SKRIPSI
PENGARUH IMPLEMENTASI CSR YANG DILAKUKAN OLEH PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA TERHADAP
PENGEMBANGAN MASYARAKAT MEDAN
OLEH
ZULFIZAR SYAHPUTRA LUBIS 100521024
PROGRAM STUDI STRATA SATU MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
Nama : Zulfizar Syahputra Lubis
Nim : 100521024
Program Studi : Strata-I Manajemen Ekstensi
Konsentrasi : Sumber Daya Manusia
Judul Skripsi : Pengaruh Implementasi CSR Yang Dilakukan Oleh PT. Coca-cola bottling Indonesia Terhadap Pengembangan Masyarakat Medan.
Medan, Juli 2013 Peneliti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Zulfizar Syahputra Lubis
Nim : 100521024
Program Studi : Strata-I Manajemen Ekstensi
Konsentrasi : Sumber Daya Manusia
Judul Skripsi : Pengaruh Implementasi CSR Yang Dilakukan Oleh PT. Coca-cola bottling Indonesia Terhadap Pengembangan Masyarakat Medan.
Pembimbing Skripsi Pembaca Penilai
Dr. Elisabet Siahaan,SE,M.Ec Prof.Dr. Prihatin Lumbanraja,M.Si NIP. 19780313 200422 001 NIP. 19591013 1986012 001
Ketua Program Studi S-1 Manajemen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
Nama : Zulfizar Syahputra Lubis
Nim : 100521024
Program Studi : Strata-I Manajemen Ekstensi
Konsentrasi : Sumber Daya Manusia
Judul Skripsi : Pengaruh Implementasi CSR Yang Dilakukan Oleh PT. Coca-cola bottling Indonesia Terhadap Pengembangan Masyarakat Medan.
Tanggal, Juli 2013 Ketua Program Studi
Dr. Endang Sulistya Rini SE., MSi. NIP. 19620513 1992032 001
Tanggal, Juli 2013 Ketua Departemen
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PENGARUH IMPLEMENTASI CSR YANG DILAKUKAN OLEH PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA TERHADAP
PENGEMBANGAN MASYARAKAT MEDAN
Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2012
ABSTRAK
PENGARUH IMPLEMENTASI CSR YANG DILAKUKAN OLEH PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA TERHADAP
PENGEMBANGAN MASYARAKAT MEDAN
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Berpengaruh Signifikan terhadap Pengembangan Masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Berpengaruh Signifikan terhadap Pengembangan Masyarakat.
Penelitian ini adalah penelitian asosiatif, yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat pengaruh variabel tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda. Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini sebanyak 85 responden yang dihitung berdasarkan Proportionate Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Iplemetasi CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap PT. Coca-Cola Bottling Indonesia dalam Pengembangan Masyarakat. Hasil uji signifikansi secara simultan atas faktor-faktor yang mempengaruhi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia dalam Pengembangan Masyarakat yang terdiri dari iplementasi CSR secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Dalam Pengembangan Masyarakat. Uji signifikansi secara parsial yang dominan mempengaruhi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Dalam Pengembangan Masyarakat pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia adalah Iplementasi CSR . Hubungan (relation) antara Implementasi memiliki hubungan sangat erat. Penerapan program-program CSR PT. Coca-Cola Bottling Indonesia tersebar pada berbagai aktivitas utama secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan pengembangan masyarakat.
ABSTRACT
THE EFFECT OF CSR IMPLEMENTATION BY PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA ON THE FIELD DEVELOPMENT
Formulation of the problem in this research is: Is CSR Implementation conducted by PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Significant Impact on Community Development. The purpose of this research is to study and analyze how CSR Implementation conducted by PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Significant Impact on Community Development.
This study is associative, ie research that connects two or more variables to see the effect of these variables. The data used in this study is primary data and secondary data. Method of data analysis is descriptive quantitatively using multiple linear regression. The sample used in this study were calculated based on the 85 respondents who Proportionate random sampling.
The results showed that CSR Iplemetasi positive and significant effect on PT. Coca-Cola Bottling Indonesia in Community Development. Simultaneous significance test results on the factors that affect the PT. Coca-Cola Bottling Indonesia in Community Development which consists of iplementasi CSR jointly or simultaneously positive and significant effect on PT. Coca-Cola Bottling Indonesia in Community Development. Significance test partially dominant influence PT. Coca-Cola Bottling Indonesia in Community Development at PT. Coca-Cola Bottling Indonesia is Iplementasi CSR. Relations (relations) between the implementation has a very close relationship. Implementation of CSR programs PT. Coca-Cola Bottling Indonesia is spread on various major activities had a significant positive influence on the improvement of community development.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang dianugerahkan kepada peneliti, sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Implementasi CSR Yang Dilakukan Oleh PT. Coca-cola Bottling Indonesia Terhadap Pengembangan Masyarakat Medan.
Selama peneliti kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan menyusun Skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penelitian skripsi ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Azhar SE.,MSc.Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie MSi., selaku Sekretaris Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Elisabet Siahaan,SE,M.Ec selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Prof.Dr. Prihatin Lumbanraja,M.Si selaku Dosen Pembaca Penilai yang telahbersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan saran dan kritik untuk penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu, mendidik dan membimbing peneliti selama masa perkuliahan.
9. Sahabat-sahabat peneliti, teman-teman di bangku perkuliahan Departemen Manajemen, Program Ekstensi yang banyak memberikan pelajaran dan masukan selama pengerjaan skripsi ini.
Medan, Juli 2013 Peneliti
DAFTAR ISI
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 7
2.1.1 Sejarah dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) ... 7
2.1.2 Sasaran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 15
2.1.3 Isu Sosial Perusahaan ... 15
2.1.4 Hubungan Program Perusahaan ... 16
2.2. Konsep Pengembangan Masyarakat ... 16
2.2.1 Komunitas sebagai Basis Pemberdayaan Masyarakat ... 16
2.2.2 Definisi Pengembangan Masyarakat ... 17
2.2.3 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat ... 18
2.2.4 Tujuan Pengembangan Masyarakat ... 27
2.2.5 Strategi Pengembangan Masyarakat ... 27
2.2.6 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat ... 28
2.2.7 Tingkat Partisipasi ... 30
2.3. Penelitian Terdahulu ... 31
2.4. Kerangka Konseptual ... 32
2.7. Hipotesa ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.1. Jenis Penelitian ... 34
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
3.3. Batasan Oprasional ... 35
3.4. Definisi Oprasional ... 35
3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 38
3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
3.6.1 Populasi ... 38
3.6.2 Sampel ... 39
3.7. Jenis Data ... 40
3.8. Metode Pengumpulan Data ... 40
3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40
3.10. Teknik Analisis ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN ... 47
4.1 Profil PT. Coca-Cola Bottling Indonesia ... 47
4.1.2 Misi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia ... 50
4.1.3 Struktur PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan ... 51
4.2 Hasil Penelitian ... 53
4.3 Teknik Analisis ... 53
4.2.1 Teknik Analisis ... 53
4.2.1.1 Analisis Deskriptif ... 53
4.2.1.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel-Variabel Dalam Penelitian ... 55
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 58
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 58
4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 62
4.2.2.3 Uji Multikolinieritas ... 64
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 64
4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 64
4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)... 66
4.2.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 68
4.3 Pembahasan ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
5.1 Kesimpulan ... 72
5.2 Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat... 33
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 40
Tabel 3.2 Item-Total Statistics 1 ... 43
Tabel 3.3 Item-Total Statistics 2 ... 44
Tabel 3.4 Reliability Statistics ... 45
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia ... 54
Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden BerdasarkanTamatan / Pendidikan ... 54
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Iplementasi CSR (X1) ... 55
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel PT. Coca -Cola Bottling Indonesia Dalam Pengembangan Masyarakat (Y) ... 57
Tabel 4.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 50
Tabel 4.01 Hasil Uji glejser ... 52
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... 53
Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 65
Tabel 4.13 Hubungan Antar Variabel ... 65
Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 67
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1. Kerangka Konseptual ... 36
4.1 Logo PT.Coca-Cola Bottling Indonesia... 51
4.2 Struktur Organisasi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan ... 52
4.3 Uji Normalitas Dengan Pendekatan Histogram ... 48
4.5 Uji Normalitas Dengan Pendekatan Grafik ... 49
ABSTRAK
PENGARUH IMPLEMENTASI CSR YANG DILAKUKAN OLEH PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA TERHADAP
PENGEMBANGAN MASYARAKAT MEDAN
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Berpengaruh Signifikan terhadap Pengembangan Masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Berpengaruh Signifikan terhadap Pengembangan Masyarakat.
Penelitian ini adalah penelitian asosiatif, yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat pengaruh variabel tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda. Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini sebanyak 85 responden yang dihitung berdasarkan Proportionate Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Iplemetasi CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap PT. Coca-Cola Bottling Indonesia dalam Pengembangan Masyarakat. Hasil uji signifikansi secara simultan atas faktor-faktor yang mempengaruhi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia dalam Pengembangan Masyarakat yang terdiri dari iplementasi CSR secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Dalam Pengembangan Masyarakat. Uji signifikansi secara parsial yang dominan mempengaruhi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Dalam Pengembangan Masyarakat pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia adalah Iplementasi CSR . Hubungan (relation) antara Implementasi memiliki hubungan sangat erat. Penerapan program-program CSR PT. Coca-Cola Bottling Indonesia tersebar pada berbagai aktivitas utama secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan pengembangan masyarakat.
ABSTRACT
THE EFFECT OF CSR IMPLEMENTATION BY PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA ON THE FIELD DEVELOPMENT
Formulation of the problem in this research is: Is CSR Implementation conducted by PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Significant Impact on Community Development. The purpose of this research is to study and analyze how CSR Implementation conducted by PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Significant Impact on Community Development.
This study is associative, ie research that connects two or more variables to see the effect of these variables. The data used in this study is primary data and secondary data. Method of data analysis is descriptive quantitatively using multiple linear regression. The sample used in this study were calculated based on the 85 respondents who Proportionate random sampling.
The results showed that CSR Iplemetasi positive and significant effect on PT. Coca-Cola Bottling Indonesia in Community Development. Simultaneous significance test results on the factors that affect the PT. Coca-Cola Bottling Indonesia in Community Development which consists of iplementasi CSR jointly or simultaneously positive and significant effect on PT. Coca-Cola Bottling Indonesia in Community Development. Significance test partially dominant influence PT. Coca-Cola Bottling Indonesia in Community Development at PT. Coca-Cola Bottling Indonesia is Iplementasi CSR. Relations (relations) between the implementation has a very close relationship. Implementation of CSR programs PT. Coca-Cola Bottling Indonesia is spread on various major activities had a significant positive influence on the improvement of community development.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari stakeholder
pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai
kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus maupun tujuan umum yang
telah mereka tentukan. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan
umumnya akan melibatkan berbagai macam pihak, baik dari dalam perusahaan itu
sendiri, maupun dari pihak luar, seperti pemerintah, pihak asing, masyarakat, dan
sebagainya. Kegiatan inilah yang dapat membantu mempercepat pembangunan di
Indonesia. Selain itu, jalinan kerjasama dirajut untuk mencapai kepentingan
perusahaan, agar perusahaan dapat menjaga eksistensinya dan menjadi Good
Bussiness.
Dalam rangka menjaga eksistensi suatu perusahaan, maka perusahaan itu
harus dapat menjaga keseimbangan hubungan dengan pihak lain yang dapat
mempengaruhi eksistensi perusahaan dan mencapai Good Bussiness.
Keseimbangan dapat dijaga dengan melakukan Corporate Sosial Responsibility
(CSR). Penerapan CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak
etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya
sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas
(The World Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam
bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh dilakukan.
Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kuantitas
maupun kualitas. Selain keragaman kegiatan dan pengelolaannya semakin
bervariasi, dilihat dari kontribusi finansial, jumlahnya semakin besar. Penelitian
PIRAC pada tahun 2013 menunjukkan bahwa dana CSR di Indonesia Departemen
Sosial Rp.10 Triliun yaitu Rp. 4 Triliun BUMN, Rp. 6 Triliun Swasta.
Perihal penerapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan
perundang-undangan dan keputusan menteri. Pelaksanaan CSR bagi Perseroan
Terbatas (PT) diatur dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007. Undang-Undang
ini berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. Dalam Pasal 74 ayat (1) disebutkan
bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Penjelasan dari Pasal 74 ayat (1) dijelaskan bahwa kewajiban
CSR ini bertujuan untuk menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang,
dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Namun sayangnya dari peraturan tersebut tidak dijelaskan mengenai bentuk
pelanggaran terhadap CSR. Tanggung jawab sosial bagi BUMN diatur oleh
pemerintah melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003
tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil dan
Program Bina Lingkungan (PKBL). Mewajibkan CSR merupakan salah satu
ekonomi. Pemerintah berharap CSR tidak hanya sekedar kegiatan sukarela saja
akan tetapi menjadi sebuah tanggung jawab legal dan bersifat wajib serta dapat
berkesinambungan.
Dalam menerapkan CSR, umumnya perusahaan akan melibatkan
partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek program CSR.
Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup berpengaruh
dalam menjaga eksistensi suatu perusahaan. Masyarakat adalah pihak yang paling
merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu perusahaan, baik itu dampak
positif ataupun negatif. Dampak ini dapat terjadi dalam bidang sosial, ekonomi,
politik maupun lingkungan. Berbagai macam dampak negatif dapat diminimalisir
dengan menerapkan CSR, misalnya dengan melakukan pemberdayaan
masyarakat, bantuan pendidikan, bakti lingkungan, dan sebagainya. Apabila CSR
tidak dilakukan dengan baik, maka dapat menyebabkan berbagai macam
permasalahan.
Kasus-kasus konflik sosial yang pernah terjadi pada perusahaan di
Indonesia misalnya, konflik sosial diduga diakibatkan suatu perusahaan kurang
peduli dengan masyarakatnya dan tidak mengimplementasikan CSR dengan baik.
Coca-Cola Bottling Indonesia, menerapkan 4 pilar kunci sebagai parameter untuk
menjalankan program-program CSR & Sustainability yang harmonis. 4 pilar
kunci tersebut adalah menjaga dan melestarikan lingkungan, menyediakan
beragam pilihan produk kepada pelanggan kami, mempertahankan budaya kerja
yang baik dan akhirnya berkontribusi terhadap pembangunan sosial dan ekonomi
daerah Medan wilayah Sumatera Utara Coca-Cola Bottling Indonesia
menyediakan Eco mobile merupakan alat komunikasi yang bertujuan untuk memberikan
metode pembelajaran interaktif yang memfokuskan pada para pelajar dan masyarakat umum agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Bersama-sama dengan organisasi lokal,melakukan kedua daerah perkotaan dan pedesaan sekitar
dan bertindak sebagai pelengkap pendidikan informal. Eco Mobile melaksanakan cara
pembelajaran lingkungan yang interaktif dan menyenangkan melalui kegiatan edukatif seperti dokumentasi video, cerita dan permainan.
Coca-Cola Bottling Indonesia gelar program corporate social
responsibility (CSR) pemberdayaan masyarakat dengan membentuk wadah
pelatihan bola yang disebutnya COKE KICKS Grass Root Soccer Development
Program. Program ini berbentuk pelatihan untuk satu hari pelatihan sepak bola di
bawah bimbingan pelatih profesional dan berpengalaman. Coke Kicks diwujudkan
sebagai komitmen kepedulian CCAI untuk menggali dan mengembangkan bakat
serta potensi generasi muda bangsa dalam dunia sepakbola, dengan harapan
mereka bisa menjadi bibit unggul di tingkat nasional, bahkan dunia, dan dapat
mengharumkan nama bangsa di kemudian hari.”
Program ini dilaksakan di Cibitung, Bandung, Pasuruan, Surabaya,
Bawen, Magelang, Semarang, Solo, Medan, Banda Aceh, Riau, Lampung,
Balikpapan, Padang, Palembang, dan Bali. Dan Makassar, Lombok, Jayapura,
Ambon, dan Sorong.
Aktivitas dari program pengembangan masyarakat dapat diwujudkan
perusahaan yang ada dan memanfaatkan tenaga ahli yang dimiliki oleh komunitas
lokal. Salah satu prinsip yang membuat masyarakat mandiri dan mampu
menetukan keinginan mereka sendiri. Sebagai kegiatan yang mengarah pada
investasi sosial, kegiatan berdimensi sumbangan yang ditunjukan untuk investasi
sosial mensyaratkan adanya evaluas yang mengkaji pencapaian hasil-hasilnya.
Tumbuhnya modal sosial dalam masyarakat akan selaras dengan penciptaan
kepercayaan perusahaan (Soemanto 2007). Berdasarkan uraian diatas, peneliti
tertarik untuk meneliti dengan judul " Pengaruh Implementasi CSR pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Dalam Pengembangan Masyarakat.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Implementasi CSR
yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Berpengaruh
Signifikan terhadap Pengembangan Masyarakat.”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui dan
menganalisis bagaimana Implementasi CSR yang dilakukan oleh PT.
Coca-Cola Bottling Indonesia Berpengaruh Signifikan terhadap Pengembangan
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang
bermanfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun yang terkait dengan
masalah CSR, khususnya kepada:
1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan di dalam kegiatan impelmentasi CSR,
sehinggga dapat memperhatikan terhadap Pengembangan Masyarakat, agar
dapat berpengaruh lebih baik.
2. Kalangan non-akademisi khususnya masyarakat, pemerintah dan swasta dapat
bermanfaat sebagai sebuah bahan pertimbangan dalam penerapan CSR yang
berbasiskan pengembangan masyarakat.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya peneliti
selanjutya mengenai Pengembangan Masyarakat melalui kegiatan
impelmentasi CSR pada perusahaan.
4. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai CSR dalam rangka
pengembangan masyarakat
5. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk menambah dan
meningkatkan cara berpikir positif serta mengembangkan kemampuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.1.1 Sejarah dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR yang kini kian marak diimplementasikan berbagai macam
perusahaan, mengalami evolusi dan metamorphosis dalam rentang waktu yang
cukup lama. Konsep ini tidak lahir begitu saja, akan tetapi melewati berbagai
macam tahapan terlebih dahulu.
Gema CSR mulai terasa pada tahun 1950-an. Pada saat itu, persoalan
kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan
perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Buku yang bertajuk Social
Responsibility of the Businessman karya Howard R.Bowen yang ditulis pada
tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR.
Bowen dijuluki “Bapak CSR” karena karyanya tersebut. Setelah itu, gema CSR
diramaikan dengan terbitnya “Silent Spring” yang ditulis oleh Rachel Carson, ia
mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa betapa mematikannya pestisida
bagi lingkungan dan kehidupan. Tingkah laku perusahaan perlu dicermati terlebih
dahulu sebelum berdampak menuju kehancuran. Sejak itu, perhatian terhadap
permasalahan lingkungan semakin berkembang dan mendapat perhatian yang
luas. Pemikiran mengenai CSR dibahas lagi pada tahun 1966 dalam “The Future
Capitalism” yang ditulis Lester Thurow, dilanjutkan pada tahun 1970-an terbitlah
tergabung dalm Club of Rome, buku ini terus diperbaharui hingga saat ini
(Wibisono, 2007).
Menurut Wibisono (2007), sejalan dengan bergulirnya wacana tentang
kepedulian lingkungan kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang
dalam kemasan Philanthropy serta Community Development (CD). Pada era
1980an makin banyak perusahaan menggeser konsep Philanthropy kearah
Community Development. Pada dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang
diwarnai dengan beraneka ragam pendekatan, seperti pendekatan integral,
pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil society. Pada tataran global,
tahun 1992 diselenggarakan KTT Bumi di Rio de Jenario Brazil, pertemuan ini
menegaskan konsep pembangana berkelanjutan (Sustinable Development) yang
didasarkan pada perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan
sosial sebagai hal yang mesti dilakukan.
Terobosan terbesar CSR dilakukan oleh John Elkington melalui konsep
“3P” (Profit, People dan Planet) yang dituangkan dalm buku Cannibals With
Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business pada tahun 1998. Gaung
CSR kian bergema setelah dselenggarakannnya World Summit on Sustainable
Development (WSSD) pada tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan. Sejak
saat itulah definisi CSR kian berkembang.
Definisi CSR telah banyak dikemukakan berbagai pihak. Konsep CSR
yang banyak dijadikan rujukan oleh berbagai pihak sebagaimana yang
dikemukakan oleh Teguh S. Pambudi dalam tulisannya di majalah SWA edisi
Menurutnya CSR adalah segitiga kehidupan stakeholder yang harus diberi atensi
oleh korporasi di tengah upayanya mengejar keuntungan atau profit, yaitu
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Hubungan itu diilustrasikan dalam bentuk
segitiga.
Sejalan dengan itu, Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai
tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang
mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Sementara Nursahid (2006)
mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis
terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik
secara langsung ataupun tidak langsung dari operasi perusahaan. Sukada, dkk
(2006) mendefinisikan CSR sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan
entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar pilar
ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan
memaksimumkan dampak positif di setiap pilar. Sementara itu, The World
Business Council for Sustainable Development (WBCSD) menjelaskan bahwa
CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak etis, beroperasi
secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan
peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga
peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas.
CSR merupakan sebuah kesepakatan dari The World Bussiness Council for
2002 yang ditujukan untuk mendorong seluruh perusahaan dunia dalam rangka
terciptanya suatu pembangunan berkelanjutan (sustainable development), bekerja
dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal dan
komunitas secara keseluruhan dalam peningkatan kualitas hidup. Sanka dan
Clement (2002) dalam Rudito dan Famiola (2007) mendefinisikan CSR sebagai
komitmen usaha untuk bertindak etis, beroperasi legal dan berkontribusi untuk
peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari
karyawan dan keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara lebih luas.
Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kemampuan
manusia sebagai individu untuk beradaptasi dengan keadaan sosial yang ada,
menikmati, memanfaatkan dan memelihara lingkungan hidup yang ada.
Definisi CSR menurut berbagai organisasi ( Wikipedia 2008) :
1. International Finance Corporation mendefinisikan CSR sebagai
komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan
ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga
mereka, komunitas lokal, dan masyarakat luas untuk meningkatkan
kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun
pembangunan.
2. Institute of chartered accountant England and Wales mendefinisikan CSR
sebagai jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu
memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya
3. CSR menurut Canadian Government adalah sebuah kegiatan usaha yang
mengintegrasikan ekonomi, lingkungan, dan sosial ke dalam nilai, budaya,
pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan
secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat
yang sehat dan berkembang.
4. Menurut European Commision, CSR merupakan sebuah konsep
perusahaan yang mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan
lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan
para pemangku kepentingan (stakeholder) berdasarkan prinsip
kesukarelaan.
5. CSR Asia mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk
beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip eknomi, sosial dan
lingkungan serta menyebabkan beragaman kepentingan para stakeholder.
Selain itu, ISO 260000 mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab
sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan
kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan
berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan
pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma
perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.
Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan
kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak
social (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan. Sementara Nursahid (2006) mendefinisikan CSR sebagai tanggung
jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi
stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung dari
operasi perusahaan.
Istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an. Elkington (1998)
mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni
economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas the
World Commision on Environment and Development ( WCED ) dalam
Brundtland Report (1987). Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus, yaitu :
3P ( profit, planet, people). Perusahaan yang baik tidak hanya mencari
keuntungan (profit) belaka, melainkan perusahaan harus memiliki kepedulian pula
terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh United States-based Business for
Social Responsibility (BSR), banyak sekali keuntungan yang didapatkan oleh
perusahaan yang telah mempraktekkan CSR antara lain:
1. Meningkatkan brand image dan reputasi perusahaan
CSR dapat membuat perusahaan menjadi lebih dikenal oleh masyarakat
sehingga reputasi perusahaan juga akan meningkat apabila perusahaan
melaksanakan progaram tersebut dengan sebaik – baiknya
2. Meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan.
Apabila program CSR dilakukan dengan baik oleh perusahaan maka para
mengetahui kualitas tetapi juga tujuan baik perusahaan.
3. Mengurangi biaya operasional
Dengan adanya CSR perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan anggaran untuk
biaya promosi, karena produk atau perusahaan pasti akan menjadi lebih dikenal
oleh masyarakat. Dengan demikian biaya operasional
4. Meningkatkan kinerja keuangan.
Dengan adanya CSR diharapkan laba perusahaan akan lebih meningkat karena
penjualan juga akan meningkat. Dengan demikian kinerja keuangan dari
perusahaan tersebut secara otomatis akan meningkat pula.
Program CSR, apabila dikembangkan dengan baik akan menciptakan
suatu kaitan emosional antara masyarakat dengan perusahaan yang nantinya akan
berdampak pada brand awareness, dan lama-kelamaan akan berkembang menjadi
brand loyalty yang akan menciptakan ekuitas merek yang menguntungkan bagi
perusahaan (Sen, 2005:37 dalam Anggraini, 2008).
Wibisono (2007) menjelaskan bahwa penerapan CSR yang dilakukan
perusahaan dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap perencanaa,
implementasi, evaluasi, dan pelaporan. Tanggung jawab sosial yang dilakukan
oleh perusahaan di bagi menjadi 3 model, yaitu keterlibatan langsung, melalui
yayasan atau organisasi sosial perusahaan, dan bermitra dengan pihak lain.
Adapun bentuknya sebagai berikut :
1. Grant (hibah) : bantuan dana tanpa ikatan yang di berikan oleh perusahaan
untuk membangun investasi sosial.
yang dianggap berjasa bagi masyarakat banyak dan lingkungan usahanya.
Biasanya penghargaan dalam bentuk sertifikat dan sejumlah uang kepada
perorangan atau institusi atau panti yang diselenggarakan secara
berkelanjutan dan dalam waktu tertentu.
3. Dana Komunikasi Lokal (community Funds) : bantuan dana atau dalam
bentuk lain bagi komunitas untuk meningkatkan kualitas di bidangnya secara
berkesinambungan.
4. Bantuan subsidi (social subsidies) : bantuan dana atau bentuk lainnya bagi
sasaran yang berhak meningkatkan kinerja secara berkelanjutan seperti
pemberian bantuan dana buruh lokal atau modal usaha kecil satu kawasan.
5. Bantuan pendanaan jaringan teknis bagi sasaran yang berhak untuk
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sehingga mampu meningkatkan
produktivitas.Misalnya, bantuan teknis untuk usaha kecil atau mikro.
6. Penyediaan pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, hukum, taman
bermain, panti asuhan, beasiswa, dan berbagi pelayanan sosial lainnya bagi
masyarakat.
7. Bantuan kredit usaha kecil dengan bunga rendah bagi rumah tangga, baik
masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan maupun masyarakat pada
umumnya.
8. Program bina lingkungan melalui pengembangan masyarakat.
9. Penyediaan kompensasi sosial bagi masyarakat yang menjadi korban polusi
2.1.2 Sasaran Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Implementasi CSR dilakukan sedemikian rupa secara sistematis,
terstruktur dan periodik Tujuan CSR senantiasa mengedepankan persoalan-
persoalan vital yang dihadapi masyarakat dalam peningkatan kesejahteraannya,
antara lain bidang agama, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Tujuan tersebut
dapat dilaksanakan berdasarkan visi dan misi perusahaan. Berdasarkan tujuan-
tujuan CSR tersebut, implementasi CSR perusahaan akan mengikuti arah dari
kepentingan perusahaan di tengah-tengah komunitas lingkungan hidup
masyarakat. Tujuan-tujuan CSR tersebut seperti tujuan dalam kerangka tanggung
jawab pendidikan, ekonomi, moral, filantropi (kedermawanan) dan tujuan dalam
tanggung jawab hukum. yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan
dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan
kepedulian terhadap lingkungan. Masalah seperti perusakan lingkungan,
perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan
ketidak nyamanan ataupun bahaya bagi karyawan dan masyarakat.
PT Coca-Cola Bottling Indonesia memiliki komitmen untuk senantiasa
memahami, mencegah dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap
lingkungan sehubungan dengan kegiatan produksi minuman ringan, serta terus
berupaya memberikan pelayanan dan produk berkualitas yang diharapkan
konsumen maupun pelanggan, dan menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi
seluruh karyawan.
Seluruh karyawan PT Coca-Cola Botting Indonesia dan setiap orang yang
memainkan peranan penting dalam menerapkan kebijakan Perusahaan di bidang
perlindungan lingkungan ini. Untuk itulah maka kita berupaya membekali para
karyawan agar mampu melibatkan diri mereka sepenuhnya.
PT Coca-Cola Botting Indonesia akan memperhatikan:
1. Berusaha sebaik mungkin mencapai kinerja di bidang perlindungan
lingkungan dengan memenuhi persyaratan dari dan Peraturan Perundangan
yang berlaku;
2. senantiasa memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan dalam
menyusun Business Plan (Perencanaan Bisnis) untuk memastikan bahwa
pengelolaan masalah lingkungan selalu menjadi bagian yang integral dari
Operasi Perusahaan.
3. Menerapkan dan mempertahankan sistem manajemen lingkungan terprogram,
serta terus menerus menyempurnakan dan meninjaunya agar senantiasa
sejalan dengan operasi perusahaan.
4. Mendorong dan membekali karyawan agar mampu mengenali, memahami
dan bertindak pada setiap peluang yang ada untuk mencegah dan
memperkecil setiap dampak negatif yang berpotensi menimbulkan masalah
lingkungan;
5. Mengembangkan dan menerapkan cara-cara meningkatkan efisiensi
pemakaian sumber daya, termasuk energi, bahan kimia, air, kemasan dan
bahan baku lainnya.
6. Medapat mungkin mencegah, mengurangi, menggunakan kembali dan
menjamin prosedur pembuangan limbah tersebut dengan cara yang aman dan
berdampak yang seminimal mungkin.
2.1.3 Isu Sosial Perusahaan
Isu-isu sosial akan terus berkembang seiring dengan dinamika yang terjadi
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Isu-isu sosial tersebut berkembang
sebagai wujud dari adanya perubahan dalam cara pandang hidup masyarakat yang
harus segera direspon oleh perusahaan. Ketidakmampuan perusahaan dalam
menangkap isu sosial yang berkembang di masyarakat akan berdampak pada
bentrokan yang terjadi di tengah-tengah komunitas kehidupan sosial masyarakat.
Apalagi dalam suasana krisis ekonomi dunia yang sedang terjadi, persoalan
perburuhan, komunikasi pemerintah dan perusahaan, bahkan hubungan pekerja di
dalam perusahaan sendiri akan dapat terganggu dari mencuatnya isu sosial dalam
masyarakat. Dalam hal ini menurut Giddens ( dalam Mapisangka 2009) dampak
dari globalisasi yang terjadi tidak hanya mempunyai dimensi ekonomi saja akan
tetapi juga mempunyai dimensi politik, teknologi, dan budaya. Pemikiran tersebut
juga akan mempengaruhi cara berpikir kalangan usahawan dalam memandang
strategi usahanya. Perusahaan tidak lagi dipandang sebagai bagian luar dari
masyarakat tetapi perusahaan sudah merupakan bagian dari masyarakat.
Adanya keterbatasan kemampuan pengusaha di sektor informal
(pengusaha mikro) dalam mengelola usahanya mendorong Coca-Cola Bottling
Indonesia mewujudkan kepedulian sosialnya dengan memprakarsai program
ekonomi kemasyarakatan berbentuk program pengembangan usaha mikro (
pendidikan bagi kelompok usaha ekonomi lemah ini diluncurkan pada Juli 2003
lalu dan memiliki dua elemen pokok bantuan.
Pertama, bantuan teknis (technical assistance) pengembangan dan
pendampingan usaha mikro yang didukung sepenuhnya oleh Coca-Cola selama
satu tahun. Pendampingan ini dimaksudkan untuk memberdayakan anggota
kelompok, meningkatkan jumlah tabungan atas kesadaran sendiri, serta
mengembangkan kegiatan usaha produktif anggota dan pengembangan jaringan
usaha.
Kedua, akses terhadap modal kerja yang diberikan oleh lembaga
pembiayaan independen atau bank (diluar Coca-Cola). Pelayanan keuangan mikro
seperti ini diberikan hanya bagi mereka yang memenuhi kriteria ketat, antara lain:
secara rutin memiliki kesadaran berkelompok dan berkembang dalam kelompok,
secara rutin dan tepat waktu menabung, serta berdomisili tetap. Dalam
melaksanakan dua pelayanan tersebut, Coca-Cola bekerjasama dengan Lembaga
Swadaya Masyarakat "Bina Swadaya", sebuah lembaga nirlaba yang
berpengalaman dalam mengelola program sejenis di berbagai daerah di Indonesia.
rogram ini telah berhasil dikembangkan di Kecamatan Cikarang Barat,
Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat, dan kini telah melayani lebih dari 320
orang pengusaha mikro. Menurut rencana, program serupa akan dikembangkan
tahun ini di Propinsi Jawa Timur.
2.1.4 Hubungan Program Perusahaan
Implementasi program CSR merupakan realisasi dan aktualisasi dari upaya
(dikutip oleh Mapisangka, 2009) CSR pada dasarnya merupakan suatu elemen
yang penting dalam kerangka sustainability yang mencakup aspek ekonomi,
lingkungan dan sosial budaya yang merupakan proses penting dalam pengelolaan
biaya dan keuntungan bisnis dengan stakeholder baik secara internal maupun
eksternal.
Komitmen sosial Coca-Cola Bottling Indonesia juga diwujudkan melalui
berbagai kegiatan sosial lainnya yang dilakukan bagi masyarakat di sekitar pabrik
dan kantor-kantor penjualannya di berbagai daerah di Indonesia. Keinginan
untuk membantu meringankan beban hidup sesama, menyantuni yang kurang
mampu, dan harapan untuk menjadi anggota masyarakat yang baik, menjadi latar
belakang dilaksanakannya berbagai kegiatan sosial, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat.
Untuk memfokuskan bantuannya, Coca-Cola memfokuskan pada tujuh
bidang utama, yaitu: pendidikan, lingkungan, bantuan atas pembangunan
infrastruktur publik, event-event nasional dari berbagai organisasi kepemudaan
dan pemerintah, kebudayaan, kesehatan dan olahraga, dan bantuan bagi korban
bencana alam.
Dibidang pendidikan, misalnya, selain melalui Coca-Cola Foundation
Indonesia, Coca-Cola Bottling Indonesia memberikan bantuan beasiswa bagi
banyak pelajar Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi. Setiap tahun Coca-Cola
Research Grant juga memberikan bea siswa penelitian bagi mahasiswa S2 dan S3
2.2 Konsep Pengembangan Masyarakat
2.2.1 Komunitas sebagai Basis Pemberdayaan Masyarakat
Komunitas menurut Nasdian (2006) adalah suatu wilayah kehidupan sosial
yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu. Dalam aktivitas suatu
komunitas dicirikan dengan pertisipasi dan keterlibatan langsung anggota
komunitas dalam kegiatan tersebut, dimana semua usaha swadaya masyarakat
diintegrasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat untuk meningkatkan taraf
hidup, dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri,
serta pembentukan pelayanan teknis, sifat berswadaya dan kegotongroyongan
sehingga proses pembangunan berjalan efektif.
Secara umum, Syahyuti (2006) mendefinisikan komunitas (community)
sebagai sekelompok orang yang hidup bersama pada lokasi yang sama, sehingga
mereka telah berkembang menjadi sebuah “kelompok hidup” (group lives) yang
diikat oleh kesamaan kepentingan (common interests).
2.2.2 Definisi Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah salah satu pendekatan yang harus
menjadi prinsip utama bagi seluruh unit-unit kepemerintahan maupun pihak
korporasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan
sosial (Ambaddar, 2008). Pengembangan masyarakat menurut Giarci (2001)
dalam Subejo dan Supriyanto (2004) adalah suatu hal yang memiliki pusat
perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk
tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka
dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini
berlangsung dengan dukungan collective action dan networking yang
dikembangkan masyarakat. Sejalan dengan itu, Payne (1995:165) dalam Ambadar
(2008) menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap
upaya membantu anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk
bekerja sama, dengan mengidentifikasikan kebutuhan bersama dan kemudian
melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan persinggungan dan saling menggantikannya pengertian
community development dan community empowerment, secara sederhana, Subejo
dan Supriyanto (2004) memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang
disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective
action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan
kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Sementara itu Ambadar (2008),
menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat merupakan sebuah aktualisasi dari
CSR yang lebih bermakna daripada sekedar aktivitas charity ataupun tujuh
dimensi CSR lainnya, antara lain community relation. Hal ini disebabkan
pelaksanaan pengembangan masyarakat terdapat kolaborasi kepentingan bersama
antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan
keberlanjutan.
Budimanta dalam Rudito,dkk (2003) mendefinisikan pengembangan
masyarakat sebagai kegiatan yang diarahkan untuk memperbesar akses
apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya, sehingga
masyarakat di tempat tersebut diharapkan dapat menjadi lebih mandiri dengan
kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik.
2.2.3 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat
Menurut Ife (1995), pengembangan masyarakat sebagai perencanaan
sosial perlu berlandaskan pada asas-asas, yaitu: komunitas dilibatkan dalam setiap
proses pengambilan keputusan, mensinergikan strategi komprehensif pemerintah,
pihak-pihak terkait dan partisipasi warga, membuka akses warga atas bantuan
profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi
warga, dan mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan,
perhatian dan gagasan warga komunitas.
Ife (2002) membagi prinsip-prinsip Community Development dalam tiga
bagian penting, yaitu ekologi, keadilan sosial, nilai-nilai lokal, proses, serta
global-lokal, secara rinci dikemukakan sebagai berikut:
a. Prinsip ekologis, ada beberapa prinsip dalam kaitannya dengan masalah
ekologi, yaitu :
1) Holistik, di mana prinsip ini melandaskan pada falsafah yang
berorientasikan pada lingkungan dengan memperhatikan pada kehidupan
dan alam atau lingkungan.
2) Keberlanjutan, dalam konteks ini pembangunan masyarakat ditujukan
pada upaya meminimalkan ketergantungan terhadap sumberdaya alam
yang tidak terbarukan dan menggantikan dengan sumberdaya alam yang
3) Keanekaragaman, merupakan salah satu aspek penting prinsi ekologis, di
mana di alam keanekaragaman akan menjaga siklus kehidupan. Pada
pembangunan masyarakat prinsip dalam ini menekankan penghargaan
terhadap nilai-nilai perbedaan, tidak adanya jawaban tunggal terhadap
permasalahan yang ada, desentralisasi, jejaring dan komunikasi yang
setara, serta teknologi yang mudah untuk diterapkan pada tingkat yang
rendah.
4) Pembangunan organis, pada dasarnya pembangunan organis menjadi
konsep yang berlawanan dengan pembangunan yang sifatnya mekanistis.
Dalam pembangunan masyarakat mengandung pengertian bahwa terdapat
hubungan yang kompleks antara warga masyarakat dan lingkungannya.
Oleh karena itu, tidak dianjurkan dengan teknik yang sifatnya sederhana,
akan tetapi melalui proses yang kompleks dan dinamis.
5) Keseimbangan, di alam keseimbangan dinamis akan menjaga
keseimbangan alam secara keseluruhan, di mana merubah keseimbangan
ini akan mengubah tatanan kehidupan. Dalam sebuah sistem, kehilangan
keseimbangan akan menimbulkan resiko kegagalan lingkungan, dalam
perspektif pembangunan masyarakat prinsip keseimbangan diarahkan pada
keseimbangan antara kepentingan global dan lokal, keadilan gender,
responsibilitas, dan keadilan dalam hukum.
b. Prinsip keadilan sosial
1) Menghilangkan ketimpangan struktural, pembangunan masyarakat harus
dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi masyarakat, untuk itulah
harus dipahami betul tentang komplesitas tekanan terhadap kelas, gender,
ras, dan harus kritis terhadap latar belakang kelas, gender, dan ras.
2) Memusatkan perhatian pada wacana yang merugikan (Addressing
discourses of disadvantage). Wacana kekuasaan dan penindasan perlu
menjadi perhatian dalam community development. Worker perlu untuk
memiliki kemampuan mengidentifikasi dan menguraikan wacana
kekuasaan dan untuk memahami bagaimana wacana tersebut secara efektif
mengistimewakan dan memberdayakan sebagian orang, sekaligus juga
memarginalkan dan mentidakberdayakan sebagian orang yang lainnya.
Penguraian wacana ini merupakan komponen kritis dalam prinsip
meningkatkan kesadaran.
3) Pemberdayaan, konsep ini menjadi basis utama dalam pembangunan
masyarakat. Pemberdayaan mempunyai makna membangkitkan
sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan ketrampilan mereka untuk
meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan mereka. Konsep
utama yang terkandung di dalamnya adalah bagaimana memberikan
kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah
kehidupan dalam komunitasnya.
4) Mendefiniskan kebutuhan, prinsip ini sangat penting dalam menentukan
prioritas kebutuhan pembangunan masyarakat. Ada dua hal dalam
penentuan kebutuhan, (1) pembangunan masyarakat dilakukan atas dasar
ditimbulkannya dan memperhatikan prinsip keadilan sosial dan
keseimbangan ekologis.
5) Menjunjung tinggi hak asasi manusia, dalam hal ini perlu adanya aturan
yang memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap hak asasi
manusia, seperti hak mendapatkan pendidikan, hak untuk berpartisipasi
dalam kehidupan kultural komunitasnya, hak untuk berkembang secara
mandiri, dan hak untuk mendapatkan perlindungan keluarga.
6) Menghargai Nilai-nilai lokal
7) Pengetahuan lokal, prinsip ini mendasarkan pada pentingnya untuk
memperhatikan pengetahuan lokal dalam pembangunan masyarakat,
dimana masyarakat sampai dengan kelas bawah mampu mengidentifikasi
dan melakukan validasi tentang pengetahuan tersebut.
8) Budaya lokal, globalisasi budaya telah mengambil identitas budaya
masyarakat di seluruh dunia, bahwa budaya lokal dapat menunjukkan
kemampuannya dalam mendukung pembangunan masyarakat, ini
mengingat ternyata budaya lokal tidaklah statis namun dinamis, bahkan
prinsip ini sesuai dengan hak asasi manusia, inklusif, berkelanjutan, dan
juga diarahkan oleh masyarakat dalam konteks pembangunan yang
berkelanjutan.
9) Sumberdaya lokal, pemanfaat sumberdaya lokal lebih baik daripada
menggunakan sumberdaya atau bantuan dari pihak luar. Penggunaan ini
akan dapat mendorong bermacam-macam cara dalam pembangunan
masyarakat (ada keanekaragaman bentuk pembangunan masyarakat).
10)Ketrampilan lokal, dalam pembangunan masyarakat, ”pihak luar” harus
mengetahui ada ketrampilan lokal yang dapat dimanfaatkan,
memaksimalkan ketrampilan lokal lebih baik dalam pembangunan
masyarakat. Untuk itulah dalam melakukan pembangunan masyarakat,
harus berjalan secara dua arah antara pihak luar dan masyarakat.
11)Menghargai proses lokal, pemaksaan solusi spesifik, struktur atau proses
dari luar komunitas, jarang dapat bekerja. Ini menjadi salah satu
rasionalitas dari community development, bahwa segala sesuatu tidak dapat
bekerja dengan baik jika dipaksakan dari luar komunitas. Oleh karena itu,
pendekatan community development tidak dapat dipaksakan, tetapi harus
terbangun dengan sendirinya dalam komunitas, dengan cara yang sesuai
dengan konteks spesifik dan sensitif terhadap kebudayaan masyarakat
lokal, tradisi dan lingkungan.
c. Menghargai Nilai-nilai lokal
1) Pengetahuan lokal, prinsip ini mendasarkan pada pentingnya untuk
memperhatikan pengetahuan lokal dalam pembangunan masyarakat,
dimana masyarakat sampai dengan kelas bawah mampu mengidentifikasi
dan melakukan validasi tentang pengetahuan tersebut.
2) Budaya lokal, globalisasi budaya telah mengambil identitas budaya
masyarakat di seluruh dunia, bahwa budaya lokal dapat menunjukkan
mengingat ternyata budaya lokal tidaklah statis namun dinamis, bahkan
prinsip ini sesuai dengan hak asasi manusia, inklusif, berkelanjutan, dan
juga diarahkan oleh masyarakat dalam konteks pembangunan yang
berkelanjutan.
3) Sumberdaya lokal, pemanfaat sumberdaya lokal lebih baik daripada
menggunakan sumberdaya atau bantuan dari pihak luar. Penggunaan ini
mencakup seluruh bentuk, meliputi keuangan, teknis, sumberdaya alam
akan dapat mendorong bermacam-macam cara dalam pembangunan
masyarakat (ada keanekaragaman bentuk pembangunan masyarakat).
4) Ketrampilan lokal, dalam pembangunan masyarakat, ”pihak luar” harus
mengetahui ada ketrampilan lokal yang dapat dimanfaatkan,
memaksimalkan ketrampilan lokal lebih baik dalam pembangunan
masyarakat. Untuk itulah dalam melakukan pembangunan masyarakat,
harus berjalan secara dua arah antara pihak luar dan masyarakat.
5) Menghargai proses lokal, pemaksaan solusi spesifik, struktur atau proses
dari luar komunitas, jarang dapat bekerja. Ini menjadi salah satu
rasionalitas dari community development, bahwa segala sesuatu tidak dapat
bekerja dengan baik jika dipaksakan dari luar komunitas. Oleh karena itu,
pendekatan community development tidak dapat dipaksakan, tetapi harus
terbangun dengan sendirinya dalam komunitas, dengan cara yang sesuai
dengan konteks spesifik dan sensitif terhadap kebudayaan masyarakat
d. Proses
1) Proses, hasil, dan visi. Penekanan pada proses dan hasil menjadi isu utama
dalam pembangunan masyarakat. Pendekatan pragmatis cenderung akan
melihat hasil, sehingga bagaimana upaya untuk memperoleh hasil tersebut
tidaklah begitu penting. Namun pendapat ini ditentang oleh banyak pihak,
karena proses dan hasil pada hakekatnya merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Proses pada dasarnya harus merefleksikan hasil, demikian juga
hasil juga merupakan refleksi dari proses. Dalam konteks ini, moral dan
etika dalam memperoleh hasil akan menjadi pusat perhatian.
2) Keterpaduan proses, proses yang digunakan untuk mencapai tujuan harus
disesuaikan dengn hasil yang diharapkan, perihal keberlanjutan dan
keadilan sosial.
3) Peningkatan kesadaran, prinsip ini membantu anggota masyarakat dalam
melakukan pencarian potensi dalam kehidupan dan menghubungkan
dengan struktur yang ada dan mendiskursus kekuatan dan tekanan. Ada
empat aspek atau tahap, yaitu menghubungkan anggota masyarakat dan
politik, membangunan hubungan dialogis, berbagi pengalaman dalam
menghadapi tekanan, dan membuka kesempatan untuk aksi. Prinsip ini
merupakan bagian penting dalam pemberdayaan dan juga pembangunan
masyarakat.
4) Partisipasi, pembangunan masyarakat harus selalu melihat partisipasi
maksimal dengan tujuan setiap anggota masyarakat dapat secara aktif
5) Kooperasi dan konsensus, problematika yang ada di masyarakat harus
dihadapi oleh seluruh anggota secara bersama-sama dengan mendapatkan
persetujuan dari seluruh anggota masyarakat.
6) Tahapan pembangunan, pembangunan masyarakat dilakukan secara
bertahap dalam jangka waktu yang lama, hal ini disebabkan ia lebih
mengutamakan keaktifan dan partisipasi anggota masyarakat.
7) Perdamaian dan anti kekerasan, pada konteks ini pembangunan
masyarakat menghendaki sebuah proses pendekatan yang anti kekerasan.
Oleh karena itu, pendekatan yang bersifat koersif ataupun pendekatan
dengan tekanan terhadap sesama merupakan hal yang harus dihindari.
8) Inklusif, aplikasi prinsip inklusif dalam pembangunan masyarakat
membutuhkan proses adanya keterlibatan masyarakat untuk mengambil
bagian dalam proses pelaksanaan pembangunan. Proses pembangunan
haruslah bersifat terbuka dan menjaring aspirasi dari seluruh warga
masyarakat, bahkan sampai kelompok paling bawah.
9) Membangun komunitas, semua pembangunan masyarakat seharusnya
bertujuan untuk membangun komunitas. Pembangunan masyarakat
meliputi semua interaksi sosial dengan komunitas dan membantu mereka
untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi jalan untuk menuju dialog
yang murni, pemahaman, dan aksi sosial.
e. Prinsip global dan lokal
1) Hubungan antara global dan lokal, saat ini seluruh dunia tidak bisa
mengabaikan isu-isu global tentang pembangunan dan lingkungan hidup,
namun juga lokalitas menjadi fokus dalam pembangunan. Gerakan global
akan berdampak pada seluruh komunitas dan memberikan kontribusi
dalam permasalahan dan isu-isu yang dihadapi oleh masyarakat. Sehingga,
setiap community worker harus bisa memahami kondisi global dengan
baik sebagaimana dia memahami kondisi lokal, serta bagaimana keduanya
berinteraksi.
2) Praktik Anti Penjajah (Anti-colonialist practice), Penjajahan
(kolonialisme) dapat mempengaruhi community worker di segala situasi.
Penjajahan dapat menjadi suatu ideologi ekstrim yang menggiurkan,
karena hanya dengan tahapan yang pendek dengan mempercayai bahwa
community worker adalah seseorang yang mempunyai sesuatu untuk
ditawarkan, dan dengan menghargai satu latar belakang kebudayaan yang
dimiliki dan pengalaman praktik menjajah. Ini akan mengabadikan
dominansi penjajah.
2.2.4 Tujuan Pengembangan Masyarakat
Menurut Budimanta dalam Rudito, dkk (2003), pengembangan
masyarakat suatu perusahaan terhadap lingkunganya memiliki tujuan. Tujuan
pengembangan masyarakat suatu perusahaan, yaitu:
1. Mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah terutama
pada tingkat desa dan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosialekonomi-
budaya yang lebih baik disekitar wilayah kegiatan perusahaan.
3. Membantu pemerintah daerah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan
pengembangan ekonomi wilayah.
2.2.5 Strategi Pengembangan Masyarakat
Dalam melaksanakan suatu program pengembangan masyarakat terdapat
berbagai macam strategi pengembangan masyarakat. Chin dan Benne (1961)
dalam Nasdian (2006) memperkenalkan tiga strategi yang dapat dijadikan strategi
pengembangan masyarakat, yaitu rational-empirical, normative-reeducative, dan
power-coersive. Penjelasan ketiga strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Power coercive (strategi pemaksaan). Strategi ini cenderung memaksakan
kehendak dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta
situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan dilaksanakan, sedangkan
pelaksanaan yang sebenarnya objek utama dari inovasi itu sendiri sama sekali
tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksaannya.
2. Rational Empirical (empirik rasional). Strategi ini didasarkan atas pandangan
yang optimistik karena strategi ini mempunyai asumsi dasar bahwa manusia
mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka akan
bertindak secara rasional. Inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya
dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat
dengan penggunanya.
3. Normatif Re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif). Suatu
strategi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan seperti Sigmund
Freud, John Dewey, Kurt Lewis, dan beberapa pakar yang menekankan
sikap, skill, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia. Kecenderungan
pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan pada proses
mendidik dibandingkan hasil perubahan itu sendiri.
2.2.6 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat
Peran serta masyarakat selama ini hanya dilihat dalam konteks yang
sempit, yaitu manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi
biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat hanya sebatas
pada implementasi atau penerapan program; masyarakat tidak dikembangkan
dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang
sudah diambil “pihak luar”. Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan
tidak memiliki “kesadaran kritis” (Nasdian, 2006). Payne (1979) dalam Nasdian
(2006) menjelaskan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien
memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek
hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia
miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.
Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka
sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Sementara itu, Paul
(1987) dalam Nasdian (2006) memberikan pengertian mengenai partisipasi
“...participation refers to an active process whereby beneficiaries
influence the direction and execution of development projects rather than
mercly receive a share of project benefits”.
Pengertian di atas melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap
pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi
(Cohen dan Uphoff, 1980 dalam Nasdian, 2006). Melihat berbagai pendapat yang
ada mengenai pemberdayaan dan partisipasi, maka pemberdayaan dan partisipasi
di tingkat komunitas dapat dikatakan dua konsep yang erat kaitannya (Nasdian,
2006). Pendapat ini sejalan dengan Craig dan Mayo (1995) dalam Nasdian
(2006), yaitu: “empowerment is road to participation”.
2.2.7 Tingkat Partisipasi
Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009)menjelaskan ada delapan tangga
partisipasi masyarakat yang kemudian dikenal dengan tipologi Arnstein. Delapan
tingkat partisipasi masyarakat menurut Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009)
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1
Tingkat Partisipasi Masyarakat
8 Citizen control Degree of citizen power 7 Delegated power
6 Partnership
5 Placation Degree of tokenism
4 Consultation 3 Information
2 Therapy Non participation
1 Manipulation
Manipulation, bisa diartikan tidak ada komunikasi apalagi dialog; Therapy
hanya satu arah; Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah banyak terjadi
tetapi masih bersifat satu arah; Consultation bermakna bahwa komunikasi telah
berjalan dua arah; Placation berarti bahwa komunikasi telah berjalan baik dan
sudah ada negosiasi antara masyarakat dan pemerintah, masyarakat dapat
memberi saran tetapi tidak memiliki kewenangan menentukan keputusan
(partisipasi semu); Partnership berarti suatu kondisi pemerintah dan masyaakat
merupakan mitra sejajar; Delegated Power berarti bahwa pemerintah memberikan
kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus sendiri beberapa keperluannya;
dan Citizen Control berarti bahwa masyarkat menguasai kebijakan public mulai
dari perumusan, implementasi hingga evaluasi dan control. Dua tangga ke bawah
di kategorikan sebagai Non-partisipasi; tangga ketiga, keempat dan kelima
dikategorikan sebagai tingkat tokenism (pertanda) yaitu tingkat peran serta di
mana masyarakat di dengar dan berpendapat, tetapi tidak ada jaminan bahwa
pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang kekuasaan. Peran serta
pada tingkat ini memilki kemungkinan yang sangat kecil menghasilkan perubahan
dalam masyarakat; tiga tangga teratas dikategorikan dalam tingkat kekuasaan
masyarakat dalam mempengaruhi dan proses pengambilan keputusan (Arnstein,
1969 dalam Wazdy, 2009).
2.3 Penelitian Terdahulu
Utomo (2010) melakukan penelitian dengan judul ”
Dampak Pelaksanaan
Program
Corporate Social Responsibility
(CSR) PT. Indocement Tunggal
Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)”. Hasil dari
penelitian tersebut bahwa dampak dari program CSR PT. Indocement yang
dirasakan oleh warga Desa Nambo (khususnya penerima program) adalah
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan berusaha, serta
meningkatkan penghasilan. Alar ukur yang digunakan adalah linkert dengan
menggunakan SPSS, manfaat penelitian dapat melihat dampak yang dirasakan
masyarakat sekitar mendapatkan dampak yang tidak signifikan, populasi yang
digunakan yaitu masyarakat sekitar PT. Indocement. Namun, dampak yang
dirasakan hanya sedikit dan lebih besar kepada penerima program. Hal ini
didasarkan oleh data jumlah pengangguran yang berkurang dari program CSR
hanya lima belas orang dari 3657 orang total pengangguran.
Andi (2009) melkukan penelitian dengan judul “ Implementasi CSR
Tergadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat ”. Hasil dari penelitian tersebut bahwa
secara umum semua variabel bebas dalam penelitian ini seperti variabel
Corporate Social Responsibility Goal, Corporate Social Issue dan variabel
Corporate Relation Program berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup
masyarakat. Namun demikian diantara semua variabel bebas yang ada, hanya
variabel Corporate Relation Program yang memiliki pengaruh terbesar terhadap
peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan PT.
BIC Batam yakni dengan koefisien pengaruh sebesar 0,499. Penerapan
program-program CSR PT. BIC tersebar pada berbagai aktivitas utama seperti: pendidikan,
kesehatan, kemiskinan, sosial, agama, infrastruktur,dan lingkungan hidup.