UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Kartu FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
Kuesioner Penelitian
PETUNJUK
1. Bapak/Ibu/Saudara diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada dengan jujur
2. Lingkarilah untuk pilihan jawaban yang tepat
3. Jika ada yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti
Contoh :
Jenis kelamin : 1 Laki-laki Perempuan
DATA PASIEN
1. Nama : ...
2. Umur : ……….
1. Masa remaja 12-25 tahun 2 2 Masa dewasa 26-45 tahun
3. Masa lansia 46-65 tahun
3. Jenis Kelamin : ………. 1. Laki- laki 2. Perempuan 3
4. Pendidikan terakhir :
1. Tidak sekolah/tidak lulus SD 4. Tamat SMA atau sederajat 4
2. Tamat SD atau sederajat 5. Perguruan tinggi
3. Tamat SMP atau sederajat
5. Pekerjaan :
1. PNS/ABRI 5. Ibu rumah tangga 5
2. Pegawai swasta/Pedagang 6. Mahasiswa/tidak bekerja
3. Wiraswasta/Pedagang 7. Dll (………)
4. Pensiunan
6. Jumlah Kunjungan :
1. Pertama datang 3. Lebih dari dua kali 6
2. Kedua
Pertanyaan responden yang pernah berobat ke dokter gigi 7. Bagaimana perasaan anda terhadap pengalaman sebelumnya
yang tidak menyenangkan terhadap perawatan gigi? a. Tidak cemas
b. Cukup cemas 7 c. Cemas
8. Jika asnda cemas, perawatan apa yang paling membuat anda cemas? a. Pencabutan gigi
b. Penambalan 8 c. Scalling/ Pembersihan karang gigi
d. Ortodonti/kawat gigi
9. Bagaimana perasaan anda duduk di kursi gigi dan melihat alat – alat dokter gigi?
a. Tidak cemas
b. Cukup cemas 9 c. Cemas
10.Bagaimana perasaan anda saat dokter gigi melihat dan memeriksa gigi anda? a. Tidak cemas
b. Cukup cemas 10 c. Cemas
11.Bagaimana perasaan anda saat dokter gigi memegang jarum suntik dan akan menyuntik ke gusi anda?
a. Tidak cemas
b. Cukup cemas 11 c. Cemas
12.Bagaimana perasaan anda mendengar dan merasakan getaran alat seperti bur dan alat skeling?
a. Tidak cemas
b. Cukup cemas 12 c. Cemas
13. Bagaimana perasaan anda saat dokter gigi tidak ramah dan tidak
simpatik saat merawat anda? a. Tidak cemas
14.Bagaimana perasaan anda saat melihat dokter gigi yang terburu – buru ketika merawat anda?
a. Tidak cemas
b. Cukup cemas 14 c. Cemas
Pertanyaan untuk semua responden
15.Bagaimana perasaan anda untuk mengunjungi dokter gigi di hari esok?
a. Tidak cemas b. Cukup cemas 15 c. Cemas
16.Bagaimana perasaan anda terhadap rasa sakit yang anda alami sekarang membuat anda cemas untuk berobat ke dokter gigi?
a. Tidak cemas
b. Cukup cemas 16 c. Cemas
17.Bagaimana perasaan anda saat menunggu giliran di ruang tunggu? a. Tidak cemas
b. Cukup cemas 17 c. Cemas
18. Bagaimana perasaan anda ketika mendengar pengalaman buruk seseorang terhadap perawatan gigi?
a. Tidak cemas
b. Cukup cemas 18 c. Cemas
19.Bagaimana perasaan anda jika ada orang menakut – nakuti anda bahwa ke dokter gigi sangat menakutkan?
a. Tidak cemas
b. Cukup cemas 19 c. Cemas
20. Bagaimana perasaan anda ketika mendengar nama anda dipanggil untuk memasuki ruangan dokter gigi?
a. Tidak cemas
DAFTAR PUSTAKA
1. Dennis G, Christine A, Padesky A. Manajemen pikiran : Metode ampuh menata
pikiran untuk mengatasi depresi, kemarahan, kecemasan, dan perasaan merusak
lainnya. Cet I. Penerbit Kaifa PT Mizan Pustaka Anggota IKAPI. Bandung: 2004:
212-13.
2. Stefanace J. Stephen, Nesbit SP. Treatment planning in dentistry. 2nd ed. Mosby
Elsevier’s Health Sciences Rights Department in Philadelphia, PA, USA. 2008:
371-73.
