan

Kota Medan. Sistem informasi ini diharapkan dapat dipakai untuk perbaikan kinerja,

perbaikan manajemen, dan membantu mengoptimalkan fungsi ketersediaan obat di

Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat disimpulkan bahwa belum

optimalnya pengelolaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan

Kota Medan dikarenakan sebagai berikut:

1. Proses pengolahan dan analisis data di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan belum optimal khususnya dalam pemanfaatan komputer

pada saat pengelolaan data obat.

(26)

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Terbentuknya Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan Obat yang dapat

mengolah data dan menghasilkan informasi ketersediaan obat yang berkualitas untuk

mendukung manajemen Program Obat dan Perbekalan Kesehatan di Gudang Farmasi

Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Membuat form Utama.

2. Membuat form Obat.

3. Membuat form Donor.

4. Membuat form Puskesmas.

5. Membuat form Obat Masuk.

6. Membuat form Obat Keluar.

7. Membuat form Laporan.

8. Membuat form Laporan Ketersediaan Obat.

9. Membuat form Laporan Obat Masuk per Tanggal

10. Membuat form Laporan Obat Masuk per Bulan

11. Membuat form Laporan Obat Masuk per Tahun

12. Membuat form Laporan Obat Keluar per Tanggal

13. Membuat form Laporan Obat Keluar per Bulan

14. Membuat form Laporan Obat Keluar per Tahun

(27)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Untuk Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota Medan

a. Dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas petugas`dalam pengelolaan

informasi ketersediaan obat di Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan

Kota Medan.

b. Sistem Informasi Ketersediaan Obat yang dirancang ini diharapkan

diimplementasikan pada Gudang Farmasi Pekan Labuhan Dinas Kesehatan Kota

Medan dan dapat membantu pihak manejemen dalam melakukan perencanaan,

evaluasi, serta menghasilkan informasi yang cepat, tepat dan lengkap terhadap

ketersediaan obat di GFK.

1.4.2 Untuk Peneliti

Dapat menambah pemahaman dan pengalaman serta wawasan peneliti dalam

merancang sistem informasi ketersediaan obat yang berguna untuk mendukung

terwujudnya sistem informasi pelayanan kesehatan yang akurat, relevan dan tepat

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi

Pada dasarnya, sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau

terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai gambaran, jika

dalam sebuah sistem terdapat elemen yang tidak memberikan manfaat dalam

mencapai tujuan yang sama, maka elemen tersebut dapat dipastikan bukanlah sebagai

bagian dari sistem. Sistem terdiri dari unsur yang dapat dikenal, saling melengkapi

karena satu maksud, tujuan, dan sasaran yang hendak dicapai. Suatu sistem terdiri

dari beberapa sub sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk

meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja.

Menurut Jogiyanto (2005) sistem adalah sebagai jaringan kerja dan

prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

kegiatan atau untuk menyelesaikan sasaran tertentu. Sedangkan menurut Sutedjo

(2002), sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang

membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan.

Jadi sistem dapat diartikan juga sebagai sekelompok komponen yang saling

berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima

input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur untuk

mencapai suatu tujan yang diharapkan.

Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi berbagai pihak dalam

(29)

dapat diperoleh melalui processing sistem atau information generating sistem.

Informasi dihasilkan oleh suatu sistem informasi perusahaan untuk dimanfaatkan oleh

pengguna intern atau ekstern. Pengguna internal terdiri dari para manajer dan

karyawan perusahaan. Pengguna ekstern terdiri dari pihak-pihak yang berkepentingan

di luar perusahaan, seperti konsumen, badan-badan pemerintah dan serikat pekerja.

Menurut Jogiyanto (2005) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk

yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Sementara menurut Sutedjo (2002), informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap

elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan

pengetahuan yang relevan yag dibutuhkan oleh orang untuk menambah

pemahamannya terhadap fakta-fakta yang ada.

Jadi informasi dapat diartikan sebagai hasil pemrosesan data menjadi bentuk

yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang dibutuhkan

pemakainya guna mencapai suatu tujuan.

