• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSIK PENGIRING DALAM PERTUNJUKAN LUDRUK DI KABUPATEN ASAHAN (STUDI TERHADAP BENTU PENYAJIAN DAN FUNGSI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MUSIK PENGIRING DALAM PERTUNJUKAN LUDRUK DI KABUPATEN ASAHAN (STUDI TERHADAP BENTU PENYAJIAN DAN FUNGSI)."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MUSIK PENGIRING DALAM PERTUNJUKAN KESENIAN

LUDRUK DI KABUPATEN ASAHAN (STUDI TERHADAP

BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

HANNA S. PANDIA

NIM. 2113142024

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Hanna S.Pandia. NIM.2113142024. Musik Pengiring Dalam Pertunjukan Ludruk di Kabupaten Asahan (Studi Terhadap Bentu Penyajian dan Fungsi). Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian pertunjukan ludruk di Kabupaten Asahan, Fungsi musik pengiring pertunjukan ludruk, dan kegunaan instrument dalam musik Gamelan di Kabupaten Asahan.

Penelitian ini berdasarkan pada landasan teoritis yang menjelaskan pengertian bentuk penyajian, pengertian fungsi, pengertian musik, pengertian istrument musik, pengertian musik pengiring, pengertian pertunjukan ludruk.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan (Sanggar Seni Budaya Asahan) pada bulan Januari sampai Maret 2016. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah (pemimpin sanggar seni budaya Asahan), masyarakat, dan pemusik Gamelan pada pertunjukan ludruk di Kabupaten Asahan, sedangkan sampel berjumlah 7 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk penyajian pertunjukan ludruk dilaksanakan selama 1 hari. Terdapat delapan fungsi pertunjukan ludruk di Kabupaten Asahan, yaitu Fungsi kenikmatan estetika, ekspresi, hiburan, komunikasi, representasi simbolis, respon fisikal, menegakkan sesuai dengan norma-norma sosial, fungsi kontribusi terhadap kelangsungan dan stabilitas budaya,dan kontribusi terhadap integrasi masyarakat. Kegunaan istrument musik gamelan pertunjukan ludruk yaitu Bonang barung sebagai kepala utama alat melodis dalam gamelan, Saron sebagai pengisi melodi utama dalam permainan gamelan,Demung yang memiliki fungsi sama seperti saron,kendhang yang berfungsi sebagai penentu setiap ritme yang ada dalam permain gamelan, Gong yang fungsinya adalah untuk memberi tanda berakhirnya sebuah gatra dan juga untuk menandai mulainya dan berakhirnya gending.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan berkat-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “Musik Pengiring Dalam Pertunjukan Kesenian Ludruk di Kabupaten Asahan” (Studi Terhadap Bentuk Penyajian dan Fungsi)”.

Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan

kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih yang tiada terhingga

kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan,

3. Uyuni Widyastuti, M.Pd., Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa Dan

Seni Universitas Negeri Medan,

4. Dra. Pita HD Silitonga M.Pd., Sekretaris Jurusan Sendratasik FBS

Universitas Negeri Medan,

5. Dr. Pulumun P. Ginting, S.Sn., M.Sn., Ketua Prodi Pendidikan Musik dan

Pembimbing Skripsi I,

6. Mukhlis Hasbullah, M.Sn., Pembimbing Skripsi II,

7. Seluruh Dosen di Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan,

8. Para Pegawai Tata Usaha FBS Universitas Negeri Medan : Kurnia Hendra

Putra, Indri Hapsari, Dahliana, Albert Pauli Sirait, M. Abror Harahap dan

yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

9. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda J.S.Pandia dan Ibunda R.Br.Sianipar yang

selalu mendidik, memberikan kasih sayang yang tak terhingga mendukung

baik secara moril maupun materil, memberikan motivasi, semangat dan doa

(8)

10. Kakak penulis Erikawati Sinaga,Ronny Alexander Sinaga,Adik-adik penulis

Fina Emelina S.Pandia, Ayub Michael S.Pandia yang selalu memberikan

semangat kepada penulis.

11. Bapak Sampir Nosiswo yang telah memberi semangat dan memberikan

informasi kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini.

12. Teman, sahabat sekaligus kekasih penulis Peter Samuel Laturiuw yang selalu

memberikan semangat, setia mendampingi, mendengarkan dan memberikan

saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman, sahabat sekaligus orang yang sudah dianggap kakak oleh penulis

Rista Natalia,S.Pd yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Teman-teman terbaik penulis Niko Sembiring, Maria Magdalena,

Sari Marito Siregar, dan teman-teman Pendidikan Musik dan Tari Stambuk

2009, 2010, 2011 yang telah memberikan doa, motivasi untuk menyelesaikan

Skripsi ini.

15. Teman-teman PPL yang terbaik Yoseba Zega, S.Pd, Juliani Manurung,S.Pd,

Sri Rezeki,S.Pd, Sriwaty, Suci, Brema S.Pandia, Agus, Garda, Fredy Ginting,

Renold dan Mondesiy terimakasih atas doa dan motivasi kepada penulis.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang

diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

penyempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu

pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.

Medan, April 2016 Penulis,

(9)

iv A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis... 9

1. Pengertian Bentuk Penyajian ... 9

2. Teori Fungsi ... 11

3. Teori Musik ... 17

a. Ritme ... 17

b. Melodi ... 18

c. Harmoni ... 19

4. Teori Musik Pengiring ... 21

5. Pengertian Ludruk ... 22

B. Kerangka Konseptual ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

(10)

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

1. Observasi ... 29

2. Wawancara ... 29

3. Dokumentasi ... 30

4. Studi Kepustakaan ... 31

E. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Letak Geografis Kabupaten Asahan ... 34

B. Bentuk Penyajian Pertunjukan Kesenian Ludruk Di Kabupaten Asahan ... 36

C. Fungsi Musik Pengiring Dalam Pertunjukan Kesenian Ludruk Kabupaten Asahan ... 53

D. Kegunaan Instrumen Musik Dalam Pertunjukan Ludruk Di Kabupaten Asahan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

(11)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Ritme / Irama ... 18

Gambar 2. 2 Melodi ... 19

Gambar 2. 3 Harmoni ... 20

Gambar 2. 4 Bagan Kerangka Konseptual ... 24

Gambar 4. 1 Peta Kabupaten Asahan ... 34

Gambar 4. 2 Sanggar Seni Budaya Asahan ... 35

Gambar 4. 3 Penari Ngremo ... 37

Gambar 4. 4 Partitur Gamelan Tari Ngremo ... 38

Gambar 4. 5 Atraksi Bedhayan ... 37

Gambar 4.6 Partitur Tari Bedhayan ... 44

Gambar 4. 7 Pelawak pertama ... 49

Gambar 4. 8 Pelawak Kedua ... 49

Gambar 4. 9 Pelawak Ketiga ... 50

Gambar 4. 10 Dekorasi Panggung ... 53

Gambar 4. 11 Bonang Barung ... 57

Gambar 4. 12 Saron ... 58

Gambar 4. 13 Demung ... 59

Gambar 4. 14 Gendang ... 60

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan merupakan pengetahuan, ide dan hasil cipta masyarakat, hal

ini berarti kebudayaan itu beragam jenisnya. Keragaman budaya ini terjadi karena

banyaknya etnis atau suku yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Masyarakat

Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan budayanya, yang

mencerminkan bagaimana masyarakatnya. Seluruh suku bangsa dari Sabang

sampai Merauke mempunyai budaya dan tradisi yang berbeda-beda, salah satunya

adalah Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi di

Indonesia yang memiliki keanekaragaman etnik, atau suku seperti Batak Toba,

Mandailing, Nias, Karo, Melayu, Pakpak, Dairi, Simalungun, dan Jawa. Dari

masing-masing suku sudahlah pasti memiliki budaya, adat istiadat, dan tradisi,

seperti dalam bahasa, kesenian daerah, musik, dan tarian .

Keanekaragaman budaya yang ada akan menjadi hal yang menarik apabila

dapat diamati dan dikaji secara teliti. Keanekaragaman budaya ini menjadi pusat

perhatian dan menjadi ciri khas tersendiri dari tiap-tiap daerah dalam seni rupa

dan seni pertunjukkan, seperti Opera Batak yang dimiliki etnik Batak Toba,

Musik Gamelan dan Ludruk yang dimiliki suku Jawa, tarian Serampang dua belas

yang dimiliki suku Melayu dan lain sebagainya. Bahkan beberapa daerah di

Sumatera Utara seperti di Kabupaten Langkat, Kota Binjai, Kota Medan,

(13)

2

Asahan, Labuhan Batu dan Kota Tanjung Balai yang masih sering menggunakan

serta melestarikan adat dan budaya di daerah masing-masing.

Kabupaten Asahan termasuk daerah yang mayoritas suku Melayu atau

etnis Melayu yang sampai saat ini masih kental dalam tradisi serta

kebudayaannya. Tradisi dan kebudayaan yang dimiliki tersebut tumbuh dan

berkembang dipengaruhi juga oleh kesenian lain yang ada. Kabupaten Asahan

merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir pantai Sumatera Utara

terletak dipinggir pantai Selat Malaka. Kabupaten Asahan merupakan tempat yang

strategis untuk dijadikan kota persinggahan bagi masyarakat dari daerah lain yang

berpergian menggunakan jalur laut.

Tidak sedikit masyarakat dari daerah lain yang tinggal dan menetap di

Kabupaten Asahan. Hal ini menyebabkan Kabupaten Asahan memiliki keragaman

budaya dan kesenian tradisional yang lain, seperti Kesenian “Ludruk” misalnya

yang dimiliki etnis Jawa, dalam sistem kebudayaannya, Ludruk pada awalnya

merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat berasal dari Jawa Timur yang

sempat juga berkembang di Medan, Sumatera Utara, disamping Kethoprak yang

melahirkan Ketoprak Dor, khas Sumatera Utara. Secara etimologis,

kata ludruk berasal dari kata molo-molo dan gedrak-gedruk. Molo-molo berarti

mulutnya penuh dengan tembakau sugi (dan kata-kata, yang pada saat keluar

tembakau sugi) tersebut hendak dimuntahkan dan keluarlah kata-kata yang

membawakan kidung, dan dialog.

Bentuk penyajian pertunjukan ludruk : pertama, bahasa yang digunakan

(14)

3

bahasa daerah (Jawa dan Madura) dan pada lakon-lakon tertentu dialog

menggunakan bahasa Indonesia. Kedua, pemeran wanita diperankan oleh

laki-laki (tandak). Ketiga, lagu berupa kidungan (nyanyian-nyanyian) yang diiringi

gamelan (gending jula-juli), musik gamelan berlaras slendro, laras pelog atau laras

slendro dan pelog dalam satu unit. Ada empat macam kidungan yakni kidungan

tari ngremo, kidungan lawak, kidungan bedayan, dan kidungan adegan. Keempat

tari pembukaan disebut tari ngremo yang dilanjutkan dengan bedayan dan

kemudian atraksi lawak. Kelima, adegan antara babak dapat berupa tari, nyanyian

atau komik dagelan. Keenam, lakon yang dipentaskan merupakan cerita rakyat

yang sudah dikenal oleh masyarakat.

Pada periode lerok ngamen (1907-1915), bentuk ludruk masih sangat

sederhana, hal itu dapat dilihat dari kelengkapan instrumen pertunjukan. Pada

masa awal lerok ngamen, pemain hanya satu dan tidak menggunakan alat musik

pengiring dalam pertunjukannya. Demikian pula busana yang dipakai sangat

sederhana. Pada waktu itu pertunjukan ludruk hanya diiringi musik lisan atau

musik mulut. Dalam perkembangannya pemain ludruk bertambah. Seiring dengan

bertambahnya anggota, maka ada penambahan dalam bentuknya yakni masuknya

alat musik kendang dan hadirnya travesti atau wedokan, yakni peran wanita yang

diperankan oleh laki-laki dengan pakaian busana wanita, maksudnya adalah untuk

menarik penonton.

Ludruk sebagai teater rakyat mempunyai ciri-ciri: pertama, lakon yang

dipentaskan adalah ekspresi kehidupan rakyat sehari-hari. Kedua, pementasan

(15)

Lagu-4

lagu itu sering dilagukan rakyat kelas bawah di kampung-kampung perkotaan atau

di desa-desa. Ketiga, tata busana menggambarkan kehidupan rakyat sehari-hari

yang amat sederhana, terutama pada kostum pelawak yang sering berperan

sebagai pembantu rumah tangga. Keempat, kidungan terdiri atas pantun atau syair

yang dilagukan dengan tema kehidupan sehari-hari, bersifat kerakyatan dan

diucapkan dalam bahasa daerah atau bahasa Indonesia. Kelima, sifat rakyat amat

sederhana, spontan, dan menyatu dengan masyarakanya (penonton). Dialog

pemain secara improvisatoris, tanpa naskah yang harus dihafalkan, aktor dapat

berdialog langsung dengan penonton dan seringkali menimbulkan adegan lempar

rokok dari penonton yang meminta lagu-lagu tertentu .

Dari pernyataan diatas kelompok kesenian ludruk di Kabupaten Asahan

pertunjukkannya pun dilakukan dilapangan terbuka dan diatas panggung dengan

panggung yang sudah di dekorasi sedemikian rupa agar terlihat lebih menarik dan

menjadi gaya tarik tersendiri bagi penonton,serta pelakon yang sesuai dengan

perlakonnya masing-masing,karena bentuk dari riasan menggambarkan watak si

pelakon, serta peronggeng, dan pemusik yang mengiringi seni pertunjukan ludruk.

Dari pernyataan-pernyataan diatas penulis dapat menyimpulkan selain

fungsi musik yang sangat berperan dan berpengaruh dalam pertunjukkan kesenian

ludruk,dan di dampingi oleh unsur-unsur pendukungnya,sehingga penulis merasa

tertarik untuk menjadikan musik pengiring sebagai topik penelitian ilmiah yang

berjudul “Musik Pengiring Dalam Pertunjukan Kesenian Ludruk di

(16)

5

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian yang terdapat pada latar belakang masalah,maka permasalahan

dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana musik pengiring dalam kesenian ludruk di Kabupaten Asahan?

2. Apa saja ragam alat musik yang digunakan sebagai musik pengiring pada

seni pertunjukkan ludruk di Kabupaten Asahan ?

3. Bagaimana dampak musik dalam perlakonan watak pada pertunjukkan

ludruk di Kabupaten Asahan ?

4. Bagaimana bentuk penyajian musik pengiring dalam seni pertunjukkan

ludruk di Kabupaten Asahan ?

5. Bagaimana fungsi musik pengiring dalam seni pertunjukkan ludruk di

Kabupaten Asahan ?

6. Bagaimana prospek kedepan seni pertunjukkan ludruk di Kabupaten

Asahan ?

C. Pembatasan Masalah

Setelah penulis menyinggung tentang identifikasi masalah, selanjutnya ada

beberapa faktor yang dapat digali dalam penelitian ini, maka arah penelitian harus

dibatasi agar tidak meluas keberbagai bentuk daan tidak mempersulit penulis

dalaam meneliti sebuah kesenia Ludruk. Hal ini dilakukan oleh penulis sebagai

upaya dalam memilih bentuk permasalahan.

Menurut Meleong (2010:92) menyatakan bahwa : “Pembatasan masalah

(17)

6

Lincoln dan guba (1985:226) dalam Meleong bergantung pada paradigma apakah

yang dianut oleh seorang peneliti, yaitu apakah ia sebagai peneliti evaluator,atau

sebagai peneliti kebijaksanaan.

Berdasarkan uraian pendapat diatas mengingat begitu luasnya cakupan

permasalah pada kajian musik pengiring pada pertunjukkan ludruk di Kabupaten

Asahan, maka penulis merasa perlu membuat pembatasan masalah dalam

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk penyajian musik pengiring dalam seni pertunjukkan

ludruk di Kabupaten Asahan ?

2. Bagaimana fungsi musik pengiring dalam seni pertunjukkan ludruk di

Kabupaten Asahan ?

3. Apa saja ragam alat musik yang digunakan sebagai musik pengiring pada

seni pertunjukkan ludruk di Kabupaten Asahan ?

D. Perumusan Masalah

Uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang, identifikasi masalah,dan

pembatasan masalah mengharuskan agar penelitian ini dapat dirumuskan upaya

dalam menyederhanakan penelitian yang akan diteliti.

Dalam menentukan rumusan masalah penulis berpedoman pada pendapat

Sugiyono (2009:55) mengatakan bahwa rumusan masalah itu merupakan suatu

pernyataan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data . Namun

demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah penelitian

(18)

7

Menurut O.Setiawan Djuharie (2001:52) menyatakan bahwa

“Merumuskan masalah merupakan pekerjaan yang sukar bagi setiap penulis,yang

dapat menolong penulis dari kesulitan merumuskan judul dan masalah adalah

pengetahuan yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan penelitian terdahulu

dalam bidang yang terkait dengan masalah yang diteliti.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat diuraikan dari latar

belakang masalah,identifikasi masalah serta pembatasan masalah maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“ Bagaimana bentuk penyajian dan fungsi musik pengiring pada seni

pertunjukan Ludruk di Kabupaten Asahan “.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menjadi kerangka yang selalu dirumuskan untuk

mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang akan diperoleh.Berhasil

tidaknya suatu penelitian yang dilakukan terlihat dan tercapai atau tidaknya tujuan

penelitian.

Menurut pendapat Sugiyono ( 2009:397 ) menyatakan bahwa, “untuk

menemukan,mengembangkan dan membuktikan pengetahuan” .Maka tujuan yang

diinginkan dalam sebuah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk penyajian musik pengiring dalam seni

pertunjukkan ludruk di Kabupaten Asahan .

2. Untuk mengetahui fungsi musik pengiring dalam seni pertunjukkan ludruk

(19)

8

3. Untuk mengetahui Apa saja jenis alat musik yang digunakan sebagai

musik pengiring pada seni pertunjukkan ludruk di Kabupaten Asahan

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dirampungkan,diharapkan dapat bermanfaat sebagai

berikut :

1. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan tentang

kajian musik pengiring dalam seni pertunjukkan ludruk di Kabupaten

Asahan .

2. Sebagai bahan informasi kepada pengelola seni pertunjukkan ludruki di

Kabupaten Asahan .

3. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pertunjukan Kesenian ludruk

di Kabupaten Asahan, penulis mengambil kesimpulan, yaitu:

1. Pertunjukan ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh

sebuah grup kesenian yang dipergelarkan disebuah panggung dengan

mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari,cerita perjuangan dan

sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan Gamelan Jawa

sebagai musik. Dialog / monolog dalam pertunjukan ludruk ini bersifat

menghibur dan membuat penontonnya tertawa. Pertunjukan ludruk ini

dimulai dengan Tari Remo yang diiringi Gamelan Jawa sebagai musik

pengiring, dilanjutkan dengan atraksi bedhayan, selanjutnya acara Dagelan

(Lawakan), dilanjutkan dengan Lakon atau Cerita Inti dan Penutup.

2. Ludruk sebagai teater rakyat mempunyai ciri-ciri: pertama, lakon yang

dipentaskan adalah ekspresi kehidupan rakyat sehari-hari. Kedua, pementasan

diiringi musik gamelan dengan lagu jula-juli, walang kekek, ayak samera.

Lagu-lagu itu sering dilagukan rakyat kelas bawah di kampung-kampung

perkotaan atau di desa-desa. Ketiga, tata busana menggambarkan kehidupan

rakyat sehari-hari yang amat sederhana, terutama pada kostum pelawak yang

sering berperan sebagai pembantu rumah tangga. Keempat, kidungan terdiri

(21)

63

bersifat kerakyatan dan diucapkan dalam bahasa daerah atau bahasa

Indonesia. Kelima, sifat rakyat amat sederhana, spontan, dan menyatu dengan

masyarakanya (penonton). Dialog pemain secara improvisatoris, tanpa naskah

yang harus dihafalkan, aktor dapat berdialog langsung dengan penonton dan

seringkali menimbulkan adegan lempar rokok dari penonton yang meminta

lagu-lagu tertentu .

3. Fungsi musik pengiring dalam pertunjukan kesenian Ludruk adalah, penulis

melihat ada tujuh fungsi yang terdapat pada seni pertunjukan tersebut.

Adapun ketujuh fungsi tersebut adalah sebagai berikut: Fungsi Kenikmatan

Estetika, Fungsi Hiburan, Fungsi Komunikasi, Representasi Simbolis, Fungsi

Respon Fisikal, Fungsi menegakkan sesuai dengan norma-norma sosial,

Fungsi Kontribusi Demi Kelangsungan dan Stabilitas Budaya.

4. Sesuai dengan penelitian ini pertunjukan kesenian ludruk dari zaman dulu

memiliki banyak perubahan-perubahan.

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis

mengajukan beberapa saran antara lain :

1. Supaya pertunjukan kesenian ludruk ini dapat dilestarikan sehingga tidak

punah ditelan zaman, diperlukan upaya pengembangan yang melibatkan

(22)

64

2. Kepada pihak pemerintahan setempat agar lebih memberiperhatian dan

kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan pertunjukan kesenian

ludruk di Kabupaten Asahan.

3. Penggunaan alat musik pengiring pertunjukan ludruk yang digunakan oleh

grup (Sanggar Seni Budaya di Kabupaten Asahan) hendaknya dipertahankan

kelengkapan alat musik pengiring dan para pemain musik pengiring tersebut.

Dampak positif dari penggunaan alat musik tradisional tersebut baik, dengan

tidak menggunakan alat musik modern.

4. Karena faktor musik pengiring merupakan hal yang sangat penting dalam

pertunjukan ludruk, hendaknya pembinaan, festival bermain musik dan

Dagelan (Lawakan), pengajaran tentang musik tradisional ini harus tetap dipertahankan, karena pengaruh atau dampak perkembangan jaman dapat

mempengaruhi generasi muda untuk berpaling dari tradisi seni budayanya.

5. Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi

(23)

65

DAFTAR PUSTAKA

Raden Mas Subanindyo Hadiluwih. 2010. Bayang-bayang Wayang (Sabdo Palon-Naya Genggong-Togog-Mbilung ; Cangik-Limboek) . Medan. USU press. Djelantik.2000. Pengertian Bentuk&Pengertian Penyajian.

Rika Arditha Ayu,2013. Dengan judul skripsi: Fungsi Musik Pengiring Dalam Seni Pertunjukan Ketoprak di Sungai Karang Pasar VII Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi,Medan. Universitas Negeri Medan.

Delfiana Sinaga,2015. Dengan judul skripsi; Gondang Hasapi Pada Upacara Ritual Parmalim Si Pahasada di Huta Tinggi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir ( Kajian Bentuk Penyajian dan Fungsi ). Skripsi,Medan. Universitas Negeri Medan.

Sharon Rose Pasaribu. 2014. Dengan judul skripsi ; Bentuk Penyajian Gondang Malim Pada Upacara Ritual Parmalim Si Inum Uras di Kecamatan Pintupohan Meranti Kabupaten Toba Samosir. Skripsi,Medan. Universitas Negeri Medan.

Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London.

Soeharto, M. (1992). Kamus Musik. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Soeharto. 1992. Buku Teori Musik. Yogyakarta : Kencana.

Murgianto. 1983. Pengertian Musik Pengiring. Yogyakarta. Kencana

Swandi Ahmad Sinaga. 2015. Dengan judul skripsi; Studi Musik Pengiring Sastra Lisan Pada Sanggar Payung Bertuah di Desa Kelambir Hamparan Perak (Studi Terhadap Bentuk Dan Fungsi).Skripsi,Medan. Universitas Negeri Medan.

May Sari Lubis, 2013.Struktur Pertunjukan Angguk di Pasar 3 Dalu X Tanjung Morawa (Musik Dalam Pertujukan).Skripsi,Medan. Universitas Negeri Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan musik mamözi göndra, bentuk penyajian musik mamözi göndra, fungsi musik mamözi göndra dan instrumen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bentuk penyajian dan fungsi musik pada upacara Kongtek, untuk mengetahui fungsi upacara Kongtek, serta

Muhamad Firdaus. Bentuk Pertunjukan Dan Fungsi Musik Tradisional Kenceran Di Desa Pegirikan Kecamatan Talang Kabupaten Tegal. Jurusan Seni Musik. Fakultas Bahasa dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bentuk penyajian dan bentuk musik mengarak anak berkhitan, untuk mengetahui fungsi mengarak anak berkhitan, serta

Sinaga, Swandi Ahmad : “Studi Musik Pengiring Sastra Lisan di Sanggar Payung Bertuah Desa Klambir Hamparan Perak (Studi Terhadap Bentuk dan Fungsi)”, Sendratasik

permasalahan yang dibahas oleh peneliti dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menguraikan tentang bentuk penyajian pertunjukan dan fungsi kesenian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian musik dendang di Kecamatan Natal Kabupaten Mandailing Natal, untuk mengetahui fungsi musik dendang bagi

Kata Kunci : Fungsi, Bentuk Penyajian Instrumen, Karungut ... Bentuk penyajian musik.. Penelitian yang dilakukan oleh Argo Binantoro angkatan 2010 mahasiswa Pendidikan Seni