• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli Gigi RUSD Dr.Pirngadi Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli Gigi RUSD Dr.Pirngadi Medan."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Kartu FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

Kuesioner Penelitian

PETUNJUK

1. Bapak/Ibu/Saudara diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada dengan jujur

2. Lingkarilah untuk pilihan jawaban yang tepat

3. Jika ada yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti

Contoh :

Jenis kelamin : 1 Laki-laki Perempuan

DATA PASIEN

1. Nama : ...

2. Umur : ……….

1. Masa remaja 12-25 tahun 2 2 Masa dewasa 26-45 tahun

3. Masa lansia 46-65 tahun

3. Jenis Kelamin : ………. 1. Laki- laki 2. Perempuan 3

4. Pendidikan terakhir :

1. Tidak sekolah/tidak lulus SD 4. Tamat SMA atau sederajat 4

2. Tamat SD atau sederajat 5. Perguruan tinggi

3. Tamat SMP atau sederajat

5. Pekerjaan :

1. PNS/ABRI 5. Ibu rumah tangga 5

2. Pegawai swasta/Pedagang 6. Mahasiswa/tidak bekerja

3. Wiraswasta/Pedagang 7. Dll (………)

4. Pensiunan

(2)

6. Jumlah Kunjungan :

1. Pertama datang 3. Lebih dari dua kali 6

2. Kedua

Pertanyaan responden yang pernah berobat ke dokter gigi 7. Bagaimana perasaan anda terhadap pengalaman sebelumnya

yang tidak menyenangkan terhadap perawatan gigi? a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 7 c. Cemas

8. Jika asnda cemas, perawatan apa yang paling membuat anda cemas? a. Pencabutan gigi

b. Penambalan 8 c. Scalling/ Pembersihan karang gigi

d. Ortodonti/kawat gigi

9. Bagaimana perasaan anda duduk di kursi gigi dan melihat alat – alat dokter gigi?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 9 c. Cemas

10.Bagaimana perasaan anda saat dokter gigi melihat dan memeriksa gigi anda? a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 10 c. Cemas

11.Bagaimana perasaan anda saat dokter gigi memegang jarum suntik dan akan menyuntik ke gusi anda?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 11 c. Cemas

12.Bagaimana perasaan anda mendengar dan merasakan getaran alat seperti bur dan alat skeling?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 12 c. Cemas

13. Bagaimana perasaan anda saat dokter gigi tidak ramah dan tidak

simpatik saat merawat anda? a. Tidak cemas

(3)

14.Bagaimana perasaan anda saat melihat dokter gigi yang terburu – buru ketika merawat anda?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 14 c. Cemas

Pertanyaan untuk semua responden

15.Bagaimana perasaan anda untuk mengunjungi dokter gigi di hari esok?

a. Tidak cemas b. Cukup cemas 15 c. Cemas

16.Bagaimana perasaan anda terhadap rasa sakit yang anda alami sekarang membuat anda cemas untuk berobat ke dokter gigi?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 16 c. Cemas

17.Bagaimana perasaan anda saat menunggu giliran di ruang tunggu? a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 17 c. Cemas

18. Bagaimana perasaan anda ketika mendengar pengalaman buruk seseorang terhadap perawatan gigi?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 18 c. Cemas

19.Bagaimana perasaan anda jika ada orang menakut – nakuti anda bahwa ke dokter gigi sangat menakutkan?

a. Tidak cemas

b. Cukup cemas 19 c. Cemas

20. Bagaimana perasaan anda ketika mendengar nama anda dipanggil untuk memasuki ruangan dokter gigi?

a. Tidak cemas

(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dennis G, Christine A, Padesky A. Manajemen pikiran : Metode ampuh menata

pikiran untuk mengatasi depresi, kemarahan, kecemasan, dan perasaan merusak

lainnya. Cet I. Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka Anggota IKAPI. Bandung: 2004:

212-13.

2. Stefanace J. Stephen, Nesbit SP. Treatment planning in dentistry. 2nd ed. Mosby

Elsevier’s Health Sciences Rights Department in Philadelphia, PA, USA. 2008:

371-73.

3. Daniel SJ, Harfst SA, Wilder RS, Francis B, Mitchell SH. Mosby’s dental hygiene:

concepts, cases, and competencies.2nd ed. Elsevier’s Health Sciences Rights

Department in Philadelphia, PA, USA, 2008: 754-55.

4. Greenwood M, Seymour RA, Meechan JG. Textbook of human disease in

dentistry. 1nd ed. British Library, USA, 2009: 275.

5. Hmud R, Walsh LJ. Dental anxiety: causes, complication and management

approaches. J Minim Interv Dent. The University of Queensland, Brisbane,

Australia. 2009; 2(1).

6. Naidu RS, Lalwah S. Dental anxiety in a sampleof west Indian adults. West Indian

med J 2010; 59.

7. Natarajan S, Seenivasan MK, Paturu R, Arul QA, Padmanabhan T. Dental fear and

anxiety in different gender of Chennai population. The Internet Epidemiology,

2003; 9(10). 5580/197. (14 januari 2013).

8. Kumar S, Bhargav P, Patel A, Bhati M, Balasubramanyam G, Duraiswamy P. et. al.

Does dental anxiety influence oral health-related quality of life? Observation from

a cross-sectional study among adults in Udaipur district, India. Oral Science, 2009;

2: 245-54.

9. Mappahijah N. Rasa takut dan cemas anak terhadap perawatan gigi di SDN 20

(5)

10.James LW. Dental management of the medically compromised patient. 7nd ed.

Mosby Elsevier’s Health Sciences Rights Department in Philadelphia, PA, USA.

2008: 488.

11.Cappelli DP, Mobley C. Prevention in clinical oral health care. Elsevier’s Health

Sciences Rights Department in Philadelphia, PA, USA. 2008: 145-53.

12.Oktay EA, Kocak MM, Sahinkesen G, Topcu FT. The role of age, gender,

education and experiences on dental anxiety. Gulhane Med J 2009; 51: 145-8.

13.Wals LJ. Anxiety prevention: implementing the 4 S principle in conservative

dentistry. Special Needs 2007. Sept/Oct: 24-6.

14.Bernson JM. Dental coping strategies and dental anxiety: Adaptive and

Maladaptive strategies among adults patients with regular or irregular dental care.

Tahun 2012. Tesis. Swedia: Department of Behavioral and Community Dentistry

Institute of Odontology Sahlgrenska Academy University of Gothenburg, 2012:

7-10.

15.Kirova DG. Dental anxiety among dental students. J IMAB 2011; 17: 137-9.

16.Soelarso H, Soebakti R, Mufid H. Peran komunikasi interpersonal dalam

pelayanan kesehatan gigi. Maj Ked Gigi (Dent J) 2005; 38: 124-9.

17.Australian Research Centre for Population Oral Health. Australian Dental

Association Inc. The avoidance and delaying of dental visits in Australia. Aust

Dent J 2012; 57:1-5.

18.Jahja Y. Psikologi perkembangan. Prenada media Jakarta, 2011: 237-54.

19.Kusumawati. Kepemimpinan dalam perspektif gender. Journal administrasi bisnis.

2007:1(1): 37-40.

20.Mehboob B, Khan E, Khan M. Dental anxiety scale in exodontias patient. JKCD

(6)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran

kecemasan pasien terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan pertama

dan berulang di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poli gigi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi

Medan yang berlokasi di Jl. Prof. Dr. HM Yamin SH 147 Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan selama penelitian ini adalah ± 12 bulan (Juli 2012-Juli

2013).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang berobat ke poli

gigi dan mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.3.2 Sampel

Cara sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling

dengan kriteria sampel adalah pasien dengan kunjungan pertama dan kunjungan

berulang yang melakukan perawatan gigi dan usia pasien 12-65 tahun.

3.3.3 Besar Sampel

Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

(7)

Keterangan :

n : besar sampel

Zα : nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat kepercayaan 95% =1,96

P : Proporsi pada populasi penelitian sebelumnya (hasil penelitian Hmud

dan Walts tahun 2007 menunjukkan rasa cemas terhadap perawatan gigi

sebesar 22%)

Q (1-P) : Selisih dari P

d : Prakiraan proporsi di populasi (8%)

n = 103

Maka, sampel yang diambil peneliti adalah 105 responden.

3.3.4 Kriteria Inklusi

Beberapa kriteria inklusi pada subjek penelitian ini adalah:

- Pasien kunjungan pertama dan kunjungan berulang yang melakukan perawatan gigi

- Pasien berumur 12-65 tahun yang berkunjung atau berobat ke poli gigi dan mulut

RSUD Dr. Pirngadi Medan.

- Pasien bersedia mengisi kuesioner.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

1. Jumlah kunjungan yang terdiri dari :

a. Kunjungan pertama ke dokter gigi yaitu pasien yang berobat ke poli gigi

RSUD Dr. Pirngadi Medan yang pertama kali berkunjung ke dokter gigi sebelum

mendapatkan perawatan gigi dengan pengalaman :

- Perasaan mengunjungi dokter gigi yaitu perasaan pasien ketika berkunjung ke

dokter gigi.

- Mendengar pengalaman buruk orang lain yaitu perasaan pasien saat

(8)

- Ditakut-takuti orang lain ke dokter gigi yaitu perasaan pasien saat ada orang

lain menakut-nakuti tentang ke dokter gigi.

- Saat menunggu giliran yaitu perasaan pasien saat menunggu giliran di ruang

tunggu.

- Bau ruangan lingkungan praktek yaitu perasaan pasien terhadap bau ruangan

praktek.

- Saat nama dipanggil memasuki ruangan yaitu perasaan pasien saat namanya

dipanggil memasuki ruangan dokter gigi.

b. Kunjungan berulang ke dokter gigi yaitu pasien yang berobat ke poli gigi

RSUD Dr. Pirngadi Medan yang datang kembali untuk melakukan perawatan gigi

atau kontrol ke dokter gigi dengan perasaan :

- Tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi yaitu pasien yang

mempunyai perasaan buruk atau tidak menyenangkan sebelumnya.

- Saat duduk di kursi gigi yaitu perasaan pasien saat duduk di kursi gigi.

- Saat dokter gigi memeriksa yaitu perasaan pasien saat dokter gigi melakukan

pemeriksaan.

- Saat dokter gigi memegang jarum suntik yaitu perasaan pasien ketika melihat

dokter gigi memegang jarum suntik.

- Saat mendengar suara getaran bur yaitu perasaan pasien ketika mendengar

suara getaran bur.

- Saat dokter gigi tidak ramah yaitu perasaan pasien saat dokter gigi tidak

ramah dalam melakukan perawatan gigi.

- Saat dokter gigi terburu-buru melakukan perawatan yaitu perasaan pasien saat

dokter gigi tidak ramah dalam melakukan perawatan gigi.

2. Usia adalah umur responden pada saat ulang tahun terakhir. Usia

dikategorikan menjadi :

a. Masa remaja 12-25 tahun

b. Masa dewasa 26-45 tahun

(9)

3. Jenis kelamin adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki ataupun

perempuan.

4. Tingkat kecemasan pasien adalah tingkat kecemasan responden dinilai dari

level:

a. Tidak cemas yaitu keadaan yang sama sekali pasien tidak gelisah atau

khawatir terhadap perawatan gigi.

b. Cemas yaitu keadaan yang membuat pasien merasa khawatir atau gelisah

terhadap perawatan gigi.

3.5 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan wawancara secara

langsung pada pasien poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan menggunakan kuesioner

dengan menilai tingkat kecemasan : tidak cemas atau cemas.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan tabulasi manual. Analisis data dilakukan

(10)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1Karakteristik pasien poli gigi dan mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan

Karakteristik pasien yang berobat ke poli gigi dan mulut RSUD Dr. Pirngadi

Medan 40,9% pasien kunjungan pertama dan 58,9% kunjungan berulang.

Berdasarkan kelompok umur cukup merata namun paling banyak dijumpai pada

kelompok umur 46-65 tahun yaitu 36,1%. Berdasarkan jenis kelamin perempuan

57,1% dan laki-laki 42,8%. Berdasarkan kelompok pendidikan paling banyak tamat

SMA 52,3% dan kelompok pekerjaan sebagai PNS 20,9% (Tabel 2).

Tabel 2. Persentase distribusi karakteristik pasien Poli Gigi dan Mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=105)

Karakteristik responden n % Umur Masa remaja (12-25 tahun)

Masa dewasa (26-45 tahun) Masa lansia (46-65 tahun)

31 Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

Tidak sekolah/tidak tamat SD Tamat SD/sederajat Dll (pelajar dan bidan)

(11)

4.2 Tingkat kecemasan pada pasien kunjungan pertama di Poli Gigi dan Mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan

Persentase pengalaman responden sebelum melakukan perawatan gigi pada

pasien kunjungan pertama perasaan cemas yang paling tinggi terhadap bau ruangan

praktek dokter gigi yaitu 67,4%, diikuti rasa cemas saat dipanggil ke ruangan dokter

gigi 60,5%, mengunjungi dokter gigi 58,1%, ketika mendengar pengalaman buruk

orang lain terhadap perawatan gigi serta menunggu giliran 53,5% dan perasaan jika

ada orang menakut-nakuti ke dokter gigi 39,5% (Tabel 3).

Tabel 3. Persentase distribusi tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan pertama di Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Pengalaman responden Tidak cemas Cemas

n % n %

Bau ruangan praktek dokter gigi

Saat dipanggil ke ruangan dokter gigi

Mengunjungi dokter gigi

Mendengar pengalaman buruk seseorang

Menunggu giliran

Ditakut-takuti ke dokter gigi

14

Persentase kecemasan perasaan terhadap bau ruangan lingkungan praktek

dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 26-45

tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi sebesar 78,5%. Berdasarkan jenis

(12)

Tabel 4. Persentase distribusi kecemasan terhadap bau ruangan lingkungan praktek dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Bau ruangan praktek dokter gigi

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Persentase kecemasan terhadap perasaan saat nama dipanggil ke ruangan dokter

gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun

memiliki perasaan cemas yang tinggi 68,7%. Umur 26-45 tahun 50% dan umur 46-65

tahun 61,5%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas daripada

laki-laki sebesar 78,2% (Tabel 5).

Tabel 5. Persentase distribusi kecemasan terhadap perasaan saat nama dipanggil ke ruangan dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Saat dipanggil ke ruangan dokter gigi

Jumlah

Tidak cemas Cemas

(13)

Persentase kecemasan terhadap perasaan mengunjungi dokter gigi pada pasien

kunjungan pertama berdasarkan umur dimana umur 12-25 tahun memiliki perasaan

cemas yang tinggi yaitu 68,7%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih

cemas daripada laki-laki yaitu 65,2% (Tabel 6).

Tabel 6. Persentase distribusi kecemasan terhadap mengunjungi dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Mengunjungi dokter gigi

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Persentase kecemasan terhadap mendengar pengalaman buruk seseorang pada

pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki

perasaan cemas yang tinggi yaitu 64,2%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa

perempuan memiliki perasaan cemas yang tinggi daripada laki-laki sebesar 56,5%

(14)

Tabel 7. Persentase distribusi kecemasan terhadap mendengar pengalaman buruk seseorang pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Mendengar pengalaman buruk orang lain

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Persentase kecemasan terhadap perasaan menunggu giliran pada pasien

kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun memiliki perasaan

cemas yang tinggi sebesar 62,5%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih

cemas daripada laki-laki sebesar 73,9% (Tabel 8).

Tabel 8. Persentase distribusi kecemasan saat menunggu giliran pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Menunggu giliran

Jumlah

Tidak cemas Cemas

(15)

Persentase kecemasan terhadap perasaan jika ada orang lain yang

menakut-nakuti ke dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur

12-25 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi yaitu 50,0%. Berdasarkan jenis

kelamin bahwa laki-laki lebih cemas daripada perempuan sebesar 55,0% (Tabel 9).

Tabel 9. Persentase distribusi kecemasan perasaan ketika ditakut–takuti ke dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)

Variabel

Ditakut – takuti ke dokter gigi

Jumlah Tidak cemas Cemas

n % n %

4.3 Tingkat kecemasan pada pasien kunjungan berulang Poli Gigi dan Mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan

Persentase pengalaman responden terhadap perawatan gigi dan mulut pada

pasien kunjungan berulang dimana perasaan cemas yang paling tinggi yaitu perasaan

tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi sebesar 90,3%. Perasaan cemas

secara berurutan saat duduk di kursi gigi 63,0%, dokter gigi memeriksa 53,3%, dokter

gigi memegang jarum suntik 46,8%, dokter gigi tidak ramah atau terburu-buru dalam

(16)

Tabel 10. Persentase distribusi tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan berulang di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Pengalaman responden Tidak cemas Cemas

n % n %

Pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya

Duduk di kursi gigi

Dokter gigi memeriksa

Dokter gigi memegang jarum suntik

Dokter gigi tidak ramah

Dokter gigi terburu-buru

Mendengar suara getaran bur

6

Persentase kecemasan terhadap pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya

ke dokter gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun,

umur 26-45 tahun dan umur 46-65 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi secara

berurutan sebesar 100%, 91,0% dan 84,0%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa

laki-laki memiliki perasaan lebih cemas daripada perempuan sebesar 91,6% (Tabel 11).

Tabel 11. Persentase distribusi kecemasan terhadap pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya

Jumlah

Tidak cemas Cemas

(17)

Persentase kecemasan terhadap duduk di kursi gigi selama perawatan gigi pada

kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki perasaan

cemas yang tinggi 77,2%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas

daripada laki-laki sebesar 78,9% (Tabel 12).

Tabel 12. Persentase distribusi kecemasan terhadap duduk di kursi gigi pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Duduk di kursi gigi

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Persentase kecemasan terhadap saat dokter gigi melakukan pemeriksaan

selama perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur

12-25 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi 66,6%. Berdasarkan jenis kelamin

(18)

Tabel 13. Persentase distribusi kecemasan saat dokter gigi melakukan pemeriksaan pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Dokter gigi memeriksa

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Persentase kecemasan terhadap dokter gigi memegang jarum suntik selama

perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun

memiliki perasaan cemas yang tinggi sebesar 53,3%. Berdasarkan jenis kelamin

bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki sebesar 52,6% (Tabel 14).

Tabel 14. Persentase distribusi kecemasan terhadap dokter gigi memegang jarum suntik pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Dokter gigi memegang jarum suntik

Jumlah

Tidak cemas Cemas

(19)

Persentase kecemasan terhadap dokter gigi yang tidak ramah selama perawatan

gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki

perasaan cemas yang tinggi yaitu 45,4%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa

perempuan lebih cemas daripada laki-laki sebesar 52,6% (Tabel 15).

Tabel 15. Persentase distribusi kecemasan terhadap dokter gigi yang tidak ramah pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Dokter gigi tidak ramah

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Persentase kecemasan terhadap dokter gigi yang terburu-buru selama

melakukan perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur

26-45 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi yaitu 45,4%. Berdasarkan jenis

(20)

Tabel 16. Persentase distribusi kecemasan terhadap dokter gigi terburu-buru pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Dokter gigi terburu–buru

Jumlah

Tidak cemas Cemas

n % n %

Persentase kecemasan mendengar suara getaran bur selama perawatan gigi pada

kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki perasaan

cemas yang tinggi yaitu 36,3%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa laki-laki lebih

cemas daripada perempuan sebesar 33,3% (Tabel 17).

Tabel 17. Persentase distribusi kecemasan mendengar suara getaran bur pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Mendengar suara getaran bur

Jumlah

Tidak cemas Cemas

(21)

Perawatan gigi yang paling membuat cemas pada pasien kunjungan berulang

adalah pencabutan gigi sebesar 69,3%, dari perawatan penambalan 24,1% dan skeling

6,6% sedangkan perawatan ortodonti pasien tidak mengalami kecemasan (Tabel 18).

Tabel 18. Persentase distribusi perawatan gigi yang paling membuat cemas pada pasien kunjungan berulang di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Jenis perawatan gigi n %

Perawatan gigi yang paling membuat cemas adalah pencabutan gigi dengan

persentase 84% pada umur 46-65 tahun dan 68,1% umur 26-45 tahun. Berdasarkan

jenis kelamin, kecemasan perawatan paling tinggi juga terdapat pada pencabutan gigi

sebesar 79,1% laki-laki dan 63,1% perempuan sedangkan perawatan penambalan dan

skeling baik berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin menunjukkan kecemasan

yang rendah (Tabel 19).

Tabel 19. Persentase distribusi perawatan gigi yang membuat cemas pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)

Variabel

Perawatan gigi yang membuat cemas Pencabutan gigi Penambalan Skeling

(22)

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perasaan cemas berdasarkan umur

pada pasien kunjungan pertama dimana umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas

paling tinggi saat mengunjungi dokter gigi diikuti cemas terhadap bau ruangan

praktek dan saat dipanggil ke ruangan dokter gigi sebesar 68,7%. Penelitian ini sama

halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Australian Centre for Population Oral

Health di Australia Selatan mereka menemukan pasien umur 18-25 tahun merasa

cemas ke dokter gigi diikuti saat memasuki ruangan praktek lebih rendah daripada

penelitian ini yaitu 18%.17 Cemas terhadap bau ruangan mungkin disebabkan karena

bahan-bahan yang ada di dalam ruangan dokter gigi membuat pasien tidak nyaman

pada saat melakukan perawatan nanti. Hal ini disebabkan psikologi remaja memiliki

perubahan fisik yang luar biasa seperti penakut, membingungkan dan menjadi sumber

perasaan salah dan frustasi.18 Perasaan cemas paling tinggi pada umur 26-45 tahun

sebesar 78,5% terhadap bau ruangan praktek dokter gigi. Bau ruangan tersebut dapat

berasal dari bahan-bahan perawatan gigi seperti eugenol dan bonding agents yang

dapat memicu terjadinya stress.5 Pada umur tersebut dari segi emosional lebih labil

dan mudah resah sehingga membuat responden tidak nyaman dalam melakukan

perawatan nanti. Perasaan cemas pada umur 46-65 tahun adalah pada saat dipanggil

ke ruangan dokter gigi 61,5%. Hal ini sesuai dengan psikologi dewasa tua yang

mudah terkejut dan biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik dan daya ingat.18

Perasaan cemas yang lebih tinggi berdasarkan jenis kelamin pada kunjungan

pertama yaitu saat menunggu giliran pada perempuan 73,9% sedangkan laki-laki

hanya 30%, hal ini disebabkan karena perempuan lebih mudah mengekspresikan

emosinya dan terkadang bersifat subyektif sehingga berfikir dengan menambah

masalah buruk akan terjadi.19 Penelitian ini sama dengan penelitian Naidu yaitu

perempuan lebih cemas daripada laki-laki saat menunggu giliran dan saat dokter gigi

(23)

Perasaan cemas paling tinggi berdasarkan umur pada kunjungan berulang

karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi dimana terjadi

pada setiap umur yaitu pada umur 12-25 tahun 100%, umur 26-45 tahun 91% dan

umur 46-65 tahun 84%. Walaupun pasien tersebut mengalami kecemasan yang tinggi,

pasien tetap datang kembali melakukan perawatan ke poli gigi tersebut karena

sebagian besar responden bekerja sebagai PNS yang memiliki Asuransi Kesehatan

(ASKES). Kecemasan saat duduk di kursi gigi pada umur 12-25 tahun 73,4% diikuti

saat dokter gigi melakukan pemeriksaan 66,6%. Kecemasaan saat duduk di kursi gigi

juga dialami pada umur 26-45 tahun sebesar 77,2%. Hal ini disebabkan pada masa

dewasa muda psikologinya dapat mempertimbangkan segala sesuatu yang terbuka

dan dapat menilai semua pengalaman hidupnya.18 Perasaan cemas yang rendah hanya

terdapat pada umur 46-65 tahun kecuali karena pengalaman tidak menyenangkan

sebelumnya ke dokter gigi. Hal ini biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik pada

umur tersebut diikuti oleh penurunan daya ingat sehingga membuat pasien mau

menerima segala sesuatu yang dilakukan oleh dokternya.18

Perasaan cemas yang tinggi berdasarkan jenis kelamin pada kunjungan

berulang karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi terdapat

pada perempuan 91,6% diikuti cemas saat duduk di kursi gigi 78,9%, dokter gigi

memeriksa 68,4% dan saat dokter gigi tidak ramah 52,6%. Dalam salah satu studi

Moore menemukan bahwa jenis kontak komunikasi dokter gigi yang berprilaku

negatif diperoleh 5-10 kali pasien mengalami kecemasan. Selain itu, pasien sering

mengeluh karena dokter gigi membuat mereka lebih cemas terhadap perawatan gigi.5

Perasaan cemas lebih tinggi pada laki-laki hanya terdapat pada pengalaman

sebelumnya ke dokter gigi sedangkan kondisi lainnya menimbulkan kecemasan yang

rendah. Dapat dilihat psikologi emosional laki-laki tidak mudah terpengaruh dengan

hal lain dan berusaha memiliki sifat kepemimpinan.19

Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas yaitu pencabutan gigi 69,3%

diikuti penambalan 24,1% dan skeling 6,4% sedangkan perawatan ortodonti pasien

sama sekali tidak menimbulkan kecemasan. Penelitian ini sama halnya dengan

(24)

pencabutan gigi 33,8%, penambalan 14,7% dan skeling 5,9%.6 Ini mungkin

disebabkan karena responden takut melihat alat-alat pencabutan gigi seperti tang

sehingga responden mengalami kecemasaan yang tinggi. Kecemasan pada saat

pencabutan gigi 84% paling banyak terdapat pada umur 46-65 tahun dan berjenis

kelamin laki-laki sebesar 79,1%. Hal ini disebabkan karena pada umumnya secara

psikologis umur 60 tahun mudah terkejut seperti jika terjadi kesalahan operator

selama bekerja membuat responden merasa jenuh.19 Penelitian ini berbeda dengan

penelitian Mehboob bahwa laki-laki memiliki kecemasan pada saat pencabutan gigi

(25)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Perasaan cemas berdasarkan umur pada pasien kunjungan pertama dimana

umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas paling tinggi saat mengunjungi dokter

gigi diikuti cemas terhadap bau ruangan praktek dan saat dipanggil ke ruangan dokter

gigi sebesar 68,7%. Perasaan cemas pada umur 26-45 tahun paling tinggi terhadap

bau ruangan praktek sebesar 67,4%. diikuti rasa cemas saat mengunjungi dokter gigi

dan saat dipanggil ke ruangan pada umur 12-25 tahun sebesar 68,7%. Perasaan cemas

pada umur 46-65 tahun saat dipanggil ke ruangan dokter gigi 61,5%.

2. Perasaan cemas paling tinggi berdasarkan umur pada kunjungan berulang

karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi dimana terjadi

pada setiap umur yaitu pada umur 12-25 tahun 100%, umur 26-45 tahun 91% dan

umur 46-65 tahun 84%.

3. Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas pada pasien kunjungan

berulang adalah pencabutan gigi sebesar 69,3% diikuti penambalan 24,1% dan

skeling 6,4% sedangkan perawatan ortodonti tidak menyebabkan kecemasan.

Perasaan cemas pada saat pencabutan gigi paling banyak terdapat pada umur 46-65

tahun 84% terutama laki-laki sebesar 79,1%.

6.2 Saran

1. Perlu perhatian khusus dari pihak poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan berupa

penanganan terhadap rasa cemas pasien :

- Saat menunggu giliran, disarankan penambahan fasilitas yang dapat membuat

pasien nyaman seperti penambahan alat musik dan tidak membuat pasien terlalu lama

dalam menunggu giliran.

- Terhadap bau ruangan praktek dokter gigi seperti bahan – bahan perawatan

gigi, maka disarankan untuk menyemprot wangi-wangian di ruangan dokter gigi agar

(26)

- Terhadap pengalaman sebelumnya yang tidak menyenangkan ke dokter gigi,

disarankan kepada pihak tenaga kesehatan poli gigi mampu menciptakan komunikasi

yang membuat pasien nyaman dan diharapkan juga agar dokter gigi lebih

memperhatikan pasien selama perawatan terutama pasien yang mempunyai riwayat

trauma di masa lalu ke dokter gigi.

2. Perlunya penelitian lanjutan tentang hubungan tingkat kecemasan terhadap

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kecemasan

Rasa cemas merupakan sesuatu perasaan gelisah terhadap suatu bahaya yang

akan terjadi. Rasa cemas dan rasa takut sering berhubungan erat tapi diantara

keduanya ada sedikit perbedaan. Saat orang merasa takut akan sesuatu, orang tersebut

sering merasa cemas juga. Perasaan cemas berhubungan dengan harapan seseorang

dalam menghadapi sesuatu yang mengerikan atau menakutkan. Sebaliknya rasa takut

merupakan respons terhadap sesuatu bahaya yang timbul pada saat ini. Menurut

Soemartono pada tahun 2003, rasa takut dan cemas menghadapi perawatan gigi

merupakan reaksi yang pada umumnya dirasakan pasien anak maupun orang dewasa,

perasaan ini sering kali menjadi penyebab seseorang menghindar dari perawatan

gigi.9 Kecemasan atau anxiety adalah suatu perasaan takut, kekhawatiran atau

kecemasan yang sering terjadi tanpa ada penyebab yang jelas. Kecemasan adalah

pengalaman yang normal dalam menghadapi ancaman yang dirasakan atau bahaya.

Tingkat kecemasan adalah adaptif dan dapat berguna karena berfungsi untuk

memobilisasi cadangan energi untuk tindakan dan meningkatkan kinerja dengan

meningkatkan gairah. Ketika kecemasan menjadi sering dan terus-menerus akibatnya

akan mengganggu kemampuan individu untuk berfungsi, hal tersebut menjadi

masalah sehingga dapat dikatakan patologis dan bagian dari gangguan kecemasan.4

Gejala-gejala kecemasan meliputi :10

a. Fungsi otot : merasa gemetar, otot melemah, otot jantung berdebar.

b. Hiperaktif autonom : sesak nafas, sensasi mencekik, aktivitas jantung cepat

(takikardia), tangan berkeringat, mulut kering, pusing, mual, diare, kesulitan menelan

dan sering buang air kecil.

c. Kewaspadaan dan scanning : merasa tegang, respons mengagetkan

berlebihan, kesulitan berkonsentrasi, pikiran menjadi kosong, kesulitan tidur dan

(28)

2.1.1 Klasifikasi Kecemasan Perawatan gigi

Menurut Moore et al. klasifikasi kecemasan perawatan gigi dapat dibagi

menjadi 4 subtipe, yaitu :11

a. Tipe I

Tipe ini merupakan ketakutan akibat rangsangan yang menyakitkan atau tidak

menyenangkan seperti jarum, suara, dan bau.

b.Tipe II

Tipe ini merupakan kecemasan tentang reaksi somatik selama pengobatan atau

perawatan gigi (reaksi serangan panik).

c. Tipe III

Pasien dengan kecemasan yang rumit atau multiphobia.

d.Tipe IV

Tipe ini tergolong kepada ketidakpercayaan pasien terhadap dokter gigi.

2.1.2 Penyebab Kecemasan Perawatan gigi

Beberapa penyebab kecemasan pasien terhadap perawatan gigi yang sering

ditemukan dalam praktek dokter gigi meliputi:5,12

1. Rasa sakit

Secara umum pasien yang mengalami rasa sakit, tersedak-sedak selama

perawatan gigi merupakan pemicu utama kecemasan pasien. Dalam salah satu studi

Kent et al. menunjukkan bahwa memori rasa sakit pasien direkonstruksi dari waktu

ke waktu. Kent menemukan pasien sangat cemas cenderung melebih-lebihkan rasa

sakit mereka sebelum prosedur perawatan gigi. Misalnya, dalam studi Arntz et al.

terhadap 40 pasien yang menjalani perawatan Bedah Mulut, pasien mengalami lebih

cemas karena pengalaman rasa sakit yang sebenarnya terhadap perawatan tersebut.5

2. Ketakutan kehilangan kontrol

Kehilangan kontrol biasanya disebabkan pada saat pasien menunggu giliran di

ruang tunggu praktek dokter gigi. Ini dapat menjadi masalah utama pada kecemasan

pasien karena waktu yang lama pada saat menunggu giliran membuat pasien berfikir

(29)

3. Tenaga kesehatan gigi yang pemarah dan agresif

Aspek dari interaksi dokter gigi dengan pasien merupakan hal yang sangat

penting dalam perawatan gigi. Adapun pemicu kecemasan pasien terhadap perawatan

gigi mencakup pernyataan yang dibuat oleh operator, khususnya ketika operator

bersifat tidak simpatik atau pemarah dalam berkomunikasi memicu kecemasan

pasien. Dalam salah satu studi Moore et al. menemukan bahwa jenis kontak

komunikasi dokter gigi yang berprilaku negatif diperoleh 5-10 kali pasien mengalami

kecemasan. Selain itu, pasien sering mengeluh karena dokter gigi membuat mereka

lebih cemas terhadap perawatan gigi.5

4. Melihat, mendengar dan merasakan sensasi getaran bur dan suntikan

Beberapa studi melaporkan bahwa prosedur tindakan restorasi gigi membawa

pemicu kecemasan selama perawatan gigi yang umum, seperti melihat, mendengar

dan merasakan sensasi suntikan.5

5. Pengalaman buruk dari orang lain

Akibat pengaruh cerita buruk dari orang lain seperti pengalaman seseorang

terhadap traumatis gigi di masa lalu membuat seseorang tersebut menghindari

kunjungan ke dokter gigi, sehingga orang tersebut cenderung untuk tidak ingin

mencari perawatan ke dokter gigi. Banyak juga pasien yang sudah berjanji dengan

dokter gigi untuk melakukan perawatan tetapi akhirnya sering menunda sampai

menggagalkan untuk melakukan perawatan gigi. Akibat menghindari perawatan gigi

prevalensi karies dari orang tersebut akan lebih tinggi apabila tidak dirawat.5 Dalam

penelitian Liddel menemukan bahwa kecemasan pasien terhadap perawatan gigi

cenderung keadaan rongga mulutnya buruk dan signifikan jumlah gigi telah banyak

(30)

Interaksi kecemasan dengan modifikasi perawatan gigi terlihat pada Gambar 1.

Dokter Gigi/staf Tempat Prosedur

Teknik

Bau ruangan Ekstraksi

Desain gambar ruangan Perawatan saluran akar

Menunggu giliran Scalling dan root planning

Tingkah laku buruk Suara mengerang dari pasien

(31)

2.2 Psikologi perkembangan berdasarkan umur

Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik setiap

fase-fase perkembangan. Psikologi perkembangan fisik yang terjadi pada anak-anak,

remaja, dewasa muda dan dewasa tua sebagai berikut :18

1. Masa awal anak-anak

Menurut Piaget, perkembangan awal anak-anak dibagi atas perkembangan fisik,

kognitif, emosi dan psikososial. Perkembangan emosi merupakan suatu perasaan

yang kompleks disertai karakteristik kegiatan belajar dan motoris. Berikut beberapa

contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu di antaranya :

a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas dengan hasil

yang dicapai.

b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan.

c. Apabila sedang mengalami ketegangan emosi dapat menimbulkan sikap

gugup dan gagap dalam berbicara.

d. Terganggunya penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu.

e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan

mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya maupun orang lain.

2. Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa remaja

menurut Olds dimulai pada usia 12 sampai awal duapuluhan tahun. Masa ini hampir

selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja. Perkembangan secara emosionalnya

antara lain :

a. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan

pendapatnya sendiri. Ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisian serta dapat

menjauhkan diri.

b. Remaja lebih muda dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih

muda.

c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa seperti penakut,

membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.

(32)

3. Dewasa muda

Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap

pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa menurut

Hurlock kisaran 21 sampai awal empat puluhan tahun. Ciri-ciri psikologis masa

dewasa muda :

a. Ketika seseorang berumur duapuluhan kondisi emosionalnya tidak terkendali.

b. Cenderung labil, resah dan mudah memberontak.

c. Pada masa ini emosinya bergelora dan mudah tegang.

d. Dapat berfikir secara logis.

e. Dapat mempertimbangkan segala sesuatu dengan adil, terbuka dan dapat

menilai semua pengalaman hidup.

4. Dewasa tua

Masa tua ditandai oleh adanya perubahan jasmani dan mental. Pada usia 40

sampai 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik diikuti oleh penurunan

daya ingat. Masalah-masalah yang timbul pada usia ini antara lain :

a. Kemauan untuk mau melakukan penerimaan dan penyesuaian dengan

berbagai perubahan fisik yang normal.

b. Penyesuaian terhadap perubahan fisik biasanya terjadi secara bertahap dan

lambat laun.

c. Rasa terkejut dan takut terhadap hilangnya kemudaan, hilangnya tenaga fisik

dan berkembang kearah sikap melawan dan menolak.

d. Masa ini merupakan masa jenuh dimana umumnya umur 60 tahun mereka

menemukan masa yang hampir tidak menyenangkan.

e. Perubahan dalam penampilan sangat penting terutama dalam penilaian sosial.

f. Bagi pria terdapat kesulitan tambahan dalam berlomba dengan orang yang

lebih muda, lebih kuat dan lebih berenergik yang cenderung untuk menilai

(33)

2.3Psikologi perbedaan emosional antara laki-laki dan perempuan

Secara alamiah semua orang sudah mengetahui kodrat laki-laki dan perempuan

tidak saja dibedakan oleh identitas jenis kelamin, bentuk anatomi dan biologis

lainnya melainkan juga hormon-hormon dalam tubuh. Sejumlah ilmuwan

mengatakan adanya pengaruh hormon perkembangan emosional dan intelektual

antara laki-laki dan perempuan. Dalam studi Umar mengidentifikasi perbedaan

emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan yang dapat dicirikan seperti

pada tabel 1:19

Tabel 1. Identifikasi perbedaan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan

Laki-laki (masculine) Perempuan (feminim)

- sangat agresif - independen - tidak emosional

- dapat menyembunyikan emosi - lebih objektif

- tidak mudah terpengaruh - lebih aktif

- lebih kompetitif - lebih logis - lebih mendunia - lebih berterus terang

- memahami seluk beluk perkembangan dunia

- berperasaan tidak mudah tersinggung - lebih suka berpetualang

- mudah mengatasi persoalan - jarang mangis

- umumnya selalu tampil sebagai pemimpin

- penuh rasa percaya diri

- lebih banyak mendukung sikap agresif - tidak canggung dalam penampilan - pemikiran lebih unggul

- lebih bebas berbicara

- tidak terlalu agresif - tidak terlalu independen - lebih emosional

- sulit menyembunyikan emosi - lebih subjektif

- mudah terpengaruh - lebih pasif

- kurang kompetitif - kurang logis

- berorientasi ke rumah - kurang berterus terang

- kurang memahami seluk beluk perkembangan dunia

- berperasaan mudah tersinggung - tidak suka berpetualang

- sulit mengatasi persoalan - lebih sering menangis

- tidak umum tampil sebagai pemimpin

- kurang rasa percaya diri

- kurang senang terhadap sikap agresif - lebih canggung dalam penampilan - pemikiran kurang unggul

(34)

Berdasarkan ciri-ciri tersebut akan menjadi faktor utama dalam penentuan peran

sosial antara laki-laki dan perempuan di masyarakat. Pemisahan fungsi ini

dipengaruhi oleh faktor budaya dalam jangka waktu yang lama. Kenyataan lain

bahwa laki-laki umumnya lebih besar dan kuat fisiknya secara spontan dibanding

perempuan.19

Dalam menghadapi masalah, perempuan memiliki cara yang berbeda daripada

laki-laki. Saat mempunyai masalah, perempuan lebih mudah menderita depresi dan

kecemasan daripada laki-laki.12 Secara umum perempuan lebih teratur mengunjungi

dokter gigi dan memiliki tingkat pengetahuan tentang kesehatan rongga mulut yang

lebih baik daripada laki-laki akan tetapi dalam literatur mengatakan perempuan lebih

cemas daripada laki-laki.5-7,12,13 Dapat dilihat emosi secara psikologis seperti stres,

depresi, ketakutan, fobia sosial, panik dan kecemasan lebih sering terjadi pada

perempuan sehingga kecemasan pada perempuan dapat berhubungan dengan

emosi-emosi tersebut.12

2.4 Kecemasan perawatan gigi

Kecemasan dan ketakutan terhadap perawatan gigi merupakan alasan utama

untuk menghindari perawatan sehingga dapat memperburuk kesehatan rongga mulut

seseorang (gambar 2). 11,15

Gambar 2. Siklus negatif terhadap perawatan gigi3

Kecemasan perawatan gigi

Pengalaman negatif

Menghindari perawatan gigi

Kesehatan rongga mulut

(35)

Dari siklus kecemasan perawatan gigi di atas, telah terbukti bahwa kondisi

pengalaman negatif seseorang terhadap perawatan gigi, akan menimbulkan gangguan

kecemasan, mengakibatkan kegagalan pasien untuk berobat ke dokter gigi sehingga

dapat memperburuk keadaan rongga mulut seseorang. Selain itu kecemasan terhadap

perawatan gigi juga mengakibatkan perjanjian antara pasien dan dokter gigi sering

dibatalkan.3

Menurut Walts tahun 2007, adanya konsekuensi pasien yang mengalami tingkat

kecemasan tinggi selama perawatan gigi yaitu menghindari perawatan gigi, sering

membatalkan janji, resiko masalah ekonomi yang lebih besar untuk ke dokter gigi,

memperburuk keadaan rongga mulut sehingga memerlukan tindak lanjut pengobatan,

persepsi negatif tentang perawatan gigi, keparahan prevalensi karies tinggi (DMFT),

mengurangi rasa percaya diri, perasaan malu dan rendah diri dan gangguan tidur di

malam hari.13

2.5Penanggulangan Kecemasan

Seperti dengan kondisi yang banyak saat ini, mencegah lebih baik daripada

mengobati. Penanggulangannya kemudian harus ditujukan untuk mencegah kondisi

yang berkembang saat ini. Secara umum, pengalaman traumatis pertama

mengunjungi dokter gigi kemungkinan akan menghasilkan tingkat yang lebih besar

dari kecemasan antisipasif sebelum kunjungan berikutnya, sehingga mengurangi

kemungkinan kehadiran perawatan di hari esok. Saat ini telah ada penanggulangan

kecemasan gigi yang dapat dikelola dengan menggunakan berbagai langkah, mulai

dari modifikasi sederhana dari lingkungan dan pendekatan klinis untuk teknis

psikologis lebih kompleks. Kadang- kadang obat-obatan mungkin diperlukan untuk

mengurangi gejala kecemasan.3 Secara umum ada beberapa penanggulangan masalah

kecemasan pasien selama perawatan di praktek dokter gigi yaitu :3,5,16

1. Komunikasi

Komunikasi dengan pasien sangat berperan penting mengurangi kecemasan

pasien. Sehingga dapat memberikan dukungan verbal dan kepastian dengan strategi

(36)

dilakukan oleh staf maupun tenaga kesehatan yang berinteraksi siapa saja dengan

pasien.3 Menurut teori komunikasi, komunikasi yang terjadi selama transaksi

terapeutik adalah komuniksasi interpersonal. Naude cit Santosa menyebutkan bahwa

pada proses pelayanan medik gigi terjalin suatu hubungan kerja sama antara dokter

gigi dengan penderitanya yang dikenal dengan komunikasi interpersonal. Menurut

Rakhmat, karakteristik komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi terjadi

tanpa melalui media komunikasi, sehingga dalam proses komunikasi interpersonal

mempunyai ciri pesan dari komunikator tidak terbatas pada pesan verbal tetapi juga

pesan non verbal seperti ekspresi wajah, gerakan anggota tubuh, sehingga pesan

tersebut mempunyai makna yang beragam.16

2. Terapi relaksasi

Teknik relaksasi yang tidak memerlukan pelatihan lanjutan, seperti biofeedback

atau hypnosis, paling sering menggunakan relaksasi otot progresif, latihan

pernapasan, citra dipandu atau kombinasi dari teknik ini. Relaksasi otot progresif

melibatkan sistematis tegang dan otot santai dari kepala sampai kaki dan

menggunakan pernapasan tubuh dalam bentuk lebih rileks.3

3. Modelling

Pemodelan adalah tindakan mengamati orang lain menjalani perawatan, baik

secara langsung atau dilihat pada rekaman video tersebut bahwa aspek prosedur dan

sensasi yang bisa diharapkan jelas terlihat kepada pasien. Manfaat pemodelan ada 2

yaitu :3

a. Menyediakan informasi tentang prosedur.

b. Memungkinkan pasien untuk mengamati model menerima dukungan positif

untuk perilaku yang tepat.

4. Selingan

Mengurangi gangguan kecemasan pasien dengan cara keasyikan. Bentuk

gangguan yang paling dasar adalah pasien terlibat dalam percakapan positif dan

menarik. Teknik lainnya termasuk kacamata visi virtual, televisi, video games dan

(37)

(AV) dilaporkan kecemasan berkurang. Kondisi pasien yang diliputi kecemasan akan

memperkuat rangsang nyeri yang diterimanya karena kecemasan menyebabkan zat

penghambat rasa nyeri tidak disekresikan. Dengan adanya musik sebagai fasilitas

dalam praktek dokter gigi maka tingkat kecemasan pasien dapat dikurangi sehingga

(38)

2.6 Kerangka Konsep

Tingkat Kecemasan terhadap Perawatan Gigi dan Mulut pada Pasien Poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tingkat kecemasan pasien terhadap

perawatan gigi :

1. Tidak cemas

2. Cemas Jumlah kunjungan terdiri dari :

Kunjungan pertama :

- Perasaan mengunjungi dokter gigi

- Mendengar pengalaman buruk seseorang

- Ditakut – takuti ke dokter gigi - Menunggu giliran

- Bau ruangan lingkungan praktek dokter gigi - Nama dipanggil

Kunjungan berulang :

- Perasaan tidak menyenangkan

sebelumnya

- Duduk di kursi gigi - Dokter gigi memeriksa - Dokter gigi memegang jarum

suntik

- Mendengar suara getaran bur - Dokter gigi tidak ramah - Dokter gigi terburu - buru

Karakteristik pasien : 1. Umur

(39)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stres, yang

dirasakan setiap orang sehingga sebagian besar pasien menunda kunjungan ke dokter

gigi. Terkadang kecemasan disebut juga dengan ketakutan atau perasaan gugup. Kata

kecemasan menggambarkan sejumlah masalah termasuk fobia atau takut akan hal-hal

dengan situasi tertentu.1 National Institute of Mental Health (NIMH) memperkirakan

bahwa lebih dari 19 juta orang dewasa Amerika Serikat yang terpengaruh dengan

gangguan kecemasan setiap tahun yang ditemukan dalam praktek. Sayangnya,

sebagian besar pasien dengan gangguan kecemasan tidak menerima perawatan secara

profesional. Pada umumnya berkembang sebelum usia 30 tahun dan yang lebih

umum pada wanita dan memiliki riwayat keluarga terhadap gangguan kecemasan.2

Penelitian yang dilakukan oleh Jong et al. tentang kecemasan pasien terhadap

perawatan gigi dijumpai 15% pasien mengalami kecemasan.3 Dalam beberapa

pendapat peneliti juga menunjukkan bahwa 90% orang mengalami tingkat kecemasan

sebelum mengunjungi dokter gigi sementara yang lain di antaranya 40% orang

dewasa menunda kunjungan perawatan gigi karena mengalami kecemasan.4

Kecemasan terhadap perawatan gigi saat ini menduduki peringkat ke-5 di

antara situasi umum yang ditakuti. Tingginya prevalensi bahwa pasien dengan

gangguan kecemasan perawatan gigi akan menghindari kunjungan ke dokter gigi.

Hanya sebagian kecil pasien mengaku tidak cemas di lingkungan perawatan gigi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hmud dan Wals pada tahun 2007 bahwa

hanya 14% penduduk Belanda yang tidak cemas ketika berkunjung ke dokter gigi,

sementara hampir 40% rata-rata cemas dan 22% sangat cemas. Pada penelitian

tersebut pasien yang paling mengalami tingkat kecemasan tinggi adalah pasien

(40)

diperoleh data prevalensi populasi yang takut terhadap perawatan gigi 16,4% orang

dewasa dan 10,3% anak-anak.5

Penelitian Naidu dan Lalwah pada tahun 2010 yang dilakukan di India Barat

pada sampel orang dewasa sekitar penduduk Trinidad dan Tobago menganalisis

hubungan antara tingkat kecemasan. Dari 100 sampel dengan kisaran usia 18-65

tahun yang mayoritas di kelompok usia 26-45 tahun, sebanyak 30% sampel

melaporkan alasan mereka menghindari perawatan gigi karena pengalaman masa lalu

sehingga mengalami gangguan kecemasan.Dalam penelitian tersebut juga ditemukan

bahwa hanya jenis kelamin yang berhubungan dengan tingkat kecemasan, yaitu

perempuan menjadi lebih cemas daripada laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa perempuan mengalami kecemasan selama dilakukan perawatan gigi, pada saat

menunggu giliran di ruang tunggu dokter gigi dan ketika dokter gigi memasukkan

alat bur ke dalam mulut. Sebanyak 68 responden menanggapi pada saat ditanya

tentang aspek perawatan gigi sebelumnya yang membuat cemas. Dimana 45,6%

mengalami kecemasan pada saat pencabutan gigi, 33,8% pada saat disuntik, 14,7%

perawatan penambalan dan 5,9% pada saat skeling. Responden juga mengalami

gangguan kecemasan karena pengalaman mereka selama perawatan gigi. Dari jumlah

tersebut 55,8% karena merasa sakit, 18,4% takut ke dokter gigi dan 15,4% perawatan

yang sangat lama.6

Hasil survei yang dilakukan oleh Natarajan, Madhan, Rasmi, Queen dan

Padmanabhan pada tahun 2009 sekitar 550 sampel dewasa berusia diatas 18 tahun

(332 laki-laki dan 218 perempuan) menunjukkan nilai skor rata-rata total kecemasan

untuk perempuan 18,5±4,9 lebih tinggi dari nilai rata-rata untuk laki-laki 17,4±4,7.

Rasa takut dan kecemasan seseorang bisa mempengaruhi hubungan antara pasien

dengan dokter gigi dan rencana perawatan.7 Pada penelitian yang dilakukan oleh

Santhos et al. di India pada tahun 2009 terlihat pasien yang mengunjungi dokter gigi

12 bulan terakhir dengan tingkat kecemasan yang rendah pada perawatan gigi

sebanyak 93,5% sedangkan tingkat kecemasan tinggi hanya 6,5%. Pada pasien yang

tidak pernah mengunjungi dokter gigi, 86,5% mempunyai tingkat kecemasan yang

(41)

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian tentang

tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan

pertama dan berulang di poli gigi RSUD Dr Pirngadi Medan berumur 12-65 tahun.

Pada kelompok umur ini, dimulainya masa perkembangan remaja sampai dewasa

sedangkan dibawah 12 tahun umumnya mereka datang dibawa orangtuanya. Pada

remaja merupakan masa ingin kebebasan, terjadi perubahan fisik dan emosi yang

sering meningkat. Dewasa muda mempunyai emosi yang labil, resah dan dapat

berfikir logis serta dapat menilai semua pengalaman hidup. Dewasa tua secara

psikologi kemauan untuk melakukan penerimaan dengan perubahan fisik

berkembang kearah sikap melawan dan menolak, rasa terkejut dan takut terhadap

hilangnya kemudaan. Masa tua juga merupakan masa jenuh dimana mereka

menemukan masa yang hampir tidak menyenangkan.18

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien

kunjungan pertama dan kunjungan berulang yang melakukan perawatan di poli gigi

RSUD Dr. Pirngadi Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut

pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi di

RSUD Dr. Pirngadi Medan.

2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut

pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi di

RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3. Untuk mengetahui jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas pada

kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi di RSUD Dr.

(42)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar dapat melakukan upaya

mengatasi kecemasan pasien di dalam praktek dokter gigi.

2. Prosedur tindakan preventif bagi tenaga kesehatan terhadap gangguan

kecemasan pasien selama perawatan gigi.

3. Bagi peneliti merupakan pengetahuan yang berharga dalam rangka

menambah wawasan keilmuwan melalui penelitian lapangan.

(43)

Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2013

Vivi Zayanthi Rezeki Nasution

Tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli Gigi

RUSD Dr.Pirngadi Medan.

xi + 39 halaman

Kecemasan adalah emosi yang menimbulkan stres sehingga sebagian besar

pasien menunda kunjungan ke dokter gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pasien kunjungan pertama dan

berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi

Medan. Jenis penelitian survei deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh pasien

yang berobat ke poli gigi berumur 12-65 tahun, jumlah sampel sebesar 105 orang.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tingkat kecemasan paling tinggi pada

pasien kunjungan pertama ke dokter gigi adalah terhadap bau ruangan praktek yaitu

67,4%. Berdasarkan kelompok umur 26-45 tahun sebesar 78,5% terutama pada

laki-laki 90%. Persentase kecemasaan saat dipanggil ke ruangan dokter gigi pada umur

12-25 tahun sebesar 68,7% terutama perempuan 78,2%. Pada kelompok umur 46-65

tahun tidak memiliki persentase rasa cemas yang tinggi. Perasaan cemas paling tinggi

pada kunjungan berulang karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya

90,3%. Berdasarkan kelompok umur 12-25 tahun sebesar 100% terutama laki-laki

91,6%. Persentase kecemasan saat duduk di kursi gigi pada umur 26-45 tahun sebesar

77,2% terutama perempuan 78,9%. Pada kelompok umur 46-65 tahun tidak memiliki

persentase rasa cemas yang tinggi. Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas

adalah pencabutan gigi daripada penambalan dan skeling sedangkan perawatan

ortodonti tidak menimbulkan kecemasan.

(44)

TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PERAWATAN

GIGI DAN MULUT PADA PASIEN POLI GIGI

RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh

:

VIVI ZAYANTHI REZEKI NST NIM: 090600026

Pembimbing

:

SIMSON DAMANIK, DRG., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(45)

Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2013

Vivi Zayanthi Rezeki Nasution

Tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli Gigi

RUSD Dr.Pirngadi Medan.

xi + 39 halaman

Kecemasan adalah emosi yang menimbulkan stres sehingga sebagian besar

pasien menunda kunjungan ke dokter gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pasien kunjungan pertama dan

berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi

Medan. Jenis penelitian survei deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh pasien

yang berobat ke poli gigi berumur 12-65 tahun, jumlah sampel sebesar 105 orang.

Hasil penelitian menunjukkan persentase tingkat kecemasan paling tinggi pada

pasien kunjungan pertama ke dokter gigi adalah terhadap bau ruangan praktek yaitu

67,4%. Berdasarkan kelompok umur 26-45 tahun sebesar 78,5% terutama pada

laki-laki 90%. Persentase kecemasaan saat dipanggil ke ruangan dokter gigi pada umur

12-25 tahun sebesar 68,7% terutama perempuan 78,2%. Pada kelompok umur 46-65

tahun tidak memiliki persentase rasa cemas yang tinggi. Perasaan cemas paling tinggi

pada kunjungan berulang karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya

90,3%. Berdasarkan kelompok umur 12-25 tahun sebesar 100% terutama laki-laki

91,6%. Persentase kecemasan saat duduk di kursi gigi pada umur 26-45 tahun sebesar

77,2% terutama perempuan 78,9%. Pada kelompok umur 46-65 tahun tidak memiliki

persentase rasa cemas yang tinggi. Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas

adalah pencabutan gigi daripada penambalan dan skeling sedangkan perawatan

ortodonti tidak menimbulkan kecemasan.

(46)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 5 Juli 2013

Pembimbing: Tanda tangan

(47)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 5 juli 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Simson Damanik, drg., M.Kes

(48)

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini

dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kedokteran Gigi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat

bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Simson Damanik, drg., M.Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan

waktu, pikiran dan dorongan semangat dalam membimbing penulis sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

3. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu

Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG USU sekaligus

sebagai tim penguji yang telah memberikan saran agar skripsi ini lebih baik.

4. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes yang juga sebagai tim penguji skripsi yang

telah memberikan saran dan bimbingan agar skripsi ini lebih baik.

5. Siti Wahyuni drg, selaku pembimbing akademik yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis selama masa pendidikan.

6. Fauziah, drg, selaku Kepala Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan dan

Rohaya Lubis, drg yang telah memberi izin untuk dapat dilakukannya penelitian ini.

Ucapan terima kasih tidak terhingga kepada ayahanda Aminur Rasid Nst dan

ibunda Dewi Murni Hsb atas segala pengorbanan, doa, dukungan dan kasih sayang

yang telah diberikan kepada penulis sampai saat ini. Terima kasih kepada abang

penulis Wiscorni Aulia, SH., adik penulis Ahmad Rizal Nst, Tony Yahya dan Fitri

Monica beserta seluruh keluarga besar yang memberikan motivasi dan semangat

(49)

yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi

ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan

karya yang jauh lebih baik di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan

mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, 5 Juli 2013 Penulis,

(Vivi Zayanthi Rezeki Nst)

(50)

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kecemasan ... 5

2.1.1 Klasifikasi Kecemasan Perawatan Gigi ... 6

2.1.2 Penyebab Kecemasan Perawatan Gigi ... 6

2.2 Psikologi perkembangan ... 9

2.3 Psikologi perbedaan emosional antara laki-laki dan perempuan 11

2.4 Kecemasan Perawatan Gigi ... 12

2.5 Penanggulangan Kecemasan ... 13

2.6 Kerangka Konsep ... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 17

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 17

3.2.2 Waktu Penelitian ... 17

3.3 Populasi dan Sampel ... 17

(51)

3.3.4 Kriteria Inklusi ... 18

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 18

3.5 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian ... 20

3.6 Pengolahan Dan Analisis Data ... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 21

BAB 5 PEMBAHASAN ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(52)

Tabel Halaman

1 Identifikasi perbedaan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan ... 11

2 Persentase distribusi karakteristik pasien poli gigi dan mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=150) ... 21

3 Persentase tingkat kecemasan pasien terhadap perawatan gigi dan mulut pada kunjungan pertama (n=43) ... 22

4 Persentase kecemasan terhadap bau ruangan lingkungan praktek dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 23

5 Persentase kecemasan terhadap perasaan nama dipanggil ke ruangan dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 23

6 Persentase kecemasan terhadap mengunjungi dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 24

7 Persentase kecemasan saat mendengar pengalaman buruk seseorang ke dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 25

8 Persentase kecemasan terhadap perasaan menunggu giliran pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 25

9 Persentase kecemasan terhadap jika ada orang menakut-nakuti ke dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 26

10 Persentase kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien

(53)

dokter gigi pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 27

12 Persentase kecemasan terhadap duduk di kursi gigi pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 28

13 Persentase kecemasan saat dokter gigi melakukan pemeriksaan pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 29

14 Persentase kecemasan saat dokter gigi memegang jarum suntik pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 29

15 Persentase kecemasan terhadap dokter gigi yang tidak ramah pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 30

16 Persentase kecemasan terhadap saat dokter gigi terburu-buru melakukan perawatan pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 31

17 Persentase kecemasan saat mendengar suara getaran bur pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 31

18 Persentase perawatan gigi yang membuat cemas pada pasien

kunjungan berulang (n=62) ... 32

(54)

Gambar Halaman

1 Interaksi kecemasan dan modifikasi perawatan gigi ... 8

(55)

Lampiran

1 Kuesioner tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli

Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan

2 Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

3 Surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum

Gambar

Tabel 2. Persentase distribusi karakteristik pasien Poli Gigi dan Mulut RSUD Dr.     Pirngadi Medan (n=105)
Tabel 3.  Persentase distribusi tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada  pasien kunjungan pertama di Poli Gigi RSUD Dr
Tabel 4.  Persentase distribusi kecemasan terhadap bau ruangan lingkungan praktek dokter gigi  pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr
Tabel 6. Persentase distribusi kecemasan terhadap mengunjungi dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian terhadap sikap kesungguhan dokter gigi dalam memeriksa dan menangani keluhan pasien, pemberian pelayanan tanpa memandang status sosial, perhatian dokter gigi

Hasil analisis statistik chi-square diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan kombinasi stadium karies gigi (p=0,551), jenis kelamin

Berdasarkan ketiga tabel di atas, skor tertinggi tingkat kecemasan pasien sebelum pasien masuk ke ruang praktek dokter gigi dan sebelum diputarkan musik Mozart

Ho diterima yang berarti tidak terdapat hubungan pemberian informasi dengan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi di RSUD dr.. Disarankan untuk peneliti selanjutnya diharapkan

Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien. Kolaborasi dengan dokter

Berdasarkan Data pada Tabel 4, kepuasan pasien terhadap perawatan gigi dan mulut di tinjau dari dimensi pelayanan empati, dimana untuk sikap kesungguhan dokter gigi

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre dan Post Operasi Mayor di RSUD Dr..

Ho diterima yang berarti tidak terdapat hubungan pemberian informasi dengan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi di RSUD dr.. Disarankan untuk peneliti selanjutnya diharapkan