3. Daniel SJ, Harfst SA, Wilder RS, Francis B, Mitchell SH. Mosby’s dental hygiene:
concepts, cases, and competencies.2nd ed. Elsevier’s Health Sciences Rights
Department in Philadelphia, PA, USA, 2008: 754-55.
4. Greenwood M, Seymour RA, Meechan JG. Textbook of human disease in
dentistry. 1nd ed. British Library, USA, 2009: 275.
5. Hmud R, Walsh LJ. Dental anxiety: causes, complication and management
approaches. J Minim Interv Dent. The University of Queensland, Brisbane,
Australia. 2009; 2(1).
6. Naidu RS, Lalwah S. Dental anxiety in a sampleof west Indian adults. West Indian
med J 2010; 59.
7. Natarajan S, Seenivasan MK, Paturu R, Arul QA, Padmanabhan T. Dental fear and
anxiety in different gender of Chennai population. The Internet Epidemiology,
2003; 9(10). 5580/197. (14 januari 2013).
8. Kumar S, Bhargav P, Patel A, Bhati M, Balasubramanyam G, Duraiswamy P. et. al.
Does dental anxiety influence oral health-related quality of life? Observation from
a cross-sectional study among adults in Udaipur district, India. Oral Science, 2009;
2: 245-54.
9. Mappahijah N. Rasa takut dan cemas anak terhadap perawatan gigi di SDN 20
10.James LW. Dental management of the medically compromised patient. 7nd ed.
Mosby Elsevier’s Health Sciences Rights Department in Philadelphia, PA, USA.
2008: 488.
11.Cappelli DP, Mobley C. Prevention in clinical oral health care. Elsevier’s Health
Sciences Rights Department in Philadelphia, PA, USA. 2008: 145-53.
12.Oktay EA, Kocak MM, Sahinkesen G, Topcu FT. The role of age, gender,
education and experiences on dental anxiety. Gulhane Med J 2009; 51: 145-8.
13.Wals LJ. Anxiety prevention: implementing the 4 S principle in conservative
dentistry. Special Needs 2007. Sept/Oct: 24-6.
14.Bernson JM. Dental coping strategies and dental anxiety: Adaptive and
Maladaptive strategies among adults patients with regular or irregular dental care.
Tahun 2012. Tesis. Swedia: Department of Behavioral and Community Dentistry
Institute of Odontology Sahlgrenska Academy University of Gothenburg, 2012:
7-10.
15.Kirova DG. Dental anxiety among dental students. J IMAB 2011; 17: 137-9.
16.Soelarso H, Soebakti R, Mufid H. Peran komunikasi interpersonal dalam
pelayanan kesehatan gigi. Maj Ked Gigi (Dent J) 2005; 38: 124-9.
17.Australian Research Centre for Population Oral Health. Australian Dental
Association Inc. The avoidance and delaying of dental visits in Australia. Aust
Dent J 2012; 57:1-5.
18.Jahja Y. Psikologi perkembangan. Prenada media Jakarta, 2011: 237-54.
19.Kusumawati. Kepemimpinan dalam perspektif gender. Journal administrasi bisnis.
2007:1(1): 37-40.
20.Mehboob B, Khan E, Khan M. Dental anxiety scale in exodontias patient. JKCD
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah survei deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran
kecemasan pasien terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan pertama
dan berulang di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poli gigi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Medan yang berlokasi di Jl. Prof. Dr. HM Yamin SH 147 Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan selama penelitian ini adalah ± 12 bulan (Juli 2012-Juli
2013).
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang berobat ke poli
gigi dan mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan.
3.3.2 Sampel
Cara sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
dengan kriteria sampel adalah pasien dengan kunjungan pertama dan kunjungan
berulang yang melakukan perawatan gigi dan usia pasien 12-65 tahun.
3.3.3 Besar Sampel
Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
Keterangan :
n : besar sampel
Zα : nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat kepercayaan 95% =1,96
P : Proporsi pada populasi penelitian sebelumnya (hasil penelitian Hmud
dan Walts tahun 2007 menunjukkan rasa cemas terhadap perawatan gigi
sebesar 22%)
Q (1-P) : Selisih dari P
d : Prakiraan proporsi di populasi (8%)
n = 103
Maka, sampel yang diambil peneliti adalah 105 responden.
