Lampiran 2. Foto sampel air dan aktivitas penelitian
a. Sampel Air
b. Bahan Metode Winkler
c. Alat Pengukuran DO Dan BOD
5d. Jarum Suntik
e. GPS
f. pH Meter
i.
Aktivitas Wisata
j. Akivitas Wisata
Lampiran 3. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
Sumber : (PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Kualitas Air)
PARAMETER
SATUAN
KELAS
KETERANGAN
I
II
III
IV
FISIKA
TEMPERATUR
oC
Deviasi 3
Deviasi 3 Deviasi 3
Deviasi 5 Deviasi Temperatur alamiah
KIMIA ORGANIK
pH
6-9
6-9
6-9
5-9
Apabila secara alamiah di luar rentang
tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi
alamiah
BOD
mg/L
2
3
6
12
DO
mg/L
6
4
3
0
Angka Batas Minimun
MIKROBIOLOGI
-
Fecal coliform
Jml/100 ml
100
1000
2000
2000
Bagi pengolahan air minum secara
52
Lampiran 4. Hasil Analisis Kualitas Air
Analisis 1 :
Parameter S 1 S 2 S 3
U 1 U 2 U 3 U 1 U 2 U 3 U 1 U 2 U 3 Suhu 25,3 25,1 25,6 26 25,8 26,2 26,3 26 26
TSS 7 7 7 11 11 11 10 10 10
Kecepatan Arus 0,53 0,62 0,43 0,75 0,84 0,65 0,61 0,52 0,51
pH 7,5 7,6 7,6 7,2 7,3 7,3 7,4 7,4 7,4
DO 6,45 6,45 6,45 6,45 6,45 4,83 6,45 6,45 6,45 BOD5 0,81 0,81 0,81 0,81 0,81 1,61 0,81 0,81 0,81 N 0,32 0,32 0,32 0,88 0,88 0,88 0,65 0,65 0,65 P 0,040 0,040 0,040 0,087 0,087 0,087 0,054 0,054 0,054 Total Coliform 965 965 965 1600 1600 1600 1045 1045 1045
Analisis 2 :
Parameter S 1 S 2 S 3
U 1 U 2 U 3 U 1 U 2 U 3 U 1 U 2 U 3
Suhu 25,4 25,6 25,7 26,8 26.9 26,7 27 27,4 27,4
TSS 15 15 15 20 20 20 17 17 17
Kecepatan Arus 0,4 0,59 0,59 0,67 0,72 0,67 0,43 0,51 0,55
pH 8,4 8,5 8,3 8,0 8,0 8,2 8,6 8,6 8.8
DO 6.45 6.45 8.0 4.83 4.83 5.64 6.45 6.45 5,64 BOD5 0,81 0,81 1,55 1,61 1,61 1,61 0,81 0,81 1,61
N 0,42 0,42 0,42 0,95 0,95 0,95 0,65 0,65 0,65
P 0,03 0,03 0,03 0,051 0,051 0,051 0,035 0,035 0,035 Total Coliform 988 988 988 1600 1600 1600 1554 1554 1554
Analisis 3 :
Parameter S 1 S 2 S 3
U 1 U 2 U 3 U 1 U 2 U 3 U 1 U 2 U 3
Suhu 24,5 24,1 24,8 24 24,9 24 25,3 25,2 25,9
TSS 20 20 20 25 25 25 23 23 23
Kecepatan Arus 0,65 0,77 0,62 0,70 0,90 0,76 0,56 0,69 0,40
pH 7,5 7,5 7,6 8,2 7,2 8,0 7,6 7,7 7,6
DO 5,64 5,64 6,45 4,83 4,83 5,64 4,83 5,64 5,64
BOD5 1,61 1,61 0,81 0,8 0,8 1,61 0,8 1,61 1,61
N 0,54 0,54 0,54 0,93 0,93 0,92 0,70 0,70 0,70
52
Lampiran 5. Status Mutu Kualitas Air Menurut Sistem Nilai STORET di Sungai Sibiru Biru
Parameter Satuan Baku Mutu
Kelas II Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Skor Metode Storet Max Min Rata-rata Max Min Rata-rata Max Min Rata-rata S 1 S2 S3
Suhu °C Deviasi 3 25,5 24,4 25,0 26,8 24,3 26,2 27,2 25,5 26,2 0 0 0
TSS mg/L 50 20 7 14 25 11 18.6 23 10 16.6 0 0 0
Kecepatan
Arus m/detik 0,68 0,52 0,57 0,78 0,68 0,73 0,55 0,49 0,52 - - -
pH mg/L 6-9 8,4 7,5 7,8 8,0 7,2 7,6 8,6 7,4 7,8 0 0 0
DO mg/L 4 6,96 5,91 6,42 5,91 4,18 5,28 6,45 5,37 6 0 0 0
BOD5 mg/L 3 1,34 0,81 1,06 1,61 1,07 1,04 1,34 0,81 1,074 0 0 0
N mg/L 10 0,54 0,32 0,42 0,95 0,88 0,92 0,70 0,65 0,66 0 0 0
P mg/L 0.2 0,040 0,03 0,034 0,089 0,051 0,075 0,054 0,030 0,042 0 0 0 Total
Coliform
Jml/
100 ml 5000 998 965 983 1600 1600 1600 1554 1045 1366 0 0 0
Total = 0 0 0
*)Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001
Keterangan :
Stasiun 1
: Lokasi Kontrol
Stasiun 2
: Lokasi Aktivitas Wisata dan Masyarakat
54
Lampiran 6. Perhitungan Sampel Pengunjung
�= �
1 +� (�)²
�= 400
1 + 400 (0.5)²
�= 400
1 + 400 (0.0225)
�= 400 1 + 9
�=400 10
�= 40
Keterangan :
n = Ukuran sampel yang dibutuhkan
N = Ukuran populasi
55
Lampiran 7. Perhitungan Nilai Kenyamanan Kawasan Sungai Sibiru Biru
��= ���
��� �100%
��=25
40�100%
��= 62.5%
Keterangan :
Ers
: Jumlah responden yang mengatakan nyaman
Ero
: Jumlah seluruh responden
Na
: Nilai kenyamanan alam (%)
Kriteria/nilai kenyamanan alam :
Na
≥
75%
: Nyaman (3)
40%
≤
Na
≤
75%
: Cukup Nyaman (2)
56
Lampiran 8. Perhitungan Nilai Keindahan Kawasan Sungai Sibiru Biru
��= ���
��� �100%
��=23
40�100%
��= 57.5 %
Keterangan :
ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah
ERo
: Jumlah seluruh responden
Ka
: Nilai keindahan alam (%)
Kriteria/nilai keindahan alam :
Ka
≥ 75%
: Indah (3)
40%
≤ Ka ≤ 75%
: Cukup indah (2)
57
Lampiran 9. Tabulasi Kuisioner Pengunjung
No
Variabel
Jumlah Pengunjung
N
%
Tujuan Wisata
1 Frekuensi kunjungan
Sering
15
37,5 %
Tidang sering
20
50 %
Belum pernah
5
12,5 %
2 Tujuan kedatangan
Rekreasi
39
97,5 %
Pendidikan
0
0
Penelitian
1
2,5 %
3 Informasi tempat
Teman
35
87,5 %
Media masaa
5
12,5 %
Travel
0
0
4 Waktu kunjungan
1-5 jam
34
85 %
1 harian
6
15 %
Lebih dari 1 hari
0
0
5 Rencana datang kembali
Ya
25
62,5 %
Tidak
15
37,5 %
Aktivitas
1 Memahami aturan
Ya
35
87,5 %
Tidak
5
12,5 %
2 Jenis kegiatan
Mandi disungai
30
75 %
Bersantai dipondok
10
25 %
3 Darimana mengetahui peraturan
Pengelola
37
92,5 %
Papan informasi
0
0
Teman
3
7,5 %
Dll
0
0
4 Pengelola pernah memberitahu
Ya
20
50%
Tidak
20
50%
5 Anda menjumpai sampah
Ya, berpengaruh
30
75 %
Ya, tidak berpengaruh
10
25 %
58
6 Pernah membuang sampah
Pernah
15
37,5 %
Tidak
25
62,5 %
7 Jika tidak ada tempat sampah
Membuang sembarangan
10
25 %
Membuang ditempat tersembunyi
5
12,5 %
Membawa sampah menemukan
tempat
25
62,5 %
8 Yang dilakukan dengan sampah
Ditinggalkan
3
7,3%
Dibakar
10
25 %
Dibuang ditempat sampah
27
67,5%
Dibuang di sungai
0
0
9 Merasa nyaman
Ya
25
62,5%
Tidak
15
37,5 %
10 Pemandangan yang indah
Ya
23
57,5%
Tidak
17
42,5%
11 Diterapkan aturan
Ya
25
62,5%
Tidak
15
37,5 %
12 Sarana dan prasarana memadai
Sudah
10
25 %
Belum pernah
30
75 %
13 Kesan
Puas
20
50%
Cukup puas
10
25 %
59
Lampiran 10.Tabulasi Kuisioner Pengelola
No
Variabel
JumlahPengelola
N
%
1 Lama usaha
2 Jumlahpondok
Kurangdari 10
1
25%
Lebihdari 10
3
72%
3 Jumlahpengunjungharikerja
Tidakada
0
0
5 sampai 10 orang
0
0
± 50 orang
0
0
± 100 orang
0
0
≥ 200 orang
4
100%
5 Perubahankualitas air
Ada, cukupsignifikan
2
50%
Tidakada
1
25%
Tidaktahu
1
25%
6 Pengunjungmengalamigatal-gatal
Ada (sering)
0
0
Ada (jarang)
0
0
Tidakada
3
75%
Tidaktahu
1
25%
7 Hasilsampah yang tertampung
Tidak
0
0
Kurangdari 1 kg
0
0
Lebihdari 1 kg
4
100%
8 Membuangsampahditempatnya
Tidakmau
0
0
Mau
4
100%
Kadang-kadang
0
0
9 Cara pengelolaansampah
Dikelolasendiri
4
100%
Dikelolaolehpemerintah
0
0
Dibiarkansaja
0
0
10 Tempatpembuanganakhir
Dibawa TPA
0
0
Dibuangkedalamsungai
0
0
Ditumpukkemudiandibakar
4
100%
11 Menyediakantoilet
60
Tidak
0
0
12 Cara pengelolaanlimbahhasil toilet
Ditampungdalamseptic tank
4
100%
Dibuangkesungai
0
13 Adakahlaranganmembuangsampah
Ada
4
100%
Tidakada
0
0
14 Pengunjungmembuangsampahpadatempat
nya
Mau (sering)
2
50%
Mau (jarang)
2
50%
61
KuisionerPenelitianuntukpengelola (masyarakat) tempatwisata
A. Identitasresponden
1. Nama
:
2. JenisKelamin
:
3. Umur
:
4. Pekerjaan
:
B. TempatWisata
1. Sudahberapa lama andamembukatempatpemandianini?
SejakTahun (...)
2. Berapajumlahpondok yang andamiliki di tempatpemandianini?
A. Kurangdari 10
B. Lebihdari 10
3. Berapajumlahpengunjung yang datangkepemandianinipadasaatharikerja (Week
Day)
A. Tidakada
B. 5 sampai 10 orang
C. Lebihdari 10 Orang
4. Berapajumlahpengunjung yang datangkepemandian ini pada saat hari libur
sekolah/Weekend
A. Kurangdari 10 Orang
B. ± 50 Orang
C. ± 100 Oran
62
5. Menurut pendapat anda, adakahperubahan kualitas air di Sungai Sibiru Biru ini
semenjak anda mulaimembukausaha pemandian ini (dalamkondisicuaca yang
sama)?
A. Ada, Cukupsignifikan
B. Tidakada
C. Tidak tahu
6. Adakahpengunjung yang mengalamigatal-gatalsetelah mandi di pemandianini?
A. Ada (Sering)
B. Ada (Jarang)
C. Tidakada
D. Tidak tahu
7. Berapa jumlah tong sampah yang tersedia di objek wisata Sungai Sibiru Biru?
A. Kurang dari 10
B. Lebih dari 10
8. Berapahasilsampah yang tertampungdalam tong sampah yang dihasilkan per
harinya?
A. Tidakada
B. Kurang dari 1 Kg
C. Lebihdari 1 Kg
9. Menurutanda, mauatautidakpengunjung yang datang
ketempatiniuntukmembuangsampahpadatempat yang telahdisediakan?
A. Tidak mau
B. Mau
63
10. Bagaimancarapengelolaansampah yang dihasilkandaritempat pemandianini?
A. Dikelola sendiri
B. Dikelola olehpemerintah
C. Dibiarkansaja
11. Kalauandamengelolasendiri,
dimanakahtempatpembuanganakhir darisampah sampahtersebut?
A. Dibawaketempatpembuanganakhir (TPA)
B. Dibuang ke badansungai
C. Ditumpuk, kemudiandibakar
12. Apakahandamenyediakansaranaumumsepertitoilet di tempatini?
A. Ya
B. Tidak
13. Bagaimanacarapenangananlimbah yang dihasilkantoilettersebut?
A. Ditampung di dalamsaptic tank
B. Dibuangataudialirkanlangsungkesungai
14. Apakahadapapanpengumumantentanglaranganmembuangsampah kesungai?
A. Ada
B. Tidakada
15. Apakahpengungjung yang
datangmaumembuangsampahketempatsampah yangtelahdisediakan?
A. Mau (sering)
B. Mau (jarang)
C. Tidakmau
16. Selainuntukkegiatanwisata, digunakan untuk apa sajakah air Sungai Sibiru
Biru ini?
...
64
...
KuisionerPenelitianuntukpengunjungtempatwisata
A. IdentitasResponden
1. Nama
:
2. JenisKelamin
:
3. Umur
:
4. Pekerjaan
:
5. Asal (Kota)
:
B. TujuanWisata
1. Seberapaseringdatangketempatini?
A. Sering (....) kali
B. Tidakterlalusering (....) kali
C. Belumpernahsamasekali
2. Apa tujuanan anda mengunjungitempatwisataini?
A. Rekreasi
B. Pendidikan
C. Penelitian
3. Dari mana andamemperolehinformasimengenaitempatini?
A. Teman
B. Media massa
C. Travel
4. Berapa lama andamenghabiskanwaktu di tempatwisataini?
A. 1–5 Jam
B. 1 harian
C. Lebihdari 1 hari
5. Apakahadarencana untukdatangkembalisetelahkunjunganini?
A. Ya
B. Tidak
7. Apakahandamengetahuidanmemahamiperaturanberkunjung di
65
A. Ya
B. Tidak
8. Jeniskegiatanapa yang andalakukan di pemandianalamini?
A. Mandi di sungai
B. Bersantai di pondok-pondok yang telahdisediakan
9. Darimanaandamengetahuiperaturantersebut?
A. Pengelola
B. Papaninformasi
C. Teman
D. Dll....
10. Apakah pengelola pernah memberitahu mengenai aturan membuang sampah?
A. Ya
B. Tidak
11. Apakahandamenjumpaisampah di kawasanwisataini?
A. Ya, berpengaruhterhadapkenyamanan
B. Ya, tidakberpengaruhterhadapkenyamanan
C. Tidak
12. Apakah andapernahmembuangsampahkesungaiini?
A. Pernah
B. Tidakpernah
13. Apa
yang
andalakukanapabilainginmembuangsampahtapiandatidak menemukantempatsa
mpah?
A. Membuangsembarangan
B. Membuang di tempattersembunyi
C. Membawasampaimenemukantempatsampah
14. Apa yang andalakukandengansampah yang andahasilkanselama berada
di kawasanwisataini?
A. Ditinggalkan
B. Dibakar
C. Dibuangketempatsampah
66
15. Apakahandamerasanyamanberada di tempatwisataini?
A. Ya
B. Tidak
16. Menurut anda apakah objek wisata Sungai Sibiru Biru memiliki
pemandangan alam yang indah?
A. Ya
B. Tidak
17. Apakahanda
setujuapabiladiterpakanaturandilarang
membuang
sampahsembarangan?
A. Ya
B. Tidak
18. Menurutandaapakah saranadanprasarana di kawasaninisudahmemadai?
A. Sudah
B. Belum, perluditambah :...
19. Secara umum,
bagaimanakesanandatentangpengelolaansampahataukebersihansetalahmelakuk
ankunjungankepemandianalamini?
A. Puas
B. CukupPuas
C. TidakPuas
DAFTAR PUSTAKA
Aria, G. D. 2014. Analisis Dampak Kegiatan Wisata Terhadap Kualitas Air SungaiBetimusKecamatanSibolangitKabupatenDeliSerdang [Skripsi].
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Daratan. USU Press Medan.
Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama. Medan.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Ginanjar, A. 2012. Kaji Potensi Pariwisata Berbasis Masyarakat Melalui Pengembangan
Desa Wisata Peternakan di Pangelangan Kabupaten Jawa Barat. [Skripsi]. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Harthayasa, I. M. D. 2002. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Sungai Badung Sebagai Obyek Wisata Air “City Tour”di Kota Denpasar. Semarang. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponogoro. Semarang.
Hutagalung., Horas, P., Deddy, S dan Hadi, R. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Julita, N. 2008. Analisis Kualitas Air di Hutan Wisata Sungai Dumai
Sebagai Kajian Untuk Kegiatan Pengelolaan Wisata Alam Bunga
Tujuh [Skripsi]. Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Khotimah, S. 2013. Kepadatan Bakteri Coliform di Sungai Kapuas Kota Pontianak. FMIPA, Universitas Lampung. Lampung.
Maryono, A. 2009. Kajian Lebar Sempadan Sungai (Studi Kasus Sungai-Sungai di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Dinamika Teknik Sipil. 9 (1): 56-66.
Nastiti, P. E. C dan Ema, U. 2013. Faktor Pengembangan Kawasan Wisata Bahari di Kabupaten Jember. Jurnal Teknik Pomits. 2 (2): 2301-9271.
Odum, E, P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gajah Mada University Press. Jogjakarta.
Ompusunggu, H. 2009. Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 [Skripsi]. Universita Sumatera Utara. Medan.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun: 2001 Tentang Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Santoso, A, D. 2007. Kandungan Zat Hara Fosfat Pada Musim Barat dan Musim Timur di Teluk Hurun Lampung. Jurnal. Teknik Lingkungan. 8 (3): 207-210.
Simanjuntak, H. 2009. Studi Korelasi Antara BOD Dengan Unsure Hara N, P dan K Dari Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Tesis. Sekolah pascasarjana. Universita Sumatera Utara. Medan.
Sudewi, N. M. K. K. 2000. Analisis Peluang Investasi. Sektor Pariwisata Bahari di
Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suin, N. 2002. Metode Ekologi. Penerbit Universitas Andalas. Padang.
Sutrisno, T. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rhineka Cipta. Jakarta.
Suwondo. 2004. Kualitas Biologi Sungai Senapela, Sago, dan Sail di Kota Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator Plankton dan Benthos. Universitas Riau. Pekanbaru.
Thayyibah, Z. 2010. Penentuan Total Suspended Solid (TSS) Dalam Air Sungai Deli dan Pengaruhnya Terhadap Waktu Penyimpanan. Jurnal Sains. 11(2).
Undang-Undang Nomor: 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor: 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Yudo, S. 2010. Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta di tinjau Dari Parameter Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen dan Bakteri Coli. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). 6 (1).
Yulianda, F. 2004. Pedoman Analisis Penentuan Status Kawasan Konservasi Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2015.
Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Sibiru Biru, Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli
Serdang. Analisis sampel air dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit Medan.Lokasi Penelitian dapat dilihat Pada Gambar 2.
Gambar 2. Lokasi Penelitian.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah kamera digital, GPS (Global Positioning
System), botol sampel, ember 5 liter, botol winkler, jarum suntik, pipet tetes, erlenmeyer,
plastik, alat tulis, gunting, kalkulator, cool box dan peralatan analisa kualitas air seperti
bola duga, termometer dan pH meter.
Bahan yang digunakan adalah bahan kimia dalam proses kerja metode winkler
yaitu, MnSO4, KOH-KI, H2SO4, amilum, Na2S2O3, data kuisioner, akuadesdan es untuk
sampel air sungai. Proses kerja metode winkler dapat dilihat pada lampiran 1 serta alat
dan bahan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan di lapangan adalah data primer yaitu data parameter
fisika, kimia, biologi air Sungai Sibiru Biru dan data umum masyarakat yang tinggal di
sekitar wilayah sungai Sibiru Biru, contoh : nama, jenis kelamin, umur dan pendidikan.
Data yangnilainya langsung didapat dari lapangan meliputi parameter kualitas air seperti
Suhu, Kecepatan Arus, pH, DO dan BOD5. Serta hasil kuisioner terhadap pengunjung
dan penduduk sekitar, sedangkan data lain seperti TSS,Total Coliform, N dan P hasilnya
diperoleh melalui analisis laboratorium.
Prosedur Penelitian
Penentuan stasiun ditetapkan berdasarkan perbedaan aktivitas (pemanfaatan
sungai) oleh masyarakat. Stasiun yang diamati terdiri dari 3 titik, dimana pada setiap
stasiun terdapat 1 titik dengan 3 kali pengulangan dengan kriteria seperti terlihat pada
deskripsi area.
Deskripsi Area
Stasiun 1
Stasiun 1 terletak di Sungai Sibiru Biru, Desa Sarilaba Jahe, Kecamatan
98°39’44,4” BT. Daerah ini merupakan daerah yang masih sedikit terdapat aktivitas dan
stasiun 1 dijadikan sebagai stasiun kontrol. Lokasi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Lokasi Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 2 terletak di Sungai Sibiru Biru, Desa Sarilaba Jahe, Kecamatan
Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang. Titik koordinat lokasi stasiun 2 adalah 3°21’47,8” LU dan
98°40’1,6” BT. Di lokasi stasiun 2 terdapat aktivitas masyarakat seperti MCK (mandi, cuci
dan kakus) dan aktivitas wisata. Lokasi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Lokasi Stasiun 2
Stasiun 3 terletak di Sungai Sibiru Biru, Desa Sarilaba Jahe, Kecamatan
Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang. Titik koordinat lokasi stasiun 3 adalah
3°22’01,6” LU dan 98°40’20,7”
Gambar 5. Lokasi Stasiun 3
BT. Pada daerah ini terdapat aktivitas budidaya dan
pertanian. Lokasi stasiun 3
dapat dilihat pada Gambar 5.
Pengukuran Faktor Fisika, Kimia dan Biologi Perairan
Pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi air dilakukan dengan dua cara,
yakni secara langsung (in situ) dan secara tidak langsung (ex situ). Pengukuran langsung
dilapangan (in situ) dilakukan terhadap parameter suhu, pH kecepatan arus, DO dan
BOD5, sedangkan TSS, Total Coloform, N dan P dilakukan di Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan (BTKL) Medan.
Analisis Data
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Purposive
Sampling (sampel dengan tujuan tertentu), yaitu cara pengambilan sampel dengan cara sesuai dengan tujuan penelitianyang dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam
populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke Sungai
Sibiru Biru dalam waktu satu setengah bulan.
Pemilihan sampel pengunjung harus representatif atau mewakili populasi dengan
kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomuniksi
dengan baik. Menurut Arikunto (2002), jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari
100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari
100 maka sampel dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel. Untuk
perhitungan sampel tersebut dapat digunakan rumus slovin (Nugraha, 2007)
�= �
1 +�(�)2
Keterangan :
n = Ukuran sampel yang dibutuhkan
N = Ukuran populasi
e = Margin error yang diperkenankan (10%-15%)
Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan
Analisis mengenai persepsi wisatawan digunakan untuk mengetahui tingkat
keindahan dan kenyamanan objek wisata Sungai Sibiru Biru. Tingkat keindahan dan
kenyamanan dibagi atas keindahan dan kenyamanan alam lokasi wisata. Penilaian
terhadap keindahan kawasan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan (kuisioner)
yang ditujukan kepada wisatawan. Keindahan yang dinilai adalah keindahan alami, tidak
termasuk buatan manusia. Secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
��= ���
��� �100%
Keterangan :
ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah
ERo : Jumlah seluruh responden
Ka : Nilai keindahan alam (%)
Kriteria/nilai keindahan alam :
Ka ≥ 75% : Indah (3)
40% ≤ Ka ≤ 75% : Cukup indah (2)
Ka < 40% : Tidak indah (1)
Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan terhadap
rasa kelapangan, ketentraman dan keamanan. Nilai kenyamanan dilakukan dengan
membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Perhitungan dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Yulianda, 2004) :
��=���
��� �100%
Keterangan :
Ers : Jumlah responden yang mengatakan nyaman
Ero : Jumlah seluruh responden
Na : Nilai kenyamanan alam (%)
Kriteria/nilai kenyamanan alam :
Na ≥ 75% : Nyaman (3)
40% ≤ Na ≤ 75% : Cukup Nyaman (2)
Na < 40% : Tidak Nyaman (1)
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun
2003, Metoda STORET merupakan salah satu metoda untuk menentukan status mutu air
yang umum digunakan. Dengan metoda STORET ini dapat diketahui
parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metoda
STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang
disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Cara untuk
menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA
(Environmental Protection Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat
kelas, yaitu :
1. Kelas A: Baik sekali, skor = 0 (Memenuhi baku mutu)
2. Kelas B : Baik, skor = -1 s/d -10 (Tercemar ringan)
3. Kelas C: Sedang, skor = -11 s/d -30 (Tercemar sedang)
4. Kelas D: Buruk, skor >= -31 (Tercemar berat)
Penentuan status mutu air dengan menggunakan metoda STORET dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga
membentuk data dari waktu ke waktu (time series data).
2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku
mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu)
maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku
mutu), maka diberi skor sesuai dengan tabel penentuan sistem nilai untuk
menentukan status mutu air yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air
Jumlah Nilai Parameter
<10 Maksimum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
Rata-Rata -3 -6 -9
≥ 10 Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
Rata-Rata -6 -12 -18
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari
jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai. Kriteria baku mutu air
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Kualitas Air
Analisis kualitas air Sungai Sibiru Biru dilakukan sebanyak tiga kali dan
dilakukan pada kondisi hujan dan tidak hujan. Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Sibiru
Biru pada setiap pengambilan dapat dilihat pada Lampiran 4. Koordinat untuk
masing-masing titik pengambilan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Titik Koordinat Lokasi Penelitian
No Lokasi Koordinat
Lintang Utara Bujur Timur 1. Stasiun 1 (Kontrol) 3°21’43,3” LU 98°39’44,4” BT 2. Stasiun 2 (Aktivitas Wisata dan Masyarakat) 3°21’47,8” LU 98°40’1,6” BT 3. Stasiun 3 (Aktivitas Pertanian dan Budidaya) 3°22’01,6” LU 98°40’20,7” BT
Hasil analisis kualitas air Sungai Sibiru Biru Menurut PP No. 82 Tahun 2001 dan
sistem penilaian STORET dapat dilihat pada Lampiran 5. Parameter yang digunakan
dalam penentuan kualitas air adalah kecepatan arus, pH, suhu, DO, BOD5, TSS, N, P serta Total Coliform. Hasil analisis kualitas air dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Kualitas Air
Parameter Satuan Baku Mutu
Kelas II
Stasiun
1 2 3
Suhu °C Dev 3 25 26,2 26,2
Kecepatan Arus m/detik 0,57 0,73 0,52
pH - 6-9 7,8 7,6 7,8
DO mg/L 4 6,42 5 28 6
BOD5 mg/L 3 1,06 1,04 1,07
N mg/L 10 0,42 0,92 0,66
P mg/L 0.2 0,034 0,075 0,042
Total Coliform jml/100 ml 5000 983 1600 1366
Skor Metode STORET = 0 0 0
Kualitas Air Sungai Sibiru Biru
Hasil analisis kualitas air Sungai Sibiru Biru yang telah dibandingkan dengan
Kriteria Mutu Kualitas Air berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 kelas II dan menurut
Sistem Nilai STORET yang tercantum pada tabel 3 menunjukkan bahwa, skor parameter
kualitas air untuk stasiun 1 adalah 0. Hal ini menandakan perairan sungai pada stasiun 1
masuk dalam kelas A (Baik Sekali) dengan kategori Memenuhi Baku Mutu. Skor
parameter kualitas air pada stasiun 2 adalah 0. Nilai tersebut masuk dalam kelas A (Baik
Sekali) dengan kategori Memenuhi Baku Mutu dan skor parameter kualitas air pada
stasiun 3 adalah 0. Nilai tersebut juga masuk dalam kelas A (Baik Sekali) dengan
kategori Memenuhi Baku Mutu.
Persepsi Pengunjung Terhadap Objek Wisata Sungai Sibiru Biru
Hasil kuisioner menunjukkan nilai tingkat kenyamanan pengunjung terhadap
objek wisata Sungai Sibiru Biru sebesar 62,5% atau sebanyak 25 orang dari keseluruhan
jumlah responden yang disebar yakni sebanyak 40 responden dan sebanyak 37,5% atau
15 orang mengatakan tidak nyaman. Perhitungan sampel pengunjung dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan untuk perhitungan nilai kenyamanan objek wisata Sungai Sibiru Biru
[image:30.595.119.483.82.212.2]dapat dilihat pada Lampiran 7. Grafik tingkat kenyamanan pengunjung dapat dilihat pada
Gambar 6. Grafik Tingkat Kenyamanan Pengunjung
Hasil kuisioner menunjukkan, nilai keindahan objek wisata Sungai Sibiru Biru
adalah 57,5% atau sebanyak 23 orang mengatakan objek wisata Sungai Sibiru Biru indah
dan sebanyak 42,5% atau sebanyak 17 orang mengatakan tidak indah. Perhitungan nilai
keindahan objek wisata Sungai Sibiru Biru dapat dilihat pada Lampiran 8. Grafik tingkat
keindahan objek wisata Sungai Sibiru Biru dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Tingkat Keindahan Objek Wisata Sungai Sibiru Biru 0 10 20 30 40 50 60 70
Nyaman Tidak Nyaman
P ersen ta se K en y a m a n a n Pe ng unj ung ( %)
Tingkat Kenyamanan Pengunjung
Persentase Kenyamanan
62,5% 37,5% 0 10 20 30 40 50 60 70Indah Tidak Indah
Pe rs ent a se K einda ha n Sung a i Sibir u B ir u (%)
Tingkat Keindahan Sungai Sibiru Biru
Persentase Keindahan
57,5%
[image:31.595.168.456.482.636.2]Hasil penelitian menunjukkan nilai kepuasan pengunjung saat melaksanakan
aktivitas wisata di Sungai Sibiru Biru sebesar 50% atau sebanyak 20 orang menyatakan
puas berwisata di objek wisata Sungai Sibiru Biru. Sedangkan 25% atau sebanyak 10
orang pengunjung menyatakan cukup puas dan 12,5% atau 5 orang menyatakan tidak
puas. Tabulasi kuisioner pengunjung dapat dilihat pada Lampiran 9. Grafik tingkat
[image:32.595.169.458.250.410.2]kepuasan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik Tingkat Kepuasan Pengunjun
Persentase Pengelola Terhadap Wilayah Kelolanya
Hasil kuisioner menunjukkan, sebanyak 100% atau sebanyak 4 pengelola
menangani sampah dari hasil aktivitas wisata dengan cara ditumpuk lalu dibakar dan
tidak terdapat pengelola yang menangani sampah hasil aktivitas wisata dengan cara
dibawa ke TPA dan dibuang ke dalam sungai. Grafik penanganan sampah hasil aktivitas
wisata oleh pengelola dapat dilihat pada Gambar 9. 0 10 20 30 40 50 60
Puas Cukup Puas Tidak Puas
P ersen ta se K ep u a sa n Pe ng unj ung ( %)
Tingkat Kepuasan Pengunjung
Persentase Kepuasan Pengunjung
25%
Gambar 9. Penanganan Sampah Aktivitas Pengunjung
Hasil kuisioner menunjukkan sebanyak 25% pengelola atau sebanyak 1 pengelola
mengatakan tidak tahu ada atau tidak wisatawan merasakan gatal-gatal setelah melakukan
aktivitas mandi-mandi di sungai dan sebanyak 75% atau sebanyak 3 pengelola
mengatakan tidak ada wisatawan yang mengelami gatal-gatal saat selesai melakukan
aktivitas mandi-mandi di Sungai Sibiru Biru tersebut.
Hasil kuisioner juga menunjukkan, terdapat 50% atau sebanyak 2 pengelola
mengatakan terdapat perubahan kualitas air akibat aktivitas wisata secara signifikan dan
sebanyak 25% atau sebanyak 1 pengelola mengatakan tidak terjadi perubahan kualitas air
akibat aktivitas wisata serta sebanyak 25% atau sebanyak 1 penelola mengatakan tidak
tahu ada atau tidak ada perubahan kualitas air akibat dari aktivitas wisata. Tabulasi
kuisioner pengelola dapat dilihat pada Lampiran 10. 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Dikumpul Lalu Dibakar Dibuanga Ke TPA dan Dibuang Ke Sungai
P er se nt a se P ena ng a na n Sa m pa h P eng unj ung ( % ) Perilaku Pengelola
Penanganan Sampah Pengunjung
100%
Pembahasan
Kualitas Air
Suhu
Hasil penelitian menunjukkan, suhu rata-rata perairan objek wisata Sungai Sibiru
Biru pada stasiun 1 adalah 25°C, pada stasiun 2 26,2°C dan pada stasiun 3 26,2°C. Nilai
suhu dari ketiga stasiun penelitian tidak jauh berbeda dan masih memenuhi baku mutu
kualiatas air sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001.
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas
cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggin
geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dan pepohonan yang
tumbuh di tepi (Brehm dan Meijering, 1990).
Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia dan
evaporasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air,
misalnya gas O2, CO2, N2, CH4 (Effendi, 2003). Grafik rata-rata Suhu di Sungai Sibiru
[image:34.595.170.459.511.625.2]Biru dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Grafik Rata-Rata Suhu di Sungai Sibiru Biru
24
24,5
25
25,5
26
26,5
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
N
ila
i Suhu R
a
ta
-r
at
a
°C
Stasiun Pengamatan
Suhu
25
Total Suspended Solid (TSS)
Nilai TSS di Sungai Sibiru Biru masih memenuhi baku mutu kualitas air sesuai
dengan PP No. 82 Tahun 2001. Nilai TSS tertinggi berada pada stasiun 2 yaitu 18,6 mg/L
sedangkan nilai TSS terendah berada pada stasiun 1 yaitu 14 mg/L dan nilai TSS pada
staiun 3 berada pada kisaran nilai TSS stasiun 1 dan stasiun 2, yaitu 16,6 mg/L.
Dari ketiga stasiun yang diamati, nilai TSS pada stasiun 2 memiliki nilai lebih
tinggi dari pada stasiun 1 dan stasiun 3. Hal ini dikarenakan aktivitas yang terdapat pada
stasiun 2 sangat berpengaruh pada nilai TSS di stasiun 2 tersebut. Tingginya nilai TSS
pada stasiun 2 diakibatkan terdapat limbah domestik yang dibuang secara langsung
keperairan, dimana limbah tersebut berasal dari aktivitas MCK (mandi, cuci dan kakus)
serta aktivitas wisata yang mandi-mandi di perairan sungai tersebut. Grafik rata-rata TSS
[image:35.595.170.457.399.556.2]di Sungai Sibiru Biru dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Grafik Rata-Rata TSS di Sungai Sibiru Biru
Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Penetrasi cahaya
matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif akibat 0
5 10 15 20
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
N ila i R a ta -r a ta TS S (m g /L) Stasiun Pengamatan
Total Suspended Solid (TSS)
14
18,6
terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung sempurna
(Tarigan, 2003).
Kecepatan Arus
Hasil penelitian menunjukkan,nilai kecepatan arus pada stasiun 1 sebesar 0,57
m/detik, pada stasiun 2 sebesar 0,73 m/detik dan pada stasiun 3 sebesar 0,52 m/detik.
Nilai kecepatan arus tertinggi berada pada stasiun 2 dan nilai keceparan arus terendah
berada pada stasiun 1.Grafik rata-rata Kecepatan Arus di Sungai Sibiru Biru dapat dilihat
[image:36.595.170.457.324.474.2]pada Gambar 12.
Gambar 12. Grafik Rata-Rata Kecepatan Arus di Sungai Sibiru Biru
Perbedaan nilai kecepatan arus yang terdapat pada setiap stasiun dipengaruhi oleh
substrat yang berbeda. Pada stasiun 1 substrat yang terlihat adalah berbatu dan keadaan
substrat relatif datar. Pada stasiun 2 substrat yang terlihat adalah berbatu, namun
keberadaan substrat lebih miring. Pada stasiun 2 lebih banyak dijumpai batu-batu yang
berukuran besar, sehingga arus bergerak ke segala arah dan air terlihat berdistribusi ke
seluruh bagian dari perairan.
Jenis substrat pada stasiun 3 berbatu, namun jumlah batu lebih sedikit dan
disertai oleh pasir, sehingga kecepatan arus pada stasiun 3 lebih rendah daripada stasiun 1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Stasiun 1 Stasiun 2 Satsiun 3
dan stasiun 2. Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar
sungai, Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran
sungai dapat berbeda-beda (Odum, 1993).
pH
Hasil penelitian menunjukkan,nilai pH terendah berada pada stasiun 2,
sedangkan pada stasiun 1 dan stasiun 3 memiliki nilai pH yang sama dan berada di atas
nilai pH stasiun 2. Adapun nilai pH pada stasiun 1 sebesar 7,8, pada stasiun 2 sebesar 7,6
dan pada stasiun 3 sebesar 7,8. Grafik nilai rata-rata pH di Sungai Sibiru Biru dapat
[image:37.595.172.457.367.520.2]dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Grafik Rata-Rata pH di Sungai Sibiru Biru
Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme pada umumnya antara 7 sampai
8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organism, karena akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi (Barus, 2004). Dari hasil penelitian yang didapat, nilai pH air
Sungai Sibiru Biru masih sesuai dengan baku mutu kualitas air seperti yang tercantum
dalam PP No. 82 Tahun 2001 yaitu kisaran pH untuk badan air kelas II adalah 6-9. 7,5 7,55 7,6 7,65 7,7 7,75 7,8 7,85
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Dissolved Oxygen (DO)
Dari hasil penelitian yang dilakukan, nilai DO terendah berada pada stasiun 2
yaitu 5,28 mg/L. Sementara itu, nilai DO tertinggi berada pada stasiun 1 yaitu sebesar
6,42 mg/L sedangkan nilai DO pada stsiun 3 adalah 6,00. Apabila dibandingkan dengan
nilai DO yang ditetapkan oleh PP No. 82 Tahun 2001 nilai DO dari ketiga stasiun masih
memenuhi baku mutu.
Rendahnya nilai DO pada stasiun 2 disebabkan lebih banyak dijumpai aktivitas
pada stasiun tersebut. Aktivitas yang dilakukan oleh penduduk sekitar dan wisatawan
sangat berpengaruh terhadap kualitas air sungai. kurangnya kesadaran masyarakat yang
memanfaatkan air sungai secara langsung mengakibatkan berkurangnya nilai DO di
perairan tersebut. Namun perbedaan nilai DO ketiga stasiun tidak terlalu signifikan dan
masih memenuhi baku mutu kualitas air. Hal ini dikarenakan arus ketiga stasiun
tergolong deras.
Derasnya arus juga berpengaruh terhadap tingginya nilai oksigen terlarut, dimana
arus berkonsentrasi memasukkan oksigen dari udara kedalam air melalui proses difusi.
Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan organik dapat mengurangi kadar oksigen
terlarut hingga mencapai nol (Effendi, 2003). Grafik rata-rata Dissolved Oxygen (DO) di
[image:38.595.167.457.551.689.2]Sungai Sibiru Biru dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Grafik Rata-Rata Dissolved Oxygen (DO) di Sungai Sibiru Biru 4,5
5 5,5 6 6,5
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
N ila i R a ta -r a ta D O (m g /L) Stasiun Pengamatan
Dissolved Oxygen (DO)
6,245,25
Biochemical Oxygen Demand (BOD5)
Hasil penelitian menunjukkan, nilai BOD5 pada stasiun 1 sebesar 1,06 mg/L,
pada stasiun 2 sebesar 1,04 mg/L dan stasiun 3 sebesar 1,07 mg/L. Nilai BOD5
Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguraikan (mengoksidasi) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat
organik yang tersuspensi dalam air (Simanjuntak, 2009). Nilai BOD
dari ketiga
stasiun masih memenuhi baku mutu kualitas air sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001.
5 dari ketiga stasiun
tersebut tergolong kecil sehingga menandakan beban limbah di perairan sungai tersebut
tidak begitu besar. Grafik rata-rata Biochemical Oxygen Demand (BOD5) di Sungai
[image:39.595.172.458.345.501.2]Sibiru Biru dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Grafik Rata-Rata BOD5
Nitrat (NO
di Sungai Sibiru Biru
3
Hasil penelitian menunjukkan nilai nitrat pada setiap stasiun penelitian masih
memenuhi nilai baku mutu kualitas air sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001. Nilai nitrat
tertinggi berada pada stasiun 2 dan terendah pada stasiun 1. Adapun nilai nitrat pada
stasiun 1 sebesar 0,42 mg/L, pada stasiun 2 sebesar 0,92 mg/L dan pada stasiun 3 sebesar
0,66 mg/L. Grafik rata-rata Nitrat (NO )
3)di Sungai Sibiru Biru dapat dilihat pada Gambar
16. 1,02 1,03 1,04 1,05 1,06 1,07 1,08
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun3
Gambar 16. Grafik Rata-Rata Nitrat (NO3
Peningkatan kadar nitrat di perairan disebabkan oleh masuknya limbah domestik
atau pertanian (pemupukan) yang umumnya banyak mengandung nitrat (Hutagalung,
dkk. 1997).Keberadaan nitrat di Sungai Sibiru Biru dihasilkan oleh limbah domestik,
pertanian dan budidaya. Keberadaan rumah penduduk di pinggiran Sungai Sibiru Biru
menghasilkan limbah domestik. Banyaknya wisatawan yang mandi-mandi di perairan
sungai juga sangat berpengaruh terhadap nilai nitrat pada perairan sungai tersebut,
terlebih pada saat hari libur, dimana jumlah wisatawan yang berkunjung lebih banyak. )di Sungai Sibiru Biru
Menurut pengakuan pengelola, bahwasanya pengelola menyediakan septic tank
sebagai wadah penampungan kotoran manusia. Namun, tidak jarang anak-anak yang
bertempat tinggal di sekitar Sungai Sibiru Biru membuang kotoran secara langsung ke
perairan sungai.
Fosfat (PO4
Hasil penelitian menunjukkan nilai fosfat pada stasiun 1 sebesar 0,034 mg/L,
pada stasiun 2 sebesar 0,075 mg/L dan pada stasiun 3 sebesar 0,042 mg/L. Nilai fosfat
tersebut masih memenuhi baku mutu kualitas air sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001. ) 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
N ila i R a ta -r a ta N itr a t (m g /L) Stasiun Pengamatan
Nitrat (NO
3)
0,42
0,92
Fosfat merupakan unsur yang penting dalam pembentukan protein dan membantu
proses metabolisme sel suatu organisme. Fosfat diabsorpsi oleh fitoplankton dan
seterusnya masuk kedalam rantai makanan. Senyawa fosfat dalam perairan berasal dari
sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan dan pelapukan tumbuhan
[image:41.595.167.457.254.412.2](Hutagalung, 1997). Grafik rata-rata Fosfat (PO4) di Sungai Sibiru Biru dapat dilihat pada
Gambar 17.
Gambar 17. Grafik Rata-Rata Fosfat (PO4) di Sungai Sibiru Biru
Total Coliform
Dari hasil penelitian yang dilakukan, nilai total coliform pada setiap stasiun
bervariasi, tetapi perbedaan nilai tidak terlalu signifikan. Nilai total coliform pada stasiun
1 sebesar 983 jml/100 ml, padasatsiun 2 sebesar 1600 jml/100 ml dan pada stasiun 3
sebesar 1366 jml/100 ml. Walaupun keberadaan total coliform diperairan Sungai Subiru
Biru cukup tinggi, namun masih memenuhi baku mutu kualitas air sesuai dengan PP No.
82 Tahun 2001. Grafik rata-rata Total Coliform di Sungai Sibiru Biru dapat dilihat pada
Gambar 18. 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
N ila i R a ta -r a ta F o sfa t (m g /L) Stasiun Pengamatan
Fosfat (PO
4)
0,034
0,075
Gambar 18. Grafik Rata-Rata Total Coliform di Sungai Sibiru Biru
Keberadaan bakteri total coliform diperairan pasti berdampak buruk bagi
makhluk hidup yang memanfaatkan perairan tersebut. Menurut Sutrisno (2004) Air tidak
boleh mengandung coliform. Air yang mengandung golongan coli dianggap telah
terkontaminasi dengan kotoran manusia. Nilai total coliform pada setiap stasiun berbeda.
Pengaruh limbah seperti feses atau sisa makanan lainnya masih mendominasi
sebagai faktor penyebab pencemaran lingkungan air. Lokasi pemukiman padat penduduk
dengan kerapatan penduduk yang tinggi, jarak antara
satu rumah dengan rumah yang lain sangat dekat, jarak antara pembuangan limbah dan
septic tank sumber air cenderung berdekatan serta kebiasaan penduduk ditepian sungai membuang limbah secara langsung ke sungai menyebabkan pencemaran bakteri coliform
(Khotimah, 2013).
Persepsi Pengunjung Terhadap Tempat Wisata
Nilai tingkat kepuasan pengunjung terhadap objek wisata Sungai Sibiru Biru
adalah 50% atau sebanyak 20 orang puas berwisata di Sungai tersebut. Selanjutnya 0
500 1000 1500 2000
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
terdapat 25% atau sebanyak 10 orang yang mengatakan cukup puas. Sedangkan 12% atau
sebanyak 5 orang mengatakan tidak puas.
Dari hasil kuisioner, terdapat beberapa alasan kenapa pengunjung merasa puas
dan tidak puas berkunjung ke objek wisata Sungai Sibiru Biru. Adapun alasan tersebut
yakni, pengunjung merasa puas atas tersedianya pondok yang disediakan oleh pengelola
untuk tempat wisatawan bersatai-santai sambil menikmati panorama alam yang asri.
Selain itu pengunjung juga merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh pengelola
objek wisata Sungai Sibiru Biru dengan disediakan beberapa tim pengaman yang
memantau wisatawan saat melalukan aktivitas mandi-mandi di sungai. Dengan
diadakannya tim pengaman tersebut pengunjung merasa aman dan tidak terlalu khawatir
melakukan aktivitas mandi-mandi terkusus untuk anak-anak.
Wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Sungai Sibiru Biru tidak semua
merasa puas ketika berwisata, namun ada beberapa yang merasa tidak puas.
Ketidakpuasan pengunjung memiliki alasan yang cukup membangun untuk pengelola
objek wisata Sungai Sibiru Biru tersebut. Pengunjung meminta agar pengelola
menyediakan jumlah toilet yang cukup. Hal ini dikarenakan wisatawan menunggu terlalu
lama untuk mengantri di toilet disaat pengunjung berwisata pada hari libur.
Dari 40 data kuisioner yang diberikan kepada pengunjung, tingkat kenyamanan
yang dirasakan wisatawan adalah 62,5% atau sebanyak 25 orang mengatakan nyaman dan
sebanyak 37,5% atau sebanyak 15 orang mengatakan tidak nyaman. Menurut Sudewi
(2000), sesuai dengan kriteria dari Ditjen PHPA bahwa suatu obyek wisata dapat
dikatakan nyaman apabila nilai tingkat kenyamanan berada pada kisaran 60%-79%.
Apabila dilihat dari nilai yang telah diperoleh, objek wisata Sungai Sibiru Biru masuk
dalam kategori nyaman.
Dari hasil kuisioner, ada beberapa alasan wistawan mengatakan nyaman
berwisata ke Sungai Sibiru Biru. Pengunjung merasa nyaman dengan keadaan panorama
suasana Sungai Sibiru Biru lebih teduh. Selain itu keadaan pondok-pondok yang tertata
rapi dan tidak terlalu rapat satu sama lain membuat wisatawan nyaman untuk beristirahat.
Namun, kurangnya jumlah tong sampah membuat pengunjung tidak nyaman. Hal ini
mengakibatkan pengunjung dengan sengaja membuang sampah tidak pada tempatnya,
sehingga pengunjung merasa risih berada disekitar sampah yang berserakan.
Dari hasil kuisioner, terdapat 50% atau 20 orang wisatawan yang pernah
diberitahu oleh pengelola untuk mematuhi aturan berwisata di Sungai Sibiru Biru dan
sebanyak 50% atau sebanyak 20 orang tidak diberitahu pengelola aturan berwisata. Di
Sungai Sibiru Biru tidak terdapat aturan berwisata berupa papan pengumuman yang berisi
himbauan atau ajakan untuk menjaga kebersihan dll. Pengelola memberitahu secara
langsung kepada pengunjung untuk menjaga kebersihan. Hal ini kurang memadai untuk
menjalankan tata cara berwisata yang baik dan dengan jumlah pengunjung yang banyak
akan mengakibatkan arahan tidak tersebar secara merata kesetiap pengunjung.
Jumlah wisatawan yang telah menaati aturan sebanyak 62,5% atau sebanyak 25
orang dan sebanyak 37,5% atau sebanyak 15 orang mengatakan tidak menaati aturan.
Tidak tersedianya aturan berwisata di objek wisata Sungai Sibiru Biru mengakibatkan
banyak wisatawan yang tidak menaati aturan berwisata. Hal ini dapat menjadi lebih buruk
apabila pengelola atau penyedia fasilitas wisata tidak menjalankan kaidah konservasi.
Gambar 19. Grafik Perilaku Pengunjung
Persepsi Pengelola Terhadap Wilayah Kelolanya
Objek wisata Sungai Sibiru Biru ini telah dibuka dari tahun 1990. Pengelola
objek wisata Sungai Sibiru Biru ini sudah sering berganti. Pengelola yang sekarang
mengembangkan usaha objek wisata Sungai Sibiru Biru telah berlangsung selama 5
tahun. Sebanyak 75% atau sebanyak 3 pengelola menyediakan pondok lebih dari 10 dan
sebanyak 25% atau 1 pengelola yang manyediakan pondok kurang dari 10.
Dari hasil kuisioner terdapat 100% atau 4 pengelola menyediakan toilet yang
digunakan oleh pengunjung. Selain itu toilet juga dilengkapi dengan septic tank sebagai
wadah penampung hasil limbah dari toilet. Hasil kuisioner juga menunjukkan sebanyak
100% pengelola membakar sampah yang dihasilkan oleh pengunjung. Respon dari
pengelola dan masyarakat sekitar objek wisata Sungai Sibiru Biru belum sepenuhnya
dapat dikatakan baik. Hal ini dikarenakan himbauan dari masyarakat sekitar sungai dan
pengelola kepada pengunjung untuk bekerjasama dalam penerapan berwisata berbasis
konservasi tidak dilaksanakan. Tidak ditemukannya larangan atau himbauan kepada
pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya mengakibatkan wisatawan lalai
atas pentingnya menjaga kebersihan di objek wisata Sungai Sibiru Biru tersebut. 0 10 20 30 40 50 60 70
Menaati Aturan Tidak Menaati Aturan
Dari hasil kuisioner menunjukkan sebanyak 100% atau 4 pengelola mengatakan telah
memberikan himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya. Namun himbauan
tersebut dilakukan secara langsung kepada pengunjung. Dari hasil kuisioner, diperoleh
sebanyak 50% atau 2 pengelola mengatakan pengunjung mau membuang sampah (sering)
dan sebanyak 50% atau 2 orang mengatakan pengunjung mau membuang sampah
(jarang).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, objek wisata Sungai Sibiru Biru tidak
menyediakan papan pengumuman berupa spanduk, stiker atau lain sebagainya yang dapat
menghimbau wisatawan untuk menjaga kebersihan. Selain itu, ketersediaan tong sampah
juga masih sedikit dijumpai. Hal ini mengakibatkan kelalaian dari wisatawan yang
berkunjung keobjek wisata Sungai Sibiru Biru untuk menjaga kebersihan dan bahkan
tidak jarang dijumpai dengan sengaja wisatawan membuang sampah keperairan.
Berkaitan dengan hal ini, hasil pemantauan menunjukkan bahwa jarak antara pondok
dengan perairan sungai terlalu dekat, yaitu kurang dari 1 meter. Sehingga wisatawan
sangat mudah membuang sampah langsung keperairan sungai. Tabulasi Kuisioner Data
Kuisioner dilihat pada Lampiran 11. Grafik persepsi pengelola dapat dilihat pada Gambar
[image:46.595.182.433.520.686.2]20.
Gambar 20. Grafik Persepsi Pengelola 0 20 40 60 80 100 120 Larangan Membuang Sampah Pengunjung Membuang Sampah Pada Tempatnya P ersen ta se P ersep si P en g el o la (%) Persepsi Pengelola
Persentase Persepsi Pengelola
Ya
Tidak 100%
0%
Dibutuhkannya kerjasama baik dari pihak pengelola maupun masyarakat
setempat untuk memantau kondisi objek wisata Sungai Sibiru Biru. Menyediakan
papan-papan pengumuman yang berisikan himbauan atau ajakan kepada pengunjung untuk
meningkatkan kesadaran bahwa pentingnya untuk menjaga kebersihan. Selain itu
perlunya disediakan tong sampah dalam jumalah yang cukup. Tersedianya jumlah tong
sampah yang cukup memudahkan wisatawan membuang sampah pada tempatnya.
Tersedianya jumlah toilet yang cukup memberikan kenyamanan untuk
pengunjung. Hal ini dikarenakan terjadinya desakan dan kejenuhan pengunjung untuk
memanfaatkan fasilitas toilet dengan mengantri pada saat pengunjung berjumlah banyak
atau pada hari libur. Untuk terjaganya kualitas air sungai, keberadaan pondok juga perlu
di perhatikan. Keberadaan pondok memiliki posisi yang terlalu dekat yaitu kurang dari 1
meter, sehingga banyak dijumpai wisatawan tanpa berpikir panjang membuang sampah
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Aktivitas wisata Sungai Sibiru Biru menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air
di sungai tersebut, walaupun kualitas air tersebut pada umumnya masih memenuhi
baku mutu kualitas air sesuai dengan PP No. 82 tahun 2001 kelas II dan sistem
penilaian STORET.
2. Tingkat kenyamanan wisatawan terhadap objek wisata Sungai Sibiru Biru sebesar
62,5% dengan kategori cukup nyaman dan tingkat keindahan objek wisata Sungai
Sibiru Biru sebesar 57,5%, dengan kategori cukup indah. Namun, tingkat kesadaran
pengunjung akan pentingnya nilai kebersihan masih perlu ditingkatkan yaitu sebesar
50%.
3. Terdapat 100% atau 4 pengelola menyediakan toilet untuk pengunjung. Namun
pengelola tidak menyediakan papan pengumuman yang dapat menghimbau
wisatawan untuk menjaga kebersihan. Ketersediaan tong sampah juga masih sedikit
dijumpai, sehingga perlu ditingkatkan.
Saran
Penelitian mengenai pengaruh aktivitas wisata terhadap kualitas air Sungai Sibiru
Biru perlu dilakukan secara berkesinambungan. Diperlukan penelitin terhadap daerah
hulu perairan, agar diperoleh gambaran dan hasil yang lebih lengkap. Hal ini bertujuan
untuk menjaga kualitas air. Kerjasama pengelola objek wisata dan wisatawan dalam
menjaga kebersihan objek wisata Sungai Sibiru Biru juga diperlukan, agar keberadaan
TINJAUAN PUSTAKA
Perairan Sungai
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang
Sumberdaya Air, dinyatakan bahwa sungai merupakan salah satu bentuk alur air
permukaan yang harus dikelola secara menyeluruh, berwawasan lingkungan hidup
dengan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk kemakmuran
rakyat. Dengan demikian sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan
fungsi dan kemanfaatannya dan dikendalikan dampak negatif terhadap lingkungannya.
