KLAASIFIKASII DAN PEN KANTOR
NAMA : NIM :
U Menyelesa FAKUL UN LAPOR NETAPAN PELAYAN
: BRIAN A : 11260006
Untuk Mem aikan Studi Admin LTAS ILMU NIVERSIT RAN TUGA PAJAK PE NAN PAJA O L E H AGITA FIL 66 menuhi Sala i Pada Prog nistrasi Per U SOSIAL AS SUMAT MEDAN 2014 AS AKHIR ENGHASIL AK PRATA LIA SEMBI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PKLM INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIPERSENTASIKAN OLEH:
Nama : Brian Agita Filia Sembiring
Nim : 112600066
Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan
Judul : Klasifikasi Dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan
Diploma III Administrasi Perpajakan
(Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si) (Asimayanty S Siahaan,Ph.D) (Esteriah Br. Sitepu,SE)
NIP : 195608311986011001 NIP: 196401261988032002 NIP:196210091986082001
Dekan FISIP USU
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus untuk segala hikmat,
karunia dan kasihNya serta setiap berkat yang telah dianugerahkanNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dengan judul
“Klasifikasi Dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
orangtua penulis, Ayahanda Drs.Nasional Sembiring atas segala doa yang tulus sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dan kepada Ibunda tercinta Seri Ulina Barus meskipun
jauh disurga aku tahu doamu selalu menyertai langkahku.
Penulis juga banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Ibu Dra. Ibu Arlina S.H, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
4. Ibu Asimayanty Siahaan, P.hD, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu, pemikiran serta pengertian untuk membimbing penulis hingga selesainya
Laporan Tugas Akhir ini.
5. Ibu Esteriah Br. Sitepu, S.E, selaku Kepala Seksi Pelayanan KPP Pratama Binjai dan
sekaligus supervisor lapangan.
6. Pegawai Seksi Pelayanan dan Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama
Binjai.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah
memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan
8. Kakakku Henina dan suami serta si jutek Audy yang memberikan warna baru di keluarga
ini, abangku Ardivan Agave yang memberikan banyak ajaran dan contoh sikap hidup
untuk saya menjadi adik yang baik.
9. Untuk para sahabat Tri Adji dan Zulfatli yang selalu ada disaat suka dan duka, serta
teman-teman sekelas Tax B 2011 yang telah bersama-sama melewati bosannya rutinitas
selama perkuliahan tetapi sangat berwarna dan berkesan.
10.Untuk kawan-kawan seperjuangan di keluarga besar kepengurusan Improsaja periode
2013/2014, yang memberikan banyak pelajaran dan pengalaman serta kesempatan untuk
tahu lebih dalam hidup bersosialisasi dan berorganisasi dalam pengabdian selama
kepengurusan.
Kesempurnaan hanya milik Sang Pencipta. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan isi dan penyajian di
masa yang akan datang dan semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Medan, Agustus 2014
Penulis
Brian Agita Filia Sembiring.
DAFTAR ISI
Hal
Lembar Persetujuan
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri... ... 1
B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri... ... 4
C.Uraian Teoritis ... 6
D.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 7
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8
F. Metode Pengumpulan Data ... 10
G.Sistematika Penulisan ... 11
BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 12
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ...………. 15
C. Tugas dan Wewenang Masing – Masing Seksi ... 16
D. Visi dan Misi ……….. 22
BAB III. URAIAN TEORITIS DAN GAMBARAN DATA PRAKTIK A. Uraian Teoritis ………... 23
B. Gambaran Data Praktik ... 43
BAB IV. ANALISIS DAN EVALUASI
A. Klasifikasi Penerimaan PPh Orang Pribadi ... 50
B. Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 52
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 53
B. Saran... 54
DAFTAR PUSTAKA... ... 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu cara kerja yang langsung dapat
membimbing kita ke dalam dunia kerja yang nyata guna memberikan kita arah dan cara yang
lebih baik dalam melakukan pekerjaan. PKLM adalah kegiatan instrakurikuler yang dilakukan
oleh mahasiswa secara mandiri yang langsung ditujukan untuk memberikan pengalaman praktis
di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari
dosen jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara. Karena sifatnya untuk memberikan dan belajar keahlian
secara praktis, maka bantuan yang diberikan cenderung terbatas, untuk mengetahui “Klasifikasi
dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai”.
Berdasarkan sistem pemungutan pajak di Indonesia, yaitu Self Assesment System, wajib
pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan (tax
planning), memotong, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar
dan dilaporkan sesuai dengan keadaan sesungguhnya.
Pengenaan Pajak Penghasilan atas wajib pajak berdasarkan penghasilan yang diperoleh
baik di Indonesia maupun dari luar negeri dalam satu tahun pajak, bagian tahun pajak atau tahun
buku. Biasanya pajak penghasilan disebut juga pajak langsung karena dikenakan atas
Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
yang penghasilan netonya tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Pada
prinsipnya orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri adalah mereka yang
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
tidaklah harus berturut-turut, tetapi ditentukan oleh jumlah hari orang tersebut berada di
Indonesia dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak keddatangannya di Indonesia. Subjek
pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar negeri. Tempat tinggal
orang pribadi atau tempat kedudukan badan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak menurut
keadaan yang sebenarnya.
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak. Undang-undang ini
menganut prinsip perpajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak
dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak
dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajb
pajak tersebut.
Berdasarkan self assessment system yang diterapkan oleh pihak-pihak fiskus kepada
wajib pajak yaitu menghitung, memperhitungkan, membayar serta melaporkan jumlah pajaknya
yang terutang. Dalam hal ini dibuktikan dengan pengisian SPT yang dilakukan oleh wajib pajak
orang pribadi. Setiap wajib pajak mengisi SPT dengan jelas, benar, lengkap, menandatangani dan
meyampaikan SPT-nya ke KPP Pratama dimana dia bertempat tinggal atau tempat lain yang
menurut perundang-undangan perpajakan yang berlaku. SPT tersebut harus disampaikan ke KPP
Pratama, paling lama tiga bulan setelah akhir tahun pajak.
Meskipun demikian, masih banyak wajib pajak orang pribadi yang belum patuh dan
belum melaporkan pajaknya dengan benar. Masih terdapat pula wajib pajak yang melaporkan
pajaknya tidak sesuai waktu serta tidak sesuai dengan jumlah yang sebenarnya.
