RESPON MASYARAKAT KECAMATAN BINJAI TIMUR KOTA BINJAI TERHADAP PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
SKRIPSI
OLEH :
VIEN YOWINDY 070902033
DIAJUKAN GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Vien Yowindy Nim : 070902033
ABSTRAK
Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Skripsi ini Terdiri Dari 6 BAB, 86 Halaman, 2 bagan dan 35 Tabel.
Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara masih bergelut dengan kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2010 bahwa jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 31,02 juta jiwa sedangkan di Sumatera Utara sendiri jumlah penduduk miskin ada sebanyak 1.490.900 jiwa. Keadaaan masyarakat yang miskin tersebut menyebabkan mereka tidak mampu untuk memenuhi biaya kesehatan. Karena adanya keadaan tersebut, pemerintah membuat program untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat miskin. Salah satunya adalah Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Program jamkesmas ini tentunya akan mendapat respon dari masyarakat meskipun secara teori program tersebut akan mendapat respon yang positif. Namun, hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan respon dapat dilihat dari tiga variabel, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap masyarakat di berbagai wilayah akan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suatu program yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Terhadap Program Jamkesmas.
Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Binjai Timur dengan responden yang berjumlah 28 orang. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi, dan wawancara langsung kepada responden yang bisa memperkuat data penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, data yang diperoleh dari penelitian diteliti dan jawaban-jawaban diklasifikasikan menurut macamnya serta ditabulasikan kedalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisa, dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel-variabelnya.
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata program jamkesmas mendapat respon positif dari masyarakat dengan nilai 0,96. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,96 dan sikap dengan nilai 1 serta partisipasi dengan nilai 0,92. Masyarakat berharap program jamkesmas tetap dilanjutkan.
UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : Vien Yowindy Nim : 070902033
ABSTRACT
Community Response Eastern City of Binjai Binjai City to public health insurance programs. This thesis consists of 6 chapters, 86 pages, 2 charts and 35 tables.
Indonesian society, particularly North Sumatra is still struggling with poverty, as recorded by the Central Statistics Agency (BPS) in March 2010 that the number of people living below the poverty line reached 31.02 million people in North Sumatra alone while the number of poor people there are as many as 1490. 900 souls. Circumstances that led to poor communities they are unable to meet health costs. Because of these circumstances, the government create a program to address health problems of the poor. One is the public health insurance programs (Jamkesmas). Jamkesmas Program will certainly get a response from the community, although in theory the program will receive a positive response. However, this has not been established because in determining the response can be seen from the three variables, namely perception, attitudes, and participation. Given these conditions, every community in the various regions will have different responses to a program provided by the government. This study aims to determine the community response Binjai district east of Jamkesmas program.
The research method using descriptive type which makes the overall picture of how the community responses. This research was conducted in the district east Binjai by respondents, amounting to 28 people. Techniques of data collection through questionnaires to the respondents, observation, and direct interviews to respondents who can strengthen this research data. While the method used is descriptive analysis, data obtained from the research study and the responses are classified according to the kinds and tabulated into frequency tables were analyzed, and using a Likert scale to measure the variables.
Based on the data collected and analyzed can be concluded that on average Jamkesmas program received a positive response from the community with a value of 0.96. Consisting of perception with a value of 0.96 and attitudes with a value of 1 and participation with the value 0.92. Society expects Jamkesmas program continues.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas Berkat dan Rahmat-Nya yang tak
terhingga kepada penulis, serta salawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW beserta sahabatnya. Sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai
Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat”.
Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar
sarjana (S-1), Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauhdari kesempurnaan, baik dalam
penulisan maupun materi yang disajikan. Hal ini dikarenakan keterbatasan yang dimiliki
penulis. Namun demikian penulis mencoba dan berusaha semaksimal mungkin agar skripsi
ini dapat disajikan dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun, guna lebih menyempurnakan isi
skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis memberikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang-orang yang berjasa dalam penulisan skripsi ini antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fisip USU.
2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.S.P selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan
Sosial dan juga dosem pembimbing, yang telah meluangkan waktu, memberikan
masukan berupa nasehat dan motivasi sehingga dapat memudahkan penulis dalam
3. Bapak dan ibu dosen yang telah mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan
serta seluruh staff dan Pegawai Administrasi FISIP USU yang telah banyak
membantu penulis selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.
4. Kedua orang tuaku Alm. Rudy Rulwandy dan Rosmaini yang telah memberikan
cinta dan kasih sayang serta ribuan doa dalam membesarkan dan mendidik penulis
selama ini.
5. Pamanku Iraiziddin yang telah memberikan yang memberikan kasih sayang serta
ribuan doa dalam mendidik penulis selama ini.
6. Abangku Alm. Ricky Andesta dan Rhendy Octora serta kakakku Yessy
Yowanni yang telah memberikan kasih sayang, dukungan serta nasehat kepada penulis selama ini.
7. M. Ganda Hadi Kusumah, yang telah memberikan perhatian, motivasi dan selalu membagi waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Sepupuku Lisa, dan sahabat-sahabatku Manda, Titik, Tika, Aink, Wirda, Ita
yang selalu memberiku semangat, motivasi serta perhatiannya selama selama ini.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Akhir kata, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan perhatian
yang telah diberikan selama ini, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan dan
mempermudah segala urusan. Penulis juga mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas
serta kekhilafan datangnya dari penulis sendiri, untuk itu mohon dimaafkan. Harapannya
semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Amin…
Medan, 1 maret 2011
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...ii
DAFTAR TABEL...vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Perumusan Masalah ...6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6
1.4 Manfaat Penelitian ...6
1.5 Sistematika Penulisan ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ...8
2.2 Masyarakat ...12
2.3 Jamkesmas ...15
2.3.1 Landasan Hukum Jamkesmas ...15
2.3.2 Tata Laksana Kepesertaan ...18
2.3.3 Administrasi Kepesertaan ...20
2.3.4 Tatalaksana Pelayanan Kesehatan ...21
2.4Pelayanan Kesehatan……….26
2.4.1.Pengertian Pelayanan Kesehatan………26
2.4.2. Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan………...26
2.5Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan Jamkesmas……….30
2.6Kerangka Pemikiran...31
2.7 Defenisi Konsep Dan Operasional...34
2.7.1 Defesi Konsep...34
2.7.2 Defenisi Operasional...34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian...36
3.2 Lokasi Penelitian...36
3.3 Populasi Dan Sampel……….36
3.3.1 Populasi...36
3.3.2 Sampel...37
3.4 Teknik Pengumpulan Data...37
3.5 Teknik Analisa Data...38
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Batas Wilayah Kecamatan Binjai Timur...39
4.2 Keadaan Demografis...39
4.2.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan……….………...…..39
4.2.2.Pembagian Wilayah………...…40
4.2.3.Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia………….….……....41
4.2.5.Komposisi penduduk berdasarkan Agama yang Dianut…….……..…...43
4.2.6.Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/ Suku……….……....43
4.2.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian……….…….44
4.2.8.Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………....……....46
4.3.Sarana dan Prasarana Kecamatan Binjai Timur……….…..…..…..47
4.3.1.Fasilitas Sarana dan Tempat Ibadah……….………...…..….47
4.3.2.Fasilitas Sarana Pendidikan………..……..….…..….47
4.3.3.Pengguna Fasilitas Program KB Menurut Alat Kontarasepsi……...….48
4.4.4.Sarana Kesehatan………...…49
4.5.Potensi Kecamatan Binjai Timur………..…..50
4.5.1.Potensi Hasil Peternakan………..…….50
4.5.2.Potensi Hasil Pertanian………...….….….51
4.6.Sistem Pemerintahan Kecamatan Binjai Timur……….……...52
4.6.1.Struktur pemerintahan Kecamatan Binjai Timur………...…54
4.6.2.Aparat Ketertiban dan Ketentraman Kecamatan……….…...55
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Umum...56
5.1.1 Data Jenis Kelamin Responden...56
5.1.2 Data Usia Responden...57
5.1.3 Data Agama Responden ...58
5.1.4 Data Latar Belakang Pendidikan Responden...59
5.1.5 Data Suku Responden...60
5.1.6 Data Jumlah Anak Responden...61
5.1.8 Data Penghasilan Responden...63
5.1.9. Data Sumber Informasi Responden……….…………....…..….64
5.2 Analisa Respon Terhadap Program Jamkesmas...64
5.2.1 Persepsi Responden Terhadap Program Jamkesmas...65
5.2.2 Sikap Responden Terhadap Program Jamkesmas...68
5.2.3 Partisipasi Responden Terhadap Program Jamkesmas...,,...72
5.3 Analisis Data Kuantitatif Responden Terhadap Program Jamkesmas...78
5.3.1 Persepsi Responden Terhadap Program Jamkesmas...79
5.3.2 Sikap Responden Terhadap Program Jamkesmas...80
5.3.3 Partisipasi Responden Terhadap Program Jamkesmas...,,...82
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan...84
6.2 Saran...85
BAGAN
BAGAN 1 Kerangka Pemikiran...33
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan...24
Tabel 4.2 Pembagian Wilayah...41
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia...41
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...42
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut...43
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku...44
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian...45
Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Berdaarkan Tingkat Pendidikan...46
Tabel 4.9 Fasilitas Sarana Dan Tempat Ibadah...47
Tabel 4.10 Fasilitas Sarana Pendidikan...48
Tabel 4.11 Pengguna Fasilitas Program KB Menurut Alat Kontrasepsi...49
Tabel 4.12 Sarana Kesehatan...50
Tabel 4.13 Potensi Hasil Peternakan………...51
Tabel 4.14 Potensi Hasil Pertanian………...52
Tabel 4.15 Aparat Ketertiban Dan Ketentraman Kecamatan...55
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...56
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...57
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama...58
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...59
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku...60
Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ...62
Tabel 5.8 Karakteristik Rsponden Berdasarkan Penghasilan ...63
Tabel 5.9 Data Sumber Informasi Responden...64
Tabel 5.10 Pengetahuan Responden Terhadap Penyelenggaraan
Program Jamkesmas...65
Tabel 5.11 Pemahaman Responden Terhadap Program Jamkesmas ...65
Tabel 5.12 Pengetahuan Responden Terhadap Tujuan Program
Jamkesmas...66
Tabel 5.13 Frekuensi Responden Dalam Memanfaatkan Pelayanan
Kesehatan Program Jamkesmas……...72
Tabel 5.14 Tanggapan Responden Mengenai Penjelasan Yang Diberikan
Dokter……….….74
Tabel 5.15 Tanggapan Responden Mengenai Alat-alat Pengobatan
Di Rumah Sakit……….…...75
Tabel 5.16 Tanggapan Responden Mengenai Ketersediaan Obat-obatan
di Rumah Sakit……….…...76
Tabel 5.17 Tanggapan Responden Mengenai Tingkat Kesembuhan
Setelah Berobat Dalam Program Jamkesmas di Rumah
Sakit...76
Tabel 5.18 Tanggapan Responden Mengenai Tingkat Kepuasan
Terhadap Pelayanan di Rumah Sakit……….….…77
Tabel 5.19 Persepsi Responden Terhadap program Jamkesmas...79
3UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Vien Yowindy Nim : 070902033
ABSTRAK
Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Skripsi ini Terdiri Dari 6 BAB, 86 Halaman, 2 bagan dan 35 Tabel.
Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara masih bergelut dengan kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2010 bahwa jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 31,02 juta jiwa sedangkan di Sumatera Utara sendiri jumlah penduduk miskin ada sebanyak 1.490.900 jiwa. Keadaaan masyarakat yang miskin tersebut menyebabkan mereka tidak mampu untuk memenuhi biaya kesehatan. Karena adanya keadaan tersebut, pemerintah membuat program untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat miskin. Salah satunya adalah Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Program jamkesmas ini tentunya akan mendapat respon dari masyarakat meskipun secara teori program tersebut akan mendapat respon yang positif. Namun, hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan respon dapat dilihat dari tiga variabel, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap masyarakat di berbagai wilayah akan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suatu program yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Terhadap Program Jamkesmas.
Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Binjai Timur dengan responden yang berjumlah 28 orang. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi, dan wawancara langsung kepada responden yang bisa memperkuat data penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, data yang diperoleh dari penelitian diteliti dan jawaban-jawaban diklasifikasikan menurut macamnya serta ditabulasikan kedalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisa, dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel-variabelnya.
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata program jamkesmas mendapat respon positif dari masyarakat dengan nilai 0,96. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,96 dan sikap dengan nilai 1 serta partisipasi dengan nilai 0,92. Masyarakat berharap program jamkesmas tetap dilanjutkan.
UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : Vien Yowindy Nim : 070902033
ABSTRACT
Community Response Eastern City of Binjai Binjai City to public health insurance programs. This thesis consists of 6 chapters, 86 pages, 2 charts and 35 tables.
Indonesian society, particularly North Sumatra is still struggling with poverty, as recorded by the Central Statistics Agency (BPS) in March 2010 that the number of people living below the poverty line reached 31.02 million people in North Sumatra alone while the number of poor people there are as many as 1490. 900 souls. Circumstances that led to poor communities they are unable to meet health costs. Because of these circumstances, the government create a program to address health problems of the poor. One is the public health insurance programs (Jamkesmas). Jamkesmas Program will certainly get a response from the community, although in theory the program will receive a positive response. However, this has not been established because in determining the response can be seen from the three variables, namely perception, attitudes, and participation. Given these conditions, every community in the various regions will have different responses to a program provided by the government. This study aims to determine the community response Binjai district east of Jamkesmas program.
The research method using descriptive type which makes the overall picture of how the community responses. This research was conducted in the district east Binjai by respondents, amounting to 28 people. Techniques of data collection through questionnaires to the respondents, observation, and direct interviews to respondents who can strengthen this research data. While the method used is descriptive analysis, data obtained from the research study and the responses are classified according to the kinds and tabulated into frequency tables were analyzed, and using a Likert scale to measure the variables.
Based on the data collected and analyzed can be concluded that on average Jamkesmas program received a positive response from the community with a value of 0.96. Consisting of perception with a value of 0.96 and attitudes with a value of 1 and participation with the value 0.92. Society expects Jamkesmas program continues.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Pembangunan adalah segenap usaha perubahan yang diinginkan dan direncanakan
(intended and planned changes) untuk mencapai kemakmuran material (standart of life) dan
sosial (quality of life) yang lebih baik, lebih maju, dan lebih diharapkan dari kondisi
sebelumnya (Suharto, 1997:1). Tidak ada satu Negara di dunia ini yang melewatkan
pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban
manusia.
Pada dasarnya pembangunan harus ditujukan untuk membangun kehidupan penduduk
yang bermartabat, berkualitas secara berkelanjutan, antara lain menyangkut akses penduduk
khususnya penduduk miskin terhadap pemenuhan hak dasar atas pangan, kesehatan,
pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, air bersih, pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan hidup, perlindungan hak atas tanah, rasa aman, serta kesempatan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam program pembangunan (
Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan hak asasi manusia. Pembangunan
yang tidak mengindahkan dampak positif dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia,
kesehatan lingkungan, kesehatan sosial, dan kesehatan budaya merupakan bentuk dari
pelanggaran hak asasi manusia. Dari pernyataan tersebut, dapat di ketahui bahwa kesehatan
merupakan salah satu hak dasar manusia yang harus di penuhi. Namun, masih banyak
masyarakat yang belum mampu untuk memenuhinya terutama masyarakat miskin.
Pembangunan untuk jangka panjang di bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya
tujuan utama sebagai berikut :
a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam
b. Perbaikan mutu perbaikan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
c. Peningkatan status gizi masyarakat
d. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)
Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta (13,33 persen).
Sedangkan di Sumatera Utara pada Maret 2010 sebesar 1.490.900 orang (11,31 persen)
(http://www.bps.go.id).
Kemiskinan dan kesehatan saling mempengaruhi. Kemiskinan mempengaruhi
kesehatan sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit, karena
mereka mengalami berbagai gangguan yaitu menderita gizi buruk, pengetahuan tentang
kesehatan kurang, perilaku kesehatan kurang, lingkungan pemukiman yang buruk, serta biaya
kesehatan yang tidak tersedia. Kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat
menekan kemiskinan karena orang yang sehat memiliki kondisi seperti : produktifitas tinggi,
pengeluaran berobat rendah, tingkat pendidikan maju, tingkat fertilitas dan kematian rendah,
investasi dan tabungan memadai.
Derajat kesehatan masyarakat miskin di Indonesia masih rendah, hal tersebut dapat di
lihat berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI
sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun
miskin terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga status kesehatan mereka
masih tertinggal dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang lebih mampu. Kesulitan
akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara
Beberapa data empiris global menemukan hubungan seperti kematian bayi keluarga
miskin tiga kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin, kematian balita keluarga miskin lima
kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin, pertumbuhan ekonomi negara dengan tingkat
kesehatan lebih baik (Infant Mortality Rate antara 50-100/1000 kelahiran hidup) adalah 37
kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara dengan tingkat kesehatan lebih buruk (Infant
Mortality Rate lebih besar dari 150/1000 kelahiran hidup) Penurunan angka kematian merupakan salah satu masalah besar di Indonesia. Hal
tersebut karena angka kematian ini menunjukkan gambaran derajat kesehatan di suatu
wilayah, sebagai gambaran indeks pembangunan di Indonesia. Untuk mendapatkan standar
kesehatan diperlukan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama masyarakat miskin dan
merupakan dorongan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan.
Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang kesehatan dikatakan bahwa setiap orang berhak mendapat pelayanan
kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi
hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin.
Dalam rangka menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah
diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan
program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin. Program ini diselenggarakan
oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) dalam
pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Dalam perjalanannya, program ini terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui
perubahan-perubahan. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran
Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di
rumah sakit, penempatan pelaksana verifikasi di setiap rumah sakit, pembentukan tim
pengelola dan tim koordinasi di tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten atau kota serta
penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari
kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin,
miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan
Masyarakat yang selanjutnya disebut Jamkesmas dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran
Penyelenggaran Jamkesmas mempunyai tujuan yaitu meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Program Jamkesmas
telah berjalan dan telah mencapai banyak hasil. Hal ini terbukti dengan terjadinya kenaikan
dari pemanfaatan program Jamkesmas dari tahun ke tahun oleh masyarakat miskin dan
pemerintah telah meningkatkan pendanaan dari tahun ke tahun. Walaupun banyak
keberhasilan yang telah di capai, masih terdapat berbagai permasalahan dalam pelaksanaan
Jamkesmas. Permasalahan tersebut seperti masyarakat miskin yang menggunakan kartu
Jamkesmas masih mengahadapi berbagai hal yang tidak menyenangkan dari pihak rumah
sakit. Salah satu diantaranya adalah proses administrasi yang masih berbelit-belit.
Rumitnya proses administrasi tersebut terungkap melalui survei Citizen Report Card
(CRC) yang dilaksanakan Indonesia Corruption Watch selama November 2009. Survei
tersebut mengambil sampel 738 pasien miskin. Mereka merupakan pasien rawat inap dan
rawat jalan yang memegang kartu Jamkesmas di 23 rumah sakit yang ada di lima daerah
yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Dalam survei terungkap, pengurusan
administrasi awal, misalnya, masih kurang baik dengan masih adanya calo, panjangnya
administrasi rumah sakit masih rumit dan berbelit-belit (28,4%) serta dengan antrean yang
panjang (46,9%). Rata-rata lama pengurusan administrasi satu pasien miskin adalah 1 jam 45
menit. Sebanyak 10,2% responden pasien miskin menyatakan, rumah sakit meminta uang
muka sebagai persyaratan mendapatkan perawatan. Di samping itu, masih terdapat keluarga
miskin yang ditolak rumah sakit (12%) dengan alasan tidak ada tempat tidur, peralatan tidak
lengkap, kurang lengkap administrasi, tidak ada dokter spesialis, dan harus ada uang muka.
Dalam survei itu juga diketahui, pasien miskin masih mengeluhkan tidak ramahnya
pelayanan di rumah sakit. Pasien rawat inap, misalnya, mengeluhkan rendahnya kunjungan
dan disiplin dokter terhadap mereka
Peserta program Jamkesmas di Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 61 juta orang.
Menurut data Komisi E DPRD Sumut, jumlah peserta Jamkesmas provinsi sumatera utara
sebanyak 4.123.000 jiwa
Binjai berjumlah 33.480 jiwa sebagai peserta Jamkesmas
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai respon
masyarakat terhadap program Jamkesmas khususnya di Kecamatan Binjai Timur Kelurahan
Dataran tinggi dengan judul “Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang dikemukakan
dalam penelitian ini adalah bagaimana respon masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota
Binjai terhadap program jaminan kesehatan masyarakat.
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
respon masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai terhadap program jaminan kesehatan
masyarakat.
1.3.2 Manfaat penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang
terkait langsung dengan program Jamkesmas, serta menjadi acuan dalam rangka
membuat rencana kerja (program) dalam membahas program kesejahteraan sosial
berkelanjutan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.
1.4Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek
yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian,lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, serta teknik analisa data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan
data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta
dengan analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon
Stimulus berarti rangsangan dan respon berarti tanggapan. Rangsangan diciptakan
untuk memunculkan tanggapan. Respon lambat laun tertanam atau diperkuat melalui
percobaan berulang-ulang (Djamarah,2008 : 23 ).
Respon merupakan tingkah laku balas atau juga sikap yang menjadi tingkah laku
balik, yang juga merupakan proses pengorganisasian dimana rangsangan-rangsangan
proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari
rangsangan-rangsangan proksimal tersebut (Adi,1994 : 105).
Respon diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum
pemahaman mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta
pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Adi,1994 : 105). Hal yang diperlukan dan sangat
penting dalam mengukur respon adalah persepsi, sikap dan partispasi. Jadi berbicara
mengenai respon tidak terlepas dari pembahasan persepsi, sikap, dan partisipasi.
Menurut Bimo Walgito, persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu
yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh
individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya
Persepsi menurut MacMahon adalah proses menginterpretasikan rangsangan (input)
dengan menggunakan alat penerima informasi (sensori information). Sedangkan menurut
Morgan, King dan Robinson menunjuk pada bagian kita melihat dan mendengar dunia
disekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai segala sesuatu yang
Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh
setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan dan
pendengaran.
Hal yang lain yang penting dalam persepsi adalah atensi (attention). Atensi adalah
suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam kaitan dengan pengalaman. Oleh karena
itu, atensi ini menjadi bagian yang terpenting dalam proses persepsi. Sedangkan atensi itu
banyak mendasari diri pada proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring
informasi yang ada pada lingkungan, karena sensori channel kita mungkin memproses semua
rangsangan yang berada pada lingkungan kita.
Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan
kecendrungan untuk bertindak untuk bereaksi terhadap rangsang (Hudaniah,2009 : 89).
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen,
dimana komponen-komponen tersebut menurut allport ada tiga, yaitu
1. Komponen kognitif
Komponen kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau
informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini
kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen afektif
Komponen afektif yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang.
Jadi sifatnya evaluative yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau
sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen konatif
Komponen konatif yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku
Berdasarkan komponen-komponen tersebut maka sikap dapat dilihat melalui :
1. Penilaian
2. Penerimaan atau penolakan
3. Mengharapkan atau menghindari suatu obyek tertentu
Thurstone memandang, individu yang mempunyai perasaan positif terhadap suatu
obyek psikologis dikatakan menyukai objek tersebut atau mempunyai sikap yang favorable
terhadap obyek itu. Sedangkan individu memandang sikap sebagai suatu perasaan negatif
terhadap suatu obyek psikologis dikatakan mempunyai sikap yang unfavorable terhadap
obyek tersebut. Dalam sikap yang positif reaksi seseorang cenderung untuk mendekati atau
menyenangi obyek tersebut, sedangkan dalam sikap yang negatif orang cenderung untuk
menjauhi atau menghindari obyek tersebut (Hudaniah,2009 : 90-91).
Menurut Brigham, ada beberapa ciri dasar dari sikap yaitu :
1. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku
2. Sikap ditujukan mengarah pada obyek psikologis atau kategori, dalam hal ini
skema yang dimiliki orang menentukan bagaimana mereka mengkategorisasikan
target obyek dimana sikap diarahkan.
3. Sikap dipelajari
4. Sikap mempengaruhi prilaku. Mengukuhi suatu sikap yang mengarah pada suatu
obyek memberikan satu alasan untuk berprilaku mengarah pada obyek itu dengan
satu cara tertentu (Hudaniah,2009 : 91).
Teori rangsang balas (stimulus respon theory) yang sering juga disebut sebagai teori
penguat dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial dan sikap.
Yang artinya disini adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku
tertentu kalau ia mengalami rangsang tertentu. Sikap ini terjadi biasanya terhadap benda,
Selain persepsi dan sikap, partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting bahkan
mutlak diperlukan dalam mengukur respon. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara
aktif (dan terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisasi,
persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi sehingga
pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan
masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh
(http://www.silaban.net/2005/10/16/partisipasi).
Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil masyarakat (pelaku) untuk suatu
program, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi antara lain ialah:
1. Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Karena semua sudah dikerjakan
oleh pihak luar maka masyarakat tinggal menerima berupa hasil pembangunan misalnya
gedung sekolah, pos KB, pembibitan tanaman, masyarakat tinggal menerima bibitnya.
Partisipasi ini jelas mudah, namun menikmati belum berarti memelihara.
2. Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil masyarakat karena
diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat merasa program tidak sesuai dengan
aspirasiny
Dari beberapa fungsi diatas maka dapat diketahui bahwa partisipasi memiliki
hubungan/kaitan dengan frekuensi dan kualitas yaitu:
1. Frekuensi
Kaitan Partisipasi dengan Frekuensi ialah bahwa partisipasi merupakan keterlibatan
masyarakat dimana keterlibatan tersebut harus memiliki frekuensi yang baik dan teratur agar
masyarakat dapat melaksanakan program pembangunan dengan penuh persiapan,
2.Kualitas
Kaitan Partisipasi dengan Kualitas ialah bahwa dalam melaksanakan suatu program
harus diperlukan sikap yang berkualitas pada masyarakat tersebut dan keterlibatan
masyarakat yang bertata laku dengan baik maka mereka akan menjadi terinternalisasi dengan
sikap dan nilai pribadi yang kondusif terhadap kualitas.
Menurut Conyers (1991) (www.turindraatp.blogspot.com), ada tiga alasan partisipasi
masyarakat mempunyai sifat sangat penting yaitu :
1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai
kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan
serta proyek-proyek akan gagal.
2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa
dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui
seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut.
3. Timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan
dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.
2.2. Masyarakat
Masyarakat merupakan istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebutkan
kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa
sehari-hari. Dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata latin socieus, yang
berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata arab syaraka yang berarti
“ikut serta, berpartisipasi” (Koentjaraningrat,2002 : 143-144).
Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan
manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat
harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus (Koentjaraningrat, 2002 :144).
Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah
pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas kesatuan tersebut,
sehingga menjadi adat istiadat. Warga suatu asrama pelajar, para mahasiswa suatu akademi
kedinasan atau suatu sekolah tidak dapat disebut masyarakat karena walaupun kesatuan
manusia yang terdiri dari murid, guru, pegawai administrasi, serta para karyawan lainnya
terikat serta diatur tingkah lakunya oleh berbagai norma dan aturan sekolah, sistem norma itu
hanya meliputi beberapa sektor kehidupan yang terbatas, sementara sebagai kesatuan
manusia, asrama atau sekolah hanya bersifat sementara (tidak berkesinambungan). Selain
ikatan adat istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan serta kontinuitas waktu, warga suatu
masyarakat juga harus memiliki suatu ciri lain, yaitu rasa identitas bahwa mereka merupakan
suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya
(Koentjaraningrat, 2002 : 145-146).
Secara khusus, maka defenisi masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu system adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang
terikat oleh suatu rasa identitas bersama ((Koentjaraningrat, 2002 : 146-147).
Secara biologis masyarakat dipandang sebagai suatu badan yang hidup, tak berbeda
daripada hewan dan manusia, khususnya masyarakat dipersamakan dengan organisme
biologi, masyarakat dianggap mempunyai jantung. Masyarakat dapat sakit seperti tubuh
manusia yang dapat menderita sakit (Shadily, 1953 : 33).
Ada beberapa hal yang cocok dengan persamaan ini tetapi masih lebih banyak yang
bertentangan yaitu:
a. Bahwa manusia yang berakal dan berpikir, jangan dipandang sebagai suatu sel dalam
hewan. Manusia berbeda-beda sifat dan pikirannya satu sama lain, sedangkan sel
hewan satu sama lain serupa baik dalam bentuk maupun sifatnya.
b. Segala rintangan atau pertentangan dalam tubuh biologi mendatangkan sakit,
sedangkan pertentangan dalam masyarakat, umpamanya perdebatan dalam parlemen
yang bertujuan memperbaiki negara, seringkali mendatangkan kebaikan bagi negara
seluruhnya (Shadily, 1953 : 34).
Teori atomistis atau individualis yang mengatakan bahwa dalam masyarakat hanya
terdapat perseorangan, yang masing-masing berdiri sendiri dengan tiada perhubungan satu
sama lain. Teori atomistis ini mendatangkan sifat statis dalam pelajarannya, karena dengan
demikian maka hanya perseorangan yang dipentingkan, sehingga orang seolah-olah membuta
terhadap proses sosial dasn pengaruhnya dalam masyarakat sebagai wujud hidup bersama
secara golongan (Shadily, 1953 : 34).
Unsur atau ciri masyarakat menurut konsep Horton dan Hunt (Setiadi, 2008 : 81)
adalah :
1. Kelompok manusia.
2. Yang sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal.
3. Menempati suatu kawasan.
4. Memiliki kebudayaan.
5. Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan.
Berdasarkan penjelasan mengenai konsep masyarakat yang telah dikemukakan diatas,
tidak ada perbedaan ungkapan yang mendasar, justru yang ada yaitu mengenai
persamaannya. Yang utama masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektivitas manusia
yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan
relatif lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama dimana mereka menciptakan nilai,
norma dan kebudayaan (Setiadi, 2008 : 81-82).
2.3. Jamkesmas
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar
subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi
masyarakat miskin.
Menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas, adapun
tujuan penyelenggaraan Jamkesmas yaitu :
a. Tujuan Umum :
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat
miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara
efektif dan efisien.
b. Tujuan Khusus:
1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat
pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit.
2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
Sasaran program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh
Indonesia sejumlah 61 juta jiwa
2.3.1. Landasan Hukum Jamkesmas
Menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas, adapun
1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa
fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara, sedangkan ayat (3)
bahwa negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas umum yang layak.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun
1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495)
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286)
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355)
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4400)
6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Tahun 2004 No. 116, Tambahan Lembaran Negara No. 4431)
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara No.
4548)
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)
9. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2008 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 133, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4778)
10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1996 No.49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4737)
12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2007 No.89, Tambahan Lembaran Negara No. 4741)
13. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 94 Tahun 2006 Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
2.3.2.Tata Laksana Kepesertaan
Menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas, untuk
menetapkan keanggotaan peaerta Jamkesmas terdapat beberapa ketentuan umum yaitu :
1. Peserta program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya
disebut peserta Jamkesmas, yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan.
2. Jumlah sasaran peserta program Jamkesmas tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga
Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh
Menteri Kesehatan RI (Menkes).Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes
membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Jumlah sasaran peserta (kuota)
masing-masing Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir.
3. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas, Bupati/Walikota
menetapkan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama
dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta
Jamkesmas yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah
ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat.
4. Bagi Kabupaten/kota yang telah menetapkan peserta Jamkesmas lengkap dengan nama
dan alamat peserta serta jumlah peserta Jamkesmas yang sesuai dengan kuota, segera
dikirim daftar tersebut dalam bentuk dokumen elektronik (soft copy) dan dokumen cetak
(hard copy) kepada :
a. PT Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan dan di distribusikan kartu ke
b. Rumah sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta Jamkesmas yang dapat
dilayani di Rumah Sakit, bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan
sekaligus sebagai bahan analisis.
c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota
setempat sebagai bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan bahan
analisis.
d. Dinas Kesehatan Propinsi atau Tim Pengelola Jamkesmas Propinsi setempat sebagai
bahan kompilasi kepesertaan, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis,pelaporan serta
pengawasan.
e. Departemen Kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional, bahan dasar verifikasi
Tim Pengelola Pusat, pembayaran klaim Rumah Sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi,
analisis, pelaporan serta pengawasan.
5. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menetapkan jumlah dan nama masyarakat
miskin (no, nama dan alamat), selama proses penerbitan distribusi kartu belum selesai,
kartu peserta lama atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) masih berlaku
sepanjang yang bersangkutan ada dalam daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh
Bupati/Walikota.
6. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum menetapkan jumlah, nama dan alamat
masyarakat miskin secara lengkap diberikan waktu sampai dengan akhir Juni 2008.
Sementara menunggu surat keputusan tersebut sampai dengan penerbitan dan
pendistribusian kartu peserta, maka kartu peserta lama atau SKTM masih diberlakukan.
Apabila sampai batas waktu tersebut pemerintah Kabupaten/Kota belum dapat
menetapkan sasaran masyarakat miskinnya, maka terhitung 1 Juli 2008 pembiayaan
pelayanan kesehatan masyarakat miskin di wilayah tersebut menjadi tanggung jawab
7. Pada tahun 2008 dilakukan penerbitan kartu peserta Jamkesmas baru yang pencetakan
blanko, entry data, penerbitan dan distribusi kartu sampai ke peserta menjadi
tanggungjawab PT Askes (Persero).
8. Setelah peserta menerima kartu baru maka kartu lama yang diterbitkan sebelum tahun
2008, dinyatakan tidak berlaku lagi meskipun tidak dilakukan penarikan kartu dari
peserta.
9. Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas seperti gelandangan,
pengemis, anak terlantar, yang karena sesuatu hal tidak terdaftar dalam Surat Keputusan
Bupati/walikota, akan dikoordinasikan oleh PT Askes (Persero) dengan Dinas Sosial
setempat untuk diberikan kartunya.
14. Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesmas langsung menjadi peserta baru
sebaliknya bagi peserta yang meninggal dunia langsung hilang hak kepesertaannya
2.3.3. Administrasi Kepesertaan
Menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas,
administrasi kepesertaan meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian kartu sampai ke
peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero) dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes
(Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota.
2. Entry data setiap peserta meliputi antara lain :
a. nomor kartu
b. nama peserta
d. tempat dan tanggal lahir/umur
e. alamat
3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan sampai ke
peserta.
4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada
penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta
atau anggota keluarga peserta.
5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada
Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.I, Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit setempat
2.3.4.Tatalaksana Pelayanan Kesehatan
Adapun yang menjadi ketentuan umum dalam tata pelaksanaan pelayanan kesehatan
menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas yaitu :
1. Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi
pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan kesehatan
rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan
pelayanan gawat darurat.
2. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan
rujukan.
3. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di puskesmas dan jaringannya.
Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan
rumah sakit.
4. Pelayanan rawat inap diberikan di puskesmas perawatan dan ruang rawat inap kelas III
bekerjasama dengan Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atas nama Menteri Kesehatan membuat perjanjian kerjasama
(PKS) dengan RS setempat yang diketahui kepala dinas kesehatan Propinsi meliputi
berbagai aspek pengaturan.
5. Pada keadaan gawat darurat (emergency ) seluruh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun tidak memiliki perjanjian
kerjasama sebagaimana dimaksud butir 4. Penggantian biaya pelayanan kesehatan
diklaimkan ke Departemen Kesehatan melalui Tim Pengelola Kabupaten/kota setempat
setelah diverifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada program ini.
6. RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM melaksanakan pelayanan rujukan lintas wilayah
dan biayanya dapat diklaimkan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang
bersangkutan ke Departemen Kesehatan.
7. Pelayanan obat di puskesmas beserta jaringannya dan di rumah sakit dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Untuk memenuhi kebutuhan obat generik di puskesmas dan jaringannya akan
dikirim langsung melalui pihak ketiga franko Kabupaten/Kota.
b. Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di rumah sakit,
Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit bertanggungjawab menyediakan semua
obat dan bahan habis pakai untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang
diperlukan. Agar terjadi efisiensi pelayanan obat dilakukan dengan mengacu
kepada Formularium obat pelayanan kesehatan program ini. (Sebagaimana
terlampir)
c. Apabila terjadi kekurangan atau ketiadaan obat sebagaimana butir b diatas maka
rumah sakit berkewajiban memenuhi obat tersebut melalui koordinasi dengan
d. Pemberian obat untuk pasien RJTP dan RJTL diberikan selama 3 (tiga) hari
kecuali untuk penyakit-penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 (tiga)
hari sesuai dengan kebutuhan medis.
e. Apabila terjadi peresepan obat diluar ketentuan sebagaimana butir b diatas
maka pihak RS bertanggung jawab menanggung selisih harga tersebut.
f. Pemberian obat di RS menerapkan prinsip one day dose dispensing.
g.Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit dapat mengganti obat sebagaimana butir
b diatas dengan obat-obatan yang jenis dan harganya sepadan dengan
sepengetahuan dokter penulis resep.
8. Pelayanan kesehatan RJTL di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan di Rumah Sakit,
serta pelayanan RI di Rumah Sakit yang mencakup tindakan, pelayanan obat, penunjang
diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya (kecuali pelayanan haemodialisa)
dilakukan secara terpadu sehingga biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan
diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut Jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan
peserta Jamkesmas Tahun 2008 (lampiran III), atau penggunaan INA-DRG (apabila
sudah diberlakukan), sehingga dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosa
sebagai dasar pengajuan klaim.
9. Apabila dalam proses pelayanan terdapat kondisi yang memerlukan pelayanan khusus
dengan diagnosa penyakit/prosedur yang belum tercantum dalam Tarif Paket INA-DRG
sebagaimana butir 8, maka Kepala Balai/Direktur Rumah Sakit memberi keputusan
tertulis untuk sahnya penggunaan pelayanan tersebut setelah mendengarkan pertimbangan
dan saran dari Komite Medik RS yang tarifnya sesuai dengan Jenis Paket dan Tarif
Pelayanan Kesehatan Peserta Jamkesmas Tahun 2008.
10. Pada kasus-kasus dengan diagnosa sederhana, dokter yang memeriksa harus
11. Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks harus dicantumkan nama dokter yang
memeriksa dengan diketahui oleh komite medik RS.
12. Untuk pemeriksaan/pelayanan dengan menggunakan alat canggih (CT Scan, MRI, dan
lain-lain), dokter yang menangani harus mencantumkan namanya dengan jelas dan
menandatangani lembar pemeriksaan/pelayanan kemudian diketahui oleh komite medik.
13. Pembayaran pelayanan kesehatan dalam masa transisi sebelum pola Tarif Paket
Jamkesmas.
14. Verifikasi pelayanan di Puskesmas (RJTP, RITP, Persalinan, dan Pengiriman Spesimen,
trasnportasi dan lainnya) di laksanakan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota.
15. Verifikasi pelayanan di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan RS dilaksanakan oleh
Pelaksana Verifikasi.
16. Peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun.
17. Dalam hal terjadi sengketa terhadap hasil penilaian pelayanan di
BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan RS maka dilakukan langkah-langkah
penyelesaian dengan meminta pertimbangan kepada Tim Ad-Hoc yang terdiri dari
unsur-unsur DinasKesehatan Propinsi, IDI wilayah, Arsada dan MAB (Medical Advisor Board)
dan keputusannya bersifat final
2.3.5.Prosedur Pelayanan
Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta menurut departemen
kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas adalah sebagai berikut:
1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan
jaringannya.
2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu yang
oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunaan SKTM hanya berlaku untuk setiap kali
pelayanan kecuali pada kondisi pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya.
3. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang
bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan dan
kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan,
kecuali pada kasus emergency.
4. Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke-3 (tiga) diatas meliputi :
a. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit,
BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM.
b. Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakit
c. Pelayanan obat-obatan
d. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik
5. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan
Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari
Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS).
Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero).
Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat Keabsahan
Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan.
6. Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan
Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari
Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS).
Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero).
Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan SKP dan peserta
7. Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk kasus gawat darurat di
BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu
peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan
Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi
kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT
Askes (Persero) mengeluarkan surat keabsahan peserta. Bagi pasien yang tidak dirawat
prosesnya sama dengan proses rawat jalan, sebaliknya bagi yang dinyatakan rawat inap
prosesnya sama dengan proses rawat inap sebagaimana item 5 dan 6 diatas.
8. Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sejak awal sebalum
mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan di beri waktu maksimal 2 x
24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi tertentu dimana ybs
belum mampu menunjukkan identitas sebagaimana dimaksud diatas maka Direktur RS
dapat menetapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan
2.4.Pelayanan Kesehatan
2.4.1.Pengertian Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 1995 : 1).
2.4.2. Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan
Suatu pelayanan kesehatan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan, terdapat
1. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di
masyarakat.
2. Kewajaran Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut bersifat
wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
3. Kesinambungan Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut bersifat
berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu maupun
kebutuhan pelayanan kesehatan.
4. Penerimaan Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut harus dapat
diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.
5. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat dicapai
oleh pemakai pemakai jasa pelayanan kesehatan.
6. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat
terjangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan, dalam arti biaya pelayanan kesehatan
tersebut sesuai dengan kemampuan pemakai jasa pelayanan kesehatan.
7. Efisiensi Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat
8. Mutu Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat
menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.
Secara umum dimensi kepuasan pasien bervariasi sekali. Suatu pelayanan kesehatan
disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standard dan kode etik
profesi dapat memuaskan pasien. Ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang mengacu pada
standard dan kode etik profesi pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien
(Azwar, 1995 : 31-33).
a. Hubungan Dokter-Pasien
Terbinanya hubungan dokter-pasien yang baik, adalah salah satu dari kewajiban etik.
Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, hubungan
dokter-pasien ini tetap dapat dipertahanakan. Diharapkan setiap dokter dapat dan bersedia
memberikan perhatian yang cukup terhadap pasien secara pribadi, serta menjawab dan
memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui
oleh pasien.
b. Kenyamanan Pelayanan
Mengupayakan terselenggaranya pelayanan yang nyaman, adalah salah satu kewajiban
etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan yang bermutu, suasana pelayanan yang
nyaman tersebut harus dapat dipertahankan. Kenyamanan yang dimaksud tidak hanya
menyangkut fasilitas yang disediakan tetapi yang terpenting menyangkut sikap serta
tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
c. Kebebasan Melakukan Pilihan
Memberikan kebebasan pada pasien untuk memilih serta menentukan pelayanan
apabila kebebasan memilih ini dapat diberikan dan karena itu harus dilaksanakan oleh
setiap penyelenggara pelayanan kesehatan.
d. Pengetahuan dan Kompetensi Teknis
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang didukung oleh pengetahuan dan
kompetensi teknis bukan saja merupakan prinsip pokok penerapan standard profesi.
Secara umum disebutkan makin tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis maka
makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.
e. Efektitas Pelayanan
Sama halnya dengan pengetahuan dan kompetensi teknis, maka efektifitas pelayanan juga
merupakan kode etik serta prinsip pokok penerapan standar pelayanan. Secara umum
disebutkan makin efektif pelayanan kesehatan tersebut, makin tinggi pula mutu pelayanan
kesehatan.
f. Keamanan tindakan
Pelayanan kesehatan yang bermutu dapat terselenggara apabila aspek keamanan tindakan
ini dilaksanakan. Pelayanan kesehatan yang membahayakan pasien, bukanlah pelayanan
kesehatan yang baik, dan karena itu tidak boleh dilakukan.
Kriteria pelayanan kesehatan yang memuaskan menurut DR. Bob Woworuntu
(Noveniawanata, http://one.indoskripsi.com) adalah :
a. Kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi
b. Mampu memberikan pelayanan yang baik
c. Tidak berbelit-belit
d. Menyingkat waktu tunggu masyarakat
e. Dapat menguntungkan semua pihak
Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian
yang diperkirakan. Hal ini dikarenakan dimensi kepuasan setiap orang sangat bervariasi yang
artinya setiap orang dapat saja melakukan penilaian yang berbeda-beda tergantung dari latar
belakang dan kepentingan masing-masing (Azwar, 1995 : 30-31).
2.5.Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan Jamkesmas
Menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas, adapun
jenis-jenis pelayanan kesehatan Jamkesmas yaitu :
a. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), meliputi:
1. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter
spesialis/umum.
2. Rehabilitasi medic
3. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik
4. Tindakan medis kecil dan sedang
5. Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan
6. Pelayanan KB, termasuk kontap efektif, kontap pasca persalinan/keguguran,
penyembuhan efek samping dan komplikasinya (alat kontrasepsi disediakan oleh
BKKBN).
7. Pemberian obat yang mengacu pada Formularium Rumah Sakit
8. Pelayanan darah
9. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan penyulit
b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), meliputi :
1. Akomodasi rawat inap pada kelas III
2. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan
3. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik.
5. Operasi sedang dan besar
6. Pelayanan rehabilitasi medis
7. Perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU, PACU)
8. Pemberian obat mengacu Formularium RS program ini
9. Pelayanan darah
10. Bahan dan alat kesehatan habis pakai
11. Persalinan dengan risiko tinggi dan penyulit (PONEK)
2.6.Kerangka Pemikiran
Kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia yang harus dipenuhi. Karena itu
setiap individu, keluarga maupun masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya. Dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak untuk hidup sehat
bagi penduduknya termasuk masyarakat miskin.
Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan menyebabkan
masyarakat sulit untuk mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
terutama oleh masyarakat miskin. Derajat kesehatan masyarakat miskin yang rendah
berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya mengakibatkan
beban bagi masyarakat itu sendiri dan juga pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah telah
mengambil kebijakan yang strategis untuk menggratiskan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin sejak 1 januari 2005. Program ini menjadi Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) yang popular dengan nama Askeskin yang
kemudian pada tahun 2008 diubah namanya menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat atau
Jamkesmas.
Pelaksanaan program Jamkesmas dilakukan oleh Departemen Dinas Kesehatan,
membantu masyarakat miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan dengan cara mendata
dan mengikutsertakan mereka menjadi peserta Jamkesmas. Apabila masyarakat terdaftar
sebagai peserta Jamkesmas maka mereka berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Tujuan penyelenggaraan program Jamkesmas adalah meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Dapat diketahui bahwa
keseluruhan program yang dibuat oleh pemerintah pasti menimbulkan respon tersendiri bagi
masyarakat. Begitu juga program Jamkesmas yang dibuat oleh pemerintah. Respon
masyarakat terhadap program Jamkesmas dapat diketahui melalui persepsi, sikap dan
partisipasi. Untuk itulah peneliti ingin mengetahui respon masyarakat Kelurahan Dataran
Untuk memperjelas alur pemikiran diatas, dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut :
Respon Masyarakat
Partisipasi Sikap
Program Jamkesmas
Persepsi
1. Penglihatan dan
pendengaran
2. Atensi
1. Penilaian
2. Penerimaan atau
penolakan
3. Mengharapkan atau
1. Menikmati
2. Menilai