3.3.4 Kriteria Inklusi
Beberapa kriteria inklusi pada subjek penelitian ini adalah:
- Pasien kunjungan pertama dan kunjungan berulang yang melakukan perawatan gigi
- Pasien berumur 12-65 tahun yang berkunjung atau berobat ke poli gigi dan mulut
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
- Pasien bersedia mengisi kuesioner.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
1. Jumlah kunjungan yang terdiri dari :
a. Kunjungan pertama ke dokter gigi yaitu pasien yang berobat ke poli gigi
RSUD Dr. Pirngadi Medan yang pertama kali berkunjung ke dokter gigi sebelum
mendapatkan perawatan gigi dengan pengalaman :
- Perasaan mengunjungi dokter gigi yaitu perasaan pasien ketika berkunjung ke
dokter gigi.
- Mendengar pengalaman buruk orang lain yaitu perasaan pasien saat
- Ditakut-takuti orang lain ke dokter gigi yaitu perasaan pasien saat ada orang
lain menakut-nakuti tentang ke dokter gigi.
- Saat menunggu giliran yaitu perasaan pasien saat menunggu giliran di ruang
tunggu.
- Bau ruangan lingkungan praktek yaitu perasaan pasien terhadap bau ruangan
praktek.
- Saat nama dipanggil memasuki ruangan yaitu perasaan pasien saat namanya
dipanggil memasuki ruangan dokter gigi.
b. Kunjungan berulang ke dokter gigi yaitu pasien yang berobat ke poli gigi
RSUD Dr. Pirngadi Medan yang datang kembali untuk melakukan perawatan gigi
atau kontrol ke dokter gigi dengan perasaan :
- Tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi yaitu pasien yang
mempunyai perasaan buruk atau tidak menyenangkan sebelumnya.
- Saat duduk di kursi gigi yaitu perasaan pasien saat duduk di kursi gigi.
- Saat dokter gigi memeriksa yaitu perasaan pasien saat dokter gigi melakukan
pemeriksaan.
- Saat dokter gigi memegang jarum suntik yaitu perasaan pasien ketika melihat
dokter gigi memegang jarum suntik.
- Saat mendengar suara getaran bur yaitu perasaan pasien ketika mendengar
suara getaran bur.
- Saat dokter gigi tidak ramah yaitu perasaan pasien saat dokter gigi tidak
ramah dalam melakukan perawatan gigi.
- Saat dokter gigi terburu-buru melakukan perawatan yaitu perasaan pasien saat
dokter gigi tidak ramah dalam melakukan perawatan gigi.
2. Usia adalah umur responden pada saat ulang tahun terakhir. Usia
dikategorikan menjadi :
a. Masa remaja 12-25 tahun
b. Masa dewasa 26-45 tahun
3. Jenis kelamin adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki ataupun
perempuan.
4. Tingkat kecemasan pasien adalah tingkat kecemasan responden dinilai dari
level:
a. Tidak cemas yaitu keadaan yang sama sekali pasien tidak gelisah atau
khawatir terhadap perawatan gigi.
b. Cemas yaitu keadaan yang membuat pasien merasa khawatir atau gelisah
terhadap perawatan gigi.
3.5 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan wawancara secara
langsung pada pasien poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan menggunakan kuesioner
dengan menilai tingkat kecemasan : tidak cemas atau cemas.
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan tabulasi manual. Analisis data dilakukan
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1Karakteristik pasien poli gigi dan mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan
Karakteristik pasien yang berobat ke poli gigi dan mulut RSUD Dr. Pirngadi
Medan 40,9% pasien kunjungan pertama dan 58,9% kunjungan berulang.
Berdasarkan kelompok umur cukup merata namun paling banyak dijumpai pada
kelompok umur 46-65 tahun yaitu 36,1%. Berdasarkan jenis kelamin perempuan
57,1% dan laki-laki 42,8%. Berdasarkan kelompok pendidikan paling banyak tamat
SMA 52,3% dan kelompok pekerjaan sebagai PNS 20,9% (Tabel 2).
Tabel 2. Persentase distribusi karakteristik pasien Poli Gigi dan Mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=105)
Karakteristik responden n % Umur Masa remaja (12-25 tahun)
Masa dewasa (26-45 tahun) Masa lansia (46-65 tahun)
31 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
Tidak sekolah/tidak tamat SD Tamat SD/sederajat Dll (pelajar dan bidan)
4.2 Tingkat kecemasan pada pasien kunjungan pertama di Poli Gigi dan Mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan
Persentase pengalaman responden sebelum melakukan perawatan gigi pada
pasien kunjungan pertama perasaan cemas yang paling tinggi terhadap bau ruangan
praktek dokter gigi yaitu 67,4%, diikuti rasa cemas saat dipanggil ke ruangan dokter
gigi 60,5%, mengunjungi dokter gigi 58,1%, ketika mendengar pengalaman buruk
orang lain terhadap perawatan gigi serta menunggu giliran 53,5% dan perasaan jika
ada orang menakut-nakuti ke dokter gigi 39,5% (Tabel 3).
Tabel 3. Persentase distribusi tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan pertama di Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)
Pengalaman responden Tidak cemas Cemas
n % n %
Bau ruangan praktek dokter gigi
Saat dipanggil ke ruangan dokter gigi
Mengunjungi dokter gigi
Mendengar pengalaman buruk seseorang
Menunggu giliran
Ditakut-takuti ke dokter gigi
14
Persentase kecemasan perasaan terhadap bau ruangan lingkungan praktek
dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 26-45
tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi sebesar 78,5%. Berdasarkan jenis
Tabel 4. Persentase distribusi kecemasan terhadap bau ruangan lingkungan praktek dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)
Variabel
Bau ruangan praktek dokter gigi
Jumlah
Tidak cemas Cemas
n % n %
Persentase kecemasan terhadap perasaan saat nama dipanggil ke ruangan dokter
gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun
memiliki perasaan cemas yang tinggi 68,7%. Umur 26-45 tahun 50% dan umur 46-65
tahun 61,5%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas daripada
laki-laki sebesar 78,2% (Tabel 5).
Tabel 5. Persentase distribusi kecemasan terhadap perasaan saat nama dipanggil ke ruangan dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)
Variabel
Saat dipanggil ke ruangan dokter gigi
Jumlah
Tidak cemas Cemas
Persentase kecemasan terhadap perasaan mengunjungi dokter gigi pada pasien
kunjungan pertama berdasarkan umur dimana umur 12-25 tahun memiliki perasaan
cemas yang tinggi yaitu 68,7%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih
cemas daripada laki-laki yaitu 65,2% (Tabel 6).
Tabel 6. Persentase distribusi kecemasan terhadap mengunjungi dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)
Variabel
Mengunjungi dokter gigi
Jumlah
Tidak cemas Cemas
n % n %
Persentase kecemasan terhadap mendengar pengalaman buruk seseorang pada
pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki
perasaan cemas yang tinggi yaitu 64,2%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa
perempuan memiliki perasaan cemas yang tinggi daripada laki-laki sebesar 56,5%
Tabel 7. Persentase distribusi kecemasan terhadap mendengar pengalaman buruk seseorang pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)
Variabel
Mendengar pengalaman buruk orang lain
Jumlah
Tidak cemas Cemas
n % n %
Persentase kecemasan terhadap perasaan menunggu giliran pada pasien
kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun memiliki perasaan
cemas yang tinggi sebesar 62,5%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih
cemas daripada laki-laki sebesar 73,9% (Tabel 8).
Tabel 8. Persentase distribusi kecemasan saat menunggu giliran pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)
Variabel
Menunggu giliran
Jumlah
Tidak cemas Cemas
Persentase kecemasan terhadap perasaan jika ada orang lain yang
menakut-nakuti ke dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur bahwa umur
12-25 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi yaitu 50,0%. Berdasarkan jenis
kelamin bahwa laki-laki lebih cemas daripada perempuan sebesar 55,0% (Tabel 9).