Dengan memperhatikan hal diatas, penulis tertarik untuk mempelajari, memahami,
mendalami proses pengklasifikasian dan penetapan pajak penghasilan orang pribadi. Maka
penulis mengangkat judul tentang “ Klasifikasi Dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai”.
B. Tujuan Dan Manfaat
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Kegiatan PKLM oleh mahasiswa dari Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan Fisip USU diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM yaitu :
1.1 Untuk mengetahui secara lebih mendalam prosedur dan tatacara
Pengkasifikasian dan Penetapan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
1.2 Untuk mengetahui perkembangan jumlah Wajib Pajak Penghasilan Orang
Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
1.3 Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam Pengklasifikasian dan
Penetapan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
PKLM ini tentunya sangat bermanfaat bagi beberapa pihak diantaranya adalah :
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Dapat mempraktikkan yang diperoleh dari bangku kuliah kedalam permasalahan
kehidupan yang nyata.
b. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai
pengklasifikasian dan penetapan wajib pajak penghasilan orang pribadi.
c. Memahami tata cara dan pengklasifikasian dan penetapan wajib pajak penghasilan
orang pribadi.
2.2 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip USU.
a. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa dituntut
sumbangsihnya terhadap instansi, baik berupa saran maupun kritik yang bersifat
membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja di
lingkungan instansi tersebut. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga
pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
b. Agar program studi dapat lebih berperan dalam menyelesaikan kegiatan
pendidikan sesuai dengan peraturan-peraturan yang sekarang ditetapkan.
c. Sebagai sarana mempromosikan potensi-potensi dari Program Studi Diploma III
2.3 Bagi instansi pemerintah khususnya KPP Pratama Binjai
a. Membina kerjasama antar lembaga pendidikan dengan instansi pemerintah.
b. Dapat menambah masukan dan saran dan sumber-sumber ide baru
c. Dapat melihat sampai dimana perkembangan ilmu pengetahuan yang sekarang
diterapkan.
C. Uraian Teoritis
1. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) sebelum perubahan perundang-undangan perpajakan tahun 1983
diatur dalam beberapa ketentuan perundang-undangan/ordonansi seperti yang dikenal dengan
Pajak pendapatan orang pribadi yang dipungut berdasarkan Ordonansi Pajak Perseroan yang
diatur dalam Ordonansi Pajak Perseroan Tahun 1925 serta pajak atas bunga, dividen, dan royalti
tahun 1970.
Selanjutnya sejak tahun 1984 Pajak Penghasilan dipungut berdasarkan Undang-Undang
undang-undang PPh ini dilakukan perubahan pada tahun 1990, tahun 19994, tahun 2000 dan
yang terakhir dilakukan perubahan tahun 2008.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 dengan beberapa kali dilakukan perubahan
terakhir pada tahun 2008 digunakan sebagai Dasar Hukum Pemungutan Pajak Penghasilan
merupakan perpaduan dari beberapa ketentuan yang sebelumnya diatur secara terpisah
sebagaimana telah diuraikan di atas. Ditinjau dari pengelompokannya, Pajak Penghasilan
dikategorikan sebagai Pajak Pusat, tetapi ditinjau dari sifatnya dikategorikan sebagai Pajak
Subjektif. Dengan pengertian bahwa pemungutan Pajak Penghasilan ini berpangkal atau
berdasarkan pada subjek pajaknya.
3. Manfaat Pajak
Adapun beberapa manfaat pajak bagi negara adalah :
a .Sumber Penerimaan Negara
Penerimaan pajak dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) dalam sisi penerimaan dan di pakai untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
b. Sebagai Alat Pemerataan Pendapatan
Pajak sebagai alat pemerataan pendapatan dilakukan dengan menerapkan tarif pajak lebih
tinggi untuk golongan masyarakat yang berpendapatan tinggi. Akan tetapi dengan tarif pajak ini
bisa efektif sebagai pemerataan apabila dana yang dikumpulkan dialokasikan betul-betul untuk
kepentingan golongan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah yaitu untuk memperbaiki
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam laporan praktek kerja lapangan mandiri ini, maka yang menjadi ruang lingkup
penulisan adalah :
1. Prosedur dan tata cara Pengklasifikasian dan Penetapan Wajib Pajak Penghasilan
Orang Pribadi pada KPP Pratama Binjai.
2. Perkembangan jumlah Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama
Binjai.
3. Kendala-kendala yang terjadi dalam Pengklasifikasian dan Penetapan Wajib Pajak
Penghasilan Orang Pribadi pada KPP Pratama Binjai.
E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mandiri maka penulis menggunakan metode
sebagai berikut :
1.Tahap Persiapan
Mengajukan judul, penentuan judul, pengesahan judul oleh Kajur Program Diploma III
Administrasi Perpajakan, pembuatan Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri, seminar
Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri, perbaikan Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri,
persetujuan penentuan Dosen Pembimbing, bimbingan dan konsultasi dengan Dosen
Pembimbing, pembuatan surat izin untuk Praktik Kerja Lapangan Mandiri ke Kantor Pelayanan
2. Studi Literatur (Kepustakaan)
Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan di bahas melalui
buku-buku, majalah, Undang-Undang, keputusan Menteri Keuangan, keputusan Menteri
Keuangan, keputusan Direktur Jendral Pajak dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan
objek pembahasan.
3. Observasi Lapangan
Penulis melaksanakan pengamatan dan kegiatan studi secara langsung guna mencari data
dan informasi dengan mengikuti PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, serta
mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas..
4. Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan apa yang
dikerjakan pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri nantinya yang diperlukan dalam penyusunan
laporan akhir dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
Dalam pengumpulan data sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari pihak-pihak yang
mengetahui dan memahami tentang Pengklasifikasian dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi di KPP Pratama Binjai. Contoh data primer adalah yang diperoleh dari responden melalui
kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari referensi ilmiah yang mendukung
laporan PKLM. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa
absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh
dari majalah, dan lain sebagainya.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan dan kendala yang
dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar terbaik untuk memecahkan
masalah tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Adapun metode yang dipakai adalah sebagai
berikut :
1. Wawancara (Interview)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan
mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten agar menambah objektifitas
tugas akhir berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM.
2.Observasi (Pengamatan)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak
bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan mematuhi
petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada
instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko yang
tinggi.
3. Dokumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi
yang telah diperoleh dari instansi.
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM
Adapun yang menjadi maksud yang membuat sistematika penulisan laporan PKLM
adalah untuk mempermudah pemahaman dan penulisan laporan PKLM. Sistematika penulisan
PKLM dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan diberi penjelasan yang
terperinci.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri
dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian Teoritis, ruang lingkup
PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan
PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja
Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan
penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, Struktur Organisasi, tugas dan
BAB III : KLASIFIKASI DAN PENETAPAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI
Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana gambaran mengenai
pengklasifikasian dan penetapan pajak penghasilan orang pribadi di KPP Pratama
Binjai.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Dalam bab ini diuraikan mengenai penganalisisan masalah yang timbul dan alternatif
pemecahan masalah juga evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta
saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat
memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan agar lebih baik di masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
GAMBARAN UMUM
LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A.Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Menurut data dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai, KPP Pratama Binjai terletak di Jalan Jambi No. 1 Rambung Barat, Binjai Selatan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai didirikan pada tanggal 29 Maret 1994 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor : 94/KMK-01/1994. Adapun wilayah kerjanya adalah sebagai
berikut:
a. Kotamadya Binjai
b. Kabupaten Langkat
c. Kabupaten Deli Serdang
Kec. Labuhan Deli
Kec. Sunggal
Kec. Pancur Batu
Kec. Hamparan Perak
Kec. Sibolangit
Kec. Kutalimbaru
d. Kabupaten Tanah Karo
Pada tanggal 19 Mei 2008 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-95/PJ./2008 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor
Jenderal Pajak Sumatera Utara II serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan/atau Kantor
Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lungkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Sumatera Utara I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Riau dan Kepulauan
Riau, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur, dan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan Barat dan Tenggara, maka Kantor Pelayanan Pajak
Binjai berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang artinya Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Modern dimana
pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
memiliki wilayah kerja sebagai berikut:
a. Kotamadya Binjai
b. Kabupaten Langkat
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Sumatera Utara I.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,
pengawasan administratif, dan pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak
Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak menyelenggarakan fungsi sebagai
a. pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi
perpajakan dan ekstensifikasi Wajib Pajak;
b. penelitian dan penatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat pemberitahuan masa serta
berkas Wajib Pajak;
c. pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambah-an Nilai, Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya;
d. penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan, penatausahaan
banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya;
e. pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan;
f. penerbitan surat ketetapan pajak;
g. pembetulan surat ketetapan pajak;
h. pengurangan sanksi pajak;
i. penyuluhan dan konsultasi perpajakan;
j. pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.
Dalam menjalankan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki peran
strategis sebagai institusi pengelola administrasi penerimaan pajak yang bertugas mengumpulkan
Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-95/PJ./2008 tanggal 19 Mei 2008, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki
wilayah kerja yaitu Kotamadya Binjai dan Kabupaten Langkat yang merupakan daerah yang
cukup strategis bagi pelaku bisnis sebab letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota Medan.
Diharapkan seiring berjalannya waktu, kawasan ini terus berkembang menjadi sentra usaha dan
industri.
B.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Struktur Organisasi yang digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah organisasi lini dan staf yang dipimpin oleh seorang kepala kantor di bawah naungan kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I dimana seluruh pegawai Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Binjai merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah
satu atap kementerian yaitu Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Adapun struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor
2. Sub. Bagian Umum
3. Seksi Pengolahan Datan dan Informasi (PDI)
4. Seksi Pelayanan
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
8. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
10. Seksi Pemeriksaan
C.Tugas dan Wewenang Masing – Masing Seksi
Pembagian tugas dan wewenang masing – masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah
1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka
Kepala kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, dan PBB dalam
wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub. Bagian Umum
Sub Bagian Umum terdiri dari 3 bagian, yakni:
a. Bagian Kepegawaian
Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan
kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penetaan
berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian, dan pengiriman laporan agar dapat
menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.
b. Bagian Keuangan
Tugasnya adalah merencanakan kebutuhan dana dan melakukan urusan pendanaan di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.
c. Bagian Rumah Tangga
Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan perlengkapan Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dari segi material agar dapat menunjang kelancaran
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) terdiri dari seorang kepala seksi pengolahan
data dan informasi yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan
penyajian informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan, serta
ekstensifikasi wajib pajak, dan intensifikasi sesuai dengan peraturan per Undang-Undangan
yang berlaku. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) membawahi koordinator
pelaksana yang tugasnya adalah:
a. Menerima dan memanfaatkan data intern (dari seksi terkait di KPP Pratama Binjai) dan data
ekstern (di luar KPP Pratama Binjai; Pemda Binjai, Asosiasi, Notaris dan PPAT, dan pihak
ketiga lainnya).
b. Mengidentifikasi data intern dan data ekstern untuk dikatagorikan menjadi data dikenal dan
data tidak dikenal.
c. Mengirimkan data dikenal ke seksi yang terkait dan KPP di luar KPP Pratama Binjai.
d. Mengirimkan data tidak dikenal ke KPP di luar KPP Pratama Binjai, bila alamat pada data
tersebut bukan merupakan wilayah kerja KPP Pratama Binjai.
e. Melakukan perekaman data ke menu Sistem Informasi Perpajakan (SIP) KPP Pratama Binjai.
f. Mengirimkan back up data harian KPP Pratama Binjai.
g. Mengirimkan back up data KPP Pratama Binjai ke Kanwil DJP Sumatera Utara I secara
periodik 2 (dua) minggu sekali.
h. Melaksanakan transfer data mingguan ke Kantor Pusat.
4. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan terdiri dari seorang Kepala Seksi Pelayanan yang tugasnya adalah
mengkoordinasikan pelayanan ada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), penatausahaan pendataan,
pemindahan dan pencabutan identitas wajib pajak lainya, kearsipan berkas penelitian Surat
Pemberitahuan (SPT) dan surat wajib pajak lainnya, kearsipan beras wajib pajak, serta
penertiban Surat Ketetapan Pajak (SKP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kepala Seksi Pelayanan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah:
a. Melakukan urusan peneriaan Surat Pemberitahuan (SPT), surat wajib pajak lainnya,
melakukan penatausahaan pendaftaran, dan pencabutan identitas wajib pajak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Melakukan penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, dan penyelesaian permohonan
penundaan penyampaian SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan kearsipan wajib
pajak sesuai dengan ketentuan yang yang berlaku.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
Waskon adalah salah satu seksi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di seluruh
Indonesia. Seksi ini terbentuk setelah Kantor Pelayanan Pajak melakukan modernisasi, dimana
pembagian seksi pada Kantor Pelayanan Pajak tidak lagi berorientasi pada jenis pajak, tetapi
pembagian seksi pada Kantor Pelayanan Pajak berorientasi pada fungsi seksi. Waskon adalah
singkatan dari dua suku kata yaitu pengawasan dan konsultasi.
Fungsi umum dari seksi waskon adalah melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap
Seksi Waskon dipimpin oleh seorang Kepala Seksi (Kasi), yang tugasnya adalah
mengkoordinir seluruh tugas-tugas pada Seksi Waskon. Dan Kepala Seksi Waskon dibantu oleh
Account Representative (AR). Tugas dari Account Representative adalah melaksanakan
tugas-tugas teknis pada Seksi Waskon, seperti:
a) Memberikan penjelasan tentang kegiatan administrasi perpajakan yang harus dipenuhi oleh
wajib pajak.
b) Menjadi tempat konsultasi dan konseling para wajib pajak.
c) Membuat surat-surat, seperti surat teguran, surat ucapan terima kasih, surat pemberitahuan
kepada wajib pajak, dan lain sebagainya.
d) Memeriksa Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan wajib pajak.
e) Mendisposisikan surat-surat, seperti surat masuk dan surat keluar.
f) Memberikan aturan kepada wajib pajak untuk menghitung pajak dan mengisi Surat
Pemberitahuan (SPT).
g) Membuat data base Wajib Pajak.
Seksi Waskon pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian:
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Pada prinsipnya tugas dari ketiga seksi tersebut adalah sama dan yang membedakan
hanyalah pembagian wilayah kerjanya. Hal ini diberlakuakan dengan tujuan untuk
mempermudah dan membantu tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pajak (KPP) Pratama
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Dalam istilah perpajakan di Indonesia, Ekstensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada wajib pajak orang pribadi yang
berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/ pemilik dan pegawai, wajib pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/ atau memiliki tempat usaha di pusat
perdagangan dan/ atau pertokoan. Kegiatan Ekstensifikasi ini dilaksanakan oleh Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai melalui Seksi Ekstensifikasi perpajakan.
7. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan terdiri dari seorang Kepala Seksi Penagihan yang tugasnya adalah
mengkoordinasikan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan, penundaan dan angsuran,
serta pembuatan usulan penghapusan piutang pajak berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kepala Seksi penagihan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah:
a. Melakukan penatausahaan piutang pajak, usul penghapusan piutang pajak, penundaan dan
angsuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Melakukan penyiapan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat perintah Melaksanakan Penyitaan
(SPMP), Sita, Urusan Lelang, dan dukungan penagihan lainnya berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
8. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan terdiri dari seorang Kepala Seksi Pemeriksaan yang tugasnya adalah:
a. Mengkoordinir penyusunan rencana pemeriksaan.
c. Penerbitan serta penyaluran Surat Perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan
perpajakan lainnya.
9. Kelompok Pejabat Fungsional
Kelompok fungsional memiliki tugas antara lain:
a. Melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan lengkap.
b. Melakukan pemeriksaan sederhana kantor.
c. Membuat Nota Penghitungan (Nothit) pajak, Daftar Kesimpulan Hasil Pemeriksaan (DKHP)
dan alat keterangan (alket).
d. Membuat Laporan Hasil Pemeriksaan.
Tabel II.I
Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
SEKSI JUMLAH
Kepala Kantor 1 orang
Sub Bagian Umum 8 orang
Pengolahan Data dan Informasi 8 orang
Seksi Pelayanan 10 orang
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 9 orang
Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9 orang
Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8 orang
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 7 orang
Seksi Penagihan 5 orang
Seksi Pemeriksaan 5 orang
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai tahun 2014
Gambar II.2
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai tahun 2014
SEKSI WASKON III
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI PEMERIK SEKSI EKSTENSI
FIKA SI
SEKSI WASKON I SEKSI WASKON II SEKSI PELAYA SEKSI PDI SEKSI PENA‐
D.Visi dan Misi 1. Visi
Sebagaimana yang telah disepakati bersama visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
adalah “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan
modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme
yang tinggi”.
Visi tersebut merefleksikan cita-cita Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai menjadi suatu
institusi yang menyelenggarakan sistem administrasi modern yang efektif dan efisien. Sehingga
mendapat pengakuan dari masyarakat bahwa segala eksistensi dan kinerjanya memang
benar-benar berkualitas tinggi dan mampu memenuhi harapan masyarakat serta dalam menjalankan
tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral yang
diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji. Selain itu memiliki
kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi,
kewenangan serta norma-norma profesi, etika dan sosial.
2. Misi
Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah “Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan
yang efektif dan efisien”.
Misi tersebut merupakan suatu pernyataan tujuan keberadaan, tugas, fungsi, peranan dan
tanggung jawab Kantor Pelayanan Pratama Binjai sebagai penghimpun penerimaan negara di
BAB III
URAIAN TEORITIS DAN GAMBARAN DATA PRAKTIK
A. Uraian Teoritis
A.1 Pengertian Pajak
Menurut Prof.DR.P.J.A Andriani (Pandiangan,2002:1) pajak adalah iuran kepada kas
negara yang dapat dipaksakan dan dapat terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat langsung ditujukan
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja (dalam disertasinya yang berjudul “Pajak
Berdasarkan Asas Gotong Royong”) dikutip dari (Waluyo (2011:3) menyatakan Pajak adalah
iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dikutip dari (Waluyo (2011:3) menyatakan
Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan
dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pajak
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya
dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayarannya pajak tidak menunjukkan adanya kontraprestasi langsung oleh
negara kepada rakyat.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bersifat umum dalam
artian bahwa pengeluaran pemerintah tersebut mempunyai manfaat bagi masyarakat
secara umum.
