RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DI
KECAMATAN ONAN RUNGGU KABUPATEN SAMOSIR
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
ANANTA HIDAYAT PURBA 060902048
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, penelitian ini dapat penulis rangkumkan dengan baik, walaupun
penulis sadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat
keterbatasan pengetahuan, waktu dan kemampuan yang penulis miliki. Maka
dengan segala kerendahan hati, penulis mohon untuk adanya perbaikan dan
penyempurnaan tulisan ini, yang tentunya mengharapkan koreksi dan saran dari
segenap pembaca sekalian.
Skripsi ini berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu
Kabupaten Samosir ”, yang merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk menyelesaikan studi pada program strata satu (S-1), Jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara. Dengan segala keterbatasan penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi
penulis khususnya, pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan
pembaca tentunya.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini
tidak akan bisa selesai tanpa bantuan, perhatian bahkan kasih sayang dari berbagai
pihak yang bersifat moril maupun materil, maka dengan segala kerendahan hati
penulis menghaturkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang
tidak pernah bosan-bosannya membimbing, memberikan saran, kritik,
bahkan semangat kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dengan
sebaik-baiknya.
4. Seluruh staf administrasi seperti Kak Zuraida, Bang Ria dan Kak Deby
yang telah setia ada di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam
memberikan informasi dan mempersiapkan segala kebutuhan penulis.
5. Seluruh staf pengajar FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial yang telah membimbing dan mengajar penulis
selama masa perkuliahan.
6. Kepada Bapak Camat, Bapak Sek. Camat Onan Runggu, Nangboru
Simbolon, dan seluruh pegawai dan staf di Kantor Kecamatan Onan
Runggu serta perangkat desa yang ada di Kecamatan Onan Runggu atas
bantuannya kepada peneliti selama melakukan penelitian di Kecamatan
Onan Runggu.
7. Kedua orang tuaku, Bapak D. Purba dan Ibu J. br, Bangun yang telah
merawat penulis dengan penuh kasih sayang serta telah banyak
mengorbankan waktu dan materi yang tak terhitung nilainya guna
keberhasilan penulis dalam meraih cita-cita.
8. Kepada kakakky Widha dan adikku Hadi untuk dukungan dan
9. Seluruh keluarga besar Purba dan Bangun mergana yang selalu memberi
dukungan yang luar biasa, terlebih di saat penyelesaian skripsi ini.
10.Buat sayangku Buat sahabat seperjuangan, Ari, Edo, Manuk, Rahmad,
Fenny, Irene, Lista, Sando, Halim, Anul, Pandu, Dicky, Nobel, Rijal,
Rio’07 dan yang lainnya yang tidak dapat dipersebutkan satu persatu,
makasi buat kebersamaan kita selama ini.
11.Seluruh stambuk 2006, baik yang sedang berjuang untuk tamat maupun
yang sudah tamat, semoga kita dapat menjaga persahabatan untuk
membangun jaringan, dan saling mendukung satu sama lain.
12.Seluruh kawan-kawan seperjuangan selama jadi pengurus PEMA FISIP
USU, Lintang, Bobby, Kumkum, Wallad, Tika, Selvi, Titin, Tino Antro,
Suci, Dody”KPU”, Zikri, Bembeng dan seluruh kawan-kawan yang tidak
dapat juga dipersebutkan satu persatu, makasi kawan-kawan buat
kebersamaannya. What I care, I live on my own!!
13.Seluruh kawan-kawan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, baik
yang masih aktif berkuliah maupun yang sudah menjadi alumni.
14.Seluruh responden yang telah membantu penulis selama ini dalam
menjalankan penelitian. Penulis ucapkan banyak terima kasih atas data dan
informasinya.
15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun
banyak membatu dan memberikan dorongan moril maupun materil bagi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi penulis
telah semaksimal mungkin berusaha memberikan yang terbaik. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang benar-benar
membangun, agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang
membutuhkannya. Dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi perlindungan,
kesehatan, dan berkatNya kepada kita semua.
Medan, Maret 2011
Penulis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : ANANTA HIDAYAT PURBA NIM : 060902048
ABSTRAK
Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir
(Skripsi terdiri dari 6 bab, 106 halaman, 50 tabel, 3 lampiran serta 20 kepustakaan)
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Setelah program ini berjalan, sedikit banyak masyarakat yang mengalami dampak positif secara langsung. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana respon masyarakat terhadap PNPM-MP yang dilihat dari 3 variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.
Penelitian ini dilaksanakan pada kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menerima program dan merasakan dampak langsung dari program serta yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari tiga variable yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Berdasarkan hasil dari tiga variabel tersebut, rata-rata respon masyarakat terhadap PMPN-MP adalah positif, dimana nilai untuk persepsi yaitu 0,98, sikap dengan nilai 1 dan partisipasi dengan nilai -0,36.
UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : ANANTA HIDAYAT PURBA
NIM : 060902048
ABSTRACT
Community Response Against the National Program for Community Empowerment in Rural Districts Self Onan Runggu Samosir regency
(Thesis consists of 6 chapters, 106 pages, 50 tables, 3 appendix and 20 literature)
Indonesia has the problem of poverty and unemployment. In Indonesia, one of the efforts made to improve the effectiveness of poverty reduction and job creation is the National Community Empowerment Program Mandiri. Once the program is running, slightly more people who have a positive impact directly. The problems discussed in this
essay is to see firsthand how the public response to the PNPM-MP visits of 3 variables, namely the perception, attitude and participation.
The research was conducted on sub Onan Runggu Samoisr District. The total population in this study are all people who receive the program and felt the direct impact of the program and that the samples in this study were 97 people and the instrument used was a questionnaire. The method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.
Based on the research and data analysis, it can be seen that the public response to the National Program for Community Empowerment Rural Self is positive. This can be seen from the three variables that is the perception, attitude and participation. Based on the results of these three variables, the average public response to PMPN-MP is positive, where the value is 0.98 for the perception, attitude and participation with a value of 1 with a value of -0.36.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
ABSTRAK...v
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR TABEL...xii
DAFTAR LAMPIRAN...xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian... 9
1.4 Sistematika Penulisan... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ... 11
2.1.1 Persepsi...12
2.1.2 Sikap...12
2.1.3 Partisipasi...12
2.2.2 Pengertian Kesejahteraan Sosial...17
2.3 Masyarakat 2.3.1 Masyarakat dan Sejenisnya...18
2.3.2 Asal Masyarakat...19
2.3.3 Pengembangan Masyarakat ... 20
2.3.4 Model-model Pengembangan Masyarakat ... 24
2.3.5 Pemberdayaan Masyarakat ... 25
2.4 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan 2.4.1 Latar belakang ... 26
2.4.2 Tujuan PNPM-MP ... 28
2.4.3 Prinsip Pokok PNPM-MP ... 29
2.3.4 Prinsip lain PNPM-MP ... 30
2.5 Sasaran PNPM-MP 2.5.1 Lokasi Sasaran ... 31
2.5.2 Kelompok Sasaran ... 31
2.5.3 Pelaksanaan PNPM-MP ... 31
2.5.4 Pemberdayaan Masyarakat dan Prosesnya ... 32
2.6 Kerangka Pemikiran ... 33
2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep ... 36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian ... 38
3.2 Lokasi Penelitian ... 38
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 39
3.3.2 Sampel ... 39
3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 41
3.5 Tehnik Analisa Data ... 42
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Kecamatan Onan Runggu ... 43
4.2 Letak dan Batas Wilayah ... 43
4.3 Keadaan Geografis ... 44
4.4 Keadaan Demografis 4.4.1 Luas dan Wilayah Penggunaan lahan ... 44
4.4.2 Pembagian Wilayah ... 45
4.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46
4.4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Rumah Tangga... 47
4.4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ...48
4.4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 49
4.4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendi... 50
4.4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjan ... .51
4.5 Sarana dan Prasarana Kecamatan Onan Runggu ... 54
4.5.1 Sarana Rumah Ibadah ... 55
4.5.2 Sarana Pendidikan ... 56
4.5.3 Sarana Kesehatan ... 56
4.6 Lembaga Kemasyarakatan ... 56
4.7 Sistem Pemerintahan ... 57
BAB V ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Identitas Responden... 60
5.2 Respon Masyarakat Terhadap PNPM-MP 5.2.1 Persepsi ... 68
5.2.2 Sikap ... 77
5.2.3 Partisipasi ... 85
5.3 Analisa Data Kuantitatif Responden Terhadap PNPM-MP... 95
5.3.1 Persepsi Responden Terhadap PNPM-MP ... 96
5.3.2 Sikap Responden Terhadap PNPM-MP ... 98
5.3.3 Partisipasi Responden Terhadap PNPM-MP ... 100
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 103
6.2 Saran... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Tabel 1.1 Cakupan Wilayah PNPM-MP di Indonesia ... 8
Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Onan Runggu ...45
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Rumah Tangga ...47
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk berdasarkan Agama ...48
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk berdasarkan Umur... 49
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Penddikan ...50
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk berdasarkan Pekerjaan ...51
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk berdasarkan Suku Bangsa ...53
Tabel 4.8 Sarana Rumah Ibadah ... 54
Tabel 4.9 Sarana Pendidikan...55
Tabel 4.10 Sarana Kesehatan ...56
Tabel 4.11 Lembaga Kemasyarakatan ...57
Tabel 5.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ...61
Tabel 5.2 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ...61
Tabel 5.3 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ...62
Tabel 5.4 Karakteristik Responden berdasarkan Asal Daerah...63
Tabel 5.5 Karakteristik Responden berdasarkan Agama ...64
Tabel 5.6 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan ... 65
Tabel 5.8 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ...67
Tabel 5.9 Distribusi Responden Tentang Informasi PNPM-MP ...68
Tabel 5.10 Distribusi Responden Tentang Undangan Perkenalan Program
PNPM-MP ...69
Tabel 5.11 Distribusi Responden Tentang Pihak Yang Memperkenalkan
PNPM-MP. ...70
Tabel 5.12 Distribusi Responden Tentang Program PNPM-MP ...71
Tabel 5.13 Distribusi Responden Tentang Tahu Program PNPM-MP ...72
Tabel 5.14 Distribusi Responden Tentang Penjelasan, Tujuan dan Sasaran
PNPM-MP ...73
Tabel 5.15 Distribusi Responden Tentang Program PNPM-MP Yang Tidak
Dimengerti ...74
Tabel 5.16 Distribusi Responden Tentang Tujuan dan Sasaran PNPM-MP ... 75
Tabel 5.17 Distribusi Responden Tentang Ketidaktahuan Tujuan dan Sasaran
PNPM-MP ...76
Tabel 5.18 Distribusi Responden Tentang Plaksanaan PNPM-MP di Desa
Responden ...77
Tabel 5.19 Distribusi Responden Tentang sikap Responden Ketika Pertama Kali
Tabel 5.20 Distribusi Responden Tentang Pengadaan Program PNPM-MP ...79
Tabel 5.21 Distribusi Responden Tentang Peningkatan kesejahteraan, Kesempatan Kerja dan Pembangunan. ...82
Tabel 5.22 Distribusi Responden Tentang Tanggapan Terhadap PNPM-MP ...83
Tabel 5.23 Distribusi Responden Tentang Kelanjutan PNPM-MP ...84
Tabel 5.24 Distribusi Responden Tentang Pandangan Orang Lain/Pihak Lain ...84
Tabel 5.25 Distribusi Responden Tentang Peniadaan PNPM-MP di Desa Responden ...84
Tabel 5.26 Distribusi Responden Tentang Keikutsertaan Rapat atau Penyuluhan Dari PNPM-MP ...85
Tabel 5.27 Distribusi Responden Tentang Frekuensi Kehadiran ...86
Tabel 5.28 Distribusi Responden Tentang Keikutsertaan Dalam PNPM-MP ...87
Tabel 5.29 Distribusi Responden Tentang Faktor Keaktifan Dalam PNPM-MP ...88
Tabel 5.30 Distribusi Responden Tentang Peranan Dalam Program PNPM-MP ...89
Tabel 5.31 Distribusi Responden Tentang Memenuhi Aturan Yang Ditetapkan...90
Tabel 5.32 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan Dalam Perencanaan PNPM-MP ...91
Tabel 5.34 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan Dalam Pengawasan
PNPM-MP ...93
Tabel 5.35 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan Dalam Evaluasi PNPM-MP ...94
Tabel 5.36 Persepsi responden Terhadap PNPM-MP ...97
Tabel 5.37 Sikap responden Terhadap PNPM-MP ...99
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Surat Balasan Penelitian dari Kecamatan Onan Runggu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : ANANTA HIDAYAT PURBA NIM : 060902048
ABSTRAK
Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir
(Skripsi terdiri dari 6 bab, 106 halaman, 50 tabel, 3 lampiran serta 20 kepustakaan)
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Setelah program ini berjalan, sedikit banyak masyarakat yang mengalami dampak positif secara langsung. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana respon masyarakat terhadap PNPM-MP yang dilihat dari 3 variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.
Penelitian ini dilaksanakan pada kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menerima program dan merasakan dampak langsung dari program serta yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari tiga variable yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Berdasarkan hasil dari tiga variabel tersebut, rata-rata respon masyarakat terhadap PMPN-MP adalah positif, dimana nilai untuk persepsi yaitu 0,98, sikap dengan nilai 1 dan partisipasi dengan nilai -0,36.
UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : ANANTA HIDAYAT PURBA
NIM : 060902048
ABSTRACT
Community Response Against the National Program for Community Empowerment in Rural Districts Self Onan Runggu Samosir regency
(Thesis consists of 6 chapters, 106 pages, 50 tables, 3 appendix and 20 literature)
Indonesia has the problem of poverty and unemployment. In Indonesia, one of the efforts made to improve the effectiveness of poverty reduction and job creation is the National Community Empowerment Program Mandiri. Once the program is running, slightly more people who have a positive impact directly. The problems discussed in this
essay is to see firsthand how the public response to the PNPM-MP visits of 3 variables, namely the perception, attitude and participation.
The research was conducted on sub Onan Runggu Samoisr District. The total population in this study are all people who receive the program and felt the direct impact of the program and that the samples in this study were 97 people and the instrument used was a questionnaire. The method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.
Based on the research and data analysis, it can be seen that the public response to the National Program for Community Empowerment Rural Self is positive. This can be seen from the three variables that is the perception, attitude and participation. Based on the results of these three variables, the average public response to PMPN-MP is positive, where the value is 0.98 for the perception, attitude and participation with a value of 1 with a value of -0.36.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kehidupan yang baik merupakan kehendak manusia yang paling hakiki.
Tiada satu pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan
kehidupan yang sedang dijalaninya untuk menjadi lebih baik – lebih sejahtera dan
lebih bahagia – serta tidak mengharapkan akan merasakan kehidupan di masa
depandengan lebih baik lagi. Namun sebaliknya, dinamika kehidupan manusia
sendiri serta kemampuan alam untuk mendukung kebutuhan manusia agar
mencapai kehidupan lebih baik itu ternyata sangat terbatas (Randy, Ryan, 2006:3).
Masalah kemiskinan adalah salah satu masalah yang telah lama ada. Pada
masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan,
tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran
kehidupan modern pada masa kini, mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan,
pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada
zaman modern.
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan
di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,
kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran
lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di
perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi
disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus
(
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang penanganannya
membutuhkan keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan di Indonesia diiringi
masalah kesenjangan baik antar golongan penduduk maupun pembangunan antar
wilayah, yang diantaranya ditunjukkan oleh buruknya kondisi pendidikan dan
kesehatan serta rendahnya pendapatan dan daya beli, sebagaimana tercermin dari
rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Penduduk dikatakan
miskin apabila memiliki pendapatan berada dibawah kemiskinan yang dijadikan
sebagai ukuran resmi kondisi kemiskinan di Indonesia ( Sumodiningrat, 2009 : 5).
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2009 sebesar 32,53 juta
juta jiwa (14,15 %). Dibandingkan penduduk miskin bulan Maret 2008 sebesar
34,96 juta jiwa (15,42 %), berarti ada penuruna sebesar 2,43 juta jiwa. Selama
periode Maret 2008 – Maret 2009 penduduk miskin didaerah perdesaan berkurang
1,57 juta jiwa, sementara didaerah perkotaan berkurang 0,86 juta jiwa. Sedangkan
jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 37,17 juta jiwa (16,58%) dari
total penduduk. Jumlah tersebut menurun 2,13 juta jiwa jika dibandingkan jumlah
penduduk miskin pada tahun 2006 sebanyak 39,30 juta jiwa (17,75%) dari total
penduduk (BPS, 2009).
Penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara masih cukup banyak. Hasil
survei sosial ekonomi nasional yang dilaksanakan pada bulan Maret 2007,
menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di daerah ini sebanyak 1.768.400
jiwa, atau sebesar 13,9 persen terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Namun
jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara menurun sekitar 211.300 jiwa. Pada
tahun 2006, penduduk miskin Sumatera Utara sebanyak 1.979.702 jiwa, atau
15,66 persen dari jumlah penduduk saat itu.
Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara sejalan dengan
perbaikan indikator makro ekonomi Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi
triwulan pertama Sumatera Utara 2007, dari tahun ke tahun sebesar 8,44 persen,
lebih baik dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,97 persen di periode
yang sama. Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2007 juga lebih baik
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2006, yang
tumbuh sebesar 2,89 persen. Dari sisi tenaga kerja, meskipun tingkat
pengangguran masih sangat besar, namun menunjukkan penurunan dari periode
sebelumnya. Tingkat pengangguran terbuka Sumatera Utara bulan Februari 2007
sebesar 10,63 persen, lebih rendah dibandingkan bulan agustus 2006, yakni 11,51
%. Adanya program upaya penanggulangna kemiskinan ini harus ditingkatkan
agar target penurunan penduduk miskin pada tahun 2008 sebesar 11,40 % sesuai
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dapat tercapai (BPS Sumut,
2007).
Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja
adalah Program Nasional Pemberdayaan (PNPM) mulai tahun 2007. Sebagai
langkah awal, pelaksanaan PNPM tahun 2007 dimulai dengan dua program
pemberdayaan masyarakat yang dinilai cukup besar dan efektif, yaitu Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang menjadi dasar bagi pengembangan PNPM
yang menjadi dasar bagi pengembangan PNPM di perkotaan
(http//www.pnpm-mandiri.or.id, diakses pada hari Kamis, 26 September 2010 pukul 17.16)
PNPM adalah suatu instrument pemerintah yang digulirkan untuk
mencapai salah satu poin dari MDGs (Millenium Development Goals) yaitu
pengentasan kemiskinan. Program ini akan menyatukan berbagai program yang
dimiliki oleh berbagai departemen dibawah satu koordinasi tim penanggulangan
kemiskinan. Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan
penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan PNPM Mandiri ini mulai
tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri ini dirumuskan kembali mekanisme upaya
penanggulangan kemiskinanyang melibatkan unsur masyarakat mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses
pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama
masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai
obyek, melainkan sebagai subyek dalam upaya penanggulangan kemiskinan
(PNPM, 2007).
Secara umum, PNPM adalah suatu program yang memberdayakan
masyarakat secara optimal dalam mengatasi problem-problem kemiskinan yang
terjadi. Masyarakat diharapkan aktif dalam pemngambilan keputusan dan
pemecahan masalah-masalah yang mereka hadapi. Dengan kata lain, dengan
program ini, masyarakat hendaknya mandiri dan dapat menentukan sendiri apa
yang harus dilakukan agar mereka terbebas dari kemiskinan.
Konsep PNPM Mandiri terus disempurnakan dengan tujuan peningkatan
dan pengembangan penanggulangan kemiskinan dapat menyentuh langsung
global karena melibatkan masyarakat sebagai pelaku aktif di bidang
pembangunan.
Mulai tahun 2008, PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk
mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya.
PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat
yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sector dan pemerintah daerah.
Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga akan diprioritaskan pada desa-desa
tertinggal (PNPM, 2007).
PNPM Mandiri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin dan meningkatkan kesempatan kerja (infrastruktur, ekonomi produktif, dan
pelatihan ketrampilan). Jumlah penerima PNPM Mandiri pada akhir Oktober 2008
di 3999 kecamatan mencakup 47.854 desa. Jumlah anggaran Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) yang sudah disalurkan sampai Mid-November 2008 sebesar
Rp.10 triliun (72,94%) dari Rp.13,7 triliun. Jumlah peserta aktif PNPM Mandiri
sejak awal mencapai 41,3 juta jiwa dengan 14,1 juta jiwa terlibat langsung pada
tahun 2008 (http//www.setneg.go.id, diakses pada hari Jumat, 27 September 2010
pukul 20.32).
Disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah
menggantikan UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi tonggak pelaksana otonomi
daerah dengan paradigma baru. Pemberlakuan UU ini tidaklah dimaksudkan
sebagai upaya resentralisasi atau mengembalikan iklim politik dengan kekuasaan
yang memusat. Namun didalamnya justru terkandung semangat penguatan makna
dan melaksanakan pembangunan secara lebih baik, lebih mandiri dan
terkoordinasi. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, tak dapat dipungkiri
desentralisasi selama ini masih menimbulkan bias persepsi yang menjadi
tantangan tersendiri. Pergesaran ketersediaan dana dan kewenangan pembangunan
dari pemerintah pusat ke daerah membuat pelaksanaaan program lebih efisien dan
tepat sasaran karena lebih dekat ke masyarakat sebagai sasaran akhirnya, dengan
syarat adanya kemauan dan kemampuan pemerintah. Dengan demikian, perlua
adanya dukungan peran dan fungsi pemerintah daerah dalam menjaga proses
pembangunan yang mempuyai fokus pemberdayaan masyarakat. Kuncinya adalah
bagaimana menyediakan mekanisme yang sesuai bagi daerah untuk berlomba
memberdayakan masyarakat nya dalam menanggulangi kemiskinan dan
melakukan pembangunan partisipatif, serta mengenyampingkan ego sektoral yang
berdampak bagi masyarakat luas.
Sejalan dengan disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) yang dimulai pelaksanaannya sejak tahun 1998,
semakin dewasa belajar dari pengalaman untuk melakukan transisi pengelolaan
program pemberdayaan secara bertahap kepada pemerintah daerah. PNPM-MP
merupakan lanjutan dari PPK, yang dimulai pada tahun anggaran 1998/1999, yang
diawali pilot proyek di beberapa wilayah. Dengan demikian, hingga saat ini
program telah berjalan selama 10 tahun atau telah memasuki tahun ke 11.
Masa transisi pengalihan PPK ke PNPM diawali pada tahun 2007 dengan
nama PNPM-PPK, selanjutnya dimulai tahun 2008 secara penuh diterapkan
masyarakat dengan pola yang sama dicanangkan pelaksanaannya hingga tahun
2009.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
(PNPM-MP merupakan salah satu proyek pemerintah dalam menanggulangi kemisikinan
yang bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia yang lebih
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin serta kelompok
masyarakat yang kurang mampu. Program ini telah diluncurkan oleh Presiden RI,
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20 April 2007 di Provinsi
Sulawesi Tengah.
PNPM-MP pada hakikatnya adalah gerakan nasional yang dijalankan oleh
semua kalangan untuk menanggulangi kemiskinan dan perluasan kesempatan
kerja melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dengan tujuan peningkatan
kualitas hidup, kemandirian ditingkat kesejahteraan masyarakat.
PNPM-MP merupakan program pemberdayaan masyarakat terbesar di
tanah air. Bukan hanya dari cakupan lokasinya, namun juga jumlah
pemanfaatnya. Sejak 1998, PNPM-MP telah dilaksanakan di lebih dari 58% desa
di seluruh Indonesia. Hingga 2009, program ini menjangkau 50.201 desa
Tabel 1. Cakupan wilayah PNPM-MP di Indonesia
Tingkat
Wilayah
Cakupan Wilayah
PPK/
PNPM-
PPK(1998-2007)
PNPM Mandiri
Perdesaan
(2008)
PNPM Mandiri
Perdesaan (2009)
Provinsi 32 30 30
Kabupaten 348 335 342
Kecamatan 2.668 2.230 3.908
Desa 42.319 34.032 50.201
Sumber data:
Jumat, 27 September 2010 pukul 20.55)
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merasa tertarik
untuk melihat bagaimana respon masyarakat terhadap program PNPM-MP yang
dilaksanakan pemerintah khususnya di Kecamatan Onan Runggu yang merupakan
salah satu kecamatan di Kabupaten Samosir, yang terdiri dari 12 desa yang
terdapat program PNPM-MP. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian yang
dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan suatu langkah yang sangat penting karena
langkah ini menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah
pada hakekatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari
melalui penelitian ( Soehartono, 2008 : 23 ).
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah
yang dikemukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana respon masyarakat
terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui respon
masyarakat terhadap PNPM-MP yang telah dilakukan pemerintah di Kecamatan
Onan Runggu Kabupaten Samosir.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan
kritikan dalam rangka pengembangan model, perumusan dan pelaksanaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan yang dilakukan
1.5. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan
dengan masalah penelitian, kerangka pemikiran, defenisi
komsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang lokasi penelitian, tipe penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta
teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian
dimana penulis mengadakan penelitian.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari
hasil penelitian dan analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis yang
penulis berikan sehubungan dengan penelitian yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Respon
Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik
sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka
atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Selain itu menurut
Daryl Beum, respon diartikan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi
tingkah laku atau adu kuat.
Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang
dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa
sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal
tersebut (Adi, 1994:105).
Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap
merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau
ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak
terlepas pembahasannya dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau
sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon
mereka terhadap kondisi tersebut.
Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan
perasaan, kecurigaan, dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, rasa takut,
ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dapat diketahui bahwa
pengungkapan sikap melalui :
2. Penilaian
3. Suka atau tidak suka
4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi
2.1.1. Persepsi
Meurut Morgan, King dan Robinson bahwa persepsi adalah suatu proses
diterimanya suatu rangsangan (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun
peristiwa) dengan cara melihat dan mendengar dunia disekitar kita, dengan kata
lain presepsi dapat juga didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami
manusia (Adi, 2000 : 105).
Dari defenisi-defenisi yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
persepsi adalah suatu proses yang dimulai dari penglihatan dan pendengaran
hingga terbentuk tanggapan yang terjadi pada diri individu sehingga individu
sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang
dimilikinya. Pengliatan dan pendengaran seseorang dapat dilihat dengan cara
mencermati, memahami dan menilai segala sesuatu yang terjadi di dalam
lingkungan sehingga terbentuk tanggapan dari dirinya (Mahmud, 1990 :55).
2.1.2. Sikap
Sikap adalah suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu
perbuatan atau tingkah laku dan cenderung untuk bertindak dan bereaksi terhadap
rangsangan (Hudaniah, 2003 : 95). Sikap dapat dilihat melalui penilaian,
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :
1. Sikap mempengaruhi prilaku. Dimana suatu sikap yang mengarah pada
suatu objek memberikan satu alasan untuk berprilaku mengarah pada
objek itu dengan cara tertentu.
2. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan
beberapa pengalaman dan rajin dalam latihan.
3. Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap suatu saat dapat berubah
meskipun relatif sulit untuk berubah.
4. Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah dipenuhi.
5. Sikap tidak hanya terdapat satu jenis saja, melainkan memiliki beberapa
jenis sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.
6. Dalam sikap terdapat perasaan (Adi, 200:179).
2.1.3. Partisipasi
Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara aktif (dan
terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisasi,
persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi
sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada
kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan
secara menyeluruh. Partisipasi atau keikutsertaan para pelaku dalam masyarakat
untuk terlibat dalam proses pembangunan ini akan membawa manfaat dan
menciptakan pertumbuhan ekonomi didaerah (Suprapto,2007:8).
Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil masyarakat (pelaku) untuk
suatu kegiatan, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi
1. Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Pembangunan yang
sudah selesai dilakukan oleh pihak luar sehingga masyarakat tinggal
menerima berupa hasil pembangunan, misalnya tempat wisata di Aek
Sijornih Tapanuli Selatan. Partisipasi ini jelas mudah, namun menikmati
belum berarti memelihara.
2. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan, hal ini terjadi
karena pihak luar masyarakat sudah mengerjakan persiapan, perencanaan
dan menyediakan semua kebutuhan program. Masyarakat tinggal
melaksanakan dan setelah itu baru dapat menikmati hasilnya, misalnya
dalam membangun jalan, masyarakat ikut serta meratakan jalan dan
menata/merapikan batu. Pemagaran rumah, masyarakat tinggal memasang
alat-alat/bahan yang sudah disediakan, dll.
3. Berperan serta dalam memelihara hasil program. Funsi ini lebih sulit
apalagi kalau masyarakat tidak terlibat dalam pelaksanaan. Sulit bukan
saja karena tidak mempunyai keterampilan, tetapi yang lebih penting
karena mereka marasa tidak memiliki program tersebut. Misalnya,
biasanya masyarakat bersedia memelihara daerah wisata tersebut jika
mereka ikut ambil bagian dalam pembangunan.
4. Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil
masyarakat karena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat
2.2. Kesejahteraan Sosial
2.2.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial
Istilah kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan “kesejahteraan
masyarakat atau kesejahteraan umum”. Sedangkan tentang kesejahteraan kamus
besar bahasa Indonesia menyebutkan : “Sejahtera artinya aman, sentosa, makmur,
selamat (terlepas dari segala macam gangguan dan kesusahan). Sedangkan
kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup dan
kemakmuran (Mahadi, 1993:550).
Oleh Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah
kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja
dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang
industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi
sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang
industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial
sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan,
gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai.
Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial.
W.A Fridlander mendefenisikan :
“Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari
usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu
individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan
yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial
yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan
selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat” (Muhidin,
1984: 1-2).
Defenisi di atas menjelaskan :
1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized
system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.
2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang
sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan,
papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.
3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan
“kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun
dalam memenuhi kebutuhannya.
Dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan pula :
“Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi
keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau
kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat,
sosial yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam
memperkembangkan kepribadianya secara sempurna” (Suparlan, 1989: 53).
Sementara itu Skidmore, sebagaimana dikutip oleh Drs. Budie Wibawa,
menuturkan : “Kesejahteraan Sosial dalam arti luas meliputi keadaan yang baik
untuk kepentingan orang banyak yang mencukupi kebutuhan fisik, mental,
2.2.2. Pengertian Kesejahteraan Sosial
Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat
dalam UU No. 11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan
sosial sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut :
“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”.
Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai
upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik
yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU No.11 Tahun 2009 dalam
pasal 4, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah di
bidang kesejahteraan sosial, yang meliputi :
1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial.
2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat.
3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan
sosial (Muhidin, 1984: 9-10).
Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah
meyelenggarakan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :
1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial
karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau
akibat-akibat lain.
2. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial.
3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial.
5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk
tenaga-tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial
2.3. Masyarakat
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa
manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh
mempengaruhi satu sama lain (Hassan Shadily, 1993 : 47). Pengaruh dan
pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine
qua non (yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya
orang – orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.
2.3.1. Masyarakat dan Jenisnya
Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses
masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan
yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian
kemerdekaan dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela.
Pengorbanan disini dimaksudka n menahan nafsu atau kehendak sewenang–
wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa
berarti tunduk kepada hukum–hukum yang telah ditetapkan (negara dan
sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan
akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.
Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :
a. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat
b. Masyarakat merdeka, yang terbagi pula dalam :
1. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku,
golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang
masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak
mudah berhubungan dengan dunia luar ; dan
2. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau
kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi
gereja dan sebagainya.
2.3.2. Asal Masyarakat
Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban
tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua
pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain, orang
berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua
dipulau sunyi umpamanyas selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam
masyarakat, karena:
a. Hasrat yang berdasar naluri ( kehendak diluar pengawasan akal ) untuk
memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia
mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk;
b. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama,
yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung
bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari
c. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu
mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya
mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.
Lain dari pada Aristoteles, maka Bergson ( lahir 1895 ) berpendapat,
bahwa manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh
karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya, demikian
oleh karena pendapat ini berdasar kepada pelajaran dialektika, yang mencoba
melihat kebenaran dalam kenyataan dengan mengadakan perbedaan dan
perbandingan.
2.3.3. Pengembangan Masyarakat
Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan
untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri atas
pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat,perencanaan partisipatif,
pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, pemantauan dan pemeliharaan
hasil-hasil yang tercapai (Sumodiningrat, 2009:69).
Ada beberapa defenisi mengenai pengembangan masyarakat.
1. Defenisi dari PBB, pengembangan masyarakat adalah suatu proses
dimana usaha masyarakat bertemu dengan usaha pemerintah untuk
meningkatkan kondisi, baik kondisi ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat.
2. Arthur Durkheim mengatakan, pengembangan masyarakat adalah suatu
proses yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan sosial
3. Henry, mengatakan pengembangan masyarakat adalah suatu proses untuk
menciptakan masyarakat yang sadar terhadap pembangunan dan
menstimulir aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan tanggung
jawab pribadi terhadap kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan masyarakat tergantung pada inisiatif dan kemampuan
masyarakat lokal dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan
ini ditunjang oleh keterlibatan dari anggota masyarakat dalam kegiatan intervensi,
sehingga perlu pembinaa kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk
mewujudkan kemampuan mereka dalam usaha bersama memperoleh kehidupan
yang lebih baik.
Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan spesifik
pada masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang berbeda, oleh
sebab itu proses pengembangan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik
dan perkembangan masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat menggambarkan
suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa aspek penting. Keberadaan aspek
tersebut sebagai persyaratan terlaksananya upaya pengembangan masyarakat.
Aspek-aspek tersebut adalah :
1. Masyarakat sebagai unit kegiatan
Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi
yang sama dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Terdapat
berbagai jenis masyarakat yang ditentukan oleh berbagai tingkatannya dari
masyarakat lingkungan desa, kota dan negara. Anggota masyarakat memiliki
menuntut keterlibatan dari semua anggota. Pengembangan masyarakat
menempatkan masyarakat sebagai unit dari kegiatan mereka.
2. Inisiatif dan kepemimpinan lokal
Di dalam masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat
dikembangkan untuk kepentinagn masyarakat dalam mewujudkan keinginan akan
perubahan dalam masyarakat lokal, harus memanfaatkan inisiatif dan
kepemimpinan secara internal dari sumber-sumber tersebut.
3. Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar
Sumber mengacu kepada berbagai kekuatan yang bermanfaat untuk
mengadakan perubahan. Orang perlu memahami terlebih dahulu sumber-sumber
apa yang tersedia, dimana dan bagaimana cara menggunakannya untuk
memberikan manfaat yang optimal. Sumber tersebut bisa berasal dari dalam atau
luar masyarakat lokal yang menggunakannya secara fleksibel sesuai dengan
kebutuhan.
4. Partisipasi secara inklusif.
Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada semua
kelompok dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam
pengembangan masyarakat. Struktur masyarakat harus terbuka yang
memungkinkan kelompok-kelompok baru menjadi bagian dari proses yang
berlangsung. Diharapkan bahwa semua anggota masyarakat bisa memainkan
peranannya dalam pengembangan masyarakat.
5. Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari
Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian
terhadap situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian
tertentu yang dihadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-sumber yang
luas. Pendekatan komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat
dalam pendekatan yang digunakan, kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan
menghasilkan partisipasi yang luas dalam arti keterlibatan yang intensif.
6. Proses pengambilan keputusan secara demokratis, rasional, dan diorientasikan
pada pencapaian tugas yang khusus.
Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap
orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat
mereka. Tidak ada kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan
keputusan, namun perlu rasional untuk melihat sejauhmana keputusan tersebut
logis dan dapat dilaksanakan. Keputusan diarahkan dalam pelaksanaan tugas yang
spesifik.
Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyrakat adalah perencanaan
dan integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses untuk menentukan,
menemukan dan memperjelas arti dari suatu masalah, meningkatkan hakekat
ruang lingkup masalah, mempertimbangkan berbagai upaya yang diperlukan guna
penanggulangannya, memilih upaya yang kiranya dapat dilaksanakan serta
mengadakan yang sesuai dengan upaya yang telah dipilih.
Integrasi masyarakat, yaitu suatu proses dimana menerapkan sikap-sikap
dan praktik-praktik kerjasama menghasilkan berbagai peningkatan dalan
dalam urusan masyarakat dan saling menukar nilai-nilai dan sarana-sarana untuk
mengutarakan nilai-nilai.
2.3.4. Model-model Pengembangan Masyarakat.
Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut:
1. Pengembangan Masyarakat Total
Pengembangan masyarakat total adalah proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi
aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang
bukan sebagai sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang
unik dan memiliki potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
2. Perencanaan Sosial
Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk
menentukan keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah
sosial tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan,
kesehatan masyarakat yang buruk, dan lain-lain. Berbeda dengan pengembangan
masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih berorientasi pada tujuan tugas.
3. Aksi Sosial
Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan
fundamental dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses
pendistribusian kekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan. Pendekatan aksi
sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang
seringkali menjadi korban ketidakadilan stuktur. Mereka miskin karena
dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak percaya karena tidak
ekonomi, politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses
dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran,
pemberdayaan dan tindakan-tindakan actual untuk mengubah struktur kekuasaan
agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan.
2.3.5. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk
mendorong akselerasi penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang
diharapkan dapat menciptakan proses penguatan sosial yang dapat mengantar
masyarakat yang madani, sejahtera, berkeadilan serta berlandaskan iman dan
taqwa (Sumodiningrat, 2009 : 60).
Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005 : 60) .
Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan
pemerataan, tetapi konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta
landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin
pertumbuhan yang berkelanjutan.
Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga hal :
1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang.
memiliki potensi-potensi, kemudian diberikan motivasi dan penyadaran
bahwa potensi itu dapat dikembangkan.
2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu
langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta
pembukaan berbagai akses kepada peluang yang akan membuat
masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang. Pemberdayaan pada jalur
ini dapat berupa pemberan berbagai bantuan produktif., pelatihan,
pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial dan
pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.
3. Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk
mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan
yang saling menguntungkan.
2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan
(PNPM-MP)
2.4.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan
di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,
kemiskinan struktual dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran
lebih di picu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di
perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan
multidisiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus
Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri
Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan
desa tertinggal. PNPM-MP adalah program untuk mempercepat penanggulangan
kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan (PNPM-MP, 2007:2). Pendekatan
PNPM-MP merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan
(PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah
penyediaan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin,
efisien dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan
partisipasi masyarakat.
Visi PNPM-MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi
sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar
lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah
kemiskinan. Adapun misi PNPM-MP adalah :
1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;
2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;
3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal;
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan
ekonomi masyarakat;
5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan (PNPM-MP,
Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM-MP, strategi yang
dikemukakan PNPM-MP yaitu menjadikan rumah tangga miskin sebagai
kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta
mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi dan
strategi yang dikembangkan, maka PNPM-MP lebih menekankan pentingnya
pemeberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM-MP dihrapkan
masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya
kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui
PPK.
2.4.2. Tujuan PNPM-MP
Tujuan umum PNPM-MP adalah meningkatkan kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong
kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
Tujuan khususnya meliputi :
1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan;
2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
pendayagunaan sumber daya lokal;
3. Mengembangkan kapasitas pemerintah desa memfasilitasi pengelolaan
pembangunan partisipatif;
4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang
diprioritaskan oleh masyarakat;
6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Desa
(BKAD);
7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan perdesaan.
2.4.3 Prinsip Pokok PNPM-MP
Dalam pelaksanaannya, PNPM-MP menekankan prinsip-prinsip pokok
SiKOMPAK, yang terdiri dari :
1. Transparansi dan akuntabel, yaitu masyarakat harus memiliki akses yang
memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan,
sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun
administrasi.
2. Desentralisasi, yaitu kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan
sektoral dan kewilayahan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat
sesuai dengan kapasitasnya.
3. Keberpihakan pada orang miskin, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan
kelompok yang kurang beruntung.
4. Otonomi, yaitu masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk
berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan
secara swakelola.
5. Partisipasi, yaitu masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses
pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong
6. Prioritas, yaitu pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak
dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan
mendayagunakan secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas.
7. Kesetaraan dan keadilan gender, yaitu laki-laki dan perempuan mempunyai
kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam
menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.
8. Kolaborasi, yaitu semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan
kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi
antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
9. Keberlanjutan, yaitu setiap pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat,
tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan menjaga
kelestarian lingkungan.
2.4.4. Prinsip Lain PNPM-MP
1. Bertumpu pada pembangunan manusia, yaitu setiap kegiatan diarahkan
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya.
2. Demokratis, yaitu pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara
musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan
2.5. Sasaran PNPM-MP
2.5.1. Lokasi Sasaran
Pada tahun 2009, lokasi sasaran PNPM-MP meliputi seluruh kecamatan
perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
Untuk tahun 2008, ketentuan pemilihan lokasi sasaran berdasarkan ketentuan :
a. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk kategori “kecamatan yang
bermasalah dalam PPK”
b. Kecamatan-kecamatan yang diusulkan oleh pemerintah daerah dalam
skema kontribusi pendanaan.
2.5.2. Kelompok Sasaran
a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan
b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan
c. Kelembagaan pemerintah local.
2.5.3. Pelaksanaan PNPM-MP
Pelaksanaan PNPM-MP berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung
dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan Belanja
Negara Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dana
hibah dari sejumlah bantuan dan pinjaman dari Bank Dunia.
Pelaksanaan kegiatan PNPM-MP tersebut merupakan tahap dari seluruh
rencana yang telah disepakati dalam pertemuan Musyawarah Antar Desa (MAD)
dimana dalam pertemuan tersebut dilakukan untuk menetapkan usulan dan hal
pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu diperhatikan hal-hal penting
sebagai berikut, yaitu :
1. Masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sehingga keputusan
pelaksanaan dan tanggung jawab ada pada masyarakat.
2. Masyarakat desa mendapatkan prioritas untuk turut bekerja dalam
pelaksanaan kegiatan, terutama bagi RTM.
3. Apabila ada bagian pekerjaan yang belum mampu dikerjakan oleh
masyarakat sendiri, masyarakat dapat mendatangkan tenaga trampil
atau ahli dari luar sepanjang disepakati dalam musyawarah daerah dan
kebutuhan tersebut di atas harus diperhitungkan dalam rancangan
anggaran belanja kegiatan.
4. Penggunaan dana sesuai dengan rencana dan kegiatan agar mencapai
hasil yang memuaskan serta selesai tepat waktu.
2.5.4. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan
Melalui PNPM-MP, masyarakat tidak dijadikan objek melainkan subjek
dari proses perubahan. Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam
pembanguan, ini merupakan prinsip pembangunan yang berpusat pada rakyat.
Perlunya restrukturisasi dalam system pembangunan social pada tingkat mikro
(masyarakat lokal, kelembagaan) dan mikro (kebijakan) untuk mendukung prinsip
pembangunan yang berpihak pada rakyat. Hal ini berimlikasi pada perlunya
restrukturisasi system pembangunan social pada tingkat mikro, meso dan makro
agar masyarakat lokal (tingkat mikro) dapat mengembangkan potensinya tanpa
mengalami hambatan yang bersumber dari faktor-faktor eksternal pada struktur
masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar
mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan.
Dalam program pemberdayaan masyarakat harus diperhatikan bahwa
masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen
biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang tinggi sebagai pengaruh kesatuan
tempat tinggalnya, adanya perasaan saling memerlukan di antara mereka, perasa,
demikian yang pada dasarnya merupakan perasaan komuniti.
Dalam program pemberdayaan masyarakat penting juga diperhatikan
modal sosial yang dimiliki masyarakat setempat. Karena modal sosial merupakan
sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas
dasar kebersamaan dan di dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang
tumbuh dan dipatuhi. Situasi ini akan menjadi kunci bagi keberhasilan program
pemberdayaan yang terdapat dalam suatu daerah.
2.6. Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP)
2.6.1. Pengertian SPP
SPP merupakan salah satu bentuk kegiatan dari PNPM-MP yaitu
pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan
simpan pinjam.
2.6.2. Tujuan dan Ketentuan
a. Tujuan Umum
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi
kegiatan simpan pinjam perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala
kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan mendorong penanggulangan rumah
tangga miskin.
b. Tujuan Khusus
1) Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun
sosial dasar.
2) Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah
tangga pendanaan peluang usaha.
3) Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum
perempuan.
c. Ketentuan Dasar
1) Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat
mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan.
2) Terlembagaan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok
yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang sudah baku dalam
pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman.
3) Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang
professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian
dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan.
4) Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi
pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan
aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.
5) Akuntabilitas, artinyadalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus
2.6.3. Sasaran, Bentuk Kegiatan dan Ketentuan Kelompok SPP
a. Sasaran Program
Sasaran program adalah rumah tangga miskin yang produktif yang
memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan dasar melalui
kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat.
b. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan
modal kerja bagi kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan dana simpanan
dan pengelolaan dan pinjaman.
c. Ketentuan kelompok SPP
Adapun ketentuan kelompok SPP adalah :
1) Kelompok perempuan yang mempunyai ikatan pemersatu dan saling
mengenal minimal satu tahun.
2) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana
simpanan dan pinjaman yang telah disepakati.
3) Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana
pinjaman yang diberikan kepada anggota.
4) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik.
5) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana
(PNPM-MP, 2007 : 16-17).
2.6.4. Pelestarian dan Pengembangan Kegiatan
a. Pelestarian Kegiatan
1) Adanya dana kegiatan SPP yang produktif dan bertambah jumlahnya
untuk penyediaan kebutuhan pendanaan masyarakat miskin.
2) Adanya pelestarian prinsip PNPM-MP terutama keberpihakan kepada
orang miskin dan transparansi.
3) Penguata