Tabel 9. Persentase distribusi kecemasan perasaan ketika ditakut–takuti ke dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=43)
Variabel
Ditakut – takuti ke dokter gigi
Jumlah Tidak cemas Cemas
n % n %
4.3 Tingkat kecemasan pada pasien kunjungan berulang Poli Gigi dan Mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan
Persentase pengalaman responden terhadap perawatan gigi dan mulut pada
pasien kunjungan berulang dimana perasaan cemas yang paling tinggi yaitu perasaan
tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi sebesar 90,3%. Perasaan cemas
secara berurutan saat duduk di kursi gigi 63,0%, dokter gigi memeriksa 53,3%, dokter
gigi memegang jarum suntik 46,8%, dokter gigi tidak ramah atau terburu-buru dalam
Tabel 10. Persentase distribusi tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan berulang di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)
Pengalaman responden Tidak cemas Cemas
n % n %
Pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya
Duduk di kursi gigi
Dokter gigi memeriksa
Dokter gigi memegang jarum suntik
Dokter gigi tidak ramah
Dokter gigi terburu-buru
Mendengar suara getaran bur
6
Persentase kecemasan terhadap pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya
ke dokter gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun,
umur 26-45 tahun dan umur 46-65 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi secara
berurutan sebesar 100%, 91,0% dan 84,0%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa
laki-laki memiliki perasaan lebih cemas daripada perempuan sebesar 91,6% (Tabel 11).
Tabel 11. Persentase distribusi kecemasan terhadap pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)
Variabel
Pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya
Jumlah
Tidak cemas Cemas
Persentase kecemasan terhadap duduk di kursi gigi selama perawatan gigi pada
kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki perasaan
cemas yang tinggi 77,2%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa perempuan lebih cemas
daripada laki-laki sebesar 78,9% (Tabel 12).
Tabel 12. Persentase distribusi kecemasan terhadap duduk di kursi gigi pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)
Variabel
Duduk di kursi gigi
Jumlah
Tidak cemas Cemas
n % n %
Persentase kecemasan terhadap saat dokter gigi melakukan pemeriksaan
selama perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur
12-25 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi 66,6%. Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 13. Persentase distribusi kecemasan saat dokter gigi melakukan pemeriksaan pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)
Variabel
Dokter gigi memeriksa
Jumlah
Tidak cemas Cemas
n % n %
Persentase kecemasan terhadap dokter gigi memegang jarum suntik selama
perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 12-25 tahun
memiliki perasaan cemas yang tinggi sebesar 53,3%. Berdasarkan jenis kelamin
bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki sebesar 52,6% (Tabel 14).
Tabel 14. Persentase distribusi kecemasan terhadap dokter gigi memegang jarum suntik pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)
Variabel
Dokter gigi memegang jarum suntik
Jumlah
Tidak cemas Cemas
Persentase kecemasan terhadap dokter gigi yang tidak ramah selama perawatan
gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki
perasaan cemas yang tinggi yaitu 45,4%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa
perempuan lebih cemas daripada laki-laki sebesar 52,6% (Tabel 15).
Tabel 15. Persentase distribusi kecemasan terhadap dokter gigi yang tidak ramah pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)
Variabel
Dokter gigi tidak ramah
Jumlah
Tidak cemas Cemas
n % n %
Persentase kecemasan terhadap dokter gigi yang terburu-buru selama
melakukan perawatan gigi pada kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur
26-45 tahun memiliki perasaan cemas yang tinggi yaitu 45,4%. Berdasarkan jenis
Tabel 16. Persentase distribusi kecemasan terhadap dokter gigi terburu-buru pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)
Variabel
Dokter gigi terburu–buru
Jumlah
Tidak cemas Cemas
n % n %
Persentase kecemasan mendengar suara getaran bur selama perawatan gigi pada
kunjungan berulang berdasarkan umur bahwa umur 26-45 tahun memiliki perasaan
cemas yang tinggi yaitu 36,3%. Berdasarkan jenis kelamin bahwa laki-laki lebih
cemas daripada perempuan sebesar 33,3% (Tabel 17).
Tabel 17. Persentase distribusi kecemasan mendengar suara getaran bur pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)
Variabel
Mendengar suara getaran bur
Jumlah
Tidak cemas Cemas
Perawatan gigi yang paling membuat cemas pada pasien kunjungan berulang
adalah pencabutan gigi sebesar 69,3%, dari perawatan penambalan 24,1% dan skeling
6,6% sedangkan perawatan ortodonti pasien tidak mengalami kecemasan (Tabel 18).
Tabel 18. Persentase distribusi perawatan gigi yang paling membuat cemas pada pasien kunjungan berulang di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)
Jenis perawatan gigi n %
Perawatan gigi yang paling membuat cemas adalah pencabutan gigi dengan
persentase 84% pada umur 46-65 tahun dan 68,1% umur 26-45 tahun. Berdasarkan
jenis kelamin, kecemasan perawatan paling tinggi juga terdapat pada pencabutan gigi
sebesar 79,1% laki-laki dan 63,1% perempuan sedangkan perawatan penambalan dan
skeling baik berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin menunjukkan kecemasan
yang rendah (Tabel 19).
Tabel 19. Persentase distribusi perawatan gigi yang membuat cemas pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=62)
Variabel
Perawatan gigi yang membuat cemas Pencabutan gigi Penambalan Skeling
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perasaan cemas berdasarkan umur
pada pasien kunjungan pertama dimana umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas
paling tinggi saat mengunjungi dokter gigi diikuti cemas terhadap bau ruangan
praktek dan saat dipanggil ke ruangan dokter gigi sebesar 68,7%. Penelitian ini sama
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Australian Centre for Population Oral
Health di Australia Selatan mereka menemukan pasien umur 18-25 tahun merasa
cemas ke dokter gigi diikuti saat memasuki ruangan praktek lebih rendah daripada
penelitian ini yaitu 18%.17 Cemas terhadap bau ruangan mungkin disebabkan karena
bahan-bahan yang ada di dalam ruangan dokter gigi membuat pasien tidak nyaman
pada saat melakukan perawatan nanti. Hal ini disebabkan psikologi remaja memiliki
perubahan fisik yang luar biasa seperti penakut, membingungkan dan menjadi sumber
perasaan salah dan frustasi.18 Perasaan cemas paling tinggi pada umur 26-45 tahun
sebesar 78,5% terhadap bau ruangan praktek dokter gigi. Bau ruangan tersebut dapat
berasal dari bahan-bahan perawatan gigi seperti eugenol dan bonding agents yang
dapat memicu terjadinya stress.5 Pada umur tersebut dari segi emosional lebih labil
dan mudah resah sehingga membuat responden tidak nyaman dalam melakukan
perawatan nanti. Perasaan cemas pada umur 46-65 tahun adalah pada saat dipanggil
ke ruangan dokter gigi 61,5%. Hal ini sesuai dengan psikologi dewasa tua yang
mudah terkejut dan biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik dan daya ingat.18
Perasaan cemas yang lebih tinggi berdasarkan jenis kelamin pada kunjungan
pertama yaitu saat menunggu giliran pada perempuan 73,9% sedangkan laki-laki
hanya 30%, hal ini disebabkan karena perempuan lebih mudah mengekspresikan
emosinya dan terkadang bersifat subyektif sehingga berfikir dengan menambah
masalah buruk akan terjadi.19 Penelitian ini sama dengan penelitian Naidu yaitu
perempuan lebih cemas daripada laki-laki saat menunggu giliran dan saat dokter gigi
Perasaan cemas paling tinggi berdasarkan umur pada kunjungan berulang
karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi dimana terjadi
pada setiap umur yaitu pada umur 12-25 tahun 100%, umur 26-45 tahun 91% dan
umur 46-65 tahun 84%. Walaupun pasien tersebut mengalami kecemasan yang tinggi,
pasien tetap datang kembali melakukan perawatan ke poli gigi tersebut karena
sebagian besar responden bekerja sebagai PNS yang memiliki Asuransi Kesehatan
(ASKES). Kecemasan saat duduk di kursi gigi pada umur 12-25 tahun 73,4% diikuti
saat dokter gigi melakukan pemeriksaan 66,6%. Kecemasaan saat duduk di kursi gigi
juga dialami pada umur 26-45 tahun sebesar 77,2%. Hal ini disebabkan pada masa
dewasa muda psikologinya dapat mempertimbangkan segala sesuatu yang terbuka
dan dapat menilai semua pengalaman hidupnya.18 Perasaan cemas yang rendah hanya
terdapat pada umur 46-65 tahun kecuali karena pengalaman tidak menyenangkan
sebelumnya ke dokter gigi. Hal ini biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik pada
umur tersebut diikuti oleh penurunan daya ingat sehingga membuat pasien mau
menerima segala sesuatu yang dilakukan oleh dokternya.18
Perasaan cemas yang tinggi berdasarkan jenis kelamin pada kunjungan
berulang karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi terdapat
pada perempuan 91,6% diikuti cemas saat duduk di kursi gigi 78,9%, dokter gigi
memeriksa 68,4% dan saat dokter gigi tidak ramah 52,6%. Dalam salah satu studi
Moore menemukan bahwa jenis kontak komunikasi dokter gigi yang berprilaku
negatif diperoleh 5-10 kali pasien mengalami kecemasan. Selain itu, pasien sering
mengeluh karena dokter gigi membuat mereka lebih cemas terhadap perawatan gigi.5
Perasaan cemas lebih tinggi pada laki-laki hanya terdapat pada pengalaman
sebelumnya ke dokter gigi sedangkan kondisi lainnya menimbulkan kecemasan yang
rendah. Dapat dilihat psikologi emosional laki-laki tidak mudah terpengaruh dengan
hal lain dan berusaha memiliki sifat kepemimpinan.19
Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas yaitu pencabutan gigi 69,3%
diikuti penambalan 24,1% dan skeling 6,4% sedangkan perawatan ortodonti pasien
sama sekali tidak menimbulkan kecemasan. Penelitian ini sama halnya dengan
pencabutan gigi 33,8%, penambalan 14,7% dan skeling 5,9%.6 Ini mungkin
disebabkan karena responden takut melihat alat-alat pencabutan gigi seperti tang
sehingga responden mengalami kecemasaan yang tinggi. Kecemasan pada saat
pencabutan gigi 84% paling banyak terdapat pada umur 46-65 tahun dan berjenis
kelamin laki-laki sebesar 79,1%. Hal ini disebabkan karena pada umumnya secara
psikologis umur 60 tahun mudah terkejut seperti jika terjadi kesalahan operator
selama bekerja membuat responden merasa jenuh.19 Penelitian ini berbeda dengan
penelitian Mehboob bahwa laki-laki memiliki kecemasan pada saat pencabutan gigi
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Perasaan cemas berdasarkan umur pada pasien kunjungan pertama dimana
umur 12-25 tahun memiliki perasaan cemas paling tinggi saat mengunjungi dokter
gigi diikuti cemas terhadap bau ruangan praktek dan saat dipanggil ke ruangan dokter
gigi sebesar 68,7%. Perasaan cemas pada umur 26-45 tahun paling tinggi terhadap
bau ruangan praktek sebesar 67,4%. diikuti rasa cemas saat mengunjungi dokter gigi
dan saat dipanggil ke ruangan pada umur 12-25 tahun sebesar 68,7%. Perasaan cemas
pada umur 46-65 tahun saat dipanggil ke ruangan dokter gigi 61,5%.
2. Perasaan cemas paling tinggi berdasarkan umur pada kunjungan berulang
karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya ke dokter gigi dimana terjadi
pada setiap umur yaitu pada umur 12-25 tahun 100%, umur 26-45 tahun 91% dan
umur 46-65 tahun 84%.
3. Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas pada pasien kunjungan
berulang adalah pencabutan gigi sebesar 69,3% diikuti penambalan 24,1% dan
skeling 6,4% sedangkan perawatan ortodonti tidak menyebabkan kecemasan.
Perasaan cemas pada saat pencabutan gigi paling banyak terdapat pada umur 46-65
tahun 84% terutama laki-laki sebesar 79,1%.
6.2 Saran
1. Perlu perhatian khusus dari pihak poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan berupa
penanganan terhadap rasa cemas pasien :
- Saat menunggu giliran, disarankan penambahan fasilitas yang dapat membuat
pasien nyaman seperti penambahan alat musik dan tidak membuat pasien terlalu lama
dalam menunggu giliran.
- Terhadap bau ruangan praktek dokter gigi seperti bahan – bahan perawatan
gigi, maka disarankan untuk menyemprot wangi-wangian di ruangan dokter gigi agar
- Terhadap pengalaman sebelumnya yang tidak menyenangkan ke dokter gigi,
disarankan kepada pihak tenaga kesehatan poli gigi mampu menciptakan komunikasi
yang membuat pasien nyaman dan diharapkan juga agar dokter gigi lebih
memperhatikan pasien selama perawatan terutama pasien yang mempunyai riwayat
trauma di masa lalu ke dokter gigi.
2. Perlunya penelitian lanjutan tentang hubungan tingkat kecemasan terhadap
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kecemasan
Rasa cemas merupakan sesuatu perasaan gelisah terhadap suatu bahaya yang
akan terjadi. Rasa cemas dan rasa takut sering berhubungan erat tapi diantara
keduanya ada sedikit perbedaan. Saat orang merasa takut akan sesuatu, orang tersebut
sering merasa cemas juga. Perasaan cemas berhubungan dengan harapan seseorang
dalam menghadapi sesuatu yang mengerikan atau menakutkan. