PENGARUH LATIHAN FLEKSIBILITY TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI KLINIK GINJAL DAN HIPERTENSI RASYIDA
MEDAN
SKRIPSI
Oleh
FRISKA Br SEMBIRING 131121012
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Pengaruh Latihan Fleksibility Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Klinik Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan Penulis : Friska Br Sembiring
Jurusan : Fakultas Keperawatan
ABSTRAK
Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan filtrasi glomerulus yang memerlukan terapi hemodialisa dan penyakit jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan darah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah demografi pasien, lembar observasi dan pengukuran pasien secara langsung. Penelitian ini di lakukan di klinik ginjal rasyida medan dengan jumlah sampel 27 orang dan desain penelitian quasi eksperimen. Hasil uji paired test diperoleh pada kelompok intervensi p=1,000 dan kelompok kontrol p=0,273 sehingga tidak terdapat pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan darah dan hasil uji t-independent pada data sebelum latihan p=1,000 dan sesudah latihan p=0,18 sehingga dapat di simpulkan tidak pengaruh perubahan tekanan darah pada kelompok kontrol dan intervensi baik sebelum dan sesudah latihan fleksibilitas, tetapi latihan fleksibilitas dapat menstabilkan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
Title of the Thesis : The Influence of Flexibility Exercise on the Change In Blood Pressure of Chronic Kidney Failure Patients Treated with Hemodialysis Therapy in Rasyida Kidney and Hypertension Clinic, Medan
Name : Friska Br Sembiring Department : Nursing
ABSTRACT
Chronic kidney failure is kidney damage or the decrease in the capacity of glomerular filtration which needs hemodyalisis therapy. Heart disease is the main cause of morbidity and mortality of chronic kidney failure patients who are treated withhemodyalisis therapy. The objective of the research was to find out the influence of flexibility exercise on the change in blood pressure of chronic kidney failure patients who are treated withhemodyalisis therapy. The instrument of the research was patients’ demography, observation sheets, and patients’ direct measurement. The research was conducted in Rasyida Kidney Clinic, Medan, with 27 respondents as the samples, taken by using quasi experiment. The Result of paired t-test showed that in the intervention group, p = 1.000 and the control group, p = 0.273 which indicated that there was no influence of flexibility exercise on the change in blood pressure; the result of independent t-test before the exercise was done, p = 1.000, and after the exercise was done, p = 0.18 so that it could be concluded that there was no influence on the change in blood pressurein the control and intervention groups, either before or after flexibility exercise, but flexibility exercise could stabilize blood pressure in chronic Kidney failure patients who are treated withhemodyalisis therapy.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Latihan Fleksibility Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Klinik Ginjal Rasyida Medan” sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penulisan proposal penelitian ini, penulis telah memperoleh beberapa arahan dan bimbingan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp.,MNS, Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU 3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp.,MNS, Pembantu Dekan II Fakultas
Keperawatan USU
4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS
5. Ibu Cholina Trisa Srg, S.Kep.,Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
, Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU
7. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, doa dan material selama penulis mengikuti program pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
8. Teman-teman Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan masukan dan berbagi ilmu serta mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunans kripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dan karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Medan, Januari 2015 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR SKEMA ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Rumusan Masalah ... 3
3. Pertanyaan Penelitian ... 3
4. Tujuan Penelitian ... 4
5. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
1. Tekanan Darah ... 6
1.1 Pengertian ... 6
1.2 Fisiologi ... 7
1.3 Klasifikasi ... 7
1.4 Curah Jantung ... 7
1.5 Tahanan perifer ... 8
1.6 Volume Darah ... 9
1.7 Viskositas ... 10
1.8 Elastisitas ... 10
1.9 Faktor Mempengaruhi Tekanan Darah ... 11
1.10 Pengukuran Tekanan Darah ... 13
2. Latihan Fleksibilitas ... 15
2.1 Pengertian Latihan Fleksibilitas ... 15
2.2 Pathofisiologi Perubahan Tekanan Darah ... 16
2.3 Jenis Latihan Fleksibilitas ... 17
2.4 Kontraindikasi latihan Fleksibilitas ... 19
3. Konsep Gagal Ginjal Kronik ... 19
3.1 Pengertian ... 19
3.2 Klasifikasi ... 20
3.3 Etiologi GGK ... 21
3.4 Pathofisiologi GGK ... 23
3.5 Manifestasi Klinis ... 23
3.6 Perjalanan Klinik ... 26
3.7 Komplikasi ... 27
4. Konsep Hemodialisa ... 28
4.1 Pengertian ... 28
4.2 Komplikasi ... 30
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 32
1. Kerangka Penelitian ... 32
2. Defenisi Operasional ... 34
3. Hipotesis ... 35
BAB 4 METODELOGI PENELITIAN ... 36
1 Desain Penelitian ... 36
2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 37
3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
4 Pertimbangan Etik ... 38
5 Instrumen Penelitian ... 40
6 Alat dan Bahan ... 41
7 Pengumpulan Data ... 42
8 Analisa Data ... 43
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
1 Hasil Penelitian ... 45
1.1 AnalisisUnivariat ... 45
1.2 AnalisisBivariat ... 45
2 Pembahasan ... 50
1.1 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah latihan Fleksibilitas ... 50
1.2 Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah dan Sesudah Latihan Fleksibilitas Pada Kelompok Kontrol dan Intervensi ... 51
1.3 Perbedaan Tekanan Darah Antara kelompok Kontrol dan Kelompok Intevensi ... 52
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 55
1 Kesimpulan ... 55
2 Rekomendasi ... 55
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Defenisi Operasional ... 34 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol Berdasarkan Data Demografi ... 47 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Latihan Fleksibilitas pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol ... 48 Tabel 5.3. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Latihan
Fleksibilitas pada Kelompok Intervensi dan Kontrol ... 49 Tabel 5.4. Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Antara Kelompok
DAFTAR SKEMA
Halaman Skema 3.1. Kerangka Penelitian Pengaruh Latihan Fleksibilitas
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pasien Gagal Ginjal
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent ... 32
Lampiran 2. Kuesioner ... 61
Lampiran 3. Lembar Observasi Tekanan Darah ... 62
Lampiran 4. Prosedur Mengukur Tekanan Darah ... 64
Lampiran 5. SOP Latihan Fleksibilitas ... 68
Lampiran 6. Persetujuan Komite Etik Keperawatan ... 76
Lampiran 7. Izin Penelitian Klinik Rasyida ... 77
Lampiran 8. Data Demografi Responden ... 78
Lampiran 9. Hasil SPSS ... 80
Lampiran 10. Jadwal Kegiatan ... 87
Lampiran 11. Daftar Riwayat Hidup ... 88
Lampiran 12. Surat Selesai Penelitian ... 89
Judul : Pengaruh Latihan Fleksibility Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Klinik Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan Penulis : Friska Br Sembiring
Jurusan : Fakultas Keperawatan
ABSTRAK
Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan filtrasi glomerulus yang memerlukan terapi hemodialisa dan penyakit jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan darah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah demografi pasien, lembar observasi dan pengukuran pasien secara langsung. Penelitian ini di lakukan di klinik ginjal rasyida medan dengan jumlah sampel 27 orang dan desain penelitian quasi eksperimen. Hasil uji paired test diperoleh pada kelompok intervensi p=1,000 dan kelompok kontrol p=0,273 sehingga tidak terdapat pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan darah dan hasil uji t-independent pada data sebelum latihan p=1,000 dan sesudah latihan p=0,18 sehingga dapat di simpulkan tidak pengaruh perubahan tekanan darah pada kelompok kontrol dan intervensi baik sebelum dan sesudah latihan fleksibilitas, tetapi latihan fleksibilitas dapat menstabilkan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
Title of the Thesis : The Influence of Flexibility Exercise on the Change In Blood Pressure of Chronic Kidney Failure Patients Treated with Hemodialysis Therapy in Rasyida Kidney and Hypertension Clinic, Medan
Name : Friska Br Sembiring Department : Nursing
ABSTRACT
Chronic kidney failure is kidney damage or the decrease in the capacity of glomerular filtration which needs hemodyalisis therapy. Heart disease is the main cause of morbidity and mortality of chronic kidney failure patients who are treated withhemodyalisis therapy. The objective of the research was to find out the influence of flexibility exercise on the change in blood pressure of chronic kidney failure patients who are treated withhemodyalisis therapy. The instrument of the research was patients’ demography, observation sheets, and patients’ direct measurement. The research was conducted in Rasyida Kidney Clinic, Medan, with 27 respondents as the samples, taken by using quasi experiment. The Result of paired t-test showed that in the intervention group, p = 1.000 and the control group, p = 0.273 which indicated that there was no influence of flexibility exercise on the change in blood pressure; the result of independent t-test before the exercise was done, p = 1.000, and after the exercise was done, p = 0.18 so that it could be concluded that there was no influence on the change in blood pressurein the control and intervention groups, either before or after flexibility exercise, but flexibility exercise could stabilize blood pressure in chronic Kidney failure patients who are treated withhemodyalisis therapy.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penderita gagal ginjal kronik hanya dapat memproduksi sedikit urin atau bahkan tidak sama sekali karena ginjal tidak dapat lagi membuang limbah sisa metabolisme dan kelebihan cairan dari tubuh. Kondisi tersebut menyebabkan tubuh penderita mengalami pembengkakan karena penumpukan cairan, sesak nafas dan betambahnya berat badan sehingga pasien perlu mendapat terapi hemodialisa (Broggi, 2009).
Menurut Silberberg (2007) penyakit diabetes dan hipertensi merupakan penyebab gagal ginjal kronik yang dialami 2 dari 1000 penduduk Amerika. Penderita gagal ginjal kronik yang memerlukan hemodialisa di Amerika mencapai 450.000 pasien, jumlah tersebut terus meningkat setiap tahun karena insiden atau kasus baru gagal ginjal kronik sampai dengan tahun 2008 tercatat sebesar 330 per tahun. Penderita gagal ginjal kronik stadium 1 dan 2 mencapai 6% dari populasi dewasa sedangkan stadium 3 dan 4 diperkirakan berjumlah 4% dari populasi tersebut.
Gagal ginjal kronik dapat mengakibatkan hipertensi, anemia, asidosis, ostedistrofi ginjal, hiperurisemia dan neuropati parifer, serta kelemahan otot, hal ini di sebabkan ginjal tidak berfungsi sebagai salah satu alat pengeluaran (ekskresi), maka sisa metabolisme yang tidak dikeluarkan tubuh akan menjadi racun bagi tubuh sendiri (Smeltzer & Bare, 2008).
Gordon,et al (2012) mengatakan penyakit jantung (CVD) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan penyakit penyakit ginjal ginjal kronik (CKD) dan pasien yang menjalani hemodialisa. Penyebab kematian terbanyak pada pasien ESRD adalah kematian sehubungan dengan kardiovaskular dan hampir 80 % pasien ESRD mempunyai riwayat hipertensi.
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa meliputi ketidak seimbangan cairan, hipervolemia, hipovolemia, hipertensi, hipotensi, ketidak seimbangan elektrolit, infeksi, perdarahan dan heparinisasi dan masalah-masalah peralatan yaitu aliran, konsentrasi, suhu dialisat, aliran kebocoran darah dan udara dalam sikuit dialisa (Hudak & Gallo, 1996).
Penelitian Ouzouni et al (2009)berpendapat bahwa upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa seperti gangguan kardiovaskuler dan kelemahan otot adalah dengan latihan fisik bagi pasien yang menjalani therapy hemodialisa, oleh karena itu, latihan jasmani sangat potensial menurunkan mortalitas pada populasi ini.
darah (Hoeman, 2002). Aliran darah berhubungan erat dengan tekanan darah, karena aliran darah juga disebut curah jantung yang merupakan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dalam satuan waktu tertentu (Guyton dan Hall, 2010). Tekanan darah menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri (smeltzer & bare, 2001).
Melihat akibat yang dapat di timbulkan oleh gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Latihan Fleksibilitas Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Klinik Ginjal Rasyida Medan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa sebelum dan sesudah diberikan latihan fleksibility?”
3. Pertanyaan Penelitian
b. Bagaimana tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa sebelum dan sesudah dilakukan latihan fleksibility?
c. Adakah pengaruh Latihan fleksibility terhadap tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa?
4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi gambaran tekanan darah sebelum dan sesudah latihan fleksibilitas pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa b. Mengidentifikasi pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan
tekanan darah sebelum dan sesudah latihan fleksibility pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
c. Mengidentifikasi pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan darah pada pasien yang di berikan latihan dengan pasien yang tidak di beri latihan.
5. Manfaat Penelitian a. Bagi Pasien
b. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh latihan fleksibilitas terhadap tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa, serta menjadi acuan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam memantau tekanan darah dan memberikan latihan fleksibilitas pada pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisa.
c. Bagi Perawat Hemodialisa
Dari hasil penelitian ini diharapkan perawat memberikan latihan fleksibilitas pada pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisa untuk meningkatkan kekuatan otot serta mencegah terjadinya gangguan kardiovaskuler akibat dari GGK dan tidak mengabaikan keadaan hemodinamik pasien tersebut.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tekanan Darah 1.1.Pengertian
Tekanan darah adalah gaya (atau dorongan) darah ke arteri saat darah dipompakan keluar dari jantung ke seluruh tubuh (Palmer, 2007). Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah (Ronny, 2010).
1.2.Fisiologi Tekanan Darah
Tekanan darah menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan vaskuler perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri (Potter & Perry, 2005).
1.3.Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH 2003
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120-129 <80-85
Pre-Hipertensi 130-139 85-89
Hipertensi Derajat 1 (ringan)
140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 (sedang)
160-179 100-109
Hipertensi Derajat 3 (berat)
≥ 180 ≥ 110
1.4.Curah Jantung
Curah jantung adalah volume darah yang dipompakan jantung (volume sekuncup) selama 1 menit (frekuensi jantung):
Curah jantung = frekuensi jantung x volume sekuncup
Tekanan darah = curah jantung x tahanan vaskuler perifer
Bila volume darah meningkat dalam spasium tertutup, seperti pembuluh darah, tekanan dalam spasium tersebut meningkat. Jadi, jika curah jantung meningkat, darah yang dipompakan terhadap dinding arteri lebih banyak, menyebabkan tekanan darah naik.
Curah jantung dapat meningkat sebagai akibat dari peningkatan frekuensi jantung, kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung, atau peningkatan volume darah. Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi lebih cepat daripada perubahan perubahan kontraktilitas otot atau volume darah. Peningkatan frekuensi jantung tanpa perubahan kontraktilitas atau volume darah, mengakibatkan penurunan tekanan darah (Potter & Perry, 2005).
1.5.Tahanan Perifer
vaskuler terhadap aliran darah. Dengan naiknya tahanan, tekanan arteri juga naik. Pada dilatasi pembuluh darah dan tahanan turun, tekanan darah juga turun. (Potter & Perry, 2005).
Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di arteri kecil tubuh, yang disebut arteriol, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan tahanan yang lebih besar di banding sebuah arteriol, terdapat sejumlah besar kepiler yang tersusun parallel dan berasal dari satu arteriol. Akibatnya terdapat sejumlah lintasan alternative bagi darah dalam perjalanannya dari arteriol ke vena, dan karena inilah maka jaringan kepiler ini tidak memberikan tahanan terhadap aliran darah seperti yang diberikan arteriol (Green, 2008).
1.6.Volume Darah
1.7.Viskositas
Kekentalan atau viskositas darah mempengaruhi kemudahan aliran darah melewati pembuluh darah yang kecil. Hematokrit atau persentase sel darah merah dalam darah, menentukan viskositas darah. Apabila hematokrit meningkat, dan aliran darah lambat, tekanan darah arteri naik. Jantung harus berkontraksi lebih kuat lagi untuk mengalirkan darah yang kental melewati sistem sirkulasi (Potter & Perry, 2005).
1.8.Elastisitas
Normalnya dinding darah arteri elastic dan mudah berdistensi. Jika tekanan dalam arteri meningkat, diameter pembuluh darah meningkat untuk mengakomodasi perubahan tekanan. Kemampuan distensi arteri mencegah pelebaran fluktasi tekanan darah. Bagaimana pun juga, pada penyakit tertentu, seperti arteriosklerosis, dinding pembuluh kehilangan elastisitas dan digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak dapat merenggang dengan baik. Dengan menurunnya elastisitas terdapat tahanan yang lebih besar pada aliran darah. Akibatnya, bila ventrikel kiri menginjeksi volume sekuncupnya, pembuluh tidak lagi memberi tekanan. Sedangkan, volume darah yang diberikan dorongan melewati dinding arteri yang kaku dan tekanan sistemik yang meningkat. Kenaikan tekanan sistolik lebih signifikan daripada tekanan diastolik sebagai akibat dari penurunan elastisitas arteri.
Pengontrolan yang kompleks dari sistem kardiovaskuler secara normal mencegah salah satu faktor secara permanen mengubah tekanan darah (Potter & Perry, 2005).
1.9.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu: a. Volume darah
Berkurangnya volume darah yang bersirkulasi, misalnya akibat perdarahan atau syok, dapat menyebabkan penurunan tekanan sistolik maupun diastolik. b. Frekuensi jantung
Tekanan darah meningkat sejalan dengan meningkatnya frekuensi jantung agar volume darah yang bersirkulasi tidak berubah.
c. Usia
d. Variasi diurnal
Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam hari.
e. Berat badan
Orang dengan berat badan berlebihan cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi.
f. Jenis kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada laki-laki pada usia tersebut. g. Alkohol
Asupan alkohol yang tinggi dan harus terus-menerus berkaitan dengan tekanan darah yang tinggi, meskipun alkohol juga dapat menurunkan tekanan darah dengan menghambat efek hormone antidiurertik, yang menimbulkan vasoldilatasi.
h. Merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, yang berlangsung selama 30-60 menit.
i. Makan
j. Stress, takut, nyeri dan ansietas dapat mengakibatkan stimulasi sistem saraf simpatis, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Efek simpatik meningkatkan tekanan darah.
k. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan tekanan darah yang berlangsung selama 30-60 menit.
l. Penyakit
Proses penyakit apapun yang mempengaruhi isi sekuncup, diameter pembuluh darah, tahanan perifer atau pernapasan akan mempengaruhi tekanan darah. m. Renin
Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal), mengakibatkan tingginya tekanan darah (Perry & Potter, 2005)
1.10.Pengukuran Tekanan Darah
rongga manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakilis (Smeltzer & Bare, 2001).
Cara mengukur tekanan darah yaitu dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radikal atau brakial menghilang.
Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampau dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmhg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik yang kebih akurat (Smeltzer & Bare, 2001).
2. Latihan Fleksibility 2.1. Defenisi
Fleksibilitas atau kelenturan/kelentukan dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Fleksibilitas optimal memungkinkan sekelompok atau satu sendi untuk bergerak dengan efisien. Kelenturan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam sendi. Selain itu, kelentukan ditentukan juga oleh keelastisan otot-otot tendon dan ligamen. Fleksibilitas menunjukkan besarnya pergerakan sendi yang dilakukan secara maksimal. Dengan bertambah umur seseorang memiliki konsekuensi munculnya gangguan pada persendian.
fleksibilitas kepada pasien hemodialisa yang dilakukan dalam waktu 4 minggu selama 30 menit dan hasil penelitian ditemukan adanya pengaruh latihan fleksibilitas untuk kekuatan otot pasien hemodialisa.
2.2. Pathofisiologi Perubahan Tekanan Darah Saat Latihan
Pada saat melakukan latihan fisik peningkatan tersebut akan meningkatkan aktivitas pernafasan dan otot rangka, dari peningkatan aktivitas pernafasan akan meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan peningkatan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curahjantung sehingga menyebabkan tekanan darah arteri meningkat, setelah tekanan darah arteri meningkat akan terjadi fase istirahat terlebih dahulu, akibat dari fase ini mampu menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka dan menyebabkan aktivitas saraf simpatis dan epinefrin menurun, namun aktivitas saraf simpatis meningkat, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena penurunan ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadinya penurunan tekanan darah (Sherwood, 2005).
Pengaruh epinefrin pada pembuluh darah dapat menyebabkan pelebaran (dilatasi). Peningkatan pelebaran pembuluh darah saat latihan juga disebabkan karena meningkatnya suhu tubuh. Banyak keringat yang keluar akan menyebabkan plasma darah keluar, volume darah menurun sehingga tidak naik berlebihan.
pada otot rangka meliputi respon syaraf simpatik. Respon sistem syaraf simpatis secara umum meliputi vasokontriksi pembuluh darah periferdan meningkatkan kontraktilitas otot jantung, meningkatkan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah sehingga akan meningkatkan dan distribusi kembali cardiac output. Meningkatnya cardiac output karena peningkatan kontraktilitas otot jantung, denyut jantung dan aliran darah sepanjang otot yang bekerja. Perubahan selama istirahat meliputi penurunan denyut nadi dengan penurunan dominasi syaraf simpatik dan kadar epinephrine dan norepinephrine. Terjadi penurunan tekanan darah dan seringkali terjadi peningkatan volume darah dan hemoglobin yang memfasilitasi pengiriman oksigen.
2.3. Jenis exercise flexibility.
1. Latihan pergerakan kepala dan leher
a. Duduk atau berdiri tegak, pandangan lurus kedepan. b. Perlahan dekatkan telinga kanan kearah bahu kanan.
c. Putar kepala kearah belakang dan dekatkan telinga kiri kebahu kiri.
d. Dekatkan dagu kedada dan putar perlahan dagu kearah sepanjang dada sehingga telinga kiri menyentuh bahu kiri.
e. Tegakkan kembali dagu hingga pandangan lurus kedepan. 2. Latihan Peregangan lengan dan tangan.
a. Duduk atau berdiri tegak.
b. Luruskan lengan kedepan setinggi bahu.
d. Lengan tetap lurus kedepan lalu buat putaran dipergelangan tangan pertama searah jarum jam kemudian berlawanan arah dengan jarum jam.
3. Latihan Peregangan pinggang a. Berdiri atau duduk tegak b. Angkat kedua tangan ke atas
c. Jatuhkan lengan sebelah kanan dan rasakan tarikan, lalu tegak kembali d. Lakukan yang sama pada lengan kiri
4. Latihan peregangan dada dan punggung belakang a. Berdiri atau duduk tegak
b. Letakkan tangan dibahu dengan siku diluar
c. Buat lingkaran dgn siku ,pertama kedepan lalu kebelakang d. Stop membuat lingkaran lalu buat siku berdekatan didepan dada e. Buka kembali siku dan lalu regangkan rasakan tekanan didada 5. Latihan Peregangan Paha Belakang
a. Duduk tegak
b. Lengkungkan badan raih lutut kiri dgn kedua tangan dan tarik menuju dada c. Letakkan ujung dagu kearah dada dan cobalah menyentuhkan kening ke
lutut, lakukan semampu anda dan tahan
d. Turunkan kembali lutut kiri dan lakukan ulang pada lutut kanan 6. Latihan Peregangan kaki
a. Duduk tegak dengan kaki dilantai, berpegangan pada kursi b. Perlahan angkat kaki kanan sampai lurus didepan
d. Gerakkan tumit memutar pertama kekanan lalu kekiri.
e. Letakkan kaki kanan kelantai dan lakukan juga pada kaki kiri. 7. Latihan Peregangan betis
a. Letakkan tangan pada sandaran kursi dan berdiri tegak lurus b. Mundurkan kaki kanan selangkah dan tekan tumit kanan dilantai c. Lengkungkan kaki kiri dan rasakan tarikan pada betis kanan
d. Lengkungkan lutut kanan dan rasakan tarikan pada tumit kanan dan tahan. 2.4. Kontraindikasi Latihan fleksibilitas
1. Latihan fleksibilitas tidak boleh dilakukan bila latihan tersebutmengganggu proses penyembuhan seperti pada keadaan patah tulang.
2. Latihan fleksibilitas harus dilakukan dengan hati hati pada area tumit dan kaki untuk meminimalkan stasis vena dan pembentukan thrombus. Tanda-tanda latihan yang tidak tepat adalah timbulnya rasa nyeri dan peradangan.
3. Latihan fleksibilitas harus di monitor dengan ketat pada keadaan setelah gangguan jantung.
2. Gagal ginjal kronik 3.1.Definisi
ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi pengganti (Suhardjono, 2003).
Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patalogis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m2 (National Kidney Foundation Kidney Disease Outcomes Quality Initiative dikutip dari Arora, 2009).
3.2.Klasifikasi gagal ginjal kronik
Klasifikasi gagal ginjal kronik dapat dilihat berdasarkan sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsinya yaitu berkurang, ringan, sedang dan tahap akhir (Suhardjono, 2003). Ada beberapa klasifikasi dari gagal ginjal kronik yang dipublikasikan oleh National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI). Klasifikasi tersebut diantaranya adalah: a. Stage 1
Merupakan tahap dimana telah terjadi kerusakan ginjal dengan peningkatan LFG (>90 mL/min/1.73 m2 ) atau LFG normal
b. Stage 2
Reduksi LFG mulai berkurang sedikit (kategori mild) yaitu 60-89 mL/min/1.73 m2.
c. Stage 3
d. Stage 4
Reduksi LFG sangat banyak berkurang yaitu 15-29 mL/min/1.73. e. Stage 5
Telah terjadi gagal ginjal dengan LFG yaitu <15 mL/min/1.73. (Arora, 2009). 3.3.Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Penyebab penyakit gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu penyakit diabetik, penyakit ginjal non diabetik dan penyakit ginjal transplan. Pada ginjal diabetik dapat disebabkan oleh diabetes tipe 1 dan 2. penyebab pada penyakit ginjal non diabetik adalah penyakit glomerulus (penyakit autoimun, infeksi sistemik, neoplasia), penyakit vaskuler (penyakit pembuluh darah besar, hipertensi dan mikroangiopati) penyakit tubulointerstisial (infeksi saluran kemih, batu obstruksi dan toksisitas obat) dan penyakit kistik (penyakit ginjal polikistik).
Pada penyakit ginjal transplan dapat disebabkan oleh rejeksi kronik, toksisitas obat, penyakit rekuren dan glomerulopati transplan (Suhardjono, 2003 dikutip dari Susalit). Krause (2009) menambahkan bahwa penyebab dari gagal ginjal kronik sangat beragam. Pengetahuan akan penyebab yang mendasari penyakit penting diketahui karena akan menjadi dasar dalam pilihan pengobatan yang diberikan. Penyebab gagal ginjal tersebut diantaranya meliputi:
a. Penyebab dengan frekuensi paling tinggi pada usia dewasa serta anak-anak adalah glomerulonefritis dan nefritis interstitial.
c. Gagal ginjal kronik dapat pula dialami ana-anak yang menderita kelainan kongenital seperti hidronefrosis kronik yang mengakibatkan bendungan pada aliran air kemih atau air kemih mengalir kembali dari kandung kemih.
d. Adanya kelainan kongenital pada ginjal. e. Nefropati herediter
f. Nefropati diabetes dan hipertensi umumnya menjadi penyebab pada usia dewasa.
g. Penyakit polisistik, kelainan pembuluh darah ginjal dan nefropati analgesik tergolong penyebab yang sering pula.
h. Pada beberapa daerah, gangguan ginjal terkait dengan HIV menjadi penyebab yang lebih sering.
i. Penyakit yang tertentu seperti glomerulonefritis pada penderita transplantasi ginjal. Tindakan dialisis merupakan pilihan yang tepat pada kondisi ini.
3.4.Patofisiologi
Apabila ginjal kehilangan sebahagian fungsinya oleh sebab apapun, nefron yang masih utuh akan mencoba mempertahankan laju filtrasi glomerulus agar tetap normal. Keadaan ini akan menyebabkan nefron yang tersisa harus bekerja melebihi kapasitasnya, sehingga timbul kerusakan yang akan memperberat penurunan fungsi ginjal (Azmi, 2003).
Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertropi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh badan kerja ginjal. Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsobsi tubulus dalam setiap nefron meskipun filtrasi glomerulus untuk seluruh masa nefron yang terdapat pada ginjal turun dibawah nilai normal. Mekanisme dari adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Bila sekitar 75% masa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan tubulus glomerulus tidak dapat lagi dipertahankan (Price & Wilson, 1995).
3.5.Manifestasi klinik
(Zulkhair, 2004). Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik menurut Suparman (1990) terdiri atas :
a. Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan lekosit.
b. Gastrointestinal
1) Anoreksia, nausea, dan vomitus, yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein didalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan motil guanidin, serta sembabnya mukosa usus.
2) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri dimulut menjadi amonia sehingga napas berbau ammonia. Akibat yang lain adalah timbulnya stomatitis dan parotitis.
3) Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui. 4) Gastritis erosif, Ulkus peptikus, dan colitis uremik. c. Syaraf dan otot
1) Miopati
2) Kelemahan dan hipertrofi otot-otot terutama otot-otot ekstrimitas proksimal. 3) Ensefalopati metabolik Lemah, tidak biasa tidur, gangguan konsentrasi, tremor,
asteriksis, mioklonus, kejang.
5) Restless leg syndrome
Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu digerakkan. d. Kulit
1) Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom. Gatal-gatal dengan eksoriasi akibat toksin uremik dan pengendapan kalsium dipori-pori kulit.
2) Echymosis akibat gangguan hematologis.
3) Urea frost, akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat. 4) Bekas garukan karena gatal.
e. Kardiovaskuler
1) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau akibat peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensi-aldosteron.
2) Nyeri dada dan sesak nafas, akibat perikarditis, efusi perikardial, penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
3) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan elektrolit dan kalsifikasi metastastatik.
4) Edema akibat penimbunan cairan. f. Endokrin
g. Gangguan Sistem Lain
1) Tulang: Osteodistrofi renal, yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa, osteosklerosis, dan kalsifikasi metastatik.
2) Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organik sebagai hasil metabolisme.
3) Elektrolit : hiperfosfatermia, hiperkalemia, hipokalsemia. 3.6.Perjalanan Klinik
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu stadium pertama, stadium kedua, dan stadium ketiga atau akhir (Price & Wilson, 1995).
a. Stadium pertama
Stadium pertama ini dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar nitrogen urea daerah normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal dapat di ketahui dengan tes pemekatan kemih yang lama atau dengan tes glomerulus filtrasi yang teliti.
b. Stadium kedua
c. Stadium ketiga atau stadium akhir
Stadium ini disebut gagal ginjal stadium akhir atau uremia, timbul apabila sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Kreatinin serum dan kadar nitrogen urea darah akan meningkat dengan sangat menyolok sebagai respon terhadap glomerulus filtrasi yang mengalami penurunan.
3.7.Komplikasi gagal ginjal kronik
Bila ginjal tidak berfungsi sebagai salah satu alat pengeluaran (ekskresi), maka sisa metabolisme yang tidak dikeluarkan tubuh akan menjadi racun bagi tubuh sendiri dan mengakibatkan hipertensi, anemia, asidosis, ostedistrofi ginjal, hiperurisemia dan neuropati parifer (Noer, 2003).
Komplikasi lain yang dapat di sebabkan oleh gagal ginjal kronik adalah cairan dan elektrolit (dehidrasi, hiperkalemia, edema, asidosis metabolik), kalsium fosfat dan tulang (hiperfosfatemia, hipokalsemi, hiperparatiodisme sekunder, osteodictrofi renal), hematologi (anemia, diatesis perdarahan), kardiopulmonal (hipertensi, gagal jantung kongestif, perikarditis uremik), gastrointestinal (nausea, vomitus, esofagitis, gastritis), neuromuskular (miopati, neuropati perifer, enselopati), dermatologi (warna kulit pucat, pruritis, dermatitis) (Robbins, 1999).
biasanya akan menjadi stabil pada kadar bikarbonat plasma 16 sampai 20 mEq/l. Anemia berupa penurunan sekresi eritropoeitin oleh ginjal yang sakit maka pengobatan yang ideal adalah penggantian hormon ini. Pada hiperurisemia kadar asam urat yang meninggi maka dihambat biosintesis yang dihasilkan oleh tubuh dan neuropati perifer biasanya simtomatik tidak timbul sampai gagal ginjal mencapai tahap akhir (Behrman, 1997 dikutip dari Noer, 2003). Pada pasien gagal ginjal kronik dapat juga mengakibatkan.
3.8.Penatalaksanaan gagal ginjal kronik
4. Hemodialisa 4.1.Definisi
Hemodialisis berasal dari dua kata yaitu hemo yang berarti darah dan dialisis yang berarti difusi partikel larut satu kompartemen cairan ke kompartemen lain melewati membrane semipermeabel (Smeltzer, 2002).
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisa digunakan pada pasien dengan gagal ginjal tahap akhir (Nursalam, 2006).
Menurut Le Mone (1996) hemodialisa menggunakan prinsip dari difusi dan ultrafltrasi untuk membersihkan elektrolit dari produk tak berguna dan kelebihan cairan tubuh. Darah akan diambil dari tubuh melalui jalan masuk vaskular dan memompa ke membran dari selulosa asetat dan zat yang sama. Pengeluaran kira-kira sama dengan komposisi seperti ekstra cairan selular normal. Dialisa menghangatkan suhu tubuh dan melewati sepanjang ukuran dari membran lain. Semua larutan molekul lebih kecil dari sel darah, plasma dan protein mampu bergerak bebas di membran melalui difusi.
4.2.Komplikasi hemodialisa
Hemodialisa dapat memperpanjang usia meskipun tanpa batas yang jelas, tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa meliputi ketidak seimbangan cairan, hipervolemia, hipovolemia, hipertensi, hipotensi, ketidak seimbangan elektrolit, infeksi, perdarahan dan heparinisasi dan masalah-masalah peralatan yaitu aliran, konsentrasi, suhu dialisat, aliran kebocoran darah dan udara dalam sikuit dialisa (Hudak & Gallo, 1996).
Meskipun hemodialisis dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien yang mengalami hemodialisis akan mengalami sejumlah permasalahan dan komplikasi serta adanya berbagai perubahan pada bentuk dan fungsi sistem dalam tubuh (Smeltzer & Bare, 2008).
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Kelompok Intervensi Normal Pre hipertensi H.grade 1 H.grade 2 H.grade 3 Kelompok Kontrol Normal Pre Hipertensi H.Grade 1 H.grade 2 H.Grade 3 : Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak di teliti
Skema 3.1. Kerangka penelitian pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Klinik Ginjal Rasyida Medan.
2. Defenisi Operasional
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian N o Variabel Penelitian Defenisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
3. Hipotesa
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen. Penelitian di awali dengan membagi responden menjadi dua kelompok. Satu kelompok intervensi diberi latihan fleksibilitas dan kelompok kontrol yang tidak di lakukan latihan fleksibilitas. Setelah pemberian intervensi akan di lakukan kembali pengukuran tekanan darah, selanjutnya hasil pengukuran kelompok intervensi di bandingkan dengan kelompok kontrol.
Desain penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Latihan Fleksibilitas Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Klinik Ginjal Rasyida Medan.
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi Penelitian
2.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojdjo, 2012). Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitiaan ini menggunakan cara non probability sampling dengan teknik kuota sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang telah di tentukan.
Menurut Arikunto 2006, apabila jumlah subjeknya populasi lebih dari 100 bisa diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari: 1. Kemampuan peneliti dari waktu, tenaga dan dana
2. Sempit luasnya wilayah pengambilan dari subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data
3. Besar kecilnya resiko yang diambil peneliti
Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah 15% dari populasi selama satu bulan dan setelah dilakukan penghitungan maka sampel yang diambil yaitu 27 orang sehingga kelompok intervensi 14 orang dan kelompok kontrol sebanyak 13 orang.
Kriteria sampel dalam penelitian ini sama antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi, yaitu :
Kriteria inklusi :
a. Pasien yang menderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa b. Pasien yang belum mulai melakukan terapi hemodialisa
e. Lama HD kurang dari satu tahun
Kriteria Eksklusi: Pasien yang tidak dapat beraktivitas dengan normal atau tidak dapat berjalan sendiri
2.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah Klinik Ginjal Rasyida Medan dengan alasan klinik ginjal tersebut merupakan salah satu klinik yang menangani pasien khusus gangguan ginjal dan hemodialisa dengan jumlah yang besar sehingga dapat mendukung penelitian serta belum pernah di lakukan penelitian untuk melihat pengaruh latihan fleksibility terhadap perubahan tekanan darah pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa. Waktu penelitian dimulai dari bulan April-Desember 2014.
2.4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan. Peneliti juga akan meminta surat telah dilakukan ethical clearance
ke Komite etik penelitian kesehatan fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian, memberikan surat permohonan untuk mendapatkan izin dari Klinik Ginjal Rasyida Medan. Setelah mendapatkan persetujan, penelitian dapat melakukan intervensi mengukur tekanan darah pada pasien GGK yang menjalani terapi Hemodialisa.
maka responden menandatangani Informed Consent (surat perjanjian). Tetapi, apabila calon responden tidak bersedia, maka calon berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi responden baik itu resiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga baik dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen. Data-data yang diperoleh juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Penelitian ini, juga memperhatikan etik yaitu sebagai berikut:
a. Informed Concent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
b. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, pada lembar pengumpulan data (kuesioner) tetapi lembar tersebut diberikan kode tertentu.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti
d. Keadilan
kontrol akan dilakukan juga latihan fleksibilitas setelah dilakukan pengukuran tekanan darah (post), sebagai bukti keadilan bahwa setiap responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini akan mendapat perlakuan yang sama dengan pasien intervensi.
2.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi (pengamatan), dengan jenis pengamatan sitematis. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuesioner yang terdiri dari data demografi, lembar observasi dan pengukuran pasien secara langsung dengan klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH 2003 yang terlampir pada bab 2. 2.5.1. Data demografi
Mencakup nomor responden, jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, suku, riwayat merokok, riwayat alkohol dan lama terapi hemodialisa. Data demografi ini bertujuan untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini.
2.5.2. Lembar observasi Tekanan Darah
2.5.3. Prosedur Mengukur Tekanan Darah dan Prosedur Latihan Fleksibilitas
Pengukuran tekanan darah dan intervensi latihan fleksibilitas yang akan diberikan kepada pasien yang bersedia untuk menjadi responden dilakukan berdasarkan prosedur pengukuran tekanan darah dan prosedur latihan fleksibilitas.
2.6. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Alat pengukur tekanan darah (sphygmomanometer) yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah yang bekerja secara manual saat memompa maupun mengurangi tekanan pada manset. Alat ini terdiri dari manset, bola tensi, selang, tabung skala dan air raksa.Agar sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara melakukankalibrasi yang sederhana adalah sebagai berikut:
1. Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).
2. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat. Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmHg ( ke 198mmHg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang bocor.
4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolic pasien akan terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.
b. stetoskop
c. lembar observasi pengukuran tekanan darah d. format latihan fleksibilitas.
2.7. Pengumpulan Data
Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui institusi pendididikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, selanjutnya mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Klinik Ginjal Rasyida Medan. Setelah mendapatkan izin maka dilakukan pengumpulan data. Selanjutnya, peneliti menetukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian dan meminta kesediaan responden. Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani Informed Consent (surat perjanjian).
bagian gerakan dan gerakan ini dilakukan dalam waktu 1 minggu dan pengukuran tekanan darah dilakukan pada tangan sebelah kanan kepada semua responden dengan posisi duduk dengan menggunakan spygmomanometer air raksa. Setelah intervensi dilakukan, peneliti mengobservasi lagi tekanan darah pasien (post). Pada kelompok kontrol tidak dilakukan latihan fleksibilitas hanya mengukur tekanan darah (pre) dan setelah 30 menit pasien di ukur kembali tekanan darah
(post). Data yang diperoleh akan dikumpulkan untuk dianalisa dan akan di lakukan selama satu minggu.
2.8. Analisa Data
Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil wawancara peneliti pada saat pengisian kuoesioner data demografi dan hasil. pengukuran tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik sebelum dan setelah dilakukan latihan fleksibilitas. Selanjutnya dilakukan pengolahan data.
a. AnalisisUnivariat
Analisis univariat digunakan untuk menyajikan distribusi frekuensi data-data demografi pasien GGK yang menjalani terapy hemodialisa, tekanan darah sebelum dilakukan latihan fleksibilitas dan tekanan darah sesudah dilakukan latihan fleksibilitas dalam bentuk tabel. Pada kelompok kontrol hanya di ukur tekanan darah (pre) dan setelah 30 menit dukur kembali (post) dalam bentuk tabel. b. Analisis Bivariat
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Bab ini akan menguraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang terapi hemodialisa di Klinik Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan. Pengumpulan data dilakukan dari bulan oktober sampai dengan desember 2014 dengan jumlah responden sebanyak 27 orang. Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang dilakukan latihan fleksibilitas dan kelompok kontrol yang tidak dilakukan latihan fleksibilitas.
1.1. Deskripsi Karakteristik Responden
Tabel 5.1.Distribusi Frekuensi kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Berdasarkan data demografi di Klinik Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan Bulan September sampai Oktober 2014 (n=27)
Kontrol Intervensi Karakteristik Frekuensi % Frekuensi % Usia
Dewasa muda(21-39) 2 15 6 43 Dewasa tengah(40-64) 11 85 8 57 Jenis Kelamin
Perempuan 4 31 5 36 Laki-laki 9 69 9 64 Suku
Batak 9 70 10 72 Jawa 0 0 2 14 Melayu 2 15 2 14 dll 2 15 0 0 Riwayat merokok
Pernah 8 62 7 50 Tdk pernah 5 38 7 50 Riwayat alkohol
Pernah 2 15 0 0 Tdk pernah 11 85 14 100 Lama Terapi HD
7 bulan 7 54 2 14 8 bulan 5 38 5 36 10-12 bulan 1 8 7 50 Frekuensi HD
1x/minggu 0 0 0 0 2x/minggu 13 100 14 100 Penyakit penyebab GGK
1.2. Gambaran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Latihan Fleksibilitas Pada Kelompok kontrol dan Intervensi
[image:62.595.109.511.253.348.2]Dari hasil penelitian maka dapat diketahui gambaran tekanan darah responden sebelum dan sesudah latihan fleksbilitas pada tabel 2 berikut
Tabel 5.2.Distribusi Frekuensi Tekanan darah responden dan post latihan Fleksibilitas pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Tekanan Darah Pre Lat.Fleksibilitas Post Lat.Fleksibilitas K.Intervensi K.kontrol K.intervensi K.kontrol n % n % n % n % Pre-hipertensi 4 28,6 4 30,8 4 28,6 2 15,4 Hipertensi grade 1 6 42,9 5 38,5 6 42,9 6 46,2 Hipertensi grade 2 4 28,6 4 30,8 4 28,6 5 38,5
Dari hasil tabel diatas di temukan bahwa pre latihan fleksibilitas kelompok intervensi hasil terbesar yaitu pada hipertensi grade 1 sebanyak 6 orang (42,9%) dan post intervensi data terbanyak pada hipertensi grade 1 sebanyak 6 orang (42,9%) dan tekanan darah pasien pada kelompok intervensi stabil sedangkan pada kelompok kontrol hasil terbesar yaitu pada hipertensi grade 1 sebanyak 5 orang (38,5%) dan pengukuran darah terakhir sebanyak 6 orang (46,2%) dan tekanan darah pada kelompok kontrol di temukan tidak stabil.
Tabel 5.3.Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah latihan fleksibilitas pada kelompok kontrol dan intervensi
Kelompok Mean SD P value n t Intervensi 150 3,922 1,000 14 0,000 Kontrol 165,38 4,082 0,584 13 0,562
Dari Tabel diatas ditemukan bahwa pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak adanya pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan darah dengan nilai p> 0,05 dengan nilai 1,000, tetapi latihan fleksibilitas dapat menstabilkan tekanan darah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
1.4. Perbedaan Tekanan Darah Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Pada hasil perbedaan antara kelompok kontrol dan intervensi menggunakan uji t-independent, hasil yang di dapatkan tidak ada perbedaan antara kelompok kontrol dan intervensi baik sebelum dan sesudah latihan karena nilai yang di dapatkan p value >0,05. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 5.4. Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.
Variabel K.Intervensi K.Kontrol P Value t Mean SD Mean SD
Pre 150/90 12,403 150,77/87 14,979 0,885 -0,146 Post 150/87 13,587 150,77/87 14,977 0,890 -0,140
[image:63.595.110.504.585.656.2]sesudah latihan nilai p=0,890, tetapi latihan fleksibilitas dapat menstabilkan tekanan darah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
2. Pembahasan
Peneliti membahas masalah mengenai bagaimana pengaruh latihan fleksibilitas terhadap perubahan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa
2.1. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden Sebelum dan Sesudah Latihan Fleksibilitas
gagal ginjal kronik yang di alami pasien dan riwayat penyebab penyakit yang di alami pasien terbanyak adalah hipertensi.
2.2. Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Latihan Fleksibilitas Pada Kelompok Kontrol Dan Intervensi
Hasil penelitian yang di temukan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p>0.05 sehingga disimpulkan bahwa hipotesa ditolak atau tidak ada nya perbedaan tekanan darah .Secara teori yang di kemukakan oleh Sherwood (2005) latihan fisik menyebabkan peningkatan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan tekanan darah arteri meningkat dan setelah tekanan darah arteri meningkat akan terjadi fase istirahat terlebih dahulu, akibat dari fase ini dapat menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka dan menyebabkan aktivitas saraf simpatis dan epinefrin menurun, namun aktivitas saraf simpatis meningkat, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun.
Ada pun faktor lain yaitu karena riwayat merokok pada ke dua kelompok di temukan data terbesar pasien memiliki riwayat merokok hal ini seperti yang dikemukakan oleh Perry&Potter (2005) merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut Depkes (2007) rokok dapat mengakibtkan hipertensi karena nikotin dan karbon dioksida yang terkandung dalam rokok akan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan elastisitas pembuluh darah berkurang dan nikotin memiliki efek langsung terhadap arteri koronaria dan platelet darah dan inhalasi karbon dioksida mengurangi kapasitas eritrosit membawa oksigen selain itu juga dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium.
2.3. Perbedaan Tekanan Darah Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol
Hasil penelitian mengenai perbedaan tekanan darah kelompok kontrol dan intervensi di lakukan dengan menggunakan uji t-independent dimana hasil yang di temukan nilai p lebih besar dari 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak. Faktor yang menjadi penyebab tidak ada nya perbedaan tekanan darah adalah karena pasien mengkonsumsi obat antihipertensi dimana obat ini bekerja di dalam tubuh selama 6-12 jam sehingga latihan yang di berikan kepada pasien tidak berpengaruh karena fungsi obat anti hipertensi tersebut menurunkan tekanan darah dengan menyekat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II, mencegah vasokotriksi dan menurunkan produksi aldosteron dan retensi cairan, mengurangi volume cairan bersirkulasi (Anggara, 2013).
penyakit dan responden terbanyak menjalani terapi hemodialisa adalah pada usia dewasa tengah (40-64 tahun) baik dari kelompok intervensi maupun kelompok kontrol dan usia termuda 28 tahun. Usia merupakan faktor yang dapat menggambarkan kondisi dan mempengaruhi kesehatan seseorang dan mempengaruhi tekanan darah. Hal ini disebabkan oleh faktor usia karena menurut Potter&Perry (2005) tekanan darah seseorang dapat meningkat sesuai dengan usia, semakin tua usia maka tekanan darah semakin meningkat dan pada lansia tekanan darah mencapai 140/90 mmHg. Anggara (2013) juga mengemukakan dengan bertambahnya usia terjadi regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratif dan adanya faktor alamiah dalam tubuh yaitu pembuluh darah dan hormone serta arteri akan kehilangan elastisitasnya sehingga pembuluh darah akan menyempit dan kaku.
Faktor lain seperti jenis kelamin juga berpengaruh terhadap tekanan darah, menurut Potter&Perry (2005) bahwa pria memiliki tekanan darah lebih tinggi dari wanita. Menurut Susalit (2001) tekanan darah pria lebih tinggi dari pada wanita karena komposisi tubuh wanita lebih banyak lemak sehingga butuh oksigen lebih untuk pembakaran tetapi setelah menopause tekanan darah wanita lebih tinggi dari pada pria akibat hormonal dan responden terbanyak pada penelitian ini adalah laki-laki baik pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
darah, karena efek nikotin dan karbon dioksida. Ada pun faktor lain yaitu penolakan, karena di temukan pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa dibawah 1 tahun adanya perasaan tidak menerima akan tindakan yang diberikan karena menganggap selain hemodialisa tidak ada terapi yang bergua lagi untuk dirinya.
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Latihan fleksibilitas merupakan latihan yang membuat kerja sendi menjadi lebih baik, dan pergerakan lebih mudah. dapat dilakukan setiap hari dengan melakukan peregangan otot dengan gerakan yang lambat.
Latihan ini dilakukan dengan meregangkan otot-otot hingga terasa tegangan yang ringan, dan menahannya hingga 10 – 20 detik, bernafas dalam dan perlahan ketika peregangan dilakukan, lalu keluarkan nafas perlahan saat menahan pada posisi tersebut. Latihan dimulai dari kepala , leher dan kebawah menuju kaki. Pengulangan sedikitnya dilakukan sebanyak 3 kali. latihan fisik yang dilakukan selama 30 menit dapat meningkatkan tekanan darah.
2. Rekomendasi
Hasil penelitian ini di harapkan memberi manfaat pada pendidikan dan dan penelitian keperawatan. Adapun rekomendasi yang peneliti ajak adalah sebagai berikut:
2.1. Pendidikan Keperawatan
2.2. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian memperoleh tidak ada perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan latihan fleksibilitas tetapi dapat menstabilkan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa akan tetapi latihan fleksibilitas yang dilaukan selama 30 menit dan dapat memampukan kerja sendi dan otot lebih baik, sehingga hasil ini dapat menjadi informasi kepada perawat hemodialisa dalam pemberian asuhan keperawatan dan membuktikan bahwa pengukuran tekanan darah penting dilakukan kepada pasien yang menjalani terapi hemodialisa.
2.3. Peneliti Selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Arora, P. (2009). Chronic renal failure. Dibuka pada website http://www.emedicinehealth.com pada tanggal 20 April 2014.
Ayers,M, Bruno dan Langford,R.W. 1999. Community-Based Nursing Care. United States of America: Mosby
Azmi, S. (2003). Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik pra dialysis. Dibuka pada web site http://www.kompas.co.id/medika pada tanggal 2 Mei 2014. Pukul 14.00
Broggi, A. 2009. Penyakit Tidak Menular-Non Communicable Disease.Health Messenger
Djoko Pekik Irianto. (2004). Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta. Andi Offset.
Fauci, et al. 2008. Harrison’s Internal Medicine, 17th Edition, USA, McGraw – Hill.
Gordon, et al. 2012. Effect of Exercise Therapy on Lipid Parameters in Patients with End‑Stage Renal Disease on Hemodialysi. Pada website
Guyton, A,C, & Hall. 1996. Buku Ajar : Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Hoeman, S,P. 2002. Rehabilitation Nursing Process, Aplication and Outcomes 3
edition. USA: Mosby
Hudak, C.M & Gallo, B.M. (1996). Critical care nursing : a Holistic approach. Jakarta : EGC.
Krause, R.S. (2009). Renal failure, chronic and dialysis complications. Dibuka pada website http://www.emedicinehealth.com pada tanggal 20 April 2014.
Lameire, N dan Mehta, R.L. (2000). Complications of dialysis. New York : Informa Health Care.
Nasution, Rosefi. 2010. Latihan Jasmani Pada Jasmani Pada Pasien Hemodialisa Regular
NKF. 2006. Guidelines for hemodialysis adequacy. Terdapat : http:/www. Nkf.com 20 april 2014.
Noer, M.S. (2003). Gagal ginjal kronik pada anak, laporan hasil penelitian F.K Unair.
Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2006. Asuhan keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta: Salemba Medik
Potter dan Perry (2005). Buku ajar fundamental keperawatan-konsep, proses, dan praktik. Jakarta : EGC.
Price, S.A & Wilson, L.M.. (1995). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.
Robbins, Stanley. 1999. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C, & Bare. B.G., 2009. Texbook Of Medikal Surgical Nursing (11th ed). Philladelphia: Lipincott Williams & Wilknis
Smeltzer, S,C & Bare , 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC ________________ , 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : FKUI.
Sulistyaningsih. 2010. Tesis Efektifitas Latihan Fisik Selama Hemodialisa Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.FKUI
Susalit. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Wahjoedi. (2000). Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta : PT. Raja World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension (ISH).
Diakses tanggal 03 januari 2015
Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Pengaruh Latihan Fleksibilitas Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Klinik
Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan
Oleh : Friska Br Sembiring
Saya adalah mahasiswa fakultas keperawatan universitas sumatera utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di fakultas keperawatan universitas sumatera utara. Tujuan penilitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh latihan fleksibilitas tehadap perubahan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan bapak/ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud lain.
Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika bapak/ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan bapak/ibu menanda tangani formulir persetujuan ini.
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Pengaruh Latihan Fleksibilitas Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Klinik
Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan
Oleh : Friska Br Sembiring
Saya adalah mahasiswa fakultas keperawatan universitas sumatera utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di fakultas keperawatan universitas sumatera utara. Tujuan penilitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh apabila tidak dilakukan latihan fleksibilitas tehadap perubahan tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan bapak/ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud lain.
Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika bapak/ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan bapak/ibu menanda tangani formulir persetujuan ini.
Lampiran 2 No. Responden
Kuesioner Data Demografi
Jenis kelamin : Laki- Laki Perempuan
Usia :
Suku : Jawa Batak Melayu
Aceh Padang Dll
Riwayat merokok : Pernah Tidak Pernah
Riwayat alkohol : Pernah Tidak Pernah Lama terapi hemodialisa : Bulan/Tahun
Lampiran 3
Lembar Observasi Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Yang Diberikan Latihan
Fleksibility
(Kelompok Intervensi)
Sampel Penelitian
Hasil Tekanan Darah
Sebelum Intervensi Setelah Intervensi Responden 1