Sistem informasi merupakan sekumpulan prosedur organisasi yang pada saat

dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambilan keputusan untuk

pengendalian organisasi. Sebuah sistem informasi (SI) merupakan kumpulan elemen

yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk

mengintegrasikan data, memproses, dan menyimpan serta mendistribusikan informasi

yang mendukung pembuatan keputusan dan melakukan kontrol terhadap jalannya

perusahaan. Selain menunjang proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan

(30)

permasalahan, menggambarkan hal-hal yang rumit dan menciptakan produk baru

(Kenneth, 2005).

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulianti Suleman yang dimuat dalam

naskah publikasi STMIK Amikom Yogyakarta tahun 2011 yang berjudul “Analisis

Dan Perancangan Sistem Informasi Penjualan Pada Butik Rera Yogyakarta”

dijelaskan bahwa Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi

yang mempertemukan kebutuhan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat

manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar

tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. (Yulianti, 2011). Sistem Informasi

merupakan suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna

mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan dalam suatu organisasi.

2.2 Siklus Sistem Informasi

Siklus informasi adalah gambaran secara umum mengenai proses terhadap

data sehingga menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengguna. Informasi yang

menghasilkan informasi berikutnya. Demikian seterusnya proses pengolahan data

menjadi informasi. Proses menghasilkan informasi harus melalui tahapan-tahapan

yang dilakukan komputer sebagai teknologi informasi. Tahapan-tahapan tersebut

terdiri atas Input - Proses - Output yang disebut sebagai siklus proses informasi.

Artinya, bila tahap telah sampai pada output maka output tersebut dapat dijadikan

input kembali. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa informasi yang dihasilkan

(31)

Gambar 2.1 Transformasi data menjadi Informasi

Gambar 2.2 Siklus Sistem Informasi

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa data diolah melalui suatu model

menjadi sebuah infomasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat

seuatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan tindakan lain

yang akan membuat sejumlah data kembali, data yang di tangkap dianggap sebagai

input diproses kembali melalui model, dan begitu seterusnya membentuk sebuah

siklus.

(32)

2.3 Perancangan Sistem Informasi 2.3.1 Defenisi Perancangan Sistem

Pembuatan sistem informasi ketersediaan obat dibutuhkan adanya

perancangan tentang apa yang akan dibuat dan apa yang akan dihasilkan. Adanya

suatu rancangan dalam sistem informasi, maka kita akan tahu kemana tujuan kita.

Menurut Susanto (2004) perancangan adalah spesifikasi umum dan terinci

dari pemecahan masalah berbasis komputer yang telah dipilih selama tahap analisis.

Berdasarkan dua definisi perancangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

perancangan merupakan suatu alternatif untuk memecahkan masalah dan yang telah

dipilih selama tahap analisis dalam pemecahan masalah yang dihadapi perusahaan.

Perancangan Sistem dapat didefenisikan sebagai penggambaran, perencanaan,

dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah kedalam

satu kesatuan yang utuh dan berfungsi (Jogiyanto, 2001). Perancangan sistem

menentukan bagaimana suatu sistem akan menyelesaikan apa yang seharusnya

diselesaikan. Tahap ini menyangkut mengkonfigurasikan dari komponen-komponen

perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu sistem sehingga setelah instalasi dari

sistem akan benar-benar memuaskan rancangan bangun yang telah ditetapkan pada

akhir tahap analisa sistem.

Menurut Jogiyanto (2001) tujuan utama perancangan sistem adalah:

(33)

b) Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap

kepada programmer.

Kedua tujuan ini lebih berfokus pada perancangan atau desain siatem yang

terinci yaitu pembuatan rancang bangun yang jelas dan lengkap yang nantinya

digunakan untuk pembuatan program komputernya.

2.3.2 Metode Perancangan Sistem Informasi

Beberapa metode perancangan sistem informasi yang terdiri dari tahapan diantaranya:

A. Metode System Development Life Cycle (SDLC)

System Development Life Cycle (SDLC) menurut Susanto (2004) menyatakan

bahwa : “System Development Life Cycle (SDLC) adalah salah satu metode

pengembangan sistem informasi yang popular pada saat sistem informasi pertama

kali dikembangkan.” Metode SDLC adalah tahap-tahap pengembangan sistem

informasi yang pertama kali dikembangkan yang dilakukan oleh analisis sistem dan

programmer untuk membangun sebuah sistem informasi.

Dalam perancangan sebuah sistem, kita mengenal konsep SDLC (system

development life cycle). Secara global definisi SDLC dapat dikatakan sebagai suatu

proses berkesinambungan untuk menciptakan atau merubah sebuah sistem,

merupakan sebuah model atau metodologi yang digunakan untuk melakukan

perancangan sistem. Dapat dikatakan dalam SDLC merupakan usaha bagaimana

sebuah sistem informasi dapat mendukung kebutuhan bisnis, rancangan dan

(34)

Metode SDLC ini seringkali dinamakan sebagai proses pemecahan masalah,

yang langkah-langkahnya adalah :

1. Analisis Tahap

Mempelajari sistem informasi yang sedang berjalan sangat berguna untuk

mngetahui sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh masalah, sehingga akan

menghasilkan pelaporan yang mengungkapkan adanya permasalahan.

2. Perancangan

Memahami bagaimana menterjemahkan keinginan pemakai sistem informasi

tersebut kedalam bahasa komputer, untuk memulai merancang suatu sistem

informasi baru yang meliputi : input, file-file database dan output, bahasa yang

digunakan, metode dan prosedur serta pengendalian.

3. Penerapan

Hasil penyusunan sistem informasi adalah sebuah software komputer yang siap

digunakan untuk kebutuhan user untuk dioperasikan.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan analis adalah dengan melakukan perbaikan dan

pemeliharaan pada kesalahan atau kegagalan yang timbul dalam penggunaan

sistem informasi.

B. Metode Prototyping

Adapun definisi Prototyping menurut Susanto (2004) menyatakan bahwa:

(35)

akuntansi, tidak hanya sekedar suatu evolusi dari metode pengembangan sistem

informasi yang sudah ada tetapi sekaligus merupakan revolusi dalam pengembangan

sistem informasi akuntansi.”

Metode Prototyping merupakan model kerja dari sebuah sistem informasi

yang belum lengkap. Teknik yang dilakukan dalam penerapan metode prototyping

adalah sebagai berikut :

1. Teknik perancangan model, merupakan bagian terpenting dalam metode

prototyping yang digunakan sebagai alat untuk menjadikan model menjadi

sistem informasi yang sebenarnya.

2. Teknik perancangan dialog, disusun agar keterlibatan user menjadi jelas dan

fleksibel. Aspek perancangan dalam dialog mencakup keseluruhan unsur seperti

perintah-perintah dalam sistem informasi.

3. Teknik simulasi, digunakan untuk menunjukkan bagaimana cara kerja sebuah

sistem informasi yang akan diterapkan dengan baik untuk mengoperasikan

sistem informasi yang akan digunakan.

Penggunaan metode prototyping dalam beberapa siklus sistem informasi ini

dikelompokan menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Feasibility Prototyping

Digunakan untuk menguji kelayakan teknologi yang akan digunakan untuk

sistem informasi yang akan disusun.

b. Requirement Prototyping

Juga disebut sebagai discovery prtototyping yang digunakan untuk mengetahui

(36)

c. Desain Prototyping

Digunakan untuk mendorong perancangan sistem informasi yang akan

digunakan.

d. Implementation Prototyping

Atau disebut juga production prototyping adalah kelanjutan dan rancangan

prototype yang langsung disusun sebagai sistem informasi manajemen yang akan

digunakan.

C. Metode Rapid Application Development (Rad)

Adapun definisi Rapid Application Development (RAD) menurut (Susanto,

2004) menyatakan bahwa : “Rapid Application Development (RAD) adalah

pengembangan dari beberapa metode atau teknik terstruktur (khususnya dalam

pengolahan data untuk menghasilkan informasi), misalnya dengan mengintegrasikan

metode Prototyping, metode SDLC dan teknik Joint Apllication Development untuk

mempercepat pengembangan sistem informasi.”

Metode Rapid Application Development (RAD) memiliki tiga faktor utama

yaitu: kelompok pemakai sistem harus memiliki staf senior yang benar-benar

berdedikasi terhadap pengembangan sistem informasi yang memudahkan mereka

dalam berhubungan dengan pengembangan sistem, tim pengembang sistem harus

stabil dan memiliki kemampuan yang memadai, dan lingkup aplikasi harus komersial

(37)

2.4 Perancangan Sistem Informasi dengan Metode System Development Life Cycle (SDLC)

Untuk mengembangkan suatu sistem informasi, kebanyakan organisasi

menggunakan suatu metodologi yang disebut metodologi perancangan sistem. Yang

dimaksud metodologi ini adalah suatu proses standar yang diikuti oleh organisasi

untuk melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan untuk menganalisa, merancang,

mengimplementasikan, dan memelihara sistem informasi (Hoffer, 1998).

Seperti yang berlaku pada kebanyakan proses, perancangan sistem informasi

juga memiliki daur hidup. Daur hidupnya disebut daur perancangan sistem informasi (O‟Brien, 2001) atau secara umum dinamakan SLDC (System Development Life Cycle) atau daur hidup perancangan sistem. SLDC merupakan

metodologi klasik yang digunakan untuk mengembangkan, memelihara, dan

(38)

Gambar 2.3 Siklus Tahapan SDLC

Beberapa pendapat para ahli terhadap fase maupun tahapan metode SDLC.

Sumber Tahapan-tahapan dalam SDLC

Fabbri dan

Schwab (1992)

Studi kelayakan, rencana awal, analisis sistem, desain sistem,

dan implementas sistem.

Hoffer, George,

dan Valacich

(1998)

Identifikasi dan seleksi proyek, inisiasi dan perencanaan

proyek, analisis, perancangan logis, perancangan fisik,

implementasi, dan pemeliharaan.

Turban, McLean,

dan Wetherbe

(1999)

Inisiasi proyek, analisis sistem dan studi kelayakan, analisis dan

perencangan logis, akuisisi atau perancangan, implementasi,

operasi, evaluasi pasca audit, dan pemeliharaan.

Zwass (1998) Studi kelayakan, analisis kebutuhan, perancagan logis,

perancangan fisik, pengkodean dan pengujia, konversi, dan

(39)

Meskipun jumlah tahapan dalam SDLC dalam berbagai literature

berbeda-beda, pada prinsipnya secara keseluruhan semua proses yang dilakukan sama saja.

Model air terjun SDLC diperlihatkan pada gambar berikut.

(40)

2.4.1 Analisis Sistem

Analisis sistem bertujuan untuk menentukan hal-hal detail tentang yang akan

dikerjakan oleh sistem yang diusulkan dan bukan bagaimana caranya. Analisis sistem

berfungsi untuk memastikan bahwa rancangan sistem memenuhi persyaratan yang

mencakup keakurasian, kontrol, keamanan, dan kemudahan diaudit.

Merupakan langkah pertama dalam SDLC keseluruhan informasi yang

dibutuhkan oleh sistem: identifikasi, analisis, prioritas, dan susun ulang. Dalam

tahapan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya mengidentifikasi

proyek-proyek yang potensial, melakukan klasifikasi dan merangking proyek, dan

memilih proyek untuk dikembangkan. Aktivitas yang biasa dilakukan pada tahap ini

meliputi mewawancarai manajemen pengguna, merangkum pengetahuan yang

didapatkan, dan mengestimasi cakupan proyek dan mendokumentasikan hasilnya.

Tahapan ini akan menghasilkan laporan kelayakan yang berisi definisi masalah dan

rangkuman tujuan yang ingin dicapai dari proyek yang dipilih.

Analisis sistem mencakup studi kelayakan dan analisis kebutuhan.

2.4.1.1 Studi Kelayakan

Studi kelayakan digunakan untuk menentukan keberhasilan solusi yang

diusulkan. Tahapan ini berguna untuk memastikan bahwa solusi yang diusulkan

tersebut benar-benar dapat dicapai dengan sumber daya dan dengan memperhatikan

kendala yang terdapat pada perusahaan serta dampak terhadap lingkungan sekeliling.

Studi kelayakan meliputi:

(41)

b. Pembentukan sasaran sistem baru secara keseluruhan.

c. Pengidentifikasian para pemakai sistem.

d. Pembentukan lingkup sistem.

e. Pengusulan perangkat lunak dan perangkat keras untuk sistem baru.

f. Pembuatan analisis biaya/manfaat.

g. Pengkajian terhadap risiko proyek.

h. Pemberian rekomendasi untuk meneruskan atau menghentikan proyek.

2.4.1.2 Analisis Kebutuhan

Tahapan analisis adalah tahapan dimana sistem yang sedang berjalan

dipelajari dan sistem pengganti diusulkan. Dalam tahapan ini dideskripsikan sistem

yang sedang berjalan, masalah, kesempatan didefinisikan, dan rekomendasi umum

untuk bagaimana memperbaiki, meningkatkan atau mengganti sistem yang sedang

berjalan diusulkan. Tujuannya adalah untuk memahami dan mendokumentasikan

kebutuhan bisnis dan persyaratan proses dari sistem baru.

Analisis kebutuhan dilakukan untuk menghasilkan spesifikasi kebutuhan atau

disebut juga dengan spesifikasi fungsional. Spesifikasi kebutuhan adalah spesifikasi

yang rinci tentang hal-hal yang akan dilakukan sistem ketika diimplementasikan.

Spesifikasi ini sekaligus dipakai untuk membuat kesepakatan antara pengembang

sistem, pemakai yang kelak menggunakan sistem, manajemen, dan mitra kerja yang

lain.

Analisis kebutuhan ini diperlukan untuk menentukan keluaran yang akan

(42)

untuk mengolah masukan menjadi keluaran, volume data yang akan ditangani sistem,

jumlah pemakai dan kategori pemakai, serta kontrol terhadap sistem.

2.4.2 Desain Sistem

Desain sistem dibagi menjadi dua sub tahapan, yakni perancangan konseptual

dan perancangan fisik. Keduanya memiliki sejumlah aktivitas sebagaimana

diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Analisis

Dokumentasi Rencana Pengujian Rencana Konversi

Implementasi sistem

(43)

Gambar 2.5 Desain Sistem

Tujuan dari desain sistem secara umum adalah untuk memberikan gambaran

secara umum kepada user tentang sistem yang baru. Desain sistem secara umum

merupakan persiapan dari desain secara terinci. Desain secara umum

mengidentifikasikan komponen-komponen sistem informasi yang akan didesain

secara rinci. Desain terinci dimaksudkan untuk pemrogram komputer dan ahli teknik

lainnya yang akan mengimplementasi sistem.

Tahap desain sistem secara umum dilakukan setelah tahap analisis sistem

selesai dilakukan dan hasil analisis disetujui oleh manajemen. Pada tahap desain

secara umum, komponen-komponen sistem informasi dirancang dengan tujuan untuk

dikomunikasi kepada user bukan untuk pemrogram. Komponen sistem informasi

yang didesain adalah model, output, input, database, teknologi dan kontrol.

Pada tahapan ini ada beberapa aktivitas utama, yaitu merancang dan

mengintegrasikan jaringan, arsitektur aplikasi, mendesain antar muka pengguna,

mendesain sistem antar muka, mendesain dan mengintegrasikan data base, membuat

prototipe untuk detail dari desain, dan mendesain serta mengintegrasikan kendali

sistem Perancangan konseptual sering juga disebut dengan perancangan logis. Dalam

perancangan konseptual ada tiga langkah penting yang dilakukan yaitu evaluasi

alternatif rancangan, penyiapan spesifikasi rancangan, dan penyiapan laporan

rancangan sistem secara konseptual. Pada perancangan fisik, rancagan yang bersifat

(44)

lengkap tentang modul-modul sistem dan antarmuka antamodul, serta rancangan

basis data secara fisik.

2.4.3 Implementasi Sistem

Pada tahapan ini dilakukan testing dan instalasi. Testing adalah menguji hasil

kode program yang telah dihasilkan dari tahapan desain. Sedangkan instalasi adalah

tindak lanjut setelah diadakan testing yaitu menggabungkan dan menginstal

perangkat lunak dan perangkat keras pada organisasi dan secara resmi mulai

digunakan untuk menggatikan sistem lama.

Pada implementasi sistem ada berbagai kegiatan yang dilakukan yaitu:

a. Pemograman dan pengujian

Pemograman adalah aktivitas pembuatan program atau sederetan instruksi yang

digunakan untuk mengatur komputer agar bekerja sesuai dengan maksud

masng-masing instruksi.

b. Instalasi perangkat keras dan perangkat lunak

c. Pelatihan kepada pemakai

d. Pembuatan dokumentasi

e. Konversi

Konversi merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan sistem baru

dalam rangka menggantikan sistem yang lama.

(45)

Setelah masa sistem berjalan sepenuhnya menggantikan sistem yang lama,

sistem memasuki tahapan operasi dan pemeliharaan. Selama sistem beroperasi,

pemeliharaan sistem tetap diperlukan karena beberapa alasan seperti sistem masih

menyisakan masalah-masalah yang tidak terdeteksi selama masa pengujian sistem.

Pemeliharaan diperlukan karena perubahan bisnis atau lingkungan atau adanya

permintaan kebutuhan baru, serta pemeliharaan juga dapat dipicu karena kinerja

sistem yang menjadi menurun sehingga barangkali perubahan-perubahan salam

penulisan program.

Perbaikan yang dilakukan tingkatannya bisa sangat variatif, mulai dari

memperbaiki program yang crash hingga berfungsi kembali sampai pada

penambahan modul-modul program yang baru sebagai jawaban atas perubahan

kebutuhan pengguna. Tahapan SDLC ini memiliki kelemahan antara lain biaya dan

waktu yang tinggi, dan memiliki metode yang tidak fleksibel karena keseluruhan

langkah harus diikuti.

2.5 Gudang Farmasi

2.5.1 Definisi Gudang Farmasi

Gudang farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan

pemeliharaan barang persediaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan

kesehatan lainnya (seperti DDT, pompa pipa, perbekalan KB, sepeda motor/sepeda

roda dua susu bubuk, dan sebagainya) yang tujuannya akan digunakan untuk

melaksanakan program kesehatan di kabupaten/kota yang bersangkutan.

(46)

Sebagai unit pelaksama teknis dalam lingkungan Depkes yang berada di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Depkes Kabupaten/Kota.

2.5.2 Tugas Pokok dan Fungsi

2.5.2.1 Tugas Gudang Farmasi di Kabupaten/Kota

Yaitu melaksanakan pengelolaan, penerimaan, penyimpanan dan

pendistribusian farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan

kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pembinaan kesehatan

masyarakat di Kabupaten/Kota sesuai dengan petunjuk Kepala Deinas

Kabupaten/Kota.

2.5.2.2Fungsi Gudang Farmasi di Kabupaten/Kota

a. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian

obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi.

b. Melakukan penyiapan, penyususnan rencana, pencatatan dan pelaporan

mengenai persediaan dan penggunaan obat, alat kesehatan dan perbekalan

farmasi.

c. Melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum baik yang ada

dalam persediaan maupun yang didistribusikan.

d. Melakukan urusan tata usaha keuangan kepegawaian dan urusan dalam.

Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK) merupakan titik sentral pengelolaan

obat di Daerah tingkat II. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisien pengelolaan

obat diperlukan adanya koordinasi dengan unit terkait langsung antara lain Pemda

(47)

2.5.3 Ruang Lingkup Pengelolaan Obat di Kabupaten atau Dati II

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek

perencanaan pengadaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusiaan dan penggunaan

obat.

