• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan antara Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Ketoprak dan Lontong Sayur.2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan antara Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Ketoprak dan Lontong Sayur.2015"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh

Ega Gumilang Sugiarto

1112103000046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Puji Syukur penulis haturkan pada kehadiran Allah SWT karena atas rahmatnya dan karunianya penulis diberikan rahmat, karunia, dan nikmat sehat wal afiat sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian tepat pada waktunya. Tak lupa penulis haturkan pula kepada junjungan Nabi Muhammad SAW atas segala suri tauladannya yang baik.Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian laporan ini banyak mendapatkan support dari orang-orang terdekat. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan jajaran dekanatnya

2. dr.Achmad Zaki, SpOT, M Epid selaku ketua program studi pendidikan dokter

3. dr. Nouval Shahab selaku penanggung jawab riset program studi pendidikan dokter angkatan 2012.

4. dr.Witri Ardini M Gizi, SpGK selaku pembimbing I untuk segenap waktu, tenaga pikiran yang ikhlas diberikan kepada penulis selama bimbingan yang berlangsung. Segala hal yang telah diberikan sangat bermanfaat untuk penulis dalam membantu proses penyelesaian laporan ini.

5. Bu Zeti Harriyati, M Biomed, selaku pembimbing 2 atas segala saran, kritik dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga waktu siding 6. Papa dan Mama selaku orang tua yang senantiasa mensupport segala hal

yang dilakukan oleh anaknya. Doa penulis selalu terpanjatkan untuk kebahagiaan kedua orang tua dan kesuksesan anakmu

7. Adik saya tercinta Rangga Sukma yang selalu mengingatkan saya untuk menyelesaikan laporan penelitian ini

(6)

vi

9. Seluruh responden penelitian yang telah banyak bersabar, membantu, dan koperatif dalam menjalani penelitian ini dari awal hingga akhir

10. Terima Kasih kepada Dessy Nabilah yang selalu menemani, mensupport, memberikan ketenangan kepada penulis dalam menyelesaikan segala persoalan, sehingga penulis dapat tetap ikhtiar dalam menyelesaikan laporan ini.

11. Teman teman sejawat PSPD 2012 yang selalu mendukung apapun yang penulis lakukan

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian yang telah selesai ini masih jauh dari kata sempurna. Segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Demikian laporan penelitian ini saya susun, semoga dapat diambil hikmah dan manfaat bagi diri saya pribadi, masyarakat dan khalayak banyak.Amin

Ciputat 07 Agustus 2015

(7)

vii

Ega Gumilang Sugiarto. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbandingan antara Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Ketoprak dan Lontong Sayur.2015

Beberapa tahun terakhir ini, penderita penyakit kronis Diabetes Melitus dan komplikasinya terus meningkat. Hal ini dikarenakan meningkatnya berbagai faktor risiko yang salah satunya adalah pola makan. Pengonsumsian makanan dengan indeks glikemik dan beban glikemik yang tinggi terbukti meningkatkan risiko terjadinya penyakit tersebut. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks glikemik dan beban glikemik makanan ketoprak dan lontong sayur. Penelitian ini menggunakan responden berjumlah 10 orang sehat yang memiliki IMT normal dan tidak mengalami gangguan metabolisme glukosa. Pemeriksaan dilakukan sebanyak tiga kali, satu makanan standar (roti tawar) dan dua makanan uji, dilakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum hingga 2 jam sesudah makan. Hasil data dilakukan proses pengolahan dan didapatkan nilai rerata indeks glikemik. Indeks glikemik tertinggi dimiliki oleh lontong sayur (101.1%), diikuti oleh roti tawar (100%) dan ketoprak (99.4%). Nilai Indeks Glikemik yang telah didapat digunakan untuk melakukan perhitungan kembali nilai beban glikemik. Nilai beban glikemik yang tertinggi dimiliki oleh Ketoprak (66.7), diikuti oleh lontong sayur (51.2) dan roti tawar (17). Nilai Indeks Glikemik dan beban glikemik yang didapatkan termasuk kategori makanan dengan indeks glikemik dan beban glikemik tinggi. Program Statistik SPSS dengan uji Paired T-Test menjukan hasil indeks glikemik dengan p value (p>0.05) dan hasl beban glikemik dengan p value (p<0.05). Dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada indeks glikemik dan perbedaan bermakna pada beban glikemik pada kedua makanan uji.

(8)

viii ABSTRACT

Ega Gumilang Sugiarto. Medical Education Study Program. The comparison of glycemic index and glycemic load Ketoprak and Lontong Sayur. 2015

In the last few years, people with diabetes mellitus chronic disease and its complications are continues to increase. This because the increasing variety of risk factor, which one is the diet. The intake of foods with a high glycemic index and glycemic load shown to increase the risk of this disease. The purpose of this study is to determine the glycemic index and glycemic load from Ketoprak and Lontong Sayur. This study takes ten healthy people with normal BMI and no impaired glucose metabolism. Examinations were conducted three times, one standard food and two test food, blood glucose test performed before giving the test food until 2 hours after eating. The data result will be process and gains average of glycemic index. The highest glycemic index is owned by Lontong Sayur (101.1%), followed by white bread (100%) and Ketoprak (99.4%). Glycemic Index values that have been obtained are used to perform recalculation glycamic load values. Highest glycemic load values owned by Ketoprak (66.7), followed by Lontong Sayur (51.2) and white bread (17). The result of glycemic index and glycemic load were classified in foods with high glycemic index and glycemic load. SPSS Statistics program with Paired T-Test showing glycemic index result with p value (p>0.005) and glycemic load result with p value(p<0.005). It could be concluded that in this study there are no significant difference in glycemic index buat have a significant difference in glycemic load from two test food.

(9)

ix

JUDUL……… i

LEMBAR PERNYATAAN ………. ii

LEMBER PERSETUJUAN PEMBIMBING………. iii

LEMBAR PENGESAHAN ……… iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 4

2.1. Karbohidrat……….. 4

2.2 Absorpsi Karbohidrat……….. 6

2.3 Hormon Pankreas da Homeostatis Glukosa……….. 8

2.4 Indeks Glikemik dan Beban Glikemik……….. 9

2.4.1 Indeks Glikemik………. 9

(10)

x

2.5 Klasifikasi Indeks Glikemik dan Beban Glikemikdengan

fisiologis tubuh……… 10

2.5.1 Indeks Glikemik……… 10

2.5.2 Beban Glikemik………. 12

2.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks Glikemik dan Beban Glikemik……….. 13

2.7 Ketoprak ……….. 14

2.8 Lontong/Ketupat Sayur………. 15

2.9 Kerangka Teori………. 17

2.10 Kerangka Konsep………. 18

2.11 Definisi Operasional……… 19

BAB III METODE PENELITIAN………. 20

1.1 Desain Penelitian……….. 20

1.2 Waktu dan Tempat penelitian……… 20

1.3 Alat dan Bahan……….. 20

1.4 Kriteria Inklusi, Eksklusi dan Drop-out………. 21

1.5 Besar Sampel penelitian………..……….. 21

1.6 Alur Penelitian……….. 23

1.7 Cara Penelitian……….. 24

1.8 Rencana Pengolahan dan Analisis Data………. 24

BAB IV PEMBAHASAN……… 26

4.1 Karateristik Responden………. 26

4.2 komposisi ketoprak dan lontong sayur……….. 27

4.3 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah………... 28

4.4 Indeks Glikemik………. 30

4.5 Beban Glikemik………. 32

4.6 Keterbatasan Penelitian……….. 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 34

5.1 Kesimpulan……… 34

5.2 Saran……….. 34

DAFTAR PUSTAKA……….. 36

(11)

xi

Gambar 2.1 Struktur Monosakarida Pentose dan Hexose……… 5

Gambar 2.2 Struktur dan bentuk molekul dari Glukosa, Fruktosa dan Sukrosa……..……….. 6

Gambar 2.3 Struktur dari molekul Glikogen Polisakarida utama didalam tubuh……….……… 6

Gambar 2.4 Pencernaan Karbohidrat……… 7

Gambar 2.5 Absorpsi Karbohidrat……… 7

Gambar 2.6 Kurva Glukosa Darah……… 9

Gambar 2.7 Hipotesis Efek Pengkonsumsian Pangan dan Indeks Glikemik………. 12

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori indeks glikemik pangan berdasarkan rentangnya…….. 10

Tabel 2.2 Kategori beban glikemik berdasarkan rentang nilainya……….. 13

Tabel 4.1 Karateristik Responden……… 26

Tabel 4.2 Komposisi Makanan standar dan makan uji / porsi……….. 27

Tabel 4.3 Kandungan gizi makanan standar makanan standard dan makanan uji yang telah disesuaikan………...28

Tabel 4.4 Rerata Kadar Glukosa Darah (mg/dL)……….. 28

Tabel 4.5 Presentase Kenaikan Kadar Glukosa Darah………. 30

Tabel 4.6 Nilai Indeks Glikemik……….. 31

(13)

xiii

Lampiran 1 Lembar Surat Persetujuan Responden………. 39

Lampiran 2 Lembar Status Kesehatan Responden……….. 40

Lampiran 3 Hasil Pemeriksaan Tanda Vital Responden……… 41

Lampiran 4 Acuan Kriteria Status Gizi……… 42

Lampiran 5 Perhitungan Makanan Uji……… 43

Lampiran 6 Perhitungan Luas Area Dibawah Kurva………... 44

Lampiran 7Hasil data uji Statistik……….. 46

Lampiran 8 Dokumentasi………..…………. 51

(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN \

IMT : Indeks Massa Tubuh GDP : Gula Darah Puasa IG : Indeks Glikemik BG : Beban Glikemik

(15)

1 1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kondisi adanya gangguan pada mekanisme kerja insulin sehingga menimbulkan hambatan dalam utilisasi glukosa dan peningkatan kadar glukosa darah.1 World Health Organisation (WHO) pada tahun 2001 memperkirakan 150 juta orang di dunia menderita diabetes melitus tipe-2.4 International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012, memperkirakan lebih dari 371 juta orang diseluruh dunia mengalami DM, 4.8 juta diantaranya menyebabkan kematian.2

Di Indonesia, penderita diabetes mencapai 4 juta orang pada tahun 2001, atau meningkat 37,5% dari tahun 1994 dan pada masa sekarang ini penderita diabetes melitus ini sudah mencapai angka 240 juta orang.4

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013, penderita DM berdasarkan wawancara yang dilakukan terjadi peningkatan dari 1.1% (2007) menjadi 2.1% (2013). Prevalensi DM terbanyak terdapat pada Yogyakarta (2.6%) dan DKI Jakarta (2.5%). Dari seluruh penderita ini, proporsi penduduk yang berusia 15 tahun keatas berkisar 6.9% dengan merujuk ADA (American Diabetes Association) 2011 dan gejala khas DM dengan hasil perempuan cenderung lebih tinggi. International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012, memperkirakan lebih dari 371 juta orang diseluruh dunia mengalami DM, 4.8 juta diantaranya menyebabkan kematian.2

Penyakit DM diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu pertama yang disebabkan kelainan pankreas akibat faktor keturunan dan kedua yang disebabkan ketidakseimbangan asupan dan pola makan.2 Dalam hal ini pola hidup yang dominan berperan adalah asupan dan pola makan yang berkaitan dengan kadar glukosa darah.

(16)

2

mengetahui secara jelas apakah makanan tersebut baik untuk dikonsumsi, terutama bagi penderita DM atau individu berisiko tinggi DM. Minimnya penelitian gizi mengenai ketoprak dan lontong sayur ini membuat peneliti ingin menelusuri lebih jauh tentang hal ini.

Indeks Glikemik merupakan angka didalam persen yang menggambarkan kemampuan suatu makanan dalam meningkatkan kadar glukosa darah.3,5,8 Nilai IG menunjukan respon peningkatan glukosa darah terhadap makanan yang diberikan.

Beban Glikemik (BG) merupakan sebuah metode yang dikembangkan setelah mendapatkan nilai IG suatu makanan untuk menilai jumlah sajian karbohidrat yang terdapat pada satu porsi makanan.3 IG dan BG sangat berkaitan erat dengan kadar glukosa darah.

Pola makan dengan Indeks Glikemik rendah terbukti dapat menurunkan risiko terjadinya diabetes mellitus dan komplikasi penyakit jantung.5,6 Nilai Beban Glikemik (BG) rendah dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner.3,7 Dengan kedua nilai IG dan BG ini diharapkan dapat membantu program diet para penderita DM agar lebih mudah dalam pemilihan makanan, dan mencegah kenaikan gula darah (glycemic response) yang berlebihan. Nilai IG yang rendah belum tentu baik jika memiliki BG yang tinggi, begitupula sebaliknya. Sumber makanan yang mengandung karbohidrat merupakan pencetus dominan terhadap kenaikan glukosa dalam darah. Hingga saat ini belum diketahui nilai IG dan BG pada makanan ketoprak dan lontong sayur sehingga perlu diteliti untuk pedoman dalam pemilihan bahan makanan.

1.2 Rumusan Masalah

 Apakah terdapat perbedaaan indeks glikemik dan beban glikemik pada dua ketoprak dan lontong sayur?

1.3 Hipotesis Penelitian

(17)

tinggi dibandingkan ketoprak. Ketoprak memiliki beban glikemik yang lebih tinggi dibandingkan dengan lontong sayur

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

 Mengetahui nilai Indeks Glikemik ketoprak dan lontong sayur

 Mengetahui nilai Beban Glikemik ketoprak dan Lontong Sayur

1.4.2 Tujuan Khusus

 Mengetahui kecepatan respon tubuh terhadap asupan glukosa

 Menggolongkan makanan menurut tingginya kadar Indeks glikemik dan Beban Glikemik

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Untuk Mahasiswa, dapat menambah pengalaman dalam melakukan sebuah penelitian eksprimen dan menggali ilmu lebih dalam seputar indeks glikemik untuk bekal menjadi dokter nantinya.

1.5.2 Untuk Institusi, dapat memberikan sebuah karya tulis yang nantinya dapat di publikasikan dan membawa harum nama universitas

(18)

4 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1. Karbohidrat

Karbohidrat atau hidrat arang merupakan suatu zat gizi yang memiliki fungsi utama sebagai penghasil energi, dimana setiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori. Secara umum karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung atom karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O2) yang pada umumnya molekul hidrogen akan berikatan dengan molekul oksigen membentuk senyawa air (H2O). Rasio hidrogen dan oksigen dalam karbohidrat biasanya sebesar 2:1 dan dalam satu molekul karbohidrat hanya memilki satu senyawa air oleh karenanya molekul ini disebut “karbohidrat” yang berarti (water carbon).9 Karbohidrat diklasifikasikan menjadi 3 grup besar berdasarkan ukurannya, yaitu:

1. Monosakarida

Monosakarida dikenal sebagai monomer dari molekul karbohidrat., terdiri dari 3-7 molekul atom karbon. Penamaan golongan ini diakhiri dengan kata –ose dan diawali dengan seberapa banyak terdapat atom karbon pada molekul karbohidratnya. Contohnya adalah triose (3 molekul karbon), tetrose (4 molekul karbon), pentose (5 molekul karbon) dan hexose (6 molekul karbon). Beberapa contoh bentuk molekul pentose dan Hexose pada Gambar 2.1. Monosakarida tidak mengalami hidrolisis dan dapat langsung mengalami proses penyerapan menembus jaringan tubuh untuk dimetabolisme dan menghasilkan ATP. 9

(19)

2. Disakarida

Disakarida adalah molekul karbohidrat yang tersusun dari dua molekul monosakarida oleh karena proses dehidrasi sintesis (Gambar 2.2). Contohnya adalah kombinasi dari glukosa dan galaktosa, glukosa dan fruktosa, serta fruktosa dan galaktosa. Molekul Glukosa dan Fruktosa merupakan isomer; keduanya memiliki rumus molekul yang sama namun posisi letak atom karbon dan oksigennya berbeda. Oleh karenanya penggabungan dari dua molekul sakarida ini menyebabkan lepasnya molekul air.9

Gambar 2.2. (A) Struktur dan bentuk molekul dari Glukosa, Fruktosa dan Sukrosa. Jika dibaca dari kiri ke kanan terjadi proses dehidrasi sintesis dari dua molekul monosakarida sehingga menghasilkan Sukrosa dan lepasnya molekul air. Jika dilihat dari kanan ke kiri terjadi proses hidrolisis pemecahan Sukrosa menjadi dua molekul monosakarida. (B) dan (C) Struktur dan Formula dari molekul disakarida yang lainnya.9

3. Polisakarida

(20)

6

yang berasal dari tumbuhan. Biasa terdapat pada makanan pasta. Selulosa adalah satu-satunya molekul polisakarida yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia. Pada umumnya molekul polisakarida juga dapat diubah kembali menjadi monosakarida dengan proses hidrolisis. 9

Gambar 2.3. Gambar struktur dari molekul glikogen sebagai polisakarida utama di dalam tubuh9

2.2 Absorpsi Karbohidrat

(21)

Gambar 2.4. Pencernaan karbohidrat. (1) Karbohidrat Pati dan Glikogen akan diubah terlebih dahulu menjadi bentuk disakarida oleh enzim amilase saliva dan pankreas. (2). Disakarida Maltosa, Laktosa, Sukrosa akan diubah lagi menjadi monosakarida di usus oleh enzim disakaridase (maltase, laktase, sukrase)10

Glukosa dan galaktosa diabsorpsi melalui transport aktif sekunder. Contohnya adalah sodium and glucose transporter (SGLT) pada membran luminal usus halus yang berfungsi jalur transportasi kedua molekul tersebut dan juga mineral Na+ dari lumen menuju sel intestinal. Aktivasi dari simporter ini tidak menghasilkan energinya sendiri, melainkan bergntung pada kadar Na+ yang ada didalam sel epitelial yang diseimbangkan oleh aktivasi symporter lain yaitu pompa Na+-K+ ATPase. Glukosa dan Galaktosa yang telah terkonsentrasi pada sel intestinal akan menembus barrier sel epitel dan menuju pembuluh darah melalui glucose transporter 2 (GLUT 2) dalam vilus usus. Namun selain menggunakan transport aktif seperti diatas, penelitian menunjukan bahwa sejumlah glukosa dapat terserap usus melalui celah-celah antar sel.10

(22)

8

Gambar 2.5. Absorpsi Karbohidrat. (3) Monosakarida Glukosa dan Galaktosa diabsorpsi menuju sel epitelial oleh pompa Na+ dan transport aktif sekunder energy dependent (via symporter SGLT) yang terletak di membran luminal. (4) Fruktosa masuk diabsorpsi melalui GLUT 5 melalui proses difusi pasif terfasilitasi. (5) Semua molekul monosakarida (Glukosa, Galaktosa, dan Fruktosa) keluar dari sel epitelial menuju pembuluh darah melalui GLUT-2. (6) Monosakarida menembuh pembuluh darah dengan proses simple difuse.10\

2.3 Hormon Pankreas dan Homeostatis Glukosa

(23)

menstimulasi deposit glukosa, kemampuan dari glukosa untuk menembus jaringan tanpa adanya hormon insulin. Disebut juga sensitivitas glukosa atau keefektifan glukosa.11

2.4 Indeks Glikemik dan Beban Glikemik 2.4.1 Indeks Glikemik (IG)

Indeks Glikemik merupakan angka dalam persen yang menggambarkan kemampuan suatu makanan untuk meningkatkan kadar glukosa darah.8 Sedangkan menurut peneliti dr.Brand-Miller, indeks glikemik bertujuan untuk mengurutkan jenis makanan yang mengandung karbohidrat berdasarkan area yang didapat dibawah kurva glukosa darah.6

Konsep dari indeks glikemik pertama kali dikenalkan oleh Jenkins et al. pada tahun 1981. Indeks glikemik didapatkan dengan menghitung luas area dibawah kurva glukosa darah suatu makanam dari sebelum hingga 2 jam setelah makan dan dilakukan perbandingan terhadap makanan standar. Gambaran luas area dibawah kurva glukosa darah di ilustrasikan pada Gambar 2.6. 12

Gambar 2.6 . Peningkatan dibawah kurva glukosa darah merupakan jumlah area A, B, C, D, E, F. Area dibawah garis dasar yang bernilai negatif tidak diperhitungkan1213

(24)

10

2.4.2 Beban Glikemik (BG)

Beban glikemik merupakan sebuah perangkat yang lebih akurat untuk melakukan penilaian terhadap asupan karbohidrat. Beban glikemik lebih memberikan gambaran respon suatu makanan dibandingkan indeks glikemik karena mencakup jumlah karbohidrat yang disajikan pada tiap porsinya. 14

Melihat dari definisinya, indeks glikemik lebih membandingkan kualitas karbohidrat pada suatu jenis makanan bukan kuantitasnya. Pada tahun 1997, konsep BG mulai diperkenalkan oleh salah seorang peneliti dari University of Harvard untuk mengukur glycemic effect dari satu porsi makanan. Semakin tinggi nilai beban glikemik maka akan semakin tinggi ekspektasi peningkatan kadar gula darah dan efek insulinogenik dari makanan.15

Untk menghitung nilai beban glikemik (BG), nilai indeks glikemik harus ditentukan terlebih dahulu. Setelah itu, nilai IG dikalikan dengan jumlah karbohidrat yang terdapat dalam satu porsi makanan dan dibagi dengan angka 100.

2.5 Klasifikasi Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Pangan dan Fisiologis Tubuh

2.5.1 Indeks Glikemik

Berdasarkan nilainya, indeks glikemik dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu IG tinggi, sedang dan rendah

Tabel 2.1Kategori indeks glikemik pangan 15

Kategori Rentang Indeks Glikemik

IG Tinggi ≥70

IG Sedang 56-69

(25)

Setiap makanan dengan indeks glikemik yang berbeda akan menimbulkan respon yang berbeda pada tubuh konsumen. Makanan dengan indeks glikemik rendah dipercaya berdampak positif terhadap kadar glukosa darah. Makanan dengan kadar indeks glikemik rendah dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mempengaruhi kadar lipid darah pada tubuh terutama pada subjek pasien gangguan jantung. Hasil laboratorium juga menunjukan bahwa makanan indeks glikemik rendah berperan utama dalam kontrol berat badan.[11][5] Pada orang yang menderita obesitas cenderung disertai dengan nafsu makan yang tinggi, sama sekali tidak tergantung berapa besar nailai IG pangan yang mereka konsumsi. Pemberian pangan IG rendah secara bertahap pada pagi hari akan menekan nafsu makan pada siang hari sehingga intake akan menurun dan mengurangi kegemukan.16

Berkebalikan dengan makanan ber IG rendah, makanan ber IG tinggi akan menimbulkan peningkatan dan penurunan glukosa darah dan peningkatan insulin yang jauh lebih hebat dibandingkan makanan ber IG rendah. Insulin yang banyak keluar sebagai respon tubuh akibat kadar glukosa yang tinggi akan mengakibatkan penurunan glukosa darah dan asam lemak. Rendahnya kadar kedua molekul tersebut akan memicu pusat nafsu makan yang akan memicu rasa lapar.15 Hal ini menunjukan bahwa IG pangan juga memainkan peran penting dalam nafsu makan.16. Pada penderita diabetes melitus kadar glukosa darah yang tinggi tidak dapat tertoleransi dengan insulin karena terjadi insufisiensi.

(26)

12

Pada makanan berindeks glikemik tinggi, semua berlangung lebih cepat dari seharusnya baik laju pengosongan lambung, pencernaan molekul karbohidrat, maupun penyerapan glukosa. Oleh karenanya kadar glukosa darah akibat makanan berindeks glikemik tinggi cenderung fluktuatif.5,13 Gambar 2.7

Gambar 2.7 Hipotesis efek pengkonsumsian pangan dengan (A) indeks glikemik rendah dan (B) indeks glikemik tinggi pada sistem gastrointestinal dan juga kurva glukosa darah postprandial5,13

Secara umum pola hidup dan makanan yang kaya akan karbohidrat harus menjadi pertimbangan terutama bagi penderita DM. Pada orang-orang yang berisiko, konsumsi makanan dengan IG tinggi akan menghasilkan resistensi insulin yang lebih tinggi dibandingkan dengan makanan dengan IG rendah. Pengonsumsian makanan dengan karbohidrat yang rendah merupakan opsi yang terbaik. Pada penderita Diabetes Melitus yang konsisten melakukan diet makanan IG rendah, hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi perbaikan kadar HbA1c pada penderita seperti efek yang dihasilkan dari obat hipoglikemik oral. Dengan demikian dapat disimpulkan pemberian makanan dengan IG rendah dapat memperbaiki metabolisme penderita diabetes melitus6

2.5.2 Beban Glikemik

(27)

Tabel 2.2Kategori Beban Glikemik berdasarkan rentang nilainya.14

Beban Glikemik

Tinggi >20

Sedang 11-19

Rendah <=10

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik dan Beban Glikemik

Bahan makanan dengan jenis dan kulitas yang sama tidak selamanya memiliki kadar indeks glikemik yang sama pula.Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain:

 Rasio amilosa-amilopektin17

 Daya cerna pati

 Kadar protein dan lemak18,19

 Cara pengolahan (tingkat gelatinisasi dan ukuran partikel)20

Kandungan amilosa pada suatu jenis bahan pangan terutama olahan dapat menjelaskan banyak tentang perbedaan IG. Amilosa di dalam pangan akan mengalami proses pencernaan yang lebih lambat dibandingkan molekul amilopektin.Oleh karenanya untuk makanan, tidak bisa hanya melihat dari proses pengolahan dan ukuran nya.17

Kadar protein dan lemak yang tinggi dalam makanan dapat menghambat pengosongan lambung sehingga penyerapan duodenum akan membutuhkan waktu yang lebih lama.18,19

(28)

14

perbedaan waktu penelitian, dan perbedaan kadar makanan yang diuji (50g dari total karbohidrat yang tersedia).8

Kadar nilai BG akan banyak berpengaruh jika terdapat perbedaan mencolok baik dari nilai indeks glikemik yang ada ataupun jumlah karbohidrat yang terdapat dalam satu porsi makanan. BG akan lebih spesifik melihat feedback dari sebuah makanan dengan tambahan perhitungan terhadap beberapa komponen makanan yang sebelumnya di abaikan.21

2.7 Ketoprak

Ketoprak adalah makanan tradisional khas Indonesia yang sering dijumpai di masyarakat. Ketoprak merupakan makanan lengkap yang dibuat dari beberapa bahan penyusunnya, yaitu:

 Ketupat / lontong

Ketupat atau lontong merupakan olahan beras yang dibungkus daun kelapa (janur) atau daun pisang, kemudian direbus dalam waktu lama hingga matang.. Karena berasal dari beras, maka makanan ini mengandung banyak karbohidrat yang akan menjadi sumber potensial untuk energi. Bahan makanan inilah yang akan paling potensial untuk mempengaruhi indeks glikemik ketoprak

 Tahu

Tahu adalah hasil pengolahan ekstrak kedelai yang telah mengalami proses penggumpalan protein oleh asam, garam kalsium, atau bahan penggumpal lainya. Tahu memiliki kandungan air yang cukup tinggi dan protein yang cukup jika dibandingkan dengan jumlah airnya. Kandungan gizi tahu terdiri dari kadar protein 8-12%, sedangkan mutu proteinnya dinyatakan oleh Net protein utilization (NPU), salah satu indeks mutu protein sebesar 65% dengan daya cerna yang sangat tinggi yaitu 95%. 22

 Tauge

(29)

dibentuk kecambah atau tumbuhan kecil yang tumbuh yang disebu tauge. Tauge memiliki banyak kandungan yang bermanfaat antara lain berbagai macam jenis vitamin seperti Vit.C, thiamin, riboflavin; berbagai macam mineral seperti kalsium (Ca), Besi (Fe) dan magnesium (Mg). Asam amino esensial juga ditemukan antara lain seperti triptofan, treonin, dan fenilalanin. Selain itu, tauge juga mengandung zat-zat yang berfungsi sebagai antioksidan tubuh yaitu vitamin E dan fitosterol.23

Bahan penyusun diatas dilengkapi dengan bumbu kacang (gula merah, cabai, kacang tanah, air, garam, bawang putih), timun, kerupuk, kecap, bawang goreng, dan air

Dalam proses penyajiannya ketoprak merupakan salah satu jenis makanan yang menggunakan kombinasi campuran sayuran yang masih mentah dan bahan makanan matang. Sehingga penyajiannya apabila tidak higienis, maka tidak menutup kemungkinan pula untuk terjadinya kontaminasi bakteri.24

2.8 Lontong/Ketupat Sayur

Ketupat sayur atau lontong sayur merupakan makanan yang tidak sulit ditemukan di Indonesia, termasuk di Ibukota Jakarta. Berbagai macam versi dari ketupat sayur ada di Indonesia mulai dari lontong sayur betawi, lontong sayur banjar, lontong sayur padang, dan seterusnya. Namun lontong sayur yang biasa masyarakat konsumsi dan kenali adalah lontong sayur betawi. 25

Sesuai dengan nama makanannya, lontong sayur terdiri dari ketupat dan sayuran (pepaya muda, kacang panjang, labu siam) yang diiris kecil-kecil. Semua bahan makanan tersebut di lengkapi oleh bumbu yang memiliki kombinasi berbeda-beda dari setiap penjual yang umumnya terbuat dari santan dan bumbu-bumbu seperti serai, lengkuas, daun salam, cabai, bawang merah, bawang putih, dan juga terasi goreng. 25

(30)

16

(31)

2.2 Kerangka Teori

(32)

18

2.3 Kerangka Konsep

v

(33)

2.4 Definisi Operasional

No

Variabel Definisi Cara ukur Instrumen Skala Ukur

Timbangan Numerik Nilai Indeks

Timbangan Numerik Nilai Beban

(34)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui nilai kadar indeks glikemik dan beban glikemik pada ketoprak dan lontong sayur

3.2 Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2015 (pada pagi hari sebelum pukul (10.00).18 Tempat yang digunakan adalah lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta dan beberapa area disekitarnya.

3.3 Alat dan Bahan 3.31 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini berupa sarung tangan, jarum, lanset, glukometer, strip glukosa darah, dan kapas alcohol

3.32 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel darah roti tawar putih kupas polos (makanan kontrol), ketoprak (makanan uji 1), dan lontong sayur (makanan uji 2)

(35)

Makanan uji dan makanan standar mengalami proses penakaran terlebih dahulu sebelum layak untuk menjadi penelitian. Setiap makanan dihitung kandungan karbohidrat yang terkandung di dalam setiap pangan penyusunnya sehingga total takaran saji dari makanan tersebut setara dengan 50g karbohidrat berdasarkan refrensi Daftar Analisis Bahan Makanan FK UI dan aplikasi Nutrisurvey.18 Makanan uji di selingi dengan air sebanyak 250 ml.18

Dalam proses penakaran jumlah karbohidrat, terdapat beberapa poin yang tidak menjadi perhitungan pada penelitian ini antara lain:

4. Sejumlah karbohidrat yang tidak diserap atau sukar dicerna dalam tubuh manusia. Contoh : Selulosa

5. Beberapa asam organik. Contoh : Asam Sitrat27

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi

 Responden sehat jasmani dan rohani, berusia sekitar 17-24 tahun

 Responden memiliki IMT normal

 Responden tidak memiliki penyakit intoleransi glukosa atau resistensi insulin yang dibuktikan dengan pengecekan GDP sebelum dilakukannya penelitian

 Responden tidak memiliki riwayat gastritis dan kelainan lambung lainnya

 Responden bersedia mengikuti penelitian dari awal hingga berakhir  Kriteria Eksklusi

 Responden sedang mengandung atau menyusui

 Responden tidak dapat melanjutkan penelitian karena sakit atau alasan lainnya

3.5 Besar Sampel Penelitian

(36)

22

(37)

3.6 Alur Penelitian

Pemilihan 10 responden dari populasi PSPD UIN sesuai kriteria

Responden berpuasa terlebih dahulu minimal 8 jam

Pengukuran BB, TB, IMT dan GDP sebelum diberikannya sampel dengan finger prick test tiap 0,

15, 30, 45, 60, 90, 120 menit

Masukan kadar gula yang didapat pada kurva sumbu waktu dan glukosa

darah

Luas kurva kadar glukosa darah makanan uji 1

Membandingkan luas area dibawah kurva antara makanan uji 1 dan makanan uji 2

terhadap makanan standar

Nilai Kadar Indeks Glikemik

(38)

24

3.7 Cara penelitian

1. Dari populasi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diambil 10 responden dengan teknik random sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi

2. Dilakukan penyaringan awal dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan gula darah untuk menyingkirkan kriteria eksklusi

3. Responden diberitahukan untuk melakukan puasa seminimimal minimalnya adalah selam 8 jam sebelum melakukan penelitian

4. Pemeriksaan pertama dilakukan dengan pemberian makanan standar 5. Responden mengonsumsi makanan standar berupa roti tawar polos dalam

waktu kurang dari 10 menit

6. Dilakukan pengambilan darah kapiler dari ujung-ujung jari tangan setelah makanan habis pada menit ke 0, 15, 30, 45, 90, dan 120

7. Pencatatan kadar glukosa darah yang tercantum pada alat tiap kali pemeriksaan

8. Hasil pencatatan dimasukan kedalam kurva kadar gula

9. Dilakuka pemeriksaan selanjutnya berselang 5-7 hari menggunakan makanan uji kedua dan lalu makanan uji ketiga

10. Mengulang kembali prosedur poin (3) sampai poin (8) setiap dilakukannya pemeriksaan makanan uji

11. Hitung luas area dibawah kurva gula darah

12. Membandingkan luas area dibawah kurva kadar gula pada makanan standar maupun makanan uji 1 dan 2

3.8 Analisis data

(39)

semua bangun trapezium dalam kurva kenaikan gula darah yang pada akhirnya dijumlahkan. Rumus luas trapezium adalah:

� = Jumlah sisi−sisi sejajar

2 x tinggi

Setelah mendapatkan luas area yang berada dibawah kruva dibandingkan dengan nilai luas kurva yang ada pada makanan standari. Sehingga terbentukan nilai persenan dari indeks glikemik yang ingin dicari. Rumus indeks glikemik tersebut adalah:

� � � =

Luas area di bawah kurva glukosa darah terhadap makanan uji setelah 2 jam Luas area di bawah kurva glukosa darah terhadap makanan standar setelah 2 jam

x 100%

Langkah selanjutnya adalah mentakar jumlah karbohidrat dalam satu porsi. Lalu dengan nilai indeks glikemik yang didapatkan pada rumus sebelumnya, mamasukan nilai yang ada kedalam rumus Glykemik Load.

� � � � =Nilai Indeks Glikemik Makanan

100 x Jumlah Karbohidrat dalam 1 porsi

(40)

26 BAB IV PEMBAHASAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti melakukan proses pengolahan data dan analisis terhadap hasil yang didapatkan. Pembahasan meliputi karakteristik responden, makanan standar dan makanan uji, indeks glikemik, dan beban glikemik.

4.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian gizi ini berjumlah 10 orang, terdiri dari empat orang perempuan dan enam orang laki-laki. Semua diambil dari populasi PSPD dari angkatan 2012-2014. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Range Rata-rata Standar

Deviasi

Umur 18-22 19.30 ±1.41

Tinggi Badan 154.0-175.0 165.6 ±6.86

IMT 18.7-22.8 20.49 ±1.46

Berat Badan 48.0-65.0 56.25 ±5.14

GDP 73-100 87.50 ±9.98

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata usia responden yang digunakan adalah 19.3 dan IMT secara keseluruhan responden adalah normal menurut kriteria Asia-Pasifik. Gula darah puasa juga menunjukan nilai normal sehingga tidak ada gangguan pada proses penyerapan glukosa yang dapat mengurangi validitas hasil penelitian.

4.2 Komposisi Ketoprak dan Lontong Sayur

(41)

Lontong Sayur. Kedua jenis makanan ini dipilih karena perbedaan komposisi yang dikandungnya, dan cara penyajiannya yang kemungkinan besar akan mempengaruhi nilai indeks glikemik dan beban glikemik.

Makanan standar yang digunakan adalah makanan siap saji, dan sudah memiliki data analisis gizinya sehingga peneliti tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut untuk penyajiannya. Namun pada kedua makanan uji ketoprak dan lontong sayur, semua bahan-bahan yang diujikan merupakan bahan mentah dan tidak siap saji. Peneliti tidak melakukan proses pengolahan sendiri namun melakukan beberapa intervensi kepada penjual dalam hal komposisi, takaran dan penyajian agar memenuhi untuk dilakukan penelitian. Komposisi zat gizi pada makanan standar dan makanan uji dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kandungan gizi makanan standar dan makan uji / porsi

(42)

28

4.3 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan, dari pengambilan glukosa darah setiap 15 menit pada 1 jam pertama dilanjutkan setiap 30 menit pada jam ke dua setelah responden diberikan makanan standar ataupun makanan uji. Rerata hasil respon glukosa darah responden terhadap pemberian roti tawar putih, ketoprak, dan lontong sayur dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Rerata Kadar Glukosa Darah (mg/dL)

Bahan

(43)

mencapai puncaknya pada menit ke-45, walaupun hanya berbeda sedikit dengan kadar gula darah pada menit ke-30. Hampir sama dengan makanan standar, terjadi penurunan kadar gula darah pada menit ke-60,ke-90, dan ke-120. Pada makanan uji yang kedua yaitu Lontong Sayur puncak kenaikan kadar gula darah tidak jauh berbeda. Puncak terjadi pada menit le-45 dan selanjutnya akan meurun secara progresif pada menit ke-60, menit ke-90, dan menit ke-120. Dapat disimpulkan dari ketiga makanan yang diberikan pada responden, ketiganya memiliki puncak kadar glukosa darah pada menit yang sama, Namun, walaupun demikian kadar glukosa darah yang didapat tidaklah sama,puncak tertinggi terdapat pada makanan lontong sayur dan hal ini dipengaruhi oleh cara penyajian makanan, bahan komponen penyusun makanan dan aktifitas responden sebelum dilakukannya pengambilan. Berikut merupakan kurva rerata kadar glukosa darah dari responden pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Perbandingan Kurva Kadar Glukosa Darah pada makanan standar (Roti Tawar) dan Makanan Uji (Ketoprak dan Lontong Sayur)

Berdasarkan hasil respon glukosa dapat dikatakan bahwa hasil uji dari ketiga makanan hampir sama. Berikut adalah tabel yang menunjukan presentase kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah Tabel 4.5.

(44)

30

Tabel 4.5 Presentase Kenaikan Kadar Glukosa Darah

No Makanan Uji

N Presentase kenaikan Kadar Glukosa Darah Pada menit ke-

15' 30' 45' 60' 90' 120'

1 Roti Tawar

Putih 21.53 20.52 11.71 -4.53 -12.22 -11.62 2 Ketoprak 10 19.17 22.26 2.75 -12.73 -8.70 -11.21 3 Lontong

Sayur 20.36 16.11 7.66 -11.46 -14.88 -9.92

Jika dilihat pada tabel diatas, tidak banyak perbedaan yang mencolok pada kenaikan gula darah tiap-tiap makanan. Namun dapat dilihat bahwa pada kurva lontong sayur menujukan penurunan yang hampir paling mendekat kadar glukosa darah puasa diawal dibandingkan kedua makanan lainnya. Sehingga kemungkinan besar konsumsi makanan ini akan lebih cepat untuk merasa lapar kembali dibandingkan kedua makanan lainnya.

4.4 Indeks Glikemik

(45)

Tabel 4.6 Nilai Beban Glikemik

Dari tabel di atas maka dapat dilihat bahwa tidak banyak perbedaan yang signifikan terlihat dari ketiga jenis makanan yang diberikan pada responden. Indeks glikemik tertinggi dimiliki oleh lontong sayur diikuti dengan ketoprak. Kedua makanan ini hanya sedikit memiliki perbedaan IG dan keduanya sama-sama dapat dikategorikan sebagai makanan dengan IG yang tinggi (>70).

Persamaan dari ketiga jenis makanan yang diberikan pada responden penelitian ini adalah bahwa pada tiap-tiap makanan memiliki jenis molekul karbohidrat dominan yang hampir sama yaitu pati pada komponen beras yang akan mengalami proses pengolahan menjadi lontong, memiliki serat yang terkandung dalam sayur di bahan penyusunnya (tauge dan labu siam), dan bahan penyusun lainnya yang menyerupai. Namun demikian, dari hasil pengambilan data lontong sayur menempati nilai IG tertinggi dibandingkan makanan lainnya dengan perbedaan yang cukup sedikit. Hal ini disebabkan oleh proses penyajian makanan yang cendrung panas, karena santan yang dikandungnya akan basi bila suhu penyimpanan cendrung rendah. Suhu makanan uji yang tinggi berpengaruh akan laju penyerapan konsentrasi glukosa yang ada didalam makanan.28

(46)

32

pemasakan (dengan kompor, oven, electric cooker, dll) juga akan meningkatkan laju hidrolisis makanan beras dengan gelatinisasi sempurna. Dimana Holm and Others (1998) melakukan penelitian makanan bahwa makanan dengan gelatinizasi yang tidak sempurna akan lebih lama meningkatkan kadar glukosa darah pada tikus dibandingkan sampel dengan geltinisasi yang sempurna.29

Dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan IG yang signifikan diantara makanan uji ketoprak dan lontong sayur.

4.5 Beban Glikemik

Perhitungan nilai BG dilakukan setelah nilai IG masing-masing makanan didapatkan. Dimasukan kedalam rumus beban glikemik dan didapatkan hasil BG pada tiap makanan. Setelah melihat nilai BG dan mengkaji hasil yang didapat, dilakukan uji statistic dengan program SPSS yaitu uji Paired T-Test. Hasilnya tertera pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Nilai Beban Glikemik

Makanan BG

Ketoprak 66,71 ±5,70 Tinggi

Roti tawar putih 17 ± 0,00 Tinggi

0,000 Lontong Sayur 51,23 ± 4,58 Tinggi

Ketoprak 66,71 ±5,70 Tinggi

0.000 Lontong Sayur 51,23 ± 4,58 Tinggi

Dapat dilihat pada tabel nilai BG terdapat perbedaan yang signifikan dikedua makanan uji. Nilai ketoprak lebih tinggi dibandingkan makanan uji kedua lontong sayur. Terdapat perbedaan dengan hasil yang didapat pada perhitungan IG,

(47)

sayur maka ketoprak lebih tidak disarankan untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus dan gangguan toleransi glukosa lainnya. Lontong sayur memiliki IG yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan ketoprak , namun BG lebih rendah dibandingkan ketoprak. Sedangkan ketoprak memiliki IG lebih rendah namun BG jauh lebih tinggi dibandingkan lontong sayur. Maka dapat ditarik kesimpulan, walaupun keduanya tergolong makanan dengan IG dan BG yang tinggi namun lebih dianjurkan memakan lontong sayur dengan tidak melebihi porsi yang telah ditentukan dan penyajian normalnya.Bisa juga dilakukan alternatif dengan mengurangi takaran karbohidrat dominan pada menu tersebut seperti lontong agar glycemic response yang ditimbulkan lebih rendah.

4.6 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan kali ini tidak luput adanya keterbatasan yang dijumpai oleh peneliti dalam proses pelaksanannya. Pada penelitian ini proses penyajian makanan tidak dilakukan oleh peneliti secara langsung, tetapi peneliti hanya melakukan proses penakaran berdasarkan data gizi yang telah didapatkan serta dihitung. Penelitian ini juga hanya mengambil data kadar gula darah satu kali untuk menghitung nilai indeks glikemik. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang peneliti miliki, sedangkan menurut refrensi untuk mendapatkan hasil yang akurat minimal pengambilan kadar gula darah makanan diambil sebanyak dua kali. Selain itu, aktifitas responden malam sebelum dilakukan penelitian sulit untuk mendapatkan intervensi dan pemantauan demi menghilangkan ketidak sesuaian hasil nantinya.

(48)

34 BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil indeks glikemik(IG) kedua makanan komplek ketoprak dan lontong sayur tergolong dalam klasifikasi makanan dengan indeks glikemik tinggi 2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa beban glikemik(BG) kedua

makanan ketoprak dan lontong sayur tergolong dalam klasifikasi makanan dengan beban glikemik tinggi

3. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai IG ketoprak dengan IG lontong sayur

4. Terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai BG ketoprak dengan BG lontong sayur, dengan nilai ketoprak lebih tinggi.

5. Ketoprak dan lontong sayur tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita DM ataupun gangguan toleransi glukosa lainnya jika tidak mengalami proses modifikasi

5.2 Saran

1. Sebaiknya pemeriksaan setiap makanan dilakukan dua kali pada tiap-tiap responden untuk meningkatkan keakuratan dalam pencapaian hasil indeks glikemik dan beban glikemik pada sebuah makanan

2. Perlu diberikan penjelasan secara mendetail tetang persiapan yang harus dan tidak harus dilakukan sebelum dilakukan pengambilan data sehingga data dapat valid dan akurat

3. Dikembangkannya penelitian sejenis ini pada makanan sejenis lainnya, untuk membantu program diet dan pemilihan bahan makanan bagi masyarakat luas

(49)

Lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan lain yang memiliki IG dan BG yang rendah

5. Badan Gizi nasional seharusnya memiliki database untuk analisis gizi pada seluruh makanan yang ada di Indonesia guna mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian seputar efek pada tubuh

(50)

36

DAFTAR PUSTAKA

1. Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi diabetes mellitus. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2006. h.1857-9

2. Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013.Jakarta: Kementerian Kesehatan. 2013.

3. Bhupathiraju N Shilpa, Tobias K Deirdre, Malik Vasanti S, Pan An, et all. Glycemic index, glycemic load, and risk of type 2 diabetes: results from 3 large US cohorts and an updated meta-analysis1–3. Am J Clin Nutr. 2014

4. Mengenal indeks glikemik beras untuk Diabetes. IndoDiabetes[Internet].. 25th November 2012 [Diakses 10 October 2014]. Tersedia pada: Medscape[Internet].[diupdate pada 06/11/2000; diakses pada 15 October 2014]. Tersedia pada :http://www.medscape.org/viewarticle/419090_print

7. Liu Simin, Willet Wilter C, Stampfer Meir J, Hu Frank B, et all. A prospective study of dietary glycemic load, carbohydrate intake, and risk of coronary heart disease in US women. Am J Clin Nutr 2000;71:1455–61.

8. Jenkins DJ, Wolever TM, Taylor RH, Barker H, Fielden H, Baldwin JM, Bowling AC, Newman HC, Jenkins AL, Goff DV. Glycemic index of foods: a physiological basis for carbohydrate exchange. Am J Clin Nutr 1981;34:362–6. 9. Tortora Gerrard J, Derrickson Bryan. Principle of Anatomy & Physiology 13th edition. United States Of America: John Wiley and Sons Inc. 2012.

10. Sherwood Laurale. Human Physiology From Cells to Systems 7th edition. Brooks/Cole: Yoloanda Cossio,Publisher. 2010

11. Kahn CR. BantingLecture. Insulin action, diabetogenes, and the cause of type II diabetes. Diabetes 1994. Aug;43(8):1066-1084

12. Ragnhild Arvidsson-Lenner, Nils-Georg Asp, Mette Axelsen, Susanne Bryngelsson, Eliina Haapa, Anette Jarvi, Brita Karlstrom, Anne Raben, Annica Sohlstrom, Inga Thorsdottir, and Bengt Vessby. Glycaemic Index. Scandinavian Journal of Nutrition 2004 :48 (2) : 84-94

(51)

14. Glycemic Index and Glycemic Load. University of Winconsin Integrative Medicine (School Of Medicine and Publice Health) . July 2008

15. Foster-Powell Kaye , Holt Susanna HA, and Brand-Miller Janette C. International table of glycemic index and glycemic load values. Am J Clin Nutr 2002;76:5–56.

16. Siagian Albian, Rimbawan, Syarief Hidayat, Dalimunthe Darwin. Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara Pemberian Pangan Terhadap Nafsu Makan Pada Subyek Obes dan Normal. Universitas Sumatra Utara.2010;101-112 17. Sundari DF, Siagian Albiner, Jumirah. Pengukuran Nilai Indeks Glikemik Cookies Tepung Talas Belitung. FKM USU 2014;1(4)

18. Brouns F, Bjork I, Frayn K.N, Gibbs A.L, Lang V, Slama G, Wolever T.M.S. Glycemic Index methodology. Nutrition Research Reviews.2005.18, 145–171 19. Wolever Thomas MS, Jenkins David JA, Jenkins Alexandra A, and Josse Robert G. The Glycemic Index : methodology and clinical implications. Am J Clin Nutr.1991

20. Brown A. Understanding Food Principles and Preparation 4th edition. USA: 2011

21. Estimated Glycemic LoadTM . SelfNutritionData[Internet].. [Diakses pada 30 Juni 2015]. Tersedia pada : http://nutritiondata.self.com/help/estimated-glycemic-load.

22. Perangin. Universitas Sumatra Utara[Internet]. 2013 [Diakses pada 2 Maret

2015]. Tersedia pada

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37252/3/Chapter%20II.pdf

23. Maulana Aditya Iqbal. Pengaruh Ekstrak Tauge (Phaseolus radiatus) Terhadap kerusakan sel ginjal mencit (Mus musculus) yang diinduksi paracetamol. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2010 24. Susanna Dewi, Hartono Budi. Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak dan Gado-Gado di Lingkungan Kampus UI Depok, Melalui Pemeriksaan Bakteriologis. Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Juni 2003.

25. Surono Agus. Ketupat Sayur, Kelezatan Warisan Betawi. Intisari Online [Internet]. 05 Februari 2014[Diakses pada 01 Maret 2015]. Tersedia pada http://www.intisari-online.com/read/ketupat-sayur-kelezatan-warisan-betawi

(52)

38

27. Nio, Oey Kam. Daftar Analisis Bahan Makanan. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.1992.

28. Arlita Malyan Afri, Waluyo Sri, Warji. Pengaruh Suhu Terhadap Penyerapan Larutan Gula Pada Bengkuang(Pachyrrhizus erosus). Jurnal Teknik Pertanian Lampung-Vol.2. 15 Agustus 2013; 1:85-94.

(53)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Surat Persetujuan Responden SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

Perbandingan antara Indeks dan Beban Glikemik

Ketoprak dan Lontong Sayur

Saat ini saya Ega Gumilang Sugiarto mahasiswa PSPD UIN Jakarta angkatan 2012 sedang melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Antara Indeks dan Beban Glikemik Ketoprak dan Lontong Sayur. Pada penelitian ini saya akan melakukan intervensi sebanyak 3x sejumlah dengan satu makanan standard dan dua makanan uji. Pertama-tama responden akan berpuasa minimal 10 jam – 14 jam sebelum penelitian. Setelah itu akan diberikan makanan dan akan diukur kadar gula darahnya menggunakan darah kapiler secara berkala selama 2 jam. Setelah membaca penjelasan diatas, bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur : tahun

Alamat :

TB : BB :

Dengan sukarela diikutsertakan dalam penelitian ini. Segala hal yang menyangkut kerahasiaan tentang partisipan akan terjaga dengan baik oleh peneliti.

Ciputat, ... 2015

Mengetahui,

Yang membuat penyataan Peneliti

(54)

40

Lampiran 2 Lembar Status Kesehatan Responden LEMBAR ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

Perbandingan antara Indeks dan Beban Glikemik Ketoprak dan Lontong Sayur

Nama :

Usia :

BB :

TB :

IMT :

Tanda Vital : -> Tekanan Darah :

- > Frekuensi Nafas :

- > Frekuensi Nadi :

-> Suhu Tubuh :

GDP :

Riwayat Penyakit :

 Apakah anda menderita Diabetes Melitus? (ya/tidak)

 Apakah dalam keluarga anda ada yang mempunyai ataupun ada riwayat DM?

(ya / tidak)

 Apakah anda pernah memiliki luka yang tidak kunjung berhenti/sembuh? (ya / tidak)

(55)

Lampiran 3 Hasil Pemeriksaan Tanda Vital Responden Tabel Lampiran 3. Hasil pemeriksaan tanda vital responden

(56)

42

Lampiran 4 Acuan Kriteria Status Gizi

Sumber tabel : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV.2006

Untuk memenuhi kriteria inklusi dari prosedur penelitian indeks glikemik adalah dengan menggunakan responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index / BMI) yang normal. kriteria indeks massa tubuh yang normal sudah tertera pada tabel diatas. Rumus Indeks Massa tubuh yang digunakan adalah:

� ℎ= � ( �)

(57)

Lampiran 5 Perhitungan Makanan Uji

Makanan yang memenuhi standar penelitian indeks glikemik adalah makanan dengan kandungan karbohidrat sebanyak 50g. Dengan berpacu pada kadar karbohidrat maka pengukuran makanan uji dapat dilakukan dengan menggunakan rumus perbandingan. Berdasarkan perhitungan akumulasi dari bahan-bahan penyusun pada makanan uji yang ingin diteliti maka harus dilakukan beberapa perhitungan dan intervensi sebagai berikut:

Tabel Lampiran 5.2 Hasil perhitungan dan penakaran makanan uji Lontong Sayur

No Bahan Penyusun Kandungan Karbohidrat (g) Berat Mentah/1 porsi (g) Berat / 1 porsi (g)

1 Lontong (beras) 26.8 34.0 156

(santen + gula putih + air)

Tabel Lampiran 5.1 Hasil perhitungan dan penakaran makanan uji Ketoprak

(58)

44

Lampiran 6 Perhitungan Luas Area Dibawah Kurva

Luas Area dibawah kurva kadar glukosa darah ditentukan dengan rumus trapezium.

Diambil data dari salah satu responden (MRS)

Kurva kadar glukosa makanan standard (roti tawar putih)

(59)

Lampiran 6 (lanjutan)

a. Perhitungan luas bangun trapezium dibawah kurva pada roti tawar :

 Luas Bangun A : 68+90

b. Perhitungan luas trapezium dibawah kurva pada ketoprak :

 Luas Bangun A : 99+114

c. Perhitungan Indeks Glikemik

� � � = �

� � 100

� � � = 13147.5

14302.5 100

� � � = 91.9

d. Perhitungan Beban Glikemik

� � � = � � � � ℎ ℎ� �

100

� � � � = 91.9 � 67.1

(60)

46

Lampiran 7 Hasil data uji Statistik a. Uji normalitas Usia, IMT dan GDP

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

IMT 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

(61)

Lampiran 7 (Lanjutan) Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Umur .220 10 .185 .865 10 .087

IMT .179 10 .200* .922 10 .374

GDP .154 10 .200* .916 10 .328

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Normalitas Hasil IG

Tests of Normalitya

Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IndeksGlikemik_K1 .218 10 .195 .877 10 .121

IndeksGlikemik_L1 .189 10 .200* .968 10 .871

*. This is a lower bound of the true significance.

a. IndeksGlikemik_R1 is constant. It has been omitted.

(62)

48

Lampiran 7 (Lanjutan) c. Uji Normalitas Hasil BG

Tests of Normalitya

Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

GlikemikLoad_K1 .218 10 .195 .877 10 .121

GlikemikLoad_L1 .189 10 .200* .968 10 .871

*. This is a lower bound of the true significance.

a. GlikemikLoad_R1 is constant. It has been omitted.

(63)

Lampiran 7 (Lanjutan) d. Uji Paired T-Test (Indeks Glikemik)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 IndeksGlikemik_R1 & IndeksGlikemik_K1

10 . .

Pair 2 IndeksGlikemik_R1 & IndeksGlikemik_L1

10 . .

Pair 3 IndeksGlikemik_K1 & IndeksGlikemik_L1

(64)

50

Lampiran 7 (Lanjutan)

e. Uji Paired T-Test (Beban Glikemik)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 GlikemikLoad_R1 & GlikemikLoad_K1

10 . .

Pair 2 GlikemikLoad_R1 & GlikemikLoad_L1

10 . .

Pair 3 GlikemikLoad_K1 & GlikemikLoad_L1

(65)
(66)

52

Lampiran 9 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ega Gumilang Sugiarto

Tempat, tanggal, lahir : Jakarta, 26 Agustus 1994

Alamat : Komplek Masnaga, Jl.Bengkulu Blok F 549 Bekasi No. Telpon : +62 812 89 177 527

Email : egagumilangsugiarto@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SDN Jakasetia IV Bekasi(2000-2002) 2. SDIT AL-MARJAN, duta indah pondok

gede(2002-2006)

3. SMP PUTRA 1 JAKARTA (2006-2009) 4. SMAN 71 JAKARTA (2009-2012)

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Monosakarida Pentose dan Hexose…………………… 5
Tabel 2.1 Kategori indeks glikemik pangan berdasarkan rentangnya…….. 10
Gambar 2.1. Struktur monosakarida pentose dan hexoses9
Gambar 2.2. (A) Struktur dan bentuk molekul dari Glukosa, Fruktosa dan Sukrosa. Jika dibaca dari kiri ke kanan terjadi proses dehidrasi sintesis dari dua molekul monosakarida sehingga menghasilkan Sukrosa dan lepasnya molekul air
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terdapat hubungan antara IG dengan kadar IGF-1 pada penderita akne vulgaris. Tidak terdapat hubungan antara BG dengan kadar IGF-1 pada

Asupan karbohidrat dan beban glikemik makanan tidak terkait dengan kadar glukosa darah pada lansia di Posyandu Lansia Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.. Kata Kunci

Didapatkan 107 responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana memiliki IMT pada kategori overweight dominan sebanyak 27 responden (25,2%),

Uji tingkat kesukaan terhadap warna, aroma, tekstur, dan rasa pada roti yang disubstitusikan dengan tepung ampas kelapa memiliki nilai yang lebih rendah

Variabel independen yaitu usia, jenis kelamin, besar uang saku, aktivitas fi sik, pola konsumsi makanan, beban glikemik, tingkat konsumsi zat gizi (energi, karbohidrat, lemak

Pada variabel pola konsumsi bauh dan sayur, untuk bahan makanan jenis buah di SMA Negeri 1 Bontomarannu terdapat 134 responden (47%) yang sering mengonsumsi, terdapat

Kedua , dari 277 kata-kata yang memiliki padanan kata pada ketiga bahasa, setelah peneliti perbandingkan persamaan dan perbedaan antara ketiga bahasa, peneliti menemukan

Oleh karena itu berdasarkan hasil uji kimia untuk kadar karbohidrat, lemak, dan protein pada 5 (lima) jenis gula, yaitu gula siwalan Kristal (GI), gula siwalan