• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 OKU Semester GenapTahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 OKU Semester GenapTahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 OKU

Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

VIVI ALVIONITA. N

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

VIVI ALVIONITA

ii ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 OKU Semester GenapTahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

VIVI ALVIONITA. N

Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 14 OKU, diketahui bahwa aktivitas belajar siswa belum optimal dan penguasaan materi oleh siswa masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa, salah satunya dengan menggunakan media video. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan media video terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa.

(3)

iii

Hasil penelitian aktivitas belajar siswa dari semua aspek rata-rata berkriteria tinggi. Pada aspek kemampuan mengemukakan ide/pendapat yaitu 77,4, pada aspek kemampuan bertanya yaitu 89,7, dan aspek kemampuan menjawab pertanyaan yaitu 85,7. Penguasaan materi juga mengalami peningkatan, dengan rata-rata nilai pretes sebesar 32,0, nilai postes 80,4 dan N-gain 0,71. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media video berperangaruh terhadap aktivitas belajar dan berpengaruh signifikan terhadap penguasaan materi sistem pernapasan oleh siswa.

(4)
(5)
(6)

xiii

E. RuangLingkupPenelitian ... 7

F. KerangkaPikir ... 8

III. METODE PENELITIAN A. WaktudanTempatPenelitian... 23

B. PopulasidanSampel ... 23

C. DesainPenelitian ... 23

D. ProsedurPenelitian ... 24

E. Jenis Data danTeknik Pengambilan Data ... 31

1. Jenis Data ... 31

2. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. TeknikAnalisis Data ... 33

1. Data kualitatif……….. 33

a. Pengolahan Data AktivitasBelajar……… .... 33

2. Data kuantitatif……… .. 34

a. UjiNormalitas Data ... 34

b. Kesamaan Dua Varian... 34

c. Pengujian Hipotesis ... 35

(7)

xiv V. Simpulan Dan Saran

A. Simpulan ... 48 B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA……… . 49

LAMPIRAN

(8)

I. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Pendidikan adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri. Menurut Mudyahardjo (2001:198) pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga dengan adanya pendidikan maka martabat dan derajat suatu bangsa dapat ditingkatkan.

Dalam proses pendidikan, belajar merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Suyatna (2008:4) menyatakan bahwa siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk bisa bertahan (survive) dan berhasil (sukses) dalam menghadapi setiap masalah sambil menjalani proses kehidupan sehari-hari. Jadi manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada, serta belajar itu juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pangetahuan.

(9)

Tidak akan memperoleh hasil belajar yang bermutu jika siswa dalam proses pembelajaran tidak ikut aktif, karena siswa yang aktif dalam proses

pembelajaran akan menunjang prestasi belajar. Prestasi belajar siswa yang bermutu akan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia (Hanafiah dan Suhana, 2009:93).

Hasil observasi yang dilakukandi SMA Negeri 14 OKU, ternyata dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode diskusi. Dalam

pembelajarannya tersebut hanya siswa yang pintar saja yang aktif, sehingga diskusi hanya didominasi oleh beberapa siswa. Oleh karena itu, siswa tidak banyak terlibat baik dari segi berfikir dan bertindak. Kurangnya aktivitas ini membuat siswa kurang optimal dalam belajar, seperti menurut Sardiman (2000: 93) pada prinsipnya belajar adalah melakukan kegiatan untuk mengubah

tingkahlaku, dengan demikian tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.

Dari hasil observasi tersebut juga diketahui ternyata selama ini dalam proses pembelajaran guru juga tidak menggunakan alat bantu media yang dapat menunjang pembelajaran. Padahal, media dapat berpengaruh terhadap

penguasaan materi oleh siswa, karena media merupakan salah satu alternative penyampaian pesan pembelajaran. Seperti yang dijelaskan oleh Dimyati dan Mujiono (2006: 66), bahwa untuk mengakomodasi perbedaan individu siswa, guru perlu merancang berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran.

(10)

3

yang tidak aktif berdiskusi kesulitan ketika mengerjakan ulangan harian sehingga hasil belajar kognitif siswa rendah. Dari hasil ujian materi sebelumnya 50 % siswa masih mendapatkan nilai< 70, kenyataan ini

menunjukkan bahwa siswa belum bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu alternatif media dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran biologi dan menarik sehingga siswa tidak bosan, serta sekaligus dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa. Kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting didalam proses pembelajaran, karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Menurut Hamalik (1986, dalam

Arsyad, 2009:15) mengungkapkan bahwa media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa, serta dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan informasi. Media yang diduga tepat untuk dapat menciptakan hal tersebut salah satunya adalah media video.Media video bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, mudah dimengerti, jelas, dan efektif dijadiakan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar dan meningkatkan hasil belajar.Karena sebanyak mungkin indera terutama telinga dan mata digunakan untuk

(11)

Donny (2012:24) menyatakan bahwa media video dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penggunaan media video akan memberikan hasil optimal bagi aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa bila didukung oleh model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang tepat salah satunya adalah model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang berbasis kerjasama, kebersamaan, dan kolaborasi. Siswa dikelompokan kedalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas untuk tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dalam kooperatif saling membantu, sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar dan diharapkan dapat mengurangi sifat

individualistic siswa, karena masing-masing siswa bertanggungjawab terhadap keberhasilan kelompok (Slavin 1995:2).

Salah satu model pembelajarankooperatifadalah model pembelajarankooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang heterogen dari tingkat kemampuan (tinggi, sedang, dan kurang). Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim, untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut siswa diberikan kuis atau tes, dan diakhiri dengan pemberian penghargaan. Model pembelajaran STAD membantu siswabelajarberdebat, belajar

(12)

ide-5

idenya, dan mencatathal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama(Soewarso, dalam Hasanah, 2007:27).

Model pembelajaranSTAD dapat mendukung dalam upaya meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa. Dugaan ini berdasarkan penelitian Handayani (2010:50) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperarif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa. Penelitian lain yaitu dari Sari (2007:54) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran koopertif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan tipe STAD memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar biologi siswa.

(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan media video berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa kelas XI SMA Negeri 14 OKU pada materi pokok sistem pernapasan?

2. Apakah penerapan media video berpengaruh signifikan terhadap

penguasaan materi oleh siswa kelas XI SMA Negeri 14 OKU pada materi pokok sistem pernapasan?

C.TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penerapan media video terhadap aktivitas belajar siswa kelas XI SMA Negeri 14 OKU pada materi pokoksistem pernapasan.

2. Pengaruh penerapan media video terhadap penguasaan materi oleh siswa kelas XI SMA Negeri 14 OKU pada materi pokok sistem pernapasan.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi guru yaitu menjadikan media video sebagai alternative media

(14)

7

2. Bagi siswa yaitu dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda yang dapat menumbuhkan semangat kerjasama antarsiswa, meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap pembelajaran biologi.

3. Bagi sekolah yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk

meningkatkan mutu pembelajaran biologi di sekolah dengan penerapan media video di sekolah.

4. Bagi peneliti yaitu memberikan pengalaman mengajar sebagai calon guru dalam menerapkan media video di sekolah.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPA2 sebagai kelompok kontrol, semester genap SMA N 14 OKU tahun pelajaran 2012/2013. 2. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media video

mengenai sistem pernapasan pada manusia dan hewan (burung).

3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipeSTAD.

4. Materi pokok yang diteliti dalam penelitian ini adalah sistem pernapasan.

(15)

6. Penguasaan materi yang diukur adalah hasil belajar dari aspek kognitif yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes.

F. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran salah satunya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa, yaitu ditunjukkan oleh adanya hasil belajar yang memuaskan. Biologi merupakan mata pelajaran yang erat kaitanya dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari, maka siswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang baik agar dapat menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari. Guna mencapai tujuan tersebut, siswa perlu dibiasakan untuk

mencoba menemukan sendiri pengetahuan itu sehingga siswa benar-benar dapat menguasai suatu materi.

(16)

9

menguasai materi pokok sistem pernapasan. Selain itu media video juga dapat merangsang rasa ingin tahu siswa. Dengan adanya rasa ingin tahu siswa, diharapkan aktivitas belajar dapat meningkat. Siswa menjadi terdorong untuk bertanya mengenai materi yang kurang dipahami kepada teman sekelompoknya. Adanya peningkatan aktivitas tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap penguasan materi oleh siswa.

Selain media video yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa, model pembelajaran yang dipakai dalam proses belajar juga mempunyai dampak yang sangat besar terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi yang diserap oleh siswa.Dewasa ini, ditawarkan macam-macam model pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk mengajar di dalam kelas, belajar akan lebih mudah bila dilakukan secara berkelompok (Cooperative). Pembelajaran kooperatif beragam jenisnya, salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran koperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang sangat sederhana dan dapat membantu siswa

(17)

Variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah varibel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya adalah media video (X),

sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas (Y1) dan penguasaan materi pokok sistem pernapasanoleh siswa (Y2).Hubungan antara variabel

tersebut di gambarkan dalam diagram berikut ini:

Keterangan: X : Media pembelajaran video Y1 : Aktivitas belajar siswa Y2 : Penguasaan materi

Gambar 1. Diagram Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.

G. Hipotesis

Hipotesis umum yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

”Penerapan media video berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa kelas XI SMA N 14 OKU pada materi pokok sistem pernapasan”.

Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H0: Penerapan media video tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan materi siswa kelas XI SMA Negeri 14 OKU pada materi pokok sistem pernapasan.

H1 : Penerapan media video berpengaruh secara signifikan terhadap

penguasaan materi siswa kelas XI SMA Negeri 14 OKU pada materi pokok sistem pernapasan.

X

Y1

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Video

Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin

Indonesia, 1969:926). KBBI (1995:1119) mengartikan video dengan: 1) Bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi, 2) Rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi.

Media video merupakan media audiovisual yang memiliki unsur gerakan dan suara. Video dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar berbagai bidang studi. Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat

mengajak peserta didik untuk berpetualang kemana saja walaupun dibatasi oleh ruang kelas. Objek-objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya, atau bahkan tidak dapat dikunjungi peserta didik karena lokasinya dibelahan bumi lain, dapat dihadirkan melalui media video. Dengan kemampuan untuk menyajikan gerakan lambat, media video membantu pengajar untuk

menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu dengan lebih rinci (Hamzah, 2007: 125).

(19)

merupakan media yang cocok untuk berbagai pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil, bahkan satu siswa seorang diri sekalipun. Hal itu, tidak dapat dilepaskan dari kondisi para siswa saat ini yang tumbuh berkembang dalam dekapan budaya televisi, di mana paling tidak setiap 30 menit menayangkan program yang berbeda. Dari itu, video dengan durasi yang hanya beberapa menit mampu memberikan keluwesan lebih bagi guru dan dapat mengarahkan pembelajaran secara langsung pada kebutuhan siswa.

Lebih dari itu, menurut Munadi (2008:127) dan Smaldino (2008:311-312) manfaat dan karakteristik lain dari media video atau film dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran, diantaranya adalah :

1. Mengatasi jarak dan waktu

2. Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat

3. Dapat membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya, dan dari masa yang satu ke masa yang lain

4. Dapat diulang-ulang bila perlu untuk mendapat kejelasan 5. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat 6. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa 7. Mengembangkan imajinasi

8. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih realistik

(20)

13

10. Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing kreativitas peserta didik dalam mengekspresikan gagasannya.

Selain kelebihan, video/film juga memiliki kekurangan, diantaranya: sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut;

pemanfaatan media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah, terutama bagi guru, dan penayangannya juga terkait peralatan lainnya seperti video player, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lain-lain.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(21)

Dalam pembelajaran koperatif, setiap anggota kelompok akan memiliki

ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan memiliki motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi dan keberhasilan kelompok.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran kooperatif, Johnson (1994) dan Sutton (1992) (dalam Trianto 2010:60) mengemukakan lima unsur penting kooperatif yang harus diterapkan yaitu:

1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.

2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat.

Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide

mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. 3. Tanggung jawab individual.

Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa:

(a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan, dan, (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman siswa dan teman

sekelompoknya.

4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.

(22)

15

kelompoknya, bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus. 5. Proses kelompok.

Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe model pembelajaran, salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman temannya, model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan model pembelajaran STAD mengacu pada kelompok belajar siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam satu kelas dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4 – 5 orang. Setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah (Ibrahim, 2000:20).

(23)

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995:2) yaitu penghargaan

kelompok, pertanggungjawaban individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

1. Penghargaan Kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.

Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.

2. Pertanggungjawaban Individu

Keberhasilan kelompok bergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri dan tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3. Kesempatan yang Sama untuk Mencapai Keberhasilan

(24)

17

kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan model pembelajaran STAD sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995:71) yaitu presentasi kelas, belajar kelompok, kuis/tes, skor peningkatan individu, dan penghargaan kelompok.

1. Presentasi Kelas

Materi yang disampaikan pada saat persentasi kelas biasa menggunakan pembelajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Presentasi kelas ini sama dengan pembelajaran biasa hanya berbeda pada

pemfokusan terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Belajar Kelompok

Siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dan untuk lebih memantapkan pemahaman terhadap materi yang telah diberikan oleh guru.

3. Kuis/tes

Kuis/tes diberikan setelah melaksanakan 1 atau 2 kali pertemuan (1 atau 2 kali kegiatan kelompok). Pada saat kuis/tes siswa tidak boleh saling membantu satu sama lain dan harus mengerjakan soal secara individu. 4. Skor Peningkatan Individu

(25)

5. Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Skor kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok tersebut.

C. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Biologi

Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa.

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2002:172). Dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas belajar siswa sangat di perlukan agar proses pembelajaran menjadi berkualitas dengan melibatkan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran. Seperti yang di ungkapakan oleh Sardiman (2007:95), bahwa dalam belajar sangat di perlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat,

mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang di lakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Aktivitas siswa menurut Diedrich (Sardiman, 2007:101) di golongkan ke dalam delapan jenis kegiatan, yaitu:

(26)

19

2. Kegiatan-kegiatan lisan, meliputi kegiatan; menyatakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, meliputi kegiatan; mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan suatu permainan. 4. Kegiatan-kegiatan menulis, meliputi kegiatan; menulis laporan, membuat

rangkuman, mengerjakan tes, mengerjakan lembar kerja, menulis cerita, dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, meliputi kegiatan; menggambar, membuat grafik, diagram peta dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan matrik, meliputi kegiatan; melakukan percobaan, melaksanakan pameran, menyelanggarakan permainan, dan membuat model.

7. Kegiatan-kegiatan mental, meliputi kegiatan: mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, meliputi kegiatan; minat, membedakan, berani, tenang.

Manfaat aktivitas belajar dalam proses pembelajaran menurut Hamalik (2003:91) adalah:

a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. b. Berbuat sendiri dan akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa. c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada

(27)

d. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individu. e. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar demokrasi, kekeluargaan,

musyawarah, dan mufakat.

f. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, guru dengan orang tua, siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa. g. Pembelajaran dan belajar di laksanakan secara realistik dan konkrit,

sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis.

h. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Azas aktivitas menuntut guru untuk membangkitkan aktivitas siswa baik secara jasmani maupun rohani pada waktu siswa menerima pelajaran. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu menentukan bentuk pengalaman belajar yang tepat sehingga dapat

mempraktekkan kemampuan dan keterampilan.

D. Penguasaan Materi Pembelajaran Biologi

(28)

21

Menurut Bloom (dalam Ibrahim dan Syaodah, 1996:76), ada 6 tingkatan dalam domain kognitif yaitu:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar. Penguasaan hal tersebut memerlukan hapalan dan ingatan. Tujuan dalam tingkatan pengetahuan ini termasuk kategori paling rendah dalam domain kognitif.

2. Pemahaman (Komprehension)

Aspek ini mengacu pada kemampuan memahami makna materi yang dipelajari. Pada umumnya unsure pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep, yang ditandai antara lain dengan

kemampuan menjelaskan arti suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Pemahaman dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yakni penerjemahan, penafsiran dan ekstrapolasi (menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui).

3. Penerapan (Application)

Aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki pada situasi baru, yang menyangkut penggunaan aturan, prinsip dalam memecahkan persoalan tertentu. 4. Analisis (Analysis)

(29)

serta mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain, sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dipahami.

5. Sintesis (Synthesis)

Aspek ini mengacu pada kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. 6. Penilaian (Evaluation)

Aspek ini mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gejala atau peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokan-patokan tertentu.

Penguasaan materi dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (1994:1) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2009:174) Tes adalah pengukuran berupa pertanyaan perintah dan petunjuk yang ditujukan kapan tes untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan

(30)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2013 di SMA Negeri 14 Batumarta 4, Kabupaten OKU.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 14 OKU semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI1 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas XI2 sebagai kelompok kontrol. Sampel tersebut dipilih dari populasi dengan teknik

random sampling, karena memilih secara acak kelompok-kelompok secara individu yang terpilih sebagai sampel (Margono, 2005:127).

C. Desain Penelitian

(31)

Pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol siswa mendapat tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) sehingga struktur desainnya adalah sebagai berikut:

Keterangan: I = Kelompok eksperimen (kelas XI1) II = Kelompok kontrol (kelas XI2)

O1 = Pretes O2 = Postes

X = Perlakuan eksperimen (media video dan model kooperatif tipe STAD)

C = Kontrol (model kooperatif tipe STAD)

Gambar 2. Desain pretes-postes tak ekuivalen, (modifikasi dari Riyanto, 2001:43).

D. Prosedur Penelitian

1. Prapenelitian

Persiapan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Membuat surat izin penelitian di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

b. Menetapkan waktu penelitian.

c. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.

d. Menetapkan sampel penelitian untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

(32)

25

e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal pretes dan postes.

f. Membuat intrumen lembar observasi aktifitas belajar siswa. g. Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol yang heterogen berdasarkan nilai akademik siswa, dengan pembagian 2 siswa dengan nilai tinggi, 1 siswa dengan nilai sedang, dan 2 siswa dengan nilai rendah. Nilai diperoleh dari arsip pada guru kelas.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan media video dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan I membahas Struktur dan fungsi organ pernapasan pada manusia serta mekanisme pernapasan pada manusia, Pertemuan II membahas Kelainan/penyakit pada sistem pernapasan manusia, Pertemuan III membahas struktur dan fungsi organ pernapasan pada hewan serta mekanisme pernapasan pada hewan (burung).

2.1 Kelas Eksperimen (Pembelajaran Menggunakan Media Video dan Model STAD)

a. Pendahuluan

1) Guru memberikan soal pretes.

(33)

3) Guru memberikan apersepsi

i. Pertemuan I pada sistem pernapasan struktur pada organ paru-paru kita ada yang berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur, apakah itu?”, sebutkan organ-organ pada sistem pernapasan manusia?”

ii. Pertemuan II ”mengapa merokok itu berbahaya?”, sebutkan apa saja bahaya yang di timbulkan akibat merokok?”

iii. Pertemuan III ”apakah kalian sering mendengar burung berkicau?”, ”Dari manakah suara yang dihasilkan oleh burung?”,Apakah berasal dari organ pernapasan?”

4) Motivasi :

i. Pertemuan I ”Hari ini kita akan mempelajari tentang sistem pernapasan pada manusia”. Dengan mempelajari sistem pelajaran ini kalian akan mengetahui struktur organ-organ pernapasan yang ada pada manusia”.

ii. Pertemuan II ” Pada pertemuan ini kita akan melanjutkan sub materi tentang kelainan/penyakit pada sistem

pernapasan manusia”. Dengan mempelajari ini, kalian dapat mengetahui bentuk kelainan/penyakit pada sistem

pernapasan manusia.

(34)

27

faktor lingkungan hidup hewan dapat mempengaruhi proses pernapasan.

b. Kegiatan inti

1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa.

2) Guru menampilkan video mengenai sistem pernapasan sekaligus menjelaskan materi secara garis besar.

3) Guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok.

4) Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan LKS secara berkelompok.

 Tugas dikerjakan secara berkelompok, setiap anggota kelompok harus membantu satu sama lain dan bertanggung jawab agar setiap anggota kelompoknya memahami materi yang dipelajari karena keberhasilan individu mempengaruhi keberhasilan kelompok.

5) Guru membimbing dan menjadi fasilisator kelompok belajar yang mengalami kesulitan.

6) Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

(35)

8) Guru memberi penguatan terhadap jawaban hasil diskusi siswa dan meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa. c. Penutup

1) Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi pelajaran yang telah disampaikan.

2) Guru memberikan soal postes.

3) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan

berdasarkan prestasi belajar yang dicapai anggota kelompoknya. Penilaian ini bertujuan menjadi motivator siswa untuk

mendapatkan nilai yang lebih baik.

2.2 Kelas Kontrol (Pembelajaran Menggunakan Model STAD)

a. Pendahuluan

1) Guru memberikan soal pretes.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Guru memberikan apersepsi.

i. Pertemuan I pada sistem pernapasan struktur pada organ paru-paru kita ada yang berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur, apakah itu?”, Sebutkan organ-organ pada sistem pernapasan manusia?”

(36)

29

iii. Pertemuan III ”apakah kalian sering mendengar burung berkicau?”, ”Dari manakah suara yang dihasilkan oleh burung?”, Apakah berasal dari organ pernapasan?”

4) Motivasi :

i. Pertemuan I ”Hari ini kita akan mempelajari tentang sistem pernafasan. Dengan mempelajari sistem pelajaran ini kalian akan mengetahui struktur organ-organ pernapasan yang ada pada manusia”.

ii. Pertemuan II ” Pada pertemuan ini kita akan melanjutkan sub materi tentang kelainan/penyakit pada sistem

pernapasan manusia. Dengan mempelajari ini, kalian dapat mengetahui bentuk kelainan/penyakit pada sistem

pernapasan manusia”.

iii. Pertemuan III “Pada pertemuan ini kita akan melanjutkan sub materi yaitu sistem pernapasan pada hewan. Dengan mempelajari ini kalian dapat mengetahui organ-organ pernapasan pada hewan dan juga dapat mengetahui bahwa faktor lingkungan hidup hewan dapat mempengaruhi proses pernapasan.

b. Kegiatan inti

1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa.

(37)

3) Guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok.

4) Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan LKS secara berkelompok.

 Tugas dikerjakan secara berkelompok, setiap anggota kelompok harus membantu satu sama lain dan bertanggung jawab agar setiap anggota kelompoknya memahami materi yang dipelajari karena keberhasilan individu mempengaruhi keberhasilan kelompok.

5) Guru membimbing dan menjadi fasilisator kelompok belajar yang mengalami kesulitan.

6) Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

7) Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya, menanggapi dan mengemukakan ide kepada kelompok yang sedang presentasi.

8) Guru memberi penguatan terhadap jawaban hasil diskusi siswa dan meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa. d. Penutup

1) Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi pelajaran yang telah disampaikan.

2) Guru memberikan soal postes.

3) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan

(38)

31

Penilaian ini bertujuan menjadi motivator siswa untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Data

a. Aktivitas Siswa

Jenis data aktivitas siswa berupa data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa.

b. Penguasaan Materi

Jenis data penguasan materi berupa data kuantitatif yang diperoleh dari nilai pretes, postes, dan N-Gain pada materi pokok sistem pernapasan.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda check list(√ ) pada lembar observasi

(39)

Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Keterangan :

a. Kemampuan mengemukakan pendapat/ide 1. Tidak mengemukakan pendapat/ide (diam saja) 2. Mengemukakan pendapat/ide

b. Kemampuan bertanya

1. Tidak mengajukan pertanyaan (diam saja) 2. Mengajukan pertanyaan

c. Kemampuan menjawab pertanyaan 1. Tidak menjawab pertanyaan

2. Menjawab pertanyaan, (modifikasi dari Hake (dalam Belina, 2008:36)).

b. Penguasaan Materi

Data penguasaan materi berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diperoleh sebelum pembelajaran baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, sedangkan nilai postes diperoleh setelah pembelajaran baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Kemudian dihitung N-Gain nya, lalu dianalisis secara statistik. Untuk mendapatkan N-Gain pada setiap pertemuan menggunakan formula Hake (1999:1) sebagai berikut:

(40)

33 pretes; Smax = nilai maksimal.

Perolehan N-Gain terdapat tiga kategori yaitu: Gain tinggi g > 70, gain sedang 70 ≥ g ≥ 30, dan gain rendah g < 30 (Hake, 1999:1).

F. Teknis Analisis Data

1. Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan

menghitung rata–rata skor aktivitas siswa menggunakan rumus sebagai

berikut: x100%

Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 2.

(41)

2. Penguasaan Materi

1) Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan softwere SPSS versi 17.

a. Rumusan hipotesis

H0 = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal b. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005:466).

2) Uji homogenitas data

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh memiliki varians yang sama dengan menggunakan uji

Barlett dengan program SPSS versi 17. a. Rumusan Hipotesis

H0 = kedua data mempunyai varians yang sama H1 = kedua data mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jika Fhitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima

(42)

35

3) Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-Gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-Gain kedua sampel tidak sama b) Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-Gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata N-Gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

b) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

(43)

4). Uji Mann-Whiteney U

Apabila terdapat data yang tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whiteney U dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a) Hipotesis

H0 = Rata-rata nilai kedua sampel tidak berbeda secara signifikan

H1 = Rata-rata nilai kedua sampel berbeda secara signifikan b)Kriteria Pengujian

- Jika probabilitasnya < 0,05 maka H0 diterima - Jika probabilitasnya > 0,05 maka H0 ditolak

(44)

37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian pengaruh penerapan media video terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi pokok sistem pernapasan oleh siswa disajikan sebagai berikut.

1. Aktivitas Belajar Siswa

Data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Aktivitas belajar siswa kelaseksperimen dan kontrol Aspek

yang di amati

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Persentase (%) Kriteria Persentase (%) Kriteria

A 77,4 T 54,4 R

B 89,7 T 55,8 S

C 85,7 T 54,4 R

� ±Sd 84,31± 6,25 T 68,13±5,65 R

Ket: A:Kemampuanmengemukakan ide/pendapat; B:Kemampuanbertanya; C: Kemampuan menjawab pertanyaan; ST: Sangat Tinggi; T: Tinggi; S: Sedang; R: Rendah; SR: Sangat rendah.

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa dari aspek kemampuan siswa dalam mengemukakan ide/pendapat, megajukan pertanyaaan, dan aspek menjawab pertanyaan pada kelas eksperimen

(45)

Gambar3. Peningkatan Aktivitas belajar siswa

Ket: A:Kemampuan mengemukakan ide/pendapat; B:Kemampuanbertanya; C: Kemampuan menjawab pertanyaan.

Gambar 3 menunujukan rata-rata peningkatan aktivitas belajar siswa pada aspek kemampuan mengemukakan ide/pendapat, kemampuan bertanya dan kemampuan menjawab pertanyaan dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Dari peningkatan rata-rata nilai tersebut dari ketiga aspek pada kelas eksperimen peningkatanya lebih tinggi.

2. Penguasaan Materi

Hasil penelitian mengenai penguasaan materi siswa yang diperoleh dari pretes, postes, dan N-gain pada materi pokok Sistem Pernapasan untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.

(46)

39 Berbeda tidak signifikan; U = Mann-Whitney U; p = Probabilitas.

Tabel 4 menunujukan bahwa nilai pretes dan N-gain penguasaan materi oleh siswa pada kedua kelas berdistribusi normal, sedangkan untuk postes

penguasaan materi oleh siswa berdistribusi tidak normal. Nilai pretes pada kedua kelas memiliki varians yang sama (homogen), sedangkan nilai N-gain

pada kedua kelas memiliki varian yang berbeda (tidak homogen).

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas nilai pretes dan N-gain,

selanjutnya dilakukan uji t terhadap nilai pretes dan N-gain penguasaan materi oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Hasil dari analisis uji t tersebut diketahui bahwa nilai pretes penguasaan materi oleh siswa pada kedua kelas berbeda tidak signifikan. Sedangkan untuk nilai N-gain penguasaan materi oleh siswa pada kedua kelas berbeda secara signifikan. Untuk nilai postes

penguasaan materi oleh siswa berdistribusi tidak normal dan dilanjutkan denganuji Mann-Whitney U. Hasil dari uji Mann-Whitney U rata-rata nilai

postes penguasaan materi oleh siswa pada kelas eksperimen berbeda secara signifikan dengan kelas kontrol dan diketahui juga bahwa nilai postes

penguasaan materi oleh siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.

(47)

Tabel 5. Hasil uji normalitas, homogenitas dan uji t nilai N-gain indikator C4 dan uji U nilai N-gainindikator C2penguasaan materi oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol

Indikator

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari uji normalitas nilai N-gainindikator kognitif C2pada kedua kelas sampel berdistribusi tidak normal dan dilanjutkan denganuji Mann-Whitney U.Hasil dari uji Mann-Whitney Urata-rata

N-Gainindikator kognitif C2pada kelas eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan nilai N-Gain indikator kognitif C4pada kedua kelas berdistribusi normaldan memiliki varian yang

(48)

41

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas XI di SMA Negeri 14OKU menunujukan bahwa penerapan media video berpengaruh

signifikan terhadap penguasaan materi oleh siswa. Hal ini ditunjukan oleh hasil uji t untuk nilai pretes, N-gain, dan uji U untuk postes(tabel 4). Nilai pretessiswa pada kelas yang menggunakan media video berbeda tidak signifikan dengan siswa pada kelas yang tidak menggunakanmedia video, sedangkannilai N-gain yang dilakukan dengan uji t dan nilai postes dengan uji Upada kelas yang menggunakan media video berbeda signifikan dengan kelas yang tidak menggunakanmedia video.Hal ini berarti peningkatan penguasaan materi oleh siswa lebih tinggi pada kelas yang menggunakanmedia video.

Peningkatan penguasaan materi oleh siswa pada kelas yang diterapkan media video terjadikarena adanya peningkatan aktivitas belajar oleh siswa.Hal ini ditunjukkan dari rata-rata data observasi aktivitas belajar siswa pada aspek

kemampuan mengemukakan ide/pendapat, kemampuan bertanya, dan kemampuan menjawab pertanyaan dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga

mengalami peningkatan ( gambar3). Dengan adanya peningkatan aktivitas belajar maka akan meningkatkan hasil belajar.Hal ini didukung oleh penelitian Donny (2012:24) menyatakan bahwa media video dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Pada data dan hasil observasi aktivitas belajar siswa (tabel 2), dapat diketahui bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa dari semua aspek yaitu aspek kemampuan mengemukakan ide/pendapat, kemampuanbertanya dan

(49)

berkriteriatinggi.Aktivitas belajar siswa pada kelas yang menggunakan media video lebih tinggi dikarenakanmedia video bermanfaat dalam peningkatan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran diantaranya dapat memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih realistik, serta dapat mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa(Munadi dan Smaldino 2008).Sehingga mampu mendorong siswa untuk banyak melakukan aktivitas seperti mengemukakan ide/pendapat, aktifbertanya, dan menjawab

pertanyaan.Media video dapat merangsang siswa untuk melakukan aktivitas yang relevan dalampembelajaran. Hal ini terbukti dari aktivitas bertanya siswa pada kelas yang menggunakan media video berkriteria tinggi yaitu sebesar 89,70%. Berikut contoh pertanyaan yang diberikan oleh siswa:

Contoh bertanya (Willy Dimas Z):

“ Mengapa serangan asma biasanya lebih berat saat malam hari, bagaimana tindakan pencegahan yang perlu dilakukan oleh seorang penderita asma?”

Pertanyaan di atas sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan oleh peneliti yaitu mengenai kelainan/penyakit pada sistem pernapasan dipertemuan kedua. Selain bertanya, siswa juga aktif dalam menjawab pertanyaan.Menjawab

pertanyaan dinilai baik jika sesuai dengan materi dan pertanyaan yang diberikan. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan terlihat jelas ketika siswa menjawab pertanyaan dari kelompok lain pada saat mempersentasikan hasil diskusi mereka. Berikut ini contoh jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa:

Contohmenjawab pertanyaan (Fatma Setya H):

(50)

43

dada kita membesar dan akibatnya tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan diluar sehingga udara dapat masuk.Sebaliknya ketika kita menghembuskan udara otot antar tulang rusuk dan diafragma relaksasi sehingga tulang rusuk menurun dan rongga dada mengecil, tekanan dalam rongga dada lebih besar dari pada tekanan diluar sehingga udara keluar”.

Dari jawaban di atas terlihat bahwa siswa dapat menjawab pertanyaan dengan baik dengan menjelaskan secara tepat proses pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.

Selain bertanya dan menjawab pertanyaan, aktivitas selanjutnya yaitu mengemukakan ide/pendapat pada saat siswa melakukan diskusi di dalam kelompok dan ketika mempresentasikan hasil diskusi mereka.

Contohmengemukakan ide/pendapat (Anggi Anggara):

“Pemicu pertama terjadinya penurunan fungsi paru-paru kita adalah menurunya kesehatan paru-paru.Cara termudah kita untuk mengetahui kondisi paru-paru adalah dengan melihat reaksi tubuh kita, seperti timbulnya batuk.Karena fungsi paru-paru itu berhubungan erat dengan sistem pernapasan, maka tidak lepas dari pengaruh lingkungan sekitar kita.Namun sayangnya kita tidak dapat lagi memilih untuk menghirup udara yang bersih akibat lingkungan sekitar kita terlanjur tercemar.Misalnya racun dari pabrik, asap-asap kendaraan, dan debu telah memenuhi udara yang siap dihirup dan menjadi pencemar udara yang dapat menyababkan batuk”.

Pendapat Anggi Anggara ini sangat baik, karena dapat menambah wawasan siswa yang lain mengenai pemicu terjadinya penurunan fungsi paru-paru.

Sebagian besar siswa sudah mampu mengemukakan ide/pendapatnya, hal ini menujukkan bahwa aktivitas belajar dan kemampuan berpikir siswa meningkat.

(51)

N-gain (gambar 3) diketahui bahwa rata-rata N-gainpenguasaan materi kelas yang menggunakan media video berbeda secara signifikan.Hal ini berarti peningkatan penguasaan materi lebih besar pada kelas yang menggunakan media

video.Selanjutnya peningkatan penguasaan materi juga didukung oleh hasil uji t untuk nilai N-gain indikator kognitif yaitu C2 dan C4(tabel 5). Hasil uji t nilai N-gain indikator kognitifanalisis (C4)pada kelas yang menggunakan media video berbeda secara signifikan.Hal ini dikarenakan media video dapat membantu siswa dalam penguasaan materi sistem pernapasan, sehingga menghasilkan hasil yang signifikan dibandingkan kelas yang tidak menggunakan media video. Peningkatan indikator C4 ditunjukkan pada analisis butir soal untuk soal tipe C4 yang rata-rata skor jawaban siswa sudah mampu mendekati atau mencapai nilai

maksimal.Berikut ini merupakan contoh LKK yang mendukung C4:

Gambar 1.Contoh jawaban siswa untuk indikator kognitif C4 (LKK eksperimen Sistem Pernapasan Manusia)

(52)

45

Sedangkan untukhasil uji t nilai N-gain indikator kognitifpemahaman (C2)pada kelas yang menggunakan media video berbeda tidak signifikan

danpeningkatanindikator kognitif pemahaman (C2) siswa berkriteria sedang.Hal ini dikarenakan soal berindikator kognitif pemahaman (C2)hanya menuntut pemahaman siswa untuk menjelaskan jawaban dari soal, sehingga siswa pada kelas yang tidak menggunakan media video tidak terlalu kesulitan dalam menjawab soal indikator kognitif C2.Oleh karena itu nilai N-gain siswa pada kedua kelas tidak berbeda signifikan.Berikut ini merupakan contoh LKK yang mendukung C2:

Gambar 2.Contoh jawaban siswa untuk indikator kognitif C2 (LKK Sistem Pernapasan Manusia)

Komentar: Jawaban di atas tepat untuk indikator kognitif C2, siswa mampu menjelaskan proses pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.

(53)

Berikut contoh jawaban mengenai mekanisme pernapasan saat burung terbang:

Gambar 3.Contoh jawaban siswa tentang mekanisme pernapasan pada saat burung terbang.

Komentar:Jawaban siswa di atas memperoleh nilai nol karena siswa belum mampu menjelaskan mekanisme pernapasan saat burung terbang dengan tepat.

(54)

47

Gambar 4.Contoh jawaban siswa tentang keterkaitan struktur dan fungsi epitel bersilia

Komentar: Jawaban siswa di atas tepat, siswa mampu menjawab soal sesuai dengan pertanyaan mengenai keterkaitan struktur dan fungsi

epitel bersilia dalam proses bernapas.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa penggunaan media video berpengaruh signifikan terhadap aktivitas dan penguasaan materi oleh

(55)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan media video berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa kelas

XI SMA N 14 OKU pada materi pokok sistem pernapasan.

2. Penerapan media video berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan materi siswa kelas XI SMA N 14 OKU pada materi pokok sistem

pernapasan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis menyampaikan saran yaitu sebaiknya :

1. Pembelajaran menggunakan media video dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif media pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa pada Materi Sistem Pernapasan.

2. Dalam pembelajaran menggunakan media video setiap kelompok

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. 2006. Media Pengajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Belina, W.W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa dalam

Pembelajaran Fisika di SMP pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Depdikbud. 1995. KBBI. Makassar: Badan Penerbit UNM. Makasar.

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Donny, M. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menggunakan Media Video Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Siswa SMA N 3 Medan. (http://digilib.sma.ac.id/pengaruh-model-pembelajaran- kooperatif-tipe-stad-menggunakan-media-video-pembelajaran-terhadap-hasil-belajar.html). Diakses pada hari kamis 7 Februari 2013 pukul 13.00. Fathurrohman dan Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman

Konsep Umum Dan Islami. Redika Aditama. Jakarta.

Hake, R. 1999. Analyzing chango/gain scores. Indiana University. USA. http://hake.files.wordpress.com/ (online) (4 januari 2013).

Hamalik, O. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung. Hamzah. 2007. Media Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

(57)

Ibrahim dan Syaodih. 1996. Perencanaan pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Krisno, A. 2012. Fenomena Hereditas Penderita Penyakit Organ Pernapasan. (http://agus krisno blog. wordpress.com/fenomena-hereditas-penderita-penyakit- organ-pernapasan). Diakses pada hari Selasa 26 Maret 2013 pukul 15.00).

Lie, A. 2004. Cooperatif Learning. Grasindo. Jakarta.

Margono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Mudyahardjo. 2001. Pengantar Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Gaung

Persada Press. Jakarta

Pratisto, A.2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Sanjaya. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana. Jakarta. Sardiman, AM. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Sari, A. Y. 2007. Pengaruh Pembelajaran Koperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. (Skripsi). UNILA. Bandar Lampung.

Sf. Eko Yulianto, S.Si. 2013. Organ Pernapasan Hewan.

(http://konsepbiologi.wordpress.com/) organ-pernapasan-hewan). Diakses pada hari Selasa 26 Maret 2013 pukul 15.00.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning ( Theory, Research and Practice)

Second Edition. Allyn and Bacon. Boston.

(58)

Sugeng Budiyanto. 2012. Organ PernapasanManusia. (https://www.google.com/organ- pernapasan-manusia). Diakses pada hari Selasa 26 Maret 2013 pukul 14.00.

Suyatna, A. 2008. Model Pembelajaran PAIKEM. Unila: Lampung.

Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana:

Gambar

Gambar 2.  Desain pretes-postes tak ekuivalen, (modifikasi dari Riyanto,                        2001:43)
Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 2. Klasifikasi Indeks Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 2. Aktivitas belajar siswa kelaseksperimen dan kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Penguasaan peserta didik terhadap materi Wechselpräpositionen sebelum pembelajaran menggunakan media video

Judul Skripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP AKTIVITAS SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Studi

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) penerapan model pembelajaran Gallery Walk berpengaruh signifikan terhadap aktivitas belajar siswa dan penguasaan

Judul Skripsi : PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL SIKLUS BELAJAR (Learning Cycle) (Kuasi Eksperimen

Guru yaitu mendapatkan wawasan tentang penggunaan media audio visual sebagai alternatif pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa sub materi pokok

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penggunaan multimedia melalui metode diskusi terhadap aktivitas belajar dan penguasaan konsep oleh siswa pada materi ekosistem

Pembelajaran menggunakan model GW dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu model belajar alternatif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok

Selain aktivitas belajar siswa, per- bedaan juga terlihat pada penguasaan materi pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup, pada kedua kelas sama-sama mengalami