• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Dalam Sosialisasi Budaya Organisasi (Studi Deskriptif Mengenai Strategi Komunikasi Dalam Sosialisasi Budaya Organisasi Di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Komunikasi Dalam Sosialisasi Budaya Organisasi (Studi Deskriptif Mengenai Strategi Komunikasi Dalam Sosialisasi Budaya Organisasi Di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International Medan)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM SOSIALISASI BUDAYA ORGANISASI

(STUDI DESKRIPTIF MENGENAI STRATEGI KOMUNIKASI DALAM SOSIALISASI BUDAYA ORGANISASI DI DEPARTEMEN SALES &

MARKETING HOTEL DANAU TOBA INTERNATIONAL MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

KIKI WULANDARI 110922006

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat), maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Kiki Wulandari

NIM : 110922006

Tanda Tangan :

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Kiki Wulandari

NIM : 110922006 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Strateggi Komunikasi dalam Sosialisasi Budaya Organisasi

(Studi Deskriptif Mengenai Strategi Komunikasi dalam Sosialisasi Budaya Organisasi di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International Medan)

Medan, Februari 2014

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

DR. Inon Beydha

NIP. NIP. 196208281987012001

Dra. Fatma Wardy Lubis, MA

Dekan FISIP USU

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi Komunikasi dalam Sosialisasi Budaya Organisasi di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International Medan. Budaya organisasi merupakan hal esensial bagi suatu organisasi termasuk hotel, karena budaya organisasi merupakan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam organisasi yang mewakili norma-norma perilaku dan diikuti oleh komunikasi agar budaya organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tujuan peneitian ini adalah untuk mengetahui gambaran strategi komunikasi dalam sosialisasi budaya organisasi dan proses strategi komunikasi yang dilakukan manajemen Hotel Danau Toba International Medan dalam kegiatan sosialisasi budaya organisasi di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International medan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu hanya memaparkan atau memberikan gambaran mengenai situasi dan peristiwa. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh karyawan di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International Medan. Penelitian ini menggunakan teori strategi komunikasi yaitu : Mengenal Sasaran Komunikasi, Pemilihan media komunikasi, Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi dan Peranan Komunikator.

Berdasarkah hasil penelitian, diketahui bahwa manajemen Hotel Danau Toba International Medan kurang merancang strategi komunikasi dalam kegiatan sosialisasi budaya organisasi. Apabila manajemen lebih memperhatikan sosialisasi budaya organisasi dan menerapkan strategi komunikasi yang disebutkan diatas, budaya organisasi akan terpatri di hati setiap karyawannya.

Kata Kunci :

(5)

ABSTRACT

This essay, entitled Communication Strategies in Socializing Organizational Culture at Sales & Marketing Departement in Hotel Danau Toba International. Organizational culture is essential for an organization including hospitality industry as hotels, because it is the habits that occur in organization that represent norms off behavior and followed by members of the organization. The purpose of this essay to know how and the process of communication strategies on socializing organization culture at Sales & Marketing Departement in Hotel Danau Toba Intenational Medan.

It used descriptive method, which is only describing or providing an overview of the situations and events. All respondences for this research come from all staff in Sales & Marketing Departement, Hotel Danau Toba International Medan. This research used communication strategies theory : understanding the audience / communican, selecting in media choice, analyzing the purpose of the message and role of communicator.

Based on result of the research, managemant of Hotel Danau Toba International Medan has not imploementing yet the communication strategies in socializing organization culture. Management should start to concern and paying more attention on socializing organization culture at Hotel Danau Toba International Medan to make sure the organization will keep its unique inside.

Key Words :

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberi penulis rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Penulis menyadari bahwa bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, sejak masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini, sangatlah berarti. Tanpa mereka, tentu sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membatu, yaitu :

1. Kedua orangtua saya, Ayahanda Jiman dan Ibunda Painten yang tanpa lelah terus memberikan doa, dukungan dan kepercayaan kepada penulis sejak awal perkuliahan. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, nasihat dan pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis hingga saat ini. Terima kasih juga untuk Adinda Koni Armandani yang terus memberi semangat dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Inon Beydha, PhD selaku dosen pembimbing yang telah memberi waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

7. Bapak Yos Andri selaku Executive Assistant Manager dan Ibu Lia Azwani Nasution selaku Sales & Marketing Manager Hotel Danau Toba International Medan yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian lapangan.

8. Karyawan Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International medan yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang peneliti bagikan.

9. Staf Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara : Kak Maya, Kak Icut yang telah membantu dalam urusan administrasi.

10.Seluruh keluarga besar penulis di Banda Aceh : Lek Momo, Lek Ilah, Lek Ragil, Lek Ti, Mas Edi, Mbak Iji, Mas Uwis, Bagas dan Zaid. Terima kasih atas semangat dan doanya.

11.Teman-teman seperjuangan penulis, mahasiswa/i Ilmu Komunikasi Ekstensi 2011 dan sahabat-sahabat penulis : Martharia Hutasoit, Theresia Ananda Ginting, Abul Muamar, Lenwi Tanjung dan Syahraini yang telah menemani dan menjadikan hari-hari penulis menyenangkan.

12.Semua pihak yang telah mendukung penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang masih kurang dalam penulisan skripsi ini, baik dari segi bahasa maupun materinya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya dalam hal yang bersifat membangun dari berbagai pihak, sehingga dapat memberikan sedikit banyaknya informasi yang berguna bagi penulis.

Medan, Januari 2014

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ……….. iii

KATA PENGANTAR ……….. iv

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ……… 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Ruang Lingkup Komunikasi ...…….. 9

2.1.1 Komunikasi ... 9

2.1.2 Komunikasi Organisasi ... 13

2.2 Kerangka Teori ... 16

2.2.1 Strategi Komunikasi ... 16

(9)

2.3 Penelitian Terdahulu ... 27

2.4 Kerangka Konsep ... 31

2.5 Variabel Penelitian ... 31

2.6 Definisi Operasional ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………...…. 35

3.2 Metode Penelitian ……… 40

3.3 Populasi dan Sampel ………...……… 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5 Teknik Analisi Data ... 42

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 43

4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 44

4.2.1 Identitas Responden ... 44

4.2.2 Mengenal Sasaran Komunikasi ... 49

4.2.3 Pemilihan Media Komunikasi ... 54

4.2.4 Tujuan Pesan Komunikasi ... 58

4.2.5 Peranan Komunikator ... 63

4.3 Pembahasan ... 67

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 76

(10)
(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Strategi Komunikasi dalam Sosialisasi Budaya Organisasi di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International Medan. Budaya organisasi merupakan hal esensial bagi suatu organisasi termasuk hotel, karena budaya organisasi merupakan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam organisasi yang mewakili norma-norma perilaku dan diikuti oleh komunikasi agar budaya organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tujuan peneitian ini adalah untuk mengetahui gambaran strategi komunikasi dalam sosialisasi budaya organisasi dan proses strategi komunikasi yang dilakukan manajemen Hotel Danau Toba International Medan dalam kegiatan sosialisasi budaya organisasi di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International medan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu hanya memaparkan atau memberikan gambaran mengenai situasi dan peristiwa. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh karyawan di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International Medan. Penelitian ini menggunakan teori strategi komunikasi yaitu : Mengenal Sasaran Komunikasi, Pemilihan media komunikasi, Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi dan Peranan Komunikator.

Berdasarkah hasil penelitian, diketahui bahwa manajemen Hotel Danau Toba International Medan kurang merancang strategi komunikasi dalam kegiatan sosialisasi budaya organisasi. Apabila manajemen lebih memperhatikan sosialisasi budaya organisasi dan menerapkan strategi komunikasi yang disebutkan diatas, budaya organisasi akan terpatri di hati setiap karyawannya.

Kata Kunci :

(12)

ABSTRACT

This essay, entitled Communication Strategies in Socializing Organizational Culture at Sales & Marketing Departement in Hotel Danau Toba International. Organizational culture is essential for an organization including hospitality industry as hotels, because it is the habits that occur in organization that represent norms off behavior and followed by members of the organization. The purpose of this essay to know how and the process of communication strategies on socializing organization culture at Sales & Marketing Departement in Hotel Danau Toba Intenational Medan.

It used descriptive method, which is only describing or providing an overview of the situations and events. All respondences for this research come from all staff in Sales & Marketing Departement, Hotel Danau Toba International Medan. This research used communication strategies theory : understanding the audience / communican, selecting in media choice, analyzing the purpose of the message and role of communicator.

Based on result of the research, managemant of Hotel Danau Toba International Medan has not imploementing yet the communication strategies in socializing organization culture. Management should start to concern and paying more attention on socializing organization culture at Hotel Danau Toba International Medan to make sure the organization will keep its unique inside.

Key Words :

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasar sektor perhotelan di Indonesia sangat menarik terutama di kota-kota dengan aktifitas bisnis, perdagangan dan atraksi pariwisata yang pesat. Jumlah pasokan kamar hotel pun diperkirakan akan terus bertambah dengan pesat. Pelaksanaan program Visit Indonesia oleh Pemerintah juga memiliki andil dalam mendorong usaha perhotelan tanah air semakin berkembang setiap tahunnya. Hal itu terlihat dari beberapa indikator, selain bertumbuhnya tingkat hunian dan tarif kamar, juga bertambahnya jumlah bangunan hotel baik yang tengah dikembangkan maupun yang sudah beroperasi. Semakin banyak penanam modal yang melakukan pembangunan hotel-hotel baru disetiap provinsi di Indonesia mulai dari hotel mewah, standard maupun hotel budget.

Aksi ekspansif para penanam modal tersebut termotivasi oleh potensi pertumbuhan ekonomi, perjalanan bisnis dan wisata yang meningkat serta maraknya aktifitas meeting, incentive, convention dan exhibition atau yang lebih popular dengan singkatannya yaitu MICE. Selain itu, terdapat pergeseran perilaku masyarakat di kota-kota besar di Indonesia. Kebanyakan dari mereka cenderung akan memilih untuk bermalam di hotel daripada menginap di rumah orang tuanya ketika mereka kembali ke kota kelahirannya (pulang kampung). Hal ini turut memberi kontribusi terhadap meningkatnya tingkat hunian hotel.

Beberapa jaringan hotel lokal dan internasional secara agresif terus mengembangkan bisnisnya di seluruh Indonesia. Keadaan tersebut tentunya menimbulkan persaingan yang semakin ketat dan membuka peluang sekaligus tantangan dalam dunia bisnis.

(14)

gathering, pesta pernikahan dan acara lainnya yang membutuhkan aula lengkap dengan penyediaan makanan dan minuman, hotel ini dapat menjadi pilihan utama. Awal mula berdirinya hotel ini adalah peluang pasar yang cukup menjanjikan dalam bisnis perhotelan di kota Medan pada saat itu. Hal inilah yang menjadi alasan bagi seorang putra Batak, T.D. Pardede untuk mendirikan Hotel Danau Toba International Medan. Ia adalah seorang putra daerah yang memiliki jiwa nasionalis yang besar dan begitu cinta akan tanah air, bangsa beserta budayanya.

Karena kecintaannya pada budaya nasional secara umum, dan budaya batak pada khususnya ia pun menjadikan Hotel Danau Toba International Medan sebagai hotel pertama yang memiliki nuansa Batak di dalamnya. Hotel ini merupakan hotel bersejarah dan disebut juga hotel legenda sehingga tidak heran jika saat ini slogannya adalah The Batak Legend. Hal ini dikarenakan hotel ini adalah hotel pertama dikota Medan yang secara resmi dibuka pada tanggal 10 Juni 1962. Dapat dikatakan bahwa usia hotel ini hingga tahun 2014 ini adalah kurang lebih 52 tahun. Lamanya hotel ini berdiri menunjukkan bahwa hotel ini memiliki kekuatan atau kemampuan untuk menyesuaikan terhadap visi, misi dan tujuan perusahaan. Lamanya hotel berdiri menunjukkan bahwa ada budaya organisasi yang timbul dikarenakan perubahan yang terjadi setiap tahunnya.

Hotel Danau Toba International Medan merupakan perusahaan keluarga dimana pemilik perusahaan adalah anak-anak dari pendiri hotel ini, T.D. Pardede. Aset perusahaan dimiliki oleh mereka sehingga tidak ada penanam modal dari pihak luar. Hotel Danau Toba International Medan mempekerjakan banyak tenaga kerja dimana terdapat lebih dari 400 orang tenaga kerja setiap harinya. Dilihat dari sisi usia, mayoritas pekerja di hotel ini adalah orang-orang yang sudah berumur sangat matang yang telah bekerja lebih dari 20 tahun untuk hotel ini. Kesetiaan para karyawan terhadap perusahaan hingga saat ini dikarenakan perusahaan sebagian besar karyawan berstatus sebagai karyawan tetap.

(15)

Pada dasarnya budaya organisasi merupakan hal esensial bagi suatu organisasi termasuk hotel, karena budaya organisasi merupakan kebiasaan yang terjadi dalam organisasi yang mewakili norma-norma perilaku dan diikuti oleh para anggota organisasi. Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan organisasi. Budaya organisasi akan memberikan suasana psikologis bagi semua anggota, bagaimana mereka bekerja, bagaimana berhubungan dengan atasan maupun reken sekerja dan bagaimana menyelesaikan masalah merupakan wujud budaya yang khas bagi setiap organisasi.

Budaya organisasi dan etos kerja profesional orang-orang dalam sebuah perusahaan dapat mencerminkan kinerja perusahaan dan sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Kecenderungan organisasi atau perusahaan dalam menghadapi persaingan global harus disikapi dengan baik, karena akan membawa dampak pada budaya organisasi. Secara resiprokal, perubahan manajemen dan struktur organisasi akan membawa dampak pada budaya perusahaan, dan sebaliknya. Akan tetapi, perubahan manajemen dan restrukturisasi tidak akan membawa hasil optimal apabila tidak disertai dengan adanya budaya yang kondusif terhadap perubahan tersebut.

Budaya organisasi yang kuat dapat mendukung tujuan-tujuan perusahaan, sebaliknya yang lemah atau negatif dapat menghambat atau bertentangan dengan tujuan-tujuan perusahaan. Budaya organisasi merupakan salah satu peluang untuk membangun sumber daya manusia melalui aspek perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan mampu untuk menyesuaikan diri dengan tantangan yang ada disaat ini maupun masa yang akan datang.

Adapun Wirawan (2007) mendefinisikan budaya organisasi sebagai norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi dan sebagainya. Isi budaya organisasi yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin dan anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen dan mencapai tujuan organisasi.

(16)

yang dipadu keramahtamahan dan pelayanan teraik kepada para tamu sehingga diharapkan mereka betah dan nyaman untuk tinggal di hotel ini.

Budaya batak sangat kental di hotel ini. Arsitektur khas Batak yang ditebar dalam bentuk rumah adat berjejer di puncak bangunan, lengkap dengan gorga atau ukiran Batak, begitu juga kanopi di pintu masuk. Gorga merata ditemukan di interior, mulai dari gapura pintu masuk, lift, baju seragam karyawannya bahkan hiasan kendaraan operasionalnya.

Ciri khas lainnya di hotel yang terletak di Jalan Imam Bonjol No. 17 Medan ini yaitu musik instrumental Batak (uning-uningan) yang diputar mengisi interior hingga ke lantai paling atas, yaitu lantai sepuluh. Ada juga standard sapaan terhadan tamu hotel dengan menggunakan kata “HORAS”. Keadaan ini cukup menggambarkan betapa pemilik hotel, anak-anak T.D. Pardede ini dengan caranya sendiri, menempatkan Batak melalui seni budayanya yang layak dibanggakan dan dijual. Menariknya, mayoritas staf dan karyawan di Hotel Danau Toba International Medan adalah orang Batak.

Dari segi berpakaian, setiap karyawan yang bersentuhan langsung dengan tamu seperti resepsionis, karyawan restoran, bellboy, diberi seragam yang juga memiliki nuansa batak. Karyawan resepsionis misalnya, mereka biasanya menggunakan semacam ikat kepala khas batak, dan karyawan restoran yang menggunakan rompi dari bahan semacam ulos.

Salah satu peran budaya organisasi diantaranya identitas organisasi yang merupakan budaya organisasi berisi satu set karakteristik yang melukiskan organisasi dan membedakannya dengan organisasi yang lain. Budaya organisasi menunjukkan identitas organisasi kepada orang diluar organisasi. Demikian halnya dengan Hotel Danau Toba International medan yang memiliki identitas tersendiri dari hotel lainnya yang ada di Medan yaitu bukan hanya memberi pelayanan profesional namun juga memberi sentuhan budaya lokal dalam rangka pelestarian budaya lokal Batak.

(17)

hotel-hotel internasional yang ada, menjadi tantangan tersendiri bagi hotel lokal yang ada. Hotel Danau Toba International Medan sebagai hotel lokal yang legendaris tentu tidak akan membiarkan para competitor (pesaing) dengan mudah mengambil pasar hotel ini. Sebagai satu-satunya hotel bernuansa batak di kota Medan, hotel ini dituntut untuk dapat mempertahankan ciri khasnya. Disinilah Hotel Danau Toba International Medan ditantang dalam penerapan budaya organisasi dan untuk dapat memberi pemahaman mendalam kepada setiap karyawannya untuk bekerja tidak hanya memberi pelayanan terbaik untuk setiap tamu yang datang, namun juga mampu mengenalkan dan mempromosikan budaya batak kepada tamu hotel.

Pada dasarnya objek dari budaya organisasi adalah manusia, tentu pelaksanaannya tidaklah mudah. Oleh sebab itu diperlukan strategi komunikasi dalam kegiatan sosialisasi budaya organisasi.

Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak akan mungkin dapat terjadi. Komunikasi memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan informasi atau pesan sesuai dengan apa yang kita butuhkan.

Untuk melakukan komunikasi, Gerald R. Miller, dalam Mulyana (2000: 62) menyatakan bahwa komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang didasari untuk mempengaruhi prilaku penerima.

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran ini bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegirahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

(18)

komunikasi manusia (human communication), sebuah proses komunikasi yang melibatkan manusia pada kemarin, kini dan mungkin di masa akan datang.

Komunikasi manusia itu melayani segala sesuatu, akibatnya ada pendapat yang mengatakan bahwa komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan proses yang universal. Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap, prilaku dan tindakan yang terampil dari manusia (communication involves both attitudes and skills). Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui pertukaran informasi, ide-ide, gagasan maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbol-simbol dengan orang lain.

Merencanakan cara komunikasi sangat penting dan mempunyai banyak manfaat untuk berbagai alasan. Komunikasi menjamin pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien, dapat membantu memprioritaskan tuntutan-tuntutan yang berlawanan dan memberikan arahan yang jelas yang terkait dengan kegiatan sehari-hari. Lebih lanjut, komunikasi dapat mengidentifikasi mereka yang membawa perubahan dan memberi cara terbaik untuk menghadapi mereka, memungkinkan telaah kegiatan organisasi saat ini dan memberikan tolak ukur untuk mengukur keberhasilan di waktu yang akan datang.

Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan (Effendy, 2003:301).

Komunikasi adalah proses yang rumit. Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor pendukung / penghambat pada setiap komponen tersebut (Effendy, 2003:35).

(19)

digunakan oleh Hotel Danau Toba International Medan agar budaya organisasi berhasil diterapkan dan berjalan sebagaimana mestinya khususnya di Departemen Sales & Marketing. Oleh sebab itu peneliti memutuskan untuk mengambil judul “Strategi Komunikasi dalam Sosialisasi Budaya Organisasi di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk dapat mempermudah penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam mengintepretasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Rumusan masalah adalah permasalahan sentral yang menjadi perhatian dalam penelitian. Tujuan dari perumusan masalah yaitu untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga mengaburkan penelitian.

Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicarikan jawabannya. Dapat juga dinyatakan bahwa perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Syafruddin Pohan, dkk, 2012:10).

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah strategi komunikasi dalam sosialisasi Budaya Organisasi kepada karyawan di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International Medan?”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui gambaran strategi komunikasi dalam sosialisasi budaya organisasi di Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba International Medan.

(20)

sosialisasi budaya organisasi kepada karyawannya di Departemen Sales & Marketing.

1.3.2 Manfaat Penelitian a. Teoritis

Penulis dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, sekaligus sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam kerangka pengembangan bidang ilmu komunikasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

b. Praktis

(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Ruang Lingkup Komunikasi 2.1.1 Komunikasi

Kehidupan manusia di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak bangun tidur hingga tidur kembali di malam hari. Dapat dipastikan bahwa sebagian besar dari kegiatan kehidupan manusia menggunakan komunikasi.

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifat comunis, yang bermakna umum atau bersama-sama (Wiryanto, 2004:5).

Wilbur Schramm dalam Suprapto (2006:2-3) menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut :

“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu”.

Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm tampak lebih cenderung mengarah pada sejauhmana keefektifan proses berbagi antarpelaku komunikasi. Menurutnya sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness), kesepahaman antara sumber

(source) dengan penerima (audience). Menurutnya, sebuah komunikasi akan

(22)

Esensi komunikasi dalam setiap situasi adalah orang saling bertukar pesan dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran. Karena orang punya tujuan, latar belakang, kebiasaan dan preferensi yang berbeda, maka komunikasi yang efektif haruslah bersifat interaktif yaitu setiap orang ikut aktif dalam mendengarkan dan merespon satu sama lain. Masing-masing elemen dari proses komunikasi ikut berperan dalam menciptakan komunikasi yang interaktif. Kultur dari pengirim dan penerima komunikasi akan mempengaruhi semua area komunikasi interaktif. Adapun unsur-unsur (komponen-komponen) komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Sumber (sources) pesan atau pengirirm pesan

Sumber pesan menentukan jenis pesan yang akan dikirim dan cara penyampaiannya. Ketika memutuskan bagaimana dan apa yang akan disampaikan, pengirim melakukan komunikasi interaktif dengan mempertimbangkan kebutuhan dari orang yang akan menerima pesan.

2. Pesan (message)

Pesan adalah isi atau konten (content) komunikasi, ide-ide yang ingin disampaikan seseorang. Pesan dapat diekspresikan secara verbal (dengan bicara atau dalam bentuk tulisan) maupun secara nonverbal (melalui isyarat, postur tubuh, ekspresi wajah dah bahkan melalui gaya busana).

3. Encoding

Encoding adalah proses fisik dalam mengorganisasikan elemen-elemen pesan untuk keperluan transimisi ke penerima. Dalam komunikasi verbal,

encoding adalah tindakan memilih dan menyuarakan huruf menjadi

kata-kata. Dalam komunikasi nonverbal, encoding berupa isyarat, senyum atau anggukan kepala dan sebagainya. Komunikator interaktif yang efektif akan senantiasa memonitor petunjuk verbal dan non verbal dari audiennya untuk meningkatkan akurasi dan makna pesan yang ingin disampaikan. 4. Saluran (channel)

Saluran adalah medium yang membawa pesan yang telah di-encode oleh sumber. Saluran mencakup pula pertemuan langsung seperti interaksi tatap muka, rapat dan chating online, peercakapan telepon maupun video conferencing.

5. Penerima (receiver)

Penerima adalah tujuan dari pesan. Penerima pesan adalah penentu utama dari jadi atau tidaknya komunikasi berlangsung. Dengan kata lain, pesan menjadi komunikasi hanya jika penerima mengambil pesan itu. Penerima mencakup semua orang yang mengambil pesan, terlepas dari apakah ia merupakan sasaran dari si pengirim atau tidak.

6. Decoding

(23)

Tanggapan adalah respons, verbal atau nonverbal yang diberikan oleh penerima pesan. Pengirim pesan akan mengirimkan tanggapan selama proses komunikasi karena hal itu bisa membuat pengirim tahu apakah pesannya sudah dipahami dengan benar atau belum. Tanggapan dapat berbentuk respons verbal atau nonverbal, memo tertulis, panggilan telepon, jawaban lewat emai atau tanggapan langsung dalam suatu forum seperti dalam rapat atau pertemuan lainnya.

8. Gangguan (noise)

Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu atau mencampuri komunikasi. Gangguan bisa mencakup suara, gangguan psikologis seperti kegugupan atau ketegangan, gangguan emosional seperti kegembiraan atau kesedihan yang berlebihan dan bahkan gangguan fisiologis seperti keletihan atau penyakit. Bias dan prasangka juga merupakan bentuk gangguan psikologis karena sikap bias terhadap pembicara dapat mengintervensi penerimaan pesan.

9. Konteks (context)

Konteks adalah setting atau tata situasi dimana komunikasi berlangsung. Konteks dapat berupa konteks fisik atau tempat fisik (kantor, ruang rapat, caffee), konteks kronologis atau waktu/tanggal terjadinya interaksi (setelah jam kerja, pagi hari, malam hari), konteks kultural atau latar etnis/nasional dan/atau organisasional dari orang yang mengadakan komunikasi (orang jakarta dan Medan, manager dan staf), dan konteks sosial atau sejarah dan relasi sosial antar komunikator (usia, hubungan pertemanan di luar kantor, harmoni atau konflik personal). Konteks dapat mempengaruhi konten pesan, kualitas dan efektivitas komunikasi. Konteks merupakan komponen yang selalu ada dalam proses komunikasi.

10.Pemahaman bersama (shared meaning)

Pemahaman bersama adalah pemahaman mutual yang diperoleh ketika pengirim dan semua penerima pesan menginterpretasikan pesan dengan cara yang sama. Inilah tujuan utama yang diharapkan dari suatu komunikasi.

(O’hair, et al, 2009: 5-8).

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku Human Communication menjelaskan 3 model komunikasi yang dikutip oleh Bungin (2006:253) yaitu :

1. Model komunikasi linear, yaitu model komunikasi 1 arah (one-way view of communication) dimana komunikator memberikan suatu stimulus dan komunikan memberikan suatu stimulus dan komunikan memberikan respons atau tanggapan yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Seperti teori jarum hipodermik (hypodermic needle theory), asumsi-asumsi teori ini yaitu ketika seseorang mempengaruhi orang lain, maka ia “menyuntikkan suatu ampul” persuasi kepada orang lain itu. Sehingga orang lain tersebut melakukan apa yang ia kehendaki.

(24)

seleksi, interpretasi dan memberikan respons balik terhadap pesan dari pengirim. Dengan demikian, komunikasi berlangsung dalam proses dua arah (two-way) maupun proses peredaran atau perputaran arah (cylical prosess), sedangkan setiap partisipan memiliki peran ganda dimana pada suatu waktu bertindak sebagai sender sedangkan pada waktu lain berlaku sebagai receiver, terus seperti itu sebaliknya.

3. Model komunikasi transaksional, yaitu komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) diantara dua orang atau lebih. Proses komunikasi ini menekankan semua perilaku adalah komunikatif dan masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi memiliki konten pesan yang dibawanya dan saling bertukar dalam transaksi.

Sementara dilihat dari prosesnya, proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu secara primer dan sekunder.

a. Proses Komunikasi Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, syarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi adalah jelas karena bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain baik berbentuk ide-ide, informasi maupun opini; yang bersifat konkret maupun abstrak. Pikiran atau perasaan seseorang baru akan diketahui orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer, yakni lambang-lambang. Dengan kata lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (content) dan lambang (symbol). Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bagasa, tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture), yakni gerang anggota tubuh, gambar, warna, dan sebagainya. Dalam komunikasi, bahasa disebut lambang verbal (verbal symbol), sedangkan lambang lainnya dinamakan lambang non-verbal (non verbal symbol). b. Proses Komunikasi Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, memo, email, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

(25)

2.1.2 Komunikasi Organisasi

Manusia adalah makhluk sosial yang berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, baik itu di lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja. Manusia sebagai makhluk sosial di dalam memenuhi kebutuhan yang merupakan agian dari tujuan hidupnya adalah dengan cara bekerja. Manusia dapat bertahan hidup dalam masyarakat jika mereka menjalani kehidupan sebagai sebuah aktifitas interaksi dan kerjasama yang dinamis dalam suatu jaringan kedudukan dan perilaku. Aktifitas interaksi dan kerjasama itu terus berkembang secara teratur sehingga terbentuklah wadah yang disebut organisasi. Dalam melaksanakan interaksi dan kerjasama dalam organisasi dibutuhkan komunikasi (Liliweri, 2004: 1).

Redding dan Sanborn dalam Muhammad (2005:65) mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi dari atasan kepada bawahan (downward), komunikasi dari bawahan kepada atasan (upward), komunikasi dari orang-orang yang sama level / tingkatnya dalam organisasi (komunikasi horizontal), keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.

Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan. Organisasi tanpa komunikasi ibarat sebuah mobil yang didalamnya terdapat rangkaian alat-alat otomotif, yang terpaksa tidak berfungsi karena tidak adanya aliran fungsi antara satu bagian dengan bagian yang lain (Muhammad, 2001: 1).

(26)

pemeliharaan, motivasi, integratif dan inovasi. Komunikasi mendukung struktur organisasi dan adaptasi dengan lingkungan (Sutrisno, 2010: 48-49).

Komponen komunikasi organisasi merupakan kunci dari komunikasi organisasi yang terdiri dari tujuh komponen yaitu:

1. Proses

Organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan di antara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus-menerus dan tidak ada henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu proses

2. Pesan

Yang dimaksud dengan pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang. Simbol-simbol yang digunakan dalam pesan dapat berupa verbal dan nonverbal. Komunikasi disebut efektif apabila pesan yang dikirmkan itu diartikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim.

3. Jaringan

Organisasi terdiri dari beberapa orang yang mempunyai posisi atau jabatan masing-masing di dalam organisasi. Pertukaran pesan dari orang-orang ini selayaknya terjadi melewati suatu sistem yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup hanya dua orang, beberapa orang atau keseluruhan organisasi. Hakikat dan luas jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor.

4. Keadaan saling tergantung

Keadaan saling tergantung ini tidak luput dari ketergantungan satu departemen dengan departemen lainnya. Hal inilah yang menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu departemen mengalami gangguan, maka otomatis akan berpengaruh juga dengan departemen lainnya dan mungkin juga akan berakibat pada seluruh sistem organisasi.

5. Hubungan

Karena organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka, sistem pada kehidupan masyarakat maka untuk berfungsinya seluruh sistem yang ada terletak pada tangan manusia, dengan kata lain jalannya pesan dihubungkan oleh manusia.

6. Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud disini ialah semua keseluruhan secara fisik dan hal-hal yang menyebabkan masyarakat diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal yang termasuk disini ialah personalia (karyawan), staf, golongan fungsional dari organisasi dan komponen organisasi lainnya seperti tujuan dan produk organisasi, dan lingkungan eksternal dari organisasi ialah langganan, leveransir, saingan dan teknologi.

7. Ketidakpastian

(27)

ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan di antara anggota, melakukan suatu penelitian, pengembangan organisasi dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks dengan integrasi yang tinggi. (Muhammad, 2009:68-74)

2.1.2.2 Jaringan Komunikasi Formal dan Informal Dalam Organisasi

Terdapat 3 bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi, yaitu :

1. Komunikasi ke Bawah

Komunikasi ke bawah adalah pesan dari atasan kepada bawahan. Ada 5 tipe komunikasi ke bawah yaitu sebagai berikut :

• Instruksi kerja : Pesan yang menyebutkan perintah dan cara melakukan tugas.

• Alasan di balik tugas : Pesan yang menjelaskan mengapa tugas harus dilakukan dan bagaimana tugas itu berkaitan dengan aktivitas lain dalam organisasi.

• Prosedur dan praktik : Pesan yang menginformasikan kepada anggota organisasi tentang tanggung jawab, kewajiban dan privilese organisasi.

• Tanggapan : Pesan yang menginformasikan tentang kinerja karyawan di organisasi.

• Indoktrinasi tujuan : pesan yang mengajari setiap karyawan soal misi, tujuan dan sasaran organisasi.

(O’Hair et al, 2009: 55-56). 2. Komunikasi ke Atas

Komunikasi ke atas adalah pesan dari bawahan kepada atasan. Empat tipe komunikasi ke atas adalah :

• Merefleksikan kinerja karyawan dan ppekerjaan • Mengungkapkan informasi tentang sesama karyawan

• Mengkomunikasikan sikap dan pemahaman tentang praktik dan kebijakan organisasi

• Melaporkan aktivitas dan tugas yang diasosiasikan dengan pencapaian tujuan.

Komunikasi ke atas memiliki beberapa kelebihan antara lain agar atasan tahu apakah bawahannya menerima ide, rancangan dan kebijakannya. Komunikasi ke atas juga memberi bawahan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembuatan keputusan dan karenanya bisa memuaskan kebutuhan mereka untuk dihargai.

3. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal adalah pesan yag dipertukarkan pada level hirarki yang sama. Beberpa fungsi komunikasi horizontal adalah :

• Memfasilitasi pemecahan masalah

(28)

• Meningkatkan koordinasi kerja antar departemen atau tim • Memperkuat semangat

• Membantu menyelesaikan konflik

Komunikasi horizontal lebih cocok digunakan di perusahaan yang bergerak di bidang inovatif dan kreatif seperti pengembangan software dan mainan yang membutuhkan fleksibilitas.

(O’hair, 2009:56-58)

Sementara itu, jaringan informal sering merupakan aspek terbuka dari jalur komunikasi. Jaringan informal kadang dinamakan “grapevine” dan merupakan substitusi untuk komunikasi ke bawah, ke atas dan horizontal. Pesan disebarkan di seputar tempat kerja, di cafe, di pesta, dan sebagainya. Jaringan informal berkembang lebih cepat di organisasi yang lebih menekankan pada team building dibanding organisasi pada umumnya.

Efek dari grapevine yang negatif dapat dikontrol oleh pimpinan dengan menjaga jaringan komunikasi formal yang bersifat terbuka, jujur, teliti dan sensitif terhadap komunikasi ke atas, ke bawah dan mendatar. Hubungan yang efektif antara atasan dan bawahan kelihatannya sangat krusial untuk mengontrol infomasi informal.

2.2Kerangka Teori 2.2.1 Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communiaction planning) dan manajeman komunikasi (communiaction management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut

strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi (Effendy, 2003:29).

(29)

Menurut Georgy R. Terry dalam Ruslan (2002:1), manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Manajemen komunikasi adalah manajemen yang diterapkan dalam kegiatan komunikasi. Ini berarti manajemen akan berperan atau sebagai penggerak aktivitas komunikasi dalam usaha pencapaian tujuan komunikasi (Suprapto, 2009:132). Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan oleh peneliti bahwa manajemen merupakan suatu proses termasuk dalam hal berkomunikasi untuk mencapai tujuan tertentu, khususnya mengenai sosialisasi budaya organisasi di Hotel Danau Toba International Medan.

Onong Uchjana Effendy menjelasakan bahwa strategi komunikasi mempunyai fungsi untuk menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruksif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal dan menjembatani kesenjangan budaya akibat kemudahan diperolehnya dan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya. Dalam merumuskan strategi komunikasi, Effendy berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut :

a. Mengenal Khalayak

Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Dalam proses komunikasi, baik komunikator maupun khalayak, mempunyai kepentingan yang sama. Tanpa persamaan kepentingan, komunikasi tak mungkin berlangsung. Justru itu, untuk berlangsungnya suatu komunikasi dan kemudian tercapainya hasil yang positif, maka komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan, metoda dan media.

Untuk menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengerti dan memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi khalayak secara tepat dan saksama, yang meliputi:

(30)

pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata yang digunakan.

- Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma kelompok dan masyarakat yang ada.

- Situasi dimana khalayak itu berada

Dalam observasi atau penelitian, publik dapat diidentifikasi dari beberapa segi. Dari segi pengetahuan khalayak misalnya terhadap pesan-pesan yang disampaikan, dapat ditemukan khalayak yang tidak memiliki pengetahuan, memiliki hanya sedikit, memiliki banyak dan ahli tentang masalah yang disajikan. Sedang dari segi sikap khalayak teerhadap isi pesan yang disampaikan dapat ditemukan khalayak yang setuju, ragu-ragu dan yang menolak.

Demikian juga dari segi kesediaan khalayak menerima pengaruh, khususnya mengenai inovasi, melalui penelitian dapat diperoleh identifikasi publik atau khalayak. Dalam hal ini Schoen-fed (dalam Astrid S. Soesanto, 141-142, 1974) mengemukakan klasifikasi khalayak sebagai berikut :

- Innovator ataupun penemu idea adalah orang-orang yang kaya akan

idea baru dan karenanya mudah atau sukar menerima idea baru orang lain.

- Early adopters atau orang-orang yang cepat bersedia untuk mencoba

apa yang dianjurkan kepadanya.

- Early Majority atau kelompok orang-orang yang mudah menerima

idea-idea baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak.

- Majority atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima atau

menolak idea baru, terbatas pada suatu daerah.

- Non-adopters ataupun orang-orang yang tidak suka menerima idea

baru dan mengadakan perubahan-perubahan atas pendapatnya yang semula.

Mengenai pengaruh kelompok dan nilai-nilai kelompok, memang merupakan hal yang harus dikenal dan diteliti oleh komunikator untuk menciptakan komunikasi yang efektif, sebab manusia hidup dalam dan dari kelompoknya.

Pengenalan mengenai khalayak sangat diperlukan, unsur manusia dalam proses komunikasi adalah unsur yang sangat penting dan merupakan inti dari komunikasi.

b. Menyusun Pesan

Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam perumusan strategi, ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian. Hal ini sesuai dengan rumus klasik AIDDA sebagai adoption process, yaitu Attention, Interest, Desire, Decision dan Action. Artinya dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention), kemudian menumbuhkan minat dan kepentingan (interest), sehingga khalayak memiliki hasrat (desire) untuk menerima pesan yang dirangsangkan oleh komunikator, dan akhirnya diambil keputusan (decision) untuk mengamalkannya dalam tindakan (action).

(31)

- Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan itu dapat menarik perhatian sasaran yang dituju.

- Pesan haruslah menggunakan tanda-tanda yang didasarkan pada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, shingga kedua pengertian itu bertemu.

- Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.

- Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana kesadaran pada saat digerakkan untuk memberikan jawaban yang dikehendaki.

Selanjutnya Schramm mengemukakan apa yang disebut availability (mudahnya diperoleh) dan contrast (perbedaan yang menyolok). Kedua hal ini ditujukan terutama dalam penggunaan tanda-tanda komunikasi (sign of communication) dan penggunaan medium.

Availability berarti pesan itu mudah diperoleh dalam persoalan yang sama orang selalu memilih yang paling gampang, yaitu tidak terlalu banyak meminta energi atau biaya. Sedang contrast menunjukkan bahwa pesan itu disampaikan dengan menggunakan tanda-tanda dan medium memiliki perbedaan yang tajam dengan keadaan sekitarnya, sehingga ia kelihatan atau kedengaran sangat menyolok, dan dengan demikian itu mudah ditangkap oleh panca indra.

c. Menetapkan Metoda

Dalam dunia komunikasi pada metode panyampaian / mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya. Hal tersebut dapat diuraikan lebih lanjut, bahwa yang pertama, semata-mata melihat komunikasi itu dari segi pelaksanaannya dengan melapaskan perhatian dari isi pesannya. Sedang yang keuda yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk pernyataan atau bentuk pesan dan maksud yang dikandung. Oleh karena itu yang pertama menurut cara pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu metode redundancy (repetition) dan canalizing. Sedang yang kedua (menurut bentuk isinya) dikenal metode-metode : informatif, persuasif, edukatif dan kursif.

- Redundancy (repetition)

Adalah mempengaruhi khalayak dengan cara mengulang-ulang pesan kepada khalayak. Dengan metode ini banyak manfaat yang dapat ditarik. Manfaat itu antara lain bahwa khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karena juustru berkonsentrasi pada pesan yang diulang—ulang, sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian. Manfaat lainnya ialah bahwa khalayak tidak akan mudah melupakan hal yang penting yang disampaikan berulang-ulang itu. - Canalizing

(32)

akhirnya akan hilang sama sekali. Dalam keadaan demikian itulah pesan-pesan akan mudah diterima oleh komunikan.

- Informatif

Dalam dunia Publisistik atau komunikasi massa dikenal salah satu bentuk pesan yang bersifat informatif, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metode) memberikan penerangan yang berisi fakta dan pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

- Persuasif

Persuasif berarti mempengaruhi dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan terutama perasaannya. Metode persuasif ini merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, bahkan kalau dapat khalayak itu dapat terpengaruh secara tidak sadar. Justru itu dengan metode persuasif ini, komunikator terlebih dahulu menciptakan situasi yang mudah kena sugesti (suggestible).

- Edukatif

Mendidik berarti memberikan sesuatu idea kepada khalayak apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya, dengan disengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan. Oleh karena itu suatu pernyataan kepada umum dengan metode ini akan memberikan pengaruh yang mendalam kepada khalayak kendatipun hal ini akan memakan waktu yang sedikit lebih lama dibanding dengan memakai metode persuasif.

- Kursif (Cursive)

Kursif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa. Dalam hal ini khalayak dipaksa, tanpa perlu berpikir lebih banyak lagi, untuk menerima gagasan-gagasan atau idea-idea yang dilontarkan. Oleh karena itu pesan dari komunikasi ini selain berisi pendapat-pendapat juga berisi ancaman-ancaman. Metode kursif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, perintah-perintah dan intimidasi-intimidasi. Untuk pelaksanaannya yang lebih lancar biasanya di belakangnya berdiri suatu kekuatan yang cukup tangguh. d. Seleksi dan Penggunaan Media

Sebelum suatu pesan disampaikan, perlu dipertimbangkan penggunaan media atau saluran yang paling efektif. Di dalam ilmu komunikasi, dikenal komunikasi langsng (face to face) dan melalui media massa. Komunikasi langsung yaitu berkomunikasi langsung secara tatap muka (face to face) antara komunikator dengan komunikan. Jika sasarannya hanya terdiri dari beberapa orang saja dan lokasinya dapat dijangkau, sebaiknya menggunakan komunikasi langsung. Jika sasarannya banyak orang dan tersebar dimana-man, maka saluran yang sesuai adalah menggunakan media massa.

(33)

Sebagaimana dalam penyusunan pesan kita harus selektif, dalam artian menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan mediapun harus demikian. Justru itu selain kita harus berfikir dalam jalinan faktor-faktor komunikasi sendiri juga harus dalam hubungannya dengan situasi sosial-psikologis, harus diperhitungkan pula. Hal ini karena masing-masing medium tersebut mempunyai kemampuan dan kelemahan-kelemahan tersendiri sebagai alat. (Effendy, 2003)

2.2.2 Budaya Organisasi

2.2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Robert G. Owen (1991), budaya organisasi adalah norma yang menginformasikan anggota organisasi mengenai apa yang dapat diterima dan apa yang tidak dapat diterima, nilai-nilai dominan yang dihargai organisasi di atas yang lainnya, asumsi dasar dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota organisasi, peraturan main yang harus dipelajari jika orang ingin dapat sejalan dan diterima sebagai anggota organisasi dan filsafat yang mengarahkan organisasi dalam berhubungan dengan karyawan dan kliennya (Wirawan, 2008:9).

Budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adapatsi eksternal dan integrasi internal (Mangkunegara, 2005: 113).

Budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya. Budaya organisasi juga disebut budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah organisasi (Sutrisno, 2010: 2).

(34)

2.2.2.2 Pembentukan Budaya Organisasi

Pada dasarnya untuk membentuk budaya organisasi yang kuat memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahap. Di dalam perjalanannya sebuah organisasi mengalami pasang surut, dan menerapkan budaya organisasi yang berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. Budaya bisa dilihat sebagai suatu hal yang mengelilingi kehidupan orang banyak dari hari ke hari, bisa direkayasa dan dibentuk. Jika budaya dikecilkan cakupannya ketingkat organisasi atau bahkan kelompok yang lebih kecil, akan dapat terlihat bagaimana budaya terbentuk, ditanamkan, berkembang dan akhirnya direkayasa, diatur dan diubah (Robbins, 2003)

[image:34.595.107.566.354.478.2]

Berikut ini adalah gambar proses terbentuknya budaya organisasi menurut Robbins :

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2003), Budaya Organisasi dapat dibentuk melalui beberapa cara. Cara tersebut biasanya melalui beberapa tahap yaitu :

1. Seseorang (pendiri) mempunyai sejumlah ide atau gagasan tentang suatu pembentukan organisasi baru.

2. Pendiri membawa satu atau lebih orang-orang kunci yang merupakan para pemikir dan membentuk sebuah kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri.

3. Kelompok tersebut memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan sebuah organisasi. Mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan lain-lain mengenai suatu hal yang relevan.

4. Langkah terakhir yaitu orang-orang lain dibawa masuk ke dalam organisasi untuk berkarya bersama-sama dengan pendiri dan kelompok inti dan pada akhirnya memulai sebuah pembentukan sejarah bersama.

Filsafat dari Pendiri Organisasi

Kriteria Seleksi

Sosialisasi Manajemen

Puncak

(35)

2.2.2.3 Fungsi Budaya Organisasi

Bob Widyahartono, Pengamat Ekonomi dan Dosen FE Usakti melalui artikelnya tentang Filososfi Melandasi Budaya Perusahaan yang Operasional menyatakan bahwa setiap organisasi terdiri atas berbagai ragam manusia dengan sifat dan perilaku masing-masing. Sekalipun demikian setiap organisasi memiliki kesadaran diri atau tata nilai yang mendasari gerak operasinya. Dengan adanya kesadaran itu maka suatu filosofi dapat merupakan sarana yang paling berguna untuk mempersatukan kegiatan para karyawan melalui suatu pengertian bersama akan sasaran dan tata nilai (goals and values). Lebih lanjut Bob Widyahartono memberikan pendapatnya bahwa peranan manajemen puncak yang mengalir melalui menengah adalah membekali segenap karyawan secara berkelanjutan tentang nilai-nilai konseptual yang menjelaskan tujuan hidup (purpose of life)

Menurut Kreitner dan Kinicki (2005:83-86), budaya organisasi adalah nilai dan keyakinan bersama yang mendasari identitas perusahaan. Adapun fungsi budaya organisasi antara lain:

1. Memberikan identitas organisasi kepada karyawannya, sebagai perusahaan yang inovatif yang memburu pengembangan produk baru.

2. Memudahkan komitmen kolektif, sebuah perusahaan dimana karyawannya bangga menjadi bagian darinya atau cenderung tetap bekerja dalam waktu lama.

3. Mempromosikan stabilitas system sosial, mencerminkan taraf dimana lingkungan kerja dirasakan positif dan mendukung, konflik dan perubahan diatur dengan efektif.

4. Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan keberadaannya, dimana membantu karyawan memahami mengapa organisasi melakuakan apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana perusahaan bermaksud mencapai tujuan jangka panjangnya.

Fungsi budaya kerja adalah sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggotanya dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Hal ini dapat berfungsi pula sebagai kontrol atas perilaku para karyawan. (Sutrisno, 2010: 11).

2.2.2.4 Sosialisasi Budaya Organisasi

(36)

Sosialisasi dapat diartikan sebagai proses dimana individu ditransformasikan dri pihak luar untuk berpartisipasi sebagai anggota organisasi yang efektif (Greenberg, 1995). Jadi dalam proses ini terjadi transformasi atau perubahan diri individu yang semula dari luar organisasi agarr mampu berpartisipasi secara aktif dalam organisasi (Sutrisno, 2010:29).

Menurut Gibson et al., (2006: 41) sosialisasi organisasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi untuk mengenalkan karyawan baru pada budaya organisasi tersebut. Menurut Kreitner dan Kinicki (2005: 96) sosialisiasi organisasi didefinisikan seagai proses seseorang mempelajari nilai, norma dan perilaku yang dituntut yang memungkinkan ia untuk berpartisispasi sebagai anggota organisasi. Sosialisasi organisasi merupakan mekanisme kunci yang digunakan oleh organisasi untuk menanamkan budaya organisasinya. Secara singkat, sosialisasi organisasi mengubah orang baru menjadi orang yang berfungsi penuh dalam mempromosikan dan mendukung nilai dan keyakinan dasar organisasi.

Mekanisme pengenalan budaya organisasi ini tentunya tidaklah terjadi secara tiba-tiba, melainkan perlu adanya proses komunikasi melalui interaksi-interaksi yang terjadi dalam setiap bagian organisasi. Sosialisasi merupakan proses melalui saluran-saluran formal seperti program-program introduksi dan latihan maupun cara informal seperti interaksi sehari-hari dengan teman-teman sekerja, para karyawan baru secara disadari atau tidak mengabsorsi informasi tentang apa saja yang diharapkan dan bagaimana sesuatu dikerjakan dalam organisasi. Tanpa adanya proses interaksi maka tidak akan ada pertukaran konsep-konsep budaya organisasi, maka di dalamnya terdapat proses pembelajaran (Muchlas, 2005: 152).

Sosialisasi merupakan sarana seorang anggota baru untuk mempelajari dan memasuki budaya yang ada di dalam organisasi. Sosialisasi dapat dikatakan sebagai sarana seorang anggota baru untuk dapat memasuki budaya organisasi yang baru sehingga orang baru tersebut dapat diterima sebagai bagian dari organisasi dan budaya organisasi menjadi bagian dirinya dalam setiap tindakannya selama berada di dalam organisasi tersebut.

(37)

dikutip oleh Kreitner & Kinicki (2005, 97-100) menjelaskan terdapat tiga tahapan dalam proses sosialisasi yang meliputi:

1. Sosialisasi antisipasi (Anticipatory Socialization) yaitu suatu tahapan yang dimulai dengan seorang individu bergabung dengan organisasi. Proses ini disebut juga proses pembelajaran yang dilakukan sebelum bergabung dengan organisasi. Dalam tahapan ini ini seorang pegawai baru berusaha mencari informasi tentang seluk beluk organisasi yang akan dimasuki dan berandai-andai dengan lingkungan barunya.

2. Tahapan kedua dari proses sosialisasi adalah tahapan pertemuan (encounter), merupakan tahapan yang dimulai saat kontrak pekerjaan ditandatangani. Tahapan ini dinamakan tahap pertemuan karena individu mulai bertemu dengan nilai-nilai, keterampilan dan tingkah laku baru yang harus disesuikan dengan perilaku organisasi. “Counter experience as one of change, contrast dan surprise and argues that the new comer must work to make sense of the new organizational culture” (Miller, 2003: 141). Tahapan yang kedua ini menimbulkan situasi yang sulit bagi pegawai baru yang cukup meresahkan karena pegawai baru harus beradaptasi dengan lingkungan organisasi, pekerjaan, pegawai senior maupun pihak manajemen. Miller (2003,141) mengutarakan the new comer relies on predispotitions, past experience and the interpretations of other.

3. Tahapan yang terakhir adalah tahapan perubahan dan pemahaman bertambah. (Acquisition). Dalam tahapan ini individu mulai menguasai ketrampilan, peran dan menyesuaikan diri dengan nilai dan norma kelompok. Dengan bahasa yang berbeda Jablin dalam Miller (2003, 142) menggunakan istilah metamorphosis yang mana tahapan ini membawa pegawai baru dapat diterima oleh karyawan senior sebagai bagian dari organisasi. Pegawai baru mulai dapat bekerja secara maksimal dan tingkat stress mulai menurun bila dibandingkan dengan tahapan encounter. Seorang pegawai baru bertindak sebagai anggota organisasi dan posisinya sudah mulai diperhitungkan oleh pegawai yang lebih senior.

Setelah tiga tahap sosialisasi organisasi tersebut selesai dan karyawan sudah tersosialisasi, maka akan timbul tingkah laku dan afeksi dari orang yang sudah tersosialisasi tersebut, antara lain:

a. Hasil tingkah laku:

• Melaksanakan peran tugasnya • Tetap berada di organisasi

• Berinovasi dan bekerjasama secara spontan b. Hasil yang bersifat afeksi:

• Merasa puas secara umum

(38)

• Terlibat dalam pekerjaan yang membutuhkan kemampuan yang tinggi.

Berdasarkan pendapat Luthans dapat diuraikan proses sosialisasi budaya organisasi kepada karyawan adalah sebagai berikut :

1. Seleksi terhadap calon karyawan

Pimpinan harus selektif menerima calon karyawan. Karyawan harus memenuhi kualifikasi persyaratan yang telah ditentukan agar mereka mampu berpedoman pada sistem nilai dan norma-norma yang terkandung dalam budaya organisasi.

2. Penempatan Karyawan

Penempatan kerja karyawan haruslah sesuai dengan kemampuan dan bidan keahliannya. Sebagaimana prinsip penenmpatan kerja “The righ man in the right place, the right man on the right job”.

3. Pengalaman bidang pekerjaan

Pengalaman bidang pekerjaan karyawan dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan analisis kebutuhan dan permasalahannya.

4. Pengukuran kinerja dan pemberian penghargaan

Kinerja organisasi perlu diukur secara periodik 6 bulan atau minimal setiap tahun agar dapat dievaluasi perkembangannya dari tahun ke tahun berikutnya. Perkembangan kinerja organisasi sangat ditentukan efektif tidaknya kepemimpinan pimpinan dan manajer dalam pengelolaan kegiatan usaha, produktivitas kerja karyawan, serta partisipasi akti setiap individu organisasi.

5. Penanaman kesetiaan kepada nilai-nilai utama organisasi

Penanaman kesetiaan kepada nilai-nilai utama organisasi kepada seluruh individu organisasi agar mereka bekerja berlandaskan pada moral dan mencapai prestasi optimal.

6. Memperluas informasi/cerita/berita tentang budaya organisasi

Pimpinan dan manajer perlu memperluas informasi atau menceritakan peraturan-peraturan organisasi, kepegawaian dan sanksi-sanksi kerja kepada karyawan agar mereka mampu memahami dan mematuhinya. Begitu pula kepada karyawan perlu diberikan informasi tentang penghargaan bagi mereka yang berpartisipasi aktif dan sanksi-sanksi yang diberikan kepada mereka yang tidak berpartisipasi ataupun yang melanggar sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di organisasi.

7. Pengakuan dan promosi karyawan

Pimpinan perlu memberikan pengakuan dalam bentuk promosi jabatan bagi karyawan yang berprestasi tinggi, memberikan predikat karyawan teladan berdasarkan kondite dan prestasi mereka. Begitu pula promosi jabatan dan predikat terbaik agar mereka dapat memegang teguh budaya organisasi.

8. Pelaksanaan budaya organisasi

(39)

Dalam proses sosialisasi, peran pemimpin sangat diperlukan untuk memberikan dukungan dan koordinasi yang tepat bagi karyawan terutama karyawan baru untuk lebih memahami budaya organisasi. Seorang pemimpin harus dapat memotivasi bawahannya dan memberikan kebebasan kepada karyawan untuk lebih banyak terlibat dalam berbagai kegiatan. Pemimpin juga harus dapat memelihara budaya yang ada di organisasi. Untuk dapat memelihara budaya dengan baik, ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan :

1. Pemimpin perusahaan harus senantiasa memberikan dorongan kepada para manajer dan karyawan untuk mengimplementasikan budaya perusahaannya dalam setiap event.

2. Pemimpin perrusahaan harus memberikan keteladanan terutama dalam lingkungan yang bersifat paternalistik yang menempatkan seorang pemimpin sebagai sentral figur. Demikian pula para manajer perusahaan sebagai pemimpin suatu unit kerja, pada hakikatnya juga merupakan sentral figur bagi unit kerja yang dipimpinnya.

3. Perusahaan harus dapat adaptif terhadap subkultur yang ada (yang tidak bertentangan dengan budaya perusahaan) dan turut serta memperkaya main culture atau dominant culture di perusahaan tersebut.

4. Pemimpin perusahaan dan para manajer memberikan bimbingan agar kelompok yang memiliki subkultur tertentu dapat memahami dan mentoleransi kelompok lain dengan subkultur yang berbeda, bahkan berusaha untuk membantunya dalam memecahkan masalah yang dihadapi. 5. Pemimpin perusahaan dan para manajernya senantiasa memberikan

penjelasan dan menekankan bahwa perusahaan yang dimiliki itu akan semakin kaya dan kuat karena dibangun melalui di antara subkultur yang ada di perusahaan. (Sutrisno, 2010: 34-35).

2.3 Penelitian Terdahulu

(40)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan komunikasi, manajemen komunikasi dan pendekatan mikro komunikasi dalam penerapan budaya organisasi di RS. Sari Asih Serang. Model komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Integratif Komunikatif Sosialisasi Budaya Organisasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Peneliti mengumpulkan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah : (1) Perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh RS. Sari Asih Serang ketika adanya perekrutan karyawan atau orientasi maka segera dilakukan perencanaan komunikasi yang akan dibuat baik pemilihan tempat, waktu, pesan ataupun komunikator yang akan digunakan nantinya; (2) Manajemen komunikasi RS. Sari Asih Serang dalam penerapan buday organisasi dilakukan bukan hanya pihak internal saja tetapi juga bekerja sama dengan organisasi luar yang pembelajarannya dimulai dari tahap perkenalan, perjumpaan, penyesuaian dan kompetensi; (3) Pendekatan mikro komunikasi terjadi ketika berkomunikasi antar anggota secara kekeluargaan agar budaya organisasi lebih mudah diterapkan.

2. Judul: Strategi komunikasi Dinas Sosial Makasar dalam menyosialisasikan Program Keluarga Harapan terhadap rumah tangga sangat miskin di Kec. Tamalate, disusun oleh Asti Respita, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, tahun 2011.

(41)

pemerintah pusat dan para tokoh masyarakat, sementara faktor penghambat disebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat tentang program keluarga harapan.

3. Judul: Strategi komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren Al Hidayah Jakarta Barat, disusun oleh Ahmad Mursyidi, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, tahun 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi dan metode apa saja yang digunakan oleh KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak, bagaimana bentuk komunikasinya dan apa saja hambatan-hambatannya. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil yang berdasarkan pada tujuan penelitian. Hasil penelitian ini yaitu : strategi komunikasi yang digunakan KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak adalah : Mengenal komunikan, menentukan pesan, membujuk, mengontrol, mengantisipasi, merangkul dan strategi memberi kabar gembira dan peringatan. Metode yang digunakan adalah cerita, diskusi, tanya jawab, ceramah dan nasihat. Bentuk komunikasinya lebih cenderung kepada komunikasi kelompok dan antarpribadi. Faktor penghambatnya adalah pemanfaatan waktu, kondisi dari komunikan dan sikap orang tua yang apatis.

4. Jurnal : Strategi komunikasi dalam rangka meningkatkan kesadaran tentang hak-hak nasabah perbankan di Jawa Timur, disusun oleh DR. Sukarmi, SH., MH, Siti Azizah, SPT., M. Hum., M. Comm dan Siti Hamidah, SH., MM, Lembaga Riset Perbankan Daerah Universitas Brawijaya.

(42)

bahwa keberhasilan strategi komunikasi ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu : (a). Pesan, (b). Komunikator dan (c). Media (channel) sehingga kuesioner yang disebarkan merupakan konstruksi dari teori tersebut ditunjang dengan indepth interview yang merupakan substansi yuridis khususnya pada aspek pesan. Hasil

dari penelitian yaitu pelaksanaan komunikasi hak-hak nasabah perbankan di Jawa Timur ditinjau dari unsur Komunikator, Pesan dan Media.

5. Jurnal : Strategi komunikasi dalam penanganan keluhan pelanggan di PT. Nascomo Bahtera Motor, disusun oleh Shabrina Ayulia Rusyan dan Ike Devi Sulistyaningtyah, Program Studi Ilmu Komunikasi Faktultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi komunikasi yang dilakukan oleh Customer Relation Coordinator (CRC) di PT. Nascomo Bahtera Motor dalam penanganan keluhan pelanggan. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara. Penelitian ini menggunakan dua teori yaitu teori strategi komunikasi dan teori handling customer complaint. Handling customer complaint memiliki beberapa tahapan atau alur yang dijalankan yaitu survey customer satisfaction level, in-depth interview, focus group discussion, reporting dan evaluation. Sedangkan strategi komunikasi yang digunakan dibagi menjadi

beberapa aspek yaitu : menganalisis pelanggan, menyusun pesan dan respons pela

Gambar

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Budaya Organisasi
Gambar 2.4 Model Teoritis
Tabel 2.5 Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Struktur Organisasi Departemen Sales & Marketing Hotel Danau Toba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa terdapat peranan Internal Public Relations dalam menciptakan keharmonisan kerja karyawan di Hotel Danau Toba Internasional Medan...

PENDAYAGUNAAN CATATAN SEJARAH KUNJUNGAN TAMU DALAM UPAYA MEMBANTU MENINGKATKAN JUMLAH KUNJUNGAN REPEATER GUEST DI HOTEL DANAU TOBA INTERNATIONAL MEDAN KERTAS KARYA.. Dikerjakan

Analisis Pengaruh Manajemen Kualitas Jasa Dalam Meningkatkan Kepuasan Konsumen Pada Hotel Danau Toba Intemasional Medan.. Bongsu Hutagalung selaku (pembimbing), Amita

FUNGSI KOMUNIKASI DAN BUDAYA ORGANISASI DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA

2) BEST Core Values sebagai Budaya Organisasi di PT. Astra International Tbk-Honda Sales Office Region Yogyakarta ... Struktur Organisasi .... BAB III : HASIL PENELITIAN

Sedangkan komunikasi organisasi dalam mensosialisasikan budaya organisasi di BMT UGT Sidogiri capem Kanigoro Blitar ada 2 komunikasi organisasi yang sama seperti

Peranan sekretaris dalam menangani telepon pada PT Hotel Danau Toba International Medan belum begitu baik karena masih terdapat kekurangan-kekurangan seperti membiarkan

Skripsi yang berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MEREKRUT ANGGOTA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi KOMPAS-USU dalam Merekrut