• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan teknik mind map terhadap pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA di Kelas V MIN 16 Cipayung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan teknik mind map terhadap pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA di Kelas V MIN 16 Cipayung"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

di Kelas V MIN 16 Cipayung

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Serjana Pendidikan

Oleh: Eko Fardiansyah NIM: 1110018300062

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V MIN 16 CIPAYUNG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Serjana Pendidikan

Oleh: Eko Fardiansyah NIM: 1110018300062

Pembimbing

Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si NIP: 19540310 198803 1001

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)
(5)

iv

pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V MIN 16 Cipayung, Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata kunci: Mind Map, Pemahaman Konsep, IPA

Metode penelitian yang digunakan ialah metode Quasi Eksperimen dengan rancangan Non-equivalent Control Group Design. Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan teknik Mind Map, (2) pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan teknik konvensional, dan (3) pengaruh penggunaan teknik Mind Map terhadap pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA. Pengambilan sampel menggunakan metode Cluster Random Sampling. Instrumen yang digunakan merupakan instrument soal objektif pembuatan Mind Map yang dinilai menggunakan acuan rubric penilaian Mind Map, serta soal tes berbentuk soal pilihan ganda yang mengacu kepada indikator pokok bahasan Sifat Bahan dengan Penyusunnya.

(6)

v

Comprehension of Science in V Grade at MIN 16 Cipayung. Thesis in Department

of Educational Elementary School’s Teacher, Faculty of Tarbiyah and Mastership Educational, Syarif Hidayatullah Islamic State University of Jakarta.

Key words: Mind Map, Concept Comprehension, Science

This research method used Quasi Experiment with Non-equivalent Control Group Design. The purpose of this research is knowing (1) student‟s concept comprehension in science using Mind Map technique, (2) student‟s concept comprehension in science using conventional technique, and (3) the influence of using Mind Map technique towards student‟s Concept Comprehension of Science in V Grade at MIN 16 Cipayung. Sample assembling used cluster random sampling method. This research used objective question instrument with Mind Map creating which is assessed by Mind Map rubric, and multiple choice question for checking understanding based on Physical Properties of Matter evaluating indicator.

(7)

vi

alam yang telah memberikan Rohman-Nya kepada penulis, dan semoga memberikan pula Rohim serta Ridho-Nya kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan dengan judul Pengaruh Penggunaan Teknik Mind Map terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V MIN 16 Cipayung. Sholawat serta salam tak kan lupa penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam, Nabi Muhammad Saw. yang tak lelah menyampaikan tarbiyah membimbing umatnya menuju jalan yang diridhoi Allah Swt. dan semoga penulis khususnya, serta orang-orang terdekat mendapatkan syafaat dihari kemudian nanti.

Karya ilmiah skripsi ini sengaja dibuat dalam rangka pembelajaran bagi penulis serta sebagai syarat terpenuhinya pencapaian gelar sarjana yang penulis usahakan untuk dicapai sejak memulai perkuliahan di Jurusan Pendidikan Guru MI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah. Mengingat penulisan ini merupakan sarana belajar bagi penulis, maka penulis mengakui masih sangat banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Penuh rasa syukur penulis sampaikan kembali kepada Allah Swt. yang memberi bimbingan kepada penulis melalui orang-orang terdekat yang rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk memberi dukungan dalam penulisan karya ilmiah ini baik dukungan berupa moral maupun materi. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Teristimewa untuk kedua orang tua tersayang, Bapak Drs. Kurnain dan Ibu Sri Patmiati, serta adik-adikku tercinta Dwi Fakhrulia dan M. Faza Tsalats, yang senantiasa memberi kehangatan dalam rumah, mengantar dengan nasihat dan menyambut dengan peluk hangat kasih sayang

(8)

vii

4. Ibu Dra. Manerah., Selaku Dosen Penasehat Akademik Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasinya

5. Bapak Ir. Mahmud Maratua Siregar, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan segenap waktu, arahan, bimbingan, dukungan, dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini

6. Bapak Dr. Achmad Zaenuri, M.Si selaku orang tua serta guru yang dengan rela memberi motivasi serta nasihat di sela-sela waktu sibuknya

7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

8. Sahabat-sahabati seperjuangan PGMI, M. Izzet, S.Pd, Feby Yansasnie, S.S, Wajito, S.Pd, M. Arif, S.Pd, Masyhuri Baedhowi, S.Pd, Irfan Shiddiq, S.Pd, A. Maulana, S.Pd, Riski MP, S.Pd, Imam Hanafi, Nur Aini, Tri Astuti, Dinda Rachmawati, serta seluruh teman-teman PGMI angkatan 2010

9. Sahabat-sahabati PMII rayon PGMI, Ahmad Fatah Yasin, Siti Khodijah, dan Rama Indarto

10. Guru-guru serta Saudara satu atap UICCI Ponpes Sulaimaniyah cabang Pejaten dan Ciputat, Abi Zeni, Abi Taufik, Khairul Rizal, Zaki Mubarok, Sofyan Hady, Abdusy Syakur, Ryan Ramdhani, Shekar Suryo, Nurfi Syahri, Warthoi, dan yang lainnya tanpa mengurangi rasa persaudaraan.

11. Sahabat-sahabat komunitas lukis KW, M. Imam Faizal, Dimas Koko, Sri Wahyuningsih, Ferawati, Aida Komalasari, dan Fathurachman

12. Lia Kurnia Pratiwi, S.St.Keb yang telah memberi warna canda tawa, marah kesal, serta motivasi lebih kepada penulis

13. Sahabat-sahabat kos Kumlo Irul dan Imam

(9)

viii

sempurna, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Jakarta, 15 April 2015

Penulis

(10)

ix

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI……….. iii

ABSTRAK………... .iv

ABSTRACT……….… v

KATA PENGANTAR……….… vi

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL……… xii

DAFTAR GAMBAR……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 5

C. Pembatasan Masalah………... 5

D. Perumusan Masalah……….. 6

E. Tujuan Penelitian………. 6

F. Manfaat Penelitian………... 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis………. 7

1. Teknik Pembelajaran Mind Map……… 7

a. Konsep Teknik Pembelajaran Mind Map………. 7

b. Kelebihan Mind Map………... 8

c. Penggunaan dan Cara Membuat Mind Map saat Pembelajaran di Kelas ……… 10

d. Manfaat Mind Map……….. 11

e. Penilaian Mind Map………. 13

(11)

x

d. Prosedur Penilaian Pemahaman………... 23

3. Hubungan Teknik Mind Map dan Pemahaman Konsep... 25

B. Kerangka Berpikir………. 29

C. Hipotesis Penelitian………... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian……….. 31

B. Populasi dan Sampel……….. 31

C. Metode dan Desain Penelitian………. 31

D. Data dan Sumber Data………. 32

E. Instrumen Penelitian………. 33

F. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan………...… 36

1. Uji Validitas……….. 36

2. Uji Reliabilitas……….. 37

3. Uji Taraf Kesukaran……….. 38

4. Uji Daya Pembeda………. 39

G. Teknik Analisis Data Kuantitatif……… 39

1. Uji Asumsi Dasar……….. 39

a. Uji Kenormalan Distribusi Populasi……… 39

b. Uji Homogenitas Varians……… 41

2. Uji-t………... 42

3. Hipotesis Statistik……….. 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Siswa……….. 44

1. Pretest dan PosttestSiswa……… 44

a. Hasil Pretest……….. 44

(12)

xi

3. Analisis Hipotesis degnan Uji-t………….………. 47

4. Peningkatan Pemahaman Siswa………. 48

a. Pemahaman Translation……….... 48

b. Pemahaman Interpretation………... 49

c. Pemahaman Extrapolation………... 50

5. Nilai Mind Map Siswa………... 51

6. Observasi………. 52

B. Pembahasan ………... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. 55

B. Saran………. 55

DAFTAR PUSTAKA……… 57

(13)

xii Tabel 3.1 Data dan Sumber Data

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Tertulis Materi Benda dan Sifatnya Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Mind Map

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda

Tabel 4.1 Deskripsi Uji Normalitas Data Pretest

Tabel 4.2 Deskripsi Uji Normalitas Data Posttest

Tabel 4.3 Deskripsi Uji Homogenitas Data Pretest

Tabel 4.4 Deskripsi Uji Homogenitas Data Posttest

Tabel 4.5 Hasil Penghitungan Uji Beda Rata-rata Tabel 4.6 Penilaian Mind Map

(14)

xiii Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Gambar 3.1 Non-equivalent Control Group Design

(15)

xiv Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol Lampiran 3 Bahan Ajar

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa

Lampiran 5 Lembar Observasi Pra-Penelitian Lampiran 6 Kisi-Kisi Soal Uji Validitas Lampiran 7 Soal Uji Validitas

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Uji Validitas Lampiran 9 Soal Pre Tes

Lampiran 10 Kunci Jawaban Soal Pre Tes Lampiran 11 Soal Pos Tes

Lampiran 12 Kunci Jawaban Soal Pos Tes Lampiran 13 Penghitungan Uji Validitas

Lampiran 14 Penghitungan Uji Reliabilitas (Teknik Spearman Brown) Lampiran 15 Penghitungan Uji Daya Beda Soal

Lampiran 16 Penghitungan Uji Taraf Kesukaran Soal Lampiran 17 Hasil Belajar Pretest

Lampiran 16 Hasil Belajar Posttest Lampiran 19 Penilaian Mind Map

Lampiran 20 Distribusi Nilai Pre Tes kelas Kontrol Lampiran 21 Distribusi nilai Pre-Tes kelas Eksperimen Lampiran 22 Distribusi Nilai Pos Tes Kelas Kontrol Lampiran 23 Distribusi Nilai Pos Tes kelas Eksperimen

Lampiran 24 Penghitungan Uji Normalitas data Pre Tes kelompok Kontrol Lampiran 25 Penghitungan Uji Normalitas data Pre Tes kelompok Eksperimen Lampiran 26 Penghitungan Uji Normalitas data Pos Tes kelompok Kontrol Lampiran 27 Penghitungan Uji Normalitas data Pos Tes kelompok Eksperimen Lampiran 28 Penghitungan Uji Homogenitas data Pre Tes

(16)

xv

Lampiran 33 Hasil Mind Map Individu Siswa Lampiran 34 Hasil Mind Map Kelompok Siswa Lampiran 35 Foto dokumentasi

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan dalam pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Mata pelajaran IPA atau Sains erat hubungannya dengan konsep. Menurut Trianto (2010), “Mata pelajaran IPA itu sendiri tersusun dari tiga komponen penting yang salah satunya adalah konsep”.1

Maka perlu diperhatikan perihal penanaman konsep yang benar sejak dini. Pembelajaran di usia dini memang menjadi suatu hal yang unik. Sebagai seorang pengajar pada, guru harus berusaha mencapai tujuan dalam pembelajaran. Namun, dalam pembelajaran pada siswa usia dini, penting bagi guru untuk memperhatikan karakteristik siswa dalam menerima pelajaran. Oleh karenanya, sudah menjadi tugas guru pada jenjang pendidikan dasar untuk menciptakan pembelajaran yang tidak menjenuhkan di mata siswa, namun juga tidak mengabaikan ketercapaian tujuan pembelajaran.

Kenyataan pada saat ini, kegiatan dalam pembelajaran IPA atau sains di sekolah masih terdapat banyak kegagalan, menurut Felder (1993), “one of the primary reasons students fail in science is because they often have learning styles

significantly different from those emphasized by most science courses”.2

Alasan utama kegagalan dalam pembelajaran sains ialah kegagalan dalam memperoleh makna serta mengorganisasi informasi. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di MIN 16 Cipayung, pembelajaran IPA di kelas V masih menggunakan metode serta teknik pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa, serta keterbatasan dalam

1

Ika Anung Juliyastuti, dkk., Penerapan Mind Map untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Alat Peredaran Darah pada Pembelajaran IPA, Jurnal PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, 2009, diakses 2014, h.1, (http://download.portal-garuda.org/article.php? article=139093&val=4065)

2

(18)

pengembangan media dan sumber belajar.3 Sebagian besar siswa mengalami kebosanan dalam pendidikan sains, sebagian besar karena faktor didaktik, termasuk metode pembelajaran yang berpusat pada guru.4 Penggunaan metode dan media yang menarik berdampak kepada motivasi dan perhatian siswa yang meningkat dalam pembelajaran begitu juga sebaliknya.

Dari beberapa redaksi tersebut, permasalahan dalam pembelajaran sains pada umumnya masih berpangkal pada pemilihan metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran sains. Oleh karenanya, untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran sains ialah dengan menggunakan strategi, metode serta teknik pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa, salah satunya ialah pembelajaran dengan menggunakan teknik mencatat mind map.

Teknik mencatat mind map termasuk salah satu teknik yang direkomendasikan dalam pembelajaran sains. “mind maps in ways that best correspond with how they recall information, make sense of concepts and integrate

their understandings of science content”.5

Mind map merupakan teknik mencatat yang digagas oleh Tony Buzan. Teknik tersebut sengaja diciptakan berdasarkan dua alasan Buzan. Dasar filosofis menunjuk bahwa mind map muncul sebagai sebuah penemuan yang dihasilkan dari kinerja, unsur dan juga susunan otak manusia. Sementara itu, dasar faktual lebih mengarah kepada kegelisahan Buzan atas berbagai teknik pencatatan yang dianggap bisa berbahaya bagi kinerja otak itu sendiri.6 Kekhawatiran Buzan akan teknik mencatat biasa dikarenakan teknik tersebut merupakan teknik mencatat yang hanya banyak melibatkan satu bagian otak saja.

3

Lampiran 5

4Zubaidah, “Penguasaan Konsep oleh Siswa Melalui Metode Problem Solving pada Konsep

Sistem Respirasi”, Skripsi pada Prodi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, h. 1, tidak diterbitkan

5

Issam Abi-El-Mona, et al., The influence of Mind Mapping on Science achievement, Mind Mapping: Scientific Research and Studies, ThinkBuzan, Ltd., 2010, diakses 2015, h. 66, (thinkbuzaninventorsofmindmapping.com)

6

(19)

Sistem pendidikan modern memiliki kecenderungan untuk lebih memilih keterampilan-keterampilan “otak kiri”.7

Penggunaan metode dan teknik yang efisien selalu dikaitkan dengan harapan peningkatan kompetensi siswa dalam proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar yang memuaskan, tak terkecuali penggunaan teknik Mind Map. Hasil atau prestasi belajar yang sejak lama erat dikaitkan dengan angka pencapaian belajar siswa masih menjadi momok yang membayangi proses pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan Nasional, Nuh menjelaskan, “di Indonesia masih banyak sekolah yang hampir semua siswanya tidak lulus ujian nasional”.8

Banyaknya siswa yang tidak lulus ujian nasional menunjukan bahwa prestasi belajar di Indonesia masih rendah, termasuk dalam pembelajaran IPA.

Peningkatan kompetensi siswa, seperti peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa, tidak bisa dipisahkan dari pengaruh peningkatan pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Namun sayangnya, perihal pemahaman siswa sering kali kurang diperhatikan. Berdasarkan hasil ulangan harian yang peneliti dapatkan di salah satu kelas V MIN 16 Cipayung, hasil belajar yang menunjukan perolehan nilai tes tertulis ulangan harian dari dua Standar Kompetensi (SK) yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa Standar Kompetensi (SK) yang berbunyi “Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan” mendapat perolehan rata-rata nilai lebih besar dengan 74,52 dibandingkan dengan perolehan hasil dari SK yang berbunyi “Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan” dengan rata-rata nilai 69,92.9 Dari temuan tersebut disimpulkan bahwa hasil ulangan harian masih mendapat hasil yang tergolong rendah pada KKM 70.

7

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 50

8

Muhammad Chomsi Imaduddin, dkk., Efektifitas Metode Mind Map untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIII, Humanitas Vol:IX No:1, 2012, h. 63

9

(20)

Kemudian peneliti melakukan tes awal untuk mengetahui pemahaman awal siswa pada bahasan pokok Sifat Bahan dengan Penyusunnya. Rata-rata hasil yang didapatkan pada tes awal dari dua kelas ialah 77,0 dan 78,0. Dari KKM 70 rata-rata nilai tersebut, disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa masih tergolong rendah, khususnya pada pokok bahasan Sifat Bahan dengan Penyusunnya.

Juga sebagai penguat, observasi yang dilakukan oleh Ika Anung Juliyastui dan timnya pada siswa kelas V SD Negeri Paulan Karanganyar.

Di SD ini siswa mendapati kesulitan memahami materi peredaran darah paling tidak dikarenakan beberapa hal. Kembali lagi, pemilihan penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat bagi pembelajaran siswa menjadi faktor yang paling berpengaruh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ika dan timnya yang menggunakan metode Mind Map sebagai pemecahan masalah pemahaman siswa kelas V SD Negeri Paulan Karanganyar, didapatkan bahwa „mind map dapat meningkatkan pemahaman konsep alat peredaran darah‟.10

Dari observasi yang peneliti lakukan, juga berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Ika Anung dan tim menunjukkan bahwa pemahaman konsep juga menjadi salah satu permasalahan dan merupakan permasalahan pangkal yang terdapat dalam pembelajaran sains. Dari penelitian yang dilakukan Ika juga disimpulkan bahwa permasalahan pemahaman tersebut dapat diatasi dengan penggunaan Mind Map.

Oleh karenanya, melalui penggunaan teknik Mind Map peneliti tertarik untuk lebih lanjut lagi melakukan penelitian dalam meingkatkan pemahaman konsep siswa pada bahasan pokok Sifat Bahan dengan Penyusunnya yang merupakan salah satu materi esensi dari mata pelajaran IPA, dengan judul penelitian, “Pengaruh Penggunaan Teknik Mind Map terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Mata

Pelajaran IPA di Kelas V MIN 16 Cipayung”.

10

(21)

Pemahaman konsep dipilih karena peneliti menganalisa dari beberapa permasalahan yang telah disebutkan di atas, seperti hasil belajar serta prestasi belajar siswa yang rendah, berpangkal pada rendahnya pemahaman siswa akan konsep yang mereka pelajari serta eratnya kaitan antara Mind Map dengan Pemahaman Konsep. Pemahaman konsep siswa perlu ditingkatkan demi mencapai pemecahan terhadap permasalahan dalam pembelajaran IPA.

B. Identifikasi Masalah

Ditinjau dari latar belakang dan beberapa penelitian tersebut, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah dalam pembelajaran, khususnya masalah yang dianggap mampu diatasi menggunakan metode pembelajaran Mind Map. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain:

1. Metode dan teknik pembelajaran IPA yang kurang menarik 2. Hasil dan prestasi belajar yang belum memuaskan

3. Kemampuan siswa yang masih rendah dalam memahami konsep.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang peneliti temukan, kemudian peneliti membatasi penelitian ini hanya dalam lingkup permasalahan:

1. Pemahaman konsep (C2) siswa menurut Bloom mencakup bentuk pemahaman Translation, Interpretation dan Ekstrapolation pada pembelajaran IPA tingkat Sekolah Dasar (SD) yang mampu diatasi dengan penggunaan teknik mencatat Mind Map.

2. Konsep bahasan IPA yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada materi pokok Sifat Bahan dengan Penyusunnya.

(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti tetapkan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan teknik Mind Map terhadap pemahaman konsep siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V MIN 16 Cipayung?

2. Bagaimana hasil mind map siswa?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknik Mind Map terhadap pemahaman konsep siswa pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V MIN 16 Cipayung.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Adapun manfaat yang diharapkan ialah:

1. Bagi Sekolah

Menjadi acuan membuat kebijakan peningkatan mutu pembelajaran, khususnya di bidang Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Bagi Guru

Memperoleh pengetahuan penggunaan teknik pembelajaran yang mengikutsertakan siswa secara aktif dengan melibatkan penggunaan Mind Map khususnya dalam pembelajaran IPA.

3. Bagi Siswa

(23)

7 BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Teknik Pembelajaran Mind Map

a. Konsep Teknik Pembelajaran Mind Map

Setiap tujuan pasti terdapat jalan untuk mencapainya. Begitu pun dalam pembelajaran, ada berbagai cara dalam melakukan jalannya pembelajaran, yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran tersebut. Cara itu lah yang dikenal dengan metode pembelajaran. “Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik untuk mencapai kompetensi tertentu”.11 Metode pembelajaran yang sukses ialah metode pembelajaran yang membuat siswa semakin mudah mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan metode yang baik, juga perlu didukung dengan pemilihan teknik yang tepat. “Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan satu metode”.12

Teknik mencatat yang sudah banyak diketahui salah satunya ialah teknik mencatat Mind Map. Mind Map merupakan teknik mencatat pelajaran yang tidak biasa bagi siswa. Mencatat dengan Mind Map merupakan proses mengulang. Struktur Mind Map menyerupai bentuk pola-pola pikir, maka tindakan menggambarkannya adalah pengulangan yang alami dan mudah diingat.13

Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita”.14 Sutanto Windura, pengajar Mind Map yang telah terlisensi oleh Think Buzan Licenced Instructor, mengemukakan beberapa definisi mengenai Mind Map, salah satunya ia mendefinisikan “Mind Map sebagai

11

Iif Khoiru Ahmadi, dkk., Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 130.

12

Sudi Lestari, dik., Strategi Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Unindra Press, 2013), h. 8

13

Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 61

14

(24)

sistem belajar dan berpikir yang menggunakan kedua belah otak”.15 Otak manusia terdiri dari dua belahan utama, yakni otak kanan dan otak kiri. Penggunaan otak yang tidak seimbang dapat menyebabkan proses yang disebut dengan balancing atau penyeimbangan. Penggunaan kedua belah otak oleh Buzan diibaratkan ketika kita menggunakan kedua belah kaki, bukan hanya dapat berjalan, namun kita juga dapat berlari.16 Hal tersebut lah yang mendasari cara kerja Mind Map yang berbeda dengan teknik mencatat biasa. Mind Map dikatakan sebagai teknik mencatat yang menggunakan kedua belah otak karena kontennya yang tetap menggunakan huruf serta kata sebagai tugas kerja otak kiri, dan penggunaan garis, gambar serta berbagai macam warna yang melibatkan kerja otak kanan.

Mind map bekerja berdasarkan kinerja kedua belah otak. Hal tersebut menghidarkan dari kebosanan yang akan dialami siswa ketika melakukan pembelajaran. Maka dari itu, dari beberapa redaksi tersebut dapat disimpulkan bahwa Mind Map menjadi salah satu teknik pembelajaran yang direkomendasikan dalam pembelajaran.

b. Kelebihan Mind Map

Seperti halnya peta kota yang memetakan jalan-jalan utama, sekunder hingga jalan-jalan kecil di dalam kota, begitu pula kerja mind map yang memetakan pikiran-pikiran kita, mulai dari pikiran-pikiran utama, sekunder hingga seterusnya. Dari penyamaan tersebut, akan didapat kelebihan dari mencatat dengan mind map sebagai berikut, (1) memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, (2) memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada, (3) mengumpulkan sejumlah besar data di satu tempat, (4) mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru, dan (5) menyenangkan untuk dilihat,

15

Sutanto Windura, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), h.12.

16

(25)

dibaca, dicerna dan diingat.17 Rancangan teknik mencatat menggunakan mind map memang sengaja dikembangkan berdasarkan sistem kerja otak yang memancarkan pikirannya secara hierarki terhadap informasi yang telah diperoleh, juga penggunaan simbol dan gambar-gambar kreatif. Dengan penggunaan mind map diharapkan siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran, khususnya pencatatan informasi, dengan lebih menyenangkan tanpa ada rasa mudah jenuh serta lebih kuat dalam pemerolehan konsep.

Hal lain yang membedakan mind map dengan mencatat biasa dan menjadi kelebihan dari mind map ialah keunggulan memetakan sebuah informasi sebagai berikut:

(1) meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan, (2) memaksimalkan sistem kerja otak, (3) saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan informasi yang dapat disajikan, (4) memacu kreativitas, sederhana, dan mudah dikerjakan, (5) sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada dengan mudah, (6) menarik dan mudah tertangkap mata (eye catching), (7) dapat melihat sejumlah besar data dengan mudah, dan (8) dapat melihat sejumlah besardata dengan mudah.18

Salah satu penyebab mudahnya informasi diingat serta di-recall ialah penggunaan kata kunci. Penggunaan kata kunci dalam Mind Map merupakan rancangan yang disesuaikan dengan reflek otak manusia. Ketika seseorang ditanya untuk mengisahkan kembali peristiwa atau suatu kejadian, maka yang akan keluar dalam pikirannya ialah beberapa kata kunci yang dapat membuka kembali ingatan-ingatan secara garis besar seseorang tersebut. Ia tidak perlu mengingat secara rinci kata demi kata secara lengkap mengenai peristiwa yang telah ia alami, begitu pun dalam kaitannya mengingat kembali pengetahuan atau pelajaran yang telah diperoleh siswa dalam proses pembelajaran sebelumnya. Dengan penggunaan teknik mind map

17

Norma Kusmintayu, Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Siswa Sekolah Menengah Pertama, Basastra Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, vol:1 No:1, 2012, h. 5.

18

(26)

dalam mencatat pelajaran yang telah mereka peroleh, secara mudah mereka dapat mengeluarkan memori-memori penting dari pikiran mereka yang menjadi inti-inti pelajaran dengan bantuan kata kunci dalam Mind Map. Inilah yang disebut mengapa penggunaan Mind Map dapat menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang lebih cepat dan efisien. Dalam pengajaran pada siswa sekolah dasar sangat diperlukan metode yang efisien, untuk menghindari kejenuhan siswa dalam belajar yang lebih mudah terjadi, juga tidak mengesampingkan tujuan pembelajaran yakni pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.

c. Penggunaan dan Cara Membuat Mind Map saat Pembelajaran di Kelas Sebagai sebuah teknik mencatat yang akan diaplikasikan menjadi sebuah metode pembelajaran, penggunaan mind map perlu mendapat penyesuaian dengan tahap-tahap pembelajaran. Penempatan mind map dalam pembelajaran agar lebih jelas, merujuk pada langkah-langkah pembelajaran berikut ini:19 (1) tahap persiapan dengan mengorganisasikan materi, mempersiapkan penguasaan materi, mempersiapkan media, menyiapkan alat evaluasi dan menentukan alat dan saran pembelajaran. (2) tahap pelaksanaan kegiatan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, menunjukkan media mind map dengan ukuran karton, menjelaskan prosedur pembuatan mind map, menuntun siswa membuat mind map dan menerima laporan serta hasil pembuatan mind map siswa. (3) tahap akhir kegiatan dengan memberi kesimpulan pembelajaran dan melakukan evaluasi.

Dalam melakukan pembiasaan penggunaan mind map, perlu diawali dengan pembekalan akan cara pembuatan mind map yang dibenarkan dan sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh pakarnya. Berikut merupakan langkah-langkah membuat mind map:20

19

Ika Anung Juliyastuti, dkk., Penerapan Mind Map untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Alat Peredaran Darah pada Pembelajaran IPA, Jurnal PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, 2009, diakses 2014, h.3, (http://download.portal-garuda.org/article.php? article=139093&val=4065)

20

(27)

1) Mulailah di tengah-tengah sebuah kertas kosong dengan sisi terpanjangnya diletakkan mendatar.

2) Pilihlah sebuah gambar sebagai gagasan sentral kita. 3) Gunakan warna selama proses ini.

4) Hubungkan cabang-cabang utama dengan gambar sentral. 5) Buatlah cabang yang melengkung, bukan garis lurus. 6) Gunakan satu kata untuk setiap cabang.

7) Gunakan gambar di seluruh proses tersebut.

Penggunaan garis, simbol, grafik dan gambar terlihat dominan dalam pembuatan mind map. Hal tersebut diakui berpengaruh dalam merangsang visualitas otak dalam penggunaan mind map dalam pembelajaran. Serta pemusatan sentral yang dianggap akan membuat kreator lebih mudah dalam mengembangkan pikirannya. d. Manfaat Mind Map

Mind map sebagai sistem berpikir dan kreasi memiliki manfaat di berbagai segi dalam kehidupan sehari-hari mulai dari pembelajaran, keluarga hingga dalam bisnis. Namun, guna menjadi landasan penelitian pedidikan, hanya akan dipaparkan manfaat mind map dalam aspek pembelajaran. Menurut Bobbi DePorter, Mark Reardon, & Sarah Singer Nourie (2008), “metode ini dapat membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasikan materi, dan memberikan wawasan baru karena di dalamnya memuat kata-kata kunci dalam sebuah topik”.21 Dengan mengorganisasikan materi menggunakan skema dan kata kunci, pengguna mind map dapat lebih mudah mengingat dan memahami bahasan yang telah mereka dapat dan mereka catat menggunakan mind map.

Kegunaan mind map yang dijelaskan oleh Buzan secara umum “mind maps are multi-sensory tools that use visuospatial orientation to help students integrate,

21

(28)

organize, and retain information”.22 Secara umum penggunaan mind map dipengaruhi dan mempengaruhi system kerja otak, dengan mengolah informasi yang telah diperoleh otak, penggunaan mind map dapat membantu penggunanya mengingat kembali dan memahami informasi yang telah mereka dapat sebelumnya, serta dapat membantu memecahkan masalah yang kompleks.

Penggunaan mind map pada pembelajaran disekolah, maka subjek yang merasakan langsung manfaat mind map adalah siswa dan guru yang melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Adapun manfaat mind map bagi siswa dalam belajar, berpikir dan merencanakan kegiatan sehari-hari ialah sebagai berikut:23 Mencatat, meringkas, mengarang, berpikir analis, berpikir kreatif, merencanakan (jadwal, waktu, kegiatan, dll), menguraikan artikel bacaan (misal: reading comprehension Bahasa Inggris), mengurai soal cerita matematika atau sains, dan lain sebagainya. Dengan menggunakan mind map siswa mendapat kemudahan dalam mempelajari kembali apa yang telah mereka pelajari dan mereka rangkum dan catat ke dalam mind map mereka. Keuntungan lainnya bagi siswa ialah dalam mencatat pelajaran yang telah mereka dapat, siswa tidak merasa terlalu bosan, terlebih lagi pada siswa sekolah dasar, karna mind map dirancang sebagai teknik mencatat yang kreatif dan menyenangkan siswa dengan menggunakan gambar, garis dan warna-warni.

Adapun manfaat mind map bagi guru ialah:24 merancang kurikulum pengajaran yang komprehensif, menyatukan materi pengajaran dari berbagai sumber, meringkas materi pengajaran, mengembangkan ide materi mengajar, mempersiapkan

22Anthony V. D‟Antoni, Does the Mind Map Learning Strategy Facilitate Information

Retrieval and Critical Thinking in Medical Students?, Journal of the Academy of Chiropractic Orthopedists, Volume 8, Issue 1, 2010, diakses 2015, h. 20, (http://www.dcorthoacademy.com/ pdfsJournalsjournals%20/2011/March_2011_JACO.pdf)

23

Norma Kusmintayu, loc.cit

24

(29)

presentasi mengajar, presentasi mengajar, menejemen waktu dalam mengajar, membuat catatan mengajar di papan tulis atau whiteboard, dan lain sebagainya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa manfaat mind map tidak hanya dapat dirasakan oleh siswa, namun juga guru yang mengajarkannya. Akan tetapi kembali lagi, perihal pembiasaan dan penggunaan aturan-aturan yang tepat dalam pembuatan mind map harus diawali dan dibiasakan dalam lingkup kelas. Dengan pembekalan dan pembiasaan akan aturan-aturan mind map, dirasa akan mampu menciptakan karakter siswa dan guru yang kreatif serta lebih disiplin dan teratur.

e. Penilaian Mind Map

Sebagai sebuah teknik mencatat, mind map memiliki beberapa aturan yang ditentukan oleh penciptanya, yakni Tony Buzan. Dalam bukunya, 1st Mind Map, Sutanto Windura menyebutnya dengan aturan tersebut dengan Hukum mind map. Adapun Hukum mind map antara lain:25

1) Kertas

Kertas yang digunakan ialah kertas polos yang minimal berukuran A4, yang dalam penggunaannya diposisikan landscape.

2) Pusat Mind Map

Pusat mind map sekiranya tepat di tengah-tengah kertas dan menggunakan gambar. Ukuranya tidak terlalu besar, juga tidak terlalu kecil, sekitar 4x4 cm2 atau 5x5 cm2 untuk kertas ukuran A4. Serta tidak dianjurkan menggunakan pigura atau garis tepi karena dapat mengganggu asosiasi informasi. Pemusatan mind map di tengah berfungsi untuk membentuk pancaran pikiran. Pancaran Pikiran atau Radiant Thinking sesuai dengan cara kerja otak. Dengan pancaran pikiran, otak men-asosiasi serta menghubungkan ide-ide atau konsep-konsep.

3) Cabang Utama

25

(30)

Menempel dan memancar langsung dari pusat mind map. Cabang utama menggunakan bentuk organic line (dari tebal ke tipis) dan menggunakan warna berbeda untuk menandakan informasi berbeda tiap cabangnya.

4) Cabang-cabang

Menggunakan garis melengkung dan disesuaikan dengan panjang kata kunci. Penggambaran cabang semakin jauh dari pusat mind map maka ia semakin tipis untuk menunjukan hierarki informasi.

5) Kata Kunci

Merupakan kata kunci yang dituliskan di setiap cabang. Masing-masing cabang memiliki kata kunci. Penulisan kata kunci menggunakan huruf cetak sehingga lebih jelas, dan penulisannya semakin jauh dari pusat mind map maka semakin kecil, guna menunjukan hierarki informasi. Alasan penggunaan kata kunci pada mind map ialah sebagaimana yang disebutkan oleh Buzan dalam bukunya, bahwa penggunaan kata kunci akan menghindari siswa dari terhalangnya hubungan antar kata kunci-kata kunci dikarenakan terdapat banyak kata yang tidak perlu yang memisahkan. Sedangkan otak bekerja secara asosiasi.26 Penggunaan kata kunci dipercaya akan lebih mudah bagi siswa untuk memahami informasi. Dengan menggunakan kata kunci, siswa dapat merangsang siswa mengingat informasi yang lebih utuh.

6) Warna

Penggunaan warna pada cabang dimaksudkan untuk menunjukkan perbedaan informasi tiap cabangnya. Penggunaan warna yang menyala sangat dianjurkan untuk lebih membuat menarik. Selain membuat menarik, berdasarkan penelitian bahwa penggunaan warna pada mind map juga memiliki fungsi dalam pembelajaran seperti yang telah disebutkan yakni mampu menangkap perhatian siswa, memperbaiki pemahaman serta memori siswa.

26

(31)

7) Gambar

Dianjurkan menggunakan gambar yang banyak, gambar juga sepatutnya sesuai dan mewakili kata kunci pada tiap cabang. Gambar dapat berfungsi sebagai pengganti atau penguat kata kunci. Ada pun alasan lain penggunaan gambar dalam mind map ialah sebagai penguat memori. Novak (1998), ”point out that the economical way Mind Maps summarise information into visual symbols, helps you to remember that information i.e. the Mind Map can be clearly pictured in your mind’s eye”.27Penggunaan gambar yang sesuai dengan kata kunci, akan membuat kita lebih mudah mengingat kata kunci yang mengantarkan kita kepada informasi. Dengan begitu informasi yang telah tersimpan dalam memori akan lebih mudah dipanggil kembali.

2. Pemahaman Konsep Siswa dalam Mata Pelajaran IPA a. Definisi Pemahaman Konsep (C2)

Pemahaman konsep merupakan salah satu tujuan utama dalam pembelajaran IPA. Klasifikasi tujuan pembelajaran pertama kali dikembangkan secara mendalam oleh penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bloom dan timnya, yang banyak mengadopsi dari perilaku otak serta fisik manusia. Oleh karenanya klasifikasi ini lebih dikenal dengan taksonomi Bloom. Pada tahun 2001 terdapat perbaikan terhadap teori yang digagas Bloom oleh tim yang terdiri dari pakar pendidikan Peter W. Airasian, Kathleen A. Cruikshank, Richard E. Mayer, Paur E. Pitrich, James Raths dan Merlin C. Wittrock dalam buku yang berjudul A Taksonomy for Learning, Teaching and Assesing dengan editor Orin W. Anderson dan David R. Krathwohl. Dalam buku tersebut terdapat revisi terhadap aspek kognitif yang digagas Bloom,

27

(32)

“dengan membagi menjadi dua dimensi, yakni dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif”.28

Terdapat tiga ranah kemampuan hasil belajar yang diklasifikasikan dalam Taksonomi Bloom hasil revisi, yakni ranah kognitif, ranah psikomotorik dan ranah afektif. Letak pemahaman ialah terdapat pada ranah kognitif yang meliputi 1) mengingat; 2) memahami; 3) Mengaplikasi; 4) Menganalisis; 5) Mensintesis; dan 6) Mengevaluasi”.29 Memahami merupakan tindak lanjut dari kegiatan mengingat. “Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep”.30 Jika didefinisikan secara posisi tingkat berpikir, maka pemahaman berarti pemahaman merupakan kemampuan berpikir yang satu tingkat lebih tinggi dari pengetahuan. Sedangkan yang dimaksud dengan pengetahuan, berdasarkan kutipan diatas, ialah fakta-fakta dan konsep. Oleh karenanya, sebagai tindak lanjut dari pengetahuan, pemahaman lebih menuntut otak manusia untuk mengerti pengertian atau definisi dari fakta serta konsep tersebut, menentukan contoh-contoh yang lebih konkretnya, serta mampu menjelaskan sebuah hubungan antar fakta dan konsep tersebut.

Pemahaman merupakan proses memahami atas informasi yang telah kita peroleh sebelumnya. “Pemahaman disini diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya”.31 Oleh karenanya, pemahaman erat hubungannya dengan kemampuan berpikir, perolehan pengetahuan dan konsep. Sehingga untuk mengetahui pemahaman yang diperoleh seseorang, dapat dilihat melalui ketepatan konsep yang diutarakan oleh orang tersebut dalam rangka penindaklanjutan dari perolehan informasi sebelumnya.

28

Sudi Lestari, op. cit., h.67

29

Peter W. Airasian, et al., Classroom Assessment, (New York: McGraw Hill, 2008), p. 68.

30

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.131.

31

(33)

Penjelasan konsep dijelaskan sebagai basic units of semantic memory mental categories into which we place object, activities, abstractions (such as

“liberal” and “concervative”), and events that have essential features in common.32 Konsep merupakan bagian dasar dari memori semantik. Semantic memory atau memori semantik bisa diartikan sebagai memori yang menjadi tempat dimana kita menempatkan atau mengingat objek, aktivitas, abstraksi (pemisahan) dan kejadian. Seseorang yang dalam otaknya sedang menyusun sebuah konsep, berarti ia sedang berusaha menempatkan suatu objek, aktivitas dan kejadian dalam memorinya untuk diingat.

Dari beberapa penjelasan mengenai pemahaman dan konsep tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa definisi pemahaman konsep ialah sebuah bentuk usaha seorang siswa untuk mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan sebuah informasi berupa objek, aktivitas, abstraksi (pemisahan) serta kejadian yang telah ia terima atau alami ke dalam memori semantiknya, kemudian ia nyatakan informasi tersebut menggunakan caranya sendiri. Indikasi seorang siswa telah memahami konsep ialah mereka telah mampu menerjemahkan, menafsirkan dan menyatakan kembali menggunakan cara tertentu dengan minim miskonsepsi.

b. Tujuan Pembelajaran Pemahaman Konsep IPA di MI/SD

Pembelajaran IPA tidak dapat dipisahkan dengan pemahaman konsep siswa. Sering tidak tercapainya pemahaman konsep dalam pembelajaran IPA tidak dapat dianggap sebagai hal yang biasa. Terlebih apabila pemahaman merupakan aspek kompetensi yang dijadikan sebagai tujuan pembelajaran. Seperti yang telah diungkapkan oleh Wina Sanjaya (2008), terdapat beberapa aspek dalam setiap kompetensi sebagai tujuan yang ingin dicapai, yaitu: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) kemahiran, (4) nilai, (5) sikap dan (6) minat.33 “Pemahaman

32

Michael C. Passer, et al., Psychology: The Science of Mind and Behavior, (New York: The McGraw Hill, 2007), p.292

33

(34)

(understanding) sebagai tujuan dapat diartikan sebagai kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu”.34

Pemahaman sebagai salah satu aspek yang dijadikan tujuan pembelajaran tidak dapat dianggap sepele. Terlebih aspek pemahaman merupakan tindak lanjut dari pemerolehan pengetahuan siswa dan sebagai pengukur kedalaman pengetahuan yang telah dicapai oleh siswa.

Penting bagi guru untuk tidak hanya memperhatikan hasil, namun terlebih lagi untuk memperhatikan proses pemelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan pembelajaran pemahaman memiliki beberapa indikator yakni menerjemahkan, menginterpretasi dan meramalkan. Dapat disebutkan bahwa sub ranah pemahaman (comprehension) dapat dideskripsikan ke dalam tiga perilaku, “yakni (1) menerjemahkan makna pengetahuan (translation), (2) menafsirkan (interpretation) dan (3) ekstrapolasi (extrapolation)”.35 Dari ketiga deskripsi tersebut, terdapat tiga bentuk pemahaman. Kemampuan pemahaman menerjemahkan, kemampuan pemahaman menafsirkan dan kemampuan pemahaman ekstrapolasi. Seseorang dapat dikatakan telah mencapai kemampuan pemahaman kognitifnya apabila ia telah menguasai ketiga indikator pemahaman tersebut.

c. Penilaian Pemahaman pada Proses dan Hasil Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran terdapat unsur utama maupun unsur pendukung. “Ada empat unsur utama proses belajar-mengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian”.36 Unsur utama merupakan unsur yang penting adanya dalam setiap kegiatan pembelajaran. Apabila kurang salah satunya, maka pembelajaran tersebut kurang sempurna dalam pelaksanaannya.

Pada poin ini akan dibahas unsur penilaian dalam proses belajar mengajar. Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. “Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai

34

Ibid, h. 131

35

Suyono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 168.

36

(35)

alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa”.37 Dalam kegiatan belajar mengajar, penilaian menjadi salah satu unsur utama dikarenakan guru akan mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran yang dilaksanankannya telah tercapai. Dengan begitu, guru dapat melakukan tindak lanjut dalam pembelajaran selanjutnya, baik melakukan pengembangan atau perbaikan.

Penilaian tidak dapat dipisahkan pada segi proses atau pun hasil. Keduanya saling berkaitan. “Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuanyang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.38 Dengan kata lain, hasil belajar tidak ada gunanya tanpa adanya proses belajar mengajar yang dilakukan sebelumnya. Sedangkan proses tidak dapat diketahui ketercapaiannya tanpa dilakukannya penilaian.

1) Penilaian Proses Pembelajaran Pemahaman

Penilaian proses pembelajaran dapat menggunakan asesmen yang mengacu pada NSES. The Nation Science Education Standard (NSES) merupakan standar pembelajaran sains yang sengaja didesain untuk standardisasi tujuan pembelajaran IPA yang digunakan di Amerika Serikat. NSES merekomendasikan aspek yang dinilai pada siswa dalam pembelajaran IPA pada salah satu dari dua ranah, yakni pemahaman dan penemuan.

(36)

Penilaian pemahaman yang dilakukan pada proses pembelajaran menggunakan asesmen yang juga merupakan rekomendasi dari NSES. Dalam penilaian pemahaman asesmen yang digunakan adalah prompt dan rubric. Prompt merupakan pertanyaan yang disusun mengandung bahasan yang telah dipelajari. Penggunaan prompt ialah setelah pembelajaran usai dilaksanakan. Sedangkan dalam menilai pemahaman saat proses pembelajaran menggunakan rubrik. Rubrik dapat memberi gambaran kepada kita kriteria yang cocok saat menilai kinerja siswa.

Dalam kaitannya mendapatkan hasil penelitian pengaruh penggunaan Mind Map, maka rubrik yang digunakan ialah rubrik Mind Map. Penyusunan rubrik Mind Map disesuaikan dengan proses pembuatan Mind Map dan juga konten yang terdapat dalam aturan atau hukum Mind Map. Rubrik yang telah disusun guna menilai pemahaman siswa pada penelitian ini dapat dilihat pada bab selanjutnya.

2) Hasil Belajar Tipe Pemahaman

Hasil belajar dapat digunakan untuk mengukur seberapa dalam pemahaman konsep siswa, karena hasil belajar sangat dipengaruhi oleh Pemahaman konsep. “Pemahaman materi ajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar dengan didukung motivasi belajar yang baik, disamping itu memberikan efek yang penting bagi prestasi belajar siswa”.40 Tipe penilaian hasil belajar yang ada pada saat ini dibentuk merujuk kepada klasifikasi hasil belajar yang sering dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom. Klasifikasinya secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik, sedangkan tipe hasil belajar pemahaman masuk ke dalam ranah kognitif. Tipe hasil belajar pemahaman merupakan tipe hasil belajar yang setingkat lebih tinggi dari tipe hasil belajar pengetahuan. Kemudian pemahaman dapat dibedakan lagi menjadi tiga kategori:41

40 Daniko Purnomo, “Hu

bungan Antara Pemahaman Materi, Motivasi Belajar, Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta”, Skripsi pada Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 2012, h. 6, tidak dipublikasikan.

41

(37)

a) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemah

Terjemah yang dimaksudkan ialah menerjemahkan dalam arti sesungguhnya seperti mengartikan dari bahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia, atau mengartikan sebuah gagasan menjadi sebuah kata kunci. “Misalnya mengungkapkan tema, topik atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau diajarkan, tetapi materinya berbeda”.42 Siswa dapat dikatakan telah menguasai pemahaman menerjemahkan apabila ia telah mampu menerjemahkan suatu konsep dengan bahasanya sendiri.

b) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran

Pemahaman jenis ini dimaksud sebagai kemampuan memahami siswa dalam menghubungkan sebuah gagasan yang telah mereka pelajari dengan gambar, denah, diagram atau grafik. Jika pemahaman menerjemahkan hanya menggambarkan menggunakan kata-kata atau sebaliknya, namun pemahaman penafsiran menuntut siswa lebih mampu untuk mengkonversi penjelasannya itu ke dalam sebuah gambar, grafik atau simbol lain, dan sebaliknya.

c) Tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi

Pemahaman ekstrapolasi merupakan tingkat pemahaman yang paling tinggi. “Dengan kemampuan pemahaman ini, diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis”.43 Tanpa dibantu gambar, grafik atau simbol dan tanpa penjelasan secara definitif, siswa mampu memberi kesimpulan yang tersirat dari suatu konsep.

Pengukuran pemahaman siswa dapat menggunakan pertanyaan atau soal setelah pembelajaran. “Cheking for understanding using tests is depent in part on the design and development of good test items”.44Pengukuran pemahaman menggunakan soal pertanyaan bukan sekedar menggunakan pertanyaan dan jawaban saja, namun

(38)

terdapat beberapa langkah yang harus dilalui, terlebih dalam proses perancangan soal tersebut.

Salah satu jenis tes yang dapat digunakan dalam pengukuran pemahaman ialah soal pilihan ganda.

Multiple-choice items are probably the most common type of objective test question (Linn & Miller, 2005). They provide the teacher with an opportunity to gauge student understanding in a fairly quick and efficient manner. They also are easy to analyze in the incorrect responses can be clustered as percentages and teachers can easily determine which of the incorrect responses students most commonly selected.45

Soal pilihan ganda merupakan rancangan tes yang biasa digunakan dalam pengukuran pemahaman. Menggunakan soal pilihan ganda memiliki kelebihan dapat mempermudah guru untuk menganalisis jawaban siswa.

Ada beberapa tipe soal pilihan ganda, salah satunya yakni the response options. Obviously, the first rule to a good multiple-choice question is that only one answer can be correct.46 Soal pilihan ganda tipe response option merupakan soal yang dirancang dengan pilihan jawaban yang hanya memiliki satu jawaban yang paling tepat.

Merancang soal pilihan ganda yang lebih efektif dalam pengukuran pemahaman namun sulit dibandingkan dengan hanya membuat satu jawaban benar ialah dengan menggunakan pengecoh atau distractor. Dengan distractor, guru akan lebih mengetahui siswa mana yang benar-benar memahami konsep. Berikut merupakan contoh soal pilihan ganda yang menggunakan distractor.

45

Ibid, h.103

46

(39)

Tabel 2.1 SoalPilihan Ganda Menggunakan Distractor47

Soal: Tubuhan dapat tumbuh besar dikarenakan A. Tumbuhan

mendapatkan makanannya dari dalam tanah

Miskonsepsi Siswa yang memilih jawaban ini tidak memahami bahwa nutrisi makanan membuat makanan di dalam tubuhnya, namun tidak memahami bahwa air dan karbon dioksida (dari udara) tidak hanyadigunakan untuk menghasilkan

Siswa tidak memahami bahwa sebagian tumbuhan seperti parasit tidak memiliki klorofil

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penilaian pemahaman konsep dilakukan pada saat proses pembelajaran serta akhir pembelajaran. Penilaian pemahaman pada saat proses pembelajaran menggunakan rubrik. Sehubungan dengan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh mind map terhadap Pemahaman Konsep, maka rubrik yang digunakan sebagai asasemen ialah rubrik mind map. Rubrik penilaian mind map akan memberi gambaran kepada guru

47

(40)

bagaimana siswa menangkap instruksi yang telah diberikan oleh guru serta melakukan kinerja pembuatan mind map. Prosedur kinerja penggunaan mind map dibentuk berdasarkan unsur-unsur pembentuk mind map, yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Bagan Unsur Pembentuk Mapping48

Penyusunan rubrik mind map dilakukan berdasarkan prosedur pembuatan mind map serta aturan atau konten mind map. Rubrik penilaian mind map dapat dilihat pada bab selanjutnya.

Kemudian penilaian pemahaman konsep pada akhir pembelajaran dilakukan menggunakan tes hasil belajar tipe pemahaman. Penyusunan tes hasil belajar yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa, didasarkan pada Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) serta Indikator ketercapaian pembelajaran IPA pada konsep Sifat Bahan dengan Penyusunnya yang kemudian dirumuskan

48

(41)

dalam soal-soal tes tulis piliha ganda.49 Kisi-kisi indikator soal tes tulis dapat dilihat pada bab selanjutnya.

3. Hubungan Teknik Mind Map dan Pemahaman Konsep

Hubungan mind map dengan Pemahaman Konsep dapat ditinjau salah satunya melalui pengertian mind map itu sendiri. “Mind mapping is an extremely valuable technique to be learnt and used by the students in learning process. As a notetaking

technique, the mind map allows individuals to “organize facts and thoughts”.50 mind map merupakan teknik mencatat yang berbeda dengan teknik mencatat biasa lainnya. Seperti telah dibahas, hal yang membuat mind map berbeda ialah prioritasnya akan keseimbangan dua belah otak. Selain itu, secara teknis mind map dapat membantu siswa mengorganisasikan fakta dan ide, hal tersebut dirasa mampu membuat siswa lebih mudah dalam memahami konsep berupa fakta dan ide.

Hubungan antara mind map dengan pemahaman konsep juga dapat ditinjau dari manfaat yang didapat dari penggunaan “Mind Map. In addition, the mind map helps students to assimilate new information, to think and to develop their conceptual schema. At the same time, adopting mind mapping strategy can significantly improve

students’ achievement”.51

Penggunaan mind map dalam pembelajaran membantu siswa menggabungkan informasi baru dengan yang telah ia miliki sebelumnya, serta dapat membantunya memahami skema konseptualnya. Dengan manfaat seperti disebutkan, penggunaan mind map dirasa mampu untuk meningkatkan prestasi belajar. Sedangkan sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa prestasi belajar juga sangat dipengaruhi oleh pemahaman konsep.

49

Lampiran 31

50

T. K. Tee, dkk., Buzan Mind Mapping: An Efficient Technique for Note-Taking, International Journal of Social, Management, Economics and Business Engineering Vol:8 No:1, 2014, diakses 2014, h. 28, (http://waset.org/Publication/buzan-mind-mapping-an-efficient-technique-for-note-taking/9997038)

51

(42)

Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, T.K. Tee juga memaparkan manfaat penggunaan Mind Map. Mind Maps are also useful for: 52

a) Brainstorming - individually, and as a group.

Mind Map dapat memberikan pencerahan atau penjelasan suatu gagasan atau informasi terhadap siswa, baik secara individual maupun kelompok.

b) Summarizing information, and note-taking.

Dengan Mind Map, pencatatan informasi menjadi lebih ringkas. c) Consolidating information from different research sources.

Mind Map membantu siswa menggabungkan informasi baru dengan informasi lama yang telah mereka miliki sebelumnya.

d) Thinking through complex problems.

Mengurai permasalahan yang rumit menjadi lebih mudah dengan Mind Map. e) Presenting information in a format that shows the overall structure of your

subject.

Dengan menggunakan mind map, siswa dapat menunjukkan gagasan pikirannya secara keseluruhan.

f) Studying, retaining and recall information.

Sebagai media untuk pembelajaran, penguat serta pengingat informasi yang telah dipelajari.

g) Promotes meaningful learning instead of memorization.

Memberikan kepada siswa pengalaman belajara bermakana, dengan begitu informasi yang telah didapat akan lebih tersimpan mendalam di memori siswa.

Penggunaan mind map dalam pembelajaran siswa tidak semata hanya sebagai teknik mencatat belaka. mind map digunakan sebagai metode yang diyakini mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal tersebut terlihat dari konten mind map yang memang sangat sesuai dengan kerja dua belah otak serta berhubungan dengan pemahaman konsep siswa. In a map format containing a “central image, main

52

(43)

themes radiating from the central image, branches with key images and key words,

plus branches forming a connected nodal structure”.53

Dalam teknis penggunaannya yang sesuai dengan hukumnya, Mind Map harus terdapat di dalamnya gambar pusat, skema yang terpusat di tengah, cabang-cabang yang berhubungan dengan pusat Mind Map berbentuk ranting-ranting pohon, yang diujungnya diberi keterangan menggunakan kata kunci serta gambar kunci.

4. Penelitian Relevan

Selain tinjauan toritik seperti di atas, peneliti juga melakukan tinjauan dari hasil penelitian faktual yang dilakukan para peneliti lain sebelumnya mengenai hubungan Mind Map dengan Pemahaman Konsep. Tika Wulandari dengan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA pada siswa kelas V melalui metode pembelajaran mind mapping pada siswa kelas V SD N Ngombakan 01 Polokarto Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012. Bentuk penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas V SD N Ngombakan 01 berjumlah 29 orang yang terdiri dari 14 peserta didik laki-laki dan 15 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga komponen yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA pada siswa kelas V SD N Ngombakan 01 Polokarto Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012. Nilai terendah pada siklus II ini adalah 61 dan nilai tertinggi 90. Sedangkan rata-rata nilai tes peserta didik adalah 75,9. siswa yang mampu mencapai KKM yaitu 26 atau 89,6% dari jumlah seluruh peserta didik. Sedangkan peserta didik yang belum men-capai KKM menjadi 3 atau 10,3% dari jumlah seluruh siswa. Dari

53

(44)

hasil tersebut dapat diketahui bahwa upaya peningkatan pemahaman kon-sep IPA khususnya materi tanah dan batuan sudah berhasil karena sudah mencapai indikator kinerja penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Ika Anung Juliyastuti dan timnya (2013) dengan judul Penerapan Mind Map untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Alat Peredaran Darah pada Pembelajaran IPA. Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep alat peredaran darah melalui penerapan mind map. Bentuk penelitian tersebut adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dari penelitian tersebut adalah siswa kelas V SDN Paulan yang berjumlah 17 siswa. Sumber primer dari penelitian tersebut adalah siswa dan guru kelas V SDN Paulan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mind map dapat meningkatkan pemahaman konsep alat peredaran darah.

Penelitian yang dilakukan oleh Cathy-Ann Radix dan Azim Abdool (2013) dengan judul Using mind maps for the measurement and improvement of learning quality menyebutkan bahwa Penggunaan Mind Map secara utuh dapat memberi penilaian akan proses pembelajaran konstruktivis. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa Mind Map berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembelajaran konstruktivis. Pembelajaran konstruktivis dijelaskan sebagai pembelajaran yang menkonstruksikan pengetahuan serta pemahaman akan makna konsep .

(45)

book an handouts which are related to the concept. Disimpulkan dari disertasi tersebut beberapa fungsi Mind Map antara lain mencatat bahasan ujian, gagasan-gagasan penting, serta hubungan antar konsep yang mengantarkan siswa kepada pemahaman konsep.

B. Kerangka Berpikir

Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1991) mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan degnan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.54 Dalam penelitian ini, krangka berfikir ditunjukkan Gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

54

Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010) h. 91

(46)

C. Hipotesis Penelitian

(47)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama semester ganjil tahun ajaran 2014/2015, yakni pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2014 dan dilakukan di MIN 16 Cipayung Jakarta Timur.

B. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian kali ini ialah seluruh siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri 16 Cipayung Jakarta Timur. Sedangkan sampel pada penelitian kali ini merupakan sampel yang diambil dengan teknik random sampling yaitu dua rombel kelas V, yakni kelas V-B sebagai kelas eksperimen dan V-C sebagai kelas kontrol dari jumlah keseluruhan 3 rombel kelas V di MIN 16 Cipayung Jakarta Timur.

Kesamaan jumlah siswa dalam satu rombel, lebih memudahkan peneliti dalam mengacak atau merandom sampel. Salah satu yang juga menjadi alasan peneliti dalam menentukan MIN 16 Cipayung sebagai tempat penelitian ialah jumlah rombel kelas V yang berjumlah tiga rombel. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang dirasa cukup untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh mind map terhadap Pemahaman Konsep. Dari tiga rombel yang tersedia, peneliti memilih satu rombel yang penelitian jadikan kelompok tes uji validitas, yakni kelas V-A. Sedangkan dua kelompok lainnya peneliti jadikan kelompok eksperimen, yakni kelas V-B, dan kelompok kontrol, yakni kelas V-C dengan metode penarikan sampel dengan merandom.

C. Metode dan Desain Penelitian

(48)

Gambar 3.1Non-equivalent Control Group Design

Pencapaian pemahaman konsep siswa pada penelitian ini diukur salah satunya menggunakan hasil belajar. Sedangkan terdapat beberapa faktor yang dapat juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guna menjawab penelitian pengaruh penggunaan mind map terhadap pemahaman konsep, peneliti membatasi faktor yang mempengaruhi hasil belajar hanya sebatas metode pembelajaran, yakni teknik mind map, menggunakan kuasi eksperimen. Dalam quasi-experiment, peneliti menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, namun tidak secara acak memasukkan (non-random assignmaent) para partisipan ke dalam dua kelompok tersebut.55 Yang dimaksud dengan tidak memasukkan partisipan secara acak ialah bahwa kedua kelompok merupakan kelompok utuh yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Penelitian ini menggunakan kelompok kontrol dengan rancangan kelompok eksperimen dan kontrol yang berbeda satu sama lain. Pembedaan tersebut berfungsi sebagai pengukur keberhasilan perlakuan yang dialami oleh kelompok yang menggunakan teknik Mind Map, yakni kelompok eksperimen.

D. Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh baik dari siswa maupun guru Mata Pelajaran IPA kelas V MIN 16 Cipayung Jakarta Timur. Data dan sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

55

John W. Creswell, Research Design, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 238 Pretes Postes

O1 X O3

(49)

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data

2 Proses pembelajaran Siswa dan guru mapel IPA kelas V MIN 16 Cipayung Jakarta Timur

Lembar observasi penelitian

3 Pemahaman konsep Siswa kelas V

MIN 16 Cipayung Jakarta Timur

1. Tes pengukuran pemahaman

2. Penilaian peta pikiran (rubrik mind map)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang peneliti gunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini antara lain:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan salah satu instrument yang digunakan pada pra dan pasca penelitian. Observasi merupakan, instrumen yang digunakan bila objek bersifat prilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil.56 Oleh karenanya, penilaian observasi dibentuk dari indikator langkah-langkah pembelajaran siswa, dan yang menilai merupakan orang yang berada di luar pembelajaran. Peneliti bertugas sebagai observer ketika melakukan observasi pada kegiatan pembelajaran pra-penelitian serta pada kegiatan penelitian di kelas

56

(50)

kontrol. Sedangkan ketika kegiatan perlakuan di kelas eksperimen, yang berlaku sebagai observer ialah guru mata pelajaran IPA kelas V MIN 16 Cipayung. Pedoman observasi pra-penelitian dan pada saat pelaksanaan penelitian, baik kelas control maupun kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran.

2. Tes Pemahaman dengan Soal

Tes yang diberikan berupa soal tertulis, baik sebelum (pretest) maupun setelah (posttest) perlakuan. Penyusunan instrumen tes tertulis mengacu pada kisi-kisi di Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Tertulis Materi Sifat Benda dengan Penyusunnya

SK KD Indikator Domain

4.1.2 Menyebutkan berbagai macam sifat bahan, seperti larut, kuat, rapuh, lunak, dsb.

4.1.3 Mendeskripsikan pengertian bahan penyusun

4.1.4 Menyebutkan berbagai macam bahan penyusun, seperti benang, kain dan kertas

4.1.5 Menginterpretasikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan penyusunnya

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 2.1 Soal Pilihan Ganda Menggunakan Distractor47
Gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis serta mengacu pada rumusan masalah pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar IPA

Tetapi jika gagal, guru perlu memotivasi siswa agar lebih aktif lagi dalam proses pembelajaran, dan perlu dilakukan perbaikan dengan mengoptimalkan proses belajar mengajar dan

Penggunaan Catatan Mind Map Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Pada Mata Pelajaran IPA Materi Pokok Peristiwa Alam (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Barunagri,Lemabang)

Berdasarkan tabel diatas aktivitas kegiatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam siklus 1 berjalan cukup baik, sehingga siswa melakukan aspek-aspek yang diamati

Molymod adalah suatu alat peraga untuk menggambarkan bentuk suatu molekul. Molymod biasanya terbuat dari plastik berupa bulatan-bulatan yang dihubungkan oleh

Chandra (2011) meneliti mengenai pengaruh penerapan merode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran.. Penelitian ini

Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran dengan metode mind map (peta pikiran) dapat membantu peserta didik dalam proses belajar mengajar, menyimpan informasi berupa

Latuheru(1988): ‘menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi