Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Mobilitas Pada Kasus Stroke di
Ruangan Neorologi Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Ahmad Husein
NIM. 112500099
PROGRAM STUDI DIII
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Mobilisasi pada Kasus Stroke di RSUD. Dr.Pirngadi
Medan”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara Medan.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatra Utara Medan.
2. Ibu Erniyati S.Kep, Ns, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.
3. Bapak Ismayadi S.Kep, MNs, selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS, selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu dan memberi masukan dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.
6. Yang terhormat kepada kedua orang tua, Ayahanda (Ahmad Fauzi Hutasuhut),
Ibunda (suhaini hasibuan) serta Abang dan seluruh keluarga yang tidak pernah
lelah memberikan dukungan moril maupun materil dan dengan penuh kasih
sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Sahabat-sahabat dan orang-orang yang saya sayangi Milisa isma lubis, Rezky
Yolanda tari, Ade ira wati, Raudhatun wardah lubis, Radha A. saragih, Nur
Kholila Siregar, Zulfadly Hariadi, Muhammad R Dhana, Ali umar, lexa sein,
yang selalu memberikan dukungan serta motivasi dalam menyelesaikan Karya
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra
Utara Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang
telah berpartisipasi dan mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Maka dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Medan, Juni 2013 Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Manfaat ... 3
BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi ... 4
a. Pengkajian ... 7
b. Analisa Data ... 10
c. Rumusan Masalah ... 12
d. Perencanaan ... 12
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus ... 15
a. Pengkajian ... 15
b. Analisa Data ... 25
c. Rumusan Masalah ... 26
d. Perencanaan ... 27
e. Implementasi ... 31
f. Evaluasi ... 31
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 33
3.1 Kesimpulan ... 33
3.2 Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Kategori Tingkat Kemampuan Aktivitas ... 8
2.2 Derajat Normal Rentang Gerak Sendi ... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Stroke adalah penyebab utama mengalami ketidakmampuan jangka
panjang (cacat). Setiap tahunnya terdapat kurang lebih 795.000 orang yang
menderita serangan stroke. Jumlah tersebut, 600.000 jiwa adalah serangan
pertama, dan 165.000 jiwa mengalami serangan ulang. Hamper ¾ stroke yang
terjadi, dialami oleh mereka dengan usia diatas 65 tahun. Resikonya selalu
meningkat lebih dari dua kali lipat pada setiap dekadenya. Dimana dekade
sebelumnya terjadi pada usia diatas 55 tahun. Menurut WHO menyebutkan tahun
2011 terdapat 15.000.000 orang di dunia yang mengalami stroke setiap tahunnya.
Dari jiwa tersebut, 5 juta jiwa meninggal dunia dan 5 juta jiwa mengalami cacat
total permanen. Sedangkan, di Indonesia menurut menteri kesehatan Indonesia,
stroke adalah penyebab kematian yang utama di Indonesia. Porsinya mencapai
15,4% dari total penyebab kematian. Artinya, 1 dari 7 orang yang meninggal
adalah karena stroke (Pahria, 2010).
Stroke dapat berdampak pada berbagai fungsi tubuh, diantaranya adalah
defisit motorik berupa hemiparese. Stroke merupakan masalah kesehatan utama di
masyarakat. Kondisi abnormal pembuluh darah otak, yang dikarakteristikkan oleh
adanya perdarahan didalam otak atau pembentukan embolus atau trombus yang
menyumbat arteri, mengakibatkan iskemik jaringan otak yang pada kondisi
normal diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut (Astrid, 2011).
Pasien stroke bukan merupakan kasus kelainan muskuloskeletal, tetapi
kondisi stroke merupakan kelainan dari otak sebagaisusunan saraf pusat yang
mengontrol dan mencetuskan gerak dari system neuro-muskoloskeletal, secara
klinis gejala yang sering muncul adalah hemiparese atau hemiplegi. Keadaan
hemiperese atau hemiplegik merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab
hilangnya mekanisme refleks postural normal, seperti mengontrol siku untuk
bergerak. Mengontrol gerak kepala untuk menjaga keseimbangan. Rotasi tubuh
untuk gerak-gerak fungsional pada ekstremitas (Irdawati, 2008).
Gerak fungsional merupakan gerakan yang harus di stimulasi secara
menjadi refleks secara otomatis berdasarkan keterampilan aktifitas kehidupan
sehari-hari. Hal ini tergantung pada cara pertolongan saat re-learning gerakan
yang akan mempengaruhi sensasi gerak di otak dan mendorong pasien untuk
memikirkan gerakannya pada saat melakukan gerakan tersebut (Irdawati, 2008).
Masalah yang sering di alami oleh penderita stroke dan yang paling di
takuti adalah hambatan mobilitas fisik. Penderita mengalami kesulitan saat
beraktivitas karena mengalami gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan, dan
koordinasi gerak (Irdawati, 2008).
Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif. Maksudnya, individu
tidak hanya kehilangan kemempuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Komplikasi tersebut tidak hanya
membatasi pasien untuk mandiri dalam melakukan Activity Daily Lifes (ADL),
namun juga meningkatkan ketergantungan pasien pada keluarga dan memiliki
dampak ekonomi pada pasien, keluarga dan masyarakat. Mobilisasi adalah
kemampuan seorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kehilangan kemampuan
untuk berrgerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan
keperawatan. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri,
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (Mubarak, 2007).
Kasus diatas sejalan dengan kasus yang ditemui oleh penulis di ruangan
Neurologi RSUD dr. Pirngadi. Dimana pasien ditemukan tanda dan gejala anggota
gerak pasien bagian kiri sulit untuk di gerakkan, kekuatan otot anggota gerak
bagian kiri pasien menurun, gerakan pasien melambat, bicara pelo, aktivitas
pasien dibantu perawat dan keluarga. Berdasarkan data diatas, penulis tertarik
untuk mengambil atau menegakkan kasus “Asuhan Keperawatan pada Ny. N
dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Mobilisasi pada Kasus Stroke di RSUD dr.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi kebutuhan mobilisasi pada Ny. N dengan kasus
stroke di ruangan neurologi RSUD dr. Pirngadi Medan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. N dengan gangguan
kebutuhan mobilisasi.
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. N dengan gangguan
kebutuhan mobilisasi.
c. Melakukan implementasi pada Ny. N dengan gangguan kebutuhan
mobilisasi.
d. Melakukan evaluasi pada Ny. N dengan gangguan kebutuhan
mobilisasi.
1.3 Manfaat
1. Penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang intervensi terhadap gangguan
kebutuhan mobilisasi serta meningkatkan keterampilan dan wawasan bagi
penulis.
2. Tenaga Kesehatan
Masukkan agar tenaga kesehatan lebih bertanggung jawab dalam
memberikan konstribusi penanganan masalah mobilisasi pada pasien.
3. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian
untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa khususnya
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Mobilisasi
2.1.1 Definisi Mobilisasi Fisik
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhikebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Alimul, 2009).
NANDA Internasional mendefinisikan gangguan mobilisasi fisik sebagai
keterbatasan pada kemandirian, gerakan fisik pada tubuh, atau satu atau lebih
ekstremitas (Ackley dan Ladwign, 2006). Gangguan tingkat mobilisasi fisik klien
sering disebabkan oleh restriksi gerakan dalam bentuk tirah baring, restriksi fisik
karena peralatan eksternal (misalnya gips atau traksi rangka), restriksi gerakan
volunter, atau gangguan fungsi motorik dan rangka.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang
tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai
fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya (Alimul, 2009).
Gangguan mobilisasi adalah suatu keadaan keterbatasan
kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang.
Penyebab imobilitas fisik bermacam-macam dan dapat dikategorikan
berhubungan dengan lingkungan internal dan eksternal.
2.1.2 Klasifikasi Mobilisasi
Menurut (Mubarak, 2008), secara umum ada beberapa macam keadaan
imobilitas antara lain :
a. Imobilitas fisik
Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
b. Imobilitas intelektual
c. Imobilitas emosional
Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.
d. Imobilitas sosial
Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit (Mubarak, 2008).
2.1.3 Tingkatan Imobilitas
Tingkatan imobilitas bervariasi, diantaranya adalah :
a. Imobilitas komplit
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan
tingkat kesadaran.
b. Imobilitas parsial
Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur, misalnya
fraktur ekstremitas bawah (kaki).
c. Imobilitas karena alasan pengobatan
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan
pernafasan (misalkan sesak nafas) atau pada penderita penyakit
jantung. Pada kondisi tirah baring (bedrest) total, klien tidak boleh
bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh berjalan ke kamar mandi
atau duduk di kursi. Akan tetapi, pada tirah baring bukan total, klien
masih diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur dan berjalan
kekamar mandi atau duduk dikursi. Keuntungan dari tirah baring
antara lain mengurangi kebutuhan oksigen sel-sel tubuh, menyalurkan
sumber energi untuk proses penyembuhan, dan dapat mengurangi
respon nyeri.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
a. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai
b. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan
dibagi menjadi dua yaitu:
• Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya: paralisis akibat gangguan atau cedera pada
medula spinalis).
• Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer (misalnya: kelemahan otot dan tirah
baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan
berpengaruh terhadap mobilitas.
c. Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal
ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
d. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas
dan mobilisasi menurun sejalan dengan penuaan (Mubarak, 2008).
2.1.5 Dampak Fisik dan Psikologi Imobilitas
Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi
fisik maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan
penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalalm memecahkan masalah, dan
perubahan konsep diri. Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai
berikut:
a. Sistem muskuloskeletal
Pada sistem ini, imobilitas dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti
osteoporosis, atrofi otot, kontraktur, dan kekakuan serta nyeri pada sendi.
b. Elliminasi urin
Masalah yang umum ditemui pada sistem perkemihan akibat imobilisasi
c. Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga sistem pencernaan, yaitu fungsi
ingesti, digesti dan eleminasi.
d. Respirasi
Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan gerak pernafasan,
penumpukan secret, atelektasis.
e. Sistem kardiovaskular
Masalah yang umum ditemui yaitu Hipotensi ortostatik, pembentukan
thrombus, edema dependen.
f. Metabolisme dan nutrisi
Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan laju metabolisme, balans
nitrogen negatif, anoreksia.
g. Sistem integument
Masalah yang umum ditemui yaitu turgor kulit menurun, kerusakan kulit.
h. Sistem neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input
sensorik, menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan
mudah bingung (Wahid, 2008).
2.1.6 Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Suatu ketika mobilitas individu mengalami keterbatasan karena nyeri,
paralisis, kehilangan kekuatan otot, penyakit sistemik, adanya alat
pengimobilisasi, atau keterbatasan yang ditentukan untuk meningkatkan
penyembuhan. Pengkajian mobilitas pasien mencakup perubahan posisi,
kemampuan untuk bergerak, kekuatan otot, fungsi sendi, dan batasan mobilitas
yang ditentukan. Perawat mungkin harus berkolaborasi dengan ahli terapi fisik
atau anggota tim lainnya untuk mengkaji mobilitas. Selama aktivitas perubahan
posisi, pindah, dan ambulasi, perawat mengkaji kemampuan pasien, keluasan
ketidakmampuan, dan kapasitas residual untuk adaptasi fisiologi (Suddarth dan
Brunner, 2002).
Disamping itu, perawat perlu menyadari kondisi medis pasien dan efek
Pengkajian tentang keterlibatan keluarga dalam aktifitas kehidupan sehari-hari
juga penting. Informasi ini sangat penting dalam merancang tujuan dan menyusun
rencana keperawatan guna memaksimalkan perawatan diri (Suddarth dan Brunner,
2002).
Menurut (Alimul, 2006), pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan
mobilitas adalah sebagai berikut:
a. Riwayat keperawatan sekarang
b. Pengkajian keperawatan penyakit yang pernah diderita
c. Kemampuan fungsi motorik
d. Kemampuan mobilitas
Tabel 2.1 Kategori Tingkat Kemampuan Aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas/Mobilisasi Kategori
Tingkat 0
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
Tingkat 4
Mampu merawat diri sendiri secara
penuh
Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain, dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
e. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian rentang gerak (Range of Motion – ROM) dilakukan pada daerah
Tabel 2.2 Derajat Normal Rentang Gerak Sendi
Gerak Sendi Derajat Rentang
Normal
Bahu
Adduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi
samping ke atas kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling jauh
Siku
Fleksi : angkat lengan bawah kea rah depan
dan ke arah atas menuju bahu
Pergelangan tangan
Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah bagian
dalam lengan bawah
Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari
posisi fleksi
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan 9ea rah
belakang sejauh mungkin
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu
jari ketika telapak tangan menghadap ke atas
Adduksi : tekuk pergelangan tangan kea rah
kelingking, telapak tangan menghadap ke atas
Tangan dan jari
Fleksi : buat kepalan tangan
Ekstensi : luruskan jari
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke
belakang sejauh mungkin
Abduksi : kembangkan jari tangan
Adduksi : rapatkan jari tangan dari posisi
f. Perubahan intoleransi aktivitas
g. Kekuatan otot dan gangguan kordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan secara bilateral atau tidak.
Tabel 2.3 Derajat Kekuatan Otot dapat ditentukan dengan :
Skala Presentase
Kekuatan Normal Karakteristik
0
Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat dipalpasi atau dilihat
Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
Gerakan yang normal melawan
gravitasi
Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh
yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme tulang, dan lain-lain.
b. Analisa Data
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama
pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada
Contoh Diagnosa keperawatan NANDA untuk Ketidaktepatan Mekanika
Tubuh dan Hambatan Mobilisasi
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan :
- Kesejajaran tubuh yang buruk
- Penurunan mobilisasi
Risiko cedera yang berhubungan dengan :
- Ketidaktepatan mekanika tubuh
- Ketidaktepatan posisi
- Ketidak tepatan tekhnik pemindahan
Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :
- Penurunan rentang gerak
- Tirah baring
- Penurunan kekuatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan :
- Stasis sekresi paru
- Ketidaktetapan posisi tubuh
Ketidakefektiifan pola nafas yang berhubungan dengan :
- Penurunan pengembangan paru
- Penumpukan sekresi paru
- Ketidaktepatan posisi tubuh
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :
- Pola nafas ridak simetris
- Penurunan pengembangan paru
- Penumpukan sekresi paru
Gangguan intergritas kulit atau risiko gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Tekanan permukaan kulit
- Gaya gesek
Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan :
- Risiko infeksi
- Retensi urine
Inkontinensia total yang berhubungan dengan :
- Perubahan pola eliminasi
- Keterbatasan mobilisasi
Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :
- Penurunan asupan cairan
Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan :
- Pengurangan tingkat aktivitas
- Isolasi sosial
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Ketidaknyamanan
c. Rumusan Masalah
Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah mobilisasi bisa
pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut Nanda,
label diagnosis untuk masalah mobilisasi meliputi Hambatan Mobilitas Fisik atau
Risiko Dissuse Syndrome. Sedangkan label diagnosis dengan masalah mobilisasi
sebagai etiologi bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi
(Wahid, 2008).
d. Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali
langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kateori dari
perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang
diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan
tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien
dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim perawat kesehatan
lainnya, menelaah literatur yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat
informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan
Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik
Faktor yang berhubungan :
1. Intoleran aktivitas
2. Ansietas
3. Kontraktur
4. Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
5. Fisik tidak bugar
6. Penurunan ketahanan tubuh
7. Penurunan kendali otot
8. Penurunana massa otot
9. Penurunan kekuatan otot
10.Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
11.Ketidaknyamanan
12.Kaku sendi
13.Kerusakan integritas struktur tulang
14.Gangguan musculoskeletal
15.Nyeri
16.Program pembatasan gerak
17.Keengganan memulai pergerakan
18.Gangguan sensoriperseptual
Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang
bermasalah kesejajaran tubuh dan mobilisasiyang aktual maupun beresiko.
Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat risiko klien, dan perencanaan
bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan gaya
hidup.
Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan
gangguan mobilisasi, membutuhkan rencana keperawatan langsung melalui
pemberian posisi secara aktual atau potensial serta kebutuhan mobilisasi. Ahli
terapi fisik merupakan sumber paling tepat bagi perawat dalam memilih jenis
latihan rentang gerak. Rencana keperawatan di dasari oleh satu atau lebih tujuan
1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat.
2. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat ataupun pada tingkat
optimal.
3. Mengurangi cedera pada sistem kulit dan musculoskeletal dari
ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran.
4. Mencapai ROM penuh atau optimal.
5. Mmencegah kontraktur.
6. Mempertahankan kepatenan jalan nafas.
7. Mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal
8. Memobilisasi sekresi jalan nafas.
9. Mempertahankan pola tidur normal.
10.Meningkatkan toleransi aktivitas.
11.Mencapai pola eliminasi normal.
12.Mempertahankan pola tidur normal.
13.Mencapai sosialisasi.
14.Mencapaii kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri.
15.Mencapai stimulasi fisik dan mental.
Mempertahankan kesejajaran tubuh merupakan hal penting khususnya
pada klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi actual maupun potensial.
Misalnya pada klien koma, harus diposisikan dengan penggunaan bantaldan
diubah posisinya sesering untukk mengurangi risiko kesejajaran buruk dan cedera
sistem kulit maupun muskuloskeletal. Frekuensi perubahan berdasarkan
pengkajian klien terhadap risiko perkembangan dekubitus (Potter dan Perry,
2.2Asuhan Keperawatan Kasus
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 57 tahun
Status Perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jln. Sensor Gambiri, Dolok sanggul
Tanggal Masuk RS : 30-05-2014
No. Register : 92.62.53
Ruangan / Kamar : Neorologi
Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 03-06-2014
Tanggal Operasi : Tidak di lakukan tindakan operasi
Diagnosa Medis : Stroke
I. KELUHAN UTAMA :
Seminggu sebelum masuk rumah sakit, os kejang dan setelah itu kesadaran
os menurun. Lalu keluarga membawa pasien ke rumah sakit.
II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative / palliative
1. Apa penyebabnya :
Kelelahan dan banyaknya beban pikiran klien
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Pasien telah dibawa berobat ke rumah sakit
B. Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan :
Tubuh bagian sebelah kiri pasien tidak dapat digerakkan
2. Bagaimana dilihat :
C. Region
1. Dimana lokasinya : Pasien mengatakan dibagian tubuh sebelah
kiri
2. Apakah menyebar : Pasien mengatakan tidak menyebar
D. Severity
Aktivitas pasien terbatas akibat kelumpuhan organ tubuh sebelah kiri
E. Time
Setiap saat
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Hipertensi
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Pasien berobat di balai pengobatan herbal
C. Pernah dirawat / dioperasi
Pasien tidak pernah dioperasi/dirawat
D. Lama dirawat
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit
E. Alergi
Pasien tidak pernah mengalami riwayat alergi
F. Imunisasi
Imunisasi tidak lengkap
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Orang tua menderita penyakit diabetes meletus (DM) dan jantung
B. Saudara kandung
Kakak dari os menderita penyakit diabetes mellitus (DM)
C. Penyakit keturunan yang ada
Diabetes melitus
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
E. Anggota keluarga yang meninggal
Orang tua pasien sudah meninggal.
F. Penyebab meninggal
Pasien mengatakan orang tua pasien meninggal karena penyakit
komplikasi
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Composmentis , GCS 7 ( E4,V2,M1)
B. Tanda – tanda vital
− Suhu tubuh : 37 oC
− Tekanan darah : 110/70 mmHg − Nadi : 81 x/i
− Pernafasan : 24 x/i
− Skala nyeri : Pasien tidak mengalami nyeri
− TB : 158
− BB : 49
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
− Bentuk : Simetris − Ubun-ubun : Simetris
− Kulit kepala : Bersih, tidak dijumpai lesi, tidak ada benjolan
Rambut
− Penyebaran dan keadaan rambut : Lebat dan merata − Bau : Tidak ada bau − Warna kulit : Hitam dan ikal
Wajah
Mata
− Kelengkapan dan kesimetrisan : Simetris antara mata kanan dan kiri
− Palpebra : Normal dan simetris − Konjungtiva dan sklera : Tidak dijumpai anemis,
normal
− Pupil : Isokor
− Cornea dan iris : Normal
− Visus : Tidak dilakukan − Tekanan bola mata : Tidak dilakukan
Hidung
− Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris
− Lubang hidung : Bersih, tidak dijumpai sekret
− Cuping hidung : tidak ada cuping hidung
Telinga
− Bentuk telinga : Simetris antara kiri dan kanan
− Ukuran telinga : Simetris antara kiri dan kanan
− Lubang telinga : Bersih
− Ketajaman pendengaran : Normal, dapat mendengar dengan baik
Mulut dan faring
− Keadaan bibir : Lembab
− Keadaan gusi dan gigi : Gigi lengkap, gigi berlubang, gusi pink.
Leher
− Posisi trachea : Simetris
− Thyroid : Tidak ada pembesaran, tidak ada rasa nyeri
− Suara : Jelas
− Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran − Vena jugularis : tidak terdapat distensi − Denyut nadi karotis : Denyut nadi karotis teraba
Pemeriksaan integumen
− Kebersihan : Bersih
− Kehangatan : Hangat (37 oC) − Warna : Normal, sawo matang − Turgor : Baik / elastis, < 2 detik − Kelembaban : Lembab
− Kelainan pada kulit : tidak terdapat ikterik, tidak ada sianosis
Pemeriksaan thoraks / dada
− Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliasis) : tidak dilakukan pemeriksaan
− Pernafasan (frekuensi, irama) : 21 x/menit, irreguler − Tanda kesulitan bernafas : Pasien mengatakan tidak
sulit bernafas
Pemeriksaan paru
− Palpasi getaran suara : tidak dilakukan pemeriksaan
− Perkusi : tidak dilakukan
pemeriksaan
Pemeriksaan jantung
− Inspeksi : Dada simetris antara kiri dan kanan
− Palpasi : tidak ada oedem − Perkusi : Tympani
− Auskultasi : dullness
Pemeriksaan abdomen
− Inspeksi (bentuk, benjolan) : Sawo matang, tidak ikterik, bagian sebelah kiri terlihat lebih besar
− Auskultasi : tidak dilakukan pemeriksaan
− Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): Nyeri tekan , Ascites
Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan
otot, edema) :
Kekuatan otot
− Ekstremitas atas kanan : 5 (lima) − Ekstremitas atas kiri : 1 (satu) − Ekstremitas bawah kanan : 5 (lima) − Ekstremitas bawah kiri : 3 (tiga)
Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis) :
− Kehilangan control tonus otot fasial atau oral.
Fungsi motorik :
− Pasien mengatakan anggota badan sebelah kiri tidak dapat di gerakkan.
− Pasien tidak dapat menutup dan merapatkan bibis dengan baik − Pasien tidak dapat mengunyah dengan baik
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas
dingin, getaran) :
getaran. Tetapi bagian kanan tubuuh pasien tidak normal karena
tidak merasakan apapun.
Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tenson achiles,
plantar) :
− Tidak di lakukan berhubungan dengan tidak adanya alat
Pengkajian syaraf cranial
− Nervus olfaktorius
Pasien dapat membedakan bau suatu benda yang di letak di
bawah hidung pasien dengan mata pasien di tutup − Nervus optikus
Pasien tidak dapat menyebutkan jam berapa ketika di Tanya
melihat jam dengan jarak 8 meter − Nervus okulomotorius
Pasien dapat menggerakkan bola mata mengikuti ballpoint kea
rah medial, atas dan bawah. − Nervus troklearis
Ketika dicoba dengan menggunakan senter kearah pupil pasien
terlihat bahwasanya pupil pasien mengecil − Nervus trigeminus
Pasien tidak dapat menutup mulut, mengunyah, menggerakkan
rahang ke bawah dan ke samping, membuka mulut dengan baik − Nervus abdusen
Ketika wawancara dengan pasien terlihat bahwa mata pasien
dapat bergerak dan tidak juling. − Nervus facialis
Wajah pasien terlihat tidak simetris ketika berkomunikasi, dan
ketika istirahat.
− Nervus vestibulotroklearis
Pasien tidak dapat melakukan keseimbangan dikarenakan
− Nervus glasofangerius
Saat dilakukan pemeriksaan dengan menaruh tongspatel ke
posterior faring pasien, pasien tidak ada timbul reflek muntah.
Nervus vagas
Ketika pasien di suruh mengucapkan aaaaa, suara yang terdenger
tidak normal. − Nervus assesorius
Kekuatan otot ekstremitas atas kanan : 5 dan kiri : 1
Kekuatan otut ekstremitas bawah kanan : 5 dan kiri : 3 − Nervus hipoglosus
Ketika pasien di suruh menjulurkan lidah keluar dan
memasukkannya kembali terlihat gerakan lidah tidak
terkoordinasi.
VI. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
− Frekuensi makan/hari : 3 kali/hari − Nafsu / selera makan : Berkurang − Nyeri ulu hati : Tidak ada − Alergi : Tidak ada − Mual dan muntah : Tidak ada
− Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) : Tidak ada
− Waktu pemberian makan : 10.00 am, 12.00 am, 18.00 − Jumlah dan jenis makanan : Makanan lunak
− Waktu pemberian cairan/minum : 6-8 gelas/hari, IVFD NaCl − Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah):
pasien tidak dapat mengunyah dengan baik.
II. Perawatan diri / personal hygiene
− Kebersihan tubuh : Mandi 2 x/hari
III.Pola kegiatan / Aktivitas
− Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian, dilakukan secara mandiri, sebagian, atau total : Total − Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat / sakit : Pasien
tidak melaksanakan sholat selama dirawat
IV. Pola eliminasi
1. BAB
− Pola BAB : ± 1 x/hari
− Karakteristik : Lunak, warna hitam
− Riwayat perdarahan : Tidak ada − BAB terakhir : Tadi pagi
− Diare : pasien tidak diare − Penggunaan laktasif : tidak
menggunakan
laktasif
2. BAK
− Pola BAK : 5-6 x/hari
− Karakter urine : Kuning cerah − Nyeri / rasa terbakar / kesulitan kemih : Tidak ada − Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada − Penggunaan diuretik : Tidak ada − Upaya mengatasi masalah : pasien memakai
kateter
V. Mekanisme koping
− Adaptif
o Bicara dengan orang lain : pasien dapat berbicara dengan
orang lain dengan suara pelo
o Mampu menyelesaikan masalah: pasien tidak mampu
menyelesaikan masalah dengan mandiri
o Aktivitas konstruksi: pasien mengatakan tidak ada
aktivitas kontruksi
o Olah raga : pasien tidak dapat melakukan aktivitas olah
2. ANALISA DATA
No. Data Penyebab Masalah
Keperawatan
1. DS :
−Klien mengatakan anggota badan
sebelah kiri tidak
dapat di gerakkan.
DO :
−Klien tampak lemah −Kekuatan otot
ekstremitas atas
kanan :5 dan kiri :1 −Kekuatan otot
ekstremitas bawah
kanan :5 dan kiri :3 −ADL klien dibantu
maksimal oleh
keluarga
Pembuluh darah pecah
↓
− Keluarga mengatakan klien sulit berbicara
dengan jelas
DO :
− Klien berbicara pelo, kurang jelas, dan
intonasi sedang − Kehilangan control
tonus otot fasial atau
oral
Nekrotik jaringan otak
3. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik
2. Gangguan komunikasi verbal
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler,
kelemahan, hemiparese ditandai dengan kekuatan otot ekstremitas atas
kanan 5 dan kiri 1, kekuatan otot ekstremitas bawah kanan 5 dan kiri 3
serta ADL klien dibantu maksimal oleh keluarga.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral ditandai dengan klien berbicara pelo, kurang jelas, dan intonasi
4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional
Hari /
Tanggal
No.
Dx Perencanaan Keperawatan
Selasa / 3
Juni 2014
1 Tujuan :
Mampu mempertahankan kekuatan otot
Kriteria Hasil :
− Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian yang terkena/kompensasi.
− Mempertahankan integritas kulit. − Kebutuhan ADL terpenuhi.
Rencana Tindakan Rasional
a. Kaji kemungkinan secara
fungsional/luasnya
kerusakan awal dan dengan
cara yang teratur.
b. Kaji tanda-tanda vital klien.
c. Ubah posisi klien minimal
setiap 2 jam.
d. Ajarkan klien latihan
rentang gerak aktif dan
pasif, libatkan keluarga
dalam melakukan tindakan.
a. Mengidentifikasi
b. Mengetahui keadaan
umum klien melalui
tanda-tanda vital.
c. Menurunkan resiko
terjadinya iskemia
jaringan akibat
sirkulasi darah yang
jelek pada daerah
yang tertekan.
d. Meminimalkan
atrofi otot,
meningkatkan
sirkulasi, membantu
e. Tempatkan bantal dibawah
aksila untuk melakukan
abduksi pada tangan.
f. Inspeksi kulit terutama pada
daerah yang tertekan dan
menonjol secara teratur,
lakukan massage pada
daerah tertekan, sanggah
tangan dan pergelangan
pada kelurusan alamiah.
e. Mencegah abduksi
bahu dan fleksi siku.
f. titik-titik tekanan
pada daerah yang
menonjol paling
berisiko untuk
terjadinya penurunan
perfusi atau iskemia.
Hari /
Tanggal
No.
Dx Perencanaan Keperawatan
Rabu / 4
Juni 2014
2 Tujuan :
Mampu menciptakan metode komunikasi yang dapat
dipahami.
Kriteria Hasil :
− Dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi.
− Mampu membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan.
Rencana Tindakan Rasional
a. Kaji tipe atau derajat
disfungsi misalnya klien
tidak mengerti tentang
kata-kata atau masalah berbicara
atau tidak mengerti bahasa
sendiri.
b. Katakan untuk mengikuti
perintah secara sederhana
seperti ”tutup matamu” dan
”lihat kepintu”.
c. Berikan metode komunikasi
alternatif misalnya menulis
pada papan tulis,
menggambar, gunakan
kata-kata sederhana secara
a. Membantu
menentukan
kerusakan area pada
otak dan menentukan
kesulitan klien
b. Untuk menguji
afasia reseptif.
c. Memberikan
komunikasi dasar
sesuai dengan situasi
bertahap dan dengan bahasa
tubuh.
d. Berbicara dengan nada
normal dan hindari ucapan
yang terlalu cepat, berikan
waktu klien untuk berespon.
d. Klien tidak dipaksa
untuk mendengar,
tidak menyebabkan
klien marah dan
tidak menyebabkan
CATATAN PERKEMBANGAN
5. Implementasi dan Evaluasi
No.
Dx
Hari /
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
1 Kamis / 5
Juni 2014
a. Mengkaji kemungkinan
secara fungsional/luasnya
kerusakan awal dan
dengan cara yang teratur.
b. Mengkaji tanda-tanda vital
klien.
c. Mengubah posisi klien
minimal setiap 2 jam.
d. Mengajarkan klien latihan
rentang gerak aktif dan
pasif, libatkan keluarga
dalam melakukan
tindakan.
e. Menempatkan bantal
dibawah aksila untuk
melakukan abduksi pada
tangan.
f. Menginspeksi kulit
terutama pada daerah yang
tertekan dan menonjol
secara teratur, lakukan
massage pada daerah
tertekan, sanggah tangan
dan pergelangan pada
kelurusan alamiah.
S= Klien mengatakan
anggota gerak bagian
kiri masih belum
dapat digerakan.
O= Tanda-tanda vital:
No.
Dx
Hari /
Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
2 Jumat / 6 Juni
2014
a. Mengkaji tipe atau derajat
disfungsi misalnya klien
tidak mengerti tentang
kata-kata atau masalah
berbicara atau tidak
mengerti bahasa sendiri.
b. Mengatakan untuk
mengikuti perintah secara
sederhana seperti ”tutup
matamu” dan ”lihat
kepintu”.
c. Memberikan metode
komunikasi alternatif
misalnya menulis pada
papan tulis, menggambar,
gunakan kata-kata
sederhana secara bertahap
dan dengan bahasa tubuh.
d. Berbicara dengan nada
normal dan hindari ucapan
yang terlalu cepat, berikan
waktu klien untuk
berespon.
S= Keluarga klien
mengatakan mulai
A= Masalah teratasi
sebagian
P= Intervensi
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
2.1 Kesimpulan
a. Hasil pengkajian dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada
pasien stroke Ny.N yaitu adanya hemiparese, penurunan kekuatan otot,
ketergantungan pasien dalam mobilitas dan aktivitas, dan timbulnya rasa
kesemutan. Pengkajian lainnya yang di temui penulis yaitu pasien bicara
pelo, dsan sulit berjalan.
b. Diagnosa keperawatan yang ditemui pada pasien stroke dengan
pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada Ny.N adalah hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
c. Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
mobilisasi pada pasien stroke pada Ny.N yaitu berikan posisi yang
nyaman, ubah posisi pasien tiap 2 jam, ajarkan dan dukung pasien dalam
latihan ROM, berikan suport psikososial dan spiritual, dan kolaborasi
dengan tenaga fisioterapi.
d. Implementasi dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke
disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat penulis dan kondisi
pasien di RSUD. Dr.Pirngadi Medan. Implementasi yang dilakukan
penulis pada Ny.N yaitu memberikan posisi nyaman, mengajarkan pasien
latihan ROM, mengkaji tanda-tanda vital pasien, mengubah posisi pasien
tiap 2 jam, memberikan lingkungan yang nyaman, dan memberikan
dukungan psikososial dan spiritual.
e. Evaluasi dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi pada pasien stroke,
khususnya Ny.N tidak mengalami peningkatan kekuatan otot.
Keterbatasan pasien dalam melakukan latihan ROM, adanya riwayat
hipertensi pada pasien dan keterbatasan waktu penulis dalam penerapan
latihan ROM.
f. Kondisi pasien selama 3 hari asuhan keperawatan, pasien tidak mengalami
kekuatan otot dengan ditandainya kekuatan ekstremitas atas kanan : 5 dan
mengatakan masih sulitnya anggota gerak bagian kiri untuk di gerakkan,
mobilitas pasien masih di bantu perawat dan keluarga.
3.2 Saran
a. Institusi pendidikan
Agar dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih mengembangkan ilmu
pengetahuan melalui penelitian yang lebih inovatif lagi dan waktu
pengelolaan pada pasien stroke di tambahkan agar bisa lebih detail
melakukan asuhan keperawatan.
b. Rumah sakit
Agar penerapan ROM pasif di ruangan dapat di maksimalkan, mengingat
pentingnya intervensi tersebut dilakukan pada pasien stroke sehingga
masalah pada pasien stroke dapat diatasi dan untuk fisioterapi untuk lebih
meningkatkan kepedulian pada pasien stroke di ruangan dalam pelatihan
ROM.
c. Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang ingin mengambil kasus mobilisasi pada pasien
stroke untuk dapat lebih memberikan tindakan asuhan keperawatan yang
lebih dan untuk rajin melakukan latihan ROM agar tidak terjadinya
kekakuan otot dan komplikasi-komplikasi lain.
d. Keluarga penderita stroke
Keluarga untuk segera bertindak dalam penyembuhan penderita stroke dan
lebih memperhatikan kemandirian penderita stroke dalam aktivitas
maupun mobilisasi, tidak membebani mental atau pikiran penderita stroke,
dan untuk selalu memberikan dukungan agar penderita tidak merasa
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2002). Buku saku praktikum : Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta. EGC.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta. Salemba Medika.
Brunner dan Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.
Dongoes, dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan, pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Pahria, T, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan
Sistem Persyarafan. Jakarta. EGC.
Potter & Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC.
Rosina, S. (2009). Rehebilitasi Stroke pad Pelayanan Kesehatan Primer, Vol. 59
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi
dan Evaluasi
Kepererawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi
Hari/ tanggal Pukul
1 Selasa
pendidikan kesehatan
kepada pasien tentang
penyakit stroke.
− Membantu pasien untuk mengganti posisi
setiap dua jam sekali − Mengukur tanda-tanda
vital pasien − Mengkaji
fungsional/luasnya
kerusakan awal dan
dengan cara yang
teratur
S= pasien mengatakan
belum mengerti
A= Masalah belum
teratasi
P= Intervensi di
lanjutkan
− Mendengarkan tentang keluhan pasien
terhadap penyakitnya − Memberikan
pendidikan kesehatan
kepada pasien
− Mengukur tanda-tanda vital pasien
− Mengajarkan pasien untuk melakukan
S=pasien mengatakan
sudah sering untuk
mencoba melakukan
gerakan- gerakan
ringan pada bagian
tubuh sebelah kiri.
O=Keluarga sering
membantu pasien
untuk merobah
A= masalah teratasi
sebagian
O= Intervensi di
lanjutkan
kerusakan awal dan
dengan cara yang
teratur
− Mengatur/mengubah posisi pasien setiap
dua jam
− Mengajarkan kepada pasien latihan rentang
gerak aktif dan pasif − Mengukur tanda-tanda
vital pasien − Memberikan
kesempatan kepada
pasien untuk bercerita
tentang keluhannya
S= pasien mengatakan
anggota gerak
sebelah kiri masih
belum dapat
A= masalah sebagian
teratasi
− Mengkaji tipe/drajat disfungsi misalnya
pasien tidak mengerti
tentang kata-kata atau
masalah berbicara atau
tidak mengerti bahasa
sendiri
− Mengatakan untuk mengikuti perintah
secara sederhana
seperti “ tutup
S= keluarga pasien
mengatakan mulai
mengetahui
bagaimana cara
berkomunikasi yang
tepat dengan pasien.
O= keluarga
mendengarkan dan
memahami
informasi yang
matamu” dan “lihat ke
pintu”
− Berbicara dengan nada normal dan hindari
ucapan yang terlalu
cepat, berikan waktu
pasien untuk berespon
perawat.
A= Masalah teratasi
P= Intervensi