• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Industri Farmasi PT. Bayer Indonesia-Cimanggis Plant

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Industri Farmasi PT. Bayer Indonesia-Cimanggis Plant"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI INDUSTRI FARMASI PT. BAYER INDONESIA

CIMANGGIS PLANT

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan pada

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

KHALIL FAHMI, S. Farm 133202116

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

FARMASI INDUSTRI

di

PT. Bayer Cimanggis Plant

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

Disusun oleh: Khalil Fahmi 133202116

PT. Bayer Cimanggis Plant

Pembimbing,

Pembimbing PKPA

Meylina D.F. Panjaitan, S.Si. Apt.

PT. Bayer Indonesia

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Industri Farmasi PT. Bayer Indonesia-Cimanggis Plant yang telah dilaksanakan mulai tanggal 1 April 2014 sampai 30 Mei 2014. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, atas ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja

Profesi Apoteker untuk memenuhi salah satu syarat Program Studi Profesi

Apoteker di Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisyahputra, Apt Selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Meylina D.F. Panjaitan, S.Si, Apt., selaku GMP Compliance Supervisor

dan pembimbing PKPA industri dari PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant.

4. Ibu Silvia Widyany, Apt., selaku pembimbing PKPA industri bagian IPC

Packaging di PT. Bayer Indonesia

5. Mr. Chris Sanchez, selaku Plant Manager PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant.

6. Ibu Ratna Sosialin selaku QA/QC Manager PT. Bayer Indonesia Cimanggis

Plant.

7. Seluruh staf dan karyawan PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant.

8. Ayah, Ibu, kakak, Abang dan adik tercinta yang selalu memberikan dukungan,

doa, perhatian dan kasih sayang.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Laporan

(4)

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari

sempurna dan sangat membutuhkan saran-saran yang membangun. Penulis

berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

penulis pada khususnya.

Medan, Juni 2014

(5)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ………...iii

DAFTAR ISI ………...v

DAFTAR\LAMPIRAN...vi

RANGKUMAN...vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

B. Tujuan PKPA 2

BAB II TINJAUAN KHUSUS PT. BAYER INDONESIA A. Sejarah dan Perkembangan PT. Bayer Indonesia 3

B. Visi dan Misi PT. Bayer Indonesia 5

C. Struktur Organisasi 6

BAB III KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER A. KegiatanHarian………7

B. Plant Tour 1. Production 11

2. Packaging 22

3. Materials Management 25

4. Engineering 30

5. ProductDevelopment………34

6. QualityManagement(QA/QC)………...35

BAB IV PEMBAHASAN A. Personalia 47

B. Bangunan dan Fasilitas 48

C. Peralatan 49

D. Sanitasi dan Hygine 50

(6)

F. Pengemasan 52

G. Pengawasan Mutu 53

H. Inspeksi Diri dan Audit Mutu 53

I. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan

Produk Kembalian 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 55

B. Saran 56

(7)

RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) farmasi Industri di PT Bayer Cimanggis Plant, Depok. PKP ini dilaksanakan dalam upaya memberikan perbekalan, keterampilan, dan keahlian kepada calon apoteker dengan melihat secara langsung dan terlibat dalam pengelolaan suatu Industri sehingga mengetahui dan memahami peran dan tugas apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Industri Farmasi.

(8)

RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) farmasi Industri di PT Bayer Cimanggis Plant, Depok. PKP ini dilaksanakan dalam upaya memberikan perbekalan, keterampilan, dan keahlian kepada calon apoteker dengan melihat secara langsung dan terlibat dalam pengelolaan suatu Industri sehingga mengetahui dan memahami peran dan tugas apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Industri Farmasi.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam

kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara

terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya melalui suatu

Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Sistem Kesehatan Nasional perlu

dilaksanakan dalam konteks Pembangunan Kesehatan secara keseluruhan dengan

mempertimbangkan determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan sehari-hari,

tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan,

sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam

mengatasi masalah-masalah tersebut. Salah satu komponen kesehatan yang sangat

dibutuhkan dalam pencapaian tujuan sistem pembangunan nasional adalah

tersedianya obat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat. Jumlah,

jenis dan kualitas obat yang memadai menjadi faktor penting sehingga industri

farmasi sebagai industri penghasil obat memiliki peran yang strategis dalam usaha

pelayanan kesehatan masyarakat.

Industri farmasi sebagai industri penghasil obat harus memenuhi

persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety), dan mutu (quality) dalam dosis

yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Dalam rangka memenuhi persyaratan

tersebut, maka pemerintah mengawasi pembuatan obat dengan menerapkan

guideline untuk industri-industri farmasi dengan mengeluarkan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara

Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), yang mengacu pada Good Manufacturing

Practice (GMP). Upaya tersebut didukung dengan dikeluarkannya Surat

Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan No.

(10)

Apoteker merupakan salah satu profesi yang berperan penting dalam

industri farmasi. Apoteker harus dapat membangun mutu produk sesuai dengan

kriteria efficacy, safety dan quality. Oleh karena itu seorang apoteker dituntut

untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, pengalaman praktis serta

terlatih dalam menangani permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam

industri farmasi.

Industri farmasi merupakan industri yang bersifat dinamis (selalu berubah

mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi) sehingga diperlukan peran apoteker

long life learner” dimana Apoteker harus mempunyai pengetahuan dan

ketrampilan yang selalu up to date.Selain pengetahuan yang up to date,

pengalaman dalam praktik langsung juga diperlukan untuk mengasah kemampuan

seorang Apoteker dalam suatu industri farmasi.Untuk mewujudkan tujuan

tersebut, maka Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Bayer

Indonesia- Cimanggis Plant untuk para calon Apoteker, sehingga dengan

dilaksanakannya Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) tersebut diharapkan para

calon apoteker siap untuk menunjukkan kompetensi sebagai personil kunci di

industri farmasi dan siap dalam melaksanakan tugasnya sesuai CPOB.

1.2 Tujuan PKPA

Praktek Kerja Profesi Apoteker yang diselenggarakan oleh Program Studi

Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara bekerjasama

dengan PT. Bayer Indonesia – Cimanggis Plant bertujuan untuk:

1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi

dan tanggung jawab apoteker dalam industri farmasi.

2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,

keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian di industri farmasi.

3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk mempelajari prinsip

(11)

4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai

tenaga farmasi yang profesional.

5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di

(12)

BAB II

TINJAUAN KHUSUS PT. BAYER INDONESIA

Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi dilaksanakan di PT.

Bayer Indonesia - Cimanggis Plant. Industri ini terletak di Jalan Raya Bogor RT.

01 RW. 05 Kelurahan Cisalak Kecamatan Sukmajaya Km.32 Cimanggis, Depok,

Jawa Barat.

2.1 Sejarah

PT Bayer Indonesia merupakan Perusahaan Swasta Asing (PMA) yang

bergerak dibidang obat-obatan, didirikan pada tanggal 14 Maret 1969 dengan akta

notaries atas nama Elisa Pondaag No.20 yang disahkan oleh Menteri Kehakiman

No. 7A5.32.25 tertanggal 25 Maret 1969. PT. Bayer Indonesia didirikan atas dasar

lisensi dari PT. Bayer AG sebagai perusahaan penanaman modal asing yang

sahamnya dipegang sepenuhnya oleh PT. Bayer AG.

Pertama didirikan pada tahun 1969, PT. Bayer Indonesia hanya berfungsi

sebagai distributor produksi obat-obatan perusahaan Bayer Negara lainnya. Baru

pada tahun 1971 PT. Bayer Indonesia mulai memproduksi obat-obatan yang

digunakan untuk manusia dengan nama PT. Bayer Pharma Indonesia yang

berlokasi di kawasan Pulo Gadung.

Pada tahun 1981, dengan semakin berkembangnya PT. Bayer Pharma

Indonesia dan PT. Bayer Agro Chemical maka didirikanlah PT. Bayer Anyer

Chemical di Gresik, Jawa Timur (sekarang sudah ditutup). PT. Bayer Anyer

Chemical ini memproduksi bahan-bahan makanan ternak, obat-obatan untuk

hewan ternak, juga bahan baku obat yang diperlukan PT. Bayer Pharma

Indonesia (misalnya Asetosal dan Piperazin). Pada bulan Mei 1982, dilakukan

(13)

Chemical, dan PT. Bayer Anyer Chemical menjadi PT. Bayer Indonesia yang

berlokasi di Cibubur, Jakarta Timur. Tahun 1982, perseroan melakukan“go

public” dan menawarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pada tahun

1998, PT. Bayer Indonesia berubah nama menjadi PT Bayer Indonesia Tbk. Pada

tahun 1998, PT. Bayer Indonesia Tbk. Mendapat sertifikat ISO 9002.

Tanggal 31 Desember 2002, PT. Bayer Indonesia Tbk melakukan

divestasi usaha produk kesehatan rumah tangga setelah pemegang saham PT.

Bayer Indonesia Tbk menyetujui penjualan produk kesehatan rumah tangga

kepada PT. Johnson Heme Hygiene Products pada rapat umum Pemegang Saham

Luar Biasa (RUPSLB).

Dengan berjalannya waktu, pada Januari 2005, bisnis obat bebas atau

Over The Counter (OTC) PT. Roche Indonesia secara global diambil alih oleh PT.

Bayer (Jalan Raya Bogor Km. 32, Cimanggis, Depok). Karena proses ini, PT.

Bayer mempunyai dua buah pabrik yang memproduksi obat-obatan. Pabrik

tersebut antara lain berlokasi di Cibubur dan Cimanggis yang dikenal dengan

nama PT. Bayer Cibubur dan PT. Bayer Cimanggis. Obat ethical (dengan resep

dokter) lebih banyak diproduksi PT. Bayer Cibubur, sedangkan PT. Bayer

Cimanggis lebih fokus terhadap produk OTC dan suplemen.

Pada tahun 2012, PT. Bayer AG menganggap bahwa tidak etis jika dalam

satu negara terdapat 2 pabrik Bayer dengan produk yang sama (Bayer Healtcare),

maka PT. Bayer Cibubur diambil alih oleh PT. Johnson dan produk dari PT.

Bayer Cibubur dipindahkan ke PT. Bayer Cimanggis dimana proyeknya disebut

sebagai JAZZ yang masih dikerjakan sampai sekarang dan ditargetkan selesai

pada tahun 2014.

2.2 Visi dan Misi

PT. Bayer Cimanggis mempunyai visi yaitu Bayer Science for a Better

Life. Dengan visi tersebut, PT. Bayer Cimanggis ikut berperan aktif dalam

meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Selain visi, PT. Bayer Cimanggis

memiliki nilai-nilai yang dikenal dengan istilah “LIFE” yaitu leadership,

(14)

dapat mengarahkan, menginspirasi dan memberikan motivasi serta memberikan

nilai-nilai yang baik. Integrity diartikan sebagai sesuatu yang selalu menerapkan

aturan, regulasi, dan praktik bisnis yang bagus, perhatian terhadap setiap orang,

lingkungan, dan selalu menjaga keamanan serta dapat dipercaya. Flexibility

diartikan sebagai sesuatu yang dapat berubah secara aktif dan beradaptasi dengan

trend dan kebutuhan, terbuka dan menerapkan long life learning. Efficiency

diartikan sebagai sesuatu yang dapat mengatur sumber dengan smart, melakukan

segala sesuatu dengan efektif dan mengutamakan harga, kecepatan dan kualitas.

Misi PT. Bayer Cimanggis adalah menyampaikan perspektif, strategi,

dan tata nilai, memberikan arah dan meningkatkan kebersamaan, mempromosikan

identitas perusahaan, memotivasi staf dan karyawan, mendukung rasa percaya diri

pada masa depan Bayer, menciptakan keterbukaan, memberikan tanda keinginan

untuk menerima tanggung jawab sosial dan menekan keunikan Bayer.

2.3 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi PT. Bayer Cimanggis dipimpin oleh seseorang Plant

Manager dengan bantuan seorang sekretaris. Plant Manager di PT. Bayer

Cimanggis bertanggung jawab dalam production, packaging dan quality yang

dibantu oleh beberapa orang manajer yang membawahi departemen

masing-masing, yaitu:

1.Manajer pemastian mutu

2.Manajer produksi

3.Manajer Operational Excelent

4.Manajer packaging

5.Manajer Material

6.Manajer pembelian

7.Manajer engineering

(15)

BAB III

KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Bayer Indonesia

Cimanggis Plant dilaksanakan pada tanggal 1 April - 30 Mei 2014, meliputi

kegiatan harian di bagian IPC Packaging, serta pada tanggal 7 - 26 Mei 2014

dilaksanakan Plant Tour di bagian Production, Packaging, Material Management,

Engineering, Quality Management (QA/QC), Product Development.

3.1 Kegiatan Harian

Posisi yang diperoleh di PT Bayer Indonesia Cimanggis Plant adalah IPC

di bagian packaging yang bertugas mengawasi mutu selama proses pengemasan.

Proses pengemasan dimulai dari tahap pengemasan primer hingga tahap

pengemasan tersier. Proses pengemasan dilaksanakan dengan mengikuti instruksi

pelaksanaan SOP (Standard Operating Procedure) untuk menghasilkan obat jadi

yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi dan hasil

pemeriksaan didokumentasikan pada IPC form dan database secara elektronik.

Secara umum, tugas IPC di bagian packaging adalah mengontrol dan mengawasi

kegiatan pengemasan dengan melakukan evaluasi terhadap kemasan, yaitu uji

keseragaman bobot; memastikan kemasannya tepat baik penomoran batch, label,

expired date, negara yang dituju; uji kebocoran, uji kekuatan tutup botol, serta

memastikan penampilan fisik kemasan.

Departemen Packaging dipimpin oleh Packaging Manager yang dibantu

oleh, IPC Packaging dan Packaging Administration.

Jenis kemasan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang kontak langsung dengan produk,

(16)

b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang tidak mengalami kontak langsung

dengan obat (setelah kemasan primer), seperti sleeve, envelope, box, karton,

dan shipper.

c. Kemasan tersier, yaitu kemasan setelah kemasan sekunder, seperti shipper.

Proses pengemasan di PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant dilakukan di

area E dan area F. Pengemasan primer seperti Effervescent Packaging (in line dan

off line effervescent packaging), Blistering, Stripping, dan Bottle Filling dilakukan

di area E. Pada proses pengemasan primer ini dilakukan coding nomor batch dan

tanggal kadaluarsa. Kegiatan yang dilakukan di area F adalah pengemasan

sekunder dan tersier, seperti pengemasan tube ke dalam box, pengemasan

strip/blister ke dalam sleeve, envelope, maupun box, pelabelan maupun

shippering. Folding leaflet dan coding nomor batch dan tanggal kadaluarsa juga

dilakukan di area F. Coding pada kemasan dilakukan dengan printing

menggunakan ink jet printer ataupun dengan emboss.

Sebelum proses pengemasan dimulai, dilakukan line clearance, yaitu

kegiatan untuk membersihkan jalur pengemasan dari sisa produk atau batch

sebelumnya yang meliputi pembersihan mesin, penambahan pelumas pada alat,

pemasangan bahan-bahan pengemas, pemeriksaan temperatur dan RH,

pembersihan ruangan, penempatan peralatan yang digunakan dalam proses

pengemasan, kelengkapan pakaian kerja dan pemastian tidak ada barang-barang

lain yang tidak berhubungan dengan proses pengemasan.

Alur proses pengemasan di PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant, yaitu

a. Permintaan bahan pengemas ke bagian Gudang menggunakan form

Packaging Order.

b. Bagian warehouse menyiapkan bahan pengemas sesuai Packaging Order.

c. Serah terima bahan pengemasan dilaksanakan di ruang penyerahan barang.

d. Pelaksanaan proses pengemasan sesuai ketentuan dari masing-masing

produk, bahan pengemas primer dimasukkan ke dalam area E dan bahan

(17)

e. Pencatatan bahan pengemas yang digunakan dari suatu lot untuk suatu

produk.

f. Pengembalian kelebihan bahan pengemas ke warehouse, dengan ditempel

label ”pengembalian bahan pengemas”.

g. Pencatatan jumlah produk akhir yang dihasilkan.

h. Hasil pengemasan atau produk jadi diserahkan ke bagian Gudang untuk

didistribusikan.

Kegiatan lainnya yang dilakukan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di

bagian IPC packaging adalah pengamatan di bagian-bagian pengemasan yang ada

di seluruh area packaging, diantaranya :

a. In line Effervescent Packaging

Proses pengemasan tablet effervescent dalam alumunium tube yang

dilakukan secara otomatis dan bersamaan dengan proses produksi (mesin pencetak

tablet satu jalur dengan mesin pengemas). Proses pengemasan dapat dilakukan

untuk 1 campaign (kumpulan beberapa batch) sehingga dihasilkan kapasitas hasil

pengemasan yang lebih besar. Mesin yang digunakan untuk proses pencetakan,

yaitu

1) Sohnel (untuk menghilangkan debu, memposisikan tablet agar sesuai

dengan jumlah yang diperlukan untuk satu kemasan, memasukkan tablet ke dalam

tube dan menutup clossure)

2) Autowrapper (untuk membungkus tablet dengan alumunium foil)

3) Domino inkjet printer (untuk coding nomor batch dan expired date)

4) Marchesini Group (untuk pengemasan tube ke dalam box)

5) Garvens checkweihger (untuk melakukan sortasi pada box yang bobotnya

tidak sesuai dengan spesifikasi)

6) Multipack (untuk bundling dan security sealing).

Pada rangkaian mesin-mesin tersebut terdapat kallish untuk membersihkan

bagian dalam tube dari kotoran. Mesin ini akan menyalurkan tube ke dalam mesin

Sohnel. Terdapat pula detektor untuk menyeleksi kemasan yang kurang sesuai,

seperti penutupan dan pelabelan yang kurang sempurna serta bobot produk yang

(18)

Effervescent Packaging ini suhu ruangan diatur agar maksimal 270C dan RH

ruangan maksimal 26%.

b. Stripping dan Blistering process

Proses pengemasan tablet dalam strip dengan menggunakan alumunium

foil, sedangkan blister dengan menggunakan alumunium foil dan PVC. Stripping

menggunakan mesin Hassia-Stripping Machine, sedangkan blistering

menggunakan mesin Ulhmann-UPS I 300 Blistering Machine. Pada proses

pengemasan ini perlu dilakukan tes kebocoran pada tiap waktu sampling. Kontrol

terhadap kebocoran harus dikerjakan secara teratur selama stripping dan blistering

untuk mendapatkan kemasan strip dan blister yang sempurna (bebas dari

kebocoran). Toleransi kebocoran dari produk adalah 0%. Jika ditemukan ada

produk yang bocor, maka produk sebelumnya dalam rentang waktu tertentu harus

diperiksa kembali.

Tes kebocoran untuk semua sediaan strip dan blister dilakukan pada waktu:

1) Awal atau mulai kerja.

2) Setelah pergantian batch.

3) Setelah ganti roll aluminium foil/PVC.

4) Setelah terdapat kerusakan mesin atau kegagalan yang lain.

Jika kualitas foil kurang baik, maka tes dilakukan lebih sering.

c. Bottle Filling

Sebelum dilakukan bottle filling, botol yang akan digunakan dikallish

terlebih dahulu sehingga botol terbebas dari kotoran yang menempel. Proses bottle

filling di PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant terdapat dua macam, yaitu untuk

mengemas sediaan cair (sirup) dan tablet ke dalam botol. Proses pengemasan

sediaan sirup dilakukan dengan hati-hati dan higienis untuk menghindarkan

adanya kontaminan yang dapat masuk dalam botol pada saat pengisian. Mesin

yang digunakan yaitu Varvomax. Untuk mesin filling tablet, digunakan vibrator

untuk menghitung jumlah tablet dalam satu botol, lalu tablet dimasukkan ke botol

dan dapat ditambahkan desiccant ke dalamnya sesuai dengan order. Penutupan

(19)

3.2 Plant Tour

Plant tour di PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant meliputi bagian

Production, Packaging, Material Management, Engineering, Quality

Management (QA/QC), Product Development.

3.2.1 Production

Departemen produksi dipimpin oleh manajer produksi dan dibantu oleh

Asisten Manajer Produksi. Manajer produksi dibantu oleh dua orang Supervisor,

satu orang Development Pharmacist dan tiga orang IPC pharmacist. Supervisor

produksi membawahi kepala bagian tiap tahap produksi, yaitu dispensing,

granulasi, mixing, pencetakan tablet, liquid dan penyalutan, yang masing-masing

kepala bagian dibantu oleh beberapa operator. Tiap kepala bagian bertanggung

jawab pada tugasnya sesuai tahap produksinya masing-masing.

PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant tidak mempunyai departemen Riset

dan Pengembangan (Research and Development) tersendiri, tapi menjadi satu

dengan Bayer Global, yakni R&D Global. Untuk menjembatani adanya celah

antara Bayer global dan lokal, maka dibuat bagian Product Development. Product

Development bertugas mengembangkan formula, peningkatan proses pada mesin.

Formula yang dihasilkan tidak hanya digunakan untuk produksi lokal saja tetapi

tidak menutup kemungkinan diproduksi di negara lain.

Development plant yang dibuat Product Development dikirimkan ke

bagian marketing dan dianalisa apakah sesuai dengan keinginan pasar. Apabila

sudah disetujui, Product Development membuat Development Report yang akan

dikirimkan ke Badan POM untuk registrasi serta dikirimkan ke di Global Quality

Management untuk memperoleh nomor formula. Sebelum membuat proyek,

product development akan membuat development plant. Jika hasil dari pengerjaan

development plant telah disetujui oleh bagian pemasaran, maka dibuat

development report.

IPC Pharmacists bertugas memastikan bahwa setiap proses produksi telah

dilakukan dengan benar dan produk yang dihasilkan memenuhi standar mutu dan

spesifikasi yang telah ditentukan. Proses produksi dimulai dari tahap

(20)

dilaksanakan dengan mengikuti instruksi pelaksanaan SOP (Standard Operating

Procedure) untuk menghasilkan obat jadi yang memenuhi spesifikasi yang telah

ditetapkan dan Limit control yang dimiliki oleh bagian IPC lebih ketat

dibandingkan limit release oleh QC. Spesifikasi dan hasil pemeriksaan

didokumentasikan pada IPC form dan database secara elektronik. Hasil

pemeriksaan IPC kemudian dilampirkan pada Batch Record. Secara umum, tugas

IPC pharmacist ada 3, yaitu:

a. Analisis karakteristik fisik pada bulk seperti keragaman bobot, ketebalan,

diameter, kekerasan, friabilitas, waktu hancur, pH dan RH pada final blend.

b. Kalibrasi pada instrumen seperti: caliper, pH meter, Higrometer Rotronik,

dan lain-lain yang dilakukan setiap bulan.

c. Validasi proses pada master pengolahan batch jika terdapat perubahan zat

aktif, bahan tambahan dan mesin yang digunakan.

Bagian produksi mendapatkan order dari bagian material management

untuk merelease shop order. Bagian produksi akan menjabarkannya berdasarkan

prioritas kapasitas mesin, kemudian dibuat pick list-nya dan diserahkan ke bagian

gudang, untuk melakukan transfer posting baik secara sistem melalui SAP

maupun pemindahan bahan baku secara fisik, setelah itu baru melakukan release

order, bagian produksi menyiapkan print out berupa operating list, batch material

requirement dan tickets, untuk diserahkan ke bagian dispensing, berikut

production sheet-nya.

Sebelum melaksanakan proses produksi, terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan persiapan ruangan, mesin, dan alat-alat yang telah dibersihkan,

kemudian diisi Daftar Pemeriksaan Kesiapan dan Label Bersih. Pengecekan

terhadap suhu dan kelembaban ruangan dilakukan dengan alat Higrometer

Rotronik untuk fasilitas produksi lama dan BAS (Building Automation System)

untuk fasilitas produksi yang baru.

Prosedur pembersihan di bagian produksi terdapat 3 jenis, yaitu

pembersihan rutinan yang dilakukan setiap hari pada waktu sebelum dan sesudah

bekerja pada masing-masing shift kerja, general cleaning (GC) yang dilakukan

(21)

dengan menggunakan persept, hibitane dan resiguard yang dilakukan secara

bergantian setiap satu bulan sekali.

Tahap-tahap dalam proses produksi adalah sebagai berikut:

a. Dispensing

Bagian dispensing bertugas menyiapkan dan menimbang bahan baku yang

akan digunakan untuk proses produksi. Dispensing dibagi menjadi 2 bagian.

Pertama, Small Volume Dispensing (SVD) bertugas untuk menimbang material

dengan jumlah kecil, maksimal 100 kg, secara manual. Kedua, Big Volume

Dispensing (BVD), merupakan penimbangan yang dapat dilakukan secara

otomatis mengikuti resep penimbangan menggunakan silo (tempat stok bahan),

scale (timbangan), dan bin (tempat campuran bahan) dalam jumlah besar

(maksimal 500 kg).

Setelah Process Order (PO) diterima, kemudian diserahkan ke bagian

gudang guna menyiapkan bahan baku yang dibutuhkan untuk penimbangan.

Bahan yang datang dari gudang diletakkan di ruang transit. Bagian dispensing

akan memindahkan bahan baku dari ruang transitke intermediate store dan diberi

identitas yang sesuai. Bahan baku ditimbang di ruang penimbangan berdasarkan

kapasitas timbangan. Untuk Big Volume Dispensing, bahan yang diterima

disimpan dalam silo, masing-masing silo hanya digunakan untuk satu jenis bahan

saja dan diberi penandaan yang jelas untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi

bahan. Bahan-bahan yang disimpan di dalam silo pada Big Volume Dispensing

adalah beberapa bahan yang diperlukan dalam jumlah besar dalam produksi tablet

effervescent, yaitu calcium carbonat, asam sitrat, natrium bikarbonat, ascorbic acid

dan isomalt.

Penimbangan bahan baku oleh petugas penimbangan dilakukan

berdasarkan surat perintah penimbangan (dispensing order). Sebelum dilakukan

penimbangan, dispensing foreman (ketua regu penimbangan) akan melakukan

pemeriksaan kelengkapan surat perintah penimbangan dengan mencocokkan nama

dan kode bahan baku pada production sheet dengan label yang tertera pada

kemasan, kemudian mengisi nomor batch atau lot bahan baku yang akan

(22)

Ruangan penimbangan harus diperhatikan sebelum melakukan

penimbangan. Ruangan tersebut harus bersih dan bebas dari barang-barang yang

tidak ada hubungannya dengan bahan baku yang akan ditimbang. Disamping itu,

kondisi ruangan yang akan digunakan untuk melakukan produksi diperiksa oleh

bagian IPC pharmacists secara berkala yaitu setiap pagi.

Bahan baku padat yang ditimbang di ruang dispensing secara manual

menggunakan kelengkapan yang sudah didesinfeksi seperti sarung tangan, sekop

dan sendok. Hasil penimbangan kemudian disimpan dalam wadah tertutup yang

ditentukan di area intermediate store dan ditempel print out hasil penimbangan.

Wadah tersebut ditempeli 1 lembar dispensing tickets untuk identitas barang yang

nantinya akan ditempel pada batch record dan 1 lembar identity tickets untuk

keperluan sampling QC. Print out hasil timbangan diparaf dan ditempelkan pada

wadah tersebut. Pada pallet ditempelkan label hijau berisi nama produk, nama

bahan, nomor batch, dan proses dan tanggal penimbangan. Sisa bahan baku

ditimbang dan print out hasil timbangan yang telah diparaf ditempelkan pada

wadah serta diberi label hijau bertuliskan ”return goods to warehouse”. Prinsip

proses penimbangan di ruang dispensing adalah bahan baku yang datang lebih

dahulu yang ditimbang dan pada umumnya yang bobotnya lebih kecil

didahulukan.

Pengecekan bahan yang telah ditimbang dilakukan oleh petugas lain dan

dicatat dalam material log book. Parameter kritis di ruang dispensing adalah

kebersihan ruangan dan alat timbang, kelembaban, suhu, ketelitian penimbangan,

dan wadah untuk bahan baku.

Pada waktu penimbangan bahan, di ruang penimbangan ditempel label

jenis produk dan nomor batch yang bahan bakunya sedang ditimbang. Jika

terdapat produk lain yang mendesak untuk ditimbang, maka proses penimbangan

produk sebelumnya harus dihentikan dahulu untuk mencegah terjadinya kesalahan

dan kontaminasi. Sisa bahan baku dikembalikan ke gudang. Operator produksi

yang bertugas membuat premix akan mengambil bahan-bahan yang telah

ditimbang bersama dengan instruksi prosedur pelaksanaan mixing, yaitu

(23)

Sisa bahan baku ditimbang dan print out hasil timbangan diparaf,

kemudian ditempelkan pada wadah tersebut. Selain itu, wadah juga ditempel label

berwarna hijau bertuliskan ”return goods to warehouse”. Pengecekan dilakukan

terhadap bahan baku yang telah ditimbang oleh petugas penimbangan yang lain

dan dicatat pada material log book.

Setelah digunakan untuk keperluan dispensing dalam satu bahan baku,

semua peralatan yang digunakan, dicuci dengan detergen, dibilas dengan air

demineral, dikeringkan dalam oven dan disemprot dengan alkohol 70% hingga

siap digunakan untuk dispensing bahan baku lainnya.

b. Premix

Premix dilakukan untuk semua produk baik effervescent maupun non

effervescent untuk memberikan homogenitas yang baik terhadap material,

terutama yang memiliki kuantitas atau kadar yang kecil. Pelaksanaan dan prosedur

pembuatan premix dilakukan oleh operator yang mengerjakan proses mixing

dengan cara mencampur material yang kuantitasnya lebih besar dengan material

yang kuantitasnya lebih kecil terlebih dahulu. Kemudian dilakukan penambahan

secara bertahap pada material yang sudah dicampur tersebut dengan material yang

kuantitasnya lebih besar hingga seluruh material tercampur. Pengocokan

dilakukan pada arah vertikal ± 30 detik, horizontal ± 30 detik dan diagonal hingga

batas yang ditentukan sesuai dengan manufacturing sheet.

c. Granulasi

Sebelum instruksi pelaksanaan produksi (production sheet) diambil dari

bagian dispensing, foreman granulasi terlebih dahulu akan memeriksa ruangan,

mesin-mesin dan alat-alat yang akan digunakan. Kemudian mengisi “daftar

pemeriksaan kesiapan” dan label “bersih” dari masing-masing mesin. Setelah

diperiksa dan diparaf oleh foreman granulasi, foreman granulasi juga memasang

label pintu serta mengambil bahan baku. Bahan baku yang diambil bersamaan

dengan production sheet dari bagian dispensing disaksikan oleh foreman

(24)

Foreman granulasi akan mengambil bahan baku untuk proses mixing, serta

mengambil instruksi pelaksanaan. Instruksi pelaksanan ini berisi tentang prosedur

pelaksanaan pencampuran, larutan granul, dan prosedur proses granulasi.

Bahan baku ini diperiksa nama, pemerian dan beratnya, apabila sesuai

maka bahan baku boleh digranulasi. Selain itu, untuk memastikan kebenaran

barang yang akan dimasukkan diperjelas dengan adanya batch record, dimana

petugas granulasi akan menandatangani batch record pada saat setiap kali

memasukkan bahan ke mesin granulasi.

Setelah proses selesai, granulat dikeluarkan dan diperiksa kadar airnya.

Kontrol terhadap RH granul untuk produk effervescent sangat penting untuk

menghindari reaksi effervescent dini. Apabila RH-nya telah memenuhi syarat

(diukur dengan Higrometer Rotronik), maka granulat dimasukkan ke dalam drum

stainless stell, ditimbang dan ditempel hasil print out penimbangan. Lalu nantinya

akan diteruskan ke proses final mixing. Semua kegiatan yang dilakukan dicatat di

batch record dan ditandatangani oleh petugas. Setiap penggantian batch baru,

mesin dicuci dengan air dan kain lap di bagian tutup kepala mesin dan mulut

mesin. Sedangkan apabila penggantian produk, mesin dicuci dengan detergent,

dibilas dengan air secara keseluruhan dan diberi alkohol hingga benar-benar

bersih dan terbebas dari sisa-sisa produk. Mesin dan ruangan dibersihkan dan

dicuci setelah selesai proses produksi, setelah bersih ditempel label hijau (label

bersih). Kemudian label ini ditempel di batch record dan dilaporkan ke IPC.

Parameter kritis pada proses granulasi adalah kecepatan perputaran mesin (rpm),

waktu pembasahan, waktu granulasi, waktu pengeringan, waktu pendinginan,

suhu pengeringan, RH ruangan dan RH granulat.

Ruang proses granulasi di PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant terdiri

dari:

1) Ruang granulasi I, yaitu ruang granulasi basah dengan pembasah air

yang proses pengeringannya dengan menggunakan Fluid Bed Dryer

(FBD).

2) Ruang granulasi II, yaitu ruang granulasi basah dengan pembasah air

(25)

3) Ruang granulasi III, yaitu ruang granulasi basah dengan pembasah

yang menggunakan alkohol, proses pengeringan menggunakan

vakum.

4) Ruang granulasi IV, yaitu ruang yang dapat digunakan untuk granulasi

yang menggunakan air maupun alkohol, dimana proses

pengeringannya dilakukan dengan Fluid Bed Dryer (FBD) dan alat

PCS Shieving untuk mengayak granul kering.

Hal-hal yang harus dilakukan oleh petugas granulasi pada saat proses

granulasi adalah :

1) Bahan baku diperiksa beratnya dan disesuaikan dengan labelnya.

2) Nomor batch, bahan baku dan beratnya harus sesuai dengan

production sheet.

3) Setiap penambahan bahan baku dalam proses harus dicatat dan diparaf

pada kolom yang sudah ditentukan di production sheet.

4) Melaporkan segera bila ada kelainan kepada production supervisor.

5) Petugas memeriksa kebenaran bahan baku dan berat bahan baku.

6) Petugas granulasi juga bertanggung jawab terhadap kelengkapan

production sheet yang sudah selesai diproses.

7) Petugas granulasi atau yang ditugaskan oleh petugas granulasi juga

bertanggung jawab terhadap log book untuk alat-alat bagian granulasi.

d. Final Mixing

Setelah proses granulasi selesai maka diteruskan pada proses final mixing.

Sebelum melakukan final mixing, petugas granulasi akan memeriksa ruangan,

mesin-mesin, dan alat-alat yang akan digunakan. Kemudian akan mengisi ”daftar

pemeriksaan kebersihan” dan label “bersih”, yang juga harus diperiksa dan diparaf

oleh production supervisor. Petugas IPC pharmacists juga akan memeriksa RH

dan temperatur ruangan.

Setiap kali granul dan bahan baku yang ditambahkan untuk diproses harus

dicatat dan diparaf satu per satu pada kolom yang tersedia di production sheet.

(26)

dipasang di mixing drum. Sampel campuran akhir juga diambil untuk diukur

RH-nya.

Setiap drum campuran akhir tersebut diberi satu kantong silica gel.

Drum-drum tersebut kemudian disimpan dalam granul store dan dicatat di buku yang

tersedia di ruangan tersebut. Parameter kritis di bagian final mixing adalah RH

ruangan, RH granulat, kecepatan mesin (rpm) dan waktu.

e. Pencetakan (Tabletting)

Mesin pencetakan tablet di produksi PT. BAYER Cimanggis Plant adan 5

tipe, yaitu Fette 3200, Fette 2100, mesin D4, Beta Press, dan Korch. Sebelum

instruksi pelaksanaan produksi (production sheet) dilaksanakan, petugas

pencetakan terlebih dahulu akan memeriksa ruangan, mesin dan alat-alat yang

akan digunakan. Kemudian mengisi “daftar pemeriksaan kesiapan” dan label

“bersih” dari mesin. Setelah diperiksa dan diparaf oleh foreman tablet, petugas

pencetakan akan mengambil hasil final mixing. IPC Pharmacist akan memeriksa

RH dan temperatur ruangan pencetakan. Ruangan pencetakan dilengkapi dengan

mesin tablet, timbangan elektronik, hardness tester, pengukur tebal dan diameter

tablet.

Pada persiapan proses pencetakan, operator mesin harus mengatur

ketebalan tablet, menyetel bobot tablet, dan kekerasan tablet sehingga selama

proses persiapan pencetakan tablet, mesin harus dijalankan secara manual.

Penampilan fisik pun harus diperhatikan, selama proses tabletting dilakukan

pengawasan tablet terhadap tablet yang dihasilkan meliputi:

1) Keseragaman bobot tablet

Ditimbang sejumlah 20 tablet, bobotnya tidak boleh melewati UCL

(Upper Critical Limit) dan LCL (Lower Critical Limit) pada grafik,

dilakukan setiap 15 menit.

2) Uji kekerasan Tablet

Dilakukan terhadap 10 tablet dengan mesin hardness tester dengan

satuan SCU, dilakukan minimal 1 kali per jam.

(27)

Menggunakan alat caliper dengan satuan milimeter dilakukan terhadap

10 tablet, minimal 2 kali per jam.

Setelah proses tableting selesai, tablet yang dihasilkan dimasukkan ke

dalam drum dan ditimbang kemudian ditempel print out hasil penimbangan dan

diberi satu kantung silica gel dan ditutup rapat. Produk ruah ini kemudian

disimpan di ruang penyimpanan produk ruahan untuk menunggu status released

dari QC untuk proses pengemasan dan dicatat pada buku yang ada di ruang

tersebut.

Petugas IPC Pharmacist akan melakukan pengawasan selama proses

pencetakan tablet untuk memastikan bahwa proses pencetakan tablet akan

senantiasa terkontrol kualitasnya, sehingga dihasilkan produk yang selalu

memenuhi persyaratan kualitas (standar) yang telah ditetapkan. Selama proses

pencetakan, dilakukan pemeriksaan terhadap titik sampel, yaitu pada awal, tengah

dan akhir proses pencetakan. Selain melakukan pengontrolan RH ruangan

pencetakan, petugas IPC Pharmacist pun memeriksa spesifikasi produk, yang

meliputi penampilan fisik, variasi bobot, kekerasan, desintegrasi, friabilitas dan

pH.

Apabila terjadi penyimpangan, maka petugas IPC pharmacist akan segera

melakukan tindakan untuk memperbaiki penyimpangan tersebut. Petugas IPC

Pharmacist akan segera menginformasikan secara langsung kepada operator

pencetakan akan adanya penyimpangan tersebut. Selanjutnya, petugas pencetakan

dengan atau tanpa petugas technical support, akan memperbaiki kondisi mesin

agar spesifikasi tablet yang ditetapkan dapat terpenuhi. Bila setelah perbaikan,

ternyata penyimpangan tersebut masih terjadi dan kualitas produk masih tidak

terpenuhi, maka petugas IPC pharmacist akan memberitahukan hal tersebut

kepada foreman tablet agar menghentikan proses pencetakan tersebut sampai

mesin dapat kembali mencetak tablet yang memenuhi spesifikasi.

f. Penyalutan sediaan tablet

Penyalutan tablet dilakukan terhadap tablet tertentu, yang memang

(28)

Terdapat dua jenis penyalutan yang dilakukan yaitu penyalutan dengan gula dan

penyalutan film.

Terdapat dua teknik dalam penyalutan tablet, pertama proses penyalutan

dihentikan sampai tercapai bobot tertentu, kedua penyalutan selesai ketika larutan

penyalut habis. Langkah-langkah penyalutan, yaitu :

1) Salut gula

a) Insulating ; penyalutan dasar.

b) White coating.

c) Presmoothing (pra-penghalusan).

d) Coloring (pewarnaan).

e) Polisihing (pemolesan).

Pada proses penyalutan, tablet yang akan disalut dimasukkan ke dalam

coating pan dan diputar dengan kecepatan tertentu. Setelah tablet mencapai

temperatur tertentu (sekitar 40◦C) dengan diberikannya udara panas ke dalam

panci, larutan penyalut ditambahkan sampai diperoleh bobot tablet yang

ditentukan, kemudian tablet ditebar pada tray dan dimasukkan ke dalam oven

dengan suhu 45◦C . Setelah itu dilakukan sortir untuk memisahkan tablet yang

secara appearance kurang sesuai dengan kriteria.

2) Salut film

a) Coating (pelapisan).

b) Polishing (pemolesan).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyalutan tablet adalah :

a) Persiapan proses penyalutan

1) Kernel dan bahan baku diperiksa beratnya apakah sesuai dengan labelnya.

2) Nomor batch dan beratnya harus sesuai dengan instruksi pelaksanaan

produksi.

3) Setiap bahan baku yang sudah diperiksa beratnya langsung diproses.

4) Laporkan segera bila ada kelainan kepada pengawas produksi.

b) Selama proses penyalutan

1) Bentuk dan warna serta penampilan harus selalu diperhatikan.

(29)

3) Pada waktu penyalutan film, jarak antara nozzle yang satu dengan yang

lain dan antara nozzle dengan cores/kernel harus selalu diperhatikan.

4) Nozzle bisa tersumbat oleh lacquer, oleh karena itu harus sering diperiksa

dan dibersihkan.

5) Suspensi lacquer harus terus diaduk agar selalu homogen dan pengurangan

berat yang disemprotkan harus selalu dicatat.

6) Setelah proses selesai, tablet salut disimpan dalam drum yang berisi silica

gel.

7) Hasil penyalutan dicatat dalam production sheet.

Parameter penyalutan tablet salut film meliputi:

1. Larutan penyalut yang keluar dari nozzle atau yang ditambahkan secara

manual harus merata dan tidak terhambat.

2. Dalam pembuatan tablet salut film tekanan penyemprotan larutan penyalut

harus sesuai agar tidak mengering sebelum mengenai tablet. Jika tidak maka

permukaan tablet tidak merata.

3. Kecepatan penyemprotan pada mesin untuk salut film harus sesuai. Jika

kecepatannya terlalu tinggi menyebabkan tablet menjadi basah dan lengket.

4. Temperatur udara yang masuk ke dalam coating pan (inlet air temperature)

tidak boleh lebih rendah dari exhaust air temperature sehingga cukup untuk

mengeringkan larutan penyalut.

5. Volume udara yang masuk ke dalam coating pan (inlet air volume) harus

memadai agar massa tablet dapat bergerak/berputar di sekitar lokasi

penyemprotan dengan baik.

Pemeriksaan untuk memastikan proses penyalutan tablet terkontrol meliputi:

1) Penampakan fisik

Distribusi warna harus merata, tidak pudar, dan tidak berbintik.

2) Bobot tablet salut

Bobot rata-rata 20 tablet harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan.

g. Pembuatan sediaan sirup

Sebelum instruksi pelaksanaan produksi (production sheet) dilaksanakan,

(30)

produk sebelumnya termasuk label, bahan baku, production sheet, mesin-mesin,

dan alat-alat yang akan dipakai sudah disiapkan dan bersih.

Bahan-bahan dicampur sesuai dengan production sheet, lalu dilarutkan

dengan air demineral masak sampai volume tertentu dan dilakukan tes pH.

Kemudian, dilakukan penyaringan dengan saringan yang telah ditentukan dan

disimpan di ruang bulk sampai menunggu proses selanjutnya (analisis QC).

Pemeriksaan sirup dilakukan oleh IPC meliputi pH, sedangkan pemeriksaan oleh

QC meliputi pemerian, viskositas, bobot jenis, homogenitas, dan pH.

3.2.2 Packaging

Pengemasan adalah proses yang mengubah produk ruahan menjadi produk

jadi yang merupakan tahap akhir sebelum suatu produk dipasarkan. Fungsi

kemasan yaitu untuk melindungi produk terhadap pengaruh dari luar, seperti

kelembaban, suhu, kontaminan (kotoran, mikroba, dan lain-lain), serta menambah

nilai estetika produk.

Departemen Packaging dipimpin oleh Packaging Manager yang dibantu

oleh, IPC Packaging dan Packaging Administration.

Jenis kemasan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu

a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang kontak langsung dengan produk,

seperti blister, strip, alumunium foil, botol sirup,serta tube salep.

b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang tidak mengalami kontak langsung

dengan obat (setelah kemasan primer), seperti sleeve, envelope, box,

karton, dan shipper.

c. Kemasan tersier, yaitu kemasan setelah kemasan sekunder, seperti shipper.

Proses pengemasan di PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant dilakukan di

area E. Pengemasan primer seperti Effervescent Packaging (in line dan off line

effervescent packaging), Blistering, Stripping, dan Bottle Filling dilakukan di area

E. Pada proses pengemasan primer ini dilakukan coding nomor batch dan tanggal

kadaluarsa. Kegiatan yang dilakukan di area F adalah pengemasan sekunder dan

tersier, seperti pengemasan tube ke dalam box, pengemasan strip/blister ke dalam

sleeve, envelope, maupun box, pelabelan maupun shippering. Folding leaflet dan

(31)

kemasan dilakukan dengan printing menggunakan ink jet printer ataupun dengan

emboss.

Sebelum proses pengemasan dimulai, dilakukan line clearance, yaitu

kegiatan untuk membersihkan jalur pengemasan dari sisa produk atau batch

sebelumnya yang meliputi pembersihan mesin, penambahan pelumas pada alat,

pemasangan bahan-bahan pengemas, pemeriksaan temperatur dan RH,

pembersihan ruangan, penempatan peralatan yang digunakan dalam proses

pengemasan, kelengkapan pakaian kerja dan pemastian tidak ada barang-barang

lain yang tidak berhubungan dengan proses pengemasan.

IPC di bagian packaging bertugas mengawasi mutu selama proses

pengemasan. Proses pengemasan dimulai dari tahap pengemasan primer hingga

tahap pengemasan tersier. Proses pengemasan dilaksanakan dengan mengikuti

instruksi pelaksanaan SOP (Standard Operating Procedure) untuk menghasilkan

obat jadi yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi dan hasil

pemeriksaan didokumentasikan pada IPC form dan database secara elektronik.

Secara umum, tugas IPC di bagian packaging adalah mengontrol dan mengawasi

kegiatan pengemasan dengan melakukan evaluasi terhadap kemasan, yaitu uji

keseragaman bobot; memastikan kemasannya tepat baik penomoran batch, label,

expired date, negara yang dituju; uji kebocoran, uji kekuatan tutup botol, serta

memastikan penampilan fisik kemasan.

Alur proses pengemasan di PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant, yaitu

1. Permintaan bahan pengemas ke bagian Gudang menggunakan form Packaging

Order.

2. Bagian warehouse menyiapkan bahan pengemas sesuai Packaging Order.

3. Serah terima bahan pengemasan dilaksanakan di ruang penyerahan barang.

4. Pelaksanaan proses pengemasan sesuai ketentuan dari masing-masing

produk, bahan pengemas primer dan sekunder dimasukkan ke dalam area E

5. Pencatatan bahan pengemas yang digunakan dari suatu lot untuk suatu

produk.

6. Pengembalian kelebihan bahan pengemas ke warehouse, dengan ditempel

(32)

7. Pencatatan jumlah produk akhir yang dihasilkan.

8. Hasil pengemasan atau produk jadi diserahkan ke bagian Gudang untuk

didistribusikan.

Proses pengemasan produk yang dilakukan di PT. Bayer Indonesia

Cimanggis Plant adalah

1. In line Effervescent Packaging

Proses pengemasan tablet effervescent dalam alumunium tube yang

dilakukan secara otomatis dan bersamaan dengan proses produksi (mesin pencetak

tablet satu jalur dengan mesin pengemas). Proses pengemasan dapat dilakukan

untuk 1 campaign (kumpulan beberapa batch) sehingga dihasilkan kapasitas hasil

pengemasan yang lebih besar. Mesin yang digunakan untuk proses pencetakan,

yaitu

1. Sohnel (untuk menghilangkan debu, memposisikan tablet agar sesuai

dengan jumlah yang diperlukan untuk satu kemasan, memasukkan

tablet ke dalam tube dan menutup clossure)

2. Autowrapper (untuk membungkus tablet dengan alumuniun foil)

3. Domino inkjet printer (untuk coding nomor batch dan expired

date)

4. Marchesini Group (untuk pengemasan tube ke dalam box)

5. Garvens checkweihger (untuk melakukan sortasi pada box yang

bobotnya tidak sesuai dengan spesifikasi)

6. Multipack (untuk bundling dan security sealing).

Pada rangkaian mesin-mesin tersebut terdapat kallish untuk membersihkan

bagian dalam tube dari kotoran. Mesin ini akan menyalurkan tube ke dalam mesin

Sohnel. Terdapat pula detektor untuk menyeleksi kemasan yang kurang sesuai,

seperti penutupan dan pelabelan yang kurang sempurna serta bobot produk yang

tidak sesuai yang berada sebelum Garvens checkweigher. Pada proses In line

Effervescent Packaging ini suhu ruangan diatur agar maksimal 270C dan RH

ruangan maksimal 26%.

(33)

Proses pengemasan tablet dalam strip dengan menggunakan alumunium

foil, sedangkan blister dengan menggunakan alumunium foil dan PVC. Stripping

menggunakan mesin Hassia-Stripping Machine, sedangkan blistering

menggunakan mesin Ulhmann-UPS I 300 Blistering Machine. Pada proses

pengemasan ini perlu dilakukan tes kebocoran pada tiap waktu sampling. Kontrol

terhadap kebocoran harus dikerjakan secara teratur selama stripping dan blistering

untuk mendapatkan kemasan strip dan blister yang sempurna (bebas dari

kebocoran). Toleransi kebocoran dari produk adalah 0%. Jika ditemukan ada

produk yang bocor, maka produk sebelumnya dalam rentang waktu tertentu harus

diperiksa kembali.

Tes kebocoran untuk semua sediaan strip dan blister dilakukan pada

waktu:

1. Awal atau mulai kerja.

2. Setelah pergantian batch.

3. Setelah ganti roll aluminium foil/PVC.

4. Setelah terdapat kerusakan mesin atau kegagalan yang lain.

Jika kualitas foil kurang baik, maka tes dilakukan lebih sering.

3. Bottle Filling

Sebelum dilakukan bottle filling, botol yang akan digunakan dikallish

terlebih dahulu sehingga botol terbebas dari kotoran yang menempel. Proses bottle

filling di PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant terdapat dua macam, yaitu untuk

mengemas sediaan cair (sirup) dan tablet ke dalam botol. Proses pengemasan

sediaan sirup dilakukan dengan hati-hati dan higienis untuk menghindarkan

adanya kontaminan yang dapat masuk dalam botol pada saat pengisian. Mesin

yang digunakan yaitu Varvomax. Untuk mesin filling tablet, digunakan vibrator

untuk menghitung jumlah tablet dalam satu botol, lalu tablet dimasukkan ke botol

dan dapat ditambahkan desiccant ke dalamnya sesuai dengan order. Penutupan

atau closure botol menggunakan mesin Ciliotta.

(34)

Departemen materials management dipimpin oleh seorang materials

manager yang membawahi dua subdepartemen, yaitu subdepartemen Production

Planning and Inventory Control (PPIC) dan gudang (Warehouse).

Dalam pelaksanaannya, Materials Management mempunyai tanggung

jawab sebagai berikut:

a. Memantau persediaan bahan baku dan bahan pengemas yang dibutuhkan

untuk proses produksi dan proses pengemasan. namun tetap mengendalikan

persediaan secara efisien dengan memperhatikan kapasitas yang ada.

b. Mengatur dan memantau pembelian bahan baku dan bahan pengemas yang

dilakukan purchasing management.

c. Memenuhi permintaan departemen pemasaran melalui koordinasi dengan

bagian produksi, pengemasan, QA/QC, pembelian dan lainnya yang

berhubungan dalam menyediakan obat jadi (finished goods) ke distributor

sesuai dengan waktu yang ditentukan.

d. Mengatur dan memantau operasional gudang dengan menjamin bahwa GMP

dilakukan dengan baik dalam mengatur dan menyimpan bahan baku, bahan

pengemas, produk jadi dan produk kembalian sesuai dengan kondisi ruangan

yang dibutuhkan dari masing-masing material.

Berikut ini pembagian departemen Materials Management:

a. Production Planning and Inventory Control (PPIC)

Tugas PPIC adalah melakukan perencanaan produksi dan pengendalian

persediaan. PPIC menerjemahkan kebutuhan produk dari marketing ke dalam

produk schedule dengan memperhatikan sumber daya (resource)

Dalam melakukan perencanaan produksi, PPIC mendapat gambaran

produksi dalam bentuk perkiraan (forecast) untuk tiga bulan ke depan dari bagian

marketing. Tipe forecast ada 2, yaitu forecast untuk ekspor dan lokal. Untuk tipe

forecast ekspor menggunakan prinsip “make to order”, yaitu permintaan pasar

dibuat sesuai dengan pesanan. Sedangkan, untuk tipe forecast lokal menggunakan

prinsip “make to stock”, yaitu stok dibuat tidak berdasarkan order. Kedua prinsip

ini berbeda karena untuk pasar lokal, marketing lebih mengetahui kondisi pasar

(35)

PPIC memasukkan data sehingga terbentuk Manufacturing Order (MO). MO

terdiri atas dua jenis, yaitu

1) MO untuk bagian produksi serta packaging

2) MO untuk bagian penyediaan barang (Materials Management).

Setiap tiga bulan sekali MO dikirim ke bagian produksi dan packaging,

kemudian PPIC berkoordinasi dengan bagian produksi dan packaging dengan

membuat perencanaan produksi, selanjutnya jadwal produksi ini diperiksa oleh

bagian PPIC untuk disesuaikan dengan jadwal ketersedian bahan baku dan bahan

pengemas.

MO untuk bagian Materials Management diubah menjadi Purchasing

Request (PR) yang akan dikirim ke bagian Purchasing. Dari purchasing request

ini, oleh bagian pembelian akan diubah menjadi purchasing order (PO) yang akan

dikirim ke vendor. Vendor di PT. Bayer ini merupakan vendor yang telah disetujui

berdasarkan SOP (approved vendor), yang juga terdaftar dalam sistem SAP, yaitu

PT. Anugerah Pharmindo Lestari. Inventory yang dikelola oleh PPIC meliputi

bahan baku, bahan pengemas dan produk jadi.

Tipe pengiriman suatu produk ada 2, yaitu

1) sea freight (pengiriman melalui kapal)

Umumnya pengiriman ini digunakan untuk pengiriman produk sesuai

jadwal dan dengan kapasitas yang lebih besar.

2) air freight (pengiriman melalui pesawat)

Pengiriman ini khusus digunakan bila waktu yang dibutuhkan untuk

sampai ke customer tidak akan tepat waktu apabila dikirim menggunakan sea

freight. Selain itu, pengiriman ini juga digunakan bila kebutuhan suatu pasar

meningkat dan stok buffer di pasar tidak mencukupi. Meskipun jangka waktu

pengiriman ini sangat singkat, tetapi biaya yang dikeluarkan juga sangat besar.

b. Warehouse (Gudang)

Warehouse atau gudang adalah bagian yang menerima, menyimpan dan

mengeluarkan barang. Fungsi dari gudang adalah menata dan mengatur bahan baku,

(36)

maupun kimia, serta menghindari kesalahan pada saat pengambilan, seperti yang

telah ditentukan dalam GMP.

Tugas dan tanggung jawab bagian gudang adalah

1) Menangani semua bahan baku yang berkaitan dengan proses produksi, artinya

menyediakan dan mempersiapkan bahan baku untuk proses produksi farmasi

yang sesuai dengan production order (PO).

2) Melakukan cycle count antara jumlah kenyataan dengan jumlah yang tertentu

pada sistem.

3) Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluarsa untuk setiap bahan baku secara

berkala melalui SAP.

4) Membantu bagian QA/QC pada saat pengambilan sampel bahan baku

untuk pemeriksaan.

5) Menata atau melakukan pengaturan bahan baku sesuai dengan lokasi yang

tertera pada sistem dan sesuai dengan ketentuan CPOB.

Tempat penyimpanan barang di gudang PT. Bayer Indonesia Cimanggis

Plant, yaitu

1) Ruangan dengan suhu dibawah 30°C

a) Receiving area

Merupakan tempat yang digunakan untuk menerima dan menyimpan

barang yang datang. Di ruang ini terdapat pallet changer untuk menukar palet kayu

(biasanya dari vendor) dengan palet plastik.

b) Rejected area

Merupakan ruangan yang digunakan untuk menyimpan barang-barang

yang ditolak karena berbagai alasan yang ditetapkan oleh departemen QA/QC.

Ruang ini diberi pembatas khusus dan dikunci, untuk menghindari terjadinya mix

up dengan material lain.

c) Non inventory area

Merupakan ruangan yang digunakan untuk menyimpan barang-barang

diluar keperluan produksi. Ruang ini biasanya digunakan untuk menyimpan

barang-barang keperluan QA/QC dan marketing.

(37)

a) Storage room

Untuk penyimpanan starting material (bahan baku dan bahan pengemas) yang

telah diregistrasikan ke dalam SAP. Rak penyimpanan starting material terdiri atas 12

baris, 7 level (tingkat), dan 11 kolom. Masing-masing kolom dalam satu level

dapat menampung tiga palet, kecuali untuk kolom satu hanya dua palet.

b) Sampling room

Memiliki kualitas udara dan ruang penyangga material in dan material out

sesuai kualitas ruang produksi untuk keperluan pengambilan sampel, terutama

untuk bahan baku dan bahan pengemas primer.

3) Ruangan dengan suhu antara 2-8°C

Merupakan ruangan untuk menyimpan material maupun produk yang tidak

tahan panas seperti flavour, vitamin tertentu, serta caramel.

4) Solvent store

Merupakan ruangan yang digunakan untuk menyimpan reagen kimia untuk

kebutuhan laboratorium. Tempat penyimpanan ini letaknya terpisah dari bagian

gudang.

PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant tidak mempunyai quarantine area

(ruang karantina) dan quarantine hanya dilakukan di inventory system (SAP). Hal

ini dikarenakan barang-barang yang tersedia di gudang merupakan barang yang

fast moving dan dianalisis cepat oleh bagian QC sehingga bila dilakukan hanya

akan memperlama proses produksi. Untuk barang yang sedang menunggu proses,

seperti returned goods dan product recall diletakkan di dalam gudang dan segera

dicek oleh QA/QC. Setelah memperoleh keputusan reject, maka barang ditempel

label “rejected” dan dimasukkan ke rejected area. Barang-barang di rejected area

ini selanjutnya akan dimusnahkan.

Adapun alur semua material (raw material, packing material, finish good)

masuk ke dalam warehouse, yaitu harus memenuhi prosedur dan dipastikan

bahwa material yang masuk tersebut dapat dipertanggungjawabkan kualitas,

kuantitas, traceability, keaslian dan identitasnya. Setelah itu dilakukan

penyesuaian antara material dengan Purchasing Order yang tertera pada Delivery

(38)

penerimaan barang (Material Received Report). Setiap material (raw material

maupun packing material) yang diterima oleh bagian gudang dilakukan

pemeriksaan berupa pemeriksaan fisik kondisi barang, label dan kuantitas barang

yang diterima, lalu ditempel pallet label dan label release setelah dianalisis oleh

QC. Setelah itu material dapat disimpan di dalam ruang penyimpanan sesuai

dengan jenis material. Bila sampel ditolak maka ditempel label rejected yang

berwarna merah dan akan disimpan di rejected area untuk kemudian

dimusnahkan.

Setiap material yang disimpan di gudang mempunyai batas waktu

penyimpanan. Jika sudah mendekati batas waktu penyimpanan dan material masih

tersedia, maka bagian gudang akan mengajukan permohonan retest ke QC. Jika

hasil retest menunjukkan bahwa material masih memenuhi syarat dan stabil maka

waktu penyimpanan tersebut diperpanjang oleh departemen QA/QC.

Pengeluaran barang berdasarkan sistem First Expired First Out (FEFO)

dan First In First Out (FIFO). Barang yang diminta dicek nomor batchnya dan

bagian gudang siap melakukan transfer posting, yaitu suatu transaksi pengiriman

barang baik secara sistem maupun secara fisik dari gudang ke produksi. Untuk

bahan baku yang tersisa, maka sisa barang akan dikirimkan kembali ke gudang,

disertai print out penimbangan sisa barang. Kemudian bagian gudang akan

menimbang kembali kebenaran sisa barang yang dikirim itu.

3.2.4 Engineering

Departemen Engineering dipimpin oleh seorang engineering manager

yang membawahi dua subdepartemen, yaitu subdepartemen Equipment dan sipil.

Departemen Equipment bertanggung jawab terhadap mesin-mesin yang berada di

area produksi dan pengemasan baik dalam perawatan maupun modifikasi.

Sedangkan departemen sipil bertanggung jawab terhadap gedung, limbah dan

energi. Untuk gedung, departemen engineering bertanggung jawab merawat,

memperbaiki semua yang berkaitan dengan gedung, baik gedung itu sendiri

maupun pencahayaan dan AHU. Untuk energi, departemen engineering

bertanggung jawab terhadap energi listrik, uap dan air. Untuk limbah, departemen

(39)

departemen engineering bekerja sama dengan PT. Wastec untuk mengolah limbah

padat.

Bagian subdepartemen equipment bertanggung jawab terhadap kualifikasi

suatu alat. Proses kualifikasinya dibagi menjadi 4 tahap yaitu

1. Subdepartemen equipment membuat URS (User Requirement System).

URS ini berisi data tentang kebutuhan yang diperlukan, seperti bahan mesin yang

akan digunakan, komponen dan kecepatan, ukuran ruangan, spesifikasi produk

yang ingin dihasilkan. Setelah membuat URS, subdepartemen ini membuat risk

analysis yang berhubungan dengan GMP dan safety . Kemudian, subdepartemen

ini mencari supplier dan bila disetujui maka dimulailah kualifikasi desain (Design

Qualification). kualifikasi desain merupakan suatu proses pemastian dimana

spesifikasi yang diinginkan oleh industri dikirimkan kepada supplier kemudian

supplier akan mengirimkan kembali desain yang disanggupi oleh supplier. Bila

desain tersebut disetujui, maka supplier akan mulai memproduksi mesin yang

diorder. Selanjutnya akan dilakukan FAT (Factoring Acceptance Test) untuk

memastikan spesifikasi telah sesuai atau belum sebelum supplier mengirimkan

mesin yang telah dibuat.

2. Setelah disetujui, dilakukan SAT (Site Acceptance Test) dimana mesin

diinstalasikan (Installation Qualification). Tahap ini dilakukan untuk menjamin

dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai

dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang

bersangkutan dan pemasanganna dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah

ditetapkan. IQ ini dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi mesin.

3. Selanjutnya dilakukan Operasional Qualification untuk menjamin dan

mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi telah

beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Kemudian, dilakukan

Cleaning Validation untuk memastikan mesin yang digunakan bebas kontaminasi.

4. Selanjutnya, dilakukanlah Product Validation untuk melihat

performa mesin dan kualitas produk yang dihasilkan. Performance Qualification

ini dilakukan untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau

(40)

dengan cara menjalankan sistem sesuai dengan tujuan penggunaan.Pada tahap ini,

Departemen engineering tidak bertanggung jawab lagi dan yang bertanggung

jawab melakukan kualifikasi ini adalah departemen QA/QC.

Bagian subdepartemen sipil, selainbertanggung jawab terhadap perawatan

gedungnya itu sendiri, juga bertanggung jawab terhadap pencahayaan dan AHU

(Air Handling Unit). Pada setiap ruangan, aliran udara diatur melalui sistem Air

Handling Unit (AHU) yang dikelola secara manual dan computerized dengan

Building Automatization System (BAS) untuk mencegah kontaminasi silang.

Sistem tersebut terdapat pada ruangan tertentu seperti ruang produksi, ruang

mikrobiologi, ruang sampling, ruang pengemasan (primer dan sekunder),

laboratorium, gudang, koridor dan office (production, packaging, QA/QC).

Khusus untuk ruang produksi dan pengemasan primer untuk produk effervescent

dilengkapi juga dengan Dehumidifier Handling Unit untuk mengatur kelembapan

udara. Pada semua ruang produsi dilengkapi pula dengan alat penyedot debu yang

disebut dengan Deduster dan Wet scrubber. Selain itu, juga dilengkapi dengan

Laminar Air Flow (LAF) pada laboratorium mikrobiologi dan High Efficiency

Particulate Air (HEPA) Filter pada ruang produksi dan laboratorium

mikrobiologi.

Limbah yang dihasilkan oleh PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant,

meliputi :

a. Limbah padat

PT. Bayer Indonesia Cimanggis Plant tidak mengelola sendiri limbah

padat, tetapi bekerja sama dengan pihak ketiga, yaitu PT. Wastec. Untuk limbah

kertas dan karton akan dirusak dengan shreeder terlebih dahulu sebelum

kemudian diserahkan ke pihak ketiga untuk dilakukan proses daur ulang.

b. Limbah cair

Sistem pengolahan limbah/Waste Water Treatment Plant (WWTP) PT. Bayer

Indonesia Cimanggis Plant menggunakan sistem pengolahan limbah kombinasi aerob

dan anaerob. Sumber limbah cair berasal dari produksi, rumah tangga dan septic tank.

Referensi

Dokumen terkait

gudang obat jadi sesuai dengan prosedur tertulis yang telah

Bagian pengawasan mutu telah melaksanakan tugasnya dengan baik dengan melakukan pengujian terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi. Saat proses

1. Memastikan bahan awal memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan untuk. identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas

Seorang apoteker harus dapat menjamin penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) di berbagai bagian dalam industri farmasi untuk menjamin produksi obat dan alat kesehatan

Pengawasan mutu adalah bagian yang esensial dari cara pembuatan obat. yang baik untuk memastikan tiap obat yang dibuat

(2006), Pedoman Penerapan Cara Pembuatan Obat yang

Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan senantiasa

Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik.. Himpunan Peraturan