LAPORAN TUGAS AKHIR
MEKANISME PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI
O
L
E
H
ODDY AZHARI LUBIS
072600047
Untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL… ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1
B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 3
C.Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 6
D.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 6
E.Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 8
F.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 9
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI A.Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 11
B.Struktur organisasi ... 12
BAB III GAMBARAN TENTANG SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI
A.Uraian teoritis ... 21
1.Pengertian pajak ... 21
2.Dasar hukum... 23
3.Fungsi pajak ... 23
4.Syarat pemungutan pajak ... 23
5.Pengelompokan pajak ... 25
6.Asas pemungutan pajak ... 26
7.Sistem pemungutan pajak ... 27
8.Tarif pajak ... 28
B.Gambaran mengenai pendataan subjek pajak orang pribadi ... 29
1.Subjek pajak ... 29
2.Tidak termasuk subjek pajak ... 29
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A.Analisa pelaksanaan pendataan subjek pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai ... 31
1.Pendaftaran ... 31
B.Analisa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pendataan di
Kantor Pelayanaan Pajak... 40
C.Analisa upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi kendala
atau penghambat dalam pelaksanaan pendataan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Binjai ... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 43
B.Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 13
Tabel 2 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 13
Tabel 3 Berdasarkan Pangkat/Golongan ... 14
Tabel 4 Berdasarkan Usia ... 14
Tabel 5 Berdasarkan Jabatan ... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
(PKLM)
Peningkatan penerimaan negara dalam negeri memegang
peranan penting dan vital dalam kebijaksanaan fiskal, baik negara maju maupun
negara berkembang seperti Indonesia. Peningkatan penerimaan dalam negeri terutama
dari sektor pajak sangatlah penting yaitu berguna untuk membiayai pengeluaran rutin
dan untuk membiayai berbagai prasarana-prasarana yang umumnya di negara
berkembang masih terbatas.
Subjek pajak dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan.
Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam
Undang-Undang PPh disebut Wajib Pajak.
Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan
dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau
berakhir dalam tahun pajak.
Subjek Pajak orang pribadi yaitu, orang pribadi yang bertempat tinggal atau
harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang
pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
bertempat tinggal di Indonesia.
Saat ini Negara Indonesia memakai sistem pemungutan pajak Self
Assesment System yang menggantikan Official Assesment System. Self Assesment
bertujuan agar wajib pajak dapat memperhitungkan, menghitung, membayar, dan
melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Sedangkan tugas dari fiskus
adalah sebagai pembina, pengawas, peneliti, dan memberikan sanksi kepada
wajib pajak yang tidak patuh melaksanakan kewajiban perpajakannya. Namun
kenyataannya masih banyak wajib pajak yang belum menyadari dan tidak
sepenuhnya melaksanakan kepercayaan yang telah diberikan pemerintah
kepadanya dalam memenuhi kewajibannya di bidang perpajakan.
Di Indonesia subjek pajak diatur pertama kali dengan Undang-Undang
No. 7 Tahun 1983 dengan penjelasan pada lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 No. 50. Selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen oleh
Undang-Undang No. 36 Pasal 2 tahun 2008 yang menjelaskan tentang Tata Cara
Pendataan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi latar belakang penulis untuk
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dimaksudkan agar
mahasiswa mengetahui dan mempraktikkan secara langsung teori yang sudah
dipelajarinya tentang pendataan subjek pajak orang pribadi, dengan ini penulis
merasa tertarik untuk membuat laporan tugas akhir dengan judul “MEKANISME
PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI.”
B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
(PKLM)
Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, yang menjadi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :
a. Untuk mengetahui mekanisme pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
b. Untuk mengetahui kendala-kendala atau penghambat dalam pelaksanaan
c. Untuk mengetahui upaya-upaya yang akan ditempuh oleh Pemerintah
dalam mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan pendataan tersebut.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
a. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi
Pemerintah dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
2. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan
memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan ilmu khususnya di bidang perpajakan.
3. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam
permasalahan perpajakan yang timbul selama melaksanakan PKLM.
4. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab dan
kedisiplinan dalam bekerja.
b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan pada Instansi Pajak, khususnya Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai dalam pelaksanaan pendataan.
2. Membina hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan; dan
3. Mempromosikan Image Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
kepada masyarakat khususnya sivitas akademika Fakultas Ilmu
c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
1. Meningkatkan hubungan kerjasama antara pihak Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai
2. Meningkatkan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan
selama perkuliahan.
3. Membuka interaksi antara dosen dan instansi pemerintah khususnya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
4. Meningkatkan ide dan masukan untuk penyempurnaan kurikulum
sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan; dan
5. Mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) Program Studi
Diploma III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Sumatera Utara.
C. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) ini dilakukan pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai, penulis membahas secara rinci mengenai:
1. Mekanisme Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Binjai.
2. Kendala pelaksanaan Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi pada Kantor
3. Upaya yang akan ditempuh Pemerintah untuk mengatasi kendala-kendala
yang di hadapi dalam Pelaksanaan Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
D. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai
maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul kepada Ketua Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan penulis menerima persetujuan
atas judul dari Ketua Program Studi Administrasi Perpajakan serta penulis
melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM),
mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan
konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka
seperti undang-undang, buku-buku pajak dan literatur lain yang berhubungan
dengan Mekanisme Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi Pada Kantor
3. Observasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Binjai, mengenai prosedur Pendataan Subjek Pajak Orang
Pribadi. Dalam observasi ini penulis memberikan suatu pengantar untuk
melaksanakan data yang akan diminta pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data mengenai prosedur pendataan Subjek
Pajak Orang Pribadi melalui:
- Data Primer atau Wawancara (bersumber dari pihak yang memahami
tentang Pendataan Subjek Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak
Binjai)
- Data Sekunder atau Dokumentasi (bersumber dari refrensi-refrensi ilmiah
yang mendukung proses Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis
melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai
E. METODE PENGUMPULAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MANDIRI (PKLM)
Adapun cara pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada
pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan
informasi tentang mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi.
2. Daftar Observasi (Observation Guide)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan
dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.
3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Binjai.
F. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA
LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan Tugas Akhir lingkup
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM), Metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan
BAB ll GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA BINJAI
Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Pelayanan
Pajak Binjai , Strukrur Organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi
serta gambaran data pegawai.
BAB lll GAMBARAN TENTANG SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang data pelaksanaan
pendataan subjek pajak orang pribadi yang ada di wilayah Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
BAB lV ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan tori yang ada
dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai mekanisme
pendataan subjek pajak orang pribadi yang ada di wilayah Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang
berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan
pelayanan kepada wajib pajak khususnya oleh Kantor Pelayanan
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
A. SEJARAH SINGKAT KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
BINJAI
Kantor Pelayanan Pajak Binjai didirikan berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994,
dengan wilayah kerja sebagai berikut:
a. Kotamadya Binjai
b. Kabupaten Langkat
c. Kabupaten Deli Serdang
• Kec. Labuhan Deli
• Kec. Sunggal
• Kec. Pancur Batu
• Kec. Hamparan Perak • Kec. Sibolangit
• Kec. Kutalimbaru
d. Kabupaten Tanah Karo
Pada tanggal 27 Mei 2008, Kantor Pelayanan Pajak Binjai berubah nama
Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah menjadi Kantor Pelayanan Pajak
Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki wilayah kerja sebagai
berikut:
a. Kotamadya Binjai
b. Kabupaten Langkat
Lokasi Geografi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai terletak di Jl. Jambi No. 1 Rambung
Barat, Binjai Selatan. Kantor Pemerintahan ini mempunyai kewajiban untuk
memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam
membayar pajak.
B. STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
BINJAI
Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara
sistematis mengenai penetapan, tugas-tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung
jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan
untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan
Struktur data kepegawaian yang mendukung operasional Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Kali-laki 54 orang
Perempuan 16 orang
70 0rang
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin,
jumlah pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai berjumlah 70 orang.
Yaitu laki – laki sebanyak 54 orang dan perempuan 16 orang.
Tabel 2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Pegawai Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Binjai yang memiliki gelar S1/D4 lebih banyak yaitu 22
orang,dibandingkan pegawai-pegawai lain.
Tabel 3. Berdasarkan Pangkat/Golongan
Pangkat/Golongan
Golongan Jumlah
IV 2
III 31
II 37
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Pangkat/Golongan yang paling
banyak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah Pangkat/Golongan II
sebanyak 37 orang. Pangkat/Golongan III sebanyak 31 orang, dan selebihnya
Pangkat/Golongan IV sebanyak 2 orang.
Tabel 4. Berdasarkan Usia
Usia Jumlah
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa usia Pegawai Kantor Pelayanan
s.d. 40 tahun sebanyak 32 orang, 41 s.d. 50 tahun sebanyak 10 orang, dan diatas
50 tahun sebanyak 12 orang.
Tabel 5. Berdasarkan Jabatan
Jabatan Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Binjai terdapat 1 Kepala Kantor, 8 Kasi/Kasubbag, 1 Supervisor, 7
Fungsional, 10 Account Representative, dan 44 Pelaksana.
Tabel 6. Penjabaran Pegawai Berdasarkan Seksi
Seksi Jumlah
Subbag Umum 8
Seksi Pelayanan 12
Seksi PDI 10
Seksi Waskon I 6
Seksi Waskon II 5
Seksi Waskon III 5
Seksi Penagihan 6
Seksi Ekstensifikasi 7
Seksi Pemeriksaan 4
Fungsional Pemeriksa 8
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 10 seksi besarta
Pegawai-pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai :
a. Subbagian Umum
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
c. Seksi Pelayanan
d. Seksi Penagihan
e. Seksi Pemeriksaan
f. Seksi Ekstensifikasi
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
j. Kelompok Jabatan Fungsional
C. TUGAS DAN FUNGSI PEGAWAI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA BINJAI.
Adapun tugas pokok dan fungsi pada masing-masing seksi pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah sebagai berikut :
1. Sub Bagian Umum
a. Pelayanan dan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan
tata usaha dan kepegawaian.
b. Melakukan urusan keuangan.
c. Melakukan urusan rumah tangga serta perlengkapan.
2. Seksi Pelayanan.
Memiliki tugas dan fungsi :
a. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.
c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya.
d. Penyuluhan perpajakan.
e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
f. Kerjasama Perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI).
Memiliki tugas dan fungsi :
a. Pengumpulan data.
b. Pengolahan data.
c. Penyajian Informasi perpajakan.
d. Perekaman dokumen perpajakan.
e. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
f. Pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
h. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing.
i. Penyiapan laporan kinerja.
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
Memiliki tugas dan fungsi :
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
(PPH, PPN, PBB, BPHTB dan pajak lainnya.
b. Bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan.
c. Penyusunan profil Wajib Pajak.
d. Analisis kerja Wajib Pajak.
e. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi.
f. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
5. Seksi Ekstensifikasi.
Memiliki tugas dan fungsi :
a. Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan.
b. Pendataan objek pajak dan subjek pajak.
c. Penilaian objek pajak.
d. Kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6. Seksi Pemeriksaan
Memiliki tugas dan fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
d. Administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya
7. Seksi Penagihan
Memiliki tugas dan fungsi :
a. Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif.
b. Penagihan piutang pajak.
c. Penundaan dan pengangsuran tunggakan pajak.
d. Usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketenyuan yang berlaku.
8. Kelompok Fungsional
Kelompok ini terdiri atas :
a. Pejabat Fungsional Pemeriksaan.
b. Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung
kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
BAB III
GAMBARAN TENTANG SUBJEK PAJAK ORANG PRIBADI
A. URAIAN TEORITIS
1.Pengertian Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada kas Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak
tertentu.
Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa “ Segala Pajak untuk
keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang “.
Dengan demikian tidak diperkenankan memungut pajak, kecuali dengan
Ciri dan corak sistem perpajakan Indonesia adalah:
a. Pemungutan Pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran
serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan
negara dan pembangunan sosial.
b. Tanggung Jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai
pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota
masyarakat sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan
pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban
perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah digariskan dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan.
c. Anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat
melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang (self assessment), sehingga melalui sistem ini administrasi
perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali,
sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat Wajib
Dasar Hukum
a. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang No. 16 Tahun 2000.
b. Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 17 Tahun
2000.
c. Undang-Undang No. 36 Pasal 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pendataan
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang diperbolehkan menghitung neto dengan
menggunakan norma perhitungan penghasilan neto.
2.Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak, yaitu:
a. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya
b. Fungsi Regulerend (mengatur)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
3.Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,
maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang
dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam
perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam
pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk
mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
b. Pemungutan Pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi
negara maupun warganya.
c. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
d. Pemungutan pajak harus efesien (Syarat Finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah
dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.
4.Pengelompokan Pajak
a. Menurut golongannya
1. Pajak lanngsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain, misalnya Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya Pajak
Pertambahan Nilai (PPN)
b. Menurut sifatnya
1. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak,
misalnya Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak, misalnya Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
c. Menurut lembaga pemungutannya
1. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, misalnya Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
dan Bea Materai.
2. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas :
a. Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi), contoh : Pajak Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.
b. Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota), contoh : Pajak Hotel,
Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak
Penerangan Jalan.
5.Asas pemungutan pajak
a. Asas domisili (asas tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak
yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal
dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak
b. Asas sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara,
misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang
yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di
Indonesia. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.
6.Sistem pemungutan pajak
a. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang
member wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
b. Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang.
c. With holding system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang member
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak
yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
7.Tarif pajak
Ada 4 macam tarif pajak, yaitu :
a. Tarif sebanding (proporsional)
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional
terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
Contoh : untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean
akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
b. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
Contoh : besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan
nilai nominal berapapun adalah Rp. 1.000,-
c. Tarif progresif
Persentase tariff yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
Contoh : pasal 17 UU PPh 2000
d. Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
B. GAMBARAN MENGENAI PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG
PRIBADI
1.Subjek Pajak
Subjek Pajak Orang pribadi yaitu, Orang Pribadi yang bertempat
tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam satu tahun
pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di
Indonesia .
Subjek pajak dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
dalam Undang-Undang PPh disebut Wajib Pajak.
Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya
dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
2.Tidak Termasuk Subjek Pajak
Ada 4 (empat) macam yang tidak termasuk subjek pajak, yatiu:
a. Badan perwakilan Negara asing
b. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain
dari Negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersa-sama mereka, dengan
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau
pekerjaannya, serta Negara yang bersangkutan memberika perlakuan
timbal balik.
c. Organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan dengan syarat Indonesia menjadi organisasi tersebut, dan
tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.
d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga
Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. ANALISA MEKANISME PENDATAAN SUBJEK PAJAK ORANG
PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI
Dalam mekanisme pendataan subjek pajak orang pribadi, ada satu hal
yang harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pendataan itu sendiri
dilakukan. Hal tersebut adalah pendaftaran, dimana wajib pajak mengisi Formulir
Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak sebagai dasar
pelaksanaan pendataan. Jadi dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendaftaran,
dan pendataan subjek pajak orang pribadi merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat terpisahkan. Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan satu persatu
dari pelaksanaan pendaftaran, dan pendataan subjek pajak orang pribadi.
1.Pendaftaran
Cara pendaftaran subjek pajak orang pribadi, yaitu:
a. Berdasarkan sistem self assessment, setiap wajib pajak mendaftarkan
diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak, untuk diberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
b. Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang
keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta
c. Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai tempat
usaha tersebar di beberapa tempat, selain wajib mendaftarkan diri ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat
kegiatan usaha dilakukan.
d. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas, bila sampai dengan satu bulan memperoleh penghasilan yang
jumlahnya telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
setahun, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan
berikutnya.
e. Wajib pajak orang pribadi lainnya yang memerlukan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dapat mengajukan permohonan untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
2.Pendataan
Pendataan subjek pajak orang pribadi dilakukan oleh Fiskus atau pihak
lain yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP). Tindakan ini
dilaksanakan dengan menggunakan Formulir Permohonan Pendaftaran dan
Perubahan Data Wajib Pajak dan dilaksanakan sekurang-kurangnya untuk
satu wilayah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan menggunakan
a. Pendataan identitas umum wajib pajak
Pendataan ini terdiri dari:
1. Title atau gelar wajib pajak orang pribadi .
2. Nama wajib pajak secara lengkap tidak di singkat.
3. Nama wajib pajak diisi sesuai KTP tanpa gelar.
4. Alamat tempat kedudukan/tempat tinggal, yaitu: RT/RW,
Kelurahan/Kecamatan, Kota/Kabupaten, Kode Pos.
5. Usaha /pekerjaan bebas, yaitu: status usaha, jenis usaha/pekerjaan
bebas, alamt tempat usaha kegiatn, orang pribadi yang tidak
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
6. Kewajiban pajak.
b. Pendataan korespondensi wajib pajak
Pendataan ini terdiri dari:
1. Alamat, diisi jika berbeda dengan alamat tempat kedudukan/tempat
tinggal di identitas umum.
2. Telepon/faksimili dan e-mail.
c. Pendataan subjek pajak orang pribadi
Pendataan ini terdiri dari:
1. Tempat/tanggal lahir.
2. Nomor KTP/paspor, diisi nomor KTP bagi penduduk Indonesia atau
d. Pendataan wajib pajak badan
Pendataan ini terdiri dari:
1. Bentuk hukum, diisi sesuai dengan akte pendirian/perubahan.
2. Status modal.
3. Akte pendirian dan atau perubahan terakhir.
4. Identitas pimpinan/penanggung jawab.
e. Pendataan permohonan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP).
f. Pendataan permohonan untuk penghapusan NPWP/pencabutan PKP.
g. Pendataan pernyataan
Setelah pendataan subjek pajak dilakukan maka pendataan tersebut
harus ada pelaporan usah untuk pengukuhan PKP, yaitu:
1. Pengusaha yang dikenakan Pajak Pertambaan Nilai (PPN), wajib
melaporkan usahanya pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat
kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak (PKP).
2. Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat
kegiatan usaha tersebar di beberapa tempat, wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, juga wajib
3. Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sbagai PKP
tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku
seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batas.
Setiap pelaporan yang dilaporkan ke KPP harus lengkap dan jelas tetapi
apabila tidak sesuai dengan pendataan maka pelanggaran kewajiban
perpajakan yang dilakukan wajib pajak, sepanjang menyangkut
pelanggaran ketentuan administrasi perpajakan dikenakan sanksi
administrasi sedangkan yang menyangkut pelanggaran yang
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dikenakan sanksi pidana
yang terdiri atas:
a. Setiap orang yang karena kealpaanya:
1. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau
2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tetapi isinya tidak
benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang
isisnya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan Negara, dipidana dengan pidanan kerugian kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dasn atau denda paling tinggi 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
b. Setiap orang dengan sengaja:
1. Tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau
menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau
2. Tidak menyampaikan SPT; atau menyampaikan SPT dan atau
keterangan yang diisinya tidak benar atau tidak lengkap; atau
3. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau
4. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang
palsu atau dipalsukan seolah-olah benar; atau
5. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lainnya; atau
6. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
c. Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya
menjalani penjara yang dijatuhkan, dikenakan pidana 2 (dua) kali
lipat dari ancaman pidana yang diatur sebagaimana butir b.
d. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak
pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor
Pengusaha Kena Pajak (PKP), atau menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau
melakukan kompensasi pajak, dipidana dengan pidana penjara paling lama
2 (dua) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah restitusi yang
dimohon dan atau kompensasi yang dilakukan oleh wajib pajak. Sanksi
tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari wajib
pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang
menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
Daluarsa tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut
setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terhutangnya pajak,
berakhirnya bagian tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang
besangkutan. Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang
melakukan tugas di bidang perpajakan, dilarang mengungkapkan
kerahasiaan wajib pajak yang menyangkut masalah perpajakan. Maka
apabila terjadi pelanggaran atas larangan mengungkapakan kerahasiaan
wajib pajak tersebut dapat diancam sanksi pidana sebagai berikut:
a. Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp
4.000.000,00 (empat juta rupiah).
b. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Selain itu, keterlibatan dan sanksi bagi pihak ketiga dapat diancam
dengan sanksi pidana sebagai berikut:
a. Setiap orang yang menurut ketentuan wajib memberikan keterangan
atau bukti yang diminta tetapi dengan sengaja memberikan keterangan
atau bukti; atau memberikan keterangan atau bukti yang tidak benar,
dipidan dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
b. Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit
penyidikan tindak pidana perpajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 75.000.000,00
(tujuh puluh lima juta rupiah).
Ketentuan ini berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan, yang
mengnjurkan atau membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Jika perencanaan pajak bisa dilakukan dengan sebaik-baikny, maka bisa
penafsiran antara fiskus dan wajib pajak akibat begitu luasnya peraturan
perpajakan yang berlaku sedangkan sistem informasi perpajakan masih belum
efektif. Kenyataannya dimanapun tidak ada Undang-undang yang mengatur
setiap kegiatan secara sempurna. Dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh
ketentuan-ketentuan yang lain seperti Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan
Menteri Keuangan (KMK), dan Keputusan Dirjen Pajak. Tidak jarang
ketentuan tersebut bertentangan dengan Undang-undang itu sendiri, karena
disesuaikan dengan kepentingan sipembuat kebijaksanaan dalam mencapai
tujuan yang ingin dicapai.
Perencanaan pajak juga bertujuan untuk mengefisiensikan beban pajak
yang dilakukan haruslah bersifat legal, supaya dapat menghindari
sanksi-sanksi dikemudian hari. Begitu pula dalam menghindari pengenaan pajak,
bisa dilakukan dengan cara mengarahkan pada transaksi yang bukan objek
pajak. Untuk itu wajib pajak harus jeli untuk memperoleh informasi mengenai
pembayaran pajak yang dapat dikreditkan. Penundaan pembayaran pajak juga
bisa dilakukan dengan cara melakukan pembayaran pada saat mendekati
tanggal jatuh tempo. Khusus untuk menunda pembayaran Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dapat dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak sampai
dengan pada batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan
kredit. Selain itu, mengefisiensikan beban pajak bisa dilakukan dengan
karena Surat Pemberitahuan (SPT) lebih bayar, SPT rugi, tidak memasukkan
SPT atau terlambat memasukkan SPT, terdapat informasi pelanggaran/dan
memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
Dalam mengefisiensikan beban pajak haruslah memperhatikan 3 (tiga)
hal, yaitu:
a. Tidak melanggar ketentuan perpajakan.
b. Secara bisnis msuk akal, karena perencanaan pajak itu merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh.
c. Bukti-bukti pendukung yang memadai.
B. ANALISA KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PELAKSANAAN
PENDATAAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
Masih banyaknya wajib pajak yang belum dilakukan pendataan diwilayah
yang tercakup dalam Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, disebabkan oleh
beberapa kendala atau penghambat sebagai berikut:
a. Kurangnya petugas pelaksanaan pendataan
Dalam hal ini disebabkan karena untuk merekrut tenaga pegawai KPP
tidaklah memungkinkan, karena masing-masing pegawai dibutuhkan pada
seksinya masing-masing. Sedangkan pegawai pada seksi pendataan dan
Kemudian alternatif untuk merekrut tenaga dari luar tidak selalu mencukupi
karena keterbatasan dana yang disediakan oleh pemerintah.
b. Kurangnya culture strategy dalam peningkatan kinerja
Hal ini disebabkan karena kultur organisasi yang merupakan seperangkat
kerangka tingkah laku, emosi, dan psikologis yang terinternalisasi secara
mendalam dan dipakai secara bersama-sama oleh anggota. Yang memiliki
asas pokok seperti politik, hirarki, birokrasi, dan monopoli memberi reaksi
ada kultur organisasi.
c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibanya membayar
pajak. Hal ini disebabkan karena tingkat penyidikan atau pengetahuan
masyarakat tentang peraturan perpajakan masih rendah, sehingga masyarakat
(Wajib Pajak) tidak mau mendaftarkan diri sebagai subjek kepada petugas
pelaksanaan pendataan yang melakukan pendataan terhadap subjek pajaknya.
Selain itu ada juga wajib pajak yang dengan sengaja menghindar pada waktu
dilakukan pendataan dengan tujuan untuk mengelak membayar pajak.
C. ANALISA UPAYA YANG DITEMPUH PEMERINTAH UNTUK
MENGATASI KENDALA ATAU PENGHAMBAT DALAM
PELAKSANAAN PENDATAAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA BINJAI
Kendala dan hambatan yang dialami di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
beberapa cara dan upaya dimana dengan berkurangnya kendala dan hambatan
tersebut kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dapat meningkat.
Adapun upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi kendala dalam
pendatan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah:
1. Mengalokasikan dana untuk melakukan perekrutan tenaga dari luar berupa
tenaga kontrak apabila tenaga dari petugas pajak sendiri tidak mencukupi
untuk melakukan pendataan terhadap wajib pajak.
2. Untuk mengubah performance Kantor Pelayanan Pajak Pratama, maka yang
harus diubah adalah kultur organisasinya. Adapun faktor kunci yang
membentuk kultur yaitu strategi inti, konsekuensi,pelanggan serta control.
Baru selanjutnya mengubah sistem administrasi, struktur, dan proses terakhir
adalah mengubah praktek managemen, predisposisi pekerja. Sehingga
mampu menganalisa tingkat kesalahan.
3. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai peraturan
perundang-undangan perpajakan, sehingga wajib pajak sadar akan kewajibannya
membayar pajak. Langkah selanjutnya ialah dengan memasyarakatkan pajak
secara intensif, melalui stiker, artikel, tulisan tentang perpajakan yang mudah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan Uraian-uraian dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dan data
yang diperoleh dari hasil riset pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai,
terdapat beberapa kendala yang diperoleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai dalam melaksanakan pendataan wajib pajak, antara lain sebagai berikut :
1. Kurangnya petugas pelaksanaan pendataan.
2. Kurangnya culture strategy dalam peningkatan kinerja.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibanya membayar
pajak.
Untuk meningkatkan pendataan wajib pajak, upaya yang ditempuh
pemerintah dalam pendataan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai ialah Mengalokasikan dana untuk melakukan perekrutan tenaga dari luar
berupa tenaga kontrak apabila tenaga dari petugas pajak sendiri tidak mencukupi
untuk melakukan pendataan terhadap wajib pajak, dan dengan mengadakan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai peraturan perundang-undangan
perpajakan, sehingga wajib pajak sadar akan kewajibannya membayar pajak.
melalui stiker, artikel, tulisan tentang perpajakan yang mudah dimengerti dan
dipahami oleh masyarakat khususnya wajib pajak.
B. SARAN
Dari laporan akhir ini, penulis mencoba beberapa saran yang nantinya dapat
menjadi masukan yang bermanfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
Dalam upaya peningkatan pendataan subjek pajak orang pribadi dimasa yang
akan datang :
1. Sistem self assessment ternyata tidak sepenuhnya dijalankan oleh
masyarakat ini dikarenakan kurangnya perhatian masyarakat itu sendiri, maka
dari itu perlu diadakannya penyuluhan dan pembinaan yang dapat membantu
memberi perhatian kepada masyarakat.
2. Melihat kondisi Negara Indonesia pada saat ini, diharapkan kepada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai, supaya lebih aktif dalam melaksanakan
pendataan subjek pajak orang pribadi, sehingga data wajib pajak yang
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2009.Perpajakan. Andi Offset : Yogyakarta
Markus, Muda. 2005. Perpajakan Indonesia. Gramedia Pustaka Indonesia: Jakarta
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan 1. Salemba Empat: Jakarta
Sihaloho, Cyrus. 2002. Modul Ketentuan Perpajakan. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. 2010. Tentang subjek pajak