A.1.1 Fungsi Pajak
Dalam Brotodiharjo (1971:2) kedudukan pajak mempunyai 2 fungsi, yaitu:
1. Fungsi Finansial (Budgeter)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah unutk membiayai
pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan, sebagai sumber keuangan negara
pemerintah berupaya meningkatkan pemasukan sebanyak-banyaknya umtuk kas negara.
2. Fungsi Mengatur (Regulered)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
social dan ekonom, serta mencapai tujuan-tujuan di luar bidang keuangan.
A.1.2 Jenis Pajak
Menurut Mardiasmo (2009:5) pajak dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya Pajak Penghasilan.
2. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
b. Menurut sifatnya
1. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaaan diri wajib pajak. Contohnya Pajak Pengasilan.
2. Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaaan diri wajib pajak. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
c. Menurut lembaga pemungutannya
1. Pajak pusat yaitu pajak yhang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contohnya Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea
Materai.
2. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas:
a. Pajak propinsi. Contohnya Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.
A.1.3 Subjek Pajak
Menurut Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat 1,yang termasuk ke
dalam subjek PPh meliputi: Orang Pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai salah satu
kesatuan, menggantikan yang berhak, badan dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Bentuk Usaha
Tetap (BUT) merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajaknnya dipersamakan dengan subjek
pajak badan.
Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.
a. Subjek pajak dalam negeri
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi Perseroan
terbatas, Perseroaan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau
Daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
lainnyatermasuk kontrak investasi kolektif. Kecuali unit tertentu dari badan
pemerintah yang memenuhi kriteria, antara lain:
a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Pembiayaannya bersumber dari APBN dan APBD.
c. Penerimaanya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
e. Warisan yang belum terbagi sebagai salah satu kesatuan, menggantikan yang
berhak.
b. Subjek pajak luar negeri
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di
Indonesia.
2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
A.1.4 Objek Pajak
Menurut Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1, yang menjadi objek
pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal di Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan
nama dan dalam bentuk apapun termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan.
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
2. Kuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena
pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota,
3. Keuntungan karena likuidasi, pemggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau
pengambilalihan usaha.
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali
yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan
badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, keepmilikan atau peguasaan antar pihak-pihak
yang bersangkutan.
5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hal
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
g. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n. Premi asuransi.
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib
pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
r. Imbalan bungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
s. Surplus Bank Indonesia.
A.2 Pajak Penghasilan
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
wajib pajak baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
Pajak Penghasilan (PPh) adalah suatu pungutan resmi menurut Undang-Undang yang
ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang dierima atau
diperoleh dalam tahun pajak untuk kepentingan negara bagi masyarakat dalam hidup berbangsa
dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan diatur dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1991, diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, diubah lagi dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008.
A.2.1 Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Pajak penghasilan didasarkan atas peralihan kekayaan dari sektor publik (pribadi) tanpa
jasa timbal (kontraprestasi) yang ditunjuk langsung dan digunakan untuk pengeluaran negara
berdasarkan kepentingan umum. Pajak penghasilan merupakan salah satu dari sumber pajak yang
dikelola oleh negara sebagai salah satu sumber keuangan bagi kas negara.
Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan (2008), pajak penghasilan dinyatakan
sebagai pihak yang dikenakan atas penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan seperti dinyatakan dalam undang-undang pajak
penghasilan.
Pengenaan di dalam pajak penghasilan orang pribadi tersebut harus dapat dibayar melalui
kantor-kantor yang telah ditetapkan dan tidak mungkin dapat dibebankan kepada orang lain.
Dari uraian tersebut diatas pegawai tetap wajib pajak orang pribadi yang meliputi pejabat
Pemerintah dan Daerah, para penerima pensiun, tunjangan hari tua, tabungan hari tua. Bagi
pejabat negara , pegawai negeri sipil, anggota TNI atau POLRI dan pensiun yang menerima
pajak penghasilan pasal 21 bersifat final.
A.2.2 Sanksi-Sanksi Perpajakan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Sanksi perpajakan bagi wajib pajak orang pribadi diatur dalam Undang-Undang KUP
Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 13. Adapun sanksi tersebut dibagi menjadi dua, yaitu:
A. Sanksi Administrasi bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
1. Denda sebesar
a) Rp 100.000 apabila Surat pemberitahuan (SPT) Masa tidak disampaikan atau
disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu, misalnya paling lambat 20 hari
setelah akhir Masa Pajak.
b) Rp 100.000 apabila SPT Tahunan orang pribadi tidal disampaikan atau
disampaikan tidak sesuai dengan batas, yaitu paling lambat tiga bulan setelah akhir
Tahun Pajak.
c) Rp 1.000.000 apabila SPT Tahu nan Badan tidak disampaikan tidak sesuai dengan
batas waktu,yaitu paling lama empat bulan setelah akhir Tahun Pajak.
2. Bunga sebesar
a) 2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan atas jumlah pajak yang terutang atau
kurang dibayar dalam hal:
- Wajib pajak membetulkan sendiri SPT yang mengakibatkan utang pajak
- PPh dalam tahun berjalan tidak kurang dibayar dan/atau dari hasil penelitian
SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis atau
salah hitung.
- Terdapat kekurangan pajak yang terutang dalamSurat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB) berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain.
- Perhitungan sementara pajak yang terutang dari jumlah pembayaran pajak
yang sebenarnya terutang akibat diberikan izin penundaan penyampaian SPT
Tahunan.
b) 2% sebulan dari pajak yang kurang dibayar dalam hal wajib pajak diperbolehkan
mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
c) 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam hal wp setelah jangka
waktu 10 tahun dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
d) 2% sebulan dihitung dari jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal
pembayaran dan bagian dari bulan apabila pembayaran atau penyetoran terutang
untuk suatu saat atau masa dilakukan setelah jatuh tempo pembayaran atau
peneyetoran.
3. Kenaikan sebesar:
a) 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu tahun pajak.
b) 100% dari jumlah PPh yang tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang
disetorkan, dan dipotong atau dipungut, tetapi tidak atau disetorkan.
c) 100% dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) barang dan jasa Pajak Penjualan atas
B. Sanksi pidana Wajib Pajak Orang Pribadi
1. Karena alpa:
a) Tidak membayarkan SPT atau
b) Membayarkan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah yang
pertama kali sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 13 A didenda paling sedikit
satu jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar atau dipidana kurungan
paling singkat tiga bulan atau paling lama satu tahun.
2. Dengan sengaja wajib pajak orang pribadi
a) Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP
b) Tidak menyampaikan SPT
c) Menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap
d) Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar
e) Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan atau tidak meminjamkan
buku, catatan atau dokumen lainnya.
f) Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara diancam dengan pidana paling
singkat enam bulan dan paling lama enam tahun dan denda paling sedikit 20 kali
A.2.3 Cara Perhitungan PPh Orang Pribadi
1. Perhitungan PPh Orang Pribadi Karyawan
Adapun perhitungan PPh tahunan bagi orang pribadi karyawan adalah sebagai berikut:
a. Bagi WP OP yang berstatus sebagai karyawan, maka laporan pajaknya dengan
menggunakan SPT 1770-S aatau 1770-SS
b. Spt 1770-SS digunakan untuk karyawan mempunyai gaji dan tunjangan semata-mata dari
satu pemberi kerja dengan jumlah tidak melebihi Rp 60 juta dan penghasilan lain yang
bersifat final.
c. Apabila karyawan mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja atau
penghasilannya melebihi Rp 60 juta atau mempunyai penghasilan lain yang tidak bersifat
final, wajib menggunakan formulir 1770-S.
d. Perhitungan PPh dalam SPT Tahunan tersebut menggunakan data utama yaitu bukti
potong PPh Pasal 21 berupa 1721-A1 dari perusahaan atau 1721-A2 dari instansi.
Pindahkan data penghasilan neto dari bukti potong tersebut. Selanjutnya kurangi dengan
PTKP dan hitung pajaknya. Setelah itu dikurangi dengan pajak yang telah dipotong
dalam 1721-A1 atau 1721-A2.
e. Hitung penghasilan neto dengan cara penghasilan bruto dikurangi dengan pengurang atau
biaya. Pengurangnya adalah iuran pensiun/THT yang berasal dari gajidan biaya jabatan.
Sementara itu penghasilan lain-lain, seperti dividen, komisi atau hadiah pengurangnya
adalah biaya yang terkait dengan perolehan penghasilan tersebut.
f. Jumlahkan seluruh penghasilan neto (termasuk penghasilan istri yang digabung dan
g. Hitung penghasilan kena pajak dengan cara penghasilan neto dikurang dengan zakat atas
penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
h. PPh yang terutang dihitung dengan cara mengalikan penghasilan kena pajak (PKP)
dengan tarif pasal 17 UU PPh.
2. Perhitungan PPh orang pribadi usaha
Adapun penghitungan PPh tahunan bagi orang pribadi ynag melakukan kegiatan usaha
sebagai berikut:
a. Penghasilan final tidak dihitung lagi dalam SPT Tahunan karena sifatnya final dan sudah
dipotong pada saat penerimaan penghasilan tersebut, hanya dilaporkan dalam SPT
Tahunan.
b. Jenis SPT untuk wajib pajak orang pribadi lapangan usaha adalah Formulir 1770.
c. Penghasilan yang melebihi omset Rp 4.800.000.000 harus membuat pembukuan,
sedangkan penghasilan yang tidak melebihi omset Rp 4.800.000.000 menggunakan
norma penghitungan dan tidak harus menggunakan pembukuan.
d. Dalam menghitung penghasilan neto dengan cara penghasilan bruto dikurangi dengan
pengurang atau biaya. Pengurang untuk wajib pajak usahawan adalah biaya-biaya usaha
yang terkait dengan usaha yang terkait dengan usaha seperti biaya pegawai, biaya
administrasi, biaya pemasaran, biaya penyusutan atau biaya sewa. Perhatikan juga dalam
biaya ini, biaya yang dapat dibebankan dan biaya yang tidak dapat dibebankan.
f. Hitung penghasilan kena pajaknya (PKP). PKP diperoleh dari total penghasilan neto
dikurangi dengan zakat atas usaha,kompensasi kerugian dan penghasilan tidak kena pajak
(PTKP).
g. Kemudian hitung pajak terutang dengan cara mengalikan PKP dengan tariff pasal 17.
3. Contoh Soal Perhitungan PPh orang pribadi
Bapak Alex Ketaren seorang pegawai pada perusahaan PT. Pasti Sehati, menikah tanpa
anak. Gaji sebulan Rp 2.000.000. PT. Pasti Sehati mengikuti program Jamsostek, premi jaminan
kecelakaan kerja daan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah
masing-masing 0.5% dan 0.3% dari gaji. PT.Pasti Sehati menanggung iuran jaminan hari tua
setiap bulan sebesar 3.7% dari gaji sedangkan Bapak Alex Ketaren membayar iuran jaminan
hari tua setiap bulan sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT.Pasti Sehati juga
mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT.Pasti Sehati membayar iuran pensiun untuk
Alex Ketaren ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap
bulan sebesar Rp 100,000 sedangkan Alex Ketaren membayar iuran pensiun sebesar Rp 50.000.
Penghitungan PPh Pasal 21:
Gaji sebulan Rp 3.500.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 17.500
Premi Jaminan Kematian Rp 10.500 +
Penghasilan Bruto Rp 3.528.000
1. Biaya jabatan
5% x Rp 3.528.000 = Rp 176.400
2. Iuran Pensiun Rp 50.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 70.000 +
Rp 296.400 _
Penghasilan Neto Sebulan Rp 3.231.600
Penghasilan Neto Setahun
12x Rp 3.231.600 = Rp 38.779.200
PTKP
- Untuk WP Sendiri Rp 24.300.000
- tambahan wp kawin Rp 2.025.000 +
Rp 26.325.000 _
PKP Setahun Rp 12.454.200
Pembulatan Rp 12.454..000
PPh terutang :
5% x Rp 12.454.000 = Rp 622.710
Rp 622.710 : 12 = Rp 51.893
Perpajakan dalam Mardiasmo (2009:144) penegenaan tarif pajak atas penghasilan memiliki
lapisan-lapisan Penghasilan Kena Pajak, yang diatur dalam Undang-Undang PPh Nomor 36
tahun 2008 pasal 17 ayat 1 adalah sebagai berikut:
[image:45.595.71.481.240.401.2]Tarif dan PTKP Tabel III.1
Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5%
Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,- 15%
Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp.250.000.000,- 25%
Diatas Rp. 500.000.000,- 30%
Sumber: Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Dalam penghitungan pajak penghasilan juga diatur tentang pajak penghasilan tidak kena
pajak (PTKP). PTKP merupakan kenijaksanaan pemerintah untuk meringankan beban wajib
pajak di dalam menentukan atau menghitung besarnya penghasilan kena pajak sehingga besarnya
jumlah utang pajak penghasilan tidak merugikan dan memberatkan.
Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2014 berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang penyesuaian besarnya
Tabel III.2
Penghasilan Tidak Kena Pajak
Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 15.840.000,-
Tambahan untuk Wajib Pajak yang Kawin Rp 1.350.000,-
Tambahan untuk setiap anggota keturunan semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang
ditanggung
Rp 1.350.000,-
Sumber: Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Tabel III.3
Penghasilan Tidak Kena Pajak yang Berlaku Mulai Tahun 2013 Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 24.300.000,-
Tambahan untuk Wajib Pajak yang Kawin Rp 2.025.000,-
Tambahan untuk setiap anggota keturunan semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang
ditanggung
Rp 2.025.000,-
Sumber: Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 162/PMK.011/thn 2012 mengenai penyesuain besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak 2013
3. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi adalah surat yang digunakan
oleh wajib pajak orang pribadi untuk melaporkan identitas diri, harta, kewajiban/utang,
penghasilan dan penghitungan serta pembayaran pajak setiap tahun. Fungsi SPT tahunan PPh
orang pribadi adalah sebagai sarana wajib pajak untuk menetapkan sendiri besarnya pajak yang
terutang, dengan cara:
1. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya.
2. Melaporkan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu tahun
3. Melaporkan pemotongan/pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak lain dalam satu
tahun pajak.
4. Melaporkan penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak.
5. Melaporkan harta dan kewajiban.
SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdapat dalam Pasal 3 Ayat (6)
Undang-Undang KUP ada beberapa jenis, terdiri dari:
1. Formulir SPT Tahunan 1770 diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan
dari usaha dan/atau pekerjaan bebas.
2. Formulir SPT Tahunan 1770S diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan
dari satu pemberi kerja (sebagai karyawan) atau lebih dan/atau penghasilan lainnya yang
bukan dari usaha atau pekerjaan bebas.
3. Formulir SPT Tahunan 1770SS diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber
penghasilan hanya dari satu pemberi kerja yang jumlah bruto penghasilan setahun tidak
melebihi Rp. 60.000.000,- dan tidak mempunyai penhasilan lainnya kecuali dari bunga
bank dan bunga koperasi.
Yang wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan PPh wajib pajak orang pribadi
adalah wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan warisan yang belum dibagi sebagai satu
kesatuan menggantikan yang berhak. Wajib pajak tersebut antara lain:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari kegiatan
usaha dan/atau pekerjaan bebas.
3. Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan lain dari luar penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, dan atau yang memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dari satu pemberi kerja.
4. Kuasa warisan yang belum dibagi.
5. Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota ABRI dan pegawai BUMN/BUMD
sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1996.
6. Warga Negara Indonesia yang bekerja pada Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan
Organisasi Internasional.
7. Orang asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan atau orang yang dalam satu tahun pajak berada
di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
8. Masing-masing suami istri yang dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) secara terpisah
dalam hal suami istri telah hidup berpisah.
9. Dikehendaki secara tertulis oleh suami/istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan.
Dengan demikian suami maupun isteri wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) sendiri dikecualikan dari kewajiban untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh adalah
wajib pajak orang pribadi yang belum memiliki NPWP, yang penghasilan nettonya tidak
melebihi jumlah penghasilan tidak kena pajak. Pasal 2 ayat 1 huruf a dan c, Pasal 2A ayat(1) UU
B.Gambaran Data Praktik
B.1 Klasifikasi PPh Orang Pribadi
Menurut Casavera dalam bukunya yang berjudul “Mudah Mengisi SPT Tahunan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi”, wajib pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu wajib pajak
badan dan wajib pajak orang pribadi.
a. Wajib pajak orang pribadi
Wajib pajak orang pribadi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Wajib pajak PPh orang pribadi karyawan
Wajib pajak orang pribadi yang mempuniyai penghasilan dari satu atau lebih
pemberi kerja dari dalam negeri (atau bekerja sebagai karyawan). Wajib pajak OP
yang bekerja sebagai karyawan atau mendapat penghasilan yang dikenakan PPh
final, wajib melaporkan besar pajak Tahunan yang terutang menggunakan formulir
1770S. Pemajakan PPh orang pribadi karyawan dalam Ilyas dan Suhartono
(2007:142) adalah sebagai berikut:
a) Pemajakan PPh orang pribadi secara umum akan dikenakan kepada suami
sebagai satu kesatuan dalam keluarga. Sehingga orang pribadi yang wajib
mempunyai NPWP dan menyampaikan SPT Tahunan maupun SPT Masa adalah
suami.
b) Apabila suami bekerja sebagai karyawan dan tidak melakukan pekerjaan
bebas/usaha, sedangkan istrinya melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas,
maka wajib pajak tersebut melakukan kegiatan usaha sehingga wajib mengisi
c) Oleh karena itu pemajakan orang pribadi karyawan (1770S) akan diterapkan
apabila orang pribadi beserta istrinya menerima penghasilan selain dari kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas.
Jenis penghasilan orang pribadi karyawan yang tidak melakukan kegiatan usaha antara lain:
a. Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan
b. Penghasilan dalam negeri lainnya (tidak termasuk penghasilan uang telah
dikenakan PPh bersifat final), antara lain: bunga, dividen, royalti, sewa,
penghargaan dan hadiah, keuntungan penjualan/pengalihan harta dan lain-lain.
Penghasilan yang dikenakan PPh final, antara lain:
- Bunga deposito/tabungan/simpanan
- Penjualan saham di Bursa Efek
- Hadiah undian
- Pesangon, tunjangan hari tua dan tebusan pensiun yang dibayar sekaligus
- Honorarium atas beban APBN/APBD
- Nilai Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan
- Penghasilan lain yang dikenakan pajak bersifat final
2. Wajib pajak PPh orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
Wajib pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas
(wirausaha) yang menyelenggarakan pembukuan dan norma penghitungan
penghasilan netto. Wajib pajak orang pribadi dengan usaha bebas wajib melaporkan
besarnya pajak menggunakan formulir 1770. Klasifikasi lapangan usaha wajib pajak
yang melakukan kegiatan usaha dalam Ilyas dan Suhartono (2007:130) adalah
sebagai berikut:
a) Pemajakan PPh orang pribadi secara umum akam dikenakan kepada suami
sebagai satu kesatuan dalam keluarga. Sehingga orang pribadi yang wajib
mempunyai NPWP dan menyampaikan SPT Tahunan maupun SPT Masa adalah
suami.
b) Apabila suami bekerja sebagai karyawan dan tidak melakukan pekerjaan
bebas/usaha, sedangkan istrinya melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas, atau
sebaliknya maka wajib pajak tersebut melakukan kegiatan usaha sehingga wajib
mengisi formulir 1770.
c) Oleh karena itu pemajakan orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha (1770)
akan diterapkan apabila orang pribadi atau istrinya menerima penghasilan yang
salah satunya melakukan kegiatan usaha.
Jenis penghasilan orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha antara lain:
a. Penghasilan sehubungan usaha dagang, industri dan jasa.
b. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja atau karyawan.
c. Penghasilan dalam negeri lainnya (tidak termasuk penghasilan yang telah
dikenakan PPh bersifat final), antara lain: bunga, dividen, royalti, sewa,
penghargaan dan hadiah, keuntungan penjualan/pengalihan yang dikenakan
harta dan lain-lain.
Penghasilan yang dikenakan PPh final, antara lain:
- Bunga deposito/tabungan/simpanan
- Hadiah undian
- Pesangon, tunjangan hari tua dan tebusan pensiun yang dibayar sekaligus
- Honorarium atas beban APBN/APBD
- Nilai Pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan
- Sewa atas tanah dan atau bangunan
- Penghasilan lain yang dikenakan pajak bersifat final
Adapun gambaran data tentang banyaknya jumlah penerimaan pajak tahun 2012 dan 2013 di
[image:52.595.97.426.380.537.2]Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah sebagai berikut:
Tabel III.3
Laporan Penerimaan Pajak PPh 21 tahun 2012 dan 2013
Klasifikasi Jenis Usaha
Penerimaan Pajak (Rupiah)
2012 2013 Industri 13.170.604.476 12.293.858.412
Dagang 2.132.371.161 2.417.271.760
Jasa 12.505.937.213 14.329.092.781
Tabel III.4
Laporan Penerimaan Pajak PPh 25 Orang Pribadi tahun 2012 dan 2013 Persektor Tertentu
Klasifikasi Jenis Usaha
Penerimaan Pajak (Rupiah)
2012 2013
Industri 195.468.900 228.441.785
Dagang 2.335.832.726 3.344.410.617
Jasa 935.260.453 893.254.177
Jumlah 3.466.562.079 4.466.106.579 Sumber : KPP Pratama Binjai,2014 B.2 Penetapan PPh Orang Pribadi
Adapun pengertian dari Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
(SKPLB).
Mengingat tujuan dan peranan dari surat ketetapan pajak, maka bentuk dari surat
ketetapan pajak yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dapat bermacam-macam
tergantung dari hasil pemeriksaan dan penelitian terhadap surat pemberitahuan. Adapun bentuk
atau macam dari penetapan dan ketetapan pajak dalam Waluyo dan Ilyas (2003) adalah sebagai
berikut:
2.1 Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat tagihan pajak adalah surat yang diterbitkan untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
Surat ketetapan pajak kurang bayar adalah surat ketatpan pajak yang diterbitkan untuk
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kreditpajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
2.3 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKLB)
Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan
untuk menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam SKPKBT.
2.4 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Surat ketetapan pajak lebuh bayar adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada
pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
2.5 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Surat ketetapan pajak nihil adalah surat ketetapan pajak yang diterbitkan untuk menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.
2.6 Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
Surat pemberitahuan pajak terutang adalah surat yang diterbitkan oleh DJP untuk
memberitahukan besarnya pajak yang terutang kepada wajib pajak.
Adapun gambaran data tentang banyaknya jumlah Surat Ketatapan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi/Badan yang telah dikeluarkan pada tahun 2010 dan tahun 2011 di Kantor
Tabel III.5
Laporan Penetapan Pajak Di KPP Pratama Binjai
Tahun 2013 sampai dengan bulan Juli 2014
No. Jenis Penetapan 2013 2014
1. STP 258 1044
2. SKPKB 860 198
3. SKPKBT 0 0
4. SKPLB 0 8
5. SKPN 44 24
Jumlah 1162 1274
Sumber: KPP Pratama Binjai,Juli 2014
Dalam penetapan pajak terdapat daluwarsa penetapan. Daluwarsa penetapan merupakan
suatu batasan waktu yang ditentukan undang-undang untuk dapat menerbitkan surat
ketetapan pajak atas utang pajak wajib pajak, yang tujuannya tidak lain agar wajib pajak
Gambar
![Tabel II.I](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/343042.31509/27.595.60.479.399.733/tabel-ii-i.webp)
![Gambar II.2](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/343042.31509/28.595.70.457.226.444/gambar-ii.webp)
![Tabel III.1](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/343042.31509/45.595.71.481.240.401/tabel-iii.webp)
![Tabel III.2](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/343042.31509/46.595.86.479.142.248/tabel-iii.webp)
Dokumen terkait
yang diberikan, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Mekanisme Perekaman Data Informasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di
PELAKSANAAN PENGAWASAN PENERIMAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI.. O L E
MEKANISME PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAIL. ODDY AZHARI LUBIS
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Wajib pajak orang pribadi memberikan tanggapan yang positif terhadap kualitas pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo.
Secara simultan kepatuhan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT dan wajib pajak efektif memberikan pengaruh sebesar 14,40% terhadap penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada
Penelitian yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ciamis bertujuan untu: (1) Kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Ciamis, (2) Penerimaan pajak penghasilan orang
judul “Perbandingan Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Secara Manual Dengan Secara Elektronik (e-filling) di Kantor Pelayanan Pajak
Mekanisme Perekaman Data Informasi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ”1. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja