• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

PARDAMEAN LUBIS

057018019/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

PARDAMEAN LUBIS

057018019/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Nomor Pokok : 057018019

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec) Ketua

(Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Anggota

Ketua Program Studi,

(Dr. Murni Daulay, SE, M.Si)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, MEc Anggota : Kasyful Mahalli, SE, M.Si

: 1. Dr. Murni Daulay, M.Si

(5)

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Suku Bunga Dalam Negeri (IR) dan Pengaruh Pendapatan Nasional (NI) terhadap Permintaan Investasi di Indonesia, baik yang dilakukan Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanam Modal Asing (PMA).

Penelitian ini dilaksanakan di Indonesia dengan menggunakan data sekunder dengan runtun waktu 1985 – 2005, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia dan Bank Indonesia (BI). Model analisis data adalah model ekonometrika dengan metode persamaan Ordinary Least Square (OLS) dengan mempergunakan program eviews 4.1 sebagai pengolah data penelitian.

Berdasarkan hasil estimasi, bahwa Suku Bunga Dalam Negeri (IR) berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap permintaan investasi di Indonesia. Adapun Pendapatan Nasional (NI) berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap permintaan investasi di Indonesia.

(6)

The main purpose of this research is to know about and if the influence in domestic rate of interest (IR) and Influence National Income (NI) to demand investment in Indonesian, of good the thing which Domestic Investment (DI) interest of the fact Foreign Direct Investment (FDI).

This research is implementation in Indonesian made used of secondary data, which was annual report period 1985-2005, which collecting process was done by the Institution Center Statistic (BPS) Indonesian and Indonesian Bank (BI) involved in this research. Model used was econometric and it is analyzed by using with methods Ordinary Least Square (OLS), by way of used the program eviews 4.1.

The pursuant to result estimate, of this research showed that the variable In domestic Rate of Interest (IR) has influencing with owning negative and significant statistically to investment demand in Indonesian for a while variable National Income having and effect on positive and significant statistically to investment demand Indonesian.

(7)

Alahamdulillahi Rabbil’alamin, penulis haturkan kehadirat Allah SWT, serta

Sholawat dan Salam keharibaan Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.

Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia”.

Dalam menyelesaikan tesis ini penulis telah banyak menerima arahan dan

bimbingan di Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang yang tak

terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, SP.A(K), sebagai Rektor Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.,M.Sc, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan menjadi mahasiswa program

magister pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Murni Daulay, SE,MSi, sebagai Ketua Program Studi, Magister Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan Selaku Dosen Pembanding dalam

penulisan tesis ini, sampai dengan selesainya penyusunan tesis ini.

4. Dr. Sya’ad Afifuddin Sembiring, SE, M.Ec, sebagai Sekretaris Program Studi,

Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan Selaku Ketua

pada Komisi Pembimbing dalam Penyusunan tesis ini sampai dengan selesainya

penyusunan tesis ini.

5. Kasyful Mahalli, SE, M.Si, sebagai anggota pada Komisi Pembimbing dalam

Penulisan tesis sampai dengan selesainya penyusunan tesis ini.

6. Dr. Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, sebagai Dosen Pembanding dalam penulisan

(8)

Aslamiah Lubis mohon doa restu dan berkatnya, semoga Allah SWT menerima

segala amal dan ibadahnya. Amin dan hormat saya kepada mertua Sukamto dan

Sujinah, mohon do’a restu dan berkatnya.

9. Isteriku Dharmawati SN, SE, dan anak-anakku Widyasningrum dan Karina

Audina, semoga dalam lindungan dan pemeliharaan Allah SWT. Amin.

10.Seluruh Dosen, Staf Administrasi, Pegawai, rekan-rekan mahasiswa dan seluruh

alumni Pascasarjana (S2) Magister Ekonomi Pembangunan (MEP) Universitas

Sumatera Utara (USU) serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan berkat-Nya kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini dan Insya Allah dapat melanjutkan ke jenjang Doktor

Ilmu Ekonomi dan semoga Allah SWT membalas semua kebaikan-kebaikan yang

telah penulis terima dari semua pihak, dengan harapan semoga tesis ini dapat

bermanfaat adanya. Amin.

Medan, Pebruari 2008 Penulis

(9)

Nama : Pardamean Lubis

Tempat/Tgl. Lahir : Medan / 16 Maret 1968

Status : Kawin

Pekerjaan : Dosen Fakultas Ekonomi UTND

Agama : Islam

Orang Tua :

a. Ayah : Alm. H. Syahdan Lubis

b. Ibu : Almh. Hj. Saibatul Aslamiah Lubis

Pendidikan Formal :

a. SDN. 060812 Medan, Lulus Tahun 1981

b. SMPN 2 Medan, Lulus Tahun 1984

c. SMAN 2 Medan, Lulus Tahun 1987

d. S1 Ekonomi (SE) UMA, Lulus Tahun 1993

e. S2 Magister Ekonomi Pembangunan (MEP) USU, Lulus Tahun 2008

Pekerjaan :

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tjut Nyak Dhien (UTND)

(10)

ABSTRACT... ii

II.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Investasi ... 13

II.3. Perkembangan Investasi... 15

II.4. Teori Investasi dari Keynes... 16

II.5. Jenis-Jenis Investasi ... 18

II.6. Penelitian Sebelumnya ... 21

II.7. Kerangka Konseptual Penelitian ... 23

II.8. Hipotesis Penelitian... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

III.1. Ruang Lingkup Penelitian... 24

(11)

III.6. Uji Kesesuaian (The of Godness of Fit)... 27

III.7. Uji Asumsi Klasik ... 29

III.7.1. Uji Multi Kolinieritas... 29

III.7.2. Uji Autokorelasi ... 30

III.7.3. Uji Linieritas ... 30

III.7.4. Uji Normalitas... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 32

IV.1. Perkembangan Investasi di Indonesia ... 32

IV.2. Perkembangan Pendapatan Nasional ... 36

IV.3. Perkembangan Suku Bunga Dalam Negeri... 41

IV.4. Analisis dan Hasil Estimasi... 43

IV.4.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of fit)... 43

IV.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 54

V.1. Kesimpulan ... 54

V.2. Saran dan Implikasi Kebijakan ... 54

(12)

Nomor Judul Halaman

I. 1. Rencana Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang disetujui Pemerintah Menurut Sektor, Tahun 2001-2005 (Miliar

Rupiah)... 6

I. 2. Rencana Penanaman Modal Asing (PMA) yang disetujui Pemerintah Menurut Sektor, Tahun 2001-2005 (Juta US $)... 8

IV. 3. Perkembangan Investasi di Indonesia dari Tahun 1985 – 2005... 35

IV. 4. Total Investasi (INV) dan Pendapatan Nasional (NI) ... 39

IV. 5. Suku Bunga dalam Negeri (IR) dan Total Investasi (INV)... 41

IV. 6. Hasil Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia dengan Metode OLS... 44

IV. 7 Hasil Uji R (Koefisien Korelasi Parsial)... 50

IV. 8 Hasil Estimasi Uji Autokorelasi Dengan LM Test ... 51

(13)

Nomor Judul Halaman

II. 1. Kurva Permintaan Investasi ... 17

II. 2. Fungsi Investasi Otonom ... 18

II. 3. Fungsi Investasi Terimbas ... 19

II. 4. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan investasi di Indonesia ... 23

IV. 5. Total Investasi di Indonesia ... 36

IV. 6. Total Investasi dan Pendapatan Nasional (NI)... 40

IV. 7 Total Investasi dan Tingkat Suku Bunga Dalam Negeri... 43

IV. 8. Kurva Uji F- Statistik (Simultan)... 46

IV. 9. Kurva Uji t- Statistik IRD ... 48

IV. 10. Kurva Uji t- Statistik NI... 50

(14)

BI : Bank Indonesia

BKPM : Badan Koordinasi Penanaman Modal

GDP : Gross Domestic Product

GNP : Gross National Product

INV : Invesment = Gross Domestic Fixed Capital Formation

JIBOR : Jakarta Inter Bank Offered Rate

LIBOR : London Inter Bank Offered Rate

MEC : Marginal Efficiency of Capital

NI : National Income

NNP : Net National Product

PMA : Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investment)

PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri (Domestic Investment)

SBI : Sertifikat Bank Indonesia (Bank Indonesia Certificate)

(15)

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian ... 58

2. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia... 59

3. Hasil Estimasi Uji Multicollinearity IR ... 60

4. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity NI ... 61

5. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity dengan LM Test... 62

6. Hasil Estimasi Uji Linieritas dengan Ramsey Reset Test... 63

7. Hasil Estimasi Uji Normalitas dengan JB Test ... 64

8. Hasil Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia... 65

9. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity dengan LM Test... 65

10. Hasil Estimasi Uji Linieritas dengan Ramsey Reset Test... 66

11. Hasil Estimasi Uji Normalitas dengan JB Test ... 66

12. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity NI ... 67

13. Hasil Estimasi Uji Multicollinearity IR ... 67

14. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia... 68

15. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity LNIR ... 68

16. Hasil Estimasi Uji Linieritas dengan Ramsey Reset Test... 69

17. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity LNNI... 69

18. Uji Linieritas dengan Ramsey Reset Test ... 70

19. Hasil Estimasi Uji Normalitas dengan JB Test ... 70

(16)

23. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Investasi di Indonesia... 72

24. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity LNINV... 73

25. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia... 73

26. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity LNINV... 74

27. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity LNINV... 74

28. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia... 75

29. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia... 76

30. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity NI ... 76

31. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity IRD ... 77

32. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity IRL... 77

33. Hasil Estimasi Uji Normalitas dengan JB Test ... 78

34. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity dengan LM Test... 78

35. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia... 79

36. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity NI ... 79

37. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity IRD ... 80

38. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity IRL... 80

39. Hasil Estimasi Uji Normalitas dengan JB Test ... 81

40. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity dengan LM Test... 81

41. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia... 82

42. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity NI ... 82

(17)

47. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Investasi di Indonesia... 85

48. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity dengan LM Test... 85

49. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity NI ... 86

50. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity IR ... 86

51. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity EKS... 87

52. Hasil Estimasi Uji Normalitas dengan JB Test ... 87

53. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity dengan LM Test... 88

54. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia... 89

55. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity dengan LM Test... 89

56. Uji Linieritas dengan Ramsey Reset Test ... 90

57. Hasil Estimasi Uji Normalitas dengan JB Test ... 90

58. Grafik INV, NI, EKS dan IR... 91

59. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia... 91

60. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity EKS... 92

61. Hasil Estimasi Uji Multicollienarity IR ... 92

(18)

I.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan

masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik dari pada kondisi yang lalu. Sejak

tahun 1969 pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia mulai melaksanakan

pembangunan disegala bidang. Dalam mempercepat pembangunan nasional di segala

bidang agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, pemerintah

memerlukan modal yang besar. Akan tetapi kemampuan pemerintah dalam

menyediakan modal untuk keperluan mempercepat pembangunan terbatas. Oleh

karena itu, sebagai salah satu aspek dalam kebijakan pemerintah perlu melakukan

usaha-usaha agar memperoleh lebih banyak dana untuk pembangunan.

Usaha pengerahan modal untuk maksud tersebut dapat dibedakan dalam

pengerahan modal dalam negeri yakni bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia,

termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta

nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia untuk diabdikan kepada

pembangunan ekonomi nasional telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 6

Tahun 1968 (UU No. 6/1968) tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Sedangkan dalam rangka pemanfaatan modal luar negeri untuk diabdikan pada

pembangunan ekonomi nasional telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 1

(19)

Semenjak diberlakukannya UU No. 1 Tahun 1967 Jo No. 11 Tahun 1970

tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU No. 6 Tahun 1968 Jo No. 12 Tahun

1970 tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN), investasi cenderung terus

meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun demikian pada tahun-tahun tertentu sempat

juga terjadi penurunan. Kecenderungan peningkatan bukan hanya berlangsung pada

investasi oleh kalangan masyarakat atau sektor swasta baik PMDN atau PMA, namun

juga penanaman modal oleh pemerintah. Sementara itu prioritas penanaman modal

yang berasal dari luar negeri diberikan pada pembiayaan yang berbentuk investasi

asing langsung atau PMA.

Pada dasarnya dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, akumulasi uang

luar negeri merupakan suatu gejala yang wajar. Hal ini dikarenakan kondisi tabungan

dalam negeri yang masih rendah sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukannya

investasi secara memadai. Dan negara yang tidak mempunyai tabungan dalam negeri

yang cukup untuk membiayai pembangunan tersebut, pada umumnya menutup

kesenjangan tersebut dengan mencari sumber dari luar negeri. Sehingga tidak

mengherankan apabila begitu besarnya arus modal dari negara maju mengalir ke

negara sedang berkembang termasuk diantaranya Indonesia. Untuk itu pemerintah

harus berusaha untuk menarik dana pinjaman dari pada donatur yang berasal dari luar

negeri.

Indonesia sebagai negara berkembang merupakan tujuan dari kegiatan

investasi, baik yang dilakukan oleh investor asing maupun yang dilakukan oleh

(20)

memerlukan investasi baru untuk mengurangi tingkat pengangguran yang setelah

krisis ekonomi melanda negeri ini semakin parah. Semakin tinggi tingkat

pengangguran maka tingkat kemiskinanpun semakin tinggi, hal ini mengakibatkan

pendapatan masyarakat semakin rendah dan akhirnya mengurangi pendapatan

nasional Indonesia.

Selain faktor-faktor di atas juga faktor lain yang sangat mempengaruhi

kegiatan investasi yang berasal dari dalam negeri dari kegiatan investasi yaitu suku

bunga. Suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present

value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada

tidak akan menarik lagi. Suku bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya

modal yang harus ditanggung perusahaan. Disamping itu suku bunga yang tinggi juga

akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan

meningkat. Rendahnya suku bunga, akan meningkatkan investor karena kredit yang

di berikan bank masih menguntungkan untuk melakukan investasi. Ketika suku bunga

rendah, investasi akan meningkat.

Investasi sebagai penanaman modal atau sering disebut juga dengan

pembentukan modal, merupakan suatu komponen yang menentukan tingkat

pengeluaran agregat suatu negara. Karena itu dalam pembangunan ekonomi, peranan

investasi sangatlah penting. Semakin tinggi investasi, pendapatan nasional akan

mengalami peningkatan terhadap barang dan jasa akan bertambah. Berdasarkan teori

yang telah ada hubungan antara suku bunga dengan kegiatan investasi adalah

(21)

Sukirno (2004) mengatakan terdapat hubungan yang kebalikan (negatif) di

antara suku bunga dan jumlah investasi yaitu : apabila suku bunga rendah lebih

banyak investasi akan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, tetapi sebaliknya

kenaikan suku bunga akan menyebabkan pengurangan dalam jumlah investasi.

Kunawangsih dan Antyo (2005) mengatakan bahwa investasi merupakan

fungsi dari suku bunga, dimana I = f (i). Hubungan antara suku bunga dan investasi

adalah negatif. Bila suku bunga tinggi, investasinya rendah, demikian pula

sebaliknya.

Murni (2006) faktor yang menentukan terjadinya investasi dalam suatu negara

disebabkan oleh banyak hal. Investasi tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan

nasional saja, tapi lebih banyak di pengaruhi oleh perkembangan bunga. Bila suku

bunga (i %) naik, akan menurunkan investasi (I). Sebaliknya bila suku bunga turun

akan menaikkan investasi

Perhitungan pendapatan nasional secara sederhana : Y = C+S dan Y= C+I.

Unsur investasi dalam pendapatan nasional adalah variabel yang sangat mudah

mengalami kegoncangan dan sangat tidak stabil. Karena investasi sangat dipengaruhi

beberapa faktor, disamping pertimbangan psikologis para pengusaha. Kaitan investasi

dengan pendapatan nasional demikian penting, dalam pembahasan ekonomi secara

makro investasi dibahas secara mendalam, untuk melihat faktor-faktor yang

menyebabkan naik turunnya investasi dalam perekonomian. Kegoncangan yang

terjadi pada investasi akan menimbulkan dampak rentetan yang lebih hebat pada

(22)

investasi akan memberikan dampak penurunan yang lebih besar (parah) terhadap

pendapatan nasional. Penurunan investasi akan menyebabkan tingkat pendapatan

nasional menurun di bawah kapasitas pendapatan nasional. Peranan investasi

terhadap kapasitas produksi nasional memang sangat besar, karena investasi

merupakan penggerak perekonomian, baik untuk penambahan faktor produksi

maupun berupa peningkatan kualitas faktor produksi. Investasi ini nantinya akan

meperbesar pengeluaran masyarakat (permintaan efektif) melalui peningkatan

pendapatan masyarakat dengan bekerja multiplier afect. (Mulia Nasution : 108).

Investasi sangat diharapkan sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian

Indonesia, karena terbatasnya dana yang dimiliki pemerintah. Untuk menggerakkan

pertumbuhan ekonomi ini peran investasi oleh swasta sangat diharapkan, baik

investasi dalam negeri (PMDN) maupun investasi luar negeri (PMA). Dalam lima

tahun terakhir nilai total PMDN yang disetujui pemerintah mengalami fluktuasi setiap

tahunnya, dengan penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu 56.94 persen,

dimana dari nilai sebesar Rp. 58.674.0 miliar pada tahun 2001 turun menjadi

Rp. 25.262.3 miliar pada tahun 2002. Tetapi sebaliknya di tahun 2003 nilai total

investasi PMDN yang disetujui pemerintah mengalami kenaikan dengan nilai

investasi Rp. 48.484.8 miliar atau naik 91.93 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun pada tahun 2004 total investasi dari PMDN yang disetujui pemerintah

kembali mengalami penurunan yaitu hanya mencapai Rp. 36.747.6 miliar atau turun

(23)

kenaikan walaupun nilai investainya masih di bawah tahun 2001 yaitu hanya

mencapai Rp. 50.577.4 miliar atau naik 37.63 persen.

Tabel I.1. Rencana Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang disetujui Pemerintah Menurut Sektor, Tahun 2001-2005 (Miliar Rupiah)

Sektor 2001 2002 2003 2004 2005

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 1,378.1 1,453.7 1,929.1 1,847.9 4,494.1 (2.35) (5.75) (3.98) (5.03) (8.89) Pertambangan 1,198.2 786.7 752.8 662.4 982.3 (2.04) (3.11) (1.55) (1.80) (1.94) Industri 43,966.6 15,853.5 40,442.7 20,631.6 26,807.9

(74.9)

(62.76) (83.41) (56.15) (53.00) Angkutan 1,489.0 3,117.7 2,022.0 1,885.1 2,375.1 (2.54) (12.34) (4.17) (5.13) (4.70) Listrik, Perdagangan dan Jasa 1,635.2 1,612.6 633.4 9,695.4 10,330.4 (2.79) (6.38) (1.31) (26.38) (20.42) Lainnya 9,006.9 2,438.1 2,704.8 2,025.2 5,587.6 (15.35) (9.65) (5.58) (5.51) (11.05) Jumlah 58,674.0 25,262.3 48,484.8 36,747.6 50,577.4

(100.00)

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber : BPPS, Laporan Perekonomian Indonesia, 2005.

Nilai investasi yang terserap di sektor industri mencapai puncaknya pada

tahun 2001 dengan nilai investasi Rp. 43.966.6 milyar. Pada tahun 2002 nilai

investasi sektor industri hanya menyerap Rp. 15.855.5 miliar atau turun hingga 63.94

persen dan kembali mengalami kenaikan di tahun 2003 walaupun nilainya masih

dibawah tahun 2001 dengan nilai investasi mencapai Rp. 40.442.7 miliar. Pada tahun

2004 investasi di sektor industri kembali mengalami penurunan hingga 48.98 persen

(24)

Saat ini ada kecenderungan investor asing mengalihkan investasinya dari

negara maju ke negara-negara berkembang yang pertumbuhan ekonominya sedang

meningkat. Hal ini merupakan peluang bagi pemerintah dalam upaya menarik minat

investor asing menanamkan kembali modalnya di Indonesia. Sebagai negara

berkembang yang sedang membangun, Indonesia membutuhkan dana yang cukup

besar untuk membiayai pembangunan. Di samping usaha mobilisasi dana dari dalam

negeri, dana investasi dari luar negeri di luar penjaman pemerintah juga terus

diupayakan. Salah satu faktor yang menarik bagi investor asing untuk menanamkan

modalnya di Indonesia adalah masih cukup tinggi potensi keuntungan investasi di

Indonesia, hal tersebut tercermin dari selisih suku bunga dari laur negeri yang cukup

tinggi. Selain itu faktor risiko investasi di Indonesia juga mulai membaik, di dorong

oleh konsistensi dan koordinasi kebijakan moneter, fiskal dan sektor riil.

Aliran investasi asing ke pasar modal Indonesia dalam lima tahun terakhir

menunjukkan pergerakan yang fluktuatif, disebabkan karena belum adanya

pergerakan yang signifikan dalam fundamental perekonomian di dalam negeri. Belum

masuknya investasi asing secara signifikan disebabkan karena investor asing sangat

berhati-hari dan selektif untuk melakukan investasi dan kegiatan ekonomi di

Indonesia. Hal ini terlihat dari rencana PMA yang disetujui pemerintah pada tahun

2001 tercatat US $ 15.043.9 juta. Kemudian tahun 2002 nilai PMA yang disetujui

(25)

Tabel I.2. Rencana Penanaman Modal Asing (PMA) yang disetujui Pemerintah Menurut Sektor, Tahun 2001-2005 (Juta US $)

Sektor 2001 2002 2003 2004 2005

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 391,7 458,9 178,9 329,7 606,0 (2.60) (4.71) (1.35) (3.21) (4.67) Pertambangan 118,7 49,2 17,8 66,3 775,9 (0.79) (0.50) (0.13) (0.64) (5.98) Industri 5.144,4 3.208,2 6.457,4 6.334,3 6.028,0 (34.20) (32.92) (48.89) (61.63) (46.44) Angkutan 373,3 3.713,2 4.160,2 586,5 3.107,3 (2.48) (38.11) (31.50) (5.71) (23.94) Listrik, Perdagangan dan Jasa 1.899,1 1.764,9 1.106,7 1.079,7 301,0 (12.62) (18.11) (8.38) (10.51) (2.32) Lainnya 7.116,7 549,7 1.286,2 1.880,8 2.161,1 (47.31) (5.64) (9.74) (18.30) (16.65) Jumlah 15.043,9 9.744,1 13.207,2 10.277,3 12.979,3 (100.00) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber : BPPS, Laporan Perekonomian Investasi, 2005

Pada tahun 2003 nilai PMA yang disetujui pemerintah mengalami kenaikan

sebesar 35,54 persen menjadi US $ 13 207,2 juta, namin turun kembali di tahun 2004

dengan nilai investasi sebesar US $ 10 277,3 juta atau turun 22,18 persen dari tahun

sebelumnya yang berarti ada penurunan minat investor dari luar untuk melakukan

investasi baru di Indonesia. Perkembangan investasi di Indonesia mengalami

fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada dasawarsa 1970-an bagian terbesar investasi

berasal dari sektor pemerintah, namun pada dasawarsa 1990-an kondisinya terbaik,

yaitu sebagian besar investasi domestik berasal dari dunia usaha dan masayrakat.

Laju perkembangan investasi di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor

(26)

investasi di Indonesia di sebabkan oleh faktor ekonomi dan non ekonomi yang

mempunyai dampak imbas rendahnya pertumbuhan ekonomi.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan investasi di Indonesia

yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Pendapatan Nasional, suku bunga

dalam negeri untuk kredit investasi PMDN dan PMA. Dan tentu saja permintaan

investasi juga di pengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar penelitian ini. Melihat

pentingnya peranan penanaman modal baik yang dilakukan PMDN dan PMA, maka

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dan menuangkannya dalam

tesis yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Investasi di Indonesia”.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan

masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana pengaruh suku bunga dalam negeri terhadap permintaan investasi di

Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh pendapatan nasional (National Income) terhadap permintaan

(27)

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan :

1. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga dalam negeri terhadap permintaan

investasi di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan nasional terhadap permintaan investasi

di Indonesia.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk :

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan investasi di Indonesia.

2. Sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permintaan

investasi di Indonesia

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya, terutama yang berminat di

(28)

II.1. Pengertian Investasi

Penanaman modal atau lebih sering disebut investasi mempunyai banyak

pengertian yang berbeda diantara para pakar ekonomi. Deliarnov (1999) dalam

bukunya mengemukakan bahwa investasi merupakan pengeluaran perusahaan secara

keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/mental,

mesin-mesin dan peralatan pabrik serta semua peralatan modal lain yang diperlukan dalam

proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, pabrik tempat tinggal

karyawan dan bangunan konstruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang

cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga.

Todaro (2000), menyatakan bahwa sumber daya yang akan digunakan untuk

meningkatkan pendapatan dan konsumsi di masa yang akan datang disebut sebagai

investasi. Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau

perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli

barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah

kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam

perekonomian sehingga investasi disebut juga dengan penanaman modal atau

(29)

Suparmoko dan Maria R. (2000) Investasi adalah pengeluaran yang ditujukan

untuk menambah atau mempertahankan persediaan kapital (capital stock). Persediaan

kapital ini terdiri dari pabrik-pabrik, mesin-mesin kantor dan barang tahan lama

lainnya yang dipakai dalam proses produksi, termasuk dalam persediaan kapital

adalah rumah-rumah dan persediaan barang-barang yang belum di jual atau di pakai

pada tahun yang bersangkutan (inventory).

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman

modal dan perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan

perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang

dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2004).

Secara singkat, investasi (investment) dapat didefenisikan sebagai tambahan

bersih terhadap stok kapital yang ada (net addition to existing capital stock). Istilah

lain dari investasi adalah pemupukan modal (capital formation) atau akumulasi

modal (capital accumulation) (Nanga, 2005).

Investasi tidak berarti pembelian saham, obligasi, atau asset keuangan lainnya.

Investasi terdiri dari belanja untuk (1) pabrik dan peralatan baru, (2) rumah baru, dan

(3) kenaikan persediaan netto. Investasi usaha mencakup pembelian barang kapital

saat ini atas ekspektasi adanya penerimaan di masa mendatang (McEachern, 2000).

Ada tiga bentuk pengeluaran investasi, yakni (1) investasi tetap bisnis

(business fixed investment) mencakup peralatan dan struktur yang perusahaan beli

untuk proses produksi. (2) investasi residensial (residential investment) mencakup

(30)

disewakan. (3) investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang-barang

yang perusahaan tempatkan digudang termasuk bahan-bahan dan perlengkapan,

barang setengah jadi dan barang jadi (Mankiw, 2000).

II.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi

Investasi yang ditamakan pada suatu negara atau daerah, ditentukan oleh

beberapa faktor, yang antara lain : (Sukirno, 2004).

1. Suku bunga

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan

keuntungan kepada para pemilik modal (investor). Para investor hanya akan

menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari mdoal yang

ditanamkan (return onf investment), yaitu berupa persentase keuntungan netto

(belum dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar) yang diterima lebih besar

dari tingkat bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam

menggunakan modal yang dimilikinya yaitu dengan meminjamkan atau

membuangkan uang tersebut (deposito), dan menggunakannya untuk investasi.

Dalam hal dimana pendapatan yang akan diperoleh adalah lebih besar dari tingkat

bunga, maka pilihan terbaik adalah mendepositokan uang tersebut dan akan

menggunakannya untuk investasi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh

adalah lebih besar dari tingkat bunga yang akan di bayar.

(31)

Ramalan mengenai keuntungan dimasa depan akan memberikan gambaran pada

investor mengenai jenis usaha yang prospektif dan dapat dilaksanakan dimasa

depan dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan

barang-barang modal yang diperlukan.

3. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya

Dengan bertambahnya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan masyarakat

akan meningkat, daya beli masyarakat juga meningkat, total aggregat demand

meningkat yang pada akhirnya akan mendorong tumbuhnya investasi lain

(induced invesment).

4. Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan

Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong

para investor untuk menyediakan sebahagian dari keuntungan yang diperoleh

untuk investasi-investasi baru.

5. Situasi politik

Kestabilan politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi

investor terutama para investor asing, untuk menanamkan modalnya. Mengingat

bahwa investasi memerlukan jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh

kembali modal yang ditanam dan memperoleh keuntungan sehingga stabilitas

politik jangka panjang akan sangat diharapkan oleh para investor.

(32)

Dengan adanya temuan-temuan teknologi baru (inovasi), maka akan semakin

banyak kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh investor, sehingga

semakin tinggi tingkat investasi yang akan dicapai.

7. Kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah

Tersedianya berbagai sarana dan prasarana awal, seperti jalan raya, listrik dan

sistem komunikasi akan mendorong para investor untuk menanamkan modalnya

di suatu daerah. Disamping itu adanya bentuk insentif yang diberikan pemerintah

seperti keringanan-keringanan di dalam perpajakan (tax holiday). Yaitu suatu

keringanan di dalam pembebanan pajak yang diberikan kepada suatu peruahaan

yang mau menanamkan modalnya agar keuntungan yang diperolehnya

ditanamkan kembali kedalam bentuk investasi baru atau jika perusahaan yang

bersangkutan mau dan bersedia menanamkan investasinya di suatu daerah dalam

kurun waktu tertentu. Investari adalah salah satu faktor penggerak pertumbuhan

ekonomi

II.3. Perkembangan Investasi

Subandi (2005) Untuk mendapatkan gambaran mengenai perkembangan

investasi dalam suatu negara dari waktu ke waktu ada 3 cara (berdasarkan tiga gugus

data) yaitu dengan :

1. Menyoroti kontribusi pembentukan modal domestik bruto dalam konteks

(33)

pendapatan nasional {Y = C + I + G + (X-M)}. Dimana data I merupakan data

keseluruhan investasi domestik bruto, yang meliputi investasi swasta (PMDN dan

PMA), maupun investasi dari pemerintah.

2. Mengamati data-data PMA dan PMDN, hal ini berarti hanya mengamati investasi

dari kalangan usaha swasta saja, tanpa memperhatikan investasi pemerintah.

3. Menelaah perkembangan dana investasi yang dilakukan oleh dunia perbankan.

Cakupan data dengan cara ini relatif lebih terbatas, karena belum

memperhitung-kan modal sendiri yang dinamamemperhitung-kan oleh investor. Namun demikian untuk

memperoleh gambaran perihal perkembangan investasi, cara ini sama halnya

dengan kedua cara sebelumnya.

II.4. Teori Investasi dari Keynes

Pada bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money 1936,

John Maynard Keynes mendasar teori tentang permintaan investasi atau konsep

efisensi marjinal kapital (marginal efficiency of capital atau MEC). Sebagai suatu

defenisi kerja, MEC dapat didefenisikan sebagai tingkat perolehan bersih yang

diharapkan (expected net rate of return) atas pengeluaran kapital tambahan.

Tepatnya, MEC adalah tingkat diskonto yang menyamakan aliran perolehan yang

diharapkan dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan.

Secara matematis, MEC dapat dinyatakan dalam bentuk formula sebagai

(34)

...

Dimana R adalah perolehan yang diharapkan (expected return) dari suatu proyek, dan

Ck adalah biaya sekarang (current cost) dari modal tambahan. Subskrip atau

superskrip menggambarkan tahun 1,2 .. k-n.

Sedangkan hubungan antara permintan investasi dan tingkat bunga (r) dengan

MEC tertentu, oleh Keynes dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut :

I = f (i) (given MEC) ……… (2)

Secara grafik, hubungan anatara investasi dan tingkat bunga dapat digambarkan

sebagai berikut :

Sumber : Nanga (2005)

Gambar II.1. : Kurva Permintaan Investasi

Dalam gambar II.1 di atas terlihat bahwa apabila tingkat bunga turun misalnya

(35)

yang sebaliknya akan berlaku kalau tingkat bunga mengalami kenaikan (Nanga,

2005).

II.5. Jenis-jenis Investasi

Rosyidi (1999) pembagian investasi menurut jenisnya. Pembagian tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut :

l

Investasi

(I)

Pendapatan Y) 0

(1) Autonomus investment dan induced investment.

Autonomus investment (Investasi otonom) adalah investasi yang besar

kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya

perubahan-perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor selain

pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu adalah, tingkat bunga,

pendapatan nasional, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha, dan

sebagainya.

Oleh karena sifatnya yang tidak dipengaruhi oleh tingginya tingkat

pendapatan, maka bentuk fungsinya adalah berupa garis lurus horisontal seperti yang

ditunjukkan oleh gambar II.2.

Sumber : Rosyidi (2005)

(36)

Indirect investment (investasi terimbas) adalah bersebelahan dengan

autonomious interestment. Induced investment ini sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendapatan. Pengaruh pendapatan atas investasi terimbas seperti itu tampak seperti

gambar II.3. Didalam gambar II.3. ini pun investasi diletakkan pada sumbu tegak,

sedangkan sumbu datar dipakai untuk menyatakan pendapatan. Fungsi investasi

adalah I (Y), dimana fungsi itu menyatakan tingginya tingkat investasi terimbas pada

pelbagi tingkat pendapatan. Fungsi investasi itu condong ke kanan atas, untuk

menyatakan bahwa antara tingkat investasi dengan tingkat pendapatan terdapat

hubungan positif. Juga fungsi I (Y) itu dilukiskan sedemikian rupa, sehingga

memotong sumbu Y dari bawah, dimaksudkan untuk menyatakan bahwa terdapat

investasi negatif pada suatu tingkat pendapatan yang rendah (yaitu tingkat pendapatan

nol hingga (Y2). Dengan perkataan lain, para pengusaha berpendapat bahwa

rendahnya tingkat pendapatan nasional (kurang atau sama dengan (Y2) justru akan

membawa bencana bagi kehidupan usaha mereka di masa datang.

Sumber : Rosyidi (2005)

(37)

(2) Public investment dan private investment.

Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan

oleh pemerintah. Yang dimaksud dengan perkataan pemerintah di sini adalah baik

pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua, kecamatan,

maupun desa. Pendek kata, public investment tidak dilaksanakan oleh pihak-pihak

yang bersifat personal : investasi ini bersifat impersonal, dalam arti kata resmi.

Sedangkan private investment adalah kebalikannya. Private investment adalah

investasi yang dilaksanakan oleh swasta.

(3) Domestic investment dan foreign investment.

Domestic artinya adalah dalam negeri, sedangkan foreign artinya luar negeri.

Dengan itu jelaslah bahwa domestic investment adalah penanaman modal dalam

negeri di dalam negeri, sedangkan foreign investment adalah penanaman modal

asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam (natural

resources) dan/atau faktor produksi tenaga manusia (human resources) namun tidak

memiliki faktor produksi modal (capital) yang cukup untuk mengolah

sumber-sumber yang dimilkinya itu, akan mengundang modal asing ini agar sumber-sumber-sumber-sumber

yang ada di dalam negeri tetapi belum termanfaatkan sepenuhnya itu bisa digali

(38)

(4) Gross investment (investasi bruto)

Adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada

suatu ketika. Dengan demikian, investasi bruto ini dapat bernilai positif ataupun nol

(yakni : ada atau tidak ada investasi sama sekali), tetapi tidak akan bernilai negatif.

Dimaksudkan dengan investasi bruto di sini dalah semua jenis investment yang

dilaksanakan di suatu negara, dengan tidak peduli jenis investasi apa sajakah yang

dilaksanakan itu. (Rosyidi, 1999)

II.6. Penelitian Sebelumnya

Kerr and Peter (2001), dimana studinya mengkaji faktor-faktor yang

mempengaruhi arus modal asing (FDI) masuk ke China pada periode 1980-1998

dengan pendekatan error correction models (ECM). Variabel yang diteliti dalam studi

ini adalah tingkat upah, nilai tukar, tingkat suku bunga, pajak yang dikenakan dan

tingkat keterbukaan ekonominya (ekspor-impor) sebagai faktor yang mempengaruhi

perkembangan FDI di China. Hasil studi menunjukkan hampir semua variabel yang

diteliti memiliki tanda yang sesuai dengan teori ekonomi (hipotesis) dan memberikan

pengaruh yang signifikan kecuali tingkat suku bunga.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2002) menemukan bahwa

faktor yang mempengaruhi investasi asing langsung (FDI) di Indonesia adalah

pertumbuhan ekonomi (GDP), tingkat tabungan domestik (DSR), utang luar negeri

(RFD), inflasi (INF), dan investasi asing langsung kecuali investasi asing langsung

(39)

kecuali investasi asing langsung tahun sebelumnya tidak signifikan. Sedangkan nilai

tukar rupiah (ER), pengeluaran pemerintah (RGE), angkatan kerja (LF), neraca

perdagangan (RTB), dan kebijakan pemerintah sebagai dummy variabel (GP)

memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan kecuali kebijakan pemerintah yang

tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 10 % selama periode 1976-2000.

Sarwedi (2002) dalam studinya tentang investasi asing langsung di Indonesia

dan faktor yang mempengaruhinya menemukan bahwa variabel ekonomi (GFP,

Growth, Wage dam Ekspor) mempunyai hubungan positif dengan FDI, sedangkan

variabel non ekonomi yaitu stabilitas politik (SP) mempunyai hubungan negatif.

Sementara hasil studi Erdal and Tatoglu (2002) menunjukkan bahwa variabel

besarnya pangsa pasar, keterbukaan ekonomi untuk barang-barang dari luar negeri,

infrastruktur yang memadai, dan pasar dalam negeri yang menarik memiliki dampak

yang positif terhadap perkembangan arus modal asing (FDI) di Turkey. Sedangkan

variabel nilai tukar yang tidak stabil memberikan pengaruh yang negatif terhadap

perkembangan DFI selama kurun waktu yang diteliti yakni 1980-1998. Sedangkan

dampak dari tidak stabilnya ekonomi adalah negatif dan tidak signifikan terhadap

perkembangan FDI di Turkey selama kurun waktu yang diteliti.

Hasil studi yang dilakukan Amiruddin (2005) menemukan bahwa Produk

Domestik Bruto (PDB). Pengeluaran pemerintah, ekspor memilih pengaruh yang

positif dan signifikan kecuali tingkat suku bunga dan inflasi mempunyai pengaruh

yang negatif secara statistik terhadap perkembangan investasi dalam pembangunan

(40)

II.7. Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar II.4. Kerangka konseptual pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan investasi di Indonesia

Keterangan :

IR : Tingkat Suku Bunga Dalam Negeri NI : Pendapatan Nasional

INV : Permintaan Investasi

II.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masaha dan kajian empiris yang telah dilakukan oleh

penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Suku bunga dalam negeri (ceteris paribus) berpengaruh negatif terhadap

permintaan investasi di Indonesia.

2. Pendapatan Nasional (cateris paribus) berpengaruh positif terhadap permintaan

investasi di Indonesia.

TOTAL INVESTASI

(INV) IR

(41)

III.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada fakor-faktor yang

mempengaruhi permintaan investasi di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di

Indonesia dengan menggunakan metode ekonometrika dengan data sekunder yang

bersifat kuantitatif dengan runtun waktu (time series) dari tahun 1985 – 2005.

III.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

dengan jenis data runtun waktu (time series) selama kurun waktu 1985-2005. Data

yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI).

Data yang dibutuhkan untuk menjadi bahan penelitian ini antara lain : tingkat suku

bunga dalam negeri, pendapatan nasional, juga sumber-sumber lain seperti :

Jurnal-jurnal dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang releven dengan judul penulisan tesis

ini.

III.3. Model Analisis

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dapat

(42)

terhadap variabel terikat (Dependent Variable), sebagai determinan terhadap

permintaan investasi di Indonesia dan sekaligus untuk menguji hipotesis yang telah

dirumuskan, maka dibentuk model matematisnya sebagai berikut :

INV = f (IR ; NI) ……….. (3)

Dari fungsi matematis tersebut dibentuk dalam model ekonometrika yakni sebagai

berikut :

INV = 0 + 1 IR + 2 NI + ……… (4)

Dari model ekonometrika tersebut kemudian dispesikasikan kedalam model semi-log,

kemudian dibuat kedalam bentuk lin-log, sebagai berikut

INV = 0 + 1 IR + 2 Ln NI + ……….. (5)

Dimana :

INV : permintaan investasi (Rupiah)

IR : Suku bunga dalam negeri (Persen)

NI : Pendapatan Nasional (Rupiah)

Ln : Logaritma Natural

µ : Disturbance term

β0 : Konstanta

(43)

III.4. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode Ordinary Least Square (OLS) dengan model semi-log, khususnya dengan

model lin-log. Hal ini dimungkinkan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan investasi di Indonesia selama kurun

waktu 1985 – 2005. Dan sebagai alat analisis yang digunakan untuk mengolah data

tersebut adalah dengan bantuan Program Eviews 4.1.

III.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Dalam penelitian ini devenisi dan batasan operasionalnya sebagai berikut :

1. Permintaan Investasi (INV), adalah penanaman modal yang dilakukan oleh sektor

swasta nasional (PMDN) maupun swasta asing (PMA) di Indonesia dalam satuan

milyar rupiah.

2. Suku bunga dalam negeri (IR), adalah suku bunga simpanan berjangka (interest

rate of time deposits) dari Bank Persero (State Banks) setiap tahunnya, dalam

satuan persen.

3. Pendapatan Nasional (National Income) = NI adalah nilai akhir dari Produk

(44)

III.6. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of fit)

1. Uji t-parsial (partial test)

Uji t-statistik merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah

koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan asumsi

variabel independen lainnya konstan.

Dalam uji t ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1 = 0

HA : b1 ≠ 0

Dimana b1 adalah koefisien variabel independen ke-i adalah nilai parameter

hipotesis biasanya nila b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1

terhadap Y. Bila nilai thitung > ttabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu, H0 ditolak.

Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata

terhadap variabel independen. Nilai thitung diperoleh dengan rumus :

)

βi = koefisien regresi variabel independen ke-i

(45)

2. Uji-F (Over all test)

Uji F-statistik ini digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel

independen secara bersama-sama/serentak terhadap variabel dependen. Untuk

pengujian f-statistik digunakan hipotesa sebagai berikut :

H0 : b1 = b2 ... = bk = 0 (tidak ada pengaruh)

HA : b1≠ 0 (ada pengaruh) untuk i = l .... k

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan ftabel . jika

fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama

mempengaruhi variabel independen. Nilai Fhitung dapat diperoleh dengan rumus :

)

k = banyaknya variabel total yang diperkirakan, satu diantaranya unsur intercept

n = jumlah sampel

kriteria :

H0 diterima jika F-hitung < F-tabel

HA diterima jika F-hitung > F-tabel

3. Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengukur besarnya sumbangan variabel X1, X2 dan X3 terhadap variasi

(46)

sampai 1 (0 < R2 < 1) semakin mendekati 1 berarti semakin tepat garis regresi untuk

meramalkan nilai variabel terikat Y.

III.7. Uji Asumsi Klasik

Ada beberapa permasalahan yang akan terjadi dalam model regresi linier yang

secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah

ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang

terbentuk. Untuk itu perlu melakukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri

dari : (Nachrowi dan Usman : 2005)

III.7.1. Uji Multikolinieritas

Interprestasi dari persamaan regresi linier secara implasit bergantung pada

asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling

berkorelasi. Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas maka akan

menimbulkan beberapa akibat, untuk itu perlu di deteksi multikolinieritas dengan

besaran-besaran regresi yang di dapat sebagai berikut :

1. Variasi besar (dari taksiran OLS)

2. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar sehingga standar error besar yang

berdampak pada inverval kepercayaan lebar).

3. Uji-t (t rasio) tidak signifikan

(47)

5. Terkadang nilai taksiran koefisien yang di dapat akan mempunyai nilai yang tidak

sesuai dengan yang sebenarnya, sehingga dapat menyesatkan interprestasi.

III.7.2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu. Dalam konteks regresi, model regresi linier

klasik mengansumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat dalam distribusi.

Dengan menggunakan lambang E (µi, µj) = 0 ; ≠ j. secara sederhana dikatakan bahwa

model klasik mengansumsikan unsur gangguan yang berhubungan dengan

pengamatan lain yang manapun.

Untuk mendeteksi adanya outokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan

uji Lagrange Multiplier Test (LM Test). Dengan membandingkan nilai X2hitung

dengan X2tabel, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

1. Jika nilai X2hitung > X2tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada

autokorelasi dalam model empiris yang digunakan ditolak.

2. Jika nilai X2hitung < X2tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada

autokorelasi dalam model empiris yang digunakan tidak dapat di tolak.

III.7.3. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang

digunakan sudah benar. Apakah fungsi yang digunakan sebaiknya berbentuk linier,

(48)

model. Untuk uji linearitas dalam penelitian ini digunakan Uji Ramsey (Ramsey

RESET test), yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan f tabel. Kriteria

keputusannya sebagai berikut :

1. Bila nilai Fhitung > Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi model

yang digunakan dalam bentuk linier adalah benar ditolak.

2. Bila nilai Fhitung < Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi model

yang digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar tidak dapat ditolak.

III.7.4. Uji Normalitas

Asumsi model egresi linier klasik adalah bahwa faktor penggnggu µi

mempunyai nilai rata-rata yang sama dengan nol, tidak berkorelasi dan mempunyai

varian yang konstan. Dengan asumsi ini, OLS estimator atau penaksir akan

memenuhi sifat-sifat statistik yang diinginkan, seperti ketidakbiasaan dan mempunyai

varian yang minimum. Untuk dapat mengetahui normal atau tidaknya faktor

pengganggu µi dilakukan dengan J-B test (Jarque-Bera test). Uji ini menggunakan

hasil estimasi residual dan chisquare probability distribution, yaitu dengan

membandingkan nilai JBhitung = X2hitung dengan nilai X2tabel, dengan kriterian

keputusan sebagai berikut :

1. Bila nilai JB hitung > nilai X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual

µi adalah berdistribusi normal ditolak.

2. Bila nilai JB hitung < nilai X2tabel, maka yang menyatakan bahwa residual µi adalah

(49)

IV.1. Perkembangan Investasi di Indonesia

Kebijaksanaan tentang penanaman modal (invesment), ditetapkan oleh

pemerintah melalui UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA)

dan UU No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Kemudian di sempurnakanlah dengan berlakunya masing-masing UU No. 11 dan No.

12 tahun 1970.

Proyek-proyek PMA dan PMDN adalah proyek-proyek yang disetujui

pemerintah. Proyek-proyek PMDN merupakan penjumlahan proyek-proyek baru

ditambah dengan proyek PMA yang beralih status menjadi PMDN, dikurangi proyek

PMDN yang dicabut izin usahanya.

Proyek-proyek PMA merupakan penjumlahan proyek-prpyek baru dikurangi

proyek PMA yang beralih status menjadi PMDN dan proyek PMA yang dicabut izin

usahanya.

Proyek-proyek PMDN dan PMA yang telah disetujui pemerintah dapat dilihat

menurut sektor ekonomi dan menurut sektor lokasi. Proyek-proyek PMDN dan PMA

menurut sektor ekonomi meliputi :

1. Pertanian, perburuan, kehutanan dan perikanan

(50)

3. Perindustrian

4. Listrik, Gas dan Air

5. Konstruksi

6. Perdagangan besar dan eceran

7. Transpor, perdagangan dan perhubungan

8. Lembaga keuangan, perasuransian, real estate dan jasa perusahaan

9. Jasa masyarakat, sosial dan perorangan

Proyek-proyek PMDN dan PMA yang telah disetujui pemerintah menurut

sektor ekonomi yang paling besar menyerap investasi adalah sektor perindustrian

(manufactory) ; sektor perdagangan besar dan eceran, restoran dan hotel, sektor

transpor, perdagangan dan perhubungan, kemudian di susul oleh sektor lainnya.

Proyek-proyek PMDN dan PMA menurut sektor lokasi meliputi :

1. Pulau Jawa

2. Pulau Sumatera

3. Pulau Kalimantan

4. Pulau Sulawesi

5. Pulau Bali dan Nusatenggara

(51)

Proyek-proyek penanaman modal luar negeri yang telah disetujui pemerintah

menurut negara asal meliputi :

1. Amerika

2. Eropa

3. Asia

4. Australia

5. Afrika

6. Negara lainnya

Investasi dalam penelitian ini merupakan keseluruhan investasi domestik

bruto, meliputi baik investasi swasta (PMDN dan PMA) yang di peroleh dari Produk

Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran (Type of expenditure).

Pembentukan modal tetap domestik bruto (Gross Domestic Fixed Capital Formation)

adalah bagian dari Produk Domestic Bruto (Gross Domestic Product).

Pembentukan modal tetap domestik bruto didefenisikan sebagai pengadaan,

pembuatan dan pembelian barang-barang modal yang selaras dari dalam negeri

(domestic) dan modal baru ataupun bekas dari luar negeri. Barang modal adalah

peralatan yang di gunakan untuk berproduksi dan biasanya umur pakai satu tahun

atau lebih. (BPS, 2006).

Pembentukan modal tetap domestik bruto dapat dibedakan atas :

a. Pembentukan modal dalam bentuk bangunan / konstruksi

(52)

c. Pembentukan modal dalam bentuk alat angkutan, dan

d. Pembentukan modal untuk barang modal lainnya.

Data pembentukan modal tetap domestik bruto (I) dalam konteks identitas

pendapatan nasional {Y = C + I + G + (X - M)}. Indonesia dihitung dan disajikan

oleh Biro pusat statistik (BPS) secara kuartal dan tahunan.

Tabel IV.1. Perkembangan Investasi di Indonesia dari Tahun 1985 – 2005

Tahun INVESTASI

Seperti berikut pada gambar IV.1. bahwa pembentukan modal domestik bruto

(I) yang dilakukan baik pihak swasta (PMDN dan PMA) maupun Pemerintah di

(53)

modal domestik Bruto di tahun 1985 sampai dengan 1997 pertumbuhan investasi

masih rendah, tetapi setelah krisis moneter berakhir modal domestik bruto mulai

meningkat khususnya di tahun 2001, sampai di tahun 2005.

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000

1985 1988 1991 1994 1997 2000 2003

INV

Gambar IV.1 : Total Investasi di Indonesia (PMDN dan PMA)

IV.2. Perkembangan Pendapatan Nasional

Istilah "Pendapatan Nasional" dapat berarti sempit dan berarti luas. Dalam arti

sempit, “Pendapatan Nasional” adalah terjemahan langsung dari National Income.

Sedangkan dalam arti luas, “Pendapatan Nasional” dapat menunjuk ke Produk

Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) ; atau Gross National

Product (GNP) ; Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National Product (NNP);

atau merujuk ke Pendapatan Nasional (PN) alias National Income (NI). Keempat

(54)

Teori makro ekonomi menjelaskan dengan rinci, pengertian dari

masing-masing konsep ini sehingga tampak jelas perbedaannya. Dalam penelitian ini, istilah

“Pendapatan Nasional” digunakan dalam arti sempit, sehingga hanya merujuk ke

konsep National Income (NI).

Di Indonesia, data mengenai pendapatan nasional dikumpulkan dan di hitung

serta disajikan oleh Biro Pusat Statistik. Penghitungan Pendapatan Nasional

Indonesia dinilai dengan Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga

berlaku maupun atas dasar harga konstan.

PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang di hasilkan oleh

seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang

dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa

dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar

harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung

menggunakan harga berlaku pada tahun tertentu sebagai dasar.

Untuk menghitung angka-angka PDB ada tiga pendekatan yang dapat

digunakan, yaitu :

a. Menurut pendekatan Produksi, PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan

jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam

jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) unit-unit produksi tersebut dalam

penyajian ini di kelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : 1.

(55)

3. Industri pengolahan, 4. Listrik, Gas dan Air Bersih, 5. Konstruksi, 6.

Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan komunikasi, 8.

Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa-jasa termasuk jasa layanan

pemerintah. Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor.

b. Menurut pendekatan pendapatan, PDB merupakan jumlah balas jasa yang

diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di

suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor

produksi yang di maksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan

keuntungan semuanya sebelum di potong pajak penghasilan dan pajak langsung

lainnya. Dalam defenisi ini PDB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak

langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

c. Menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah semua komponen permintaan

akhir yang terdiri dari : 1. Pengelauran konsumsi rumah tangga dan lembaga

swasta nirlaba ; 2. Pengeluaran konsumen pemerintah ; 3. Pembentukan modal

tetap domestik bruto ; 4. Perubahan investasi ; dan 5. Ekspor neto (X-M).

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang

sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang

dihasilan dan kurang sama pula dengan jumlah. Pendapatan untuk faktor-faktor

produksi. (BPS, 2005).

Pendapatan Nasional (National Income) dalam hal ini menggunakan

pendekatan pengeluaran angka PDB menurut pendekatan pengelauran, sedang PDB,

(56)

yaitu : Menurut lapangan usaha (industrie origin) dan penggunaan atau jenis

pengeluaran (type of expenditure). Jadi dalam penelitian ini penulis mengambil

Pendapatan Nasional (National Income) atas dasar harga berlaku menurut

pendapatan, pengeluaran dari PDB sebagai data-data dalam tesis ini seperti terlihat di

bawah ini.

Tabel. IV.2. Total Investasi (INV) dan Pendapatan Nasional (NI)

(57)

Pada harga berlaku perkembangan pendapatan nasional mulai meningkat

secara tajam di mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2005. Berdasarkan tabel IV.2.

diatas, pendapatan nasional dan total investasi di Indonesia secara teori menunjukkan

adanya hubungan yang saling mempengaruhi. Pada satu sisi, untuk meningkatkan

pendapatan nasional di perlukan investasi yang relatif besar sehingga investasi

menjadi sumber pendapatan nasional. Namun pada sisi yang lain, setiap melakukan

investasi, para investor akan melihat terlebih dahulu besar laju pertumbuhan

pendapatan nasional.

Dari tabel IV.2. diatas, dapat dilihat perkembangan pendapatan nasional (NI)

di Indonesia yang terus meningkat selama kurun waktu 1985-2005, sedangkan total

investasi (swasta maupun pemerintah) untuk kurun waktu yang sama mengalami

perkembangan yang fluktuatif, sehingga untuk melihat hubungan kedua variabel

tersebut secara deskriptif melalui data yang tersedia sangat sulit dilakukan.

0

1985 1988 1991 1994 1997 2000 2003

INV NI

(58)

IV.3. Perkembangan Suku Bunga Dalam Negeri

Suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang memberi keutungan

kepada para pengusaha dan dapat di laksanakan. Para pengusaha hanya akan

melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal

dari investasi yang dilakukan, yaitu persentase keuntungan yang akan diperoleh

sebelum di kurangi bunga uang yang di bayar, lebih besar dari bunga. Oleh sebab itu

dalam analisis makroekonomi, analisis mengenai investasi lebih di tekankan kepada

menunjukkan peranan suku bunga dalam menentukan tingkat investasi dan akibat

perubahan suku bunga ke atas investasi dan pendapatan nasional (Sukirno : 2004).

Tabel IV.3. Suku Bunga dalam Negeri (IR) dan Total Investasi (INV)

(59)

Suku bunga merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter untuk

mengendalikan jumlah uang beredar, sehingga laju inflasi dapat dikendalikan. Tetapi

disisi lain tingkat suku bunga juga menjadi pedoman bagi investor yang di gunakan

sebagai pembanding terhadap investasi yang ditanamkan menguntungkan atau tidak.

Berdasarkan tabel IV.3. diatas, pada awal tahun 1985 an hingga 1991,

perkembangan suku bunga dalam negeri terus meningkat sebesar 21,14 % dan

sebagai akibatnya total investasi dari tahun 1985 sampai dengan tahun 1991 relatif

rendah. Perkembangan selanjutnya pada tahun 1991 sampai dengan krisis moneter di

akhir tahun 1997 tingkat suku bunga mengalami fluktuasi yang tidak menentu sampai

tahun 1999 sebagai inbasnya. Hal ini juga mengakibatkan total investasi mengalami

kenaikan sampai tahun 1997, kemudian total investasi turun kembali sampai tahun

1999 sebesar 83,9 %.

Barulah di tahun 2000 an sampai tahun 2005 tingkat bunga dalam negeri terus

turun hingga mencapai 14,98 % dan total investasi terus mengalami peningkatan di

dalam kurun waktu tersebut. Perkembangan suku bunga dalam negeri untuk investasi

berdasarkan suku bunga kredit rupiah menurut kelompok bank, dimana kelompok

bank memberikan suku bunga kredit rupiah untuk modal kerja (working capital) dan

investasi (investment). Kelompok bank tersebut yaitu : Bank Persero, (State Banks);

Bank Pemerintah Daerah (Regional Government Banks); Bank Swasta Nasional

(Private National Banks), Bank Asing dan campuran (Foreign and Joint Banks).

Bank Umum (Coavercial Banks). Dalam penelitian ini penulis mengambil suku

(60)

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000

1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005

IRD INV

Gambar IV.3. Total Investasi dan Suku Bunga Dalam Negeri

Baik penanaman modal dalam negeri (Domestic Investement) maupun

penanaman modal asing (Foreign Direct Investment) sangat memperhatikan tingkat

suku bunga asing yang berlaku baik Libor (London Inter Bank Offered) Rate atau

Sibor (Singapore Inter Bank Offered Rate). Disamping itu juga mambandingkan

dengan tingkat suku bunga dalam negeri khususnya suku bunga kredit investasi.

IV.4. Analisis dan Hasil Estimasi

IV.4.1. Uji Kesesuaian (Test of goodness of fit)

Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan investasi di

Indonesia, maka dilakukan estimasi dengan model log-lin untuk data skunder yang

time series dengan kurun waktu 21 tahun dengan menggunakan program eviews 4.1.

(61)

Tabel IV.4. Hasil Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Investasi di Indonesia dengan Metode OLS

INV = -1400679 – 8621.832 IR + 133567.0 Ln NI

(-2.069835)*** (10.11419)***

R2 = 0.889622

F-statistic = 0.877358

Durbin – Watson Stat = 1.376203 Sumber : Lampiran 2

Keterangan :

Angka dalam kurung adalah nilai t-statistik *** Signifikan pada 10 %

Berdasarkan hasil estimasi pada tabel IV.4 diatas, di peroleh nilai koefisien

determinasi (R2) sebesar 0.889622 yang berarti secara keseluruhan variabel bebas

dalam persamaan tersebit (IRD, IRL dan NI) mampu menjelaskan variasi permintaan

investasi di Indonesia sebesar 89 % dan sisanya sebesar 11 % di jelaskan oleh

variabel lain yang tidak terdapat dalam model persamaan tersebut.

Selanjutnya bila di analisis lebih mendalam seberapa jauh pengaruh variabel

independen dalam model secara bersama-sama (simultan) menjelaskan variabel

dependen, maka diperoleh pengaruhnya terhadap permintaan investasi di Indonesia

memberikan pengaruh yang signifikan secara statistika dengan tingkat kepercayaan

90 %. Hal ini bisa dilihat dari nilai F statistik sebesar (72.53798) yang lebih besar dari

Ftabel sebesar 3.10 % pada α 5 % atau 0.05. Ini berarti bahwa secara bersama-sama

(simultan) variabel suku bunga dalam negeri, dan pendapatan nasional berpengaruh

(62)

Bila pengujian koefisien uji F statistik dilakukan testnya maka di peroleh

3) Statistik penguji :

53798

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, di mana Fhitung > Ftabel, dengan demikian HA

diterima, artinya bahwa secara simultan IR, dan NI berpengaruh nyata terhadap

Gambar

Grafik INV, NI, EKS dan IR.........................................................
Tabel I.1. Rencana Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang disetujui Pemerintah Menurut Sektor, Tahun 2001-2005 (Miliar Rupiah)
Tabel I.2. Rencana Penanaman Modal Asing (PMA) yang disetujui Pemerintah Menurut Sektor, Tahun 2001-2005 (Juta US $)
Gambar II.1. :  Kurva Permintaan Investasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) keterampilan siswa dalam membaca teks bahasa Jerman sebelum menggunakan model pembelajaran cooperative learning

Strategi – strategi yang mereka lakukan tersebut adalah : optimalisasi sumber daya manusia (yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk peningkatan

Standar pekerjaan lapangan kedua mengharuskan auditor memperoleh pemahaman pengendalian intern yang berlaku dalam entitas, sebelum auditor melaksanakan audit secara

Bagaiman konsep redesain Rumah Sakit Jiwa di Klaten yang dapat mengatasi permasalahan pada unit teknis, fungsi, perilaku dan sekaligus dapat menampung kegiatan

dalam pembuatan es krim adalah sukun yang memiliki rasa kurang disukai jika diolah tanpa penambahan, susu jagung memiliki rasa sedikit manis pada akhirnya jika

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau

In 2008, THI, a subdiary, obtained on demand loan and overdraft loan facilities with maximum amounts of Rp 5 billion and Rp 3 billion, respectively, which already matured on

Konteribusi Persepsi Tentang Prilaku Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Terhadap Motivasi Belajar