• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DI

KECAMATAN ONAN RUNGGU KABUPATEN SAMOSIR

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

ANANTA HIDAYAT PURBA 060902048

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya, penelitian ini dapat penulis rangkumkan dengan baik, walaupun

penulis sadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat

keterbatasan pengetahuan, waktu dan kemampuan yang penulis miliki. Maka

dengan segala kerendahan hati, penulis mohon untuk adanya perbaikan dan

penyempurnaan tulisan ini, yang tentunya mengharapkan koreksi dan saran dari

segenap pembaca sekalian.

Skripsi ini berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu

Kabupaten Samosir ”, yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi

untuk menyelesaikan studi pada program strata satu (S-1), Jurusan Ilmu

Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera

Utara. Dengan segala keterbatasan penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi

penulis khususnya, pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan

pembaca tentunya.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini

tidak akan bisa selesai tanpa bantuan, perhatian bahkan kasih sayang dari berbagai

pihak yang bersifat moril maupun materil, maka dengan segala kerendahan hati

penulis menghaturkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

(3)

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang

tidak pernah bosan-bosannya membimbing, memberikan saran, kritik,

bahkan semangat kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dengan

sebaik-baiknya.

4. Seluruh staf administrasi seperti Kak Zuraida, Bang Ria dan Kak Deby

yang telah setia ada di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam

memberikan informasi dan mempersiapkan segala kebutuhan penulis.

5. Seluruh staf pengajar FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial yang telah membimbing dan mengajar penulis

selama masa perkuliahan.

6. Kepada Bapak Camat, Bapak Sek. Camat Onan Runggu, Nangboru

Simbolon, dan seluruh pegawai dan staf di Kantor Kecamatan Onan

Runggu serta perangkat desa yang ada di Kecamatan Onan Runggu atas

bantuannya kepada peneliti selama melakukan penelitian di Kecamatan

Onan Runggu.

7. Kedua orang tuaku, Bapak D. Purba dan Ibu J. br, Bangun yang telah

merawat penulis dengan penuh kasih sayang serta telah banyak

mengorbankan waktu dan materi yang tak terhitung nilainya guna

keberhasilan penulis dalam meraih cita-cita.

8. Kepada kakakky Widha dan adikku Hadi untuk dukungan dan

(4)

9. Seluruh keluarga besar Purba dan Bangun mergana yang selalu memberi

dukungan yang luar biasa, terlebih di saat penyelesaian skripsi ini.

10.Buat sayangku Buat sahabat seperjuangan, Ari, Edo, Manuk, Rahmad,

Fenny, Irene, Lista, Sando, Halim, Anul, Pandu, Dicky, Nobel, Rijal,

Rio’07 dan yang lainnya yang tidak dapat dipersebutkan satu persatu,

makasi buat kebersamaan kita selama ini.

11.Seluruh stambuk 2006, baik yang sedang berjuang untuk tamat maupun

yang sudah tamat, semoga kita dapat menjaga persahabatan untuk

membangun jaringan, dan saling mendukung satu sama lain.

12.Seluruh kawan-kawan seperjuangan selama jadi pengurus PEMA FISIP

USU, Lintang, Bobby, Kumkum, Wallad, Tika, Selvi, Titin, Tino Antro,

Suci, Dody”KPU”, Zikri, Bembeng dan seluruh kawan-kawan yang tidak

dapat juga dipersebutkan satu persatu, makasi kawan-kawan buat

kebersamaannya. What I care, I live on my own!!

13.Seluruh kawan-kawan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, baik

yang masih aktif berkuliah maupun yang sudah menjadi alumni.

14.Seluruh responden yang telah membantu penulis selama ini dalam

menjalankan penelitian. Penulis ucapkan banyak terima kasih atas data dan

informasinya.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun

banyak membatu dan memberikan dorongan moril maupun materil bagi

(5)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi penulis

telah semaksimal mungkin berusaha memberikan yang terbaik. Untuk itu dengan

segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang benar-benar

membangun, agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang

membutuhkannya. Dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi perlindungan,

kesehatan, dan berkatNya kepada kita semua.

Medan, Maret 2011

Penulis

(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : ANANTA HIDAYAT PURBA NIM : 060902048

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 106 halaman, 50 tabel, 3 lampiran serta 20 kepustakaan)

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Setelah program ini berjalan, sedikit banyak masyarakat yang mengalami dampak positif secara langsung. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana respon masyarakat terhadap PNPM-MP yang dilihat dari 3 variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.

Penelitian ini dilaksanakan pada kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menerima program dan merasakan dampak langsung dari program serta yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari tiga variable yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Berdasarkan hasil dari tiga variabel tersebut, rata-rata respon masyarakat terhadap PMPN-MP adalah positif, dimana nilai untuk persepsi yaitu 0,98, sikap dengan nilai 1 dan partisipasi dengan nilai -0,36.

(7)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : ANANTA HIDAYAT PURBA

NIM : 060902048

ABSTRACT

Community Response Against the National Program for Community Empowerment in Rural Districts Self Onan Runggu Samosir regency

(Thesis consists of 6 chapters, 106 pages, 50 tables, 3 appendix and 20 literature)

Indonesia has the problem of poverty and unemployment. In Indonesia, one of the efforts made to improve the effectiveness of poverty reduction and job creation is the National Community Empowerment Program Mandiri. Once the program is running, slightly more people who have a positive impact directly. The problems discussed in this

essay is to see firsthand how the public response to the PNPM-MP visits of 3 variables, namely the perception, attitude and participation.

The research was conducted on sub Onan Runggu Samoisr District. The total population in this study are all people who receive the program and felt the direct impact of the program and that the samples in this study were 97 people and the instrument used was a questionnaire. The method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.

Based on the research and data analysis, it can be seen that the public response to the National Program for Community Empowerment Rural Self is positive. This can be seen from the three variables that is the perception, attitude and participation. Based on the results of these three variables, the average public response to PMPN-MP is positive, where the value is 0.98 for the perception, attitude and participation with a value of 1 with a value of -0.36.

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

ABSTRAK...v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian... 9

1.4 Sistematika Penulisan... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ... 11

2.1.1 Persepsi...12

2.1.2 Sikap...12

2.1.3 Partisipasi...12

(9)

2.2.2 Pengertian Kesejahteraan Sosial...17

2.3 Masyarakat 2.3.1 Masyarakat dan Sejenisnya...18

2.3.2 Asal Masyarakat...19

2.3.3 Pengembangan Masyarakat ... 20

2.3.4 Model-model Pengembangan Masyarakat ... 24

2.3.5 Pemberdayaan Masyarakat ... 25

2.4 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan 2.4.1 Latar belakang ... 26

2.4.2 Tujuan PNPM-MP ... 28

2.4.3 Prinsip Pokok PNPM-MP ... 29

2.3.4 Prinsip lain PNPM-MP ... 30

2.5 Sasaran PNPM-MP 2.5.1 Lokasi Sasaran ... 31

2.5.2 Kelompok Sasaran ... 31

2.5.3 Pelaksanaan PNPM-MP ... 31

2.5.4 Pemberdayaan Masyarakat dan Prosesnya ... 32

2.6 Kerangka Pemikiran ... 33

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep ... 36

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 41

3.5 Tehnik Analisa Data ... 42

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Kecamatan Onan Runggu ... 43

4.2 Letak dan Batas Wilayah ... 43

4.3 Keadaan Geografis ... 44

4.4 Keadaan Demografis 4.4.1 Luas dan Wilayah Penggunaan lahan ... 44

4.4.2 Pembagian Wilayah ... 45

4.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

4.4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Rumah Tangga... 47

4.4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ...48

4.4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 49

4.4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendi... 50

4.4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjan ... .51

(11)

4.5 Sarana dan Prasarana Kecamatan Onan Runggu ... 54

4.5.1 Sarana Rumah Ibadah ... 55

4.5.2 Sarana Pendidikan ... 56

4.5.3 Sarana Kesehatan ... 56

4.6 Lembaga Kemasyarakatan ... 56

4.7 Sistem Pemerintahan ... 57

BAB V ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Identitas Responden... 60

5.2 Respon Masyarakat Terhadap PNPM-MP 5.2.1 Persepsi ... 68

5.2.2 Sikap ... 77

5.2.3 Partisipasi ... 85

5.3 Analisa Data Kuantitatif Responden Terhadap PNPM-MP... 95

5.3.1 Persepsi Responden Terhadap PNPM-MP ... 96

5.3.2 Sikap Responden Terhadap PNPM-MP ... 98

5.3.3 Partisipasi Responden Terhadap PNPM-MP ... 100

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 103

6.2 Saran... 104

DAFTAR PUSTAKA

(12)

LAMPIRAN

(13)

Tabel 1.1 Cakupan Wilayah PNPM-MP di Indonesia ... 8

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Onan Runggu ...45

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Rumah Tangga ...47

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk berdasarkan Agama ...48

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk berdasarkan Umur... 49

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Penddikan ...50

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk berdasarkan Pekerjaan ...51

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk berdasarkan Suku Bangsa ...53

Tabel 4.8 Sarana Rumah Ibadah ... 54

Tabel 4.9 Sarana Pendidikan...55

Tabel 4.10 Sarana Kesehatan ...56

Tabel 4.11 Lembaga Kemasyarakatan ...57

Tabel 5.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ...61

Tabel 5.2 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ...61

Tabel 5.3 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ...62

Tabel 5.4 Karakteristik Responden berdasarkan Asal Daerah...63

Tabel 5.5 Karakteristik Responden berdasarkan Agama ...64

Tabel 5.6 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan ... 65

(14)

Tabel 5.8 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ...67

Tabel 5.9 Distribusi Responden Tentang Informasi PNPM-MP ...68

Tabel 5.10 Distribusi Responden Tentang Undangan Perkenalan Program

PNPM-MP ...69

Tabel 5.11 Distribusi Responden Tentang Pihak Yang Memperkenalkan

PNPM-MP. ...70

Tabel 5.12 Distribusi Responden Tentang Program PNPM-MP ...71

Tabel 5.13 Distribusi Responden Tentang Tahu Program PNPM-MP ...72

Tabel 5.14 Distribusi Responden Tentang Penjelasan, Tujuan dan Sasaran

PNPM-MP ...73

Tabel 5.15 Distribusi Responden Tentang Program PNPM-MP Yang Tidak

Dimengerti ...74

Tabel 5.16 Distribusi Responden Tentang Tujuan dan Sasaran PNPM-MP ... 75

Tabel 5.17 Distribusi Responden Tentang Ketidaktahuan Tujuan dan Sasaran

PNPM-MP ...76

Tabel 5.18 Distribusi Responden Tentang Plaksanaan PNPM-MP di Desa

Responden ...77

Tabel 5.19 Distribusi Responden Tentang sikap Responden Ketika Pertama Kali

(15)

Tabel 5.20 Distribusi Responden Tentang Pengadaan Program PNPM-MP ...79

Tabel 5.21 Distribusi Responden Tentang Peningkatan kesejahteraan, Kesempatan Kerja dan Pembangunan. ...82

Tabel 5.22 Distribusi Responden Tentang Tanggapan Terhadap PNPM-MP ...83

Tabel 5.23 Distribusi Responden Tentang Kelanjutan PNPM-MP ...84

Tabel 5.24 Distribusi Responden Tentang Pandangan Orang Lain/Pihak Lain ...84

Tabel 5.25 Distribusi Responden Tentang Peniadaan PNPM-MP di Desa Responden ...84

Tabel 5.26 Distribusi Responden Tentang Keikutsertaan Rapat atau Penyuluhan Dari PNPM-MP ...85

Tabel 5.27 Distribusi Responden Tentang Frekuensi Kehadiran ...86

Tabel 5.28 Distribusi Responden Tentang Keikutsertaan Dalam PNPM-MP ...87

Tabel 5.29 Distribusi Responden Tentang Faktor Keaktifan Dalam PNPM-MP ...88

Tabel 5.30 Distribusi Responden Tentang Peranan Dalam Program PNPM-MP ...89

Tabel 5.31 Distribusi Responden Tentang Memenuhi Aturan Yang Ditetapkan...90

Tabel 5.32 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan Dalam Perencanaan PNPM-MP ...91

(16)

Tabel 5.34 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan Dalam Pengawasan

PNPM-MP ...93

Tabel 5.35 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan Dalam Evaluasi PNPM-MP ...94

Tabel 5.36 Persepsi responden Terhadap PNPM-MP ...97

Tabel 5.37 Sikap responden Terhadap PNPM-MP ...99

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

2. Surat Balasan Penelitian dari Kecamatan Onan Runggu

(18)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : ANANTA HIDAYAT PURBA NIM : 060902048

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 106 halaman, 50 tabel, 3 lampiran serta 20 kepustakaan)

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Setelah program ini berjalan, sedikit banyak masyarakat yang mengalami dampak positif secara langsung. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana respon masyarakat terhadap PNPM-MP yang dilihat dari 3 variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.

Penelitian ini dilaksanakan pada kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menerima program dan merasakan dampak langsung dari program serta yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari tiga variable yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Berdasarkan hasil dari tiga variabel tersebut, rata-rata respon masyarakat terhadap PMPN-MP adalah positif, dimana nilai untuk persepsi yaitu 0,98, sikap dengan nilai 1 dan partisipasi dengan nilai -0,36.

(19)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : ANANTA HIDAYAT PURBA

NIM : 060902048

ABSTRACT

Community Response Against the National Program for Community Empowerment in Rural Districts Self Onan Runggu Samosir regency

(Thesis consists of 6 chapters, 106 pages, 50 tables, 3 appendix and 20 literature)

Indonesia has the problem of poverty and unemployment. In Indonesia, one of the efforts made to improve the effectiveness of poverty reduction and job creation is the National Community Empowerment Program Mandiri. Once the program is running, slightly more people who have a positive impact directly. The problems discussed in this

essay is to see firsthand how the public response to the PNPM-MP visits of 3 variables, namely the perception, attitude and participation.

The research was conducted on sub Onan Runggu Samoisr District. The total population in this study are all people who receive the program and felt the direct impact of the program and that the samples in this study were 97 people and the instrument used was a questionnaire. The method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.

Based on the research and data analysis, it can be seen that the public response to the National Program for Community Empowerment Rural Self is positive. This can be seen from the three variables that is the perception, attitude and participation. Based on the results of these three variables, the average public response to PMPN-MP is positive, where the value is 0.98 for the perception, attitude and participation with a value of 1 with a value of -0.36.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehidupan yang baik merupakan kehendak manusia yang paling hakiki.

Tiada satu pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan

kehidupan yang sedang dijalaninya untuk menjadi lebih baik – lebih sejahtera dan

lebih bahagia – serta tidak mengharapkan akan merasakan kehidupan di masa

depandengan lebih baik lagi. Namun sebaliknya, dinamika kehidupan manusia

sendiri serta kemampuan alam untuk mendukung kebutuhan manusia agar

mencapai kehidupan lebih baik itu ternyata sangat terbatas (Randy, Ryan, 2006:3).

Masalah kemiskinan adalah salah satu masalah yang telah lama ada. Pada

masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan,

tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran

kehidupan modern pada masa kini, mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan,

pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada

zaman modern.

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,

kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran

lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di

perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi

disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus

(21)

(

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang penanganannya

membutuhkan keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan di Indonesia diiringi

masalah kesenjangan baik antar golongan penduduk maupun pembangunan antar

wilayah, yang diantaranya ditunjukkan oleh buruknya kondisi pendidikan dan

kesehatan serta rendahnya pendapatan dan daya beli, sebagaimana tercermin dari

rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Penduduk dikatakan

miskin apabila memiliki pendapatan berada dibawah kemiskinan yang dijadikan

sebagai ukuran resmi kondisi kemiskinan di Indonesia ( Sumodiningrat, 2009 : 5).

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2009 sebesar 32,53 juta

juta jiwa (14,15 %). Dibandingkan penduduk miskin bulan Maret 2008 sebesar

34,96 juta jiwa (15,42 %), berarti ada penuruna sebesar 2,43 juta jiwa. Selama

periode Maret 2008 – Maret 2009 penduduk miskin didaerah perdesaan berkurang

1,57 juta jiwa, sementara didaerah perkotaan berkurang 0,86 juta jiwa. Sedangkan

jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 37,17 juta jiwa (16,58%) dari

total penduduk. Jumlah tersebut menurun 2,13 juta jiwa jika dibandingkan jumlah

penduduk miskin pada tahun 2006 sebanyak 39,30 juta jiwa (17,75%) dari total

penduduk (BPS, 2009).

Penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara masih cukup banyak. Hasil

survei sosial ekonomi nasional yang dilaksanakan pada bulan Maret 2007,

menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di daerah ini sebanyak 1.768.400

jiwa, atau sebesar 13,9 persen terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Namun

(22)

jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara menurun sekitar 211.300 jiwa. Pada

tahun 2006, penduduk miskin Sumatera Utara sebanyak 1.979.702 jiwa, atau

15,66 persen dari jumlah penduduk saat itu.

Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara sejalan dengan

perbaikan indikator makro ekonomi Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi

triwulan pertama Sumatera Utara 2007, dari tahun ke tahun sebesar 8,44 persen,

lebih baik dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,97 persen di periode

yang sama. Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2007 juga lebih baik

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2006, yang

tumbuh sebesar 2,89 persen. Dari sisi tenaga kerja, meskipun tingkat

pengangguran masih sangat besar, namun menunjukkan penurunan dari periode

sebelumnya. Tingkat pengangguran terbuka Sumatera Utara bulan Februari 2007

sebesar 10,63 persen, lebih rendah dibandingkan bulan agustus 2006, yakni 11,51

%. Adanya program upaya penanggulangna kemiskinan ini harus ditingkatkan

agar target penurunan penduduk miskin pada tahun 2008 sebesar 11,40 % sesuai

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dapat tercapai (BPS Sumut,

2007).

Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja

adalah Program Nasional Pemberdayaan (PNPM) mulai tahun 2007. Sebagai

langkah awal, pelaksanaan PNPM tahun 2007 dimulai dengan dua program

pemberdayaan masyarakat yang dinilai cukup besar dan efektif, yaitu Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) yang menjadi dasar bagi pengembangan PNPM

(23)

yang menjadi dasar bagi pengembangan PNPM di perkotaan

(http//www.pnpm-mandiri.or.id, diakses pada hari Kamis, 26 September 2010 pukul 17.16)

PNPM adalah suatu instrument pemerintah yang digulirkan untuk

mencapai salah satu poin dari MDGs (Millenium Development Goals) yaitu

pengentasan kemiskinan. Program ini akan menyatukan berbagai program yang

dimiliki oleh berbagai departemen dibawah satu koordinasi tim penanggulangan

kemiskinan. Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan

penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan PNPM Mandiri ini mulai

tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri ini dirumuskan kembali mekanisme upaya

penanggulangan kemiskinanyang melibatkan unsur masyarakat mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses

pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama

masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai

obyek, melainkan sebagai subyek dalam upaya penanggulangan kemiskinan

(PNPM, 2007).

Secara umum, PNPM adalah suatu program yang memberdayakan

masyarakat secara optimal dalam mengatasi problem-problem kemiskinan yang

terjadi. Masyarakat diharapkan aktif dalam pemngambilan keputusan dan

pemecahan masalah-masalah yang mereka hadapi. Dengan kata lain, dengan

program ini, masyarakat hendaknya mandiri dan dapat menentukan sendiri apa

yang harus dilakukan agar mereka terbebas dari kemiskinan.

Konsep PNPM Mandiri terus disempurnakan dengan tujuan peningkatan

dan pengembangan penanggulangan kemiskinan dapat menyentuh langsung

(24)

global karena melibatkan masyarakat sebagai pelaku aktif di bidang

pembangunan.

Mulai tahun 2008, PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program

Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk

mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya.

PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat

yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sector dan pemerintah daerah.

Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga akan diprioritaskan pada desa-desa

tertinggal (PNPM, 2007).

PNPM Mandiri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

miskin dan meningkatkan kesempatan kerja (infrastruktur, ekonomi produktif, dan

pelatihan ketrampilan). Jumlah penerima PNPM Mandiri pada akhir Oktober 2008

di 3999 kecamatan mencakup 47.854 desa. Jumlah anggaran Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) yang sudah disalurkan sampai Mid-November 2008 sebesar

Rp.10 triliun (72,94%) dari Rp.13,7 triliun. Jumlah peserta aktif PNPM Mandiri

sejak awal mencapai 41,3 juta jiwa dengan 14,1 juta jiwa terlibat langsung pada

tahun 2008 (http//www.setneg.go.id, diakses pada hari Jumat, 27 September 2010

pukul 20.32).

Disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah

menggantikan UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi tonggak pelaksana otonomi

daerah dengan paradigma baru. Pemberlakuan UU ini tidaklah dimaksudkan

sebagai upaya resentralisasi atau mengembalikan iklim politik dengan kekuasaan

yang memusat. Namun didalamnya justru terkandung semangat penguatan makna

(25)

dan melaksanakan pembangunan secara lebih baik, lebih mandiri dan

terkoordinasi. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, tak dapat dipungkiri

desentralisasi selama ini masih menimbulkan bias persepsi yang menjadi

tantangan tersendiri. Pergesaran ketersediaan dana dan kewenangan pembangunan

dari pemerintah pusat ke daerah membuat pelaksanaaan program lebih efisien dan

tepat sasaran karena lebih dekat ke masyarakat sebagai sasaran akhirnya, dengan

syarat adanya kemauan dan kemampuan pemerintah. Dengan demikian, perlua

adanya dukungan peran dan fungsi pemerintah daerah dalam menjaga proses

pembangunan yang mempuyai fokus pemberdayaan masyarakat. Kuncinya adalah

bagaimana menyediakan mekanisme yang sesuai bagi daerah untuk berlomba

memberdayakan masyarakat nya dalam menanggulangi kemiskinan dan

melakukan pembangunan partisipatif, serta mengenyampingkan ego sektoral yang

berdampak bagi masyarakat luas.

Sejalan dengan disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, Program

Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dimulai pelaksanaannya sejak tahun 1998,

semakin dewasa belajar dari pengalaman untuk melakukan transisi pengelolaan

program pemberdayaan secara bertahap kepada pemerintah daerah. PNPM-MP

merupakan lanjutan dari PPK, yang dimulai pada tahun anggaran 1998/1999, yang

diawali pilot proyek di beberapa wilayah. Dengan demikian, hingga saat ini

program telah berjalan selama 10 tahun atau telah memasuki tahun ke 11.

Masa transisi pengalihan PPK ke PNPM diawali pada tahun 2007 dengan

nama PNPM-PPK, selanjutnya dimulai tahun 2008 secara penuh diterapkan

(26)

masyarakat dengan pola yang sama dicanangkan pelaksanaannya hingga tahun

2009.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(PNPM-MP merupakan salah satu proyek pemerintah dalam menanggulangi kemisikinan

yang bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia yang lebih

mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin serta kelompok

masyarakat yang kurang mampu. Program ini telah diluncurkan oleh Presiden RI,

Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20 April 2007 di Provinsi

Sulawesi Tengah.

PNPM-MP pada hakikatnya adalah gerakan nasional yang dijalankan oleh

semua kalangan untuk menanggulangi kemiskinan dan perluasan kesempatan

kerja melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dengan tujuan peningkatan

kualitas hidup, kemandirian ditingkat kesejahteraan masyarakat.

PNPM-MP merupakan program pemberdayaan masyarakat terbesar di

tanah air. Bukan hanya dari cakupan lokasinya, namun juga jumlah

pemanfaatnya. Sejak 1998, PNPM-MP telah dilaksanakan di lebih dari 58% desa

di seluruh Indonesia. Hingga 2009, program ini menjangkau 50.201 desa

(27)

Tabel 1. Cakupan wilayah PNPM-MP di Indonesia

Tingkat

Wilayah

Cakupan Wilayah

PPK/

PNPM-

PPK(1998-2007)

PNPM Mandiri

Perdesaan

(2008)

PNPM Mandiri

Perdesaan (2009)

Provinsi 32 30 30

Kabupaten 348 335 342

Kecamatan 2.668 2.230 3.908

Desa 42.319 34.032 50.201

Sumber data:

Jumat, 27 September 2010 pukul 20.55)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merasa tertarik

untuk melihat bagaimana respon masyarakat terhadap program PNPM-MP yang

dilaksanakan pemerintah khususnya di Kecamatan Onan Runggu yang merupakan

salah satu kecamatan di Kabupaten Samosir, yang terdiri dari 12 desa yang

terdapat program PNPM-MP. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian yang

dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan

(28)

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan suatu langkah yang sangat penting karena

langkah ini menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah

pada hakekatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari

melalui penelitian ( Soehartono, 2008 : 23 ).

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah

yang dikemukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana respon masyarakat

terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui respon

masyarakat terhadap PNPM-MP yang telah dilakukan pemerintah di Kecamatan

Onan Runggu Kabupaten Samosir.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan

kritikan dalam rangka pengembangan model, perumusan dan pelaksanaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan yang dilakukan

(29)

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan

dengan masalah penelitian, kerangka pemikiran, defenisi

komsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang lokasi penelitian, tipe penelitian,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta

teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian

dimana penulis mengadakan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari

hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis yang

penulis berikan sehubungan dengan penelitian yang

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon

Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik

sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka

atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Selain itu menurut

Daryl Beum, respon diartikan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi

tingkah laku atau adu kuat.

Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang

dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa

sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal

tersebut (Adi, 1994:105).

Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap

merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau

ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak

terlepas pembahasannya dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau

sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon

mereka terhadap kondisi tersebut.

Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan

perasaan, kecurigaan, dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, rasa takut,

ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dapat diketahui bahwa

pengungkapan sikap melalui :

(31)

2. Penilaian

3. Suka atau tidak suka

4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi

2.1.1. Persepsi

Meurut Morgan, King dan Robinson bahwa persepsi adalah suatu proses

diterimanya suatu rangsangan (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun

peristiwa) dengan cara melihat dan mendengar dunia disekitar kita, dengan kata

lain presepsi dapat juga didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami

manusia (Adi, 2000 : 105).

Dari defenisi-defenisi yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa

persepsi adalah suatu proses yang dimulai dari penglihatan dan pendengaran

hingga terbentuk tanggapan yang terjadi pada diri individu sehingga individu

sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang

dimilikinya. Pengliatan dan pendengaran seseorang dapat dilihat dengan cara

mencermati, memahami dan menilai segala sesuatu yang terjadi di dalam

lingkungan sehingga terbentuk tanggapan dari dirinya (Mahmud, 1990 :55).

2.1.2. Sikap

Sikap adalah suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu

perbuatan atau tingkah laku dan cenderung untuk bertindak dan bereaksi terhadap

rangsangan (Hudaniah, 2003 : 95). Sikap dapat dilihat melalui penilaian,

(32)

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :

1. Sikap mempengaruhi prilaku. Dimana suatu sikap yang mengarah pada

suatu objek memberikan satu alasan untuk berprilaku mengarah pada

objek itu dengan cara tertentu.

2. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan

beberapa pengalaman dan rajin dalam latihan.

3. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap suatu saat dapat berubah

meskipun relatif sulit untuk berubah.

4. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.

5. Sikap tidak hanya terdapat satu jenis saja, melainkan memiliki beberapa

jenis sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.

6. Dalam sikap terdapat perasaan (Adi, 200:179).

2.1.3. Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara aktif (dan

terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisasi,

persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi

sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada

kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan

secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat

untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan

menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah (Suprapto,2007:8).

Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil masyarakat (pelaku) untuk

suatu kegiatan, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi

(33)

1. Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Pembangunan yang

sudah selesai dilakukan oleh pihak luar sehingga masyarakat tinggal

menerima berupa hasil pembangunan, misalnya tempat wisata di Aek

Sijornih Tapanuli Selatan. Partisipasi ini jelas mudah, namun menikmati

belum berarti memelihara.

2. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan, hal ini terjadi

karena pihak luar masyarakat sudah mengerjakan persiapan, perencanaan

dan menyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal

melaksanakan dan setelah itu baru dapat menikmati hasilnya, misalnya

dalam membangun jalan, masyarakat ikut serta meratakan jalan dan

menata/merapikan batu. Pemagaran rumah, masyarakat tinggal memasang

alat-alat/bahan yang sudah disediakan, dll.

3. Berperan serta dalam memelihara hasil program. Funsi ini lebih sulit

apalagi kalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit bukan

saja karena tidak mempunyai keterampilan, tetapi yang lebih penting

karena mereka marasa tidak memiliki program tersebut. Misalnya,

biasanya masyarakat bersedia memelihara daerah wisata tersebut jika

mereka ikut ambil bagian dalam pembangunan.

4. Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil

masyarakat karena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat

(34)

2.2. Kesejahteraan Sosial

2.2.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial

Istilah kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan “kesejahteraan

masyarakat atau kesejahteraan umum”. Sedangkan tentang kesejahteraan kamus

besar bahasa Indonesia menyebutkan : “Sejahtera artinya aman, sentosa, makmur,

selamat (terlepas dari segala macam gangguan dan kesusahan). Sedangkan

kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup dan

kemakmuran (Mahadi, 1993:550).

Oleh Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah

kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja

dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang

industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi

sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang

industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial

sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan,

gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai.

Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial.

W.A Fridlander mendefenisikan :

“Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari

usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu

individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan

yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial

yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan

(35)

selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat” (Muhidin,

1984: 1-2).

Defenisi di atas menjelaskan :

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized

system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang

sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan,

papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan

“kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun

dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan pula :

“Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi

keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau

kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat,

sosial yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam

memperkembangkan kepribadianya secara sempurna” (Suparlan, 1989: 53).

Sementara itu Skidmore, sebagaimana dikutip oleh Drs. Budie Wibawa,

menuturkan : “Kesejahteraan Sosial dalam arti luas meliputi keadaan yang baik

untuk kepentingan orang banyak yang mencukupi kebutuhan fisik, mental,

(36)

2.2.2. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat

dalam UU No. 11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan

sosial sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut :

“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,

dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,

sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai

upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik

yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU No.11 Tahun 2009 dalam

pasal 4, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah di

bidang kesejahteraan sosial, yang meliputi :

1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial.

2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat.

3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan

sosial (Muhidin, 1984: 9-10).

Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah

meyelenggarakan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :

1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial

karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau

akibat-akibat lain.

2. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial.

3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial.

(37)

5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk

tenaga-tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial

2.3. Masyarakat

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa

manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh

mempengaruhi satu sama lain (Hassan Shadily, 1993 : 47). Pengaruh dan

pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine

qua non (yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya

orang – orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.

2.3.1. Masyarakat dan Jenisnya

Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses

masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan

yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian

kemerdekaan dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela.

Pengorbanan disini dimaksudka n menahan nafsu atau kehendak sewenang–

wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa

berarti tunduk kepada hukum–hukum yang telah ditetapkan (negara dan

sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan

akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.

Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :

a. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat

(38)

b. Masyarakat merdeka, yang terbagi pula dalam :

1. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku,

golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang

masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak

mudah berhubungan dengan dunia luar ; dan

2. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau

kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi

gereja dan sebagainya.

2.3.2. Asal Masyarakat

Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban

tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua

pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain, orang

berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua

dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam

masyarakat, karena:

a. Hasrat yang berdasar naluri ( kehendak diluar pengawasan akal ) untuk

memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia

mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk;

b. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama,

yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung

bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari

(39)

c. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu

mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya

mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.

Lain dari pada Aristoteles, maka Bergson ( lahir 1895 ) berpendapat,

bahwa manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh

karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya, demikian

oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika, yang mencoba

melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan perbedaan dan

perbandingan.

2.3.3. Pengembangan Masyarakat

Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan

untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri atas

pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat,perencanaan partisipatif,

pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan pemeliharaan

hasil-hasil yang tercapai (Sumodiningrat, 2009:69).

Ada beberapa defenisi mengenai pengembangan masyarakat.

1. Defenisi dari PBB, pengembangan masyarakat adalah suatu proses

dimana usaha masyarakat bertemu dengan usaha pemerintah untuk

meningkatkan kondisi, baik kondisi ekonomi, sosial dan budaya

masyarakat.

2. Arthur Durkheim mengatakan, pengembangan masyarakat adalah suatu

proses yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan sosial

(40)

3. Henry, mengatakan pengembangan masyarakat adalah suatu proses untuk

menciptakan masyarakat yang sadar terhadap pembangunan dan

menstimulir aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan tanggung

jawab pribadi terhadap kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan masyarakat tergantung pada inisiatif dan kemampuan

masyarakat lokal dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan

ini ditunjang oleh keterlibatan dari anggota masyarakat dalam kegiatan intervensi,

sehingga perlu pembinaa kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk

mewujudkan kemampuan mereka dalam usaha bersama memperoleh kehidupan

yang lebih baik.

Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan spesifik

pada masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang berbeda, oleh

sebab itu proses pengembangan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik

dan perkembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat menggambarkan

suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa aspek penting. Keberadaan aspek

tersebut sebagai persyaratan terlaksananya upaya pengembangan masyarakat.

Aspek-aspek tersebut adalah :

1. Masyarakat sebagai unit kegiatan

Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi

yang sama dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Terdapat

berbagai jenis masyarakat yang ditentukan oleh berbagai tingkatannya dari

masyarakat lingkungan desa, kota dan negara. Anggota masyarakat memiliki

(41)

menuntut keterlibatan dari semua anggota. Pengembangan masyarakat

menempatkan masyarakat sebagai unit dari kegiatan mereka.

2. Inisiatif dan kepemimpinan lokal

Di dalam masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat

dikembangkan untuk kepentinagn masyarakat dalam mewujudkan keinginan akan

perubahan dalam masyarakat lokal, harus memanfaatkan inisiatif dan

kepemimpinan secara internal dari sumber-sumber tersebut.

3. Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar

Sumber mengacu kepada berbagai kekuatan yang bermanfaat untuk

mengadakan perubahan. Orang perlu memahami terlebih dahulu sumber-sumber

apa yang tersedia, dimana dan bagaimana cara menggunakannya untuk

memberikan manfaat yang optimal. Sumber tersebut bisa berasal dari dalam atau

luar masyarakat lokal yang menggunakannya secara fleksibel sesuai dengan

kebutuhan.

4. Partisipasi secara inklusif.

Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada semua

kelompok dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam

pengembangan masyarakat. Struktur masyarakat harus terbuka yang

memungkinkan kelompok-kelompok baru menjadi bagian dari proses yang

berlangsung. Diharapkan bahwa semua anggota masyarakat bisa memainkan

peranannya dalam pengembangan masyarakat.

5. Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari

(42)

Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian

terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian

tertentu yang dihadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-sumber yang

luas. Pendekatan komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat

dalam pendekatan yang digunakan, kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan

menghasilkan partisipasi yang luas dalam arti keterlibatan yang intensif.

6. Proses pengambilan keputusan secara demokratis, rasional, dan diorientasikan

pada pencapaian tugas yang khusus.

Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap

orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat

mereka. Tidak ada kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan

keputusan, namun perlu rasional untuk melihat sejauhmana keputusan tersebut

logis dan dapat dilaksanakan. Keputusan diarahkan dalam pelaksanaan tugas yang

spesifik.

Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyrakat adalah perencanaan

dan integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses untuk menentukan,

menemukan dan memperjelas arti dari suatu masalah, meningkatkan hakekat

ruang lingkup masalah, mempertimbangkan berbagai upaya yang diperlukan guna

penanggulangannya, memilih upaya yang kiranya dapat dilaksanakan serta

mengadakan yang sesuai dengan upaya yang telah dipilih.

Integrasi masyarakat, yaitu suatu proses dimana menerapkan sikap-sikap

dan praktik-praktik kerjasama menghasilkan berbagai peningkatan dalan

(43)

dalam urusan masyarakat dan saling menukar nilai-nilai dan sarana-sarana untuk

mengutarakan nilai-nilai.

2.3.4. Model-model Pengembangan Masyarakat.

Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut:

1. Pengembangan Masyarakat Total

Pengembangan masyarakat total adalah proses yang ditujukan untuk

menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi

aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang

bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang

unik dan memiliki potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.

2. Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk

menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah

sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan,

kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Berbeda dengan pengembangan

masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada tujuan tugas.

3. Aksi Sosial

Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan

fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses

pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi

sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang

seringkali menjadi korban ketidakadilan stuktur. Mereka miskin karena

dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak percaya karena tidak

(44)

ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses

dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran,

pemberdayaan dan tindakan-tindakan actual untuk mengubah struktur kekuasaan

agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan.

2.3.5. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk

mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang

diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar

masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan iman dan

taqwa (Sumodiningrat, 2009 : 60).

Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin

dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki

kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti

memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005 : 60) .

Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan

pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta

landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin

pertumbuhan yang berkelanjutan.

Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga hal :

1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang.

(45)

memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran

bahwa potensi itu dapat dikembangkan.

2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu

langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta

pembukaan berbagai akses kepada peluang yang akan membuat

masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur

ini dapat berupa pemberan berbagai bantuan produktif., pelatihan,

pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial dan

pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.

3. Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk

mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan

yang saling menguntungkan.

2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan

(PNPM-MP)

2.4.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,

kemiskinan struktual dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran

lebih di picu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di

perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan

multidisiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus

(46)

Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri

Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan

desa tertinggal. PNPM-MP adalah program untuk mempercepat penanggulangan

kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan (PNPM-MP, 2007:2). Pendekatan

PNPM-MP merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan

(PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah

penyediaan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin,

efisien dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan

partisipasi masyarakat.

Visi PNPM-MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian

masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar

masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi

sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar

lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah

kemiskinan. Adapun misi PNPM-MP adalah :

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;

2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;

3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal;

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan

ekonomi masyarakat;

5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan (PNPM-MP,

(47)

Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM-MP, strategi yang

dikemukakan PNPM-MP yaitu menjadikan rumah tangga miskin sebagai

kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta

mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi dan

strategi yang dikembangkan, maka PNPM-MP lebih menekankan pentingnya

pemeberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM-MP dihrapkan

masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya

kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui

PPK.

2.4.2. Tujuan PNPM-MP

Tujuan umum PNPM-MP adalah meningkatkan kesejahteraan dan

kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong

kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Tujuan khususnya meliputi :

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat

miskin dan kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan;

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

pendayagunaan sumber daya lokal;

3. Mengembangkan kapasitas pemerintah desa memfasilitasi pengelolaan

pembangunan partisipatif;

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang

diprioritaskan oleh masyarakat;

(48)

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Desa

(BKAD);

7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan perdesaan.

2.4.3 Prinsip Pokok PNPM-MP

Dalam pelaksanaannya, PNPM-MP menekankan prinsip-prinsip pokok

SiKOMPAK, yang terdiri dari :

1. Transparansi dan akuntabel, yaitu masyarakat harus memiliki akses yang

memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan,

sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan

dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun

administrasi.

2. Desentralisasi, yaitu kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan

sektoral dan kewilayahan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat

sesuai dengan kapasitasnya.

3. Keberpihakan pada orang miskin, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan

mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan

kelompok yang kurang beruntung.

4. Otonomi, yaitu masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk

berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan

secara swakelola.

5. Partisipasi, yaitu masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses

pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong

(49)

6. Prioritas, yaitu pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan

pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak

dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan

mendayagunakan secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas.

7. Kesetaraan dan keadilan gender, yaitu laki-laki dan perempuan mempunyai

kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam

menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

8. Kolaborasi, yaitu semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan

kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi

antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

9. Keberlanjutan, yaitu setiap pengambilan keputusan harus

mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat,

tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan menjaga

kelestarian lingkungan.

2.4.4. Prinsip Lain PNPM-MP

1. Bertumpu pada pembangunan manusia, yaitu setiap kegiatan diarahkan

untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

2. Demokratis, yaitu pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara

musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan

(50)

2.5. Sasaran PNPM-MP

2.5.1. Lokasi Sasaran

Pada tahun 2009, lokasi sasaran PNPM-MP meliputi seluruh kecamatan

perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.

Untuk tahun 2008, ketentuan pemilihan lokasi sasaran berdasarkan ketentuan :

a. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk kategori “kecamatan yang

bermasalah dalam PPK”

b. Kecamatan-kecamatan yang diusulkan oleh pemerintah daerah dalam

skema kontribusi pendanaan.

2.5.2. Kelompok Sasaran

a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan

b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan

c. Kelembagaan pemerintah local.

2.5.3. Pelaksanaan PNPM-MP

Pelaksanaan PNPM-MP berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung

dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan Belanja

Negara Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dana

hibah dari sejumlah bantuan dan pinjaman dari Bank Dunia.

Pelaksanaan kegiatan PNPM-MP tersebut merupakan tahap dari seluruh

rencana yang telah disepakati dalam pertemuan Musyawarah Antar Desa (MAD)

dimana dalam pertemuan tersebut dilakukan untuk menetapkan usulan dan hal

(51)

pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu diperhatikan hal-hal penting

sebagai berikut, yaitu :

1. Masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sehingga keputusan

pelaksanaan dan tanggung jawab ada pada masyarakat.

2. Masyarakat desa mendapatkan prioritas untuk turut bekerja dalam

pelaksanaan kegiatan, terutama bagi RTM.

3. Apabila ada bagian pekerjaan yang belum mampu dikerjakan oleh

masyarakat sendiri, masyarakat dapat mendatangkan tenaga trampil

atau ahli dari luar sepanjang disepakati dalam musyawarah daerah dan

kebutuhan tersebut di atas harus diperhitungkan dalam rancangan

anggaran belanja kegiatan.

4. Penggunaan dana sesuai dengan rencana dan kegiatan agar mencapai

hasil yang memuaskan serta selesai tepat waktu.

2.5.4. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan

Melalui PNPM-MP, masyarakat tidak dijadikan objek melainkan subjek

dari proses perubahan. Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam

pembanguan, ini merupakan prinsip pembangunan yang berpusat pada rakyat.

Perlunya restrukturisasi dalam system pembangunan social pada tingkat mikro

(masyarakat lokal, kelembagaan) dan mikro (kebijakan) untuk mendukung prinsip

pembangunan yang berpihak pada rakyat. Hal ini berimlikasi pada perlunya

restrukturisasi system pembangunan social pada tingkat mikro, meso dan makro

agar masyarakat lokal (tingkat mikro) dapat mengembangkan potensinya tanpa

mengalami hambatan yang bersumber dari faktor-faktor eksternal pada struktur

(52)

masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar

mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan.

Dalam program pemberdayaan masyarakat harus diperhatikan bahwa

masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen

biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang tinggi sebagai pengaruh kesatuan

tempat tinggalnya, adanya perasaan saling memerlukan di antara mereka, perasa,

demikian yang pada dasarnya merupakan perasaan komuniti.

Dalam program pemberdayaan masyarakat penting juga diperhatikan

modal sosial yang dimiliki masyarakat setempat. Karena modal sosial merupakan

sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas

dasar kebersamaan dan di dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang

tumbuh dan dipatuhi. Situasi ini akan menjadi kunci bagi keberhasilan program

pemberdayaan yang terdapat dalam suatu daerah.

2.6. Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP)

2.6.1. Pengertian SPP

SPP merupakan salah satu bentuk kegiatan dari PNPM-MP yaitu

pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan

simpan pinjam.

2.6.2. Tujuan dan Ketentuan

a. Tujuan Umum

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi

kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala

(53)

kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan rumah

tangga miskin.

b. Tujuan Khusus

1) Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun

sosial dasar.

2) Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah

tangga pendanaan peluang usaha.

3) Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum

perempuan.

c. Ketentuan Dasar

1) Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat

mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan.

2) Terlembagaan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok

yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang sudah baku dalam

pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman.

3) Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang

professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian

dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan.

4) Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi

pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan

aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.

5) Akuntabilitas, artinyadalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus

(54)

2.6.3. Sasaran, Bentuk Kegiatan dan Ketentuan Kelompok SPP

a. Sasaran Program

Sasaran program adalah rumah tangga miskin yang produktif yang

memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan dasar melalui

kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat.

b. Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan

modal kerja bagi kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan

dan pengelolaan dan pinjaman.

c. Ketentuan kelompok SPP

Adapun ketentuan kelompok SPP adalah :

1) Kelompok perempuan yang mempunyai ikatan pemersatu dan saling

mengenal minimal satu tahun.

2) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana

simpanan dan pinjaman yang telah disepakati.

3) Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana

pinjaman yang diberikan kepada anggota.

4) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik.

5) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana

(PNPM-MP, 2007 : 16-17).

2.6.4. Pelestarian dan Pengembangan Kegiatan

a. Pelestarian Kegiatan

(55)

1) Adanya dana kegiatan SPP yang produktif dan bertambah jumlahnya

untuk penyediaan kebutuhan pendanaan masyarakat miskin.

2) Adanya pelestarian prinsip PNPM-MP terutama keberpihakan kepada

orang miskin dan transparansi.

3) Penguata

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Kecamatan Onan Runggu Berdasarkan Umur
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Respon masyarakat dalam hal ini adalah tanggapan baik persepsi, sikap maupun partisipasi yang diberikan oleh masyarakat terhadap suatu objek yang mengalami

Dengan demikian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) yang telah dilaksanakan pada tahun 2007 dan tahun 2008 di Kecamatan Balige Kabupaten Toba

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Tingkat peranan KPMD dalam program PNPM-MP, 2) Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program PNPM- MP, dan 3) Hubungan antara

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan PNPM MP di Desa Sitio II masih rendah dilihat dari kehadiran masyarakat dalam

Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut (1) anggota kelompok UPPKS penerima dana PNPM-MP di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen mayoritas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat pada PNPM-MPd di Kecamatan Kebayakan cukup tinggi terutama pada kegiatan pembangunan sarana dan

Partisipasi masyarakat dalam implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan dengan Penggunaan Model Clear di Kelurahan Kaliabang

Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa partisipasi masyarakat merupakan sikap sadar, kemandirian serta kerja sama antar masyarakat maupun aparat desa dalam memanfaatkan