Aspek pengelolaan obat meliputi:

a. Perencanaan Pengadaan: meliputi kegiatan penentuan jenis perhitungan dan

penetapan jumlah untuk setiap jenis obat yang akan disediakan dengan metode

perhitungan yang telah ditetapkan.

b. Pengadaan: meliputi perencanaan pengadaan, pelaksanaan pembelian,

pemantauan status pesanan, pemeriksaan penerimaan dan pemeliharaan mutu

obat.

c. Distribusi: meliputi kegiatan pengendalian persediaan, penyimpanan,

pengeluaran dan pengiriman obat.

d. Penggunaan: meliputi peresapan, dispesing dan penerimaan pasien.

Proses perencanaan pengadaan obat di Kabupaten/Kota diawali di tingkat

Puskesmas dengan menyiapkan dan menyediakan data yang diperlukan dan

selanjutnya dikompilasi menjadi data Kab./Kota dengan teknik perhitungan yang

telah ditentukan.

2.5.4 Dokumen-dokumen/Formulir yang harus ada di Gudang Farmasi

Dokumen-dokumen atau formulir yang harus ada di gudang farmasi saat

terjadi pengadaan obat di Dati II sebagai berikut:

1. Dokumen pada saat perencanaan pengadaan obat :

(48)

b. Formulir II : Data 10 penyakit terbesar.

c. Formulir III : Lembar kerja perencanaan pengadaan obat.

d. Formulir IV : Penyesuaian rencana pengadaan obat untuk semua sumber

anggaran.

2. Dokumen pada saat pengadaan barang :

a. Formulir V : Berita acara pemeriksaan penerimaan obat.

b. Formulir Va : Lampiran berita acara pemeriksaan penerimaan obat.

c. Formulir VI : Buku harian penerimaan obat.

d. Formulir VII : Formulir realisasi pengadaan obat.

3. Dokumen pada saat penyimpanan barang :

a. Formulir VIII : Kartu stok.

b. Formulir IX : Kartu stok induk.

4. Dokumen pada saat distribusi obat :

a. Formulir X : Kartu rencana distribusi.

b. Formulir XI : Buku harian pengeluaran obat.

c. Formulir XII : Lembar pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO)

d. Formulir XIII : Form surat kiriman obat.

5. Dokumen pada saat pencatatan dan pelaporan

a. Formulir XIV : Laporan mutasi obat.

b. Formulir XV : Laporan kegiatan distribusi.

c. Formulir XVI : Berita acara pencacahan akhir tahun anggaran.

d. Formulir XVIa : Laporan pencacahan obat akhir tahun anggaran.

(49)

f. Formulir XVIIa : Lampiran laporan berita acara pemeriksaan/penelitian obat

untuk dihapus.

2.5.5 Tata Cara Pengelolaan Obat/Perbekalan Farmasi di Gudang Farmasi Kabupaten.

Tahapan kegiatan pengelolaan obat/perbekalan farmasi di Gudang Farmasi

Kabupaten meliputi:

1) Perencanaan

Kegiatan perencanaan pengadaan obat bertujuan untuk menetapkan jenis

dan jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan

kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan.

2) Pengadaan

Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan obat yang dibutuhkan

di unit pelayanan kesehatan. Tujuan pengadaan obat adalah agar tersedianya

obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan dengan mutu yang

terjamin sertadapat diperoleh pada saat diperlukan. Langkah – langkah dalam

pengadaan barang :

a) Pemilihan metode pengadaan.

b) Pemilhan pemasok.

c) Pemantauan status pesanan.

d) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat.

e) Penerimaan dan pemeriksaan obat.

(50)

a) Pelelangan umum.

b) Pelelangan terbatas.

c) Pemilihan langsung.

d) Pembelian/pengadaan langsung

3. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan yang meyimpan dan memelihara dengan

cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman

dari pencurian serta gangguan baik yang dapat merusak mutu obat.

Tujuan penyimpanan obat :

a. Memelihara mutu obat.

b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.

c. Menjaga kelangsungan persediaan.

d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.

Kegiatan penyimpanan obat yaitu :

a) Pengaturan tata ruang.

b) Penyusunan stock obat.

c) Pencatatan stock obat.

d) Pengamanan mutu obat

4. Distribusi

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran

dan pengiriman obat-obatan yang bermutu terjamin keabsahan serta tepat jenis

(51)

unit-unit pelayanan kesehatan. Kegiatan Distribusi meliputi Kegiatan Distribusi

Rutin dan Kegiatan Distribusi Khusus. Tujuan distribusi adalah :

a) Terlaksananya pengiriman obat secara teratur dan merata sehingga dapat

diperoleh pada saat dibutuhkan.

b) Terjamin kecukupan dan terpelihara efisiensi penggunaan obat di unit pelayanan

kesehatan.

c) Terlaksana pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan program

kesehatan.

5. Pencatatan

Pencatatan merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan

obat-obatan secara tertib, baik obat-obat-obatan yang diterima, disimpan, dan di

distribusikan maupun yang digunakan di unit-unit pelayanan, di Puskesmas dan

Rumah Sakit. Tujuan Pencatatan adalah tersedianya data mengenai jenis

dan jumlah penerimaan, persediaan, pengeluaran/penggunaan dan data mengenai

waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat.

6. Penggunaan

Meliputi peresepan, dispesing dan penerimaan pasien.

7. Penghapusan Obat

Pemusnahan akan dilakukan jika ada sediaan farmasi yang rusak atau sudah

kadaluarsa. Dengan cara memisahkan sediaan yang rusak dengan sediaan yang

masih baik, kemudian mengeluarkan obat / alkes dari kemasannya setelah itu obat

(52)

Pengelolaan obat di gudang farmasi di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan sebagai

berikut:

a) Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian obat, alat

kesehatan dan perbekalan farmasi.

b) Melakukan penyimpanan, penyaluran, rencana pencatatan dan pelaporan

mengenai persediaan dan penggunaan obat, alat kesehatan dan persediaan

farmasi.

c) Melakukan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara umum dan baik

yang ada dalam persediaan maupun yang akan didistribusikan.

d) Melaksanakan uusan tata usaha, keuangan, kepegawaian dan urusan dalam.

2.5.6 Definisi Obat dan Penggolongannya

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka

penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan

dan kontrasepsi, untuk manusia. Selain itu obat dalam pengertian umum adalah suatu

substansi yang melaui efek kimianya membawa perubahan dalam fungsi biologik.

Berdasarkan PERMENKES RI NO. 1010/ MENKES/ PER/ XI/ 2008 tentang

Registrasi Obat, obat-obatan digolongkan menjadi 5 (lima) kategori, yang

dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta

(53)

dari yang paling longgar hingga yang paling ketat mengenai peraturan pengamanan,

penggunaan, dan distribusinya adalah sebagai berikut:

1. Obat Bebas

Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna

hijau.

Gambar 2.6 Lambang Jenis Obat Bebas

Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Dalam kemasan

obat disertakan brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi,

dosis, aturan pakai, efek samping ,nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat

pabrik, serta cara penyimpanannya. penandaan akan berubah pada produk obat bebas

terbatas.

Obat bebas merupakan obat yang paling “aman”, boleh digunakan untuk

menangani penyakit-penyakit simptomatis ringan yang banyak diderita masyarakat

luas yang penanganannya dapat dilakukan sendiri oleh penderita atau self medication

(penanganan sendiri). Obat ini telah digunakan dalam pengobatan secara ilmiah

Gambar

Gambar 2.1 Transformasi data menjadi Informasi
Gambar 2.3 Siklus Tahapan SDLC
Gambar 2.4 Tahapan-tahapan dalam SDLC
Gambar 4.4 Perancangan Input Data Obat
+7

Referensi

Dokumen terkait

maka penulis tertarik untuk menulis Tugas Akhir yangberjudul“ Evaluasi Pengelolaan Obat Program Malaria Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara”5.

Tujuan dari perancangan ini adalah mengembangkan rancangan sistem informasi manajemen berbasis komputer untuk mendukung pemecahan masalah aliran informasi perusahaan dimulai

1 Informasi Data User Tabel Layar Monitor 2 Informasi Data Obat Tabel Layar Monitor & Printer 3 Informasi Hasil Klasifikasi ABC Tabel Layar Monitor 4 Informasi Berita

Tujuan perencanaan kebutuhan obat adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan