• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi Dan Identifikasi Protein Parasporin Dari Bacillus Thuringiensis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi Dan Identifikasi Protein Parasporin Dari Bacillus Thuringiensis"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PROTEIN PARASPORIN

DARI Bacillus thuringiensis

WINAHYU HAPSARI

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Berjudul Isolasi dan Identifikasi Protein Parasporin dari Bacillus Thuringiensis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

Winahyu Hapsari

(4)

ABSTRAK

WINAHYU HAPSARI. Isolasi Dan Identifikasi Protein Parasporin dari Bacillus

thuringiensis. Dibimbing oleh AKHMAD ENDANG ZAINAL HASAN dan

EDDY JUSUF.

Protein kristal dari Bacillus Thuringiensis telah dikenal sebagai insektisida yang aman terhadap kesehatan dan ramah lingkungan. Beberapa tipe protein dari

B. thuringiensis juga memiliki kemampuan untuk menghambat sel kanker pada manusia. Tipe protein anti kanker dari galur B. thuringiensis disebut sebagai parasporin. Parasporin yang sampai saat ini telah ditemukan diklasifikasi ke dalam empat famili yaitu parasporin-1, parasporin-2, parasporin-3, dan parasporin-4. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan identifikasi protein parasporin dari

B. thuringiensis. Identifikasi tipe protein yang didapatkan beradasarkan bobot molekul menggunakan metode elektroforesis SDS PAGE. Penyebaran bakteri B. thuringiensis terbanyak didapatkan di tanah, batang, dan daun pepohonan. Pada penelitian ini sampel yang digunakan berasal dari tanah dari daerah Ciamis, Sukabumi, Cianjur, Tangerang, dan Purwokerto. Hasil dari isolasi tanah didapatkan 48 nomor isolat yang menghasilkan protein kristal. Dari kelima daerah tersebut, sampel tanah yang berasal dari Ciamis paling banyak menghasilkan isolat protein kristal sedangkan Sukabumi memiliki isolat paling sedikit sebagai penghasil protein berkristal. Hasil elektroforesis SDS PAGE menunjukkan hanya ada dua sampel yang merupakan protein parasporin. Sampel yang berasal dari Ciamis (C3) termasuk kedalam protein parasporin-1, sedangkan sampel yang berasal dari Ciamis (C5) merupakan protein parasporin-3.

Kata kunci : Bacilus thuringiensis, protein, parasporin, SDS PAGE

WINAHYU HAPSARI. Isolation and Identification of Proteins from Bacillus thuringiensis Parasporin. Supervised by AKHMAD ENDANG ZAINAL HASAN and EDDY JUSUF.

Crystal protein from Bacillus thuringiensis has been known as a safe insecticide to health and environmentally friendly. Several types of B. thuringiensis proteins also have the ability to inhibit cancer cells in humans. Type of anti- cancer proteins from B. thuringiensis strain referred to as parasporin. Parasporin which to date have been found classified into four families , namely parasporin - 1 , parasporin - 2 , parasporin - 3 , and parasporin - 4. This study aimed to isolate and identify proteins from B. thuringiensis parasporin. Identify the type of protein molecular weight obtained using SDS PAGE electrophoresis method. The spread of B. thuringiensis bacteria found in most soil, stems , and leaves of trees. In this study, samples were taken from the soil of the area Ciamis, Sukabumi, Cianjur, Tangerang, and Purwokerto. The results of the ground isolation numbers obtained 48 isolates that produce protein crystals. Of the five regions, soil samples from Ciamis most isolates produce crystal protein isolates while Sukabumi have at least as a producer of crystalline proteins. SDS PAGE electrophoresis results showed only two protein samples are parasporin. Samples derived from ciamis ( C3 ) included in parasporin protein - 1 , whereas samples originating from Ciamis ( C5 ) is parasporin protein - 3.

(5)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PROTEIN PARASPORIN

DARI Bacillus thuringiensis

WINAHYU HAPSARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT untuk segala rahmat dan karunia-Nya serta salawat dan salam tercurahkan pada Rasulallah SAW sehingga penulisan hasil penelitian ini dapat diselesaikan. Hasil penelitian yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Protein Parasporin 2 dari Bacillus thuringiensis. ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia.

Rasa terima kasih diberikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan hasil penelitian ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Ir. Akhmad Endang Zainal Hasan, M.Si sebagai pembimbing skripsi dan Drs. Eddy Jusuf ,DES sebagai pembimbing penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Genetika Bioteknologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong-Bogor. Terima kasih pula kepada Mbak Rere dan Kak Ogi yang telah mendampingi selama penelitian. Tidak lupa pula rasa terima kasih pun diucapkan kepada kedua orang tua, adik, dan seluruh keluarga besar atas segala doa dan dukungan yang sangat berarti bagi penulis. Adapula rasa terima kasih kepada para sahabat Ana, Septhia, Iqbal, Wahyu, Bambang, Tika, Utty, Oji, Arini, Rahma, Ima, Riris, Yudith, Azizah, Tati, Deffy, Deni, dan Fitri atas segala dukungan dan bantuannya selama penulisan hasil penelitian ini.

Penulisan hasil penelitian ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik membangun yang dapat berguna dalam memperbaiki penulisan hasil penelitian ini. Besar harapan agar hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL 4

Isolat B. thuringiensis dari Tanah di Pulau Jawa 4

Hasil Uji Kuantitatif Protein 4

Hasil Elektroforesis SDS PAGE 5

PEMBAHASAN 6

Isolat B. thuringiensis dari Tanah di Pulau Jawa 6

Hasil Uji Kuantitatif Protein 6

Hasil Elektroforesis SDS PAGE 7

SIMPULAN DAN SARAN 7

DAFTAR PUSTAKA 8

LAMPIRAN 10

(10)

DAFTAR TABEL

1 Isolat penghasil protein kristal 4

2 Konsentrasi protein Toksin 4

3 Bobot molekul 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Alur Penelitian 10

(11)

PENDAHULUAN

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit penyebab utama kematian di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2008, sekitar 7,6 juta kematian disebabkan oleh penyakit tersebut. Jenis kanker yang paling banyak diderita adalah kanker paru-paru, kanker kolon, kanker hati, kanker payudara, dan kanker serviks. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi tumor/kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk, artinya dari setiap 1000 orang Indonesia sekitar 4 orang di antaranya menderita kanker. Data dari Sistim Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2008 menunjukkan, kanker payudara (18,4%) dan kanker leher rahim atau kanker serviks (10,3%) menduduki urutan pertama dan kedua terbanyak.

Beberapa macam bahan kimia telah dikenal sebagai senyawa anti-kanker seperti mytomycin C, doxorubicin HCl, 5-lourouracil, vincristine sulfate, vinblastine sulfate, dan lainnya telah dikomersilkan dalam terapi penyakit kanker. Penggunaan sinar X, sinar gamma, dan pengangkatan jaringan kanker sudah lama diperkenalkan, namun dari semua cara ini masih belum diperoleh adanya penyembuhan total. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa beberapa tipe protein yang disintesis oleh bakteri Bacillus thuringiensis memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan sel kanker pada manusia.

Protein kristal dari B. thuringiensis telah dikenal sebagai racun pada beberapa serangga sehingga banyak digunakan sebagai insektisida dalam bidang pertanian dan kehutanan. B. thuringiensis dikenal sebagai bahan baku pestisida yang baik dalam pertanian dan aman terhadap kesehatan serta ramah lingkungan. Sifat ramah lingkungan tersebut karena protein kristal yang diisolasi dari B. thuringiensis mempunyai target yang spesifik sehingga tidak mematikan serangga yang bukan sasaran serta tidak mencemari lingkungan.

Awal abad ke 21 telah diketahui beberapa tipe protein dari B. thuringiensis

yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan sel kanker pada manusia. Dari beberapa penelitian terdahulu telah diidentifikasi protein cristal dari Bacillus thuringiensis yang merupakan protein non-insektisidal (Ito et al 2005). Protein dengan fungsi unik tersebut saat ini dikategorikan ke dalam suatu kelompok parasporin. Protein kristal anti kanker dari galur B. thuringiensis disebut sebagai parasporin. Istilah parasporin didefinisikan sebagai protein-protein δ-endotoksin yang non-hemolitik tetapi memiliki kemampuan preferensial membunuh sel kanker (Mizuki et al. 2000). Parasporin yang sampai saat ini telah ditemukan diklasifikasi ke dalam empat famili yaitu parasporin -1, -2, -3, dan -4. Keempat parasporin tersebut diisolasi dari B. thuringiensis yang berasal dari lingkungan alamiah di Jepang. Beberapa peneliti sebelumnya melaporkan bahwa lingkungan alam tropis dan sub-tropis di Asia Tenggara merupakan lingkungan yang baik bagi populasi B. thuringiensis. Vietnam merupakan salah satu negara yang telah mengeksplorasi tanahnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa protein

(12)

memperkuat pendapat bahwa parasporin dapat diproduksi tidak hanya di Jepang tetapi di daerah Asia lainnya (Yasutake et al. 2005).

Indonesia merupakan negara ke-2 setelah Brazil yang sangat kaya dengan keanekaragaman sumber daya hayati.Besar kemungkinan galur bakteri tersebut dapat diperoleh. Penelitian ini difokuskan untuk mengeksplorasi sumber daya hayati Indonesia, khususnya tanah yang mengandung protein parasporin dari B. thuringiensis yang memiliki aktivitas sitosidal paling besar dan sel kanker sasaran yang lebih banyak (Ohba et al 2009). B.thuringiensispenghasil protein toksin yang berpotensi tidak hanya sebagai anti serangga tetapi juga sebagai anti kanker, kemudian mengidentifikasi tipe protein yang didapatkan berdasarkan bobot molekulnya.

METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan yaitu tanah yang diambil secara acak dari Ciamis, Sukabumi, Cianjur, Tangerang, dan Purwokerto, buffer fosfat, bacto agar, tripton, triptos, yeast ekstrak, glukosa, MnCl2, NaCl, MgSO4. 7H2O, FeSO4.7H2O, volumetrik, labu Erlenmeyer, neraca analitik, tabung reaksi, cawan petri, vortex, penangas air, laminar air flow, pipet mikro, mikroskop, kaca preparat, tusuk gigi, bunsen, sentrifus, microtube, microwave, peralatan elektroforesis, dan Spektrofotometer UV-Vis.

Prosedur Penelitian

Pembuatan Media

Media yang digunakan pada penelitian ini yaitu media modifikasi sporulasi (HCO) dan media LA. Media modifikasi HCO dibuat dari campuran 4 g bacto agar, 3 g tripton, 2 g triptos, 1.5 g yeast ekstrak, dan garam-garam mineral yaitu 0.005 M MnCl2, 0.05% NaCl, 0.02% MgSO4.7H2O, 0.00005%

FeSO4.7H2O, 0.018 g CaCl2. 4H2O, 3 g glukosa, 0.0005 g ZnSO4, dan 0.5

K2HPO4. Sedangkan media LA dibuat dari campuran 4 g bacto agar, 10 g tripton,

5 g yeast ekstrak, dan 10 g NaCl.

Isolasi Bakteri Bacillus thuringiensis yang berasal dari tanah (Travera1987)

(13)

thuringiensispembanding. Koloni tersebut dipindahkan ke cawan petri yang berisi media LA kemudian diinkubasi selama kurang lebih 72 jam. Setelah itu dipindahkan ke media HCO baru diinkubasi pada suhu ruang selama kurang lebih 72 jam sampai terjadi sporulasi. Untuk mengetahui adanya sporulasi dilakukan observasi menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x. Koloni yang telah bersporulasi diambil sedikit untuk dibuat preparatkemudian diobservasi kembai dengan mikroskop untuk dilihat protein kristalnya. Koloni yang dipastikan membentuk protein kristal dipanen dan dikoleksi sebagai isolat baru dalam media LA miring.

Isolasi Protein Bakteri Bacillus thuringiensis(Bel 1997)

Koloni yang telah dipanen dimasukkan ke dalam mikrotube yang telah berisi NaCl 0.5 M dingin sebanyak 0,5 mL diaduk rata sampai homogen menggunakan vorteks. Campuran tersebut selanjutnya disentrifugasi pada kecepatan 13.000 g selama 10 menit. Supernatan hasil sentrifugasi dibuang, sedangkan pelet diresuspensi dengan NaCl 0.5 M dingin sebanyak 0,5 mL lalu disentrifugasi dengan kecepatan dan lama waktu yang sama. Kemudian supernatan dibuang, pelet disuspensi dengan 140 µL campuran antara SDS 1%

dengan 0.01% β-merkaptoetanol dan dipanaskan pada suhu 100oC selama 10 menit. Selanjutnya disentrifugasi kembali dengan kecepatan 13.000 g selama 20 menit.Supernatan dikumpulkan untuk digunakan pada uji kuantitatif protein dan elektroforesis SDS PAGE.

Uji Kuantitatif Protein (Kresze 1983)

Sebanyak 50 µL sampel dicampur dengan akuades sampai volumenya tepat 2 mL.Campuran tersebut kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Selanjutnya dihitung dengan rumus :

Konsentrasi Protein (mg/ml) = 1.55 A280 – 0.76 A260

Elektroforesis Gel Poliakrilamida Sodium Dodesil Sulfat (SDS PAGE) (Laemli 1970)

Preparasi Sampel. Supernatan hasil isolasi protein diambil sebanyak 20 µL dan ditambahkan dengan 20 µL bufer sampel. Bufer sampel terdiri dari campuran 0.15 M tris/HCl pH 8.8, 3.75 M EDTA, 0.75 M sukrosa, 0.075%

bromphenol blue, 2.5% SDS dan 7.4 mM dithiotreitol. Campuran supernatan dan bufer sampel dihomogenkan dan dipanaskan pada suhu 100oC selama 10 menit.

Preparasi Gel Elektroforesis.Running Gel 13%Sebanyak 4.33 mL

Acrylamide/bisacrylamide (30/08)dicampurkan dengan 4.22 mL aquabidest, 1.25 mL tris 3M pH 8.8, 100 µL SDS 10 %, 100 µL amonium persulfat, dan ditambahkan TEMED sebanyak 8 µL. Campuran tersebut selanjutnya dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam kaca elektroforesis. Jika ada gelembung ditambahkan aquabidest diatas permukaan gel tersebut.

Stacking Gel.Sebanyak 0.8 mL Acrylamide/bisacrylamide

(14)

Loading Sampel.Hasil gel yang telah dibuat dipasang pada perangkat elektroforesis kemudian larutan bufer SDS dimasukkan ke dalam tangki elektroforesis. Sampel dimasukkan ke dalam sumur sebanyak 30 µL. Elektroforesis dilakukan selama kurang lebih 3 jam dengan tegangan listrik sebesar 75 volt.

Pewarnaan.Gel hasil elektroforesis diangkat kemudian diwarnai dengan pewarna coomassie briliant blue stanning gel selama kurang lebih 24 jam. Selanjutnya gel diangkat dan dimasukkan ke dalam aquadest lalu dipanaskan hingga pita terlihat jelas.

Penentuan Bobot Molekul

Bobot molekul ditentukan memakai program Photocap MW. Photo-capMw merupakan program yang dapat digunakan untuk mengkuantifikasi gel hasil elektroforesis dan imuno elektrofokusing (Gibas dan Jambeck 2001).

HASIL

Isolat B. thuringiensis dari Tanah di Pulau Jawa

Berdasarkan hasil isolasi yang dilakukan terhadap beberapa sampel tanah diperoleh 5 sampel yang memiliki kemiripan dengan koloni B. thuringiensis.Lima daerah tersebut adalah Ciamis, Sukabumi, Cianjur, Tangerang, dan Purwokerto. Hasil dari isolasi terpilih 48 nomor isolat yang menghasilkan protein kristal. Isolat penghail protein kristal dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Isolat Penghasil Protein Kristal

Sampel tanah Isolat Penghasil Protein Kristal

Ciamis 1 C1, C3, C5, C7, C8, C9, C10, C11, C12, C14, C17, C18, C20, C22, C23 Sukabumi S2, S3, S5, S7

Ciamis 2 M1, M3, M4, M6, M8, M9, M13 Cianjur 2 J’1, J’12

Tangerang T2, T3, T4, T7 Cianjur 1 J2, J5, J7, J11

Unsud U1, U2, U4, U5, U6, U7, U11, U12, U13, U14, U15, U16

Uji Kuantitatif Protein

(15)

Tabel 2 Konsentrasi Protein Toksin

Sampel C1 C3 C5 C7 C8 C9

Konsentrasi Protein

(mg/mL) 0.75374 0.74397 1.0841 0.91406 0.63845 0.49103

Lanjutan

C10 C11 C12 C14 C17 C18 C20 C22 C23

0.54005 0.83708 0.86812 0.5115 0.61294 0.95413 0.88843 1.16942 103.578

S2 S3 S5 S7 M1 M3 M4 M6 M8

0.09983 0.06153 0.31775 0.16463 0.24876 0.20597 0.13628 0.13889 0.21864

M9 M13 J'1 J'12 T2 T3 T4 T7 J2

0.20016 0.20216 0.18448 0.13544 0.21685 0.32755 0.14246 0.13754 0.47037

J5 J7 J11 U1 U2 U4 U5 U6 U7

0.44289 0.17542 0.24909 0.034 0.010 0.049 0.030 0.051 0.052

U11 U12 U13 U14 U15 U16

0.022 0.052 0.085 0.020 0.009 0.025

Elektroforesis SDS PAGE

Penentuan bobot molekul protein menggunakan metode Laemli.Dapat diketahui dari 48 sampel, hanya ada dua sampel yang merupakan protein parasporin. Hasil elektroforesis dapat dilihat pada gambar 1. Sampel yang berasal dari ciamis (C3) termasuk kedalam protein parasporin-1, sedangkan sampel yang berasal dari Ciamis (C5) merupakan protein parasporin-3. Bobot molekul dan tipe parasporin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Bobot Molekul

sampel Bobot Molekul (kDa) Tipe

Parasporin

C3 81.1 PS 1

(16)

Gambar 1 Hasil elektroforesis

PEMBAHASAN

Isolat B. thuringiensis dari Tanah di Pulau Jawa

Bacillus thuringiensis merupakan bakteri Gram positif, berspora, bersifat aerob, berbentuk batang memiliki ukuran lebar 1,0 - 1,2 µm dan panjang 3 - 5 µm. Penyebaran bakteri ini terbanyak didapatkan di tanah, makanan ternak, batang dan daun pepohonan serta lingkungan perairan (Thanabalu et al. 1992). Sampel tanah diambil dari beberapa daerah yang berbeda, yaitu Ciamis, Sukabumi, Cianjur, Tangerang, dan purwokerto. Sampel tanah dari masing-masing daerah diambil sebanyak 1gram, dicampur dengan 10 mL bufer fosfat kemudian diaduk sampai homogen. Campuran tersebut disebarkan ke cawan petri yang berisi media. Kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama 72 jam.

Berdasarkan hasil isolasi beberapa sampel tanah di daerah Ciamis, Sukabumi, Cianjur, Tangerang, dan purwokerto diperoleh 48 isolat yang menghasilkan protein kristal. Dari kelima daerah tersebut, sampel tanah yang berasal dari Ciamis paling banyak menghasilkan isolat protein kristal sedangkan Sukabumi memiliki isolat paling sedikit sebagai penghasil protein berkristal.

Hal tersebut menunujukkn bahwa kandungan sampel tanah yang diambil pada daerah itu berbeda. Sampel tanah pada daerah Ciamis lebih banyak mengandung zat-zat yang diperlukan bagi pertumbuhan B. thuringiensisyaitu mineral, karbon, dan nitrogen. Selain itu sumber air, kondisi lingkungan, kelarutan oksigen dalam tanah, pH, dan temperatur juga dapat mempengaruhi.

Uji Kuantitatif Protein

Penentuan konsentrasi protein rekombinan dilakukan dengan metode berdasarkan Caprrette (1995).Perhitungan tersebut dilakukan menggunakan mesin spektrofotometri UV.Konsentrasi protein di ukur pada panjang gelombang 260 dan 280.Konsentrasi yang paling tinggi sebesar 1.08741 mgml-1 berasal dari tanah di Ciamis sedangkan konsentrasi protein paling rendah sebesar 0.06135mgml

-1

berasal dari tanah di Sukabumi.Perbedaan kadar protein pada masing-masing sampel dapat disebabkan dari perbedaan jumlah biomassa isolat yang didapat dan

200 150 100 75 50 37

25

(17)

dipengaruhi oleh proses sporulasi dari isolat pada masing-masing sampel dalam menghasilkan protein toksin (Yusuf 2009).

Elektroforesis SDS PAGE

Elektroforesis merupakan suatu cara untuk memisahkan fraksi-fraksi campuran berdasarkan atas pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan dibawah pengaruh medan listrik. Elektroforesis pada umumnya digunakan untuk menentukan berat molekul (BM), mendeteksi kemurnian dan kerusakan protein atau asam nukleat, menetapkan titik isolistrik, serta memisahkan spesies-spesies yang berbeda secara kualitatif dan kuantitatif (Bintang 2010).

Salah satu metode elektroforesis yang umumnya digunakan untuk analisa protein secara kualitatif adalah SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrilamid Gel Elektroforesis). Prinsip dasar metode adalah pergerakan molekul protein pada media yang dialiri arus listrik. Molekul protein akan bergerak dari katoda ke anoda, pergerakan molekul protein dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, dan muatan elektrik protein tersebut (Koolman dan Roehm 2005). Berdasarkan hasil SDS-PAGE yang dianalisis menggunakan Photo-capMwhanya ada dua sampel yang merupakan protein parasporin. Photo-capMw merupakan program yang dapat digunakan untuk mengkuantifikasi gel hasil elektroforesis dan imuno elektrofokusing (Gibas dan Jambeck 2001).Pada prinsipnya pengukurannya adalah bersifat kuantitatif dengan menunjukkan intensitas dan bobot molekul suatu molekul dari hasil elektroforesis asam nukleat atau protein. Kedua sampel yang termasuk protein parasporin berasal dari ciamis. Sampel C3 termasuk ke dalam protein parasporin-1 dengan bobot molekul 81.1 kDa sedangkan sampel C5 termasuk protein parasporin-3 dengan bobot molekul 64.8 kDa.

Parasporin-1 (PS-1) merupakan protein Cry yang berukuran 81kDa yang tersusun dari 723 asam amino. Protein ini dikenal sebagai Cry31Aa2. Aktivitas sitosidal terjadi apabila protein telah didegradasi oleh protease menjadi molekul kecil yang berukuran 60kDa. Mekanisme sitosidal dari protein ini adalah meningkatkan dengan cepat kepekatan ion bebas Ca 2+ intraseluler dengan tanpa perubahan permeabilitas membran plasma dan sel-sel kanker dibunuh melalui apoptosis (Kitada et al. 2005).

(18)

sedangkan sampel C5 termasuk protein parasporin-3 dengan bobot molekul 64.8 kDa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dilakukan isolasi bakteri

Bacillus thuringiensis yang berasal dari tanah di luar Pulau Jawa. Metode isolasi protein perlu diperbaiki dengan metode pemurnian protein agar didapatkan hasil yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Bel Y. Granero F. Alberola TA. Martinez-Sebastian MJ. Ferre J. 1997. Distribution, frequency, and Diversity of Mosquito Strains of Bacillus thuringinsisin Olive Environments in Spain. J. Biochem. Ed 20 : 52-658. Bintang. 2010. Teknik Penelitian Biokimia. Jakarta : Erlangga.

CarpretteDR. 1995. Absorbance assay (280).

Terhubungberkalawww.ruf.rice.edu/~bioslabs/methods/protein/abs280.html. [13 Juni 2012]

Collins FS and Trent JM. 2001. Cancer Genetics. Dalam: Fenton RG and Longo DL (Eds). Cell Biology of Cancer. McGraw Hill, NY.

Gibas C and Jambeck P. 2001. Bioinformatics Computer Skills. United States of

America : O’Reilly & Associates, Inc.

Hayakawa T. Kanagawa R. Katani Y. Kimura M. Yamagiwa M. Yamane Y. Sotakebe. Sakai H. 2007. Parasporin 2Ab, a newly isolated cytotoxic crystal protein from Bacillus thuringiensis. Microbiol. 55 :278-283.

Kitada S. Abe Y. Ito A. Kuge O. Akao T. Mizuki E. Ohba M. 2005. Molecular Identification and Cytocidal Action of Parasporin a Protein Group of Novel Crystal Toxins Targetting Human Cancer Cells. Conferense on the Biotechnology of Bacillus thuringiensis and its Enviromental Impact. 23-27. Koolman J, Roehm KH. 2005. Atlas of Biochemistry. Ed ke-2. New York :

Thieme.

Kresze G. Muensterer H. 1983. Bis(methoxycarbonyl)sulfur diimide, a convenient reagent for the allyc amination of alkenes. The Journal of Organic Chemistry. 48 : 3561-3564

Laemli UK. 1970. Nature. 227 : 680-685

(19)

Bacillus thuringiensis. Clinicaland Diagnostic Laboratory Immunology. 7 (4) : 625-634.

Ohba M, Mizuki E, Uemori A. 2009. Parasporin, a new anticancer protein group from Bacillus thuringiensis. Anti Cancer. 29 : 427-434.

Yasutake K. Binh ND. Kagoshima K. Uemori A. Ohgushi A. Maeda M. Mizuki E. Yu YM. Ohba M. 2006.Occurrence of parasporin-producingBacillus thuringiensis in Vietnam. Canadian Journal of Microbiology. 52(4): 365-372.

Yusuf E. 2009. Exploration of Bacillus thuringiensisδ-endotoxin protein distribution around Jabodetabek region. MicrobiologyIndonesia 3.2 : 51-55 Zakaria FR. 2001. Pangan dan Pencegahan Kanker. Teknologi dan Industri

Pangan 12. 2 : 171-177

(20)

Lampiran 1 Diagram Alir penelitian

Sampel tanah

Isolasi bakteri

Isolasi protein dari bakteri

Uji kualitatif

protein

Elektroforesis SDS PAGE

(21)
(22)
(23)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 2Agustus 1990 dari ayah yang bernama Bambang Moeryantoro dan ibu yang bernama Martini. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara.Adik perempuan penulis bernama Arini Murwindarti dan Amelia Chairunnisa.

Pada tahun 2008 penulis lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pilihan mayor yang penulis ambil adalah Biokimia yang berada di bawah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama penulis mengikuti perkuliahan di IPB, penulis pernah mengikuti beberapa organisasi dan kepanitian.Organisasi yang pernah diikuti penulis adalah Gentra Kaheman, dan CREBs. Kepanitian yang pernah penulis ikuti adalah Lomba Karya Ilmiah Populer(LKIP) sebagai anggota divisi publikasi dekorasi tahun 2009, Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Biokimia pada tahun 2009 sebagai anggota divisi humas, Koordinator divisi konsumsi pada Biokimia Expo pada tahun 2010, fieldtrip I biokimia sebagai koordinator divisi konsumsi pada tahun 2010, Masa Perkenalan Departemen Biokimia pada tahun 2010 sebagai sekretaris, fieldtrip II biokimia pada tahun 2011 sebagai koordinator divisi konsumsi, Masa Perkenalan Departemen Biokimia pada tahun 2011 sebagai penanggung jawab kelompok, dan Siang Keakraban Biokimia pada tahun 2012 sebagai koordinator divisi konsumsi. Penulis dalam bidang karya ilmiah pernah mendapatkan dana bersaing dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2010 dengan judul Pembuatan Cangkang Kapsul Dari Pektin Kulit Buah Markisa Sebagai Upaya Jaminan Halal Obat-Obatan, serta pada tahun 2012 dengan judul Ameliorasi Sel Hati Akibat Sindrom Metabolik Melalui Terapi HerbalPada Tikus (RattusNovergicus) Dengan Pemanfaatan Limbah Kulit Kayu Mahoni (Swietenia Macrophylla King.). Selain itu penulis pada tahun 2012 terpilih sebagai peserta Bank Indonesia Entrepreneurship Program.

Gambar

Tabel 2 Konsentrasi Protein Toksin
Gambar 1 Hasil elektroforesis

Referensi

Dokumen terkait

licheniformis F-11.1 dan F-11.4 memiliki jumlah protein optimum tertinggi yang berasal dari isolat yang tumbuh pada media LBHC.. licheniformis F- 11.1 memiliki jumlah

Dua isolat yaitu QC 5C32 dan QC 7B41 yang berasal dari sampel tanah penambangan batu kapur Palimanan Cirebon dapat menghasilkan Indole-3-acetic acid (IAA) pada media

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 isolat dari 45 isolat bakteri pelarut P yang diisolasi dari sampel tanah sekitar kawasan tambang batu kapur Cirebon mampu melarutkan

Isolat cendawan endofit yang paling banyak didapat berasal dari pelepah tanaman padi, yaitu 3 isolat dan hanya diperoleh 1 isolatdari daun.Isolasi dari bagian akar tidak

thuringiensis dan diamati memiliki kristal protein selanjutnya diukur jumlah selnya menggunakan medium pertumbuhan dengan molase sebagai sumber karbon, urea sebagai sumber

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak dari hasil fermentasi isolat bakteri dari Pantai Kenjeran Surabaya dapat.. menghasilkan antibiotik yang

Hasil pemberian perlakuan isolat terhadap ulat grayak pada hari keempat dapat menyebabkan mortalitas ulat sampai 95% untuk isolat 47 dan 87,5% untuk isolat Lot 2,

Pengamatan endospora digunakan untuk mengamati apakah isolat mampu menghasilkan endospora yang diasumsikan dari genus Bacillus. Isolat diambil sebanyak 1 ose, kemudian