• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONTRIBUSI USAHA KECIL MENENGAH DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KONTRIBUSI USAHA KECIL MENENGAH DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014)"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

THE ANALYSIS OF THE CONTRIBUTION OF SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES IN REGENCY/CITY SPESIAL REGION OF

YOGYAKARTA

(Case Study of The City of Yogyakarta, Bantul Regency, and Kulon Progo Regency Period 2000-2014)

Oleh

AZZAHRANI GIRI SAPUTRI 20120430016

FAKULTAS EKONOMI

(2)

THE ANALYSIS OF THE CONTRIBUTION OF SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES IN REGENCY/CITY SPESIAL REGION OF

YOGYAKARTA

(Case Study of The City of Yogyakarta, Bantul Regency, and Kulon Progo Regency Period 2000-2014)

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

AZZAHRANI GIRI SAPUTRI 20120430016

FAKULTAS EKONOMI

(3)
(4)

“Man Jadda Wajada”

“Don’t be Sad, Allah is with us” –At Taubah 40

“Tidak perlu sempurna, lakukanlah yang terbaik sesuai kemampuanmu” –

Azzahranigiris

“Skripsi yang bagus adalah skripsi yang jadi” - Hipwee

“Jangan patah semangat walau apapun yang terjadi, jika kita menyerah maka

habislah sudah”-Top Ittiphat

(5)

Kedua orangtua tercinta,

Ibu Siti Nuriyah dan Bapak Trigino Raharja, S.E

Adik laki-lakiku

AkbarRizky Nurdin GinaSaputra

(6)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia, dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Kontribusi Usaha

Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan mengenai Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, SE,.M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(7)

yang tidak ternilai harganya.

4. Bapak, Ibu dan Adikku yang telah memberikan do’a, motivasi, dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Dek Giva, Mbak Tyas, Mas Hendra, Dek Chiko, Dek Faris, Mbak Yanti, Mbak Lis, Mas Feri, Mbak Iin, Mbak Nia, dan semua saudaraku tercinta terima kasih ya atas pertanyaan “Kapan Wisuda”.

6. Teman-teman seperjuangan Prodi Ilmu Ekonomi Angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Senang sekali rasanya satu angkatan dengan kalian.

7. Teman-teman HIMIE periode 2012–2015 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih karena sudah menerima dan memberikan pelajaran berharga dalam berproses selama di organisasi.

8. Semua teman-teman KKN 109 Dusun Sembung, Gamping, Sleman. Terima kasih sudah menjadi rumah kedua. Semoga masih ada banyak waktu buat ketemua dan jalan-jalan bareng lagi.

(8)

Akhirnya dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 6 Juli 2016

(9)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah Penelitian ... 9

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 12

a. Definisi Usaha Kecil Menengah ... 12

b. Kriteria UKM ... 14

c. Klasifikasi kelompok UKM ... 14

d. Pengukuran Kinerja Usaha Kecil dan Menengah ... 15

e. Permasalahan yang Dihadapi UKM ... 16

(10)

d. Hubungan Penyerapan Tenaga Kerja dengan PDRB ... 26

3. Ekspor UKM ... 27

a. Manfaat Ekspor ... 27

b. Strategi Pengembangan Ekspor ... 29

c. Hubungan Ekspor dngan PDRB ... 29

4. Investasi UKM ... 30

a. Investasi UKM ... 30

b. Evisiensi Investasi Marjinal ... 32

c. Hubungan Investasi dengan PDRB ... 34

5. Pertumbuhan Ekonomi ... 35

6. Produk Domestik Regional Bruto ... 37

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 39

C. Hipotesis ... 42

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 47

E. Uji Kualitas Data ... 48

1. Uji Multikoleniearitas ... 48

2. Uji Heteroskedastisitas ... 49

3. Uji Autokorelasi ... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ... 62

A. Keadaan Geografis DIY ... 62

B. Kondisi Realisasi Usaha Kecil Menengah di DIY ... 63

(11)

3. Uji Autokorelasi ... 75

B. Uji Hipotsis dan Analisis Data ... 77

1. Model Estimasi Data Panel ... 77

2. Estimasi Pendekatan Data Panel ... 78

3. Uji Analisis Data ... 79

4. Pengujian Hipotesis ... 82

BAB VI SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 92

A. Simpulan ... 92

B. Saran ... 92

C. Keterbatasan Masalah ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(12)

DIYogyakarta, 2010-2013 (persen) ... 3

Tabel 1.2 Jumlah Angkatan Kerja DIY Tahun 2014 ... 3

Tabel 1.3 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Harga Konstan Tahun Dasar 2000 di DIYogyakarta ... 5

Tabel 1.4 Perkembangan Industri Kecil Menengah di Provinsi DIYogyakarta ... 7

Tabel 4.1 Perkembangan IKM DIYogyakarta ... 63

Tabel 4.2 Domestik Regional Bruto DIY 2000-2014 ... 66

Tabel 4.3 Penyerapan tenaga kerja UKM di Kota Yogya, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo ... 69

Tabel 4.4 Ekspor UKM Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo ... 71

Tabel 4.4 Investasi UKM Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo ... 73

Tabel 5.1 Korelasi Antar Variabel dengan Menggunakan Panel Least Square ... 74

Tabel 5.2 Hasil Uji Hesteroskedastisitas Pada Metode FEM dengan Uji Park ... 75

Tabel 5.3 Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode “Cochrane-Orcrutt” dan “White Heteroscedasticity-Consistent Covariance” ... 76

Tabel 5.4 Hasil Regresi Menggunakan Metode Pooled Least Square ... 78

Tabel 5.5 Hasil Regresi Menggunakan Fixed Effect Method ... 79

Tabel 5.6 Hasil Uji Chow ... 80

Tabel 5.7 Ikhtisiar Pemilihan Model Akhir ... 81

Tabel 5.8 Hasil Uji Hipotesis ... 82

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

vii

INTISARI

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran karena UKM mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan UKM yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi ini dapat dilihat dari kontribusi yang diberikan oleh sektor UKM.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik DIYogyakarta dari tahun 2000-2014. Variabel yang digunakan adalah variabel penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi data panel dengan analisis Fixed Effect.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial penyerapan tenaga kerja UKM berpengaruh negatif namun signifikan secara statistik. Sementara ekspor UKM secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap PDRB, dan investasi UKM berpengaruh terhadap PDRB. Sementara secara simultan seluruh variabel independen (Penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM) berpengaruh signifikan terhadap PDRB tahun 2000-2014 sebesar 93,77%.

(18)

viii

ABSTRACT

Small medium enterprises (SMEs) is one of the solutions to reduce poverty and unemployment because SMES are able to absorb the workforce and encourage the acceleration of economic growth. The success of SMES that could lead to economic growth can be seen of success of SME contribution.

This research using secondary date obtained from the Badan Pusat Statistik DIYogyakarta from 2000-2014. Variable used is the variable the absorption of labor SMEs, Export SMEs, and Investment SMEs. The regression model used in this research is a model of regression panel data from the analysis Fixed Effect.

The results showed that in the partial absorption of labor SMEs influential negative but statistically significant. While the Export SMEs statistically has no effect against the real GDP, and investment in SMEs influential to GDP. While simultaneously throughout the independent variable (the absorption of labor SMEs, Export SMEs, and Investment in SMEs) effect significantly to GDP in 2000-2014 in the amount of 93,77%.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu Negara terutama dalam meningkatkan pendapatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Menurut Sukirno (2006), pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh Negara berkembang bertujuan untuk memeratakan pembangunan ekonomi dan hasilnya pada seluruh masyarakat, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan kemampuan antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang. Akan tetapi, terdapat permasalahan dan problematika mendasar yang dihadapi oleh Negara berkembang. Masalah pokok dan isu pembangunan yang dihadapi adalah kemiskinan dan pengangguran, tidak terkecuali Indonesia.

(20)

Adanya disparitas dalam meningkatkan berbagai indikator ekonomi belum mampu dirasakan oleh masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Peningkatan yang terjadi pada berbagai indikator ekonomi tidak secara merata dirasakan oleh masyarakat. Peningkatan sektor-sektor ekonomi hanya mampu dinikmati oleh wilayah dengan sumber daya manusia yang siap (Aprilia, 2015).

Selain itu, permasalahan lain yang muncul dalam pembangunan adalah pengangguran. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena empiris yang terjadi di Indonesia. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia telah meningkatkan jumlah pengangguran. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja di Indonesia yang menganggur pada tahun 2013 mencapai 73,9 juta. Sementara pada tahun 2014 mencapai 72,94 juta orang dari angkatan bekerja 118,19 juta orang. Meski di tahun-tahun sebelumnya mengalami penurunan, akan tetapi jumlah ini dipredikasi akan meningkat apabila tidak segera disediakan lapangan kerja baru.

Dalam Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia (2010), untuk kasus kemiskinan di Pulau Jawa dan Bali, Provinsi DIYogyakarta merupakan salah satu Provinsi ke tiga di Pulau Jawa yang memiliki tingkat kemiskinan sebesar 16,8% berada di atas rata-rata nasional. Padahal saat ini DIYogyakarta sedang aktif mengembangkan pembangunan daerah.

(21)

ini sedikit bergeser. Presentase penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul (21,70 persen) pada tahun 2013 menduduki posisi tertinggi (Data Strategis DIY, BPS 2015).

Tabel 1. 1 Presentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di DIYogyakarta, 2010-2013 (persen)

Tahun Kabupaten/Kota

Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Yogyakarta

2010 23,15 16,09 22,05 10,70 9,75

2011 23,62 17,28 23,03 10,61 9,62

2012 23,32 16,97 22,72 10,44 9,38

2013 21,39 16,48 21,70 9,68 8,82

Sumber : Data Strategis DIY, Badan Pusat Statistik 2015

Sementara jumlah angkatan kerja DIY dalam Tabel 1.2 menurut data BPS (dalam LKJP DIY, 2014) pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 74,218 dibandingkan tahun 2013 sebanyak 1,949,243 orang. Dari total angkatan kerja di DIY tahun 2014, sebanyak 96,67% merupakan penduduk yang bekerja 3,33% merupakan pengangguran (Lihat tabel 1.2).

Tabel 1. 2 Jumlah Angkatan Kerja DIY Tahun 2014

Kegiatan 2012 2013 2014

Orang % Orang % Orang %

Angkatan Kerja 1.988.539 71,52 1.949.243 69,29 2.023.461 71,05 1. Bekerja 1.911.720 96,14 1.886.071 96,76 1.956.043 96,67 2.Pengangguran 76.819 3,86 63.172 3,24 67.418 3,33 Sumber : Badan Pusat Statistik dalam LKJP DIY, data diolah

(22)

kemiskinan dan pengangguran. Salah satunya yaitu dengan mendorong laju pertumbuhan dan pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM). Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya (Statistik Usaha Mikro,Kecil dan Menengah Depkop, 2010-2011).

Peran UKM dapat dilihat dari, (a) Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (b) Penyedia lapangan kerja yang terbesar, (c) Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (d) Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, (e) Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan sehingga pemulihan ekonomi belum optimal (Departemen Koperasi, 2010).

(23)

struktur usaha dan distribusi pendapatan secara keseluruhan (Ikhsan, dalam Raselawati 2011).

Gambaran peran strategis UKM terhadap perkembangan perekonomian di DIYogyakarta dapat dilihat pada tabel 1.4 dimana UKM memberi kontribusi terhadap pertumbuhan PDRB harga konstan di DIYogyakarta dimana pertumbuhan PDRB dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan signifikan.

Tabel 1. 3 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Harga Konstan Tahun Dasar 2000 di DIYogyakarta

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012

1 Pertanian 3643.696 3.632.681 3.557.865 37.306,92 2 Pertambangan dan

Penggalian 138.748 139.967 156.711 159,81

3 Industri Pengolahan 2.610.760 2.793.580 2.983.167 2.915,12 4 Listrik, Gas, & Air Bersih 185.599 193.027 201.243 215,54 5 Bangunan 1.923.720 2.040.306 2.187.805 2.318,45 6 Perdagangan,

Hotel-Restoran 4.162.116 4.383.851 4.611.402 4.920,05 7 Pengangkutan &

Komunikasi 2.128.594 2.250.664 2.430.696 2.581,62 8 Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan 1.903.411 2.024.368 2.185.221 2.402,72 9 Jasa-jasa 3.368.614 3.585.598 3.817.665 4.088,34 PDRB 20.065.258 21.044.042 22.131.775 24.567,48

Sumber; Badan Pusat Statistik, data diolah

(24)

persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai angka 11,96 persen diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi (8,00 %), sektor jasa-jasa (7,95%), sektor konstruksi (6,47%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (5,19%), serta sektor listrik, gas dan air bersih (4,26%).

Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh AKATIGA, the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the Center fo Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, adalah mempunyai daya tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi (Kristyanti, 2012).

Tingkat keberhasilan UKM dapat dilihat dari kinerja makro UKM. Kinerja UKM secara makro menurut Badan Pusat Statistik dapat dilakukan dengan melihat beberapa indikator yaitu; (1) Nilai Tambah, (2) Jumlah unit usaha, Penyerapan tenaga kerja dan Produktivitas, (3) Ekspor, dan (4) Investasi.

(25)

DIY didominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM), jenis usaha ini sangat berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja.

Perkembangan jumlah UKM di DIY dari tahun 2008 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan. Tercatat jumlah unit usaha pada tahun 2012 sebanyak 81,515 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 300,539 orang. Kondisi tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun 2011. Sebagaimana disajikan pada tabel 1.3 sektor industri selama tahun 2012, mengalami perkembangan positif. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah unit usaha (2,86%), penyerapan tenaga kerja (2,01%), dan nilai investasi (14,75%).

Tabel 1. 4 Perkembangan Industri Kecil Menengah di Provinsi DIYogyakarta

Indikator Capaian Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah unit usaha 76.267 77.851 78.122 80.056 81.515 Penyerapan tenaga

kerja (orang) 273.621 291.391 292.625 295.461 300.539 Nilai Investasi (Rp

Miliar) 769.274,52 871.110,10 878.063,50 1.003.678,05 1.010.585,42 Sumber : Disperindagkop dan UKM Prop DIY, data diolah

(26)

tambah, dan rendahnya kualitas produk. Walau diakui bahwa UKM menjadi lapangan kerja bagi sebagian besar pekerja, tetapi kontribusi dalam output daerah masih dikategorikan rendah dibandingkan usaha besar.

Selain itu, indikator makro lainnya adalah Ekspor UKM dimana ekspor UKM memiliki peluang yang baik karena potensi yang dimiliki oleh UKM. Menurut data BPS (2005), peran UKM terhadap pembentukan total nilai ekspor mengalami peningkatan sebesar Rp 13,500,658 juta atau 14,21 persen.

Pemberdayaan UKM dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi dalam memberikan kontribusi terhadap penciptaan produk domestik bruto (PDB) secara nasional atau PDRB secara regional, penyerapan tenaga kerja, ekspor, dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi UKM melalui pembentukan modal tetap bruto (investasi). Indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan indikator keberhasilan UKM (Kristiyanti, 2012).

(27)

Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014)”.

B. Batasan Masalah

Agar lebih jelas mengenai permasalahan diatas maka perlu dilakukan batasan masalah dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Pembatasan dilakukan dalam pemilihan variabel kinerja makro UKM yang terdiri dari penyerapan tenaga kerja UKM ekspor UKM, dan investasi UKM. 2. Mengingat adanya keterbatasan data, wilayah yang diambil dalam penelitian

ini adalah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Apakah variabel penyerapan tenaga kerja UKM berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB DIYogyakarta Tahun 2000-2014 ?

2. Apakah variabel ekspor UKM berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB DIYogyakarta Tahun 2000-2014 ?

(28)

4. Apakah variabel penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB DIYogyakarta Tahun 2000-2014 ?

D. Tujuan Penelitian

Dari uraian pokok diatas tujuan dari penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah;

1. Untuk menganalisis pengaruh variabel penyerapan tenaga kerja UKM terhadap PDRB DIY Tahun 2000-2014.

2. Untuk menganalisis pengaruh variabel ekspor UKM terhadap PDRB DIY Tahun 2000-2014.

3. Untuk menganalisis pengaruh variabel investasi UKM terhadap PDRB DIY Tahun 2000-2014.

4. Untuk menganalisis pengaruh variabel penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM secara bersama-sama terhadap PDRB DIY Tahun 2000-2014.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(29)

regional. Sedangkan bagi pelaku bisnis itu sendiri, dengan adanya penelitian ini mampu memahami dan mengetahui indikator-indikator makro yang memberikan pengaruh terhadap jalannya UKM.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah wawasan serta pengetahuan dalam bidang Kinerja UKM yang dilihat dari faktor makro yang mempengaruhi seperti Penyerapan Tenaga Kerja UKM, Ekspor UKM, dan Investasi UKM. Selain itu untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dibangku kuliah terutama mengenai Koperasi dan UKM.

b. Bagi Akademis

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

a. Definisi Usaha Kecil Menengah

Di Indonesia, UKM tidak memiliki satu definisi yang standar. Beberapa lembaga atau intansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri Keuangan Np 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No.20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

1) Badan Pusat Statistik (BPS)

BPS mendefinisikan jumlah tenaga kerja. Usaha Kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan Usaha Menengah merupakan entitas usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang.

2) Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM).

(31)

itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan, merupakan entitas usaha.

3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dam Menengah. Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : (a) Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (a) Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994.

(32)

setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (a) Badan usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (b) Perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).

b. Kriteria UKM

Terdapat beberapa ciri-ciri UKM diantaranya : (Raselawati, 2011)

1) Ketrampilan dasar yang dimiliki umumnya sudah ada secara turun-temurun. 2) Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih

teknologi.

3) Melibatkan masyarakat setempat yang termasuk dalam ekonomi lemah, sehingga secara ekonomis menguntungkan.

4) Bersifat padat karya atau menyerap banyak tenaga kerja.

5) Memiliki peluang pasar cukup luas, sehingga sebagian besar produknya terserap di pasar lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk diekspor.

c. Klasifikasi kelompok UKM

(33)

1) Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.

2) Micro Entreprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3) Small Dynamic Entreprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor. 4) Fast Moving Entreprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa

kewirausahaan dan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB).

d. Pengukuran Kinerja Usaha Kecil dan Menengah

Pengukuran Kinerja UKM menurut Badan Pusat Statistik dapat dilihat dari beberapa indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk, diantaranya :

1) Nilai Tambah. UKM mampu menciptakan nilai tambah yang digambarkan dalam angka Produk Domestik Bruto (PDB) sektor UKM.

2) Jumlah unit usaha, Penyerapan tenaga kerja dan Produktivitas. Terdapat pengaruh yang diberikan UKM pada kesempatan kerja karena banyaknya jumlah unit usaha UKM.

3) Ekspor. UKM mampu menembus pasar global atau meningkatkan ekspor melalui hasil produksinya yang lebih banyak memanfaatkan sumber daya alam.

(34)

Sementara Tambunan (2002) juga memberikan pandangan mengenai pengukuran Kinerja UKM dengan beberapa indikator, diantaranya :

1) Kesempatan Kerja

UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam hal penciptaan kesempatan kerja. Argumentasi ini didasarkan pada kenyataan bahwa, di satu pihak, jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang besar, di pihak lain, Usaha Besar tidak mampu menyerap semua pencari kerja. Dikarenakan Usaha Besar membutuhkan pekerja dengan pendidikan formal yang tingi dan pengalaman kerja yang cukup, sementara UKM sebagian penididikannya berpendidikan rendah.

2) Produk Domestik Bruto (PDB)

Secara makro pengukuran kinerja perekonomian diukur dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) melalui beberapa sektor. Sementara itu, UKM mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan PDB Nasional.

3) Ekspor

Adanya kemampuan UKM di Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk menembus pasar global atau meningkatkan ekspornya atau menghadapi produk-produk impor di pasar domestik.

e. Permasalahan yang Dihadapi UKM

(35)

1) Faktor Internal

a) Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup dan mengandalkan modal pemilik yang berjumlah terbatas sementara modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh oleh persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Selain itu, UKM juga menjumpai kesulitan dalam hal akses terhadap pembiayaan.

b) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

(36)

2) Faktor Eksternal

a) Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

Kebijaksanaan pemerintah untuk mengembangkan UKM dari tahun ke tahun terus dievaluasi dan disempurnakan, namun belum sepenuhnya kondusif. Masih terdapat persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dan menengah dengan pengusaha-pengusaha besar. Selain itu kebijakan perekonomian pemerintah yang dinilai tidak memihak pihak kecil seperti UKM dan lebih mengakomodir kepentingan para pengusaha besar.

b) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga sarana dan prasarana yang dimiliki tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya. c) Implikasi Otonomi Daerah

Perubahan sistem akan memberikan dampak terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan baru yang diberikan pada UKM. Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing UKM. Disamping itu, semangat kedaerahan yang berlebihan terkadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usaha di daerah.

d) Implikasi Perdagangan Bebas

(37)

dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas.

e) Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek

Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karaktarestik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajinan dengan ketahanan yang pendek. Sehingga produk-produk yang dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama.

f) Terbatasnya Akses Pasar

Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapt dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.

f. Peran Penting UKM

(38)

Sedangkan menurut Dinas Koperasi (2008), peran UKM dalam perekonomian nasional yatiu; (1) UKM sebagai peran utama dalam kegiatan ekonomi. (2) UKM penyedia lapangan terbesar. (3) UKM berperan dalam mengembangkan perekonomian lokal dan juga pemberdayaan masyarakat. (4) UKM mampu menciptakan pasar baru dan sumber inovasi, serta kelima, UKM mampu membeerikan kontribusinya terhadap neraca pembayaran.

2. Penyerapan Tenaga Kerja UKM

a. Penyerapan Tenaga Kerja

Di Indonesia, pasar penyerapan tenaga kerja dibedakan atas sektor formal dan informal. Sektor formal atau modern mencakup perusahaan-perusahaan yang mempunyai status Hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya mempunyai status Hukum, pengakuan, dan izin resmi serta umumnya berskala besar. Sedangkan sektor informal merupakan sektor yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Kegiatan usaha umumnya sederahan; (2) Skala usaha relative kecil; (3) Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki izin usaha; (4) Untuk bekerja di sektor informal biasanya lebih mudah daripada di sektor formal; (5)Tingkat penghasilan umumnya rendah; (6) Keterkaitan antar sektor informal dengan usaha lain sangat kecil; (7) Usaha sektor informal sangat beraneka ragam (Cahyono dalam Raselawati, 2011).

(39)

terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan penyerapan tenaga kerja (Kuncoro, 2002).

b. Permintaan dan Penawaran Penyerapan Tenaga Kerja

Permintaan penyerapan tenaga kerja menjelaskan tentang hubungan kuantitas penyerapan tenaga kerja yang dikehendaki dengan tingkat upah. Permintaan pengusaha atas jumlah penyerapan tenaga kerja yang diminta karena orang tersebut dapat meningkatkan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan kemudian dijual kepada konsumen. Adanya pertambahan permintaan perusahaan terhadap penyerapan tenaga kerja bergantung kepada pertambahan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang diproduksi (Simanjuntak, 2011).

(40)

N Grafik 2. 1 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Sumber : Makroekonomi Teori Pengantar, Sadono Sukirno (2013); hal 77-78

Dalam grafik 2.1 diatas menunjukkan permintaan (D1) dan penawaran

(SLdan S*L) tenaga kerja dalam perekonomian. Pada mulanya penawaran tenaga

kerja adalah SL. Keseimbangan tingkat upah adalah W0 dan jumlah tenaga kerja

yang digunakan adah N0. Perubahan pada tingkat upah sebesar jumlah tenaga

kerja yang ditawarkan adalah N2 sedangkan seluruh pengusaha dalam

perekonomian hanya ingin menggunakan sebanyak N2 tenaga kerja. Dengan

demikian terjadi pengangguran tenag akerja sebanyak N0 dan N2. Kelebihan

tenaga kerja ini akan menyebabkan kemerosotan upah sehingga tingkat dimana penawaran tenaga kerja yang baru sama dengan permintaan tenaga kerja. Keadaan tersebut dicapai di E1 dan dengan demikian upah adalah W1 dan jumlah tenaga

(41)

Permintaan penyerapan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan atau instansi tertentu. Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan faktor-faktor lain yang memperngaruhi permintaan hasil (Sumarsono, 2003). Permintaan harga penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh :

1) Perubahan tingkat upah

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi tingkat upah naik maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut :

- Biaya produksi perusahaan akan naik akibat dari naiknya tingkat upah dan akan meningkatkan harga per unit produksi. Konsumen kemudian akan memberikan respon cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, dengan mengurangi konsumsi atau tidak membeli sama sekali. Akibatnya banyak hasil produksi yang tidak terjual. Maka, penyerapan tenaga kerja akan berkurang akibat dari turunnya target produksi. Perencanaan jumlah penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi atau scale effect.

(42)

2) Perubahan akan permintaan hasil akhir produksi oleh konsumen. Apabila permintaan akan hasil produksi perusahaan meningkat, perusahaan cenderung untuk menambah kapasitas produksinya, untuk maksud tersebut perusahaan akan menambah penggunaan penyerapan tenaga kerjanya.

3) Harga barang modal turun. Apabila harga barang modal turun maka biaya produksi turun dan tentunya mengakibatkan harga barang per unit ikut turun. Pada keadaan ini perusahaan cenderung meningkatkan produksinya karena permintaan hasil produksi bertambah, akibatnya permintaan penyerapan tenaga kerja akan meningkat.

c. Ketidakseimbangan Penyerapan Tenaga Kerja

(43)

N4 Excess DL W

W2

0 D

L SL

N3

Grafik 2. 2 Ketidakseimbangan Penyerapan Tenaga Kerja

Sumber : Ekonomi Sumber Daya Manusia, Mulyadi S, (2012); hal 56-58

Keterangan

SL = Penawaran tenaga kerja (supply of labor) W = Upah riil

DL = Permintaan tenaga kerja (demand for labor) N = Jumlah tenaga kerja We

N1 N2 Excess SL W

W1

0

N

(1) (2)

Ne

DL W

0

N

(44)

Dalam grafik diatas, jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Ne pada tingkat upah keseimbangan We. Titik keseimbangan dengan demikian adalah titik E. Disini tidak ada excess supply of labor maupun excess demand for labor. Pada tingkat upah keseimbangan We maka semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak ada orang yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada tingkat upah We tersebut.

d. Hubungan Penyerapan Tenaga Kerja dengan Pertumbuhan PDRB

Dengan adanya penggunaan tambahan tenaga kerja di tingkat tertentu maka akan menghasilkan tambahan output produksi yang kemudian meningkatkan output nasional. Tanpa adanya peran tenaga kerja maka kegiatan produksi menjadi tidak berjalan. Akan tetapi penggunaan tenaga kerja yang tidak memadai juga akan mengganggu jalannya proses produksi sehingga output produksi akan menurun. Dengan menurunnya output produksi makan akan menurungkan tingkat konsumsi yang berakibat menurunnya tingkat investasi yang akan membuat kegiatan perekonomian lemah (Widhiyana dan Sulastri, 2015).

(45)

maka perusahaan tersebut akan meningkatkan jumlah tenaga kerjannya untuk meningkatkan produktivitas yang ada.

3. Ekspor UKM

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan system pembayaran, kualitas, kuantitas, dan syarat penjualan lainnya yang telah disepakati oleh pihak eksportir dan juga importer. Permintaan ekspor adalah jumlah barang serta jasa yang diminta untuk diekspor dari suatu Negara ke Negara lain. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke Negara lain (Sukirno, 2013).

Sementara Madura (2001), ekspor adalah penjualan barang dan jasa kepada pembeli yang berdomisisli di Negara lain. Berbeda dengan Madura, pengertian ekspor menurut Setiano (2008) adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean suatu Negara ke Negara lain dengan memenuhi ketentuan berlaku.

a. Manfaat dari Kegiatan Ekspor

Manfaat ekspor menurut Sukirno (2010), sebagai berikut :

1) Memperluas Pasar bagi Produk Indonesia

(46)

luar negeri, maka kegiatan produksi akan produk tersebut akan semakin berkembang.

2) Menambah Devisa Negara

Adanya perdagangan antar Negara memungkinkan eksportir Indonesia untuk dapat menjual barang kepada masyarakat di luar negeri. Dengan adanya transaksi yang berlangsung, maka akan menambah penerimaan devisa Negara. Dengan begitu kekayaan Negara dapat bertambah karena devisa merupakan salah satu sumber penerimaan Negara.

3) Memperluas Lapangan Kerja

Kegiatan ekspor akan mampu membuka lapangan kerja terutama bagi masyarakat. Karena dengan semakin luasnya pasar bagi produk Indonesaia, maka kegiatan produksi dalam negeri akan meningkat. Sehingga semakin banyak penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan semakin luas lapangan kerja yang disediakan.

b. Strategi Pengembangan Ekspor

Menurut Raselawati (2011) terdapat beberapa strategi dalam mengembangkan ekspor pada Usaha Kecil Menengah, diantaranya :

(47)

pemerintah tidak perlu campur tangan secara berlebihan sehingga aturan-aturan yang menghambat kegiatan UKM perlu dihapuskan.

2) Pengembangan UKM yang sebelumnya diarahkan pada supply driver strategy sebaiknya diarahkan pada program UKM yang berorientasi pasar, dan didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan kebutuhan rill UKM (market oriented, demand drived programs).

3) Kemudian untuk mendorong kinerja dan peran UKM dalam pasar bebas adalah dengan menumbuhkan usaha menengah dalam membangun struktur industri. Karena strategi pengembangan usaba menengah ini banyak dilupakan sejalan dengan kurang diperhatikannya entinitas dan posisi usaha menengah dalam pertumbuhan ekonomi ataupun dalam kebijakan pengembangan UKM. 4) Pengembangan institusi penunjang dengan melakukan optimalisasi peran

instituisi pendukung ekspor diharapkan mampu menyediakan informasi di pasar internasional bagi para eksportir, dengan memetakan para buyer yang mampu dan memiliki komitmen untuk menampung serta memasarkan produk Indonesia di Negara yang bersangkutan dengan memberi perlindungan dan konsultasi bisnis pada eksportir Indonesia yang akan masuk ke pasar luar negeri.

c. Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan PDRB

(48)

sumber devisa Negara serta mampu menciptakan kesempatan kerja. Dengan adanya peningkatan ekspor maka akan meningkatkan PDRB.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Syahza (2003) ekspor sangat berperan pada pertumbuhan PDRB. Peningkatan ekspor akan merangsang pertumbuhan ekonomi daerah karena berlakunya multiplier effect terhadap pendapatan daerah. Dengan berlakunya multiplier effect dapat meningkatkan PDRB seiring dengan meningkatnya investasi daerah tersebut.

4. Investasi UKM

Menurut Sukirno (2013) investasi dapat disebut dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal. Investasi merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Investasi juga dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian di masa yag akan datang.

(49)

Artinya, pertimbangan yang diambil oleh perusahaan dalam memutuskan membeli atau tidak barang dan jasa tersebut adalah harapan dari perusahaan akan kemungkinan keuntungan yang dapat diperoleh (dengan dijual atau digunakan untuk proses produksi). Dalam ekonomi makro sendiri, pengertian investasi lebih dipersempit yakni sebagai pengeluaran masyarakat yang ditujukan untuk menambah stok modal fisik (Dornbush dan Fischer dalam Wahyudi, 2010).

Menurut Sukirmo (2013) faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah; (1) Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh, (2) Suku bunga, (3) Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan, (4) Kemajuan teknologi, dan (5) Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.

Besar kecilnya investasi akan mempengaruhi kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja. Maka, semakin besar investasi akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja, kesempatan kerja akan bertambah dan penyerapan tenaga kerja juga akan bertambah. Dengan begitu, pendapatan masyarakat akan meningkat sehingga akan tercapai kesejahteraan masyarakat (Karlita, 2013).

(50)

Investasi untuk perumahan (Residential Contruction), 3) Investasi perubahan bersih persediaan perusahaan (Net Change in Business Inventory).

Dalam investasi persediaan terdapat model investasi yang paling sederhana yakni model percepatan. Dengan asumsi bahwa perusahaan menyimpan persediaan yang porposional terhadap tingkat output perusahaan. Maka ketika output naik, perusahaan ingin menyimpan lebih banyak persediaan, sehingga investasi persediaan tinggi. Sementara ketika output mengalami penurunan, perusahaan ingin menyimpan lebih sedikit persediaan, sehingga persediaan turun yang berakibat investasi persediaan menjadi negatif.

Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dalam hal ini adalah investasi yang dilakukan investor pada sektor UKM (Usaha Kecil Menengah).

a. Efisiensi Investasi Marjinal

(51)

R2 R1 R0

I0 I

1 I2 MEI

A

B

C

0

Investasi yang diperlukan

Ting

ka

t pen

ge

mbalian m

oda

l

Grafik 2. 3 Efisiensi Investasi Marjinal

Sumber : Makroekonomi Teori Pengantar, Sadono Sukirno (2013; hal 124)

Dalam gambar diatas, sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan sumbu datar menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada kurva MEI ditunjukkan tiga buah titik; A, B, dan C. Dimana titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R0 dan investasi adalah I0. Artinya, titik A menggambarkan bahwa dalam perekonpmian dapat dilakukan kegiatan yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih tinggi. Untuk mewujudkan investasi tersebut, maka modal yang diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C juga menggambarkan gambaran yang sama.

(52)

tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih, diperlukan modal sebanyak I2 (Sukirno, 2013).

b. Hubungan Investasi UKM dengan Pertumbuhan Ekonomi

Tujuan dari investasi adalah untuk meningkatkan produksi dan produktifitas lebih tinggi yang akan memberikan surplus lebih besar, sehingga dapat berpengaruh terhadap proses investasi pada satu sektor terhadap sektor yang lain (Karib dalam Widyantoro, 2013).

Investasi dalam teori Harold dan Dommar memberi peran penting terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama, investasi memiliki peran ganda dimana dapat menciptakan pendapatan, dan kedua investasi dapat memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal (Jhingan dalam Wiranto, 2010).

(53)

Selain itu, menurut Maharani (2008) investasi mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi karena peningkatan PDB tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Investasi yang ditanamkan pada sektor UKM mampu mendorong kenaikan output dan perminataan input sehingga akan berpengaruh pada kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi

Untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah dengan menambah investasi. Dimana dengan investasi baru akan menambah stok modal sehingga akan menambah output nasional. Datrini (dalam Karlita, 2013) menyebutkan bahwa pembentukan modal baru/investasi dapat memperbesar kapasitas produksi yang mampu meningkatkan PDRB, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan nasional.

5. Pertumbuhan Ekonomi

(54)

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjukkan pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasanya diukur dengan menggunakan data produk domestik bruto (PDB) atau pendapatan atau output perkapita (Basri, 2002).

Menurut Sadono (2013), kegiatan perekonomian meliputi perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu Negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal.

(55)

semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu Negara dalam kurun waktu tertentu.

Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi regional, digunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh jumlah unit usaha dalam suatu daerah/wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi dalam suatu daerah/wilayah pada suatu periode tertentu (Analisis Makro DIY, 2014).

6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut Arsyad (dalam Ahmad, 2014) PDRB adalah jumlah nilai tambah yang ditimbulkan berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu daerah (regional). PDRB merupakan jumlah nilai output bersih perekonomian yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi suatu wilayah (provinsi dan kabupaten/kota), dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun).

(56)

a. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit usaha kegiatan ekonomi di suatu daerah/wilayah tertentu. Unit-unit ekonomi tersebut dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha/sektor, yaitu; (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas,dan Air Bersih, (5) Konstruksi, (6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa.

b. Pendekatan Pengeluaran

PDRB merupakan jumlah seluruh komponen permintaan akhir suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Komponen tersebut, meliputi; pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan infrastruktur, dan ekspor neto.

c. Pendekatan Pendapatan

(57)

modal, dan keuntungan. PDRB mencakup penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eko Oesman (2006), yang mengkaji tentang kinerja dan daya tahan UKM terhadap perubahan kebijakan makro ekonomi pemerintah di Jawa Timur dengan menggunakan pendekatan Input-Output. Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan usaha kecil dan menengah mampu menyediakan kebutuhan barang dan jasa masing-masing sebesar 32,73 persen dan 12,54 persen. Kemudian permintaan akhir konsumsi rumah tangga dan ekspor barang-barang dan jasa UKM mampu meningkatkan sebesar 10% perekonomian Jawa Timur akan tumbuh sebesar 3,28%, penyerapan tenaga kerja sebesar 4,78 persen, dan pendapatan masyarakat sebesar 3,35 persen.

(58)

Sementara Wirda Hanum (2010) melakukan penelitian tentang sejauh mana kontribusi UKM secara umum terhadap pertumbuhan Sektor Industri Sumatera Utara. Dengan menggunakan metode yang digunakan adalah metode kuantitatif data sekunder yang berbentuk angka tahun 1994-2008. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut, terdiri atas variabel dependen yaitu pertumbuhan. Dan variabel independen terdiri atas penyerapan tenaga kerja UKM (X1), total output industri UKM (X2) dan jumlah usaha industri UKM (X3), karena variabel-variabel independen sangat mempengaruhi pertumbuhan industri Sumatera Utara. Hasilnya adalah sektor UKM memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya PDRB sektor industri. Terdapat juga faktor-faktor yang menjadi tantangan terhadap perkembangan UKM, serta faktor kewirausahaan berperan penting dalam peningkatan kapabilitas UKM di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.

(59)

seperti penyerapan tenaga kerja UKM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sektor UKM di Indonesia.

Andre Widdyantoro (2013) dalam penelitian yang menguji tentang pengaruh PDB UKM, investasi UKM dan jumlah unit usaha UKM terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Indonesia menghasilkan bahwa PDB UKM berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja usaha kecil dan menengah. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi datapanel dengan Fixed Effect Model dan menggunakan 9 sektor ekonomi sebagai data cross section.

(60)

C. Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait. Suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menggabungkan dua variabel atau lebih (Supranto dalam Ryan, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Raselawati (2013) mengatakan bahwa variabel tenaga kerja UKM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sektor UKM. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Hapsari, Hakim, dan Saleh (2014) dimana dalam penelitian yang dilakukan tidak terdapat pengaruh signifikan antara penyerapan tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi. Namun penelitian yang dilakukan Kinasih (2011) mengatakan variabel tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan PDRB.

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Raselawati (2013) menyatakan bahwa variabel ekspor berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi UKM. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Widhiyana dan Sulastri (2015) dimana ekspor berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB.

(61)

yang didapatkan bahwa investasi memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu dan rumusan diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sementara antara variabel-variabel terkait untuk dilakukan pengujian berpengaruh atau tidaknya variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga variabel penyerapan tenaga kerja UKM berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB DIY.

2. Diduga variabel ekspor UKM berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB DIY.

3. Diduga variabel investasi UKM berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB DIY.

4. Diduga variabel penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM dan investasi UKM secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB DIY.

D. Kerangka Pemikiran

(62)

Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo terhadap pertumbuhan regional DIY pada tahun 2000-2014.

Gambar 2. 6 Kerangka Pemikiran

E.

Penyerapan Tenaga Kerja UKM (+)

Ekspor UKM (+)

Investasi UKM (+)

(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada di tiga kota/kabupaten di DIYogyakarta yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo. Dengan variabel yang digunakan adalah penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM. Sementara subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi daerah yang dicerminkan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi DIYogyakarta tahun 2000 sampai dengan 2014.

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Data yang digunakan merupakan data sekunder, yaitu daa yang diperoleh secara tidak langsung, biasanya diperoleh dari tangan kedua baik dari responden maupun instansi yang melakukan pengumpulan data untuk keperluan penelitian dari pengguna (Supangat, 2008).

(64)

di tiga wilayah di Provinsi DIYogyakarta yaitu; Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo.

Selain itu data yang digunakan adalah data kurun waktu (time series) di Provinsi DIYogyakarta tahun 2000-2014 dan data deret lintang (cross section) sebanyak tiga wilayah kabupaten/kota di Provinsi DIYogyakarta yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta.

2. Sumber Data

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIYogyakarta, BPS Kabupaten Bantul, BPS Kota Yogyakarta, dan literatur-literatur lainya seperti buku-buku, website pemerintah, serta jurnal ekonomi.

C. Teknik Pengumpulan Data

(65)

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional merupakan petunjuk bagaimana variabel-variabel dalam penelitian diukur. Definisi operasional merupakan definisi yang diberikan kepada variable dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau memberikan operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nasir, 1999).

Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman terhadap variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan defenisi operasional sebagai berikut :

1. Dependen Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah PDRB. Dalam hal ini PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh jumlah unit usaha dalam suatu daerah/wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi dalam suatu daerah/wilayah pada suatu periode tertentu. PDRB digunakan sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi. Data PDRB yang digunakan adalah PDRB yang ada di tiga kota/kabupaten di DIYogyakarta yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2000-2014 (dalam Rp juta). 2. Independen Variabel adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya

(66)

a. Penyerapan tenaga kerja UKM

Penyerapan tenaga kerja yang dimaksud merupakan penduduk dalam usia kerja yang dapat menghasilkan produksi barang dan jasa. Penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah penyerapan tenaga kerja yang bekerja pada UKM tiga wilayah yatiu; Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2000-2014 (dalam satuan orang).

b. Ekspor UKM

Ekspor dalam hal ini adalah total produk UKM yang diproduksi langsung oleh UKM dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean suatu Negara ke Negara lain. Variabel ini menjelaskan perkembangan ekspor UKM yang berkembang di tiga wilayah yatiu; Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2000-2014 (dalam Rp juta).

c. Investasi UKM

Investasi yang dimaksud adalah penanaman modal untuk sektor UKM untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapat keuntungan di masa datang (dalam Rp juta).

E. Uji Kualitas Data 1. Uji Multikoleniearitas

(67)

variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Gujarati (2012), masalah multikoleniaritas dapat dideteksi dari gejala sebagai berikut :

1) Bila nilai R² yang dihasilkan sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengeruhi variabel-variabel independen.

2) Melakukan regresi parsial dengan cara :

- Melakukan estimasi model awal dalam persamaan sehingga didapat nilai R².

- Melakukan auxiliary regression pada masing-masing variabel penjelas.

- Bandingkan nilai R² dalam model persamaan awal dengan R² pada model persamaan regresi parsial, jika nilai regresi parsial lebih tinggi maka didalamnya terdapat multikolinearitas.

- Melakukan korelasi antar variabel independen. Bila nilai korelasi independen lebih dari 0,85 maka terdapat multikolinearitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

(68)

dalam model (Kuncoro, 2011). Pada permasalahan heteroskedastisitas, dicurigai memang terdapat heteroskedastisitas dalam model ini mengingat data yang ada merupakan perpaduan data cross section dan time series.

Dalam Gujarati (2012) permasalahan heteroskedastisitas, varians dari estimator-estimator OLS tidak menggunakan rumus-rumus OLS biasa. Namun jika menggunakan rumus OLS biasa, uji t dan uji F berdasarkan hasil tersebut dapat memberikan kesimpulan yang salah. Maka, mendokumentasikan konsekuensi-konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas akan lebih mudah dibanding mendeteksinya. Terdapat beberapa metode pengujian yang dapat dgunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heterosekdastisitas, diantaranya; Uji Park, dan Uji Glesjer.

a. Uji Park

Dalam uji Park, mensyaratkan suatu bentuk spesifik antara dan variabel bebas untuk mengetahui ada tidaknya masalah heteroskedastisitas. Jika nilai probabilitas masing-masing variabel > α = 0.05 atau lebih besar dari tingkat

signifikansi maka tidak terdapat permasalahan hetersokedastisitas. Sementara kriteria dalam pengujian adalah sebagai berikut :

(69)

b. Uji Glesjer

Uji Glesjer dilakukan dengan cara melakukan regresi antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya (Gujarati, 2003). Apabila nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi permasalahan hetersokedastisitas (Fajriasari, 2013). Menurut Gujarati (2003) uji Glesjer dapat dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel bebasnya dengan persamaan sebagai berikut :

i = a + βXi + vi

Sementara dalam data panel, Implikasi terjadi masalah heteroskedastistas dapat diperbaiki dengan menggunakan model Cross-section Weight.

3. Uji Autokorelasi

Menurut Imam Ghozali (dalam Tambunan, 2013), uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan penggganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi artinya terdapat masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena terdapat observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah autokorelasi muncul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya.

(70)

pertama dan variabel independen tidak mengandung variabel independen yang merupakan kelembanan dari variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut;

a) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka hipotesis nol ditolak, yang berarti ada autokorelasi.

b) Jika Du < DW < 4-dU .maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.

c) Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Terdapat salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi. Prosedur tersebut dapat menggunakan metode Cochrane-Orcutt. Dalam metode ini autokorelasi dihilangkan secara bertahap dari bentuk yang paling sederhana pada skema autokorelasi berderajat satu. (Gunawan, 2007).Metode ini merupakan alternative untuk memperoleh nilai struktur autokorelasi (ρ) yang tidak diketahui. Metode ini menggunakan nilai estimasi

residual untuk menghitung ρ, Setelah nilai ρ diketahui maka akan dilakukan transformasi pada masing-masing variabel. Kemudian hasil yang didapatkan akan diregresi kembali agar tidak mengandung masalah autokorelasi.

F. Uji Hipotsis dan Analisis Data

(71)

penelitian ini dengan menggunakan Regresi Data Panel.Data tersebut diperoleh dari berbagai tahun. Data yang digunakan dalam penelitian ini dari tahun 2000-2014. Pengolahan data yang digunakan untuk menganalisis adalah program software Microsoft Excel dan E-Views 7.0.

1. Model Estimasi Penelitian

Untuk mempermudah dan mengurangi kesalahan secara manual dalam pengolahan data dalam analisis ini, maka digunakan alat bantu software pengolah data Eviews 7.0

Model persamaan data panel dalam penelitian ini merupakan gabungan dari data cross section dan data time series adalah sebagai berikut:

Keterangan :

= Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai variabel terikat

(dependent)

= Penyerapan tenaga kerja = Ekspor

= Investasi

(72)

2. Estimasi Pendekatan Data Panel

Dalam mengestimasi parameter model dengan menggunakan data panel, ditawarkan beberapa teknik, yaitu :

a. Pooled Least Squares (PLS)

Teknik ini merupakan teknik paling sederhana untuk mengestimasi parameter model data panel, dengan cara mengkombinasikan data cross section dan time series sebagai satu kesatuan tanpa melihat adanya perbedaan waktu dan entinas (individu).

Pendekatan yang sering digunakan adalah metode Ordinary Least Squares (OLS). Metode ini dikenal dengan estimasi Common Effect. Dalam model Common Effect mengabaikan adanya perbedaan dimensi individu maupun waktu atau dengan kata lain perilaku data antar individu sama dalam berbagai kurun waktu.

Model Common Effect sama seperrti OLS dengan meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data yang digunakan bukan data time series atau data cross section saja melainkan data panel yang diterapkan dalam bentuk pooled. Bentuk untuk model Ordinary Least Squares (OLS) adalah :

(73)

b. Model Efek Tetap (Fixed Effect)

Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Asumsi dalam model ini bahwa koefisien slope konstan tetapi intersep bervariasi sepanjang unit individu.

Pendekatan dengan variabel dummy ini dikenal dengan sebutan Fixed Effect Model atau Least Squares Dummy Variabel (LSDV) atau disebut juga dengan Covariance Model. Persamaan estimasi dengan menggunakan Fixed Effect Model adalah sebagai berikut :

Dimana :

Yit = Variabel terikat untuk individu ke-I dan waktu ke-t Xit = Variabel bebas untuk individu ke-I dan waktu ke-t

Wit dan Zit variabel dummy yang didefinisikan sebagai berikut: Wit = 1 ; untuk individu i;i = 1,2, …, N

= 0 ; lainnya

Zit= 1 ; untuk periode t;t = 1,2,… T = 0 ; lainnya

c. Model Efek Random (Random Effect)

(74)

permasalahan yang ditimbulkan oleh model Fixed Effect . Dimasukannya variabel dummy di dalam Fixed Effect Model bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa konsekwensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efesiensi parameter. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error terms) yang dikenal dengan metode Random Effect.

Sehingga dengan memperhitungkan error terdapat kemungkinan korelasi sepanjang time series dan cross section. Model yang tepat untuk digunakan dalam mengestimasi Random Effect adalah Generalized Least Squares (GLS) sebagai estimatornya, karena dapat meningkatkan efisiensi dari least Squares.

Dengan demikian, persamaan dalam Random Effect Model dapat dinyatakan sebagai berikut :

Dimana :

ui = komponen error cross section vt = komponen error time series wit = komponen error gabungan

Asumsi-asumsi yang biasa digunakan oleh REM adalah ut ~ N (0, σu2) ;

(75)

Dari persamaan diatas, dapat dilihat bahwa komponen error individual tidak terkorelasi satu sama lain dan tidak ada autokorelasi baik antara unit cross section dan time series. Sehingga dapat dinyatakan bahwa Random Effect menganggap efek rata-rata dari ata cross section dan time series ditunjukkan dalam intercept. Dan deviasi efek secara random yang dinyatakan dalam ui pada data cross section.

Telah diketahui bahwa :

Maka dapat disimpulkan bahwa varians eror tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

3. Uji Regresi Data Panel

Gambar

Tabel 1. 1 Presentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota
Tabel 1. 3  Produk Domestik Regional Bruto Menurut Harga Konstan
Grafik 2. 1 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja
Grafik 2. 2  Ketidakseimbangan Penyerapan Tenaga Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gangguan menstruasi lain, yaitu tidak semua wanita mendapatkan menstruasi dengan siklus dan jumlah hari yang normal.. Gangguan kesehatan atau ketidakseimbangan hormon indung

Bentuk paling sederhana dari satu koordiansi pengaturan lampu lalu lintas adalah pada suatu jalan satu arah di mana tidak ada lalu lintas yang dapat masuk ke

Ayat yang manakah yang menggunakan kata kerja aktif tak transitif dengan penerang.. A Orang itu

7 (mengulang bacaannya), telinga mendengarkan, dan tangan menulis rangkuman dengan kata-kata sendiri atau mengerjakan latihan pelajaran pelajaran yang sedang

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar karbohidrat (pati)  pada suatu bahan sesuai dengan prosedur yang benar, agar mahasiswa dapat menyusun  rangkaian alat

Perkembangan penduduk yang cepat dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir termasuk terumbu karang mengalami

57] Auditingdalam Lingkungan Sistem Informasi Koinputer, paragraf 04 sampai dengan paragraf 06 menjelaskan tingkat keterampilan dan kompetensi auditor yang harus

Ayahku adalah sosok yang disiplin terutama masalah ibadah, bertanggung jawab, meskipun dari luar tampak seperti orang yang kejam atau galak namun didalamnya beliau