Dalam rangka mewujudkan kemanfaatan sungai serta mengendalikan kerusakan sungai,
perlu ditetapkan garis sempadan sungai, yaitu garis batas perlindungan sungai. Garis
sempadan sungai ini selanjutnya akan menjadi acuan pokok dalam kegiatan pemanfaatan
dan perlindungan sungai serta sebagai batas permukiman di wilayah sepanjang sungai
(Maryono, 2009).
Ekosistem sungai dibagi menjadi beberapa zona, dimulai dengan zona krenal
(mata air) yang umumnya terdapat di daerah hulu. Zona krenal dibagi menjadi
rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun, biasanya terdapat pada tebing-tebing
yang curam, limnokrenal, yaitu mata air yang membentuk genangan air yang selanjutnya
membentuk rawa-rawa. Selanjutnya aliran air dari beberapa mata air akan membentuk
aliran sungai di daerah pegunungan. Zona rithral, ditandai dengan relif aliran sungai yang
sangat terjal. Zona rithral dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu epirithral (bagian yang
paling hulu), metarhitral (bagian tengah dari aliran sungai di zona rithral) dan hyporithral
(bagian paling akhir dari zona rithral). Setelah melewati zona hyporithral, aliran sungai
akan memasuki zona potamal, yaitu aliran sungai pada daerah-daerah yang relatif lebih
bagian, yaitu epipotamal (bagian atas dari zona potamal), metapotamal (bagian tengah)
dan hypopotamal (bagian akhir dari zona potamal) (Barus, 2004).
Sungai sebagai salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting
bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan perekonomian. Akan
tetapi sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai bidang,
maka baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempunyai dampak terhadap
kerusakan lingkungan termasuk didalamnya pencemaran sungai. Pencemaran sungai
umumnya berasal dari limbah domestik maupun limbah non domestik, seperti limbah dari
perumahan, perkantoran, pabrik dan industri. Oleh karena itu pencemaran air sungai dan
lingkungan sekitarnya perlu dikendalikan seiring dengan laju pembangunan agar fungsi
sungai dapat dipertahankan kelestariannya (Yudo, 2010).
Pariwisata
Undang-udang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan
menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan pariwisata, yaitu :
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha.
5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di
dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
8. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan
usaha pariwisata.
Saat ini wisata yang banyak diminati oleh masyarakat baik lokal maupun non
lokal yakni wisata yang mengarah ke alam. Salah satu jenis wisata alam yang sekarang
ini banyak menghasilkan wisatawan lokal maupun asing yaitu wisata bahari. Dapat
diartikan wisata bahari adalah salah satu jenis pariwisata yang memiliki objek sajian
meliputi wisata alam dan berhubungan dengan sumberdaya air (Nastiti, 2013).
Menurut Yulianda (2007), konsep pemanfaatan wisata dapat diklasifikasikan
menjaditiga kelompok yaitu:
a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan
pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai
objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
c. Ekowisata (Ecotourism,), merupakanwisata berorientasi pada lingkungan untuk
menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri
Parameter Kualitas Air
Suhu
Temperatur disuatu ekosistem air berfluktuasi baik harian maupun tahunan.
Fluktuasinya terutama mengikuti pola temperatur udara lingkungan sekitarnya. Selain itu
pola temperatur perairan dapat dipengaruhi oleh factor-faktor anthropogen atau faktor
yang diakibatkan oleh aktivitas manusia (Barus, 2004).
Suhu air pada berbagai lapiasan dapat diukur dengan menggunakan termometer
yang dibenamkan dalam air. Kisaran suhu lingkungan perairan lebih sempit dibandingkan
dengan lingkungan daratan, karena itulah maka kisaran toleransi organisme akuatik
terhadap suhu juga relatif sempit dibandingkan dengan organisme akuatik (Suin, 2002).
Kecepatan Arus
Menurut Barus (2004), arus air adalah faktor yang mempunyai peranan sangat
penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan
penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air.
Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan lotik
umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah, sehigga air akan
terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arus laminar,
yaitu arus air yang bergerak ke satu arah tertentu saja.
Total Suspended Solid (TSS)
Zat Padat Tersuspensi dapat diklasifikasikan menjadi zat padat terapung yang
selalu bersifat organik dan zat padat terendap yang dapat bersifat organik dan anorganik.
Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang dapat
pH
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan,
didefenisikan sebagai logaritma dari resifprokal aktivitas ion hidrogen dan secara
matematika dinyatakan sebagai pH= log l/H- dimana H- adalah banyaknya ion hidrogen
dalam mol/liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan ion hidrogen
akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Barus, 2004).
DO
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam ekosistem
air, terutama sekali dibutuhkan dalam proses respirasi bagi sebagian besar organisme air.
Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas dibandingkan dengan kadar
oksigen di udara yang mempunyai konsentrasi sebanyak 21% volume. Sedangkan air
hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1% volume saja. Sumber utama oksigen
terlarut dalam air adalah difusi oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air
dengan udara dan dari proses fotosintesis, selanjutnya air kehilangan oksigen melalui
pelepasan dari permukaan ke atmosfir dan melalui kegiatan respirasi dari semua
organisme air (Barus, 2004).
BOD
Biological Oxygen Demand(BOD) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologi yang benar-benar terjadi dalam air.
Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan
(mengoksidasi) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang
Nitrat (NO3
Sumber pencemaran nitrat dalam air umumnya berasal dari limbah industri,
septic tank, limbah hewan (misalnya burung dan ikan) dan limbah dari angkutan air (perahu, kapal dan lain-lain). Selain itu limbah dari lahan-lahan pertanian akibat aktivitas
pemupukan, penggunaan pestisida dan lain-lain memberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap polusi nitrat di dalam air permukaan (surface water) dan air bawah tanah
(ground water) (Ompusunggu, 2009). )
Fosfat (PO4
Unsur fosfor di alam banyak dijumpai dalam bentuk ion fosfat, baik dalam
bentuk organik maupun anorganik. Keberadaan unsur ini di lapisan tanah tidak stabil,
karena berbentuk mineral-mineral yang sangat reaktif terhadap air yang mengalir di
permukaannya. Unsur ini akan mudah mengalami proses pengikisan, pelapukan dan
pengenceran karena limpasan air. Selama terjadi proses-proses tersebut mineral-mineral
fosfat akan terurai menjadi ion fosfat yang merupakan salah satu zat hara yang diperlukan
(Santoso, 2007). )
Total Coliform
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran
pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri
patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya bakteri coliformfecal adalah bakteri indikator
adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliformfecal menjadi indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan
Pengaruh Kegiatan Wisata Terhadap Kualitas Air Sungai
Dampak negatif dari kegiatan wisata terjadi apabila tingkat penggunaan lebih
besar daripada kemampuan lingkungan untuk mengatasi hal tersebut. Aktivitas yang
dilakukan oleh pelaku wisata, produk perencanaan dan sistem pengelolaan wisata serta
kondisi sarana dan prasarana dapat mempengaruhi terjadinya intensitas dampak
lingkungan yang berbeda (Ginanjar, 2012).
Pada umumnya wisatawan melakukan kegiatan wisata tergantung dengan kondisi
atraksi dari objek wisatanya. Memberdayakan objek wisata tidak banyak membutuhkan
dana, karena tinggal melakukan pendekatan dan koordinasi dengan masyarakat setempat.
Masalah cukup berat adalah memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat
bahwa keikutsertaan dan peran serta langsung dari mereka akan punya andil dan besar
dalam meningkatkan kepariwisataan secara makro maupun kehidupan atau kesejahteraan
masyarakat sendiri secara mikro (Harthayasa, 2002).
Pengembangan pariwisata dapat menimbulkan kerusakan besar pada
ekosistem.Kerusakan dan masalah ekosistem yang ditimbulkan dapat berupa sedimentasi,
bangunan yang dibuat kadang-kadang menghalangi arus sungai dan drainase serta
pencemaran langsung yang disebabkan oleh limbah hotel dan restoran. Masalah
lingkungan terbesar bagi bangunan dan fasilitas pariwisata adalah penggunaan energi dan
pembuangan limbah.Sampah padat yang dihasilkan dari pembangunan dan konstruksi
sarana akomodasi menjadi limbah beracun yang mencemari air, udara dan tanah (Aria,