• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada An.R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di RSUD dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada An.R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di RSUD dr. Pirngadi Medan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

KebutuhanDasarNutrisi di RSUD. dr. Pirngadi

Medan

Karya TulisIlmiah (KTI)

DisusundalamRangkaMenyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Eunike Debora Pasaribu

112500095

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di RSUD dr. Pirngadi Medan”, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis dikemudian hari.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, SKp., MNS. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Nur Afi Darti, SKp., M.Kep. selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Mula Tarigan, SKp., M.Kes selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing saya menyelesaikan KTI

6. Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji yang memberikan saran dan kritik.

7. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan khususnya jurusan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan Staff non akademik yang telah banyak membantu penulis di bidang administrasi.

(4)

membesarkan serta mendidik saya sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan saya, serta abang Alberto Felix Pasaribu dan adik saya Theo Anggara Pasaribu yang mendukung dan telah memberikan motivasi.

10.Kepada semua keluarga besar terkhusus, Tulang Parluhutan Lumbantoruan dan Nantulang Erny Sinaga, Ryan, Celine yang selalu memberi semangat dalam studiku juga.

11.Sahabat- sahabat tercinta Ayu Anggia , Rianty Saragih, Natalina Siagian, Herti Sigalingging, Elisa Putri Saragih, Exodus Barutu, Kartika Manurung, Friska Siburian, Sri Winata Togatorop, Hanna Sijabat, Yap Rima Sinaga dan pemimpin kelompok kecil Ka Sep Rotua Malau yang selalu memberi motivasi. 12.Teman – teman kost Gedung Putih Ka Aghata (Ichi), Ka Yentiar, Ka Veronika,

Ka Astika, Elisa (Lisa), Desi (Pagit), Ka Ria, dan Ka Dewi.

13.Teman seperjuanganku untuk menyusun KTI Elita Sidabutar dan Andy Hakim. 14.Teman kelompok C3 Nia, Ina, Intan, Alan, Ng. Arnita, Siti Nurul, Husein,

Mirna, Mahsarni, M. Safri yang memberi semangat.

15.Serta Ribka, Siska, Eka, Yardani, Melisa, Jepri yang telah banyak memberi semangat, doa dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, Juni 2014

Penulis

(5)

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Proposal ... 2

C. Manfaat Proposal ... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi ... 4

1. Pengertian Nutrisi ... 4

2. Kompenen Zat Gizi ... 4

2.1 Karbohidrat ... 5

2.2 Lemak ... 5

2.3 Protein ... 6

2.4 Air ... 7

2.5 Vitamin ... 8

2.6 Mineral ... 10

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi ... 11

4. Kebutuhan Energi atau Nutrisi pada Bayi ... 12

4.1 Diet Seimbang ... 12

4.2 Penggunaan Energi ... 13

4.3 Kebutuhan Energi ... 15

5. Asuhan Keperawatan ... 16

5.1 Pengkajian ... 16

5.2 Analisa Data ... 21

5.3 Diagnosa Keperawatan ... 23

5.4 Intervensi ... 24

B. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit ... 28

C. Masalah Keperawatan dan Analisa data ... 31

D. Diagnosa Keperawatan ... 31

E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 31

(6)

A. Kesimpulan ... 35 B. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN

Lampiran 1: Analisa Data

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas tubuh (Hidayat, 2006). Nutrisi juga merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enamkatagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, danmineral. Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein danlemak. Air adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zatmakanan. Vitamin dan mineral tidak menyediakan energi, tetapi penting untukproses metabolisme dan keseimbangan asam basa (Potter dan Perry, 2005).

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, karena manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat meningkatkan hidup anak, serta mencegah terjadinya penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh dan juga mencagah terjadinya mordibitas dan mortalitas (Hidayat, 2005).

Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, secara umum kebutuhan nutrisi pada anak dapat di kelompokkan berdasarkan usia anak, mulai umur 0-4 bulan, 4-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, usia toddler atau pra sekolah, usia sekolah dan usia remaja. Pada umur 0-4 bulan kebutuhan bayi semuanya melalui air susu ibu yang terdapat komponen yang paling seimbang, akan tetapi bila terjadi gangguan pada air susu ibu maka dapat menggunakan susu formula (Hidayat, 2005).

Pemberian pengganti air susu ibu (PASI) dapat berupa berupa berbagai produk formula, untuk adaptasi maupun formula komplit. Komposisi mendekati ASI, kecuali dalam hal komposisi mineral dan immunoglobulin. PASI juga dapat diberikan kepada bayi yang lahir dengan berat badan rendah (Muslihatun, 2008).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Menurut masa kehamilannya Kongres European Perinatal

Medicine II membagi menjadi tiga kategori, yaitu bayi kurang bulan yang merupakan

(8)

37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau neonmatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK). Bayi dismatur lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa kehamilan. Dapat terjadi dalam tiga kemungkinan, yaitu Preterm (Neonatus Kurang Bulan- Kecil Masa Kehamilan), Term (Neonatus Cukup Bulan- Kecil Masa Kehamilan), dan Postterm (Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan) (Muslihatun, 2008).

WHO pada tahun 2003 menyatakan bahwa setiap tahun diperkirakan neonatus yang lahir sekitar 20 juta adalah BBLR. Di Indonesia menurut survey ekonomi nasional (SUSENAS) pada tahun 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR sebesar 38,85%. Sekitar 27% angka kematian pada neonatus disebabkan oleh BBLR. Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-20% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Sebanyak 25% bayi dengan BBLR meninggal pada saat baru lahir dan 50%nya meninggal saat bayi (Maryunani, 2009).

Penatalaksanaan nutrisi bayi BBLR diantaranya adalah memberikan bayi nutrisi adekuat. Apabila daya hisap belum baik dan belum bias menyusu, berikan ASI atau PASI dengan sendok atau pipet. Apabila belum ada refleks menghisap dan menelan pasang sonde lambung/ NGT (Muslihatun, 2008).

Dengan uraian diatas sehingga penulis tertarik untuk membahas asuhan keperawatan pada kasus yang ditemukan di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan terdapat bayi yang memilikimasalah kesehatan sejak lahir dengan diagnosa BBLSR.Berdasarkan hasil pengkajian pada anak R ditemukan prioritas masalah utama yaitu kebutuhan dasar nutrisi pada anak R.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan Asuhan Keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar nutrisi pada An.R di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An. R. b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. R.

(9)

d. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada An. R.

e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada An. R.

C. Manfaat Penelitian

1. Pendidikan

Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatanserta perawat yang ada di rumah sakit untuk mengambil langkah-langkah asuhan keperawatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan keperawatan BBLSR denganmasalah kebutuhan dasar nutrisi pada anak.

2. Perawat

Dapat menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan keperawatan padamasalah kebutuhan dasar manusia nutrisi dengan diagnosa BBLSR.

3. Pasien dan keluarga

Memperoleh pengetahuan tentang penyakit BBLSR pada anak serta meningkatkan kemandirian bagi keluarga dalam merawatanggota keluarga yang mengalami penyakit BBLSR dengan masalah kebutuhan dasar nutrisi pada anak dan sebagai masukanbagi keluarga untuk mencegah penyakit BBLSR.

4. Penulis

(10)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi

1. Pengertian Nutrisi

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam katagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Air adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan. Vitamin dan mineral tidak menyediakan energi, tetapi penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam basa (Potter dan Perry, 2005).

Setiap bayi atau anak memiliki suatu potensi genetik untuk pertumbuhan fisik, mental, dan emosionalnya. Nutrisi yang optimal tercapai dengan memberikan zat gizi yang memenuhi semua aspek potensial pertumbuhan tersebut. Apabila nutrisi membatasi pertumbuhan atau menyebabkan terbentuknya massa tubuh yang berlebihan, baik karena kualitas yang tidak adekuat maupun kuantitas yang tidak sesuai, atau terjadi keadaan malnutrisi (Neal dan Cewin, 2007)

2. Komponen Zat Gizi

(11)

lemak, H2O( air) sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan mineral (Hidayat, 2006)

2.1 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam diet. Tiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori (kkal). Karbohidrat terutama diperoleh dari tumbuhan, kecuali laktosa (gula susu). Karbohidrat diklasifikasikan menurut unit atau sakarida. Monosakarida, seperti glukosa (dekstrosa) atau fruktosa tidak dapat dipecah menjadi unit gula yang lebih dasar. Disakarida seperti sukrosa, laktosa, dan maltose dibentuk dari banyak unit gula. Mereka tidak dapat dilarutkan dalam air dan dicerna untuk beragam tingkatan (Potter & Perry, 2006).

Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadi kelaparan dana berat badan menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat yang cukup maka dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan, sirup, sukrosa, tepung, dan sayu-sayuran (Hidayat, 2006).

2.2 Lemak

Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti terdapat pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya. Sedangkan Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada daging sapi, kambing dan lainnya (Hidayat, 2006).

Dengan demikian, lemak dapat digolongkan menjadi :

1. Lemak dalam tubuh, yaitu lipoprotein (trigliserida, fosfolipid dan kolesterol) yang bergabung dengan protein dihasilkan dihati dan mukosa usus untuk mengangkut lemak yang tidak larut. Jenis yang terdapat di dalam tubuh adalah HDL

(High Dencity Lipoprotein), LDL (Low Dencity Lipoprotein), VLDL (Very Low

Dencity Lipoprotein), dan glikolipid (merupakan senyawa lipid yaitu gliserol dan

(12)

2. Lemak yang terdapat dalam bahan pangan dan dapat digunakan oleh tubuh manusia yaitu:

a. Trigliserida banyak ditemukan pada hewani maupun nabati.

b. Asam lemak jenuh (Saturated Fathy Acid-SAFA) yaitu lemak yang tidak dapat mengikat hidrogen lagi, seperti asam palmiat, asam stearat yang banyak ditemukan pada lemak hewani, keju, mentega, minyak kelapa dan coklat

c. Asam lemak tidak jenuh ditemukan pada minyak kacang tanah d. Fosfolipid ditemukan pada pangan nabati maupun hewani

e. Kolesterol ditemukan dalam jaringan hewan seperti telur, daging, lemak susu (Yuniastuti, 2008).

2.3 Protein

Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasmasel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri dari 24 asam amino diantaranya 9 asam amino esensial diantaranya thrionin, valin, leusin, isoleusin, lisin, triftofan, penilalanin, metionin

dan histidin, selebihnya asam amino non esensial. Jumlah protein dalam tubuh

tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup apabila jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlahnya kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, dapat kwhashiokor apabila kekurangan protein saja tetapi jika kekurangan protein dan kalori menyebabkan

marasmus (Pudjiadi, 2001).

(13)

menyediakan rata-rata asupan protein antara 2,0 dan 5,4 g/kg.hari. Sebagian besar ahli gizi menganjurkan asupan kurang dari 3,5 g/kg/hari pada bayi sehat (Rudolph, 2007).

2.4 Air

Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia.Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body

mass).Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda

antar orang.Pada orang gemuk, perbandingan antara air dan lemak sekitar 50% berbanding 50%. Pada pria normal, perbandingannya antara 60% berbanding 16%.Pada orang kurus perbandingan tersebut adalah 67% dengan 7%.Pada bayi perbandingan tersebut sangat mencolok, yaitu 78% dan 0%. Dengan perkataan lain jumlah air yang terdapat dalam tubuh manusia adalah;

1. Sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight) 2. Sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus)

3. Sekitar 65% dari berat badan (untuk anak) dan 4. Sekitar 55-60% dari berat badan (untuk dewasa)

Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu: 1. Pelarut dan alat angkut

Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa monosakarida,

asam amino, lemak, vitamin dan mineral serta bahan-bahan lain yang

diperlukan tubuh seperti oksigen, dan hormon-hormon. 2. Katalisator

Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologi dalam sel, termasuk di dalam saluran cerna.Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana. 3. Pelumas

Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh. 4. Fasilitator Pertumbuhan

Air sebagai bagian jaringan tubuh diperlukan untuk pertumbuhan.Dalam hal ini air berperan sebagai zat pembangun

(14)

Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang peranan dalam mendistribusikan panas dalam tubuh

6. Peredam benturan

Air dalam mata, jaringan saraf tulang belakang dan dalam kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan.

Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang dewasa dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 mlk/kkal, sedangkan untuk bayi 1,5ml/kkal (Yuniasatuti. 2008).

2.5 Vitamin

Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan organisme, vitamin yang dibutuhkan antara lain:

a. Vitamin A (Retinol) yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup yang mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata serta pertumbuhan tulang dan gigi dan dalam pembentukan maturasi epitel, vitamin ini dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

b. Vitami B kompleks (Thiamin) yang merupakan vitamin yang larut dalam air akan tetapi tidak larut dalam lemak, yang dapat menyebabkan penyakit beri-beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema, asam

piruvat dalam darah akan meningkat apabila tersedia dalam jumlah yang kurang,

kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari dalam hati, daging, susu.

c. Vitamin B2 (Riboflavin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air, vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup, apabila kurang dapat menyebabkan

fotophobia, penglihatan kabur, gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat

diperoleh di dalam susu, keju, hati, daging, telur, ikan, sayur-sayuran hijau dan padi.

(15)

e. Vitamin C (Asam ascorbat) merupakan vitamin yang larut dalam air yang mudah dioksidasi dan dipercepat oleh panas atau cahaya, kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka, vitamin ini dapat tersedia dalam tomat, buah semangka, kubis, sayur-sayuran hijau.

f. Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan akan stabil dalam suasana panas, vitamin ini berguna dalam pengatur penyerapan dan pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus, mengatur kadar alkali fosfatase serum, kekurangan vitamin ini akan menyebabkan pertumbuhan jelak dan osteomalasia. Jika anak-anak kekurangan vitamin D, erupsi/keluarnya gigi dapat menjadi terhambat. Selain itu, kekurangan vitamin D juga bisa menghambat pembentukan lapisan dentin. Hubungan antara vitamin D dengan karies gigi dijelaskan dalam penelitian di USA dan Kanada memberikan kesimpulan yang sama. Prevalensi dari karies lebih banyak terdapat di negara-negara bagian utara dibandingkan dengan negara-negara tropis. Ini disebabkan sedikitnya sinar matahari dan mengakibatkan sintesa vitamin D di kulit berkurang, pengikisan menyebabkan kerusakan pada gigi anak-anak. Dalam hal ini vitamin D akan berfungsi pada waktu absorbsi dan metabolisme kalsium dalam pembentukan tulang gigi.

g. Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan tidak stabil terhadap sinar ultraviolet yang dapat berfungsi dalam meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A dan asam linoleat serta menstabilkan membran apabla terjadi kekurangan dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur dan akan menyebabkan kehilangan keutuhan saraf. Vitamin E dapat diperoleh dari minyak, biji-bijian dan kacang-kacangan.

h. Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang dapat berfungsi sebagai pembentukan protombin, faktor koagulasi II, VII, IX, X yang harus tersedia dalam tubuh yang cukup apabila terjadi kekurangan dapat menyebabkan perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil, vitamin ini tersedia dalam sayuran berdaun hijau, daging dan hati. (Pudjiadi, 2001).

(16)

Kelebihan vitamin terutama golongan vitamin larut lemak, dapat membahayakan tubuh.Hal ini disebabkan oleh vitamin ditimbun dalam jaringan.Sebagai contoh kelebihan vitamin A dan D yang disebabkan oleh pemberian dosis tinggi secara terus menerus atau dalam jangka waktu lama. Untuk vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) tidak terlalu membahayakan karena kelebihannya dibuang melalui ginjal (Rahayu Widodo, 2009).

2.6 Mineral

Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, flourin, iodium, besi,

magnesium,mangan,fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng. Semuanya harus

tersedia dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2006).

Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan struktur tulang

dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas syaraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium ini akan diekskresi 70% dalam tinja, 10% dalam urine, 15-25% tertahan dan tergantung dalam kecepatan pertumbuhan. Kadar kalsium ini harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena apabila terjadi kekurangan menyebabkan mineralisasi tulang dan gigi jelek, osteomalasia, osteoporosis, rakhitis, dan gangguan pertumbuhan. Tersedianya kalsium ini dapat diperoleh dari susu, keju, sayuran hijau, kerang , dan lain-lain (Hidayat, 2006).

Klorida sangat berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, keseimbangan

asam dan basa, yang tersedia dalam garam, daging, susu, dan telur. Golongan mineral lainnya seperti chromium ini berguna untuk glikemia dan metabolisme dalam insulin yang tersedia dalam ragi, tembaga yang berguna untuk produksi sel darah merah, pembentukan hemoglobin, penyerapan besi dan lain-lain.Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia dan osteoporosis. Apabila zat besi berlebih dapat menyebabkan sirosis dan gastritis, hemolisis, tersedianya tembaga terdapat dalam hati, daging, ikan, padi, dan kacang-kacangan.

Flour merupakan mineral yang berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan

(17)

struktur dari hemoglobin untuk pengangkutan karbondioksida (CO2) dan oksigen(O2)dan kekurangan besi menyebabkan anemia, zat besi tersebut tersedia dalam hati, daging, kuning telur, sayuran hijau, padi dan tumbuh-tumbuhan.

Magnesium berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan

sangat penting dalam proses metabolisme apabila terjadi kekurangan menyebabkan malabsorbsi yang menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia, magnesium dapat diperoleh dalam biji-bijian, kacang-kacangan, daging dan susu. Mangan mineral yang berfungsi dalam aktivitas enzim yang terdapat dalam kacang-kacangan, padi, biji-bijian dan sayuran hijau.Fosfor merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi, kekurangan dapat menyebabkan kelemahan otot, fosfor tersebut dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacang-kacangan, padi-padian, dan lain-lain. Kalium berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf, keseimbangan cairan, pengaturan irama jantung.Kalium ini dapat diperoleh dari semua makanan. Natrium berguna dalam pengaturan tekanan osmotik, pengaturan keseimbangan asam dan basa, keseimbangan cairan. Kekurangan ini dapat menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, hipotensi, natrium ini dapat diperoleh dari garam, susu, telur, tepung dan lain-lain. Sulfur merupakan unsur pokok dalam protein seluler yang membantu proses metabolisme jaringan syaraf, sulfur ini dapat diperoleh darimakanan protein yang mengandung 1%, dan seng merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karboniok anhidrase yang penting dalam pertukaran karbondioksida (CO2) yang tersedia dalam daging, padi-padian, kacang-kacangan dan keju. (Solihin Pudjiadi, 2001).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi

Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi yaitu : 1. Ukuran Tubuh.

Merupakan peubah utama dalam menentukan pengeluaran energi seseorang. Tubuh yang besar memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih besar

2. Jenis Kelamin

(18)

3. Umur

Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua. Waktu lahir akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua tahun dan akan berangsur menurun untuk meningkat lagi pada saat remaja (Almatsier, 2001)

4. Kebutuhan Energi atau Nutrisi pada Bayi

Pada umur ini kebutuhan nutrisi bayi semuanya melalui air susu ibu yang terdapat komponen yang paling seimbang, akan tetapi apabila terjadi gangguan dalam air susu ibu maka dapat menggunakan susu formula dan nilai kegunaan atau manfaat jauh lebih baik dari menggunakan ASI. Pemberian ASI eksklusif adalah sampai empat sampai enam bulan tanpa makanan lainnya, sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada bayi, dan proses pemberian ASI dapat dilakukan melalui proses menyusui (Hidayat, 2005).

Tidak semua anak mendapatkan ASI secara langsung, banyak kita temukan anak-anak kebutuhan nutrisinya melalui susu formula. Untuk itu dalam pemberian susu formula atau susu botol juga perlu diperhatikan diantaranya : sterilkan dahulu sebelum memberikan pada bayi dengan cara dipanaskan, jangan membuat lama-lama susu didalam botol, ikuti petunjuk pemakaian susu formula dan lain-lain (Hidayat, 2005).

Bagi bayi, ASI atau susu formula merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan cairan. ASI dan susu formula dengan densitas energi standar (20 Kkal/oz atau 0,66 Kkal/mL), mengandung air sekitar 89%. Tambahan air yang dihasilkan dari oksidasi susu yang dikomsumsi tersedia dalam bentuk air bebas. Apabila konsentrasi susu formula melebihi 24 kkal/oz terdapat resiko bahwa walaupun kalori dikomsumsi adekuat, bayi kurang mendapat air bebas sehingga terjadi peningkatan beban zat terlarut pada ginjal dan dehidrasi (Rudolph, 2007).

4.1 Diet Seimbang

(19)

Misalnya air susu ibu terdapat 67 kkal energi yang merupakan kontribusi dari 1.2 gram protein, 3.8 gram lemak dan 7 gram karbohidrat atau kontribusi energi dari lemak 51%, protein 7%, dan karbohidrat 42% dari total energi. Dari perhitungan tersebut disimpulkan bahwa air susu ibu adalah diet seimbang (Irianto, 2008).

4.2 Penggunaan Energi

Energi pada masa bayi sangat diperlukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan untuk metabolisme basal, thermic effect feeding, thermoregulation, aktivitas fisik, pertumbuhan, dan energi terbuang (Irianto, 2008).

4.2.1 Metabolisme basal

Metabolisme basal ialah energi yang diperlukan untuk kelangsungan organ tubuh seperti denyut jantung, sirkulasi darah dan cairan, pernapasan, pengiriman sinyal-sinyal saraf, kontraksi semua otot, juga untuk mempertahankan suhu tubuh. Aktifitas memtabolisme dari semua organ vital diatas secara proporsional akan menunjang kenaikan berat badan bayi (Irianto, 2008).

Kontribusi energi metabolisme basal untuk otak pada neonates sangat tinggi yaitu 70%, dari total energy metabolism basal. Pada bayi hingga usia 12 bulan sekitar 60-65%. Sedang bayi prematur membutuhkan sekitar 40 kkal per kg per hari (Irianto, 2008).

4.2.2 Thermic effect feeding

Thermic effect feeding adalah energy untuk mengolah makanan menjadi energi. Thermic effect feeding memerlukan sekitar 10% dari totalpenggunaan energi. Pada masa sesudah pertumbuha, sekitar 5% (Irianto, 2008).

Pada bayi yang frekuensi makannya relatif lebih sering, maka energy untuk thermic effect feeding sangat berperan untuk tranportasi dan konversi zat gizi yang siap diserap untuk digunakan atau disimpan dalam setiap organ atau sel yang membutuhkan. Flatt (1978) memperhitungkan penggunaan energi dari glukosa dan

(20)

konversi dari glukosa menjadi glikogen memerlukan 7% pengeluaran energy. Konversi glukosa menjadi lemak 26%. Pencernaan protein dan proses gluconeogenesis memerlukan 25% penggunaan energi (Irianto, 2008).

4.2.3 Thermo regulation

Energi untuk pengaturan suhu tubuh sangat penting untuk adaptasi dengan suhu lingkungan. Pada suhu lingkungan yang nyaman untuk bayi, kebutuha oksigen untuk basal metabolic rate semakin sedikit (Irianto, 2008).

Untuk bayi normal dengan kondisi nyaman, energi untuk termo regulasi tidak terlalu diperhitungkan (Irianto, 2008).

4.2.4 Aktifitas fisik

Pada bayi usia 6 bulan pertama pengeluaran energy untuk aktivitas fisik lebih sedikit. Kebutuhan energy rata-rata untuk aktivitas 15-25 kkal per kg BB per hari (Irianto, 2008).

4.2.5 Pertumbuhan

Energi yang diperlukan untuk pertumbuhan jaringan, dibagi menjadi dua yaitu :

a. Masukan energi yang diperlukan untuk membentuk susunan atau komposisi jaringan sel

b. Pengeluaran energi untuk keperluan lain misalnya untuk sintesis

Jumlah energi yang diperlukan untuk menyusun jaringan sekitar 5kkal per gram pertambahan BB.

Kebutuhan energi dalam bulan pertama kehidupan di samping untuk basal metabolisme juga menentukan pertumbuhan selanjutnya dengan terjadinya susunan sintesis jaringan sel baru. Sintesis lemak sangat diperlukan untuk menghasilkan energy karena pertambahan berat yang pesat pada 4 bulan pertama sangat tergantung dari asupan lemak. Setelalh 4 bulan koma kontribusi energy untuk sintesis jaringan baru, secar perlahan akan berkurang (Irianto, 2008).

4.2.6 Energi terbuang

(21)

4.3Kebutuhan Energi

Rekomendasi masukan energi untuk bayi diperhitungkan dari berat badan (normal) dengan usia bayi (Irianto, 2008).

Tabel 4.3 Kebutuhan Energi per Hari

Umur Berat badan (kg) Tinggi badan

(cm)

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin

(22)

5. Asuhan Keperawatan

5.1 Pengkajian

Pengkajian nutrisi penting khususnya bagi pasien yang beresiko masalah nutrisi berhubungan dengan stres, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan gaya hidup, dan faktor-faktor lain. Pengkajian nutrisi terdiri dari empat area pokok yaitu pengukuran fisik (tinggi dan berat badan), tes laboratorium, riwayat diet dan kesehatan dan observasi klinik (Potter dan Perry, 2005).

Pengkuran Fisik

Pengukuran tinggi dan berat badan harus diperoleh ketika pasien masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan apapun. Apabila memungkinkan, pasien harus ditimbang pada waktu yang sama setiap hari, pada skala sama dan dengan pakaian atau linen yang sama. Perubahan berat badan terakhir harus didokumentasikan (Potter dan Perry, 2005).

Tes Laboratorium dan Biokimia

Tidak satupun tes laboratorium atau biokimia adalah diagnostik untuk malnutrisi. Tes-tes dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keseimbangan cairan dan fungsi hati, fungsi ginjal dan adanya penyakit. Tes laboratorium biasanya digunakan untuk mempelajari status nutrisi termaksud ukuran protein plasmaseperti albumin, transferin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi dan hemoglobin (Potter dan Perry, 2005)

Riwayat Diet dan Kesehatan

Selain riwayat keperawatan yang umum, perawat memperoleh riwayat khusus diet yang lebih untuk mengkaji kebutuhan nutrisi aktual atau potensial. Riwayat diet berfokus pada kebiasaan asupan cairan dan makanan pasien. Sebaliknya informasi pilihan, alergi masalah dan area yang berhubungan lainnya seperti kemampuan pasien untuk memperoleh makanan (Potter dan Perry, 2005).

Tambahan bagi perawat untuk mengkaji adalah pengumpulan faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet pasien dan status nutrisi. Faktor-faktor tersebut adalah :

Status Kesehatan. Status kesehatan pasien berhubungan dengan nafsu makan

(23)

Kultur dan Agama.Pola kultural, etnik, agama dan batasan mengenai

makanan harus diperhitungkan. Makanan dan diet tertentu harus diberikan apabila sesuai (Potter dan Perry, 2005).

Status Sosioekonomi.Biaya makanan tidak tetap dan belanja bervariasi

tergantung pada uang yang tersedia (Potter dan Perry, 2005).

Pilihan Pribadi.Kesukaan atau ketidaksukaan pribadi mungkin berpengaruh

terhadap diet. Makanan yang berhubungan dengan kenangan yang menyenangkan cenderung menjadi makanan favorit. Makanan yang berhubungan dengan kenangan yang tidak menyenangkan cenderung untuk dihindari. Makanan mewah dapat digunakan sebagai simbol status. Pilihan individu harus dipertimbangkan ketika merencanakan diet terapeutik (Potter dan Perry, 2005).

Faktor Psikologis. Motivasi individu untuk makanan yang seimbang

danpersepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan yang mempunyai nilai simbolik yang utama bagi banyak orang (misalnya susu menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbolkan kekuatan).

Alkohol dan obat-obatan.Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan

memberikan konstribusi pada defisiensi nutrisi karena mungkin dibelanjakan alkohol daripada makanan dan alkohol menggantikan bagian makanan dan menekan nafsu makan. Alkohol juga memperngaruhi gastrointestinal. Obat-obatan berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat-Obat-obatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan gizi esensial. Obat-obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absospsi zat gizi didalam intostin (Potter dan Perry, 2005).

Observasi Klinis

(24)

Tabel 5. Tanda-Tanda Klinis Dari Status Gizi Pasien

Sadar, responsive Lesu, apatis, kakeksia, penampilan kakeksia 2. Berat badan Berat badan normal untuk

tinggi badan, usia dan bentuk tubuh

Penampilan obesitas atau kurus (perhatian khusus untuk kurus)

3. Postur Postur tegak, lengan dan tungkai lurus

Bahu kendur, dada cekung, punggung bungkuk

4. Otot Otot berkembang baik, kuat tonus bagus, beberapa lemak ada dibawah kulit

Penampilan lemah, tonus buruk, tonus tidak

berkembang nyeri, edema, tidak mampu berjalan dengan baik 5. Kontrol sistem

saraf

Rentang perhatian baik, kurang iritabilitas atau kelelahan, refleks normal, kestabilan psikologis

Kurang perhatian, iritabilitas, bingung, tangan dan kaki terasa terbakar dan kesemutan, kelemahan dan nyeri otot, penurunan atau kehilangan refleks lutut dan tumit

6. Fungsi

gastrointestinal

Nafsu makan dan pencernaan baik,

eleminasi teratur normal, tidak ada organ atau massa yang teraba

Anoreksia, tidak mampu mencerna, konstipasi atau diare, pembesaran hati atau limpa

7. Fungsi

kardiovaskuler

Laju denyut dan irama denyut jantung normal, tidak ada murmur, tekanan darah normal untuk

(25)

usianya tekanan darah meningkat 8. Vitalitas umum Ketahanan bertenaga,

kebiasaan tidur baik, penampilan kuat

Mudah lelah, kurang energi, mudah tertidur, penampilan capek dan apatis

9. Rambut Bersinar, penampilan berkilat, kuat, helai rambut tidak mudah dicabut, kulit kepala sehat

Rambut berserabut, kusam, kusut, kering, tipis dan kasar, penampilan

depigmentasi, helai rambut mudah terlepas 10. Kulit (umum) Kulit halus dan sedikit

lembab dengan warna baik

Kasar, kering, bersisik, pucat, berpigmen, berpenampilan iritasi, lebam, kehilangan lemak pada subkutan

11. Wajah dan leher

Warna merata halus, merah muda, penampilan sehat, tidak ada bengkak

Penampilan berminyak, diskolarasi, bersisik, bengkak, kulit gelap dipipi dan bawah mata, tidak halus dan kasar pada kulitsekitar hidung dan mulut

12. Bibir Halus, warna baik,

penampilan lembab (tidak pecah atau bengkak)

Penampilan kering dan bersisik, bengkak, kemerahan dan bengkak (keilosisi) lesi angular pada sudut mulut 13. Mulut dan

membran mukosa

Membran mukosa didalam rongga mulut berwarna merah muda sampai kemerahan

Membran mukosa mulut yang lembut dan

bengkak

(26)

penampilan sehat dan merah, tidak bengkak dan berdarah

mudah berdarah, gusi tertarik kebelakang

15. Lidah Warna merah muda atau kemerahan gelap baik, tidak bengkak, halus, terdapat papilla

dipermukaan, tidak ada lesi

Penampilan bengkak, kasar, warna magenta seperti daging (glositis), papilla hiperemia dan hipertropi, papilla attrofi

16. Mata Mata terang jernih,

penampilan bersinar, tidak ada luka disudut membran, bulu mata lembab dan sehat

dengan warna merah muda,

pembuluh darah terlihat atau

tidak ada benjolan pada jaringan atau skelra, tidak ada lingkar kelelahan dibawah mata

Membran mata pucat (konjungtiva pucat), fisura pada sudut

kelopak mata (angulat

palpebretik),kekeringan membran mata

(konjungtiva serosis), penampilan buram dari kornea (korneal sirosis), kornea lunak

(27)

atau bengkak, warna baik kesemutan, lemah 20. Kerangka Tidak ada malformasi Kaki bengkok, lutut

menyatu, deformitas dada pada diafragma, scapula dan rusuk

5.2 Analisa Data

Menurut Buku Saku NIC & NOC (2007) analisa data dibegi menjadi data subjektif dan objektif.

5.2.1 Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh, perubahan

Batasan karakteristik

a. Berat badan kurang dari 20% atau lebih dari ideal terhadap tinggi badan dan kerangka.

b. Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total atau nutrisi spesifik.

c. Kehilangan berat badan dengan asupan makanan adekuat.

d. Melaporkan asupan makanan tidak adekuat kurang dari anjuran kecukupan gizi harian.

Subjektif

a. Kram abdomen

b. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit

c. Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan d. Melaporkan perubahan sensasi rasa

e. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan

Objektif

a. Tidak tertarik untuk makan b. Kerapuhan kapiler

c. Diare

d. Adanya bukti kekurangan makanan e. Kehilangan rambut yang berlebihan f. Bising usus hiperaktif

(28)

h. Miskonsepsi

i. Konjungtiva dan membrane mukosa pucat j. Tonus otot buruk

k. Menolak untuk makan

l. Luka, rongga mulut inflamasi

m. Kelemahan otot yang dibutuhkan untuk menelan dan mengunyah (Wilkinson &Ahren, 2007)

5.2.2 Nutrisi : Lebih dari kebutuhan tubuh, perubahan

Batasan karakteristik

a. Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita. b. Berat badan 20% di atas bert badan dan kerangka ideal

Subjektif

a. Peningkatan nafsu makan

b. Makan sebagai respon terhadap isyarat internal selain rasa lapar (misalnya, ansietas)

c. Melaporkan penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan yang utama sebelum usia lima bulan.

Objektif

a. Obesitas pada salah satu atau kedua orangtua b. Memusatkan asupan makanan pada malam hari c. Disfungsi pola makanan

d. Makan sebagai respon terhadap syarat eksternal

e. Penggunaan makan sebagai penghargaan atau kenyamanan f. Makan sambil melakukan aktivitas

g. Transisi yang cepat dalam melewati persentil pertumbuhan bayi atau anak h. Adanya nilai dasar berat badan yang lebih tinggi pada setiap awal kehamilan

(29)

5.2.3. Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh, Risiko Perubahan

Faktor risiko

Subjektif

a. Peningkatan nafsu makan

b. Makanan sebagai respon terhadap isyarat internal selain rasa lapar (misalnya ansietas)

c. Melaporkan penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan yang utama sebelum usia lima bulan.

Objektif

a. Obesitas pada satu atau kedua orang tua b. Memusatkan asupan makan pada malam hari c. Disfungsi pola makan

d. Makan sebagai isyarat eksternal (waktu makan atau situasi sosial) e. Penggunaan makanan sebagai penghargaan atau kenyamanan f. Makan sambil melakukan aktivitas

g. Transisi yang cepat dalam melewati persentil pertumbuhan pada bayi atau anak

h. Adanya nilai dasar berat badan lebih tinggi pada setiap awal kehamilan yang dapat dilaprkan atau diobservasi.

(Wilkinson & Ahren, 2007)

5.3 Diagnosa Keperawatan

(30)

5.4 Intervensi

Penerapan intervensi keperawatan terkait masalah nutrisi bisa merujuk pada intervensi yang diterapkan secara umum pada klien dengan gangguan pemenuhan nutrisi. Akan tetapi, pada kasus-kasus tertentu penerapan diagnosis diatas tersebut tentulah harus sesuai dengan kasus yang dihadapi.

5.4.1 Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, perubahan

Faktor yang berhubungan:

a. Ketergantungan kimiawi b. Penyakit kronis

c. Kesulitan mengunyah atau menelan d. Faktor ekonomi

e. Intoleransi makanan

f. Kebutuhan metabolik tinggi

g. Refleks mengisap pada bayi tidak adekuat h. Kurangnya pengetahuan dasar nutrisi i. Akses pada makanan terbatas

j. Hilangnya nafsu makan k. Mual/muntah

l. Pengabaian orang tua m.Gangguan psikologis

Hasil yang Disarankan NOC

a. Status gizi: tingkat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

b. Status gizi: asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh selama waktu 24 jam.

c. Satus gizi: nilai gizi: keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh.

Tujuan/Kriteria Evaluasi

Contoh PenggunaanBahasa NOC

(31)

Contoh Lain

Pasien akan:

a. Mempertahankan atau menunjukkan pertambahan berat badan b. Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi.

c. Nilai labolatorium normal.

d. Melaporkan keadekuatan tingkat energi.

e. Mempertahankan massa dan berat badan dalam batas normal.

Mandiri

a. Tentukan motivasi klien untuk mengubah kebiasaan makan. b. Pantau nilai labolatorium

c. Timbang pasien pada interval yang tepat. d. Ketahui makanan kesukaan klien.

e. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

f. Ajarkan metode untuk perencanaan makanan.

g. Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan bergizi dan tidak mahal.

h. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.

Kolaborasi

a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan ketidakadekuatan protein atau kehilangan protein.

b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian makanan enter atau parenteral total agar asupan kalori adekuat.

c. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi.

d. Rujuk ke program gizi komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat.

5.4.2 Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh, Perubahan

Faktor yang berhubungan

a. Asupan yang berlebihan dalam hubungannya dengan kebutuhan metabolisme

(32)

d. Penurunan kebutuhan metabolisme e. Pola makan disfungsional

f. Makan sebagai respon terhadap isyarat eksternal g. Peningkatan nafsu makan

h. Kurangnya dasar pengetahuan tentang nutrisi i. Kurangnya latihan fisik

j. Penggunaan makanan sebagai tindakan penguatan atau membuat rasa nyaman

k. Obesitas pata orang tua

l. Penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan utama sebagai usia lima bulan

m.emilihan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari n. Penggantian pemanis untuk adiksi.

Hasil yang disarankan NOC

a. Status gizi: asupan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang masuk ke dalam tubuh dalam periose 24 jam.

b. Status gizi: asuan zat gizi: keadekuatan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh.

Tujuan/Kriteria Evaluasi

Contoh penggunaan bahasa NOC

Menunjukkan status gizi: asupan makanan dan cairan, dibuktikan dengan indikaor sebagai berikut (1-5): asupan tidak adekuat, ringan, sedang, kuat, atau adekuat total dan asupan makanan dan cairan melalui oral tidak berlebihan.

Contoh lain

a. Pasien akan: Menyadari masalah berat badan

b. Mengungkapkan dengan kata-kata tentang keinginan untuk menurunkan berat badan

c. Berpartisipasi dalam program latihan yang teratur.

d. Berpartisipasi dalam program penurunan berat badan yamg terstruktur. e. Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu tertentu. f. Mengalami asupan yan adekuat, tetapi tidak berlebihan.

g. Intervensi mandiri

(33)

j. Timbang berat badan pasien dengan interval yang tepat. k. Berikan informasi yang adekuat tentang kebutuhan nutrisi l. Anjurkan pasien utnuk mengikuti program diet yang tepat.

Kolaborasi

a. Rundingkan dengan ahli gizi untuk mengimplementasikan program penurunan berat badan yang meliputi pengelolaan diet dan pengeluaran energi.

b. Pengelolaan nutrisi: tentukan dengan melakukan kolaborasi bersama ahli diet, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

c. Bantuan pengurangan berat badan: anjurkan pasien untuk hadir dalam kelompok pendukung penurunan berat badan.

5.4.3 Nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh, risiko perubahan

Hasil yang Disarankan NOC

Status gizi: asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang masuk ke dalam tubuh dalam periode 24 jam.

Tujuan/Kriteria Evaluasi

Contoh Penggunaan Bahasa NOC

Menunjukkan status gizi: asupan makanan dan cairan, dibuktikan dengan indikaor sebagai berikut (1-5): asupan tidak adekuat, ringan, sedang, kuat, atau adekuat total dan asupan makanan dan cairan melalui oral tidak berlebihan.

Contoh Lain

Pasien akan:

a. Menyadari adanya fakror risiko.

b. Berpartisipasi dalam program latihan teratur. c. Memelihara berat badan ideal.

d. Makan diet seimbang.

Mandiri

a. Pantau adanya faktor risiko kenaikan berat badan.

b. Pengelolaan berat badan(NOC): tentukan berat badan dan persentase lemak tubuh ideal pasien.

(34)

d. Diskusikan dengan pasien tentang hubungan antara asupan makanan, latihan, kenaikan berat badan dan penurunan berat badan.

e. Diskusikan dengan pasien tentang kondisi medis yang dapat memengaruhi berat badan.

f. Diskusikan dengan pasien tentang faktor kebiasaan dan adatserta budaya dan faktor hereditas yang dapat memengaruhi berat badan.

g. Diskusikan tentang risiko yang berkaitan dengan kelenihan atau kekurangan berat badan.

h. Bantu pasien dalam mengembangkan rencana makan yang seimbang dan konsisten dengan tingkat penggunaan energi.

B. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit

Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktek di rumah sakit umum daerah dr. Pirngadi Medan, pada tanggal 02 juni 2014 mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada pasien An.R. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1.

1. Biodata

Seorang bayi, An.R berusia 17 yang lahir pada tanggal 18 mei 2014, berjenis kelamin laki-laki, agama Islam. An.R belum pernah sekolah, Tn.M adalah ayahnya yang bekerja sebagai wiraswasta dan Ny. S adalah ibu dari An.R yang bekerja sebagai ibu rumah tangga , tinggal di jalan Flamboyan Raya Komplek Polri, Medan Tuntungan. Pada tanggal 18-05-2014 An.R dirawat di ruangan Perinatologi, dengan nomor rekam medik 00.92.60.67. Diagnosa pada An.R adalah BBLSR ( Berat Badan Lahir Sangat Rendah).

2. Keluhan Utama

Dalam pengkajian yang dilakukan An.R lahir kurang bulan, memiliki berat badan 1500 gr saat baru lahir, suhu tubuh 35,50C, pernapasan 60 kali per menit, denyut nadi 158 kali per menit, kulit dingin.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

(35)

R juga tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat dan susu formula. An.R sudah mendapatkan imunisasi BCG, Polio dan HB 1.

4. Pemeriksaan Fisik

Secara umum didapati pasien sadar, dengan suhu tubuh 35.50C, nadi 158 kali per menit, pernafasan 60 kali per menit, An. R memiliki panjang badan 43 cm, berat badan 1500 gram, lingkar kepala 27 cm dan lingkar dada 23.5 cm. Dalam melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut didapati kulit kepala tampak bersih, tidak terdapat kotoran dan verniks kaseosa. Fontenella posterior dan anterior belum menutup, pulsasi teraba, tidak ada edema pada kulit kepala, adanya lanugo terutama pada daerah bahu dan punggung, penyebaran rambut merata dengan warna hitam.

Pada pemeriksaan wajah dan mata didapati bentuk wajah simetris, tidak terdapat edema pada wajah, warna kulit sedikit kuning. Mata kiri dan kanan simetris, tidak adanya strabismus, sensitivitas terhadap cahaya baik ditandai dengan pupil isokor, tidak ada terjadi edema pada palpebra, kornea jernih, tidak ada tanda katarak kongenital dan tidak ada perdarahan pada konjungtiva. Terdapat refleks berkedip pada mata.

Pada pemeriksaan hidung di dapati pola pernapasan pada bayi normal ditandai an.R bernapas dengan menggunakan hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, posisi septum nasi berada di tengah, tidak ada lesi, lubang hidung bersih, tidak terdapat kotoran, sumbatan atau mukosa, dan tidak ada tanda infeksi.

Pada pemeriksaan telinga terletak sejajar dengan alis mata dan simetris antara kiri dan kanan, dan terjadi refleks terkejut ketika dilakukan tes pendengaran dengan melakukan refleks morro.

Keadaan mulut baik ditandai dengan mukosa bibir lembab, refleks menghisap lemah sehingga an.R menggunakan OGT (Oral Gastric Tube), gusi berwarna merah muda, Lidah tampak bersih dan tidak ada tanda infeksi. Pemeriksaan pada leher di dapati posisi trakea terdapat di tengah, pulsasi vena jugularis reguler, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

(36)

dada, tidak terdapat retraksi pada saat inspirasi, dinding dada dan perut bergerak secara bersamaan, frekuensi pernapasan 60 kali per menit. Saat di palpasi tidak terdapat fraktur klavikula, frekuensi jantung an.R 158 kali per menit.

Pemeriksaan yang dilakukan pada abdomen terdapat bentuk abdomen simetris, tidak terdapat pembesaran hati, tidak ada tanda ascites dan saat di perkusi suara abdomen tympani.

Pemeriksaan pada kelamin dan rektum terdapat lubang uretra tepat berada di tengah, tidak terdapat pembengkakan dan tidak ada tanda infeksi, lubang anus ada ditandai dengan an.R buang air besar. Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas tidak terdapat kelainan pada tulang belakang, tidak terdapat kelainan pada jari-jari tangan dan kaki.

5. Pola Kebiasaan Sehari-hari

An.R minum PASI (Pengganti Air Susu Ibu) ± 8 kali/ hari, an.R diberikan 30cc/ 3 jam dengan menggunakan OGT (Oral Gastric Tube), tidak ada mual muntah, pemberian PASI tersebut dilakukan oleh perawat.

6. Perawatan diri atau personal hygiene

An. R mandi 1 kali per hari setiap pagi pukul 09.00 WIB yang dilakukan oleh perawat.

7. Pola kegiatan atau Aktivitas

Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar. Untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian, tidak bisa dilakukan secara mandiri namun dilakukan dengan bantuan perawat. Aktivitas an.R adalalah mandi 1 kali per hari pada pukul 09.00 WIB selama ± 3 menit, kemudian an.R diberikan PASI oleh perawat di dalam inkubator. Bayi tidur atau istirahat ± 20 jam per hari.

8. Pola Eliminasi

(37)

C. Masalah Keperawatan dan Analisa Data

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 02 Juni 2014 dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data-data dengan mengelompokkan data-data objek dan data subjek. Dari analisa data yang dilkukan ditemukan tiga masalah keperawatan yaitu: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hipotermi, dan kerusakan integritas kulit. Secara lengkap terdapat pada lampiran 1.

D. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawataan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjek dan data objek yang telah di kaji. Dari hasil perumusan diperoleh tiga diagnosa yaitu:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kurang adekuatnya refleks menghisap pada bayi ditandai dengan refleks hisap lemah, konjungtiva pucat, BB : 1500gr dan dilakukan pemasangan OGT.

2. Hipotermi berhubungan dengan ketidakmatangan pengaturan system suhu tubuh pada bayi ditandai dengan temp : 35,5 0C, menggigil dan kulit dingin

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan pada kulit ditandai dengan kulit lembab dan kemerahan.

E. Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada An.R. Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut:

(38)

No. Dx Perencanaan Keperawatan 1. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan:

Asupan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria :

Reflek hisap baik, berat badan naik, konjungtiva tidak anemis.

Rencana Tindakan Rasional

1. Berikan bayi minum PASI sesuai jadwal 30cc/ 3 jam

1. Memenuhi nutrisi bayi sesuai kebutuhan

2. Bangunkan bayi untuk pemberian minum tiap 3 jam

2. Bayi tetap makan sesuai jadwal, mengganti cairan yang keluar.

3. Catat atau observasi setiap pemberian susu yang masuk (intake) dan output

3. Mengetahui jumlah asupan nutrisi dan jumlah

pengeluaran

4. Timbang BB/ hari 4. Peningkatan BB indikasi nutrisi terpenuhi,

menetapkan kebutuhan kalori pada bayi

5. Lakukan pengontrolan cairan intravena pada an. R

5. Pengontrolan dilakukan untuk mengetahui

keefektifan pemberian cairan

Tabel 2. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa hipotermi berhubungan dengan ketidakmatangan pengaturan system suhu tubuh pada bayi.

No. Dx Perencanaan Keperawatan

2. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan :

Tidak terjadi gangguan suhu tubuh (hipotermi) selama perawatan.

Kriteria Hasil :

- Suhu tubuh batas normal (36,5- 37,5) 0C

- Kulit hangat dan tidak menggigil

Rencana Tindakan Rasional

1. Ukur tanda-tanda vital yaitu suhu tubuh

1. Hipotermi membuat bayi cenderung stress pada dingin 2. Ganti pakaian bayi dan alat

tenun tempat tidur segera bila basah

(39)

3. Tempatkan bayi pada incubator atau di bawah lampu pijar

3. Mempertahankan lingkungan termonetral membantu mencegah stress dingin 4. Ganti popok yang basah 4. Menurunkan kehilangan suhu

melalui evaporasi 5. Mandikan bayi dengan cepat,

dan mengeringkan dengan segera

5. Mengurangi kemungkinan kehilangan panas

Tabel 3. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan pada kulit.

No. Dx Perencanaan Keperawatan

3. Tujuan dan Kriteria hasil

Tujuan :

Gangguan integritas kulit teratasi

Kriteria hasil :

Bagian bokong bayi kering dan tidak ada kemerahan atau ruam

Rencana Tindakan Rasional

1. Observasi kulit setiap hari terhadam ruam atau kerusakan integritas kulit, gunakan sabun lembut dan lap kulit dengan perlahan setelah mandi.

1. Bahan kimia pada sabun dan menggosok terlalu kuat dapat menyebabkan ruam pada kulit.

2. Ganti popok yang basah 2. Mencegah terjadinya pertumbuhan kuman 3. Atur posisi tidur bayi 3. Untuk memperlancar

sirkulasi oksigen

F. Implementasi dan Evaluasi

Dari perencanaan yang dilakukan tidak semua tindakan dilakukan sesuai dengan perencanaan (secara lengkap terdapat pada lampiran 2).

(40)

pertama teratasi sebagian, an.R tidak ada muntah dan berat badan 1600 gram, dan tidak terdapat residu lambung.

Untuk diagnosa kedua hipotermi, tindakan yang dilakukan adalah mengukur tanda-tanda vital yaitu suhu tubuh, mengganti pakaian bayi dan alat tenun tempat tidur segera bila basah, tempatkan bayi pada inkubator atau di bawah lampu pijar, ganti popok yang basah, dan Mandikan bayi dengan cepat, dan mengeringkan dengan segera. Dari tindakan yang dilakukan masalah teratasi sebagian, dapat dilihat ketika rentang suhu tubuh berada pada 36,50C-37,50C, nadi 136 kali per menit, dan frekuensi pernapasan 52 kali per menit.

(41)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengkajian pasa pasien An.R, dilakukan analisa data untuk memperoleh diagnosa keperawatan. Diagnosa yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kurang adekuatnya refleks menghisap pada bayi ditandai dengan refleks hisap lemah, konjungtiva pucat, BB : 1500gr dan dilakukan pemasangan OGT. 2. Hipotermi berhubungan dengan ketidakmatangan pengaturan system suhu

tubuh pada bayi ditandai dengan temp : 35,5 0C, menggigil dan kulit dingin 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit ditandai

dengan kulit lembab dan kemerahan

Perubahannutrisi kurang dari kebutuhan adalah sebagai diagnosa prioritas. Kemudian dilakukan perencanaan tindakan keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan, dari tiga diagnosa yang diperoleh masalah hanya dapat teratasi sebagian. Diagnosa keperawatan dengan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi sebagian, diagnosa keperawatan dengan hipotermi teratasi sebagian, diagnosa keperawatan dengan kerusakan integritas kulit teratasi sebagian.

B. Saran

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebaiknya pendidikan keperawatan lebih meningkatkan kualitas pendidikan mahasiswa, khususnya sebelum praktik di rumah sakit. Sebaiknya diadakan ujian praktek kembali sebelum praktik ke rumah sakit.

2. Bagi Praktik Keperawatan

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia PustakaUtama. Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Doenges & Moorhouse. (2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi : Pedoman untuk

Perencanaan Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. Alimul, (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Irianto, K. (2008). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya.

Lissauer & Fanaroff. (2006). At a Glance Neonatologi. Jakarta : Erlangga. Muslihatun, W. N. (2010). Asuhan Neonatus & Balita. Yogyakarta : Fitrimaya.

Nurhayati & Maryunani, A. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada

Neonatus. Jakarta: Trans Info Media.

Potter & Perry. (2006). Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktek. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.

Prawirahardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Rudolph,A.M, (2007). Buku ajar pediatrik. Edisi 20. Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah, 2004. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Yuniastuti, Ari. (2008). Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wilkonson, J.M, (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 7. Jakarta:EGC. Widodo, Rahayu. (2009). Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak. Jakarta:

(43)

Lampiran 1 untuk menghisap atau refleks menghisap lemah

- BB : 1500gr

- Konjungtiva anemis - Penggunaan OGT

Refleks mengisap lemah Volume lambung berkurang

Waktu pengosongan lambung meningkat

Kebutuhan nutrisi bayi meningkat

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pengaturan suhu pada bayi (Jaringan kulit tipis, lemak

Kurang)

Permukaan tubuh relatif lebih luas

Pusat pengatur tubuh belum sempurna

Produksi panas berkurang

Hipotermi

Hipotermi

3.

DS : - DO :

- Kulit lembab pada bagian pinggul dan kemerahan

Penggunaan popok yang lama

Kelembapan pada kulit

Perubahan sirkulasi

Kerusakan integritas kulit

(44)

MASALAH KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2. Hipotermi

3. Kerusakan integritas kulit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kurang adekuatnya refleks menghisap pada bayi ditandai dengan refleks hisap lemah, konjungtiva pucat, BB : 1500gr dan dilakukan pemasangan OGT 2. Hipotermi berhubungan dengan ketidakmatangan pengaturan sistem suhu

tubuh pada bayi ditandai dengan temp : 35,5 0C, menggigil dan kulit dingin 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit ditandai

dengan kulit lembab dan kemerahan.

Lampiran 2

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/

Tanggal No. Dx Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi

Selasa/ 03 Juni 2014

1. 08.00 s.d 14.00

WIB

1. Memberikan bayi minum PASI sesuai jadwal 30cc/ 3 jam

2. Membangunkan bayi untuk pemberian minum setiap 3 jam

S : - O : Residu

(45)

3. Mencatat atau

mengobservasi setiap pemberian susu yang masuk (intake) dan output 4. Menimbang berat badan

setiap hari

5. Mengontrol cairan intravena pada an.R

A : Masalah

1. Mengukur tanda-tanda vital yaitu suhu tubuh 2. Mengganti pakaian bayi

dan alat tenun tempat tidur segera bila basah

3. Menempatkan bayi pada incubator atau dibawah lampu pijar

4. Mengganti popok yang basah

5. Memandikan bayi dengan cepat, dan mengeringkan dengan segera

1. Mengobservasi kulit setiap hari terhadam ruam atau kerusakan integritas kulit, gunakan sabun lembut dan lap kulit dengan perlahan setelah mandi.

2. Mengganti popok yang basah

3. Mengatur posisi tidur bayi

S : -

1. Memberikan bayi minum PASI sesuai jadwal 20cc/ 3 jam

2. Membangunkan bayi untuk pemberian minum setiap 3 jam

3. Mencatat atau

mengobservasi setiap pemberian susu yang masuk (intake) dan output

(46)

5. Mengontrol cairan intravena

1. Mengukur tanda-tanda vital yaitu suhu tubuh 2. Mengganti pakaian bayi

dan alat tenun tempat tidur segera bila basah

3. Menempatkan bayi pada incubator atau dibawah lampu pijar

4. Mengganti popok yang basah

5. Memandikan bayi dengan cepat, dan mengeringkan dengan segera

1. Mengobservasi kulit setiap hari terhadam ruam atau kerusakan integritas kulit, gunakan sabun lembut dan lap kulit dengan perlahan setelah mandi.

2. Mengganti popok yang basah

3. Mengatur posisi tidur bayi

S : -

1. Memberikan bayi minum PASI sesuai jadwal 30cc/ 3 jam

2. Membangunkan bayi untuk pemberian minum setiap 3 jam

3. Mencatat atau

mengobservasi setiap pemberian susu yang masuk (intake) dan output 4. Menimbang berat badan

setiap hari

5. Mengontrol cairan intravena pada an.R

S : -

1. Mengukur tanda-tanda vital yaitu suhu tubuh 2. Mengganti pakaian bayi

S : -

(47)

dan alat tenun tempat tidur segera bila basah

3. Menempatkan bayi pada inkubator atau dibawah lampu pijar

4. Mengganti popok yang basah

5. Memandikan bayi dengan cepat, dan mengeringkan dengan segera

1. Mengobservasi kulit setiap hari terhadam ruam atau kerusakan integritas kulit, gunakan sabun lembut dan lap kulit dengan perlahan setelah mandi.

2. Mengganti popok yang basah

3. Mengatur posisi tidur bayi

S : -

1. Memberikan bayi minum PASI sesuai jadwal 30cc/ 3 jam

2. Membangunkan bayi untuk pemberian minum setiap 3 jam

3. Mencatat atau

mengobservasi setiap pemberian susu yang masuk (intake) dan output

4. Menimbang berat badan setiap hari

5. Mengontrol cairan intravena pada an.R

1. Mengukur tanda-tanda vital yaitu suhu tubuh 2. Mengganti pakaian bayi

dan alat tenun tempat tidur segera bila basah

3. Menempatkan bayi pada incubator atau dibawah lampu pijar

4. Mengganti popok yang

(48)

basah

5. Memandikan bayi dengan cepat, dan mengeringkan dengan segera

dilanjutkan

3. 08.00 s.d 12.00

WIB

1. Mengobservasi kulit setiap hari terhadam ruam atau kerusakan integritas kulit, gunakan sabun lembut dan lap kulit dengan perlahan setelah mandi.

2. Mengganti popok yang basah

3. Mengatur posisi tidur bayi

S : -

O : bayi merasa nyaman (tidak terlihat rewel), popok yang terpasang longgar, kemerahan berkurang. A : Masalah

teratasi sebagian P : Intervensi

Gambar

Tabel 4.3 Kebutuhan Energi per Hari
Tabel 2. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa hipotermi berhubungan
Tabel 3. Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa kerusakan integritas kulit

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan dasar pasien, pada diagnosa pertama. penulis melakukan pemantauan terhadap pola pernapasan, dari hasil

halusinasi, diagnosa yang muncul adalah risiko bunuh diri, perilaku kekerasan pada diri. sendiri dan perilaku kekerasan pada

R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Nutrisi Kurang dari.. Kebutuhan Tubuh di Rumah Sakit

Perencanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa gangguan rasa aman nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya batu pada ginjal. No

Mengobservasi kulit setiap hari terhadam ruam atau kerusakan integritas kulit, gunakan sabun lembut dan lap kulit dengan perlahan setelah mandi.. Mengganti popok yang

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses.. perkuliahan dan Staff non akademik yang telah banyak membantu

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan

Berguna bagi layanan keperawatan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan pada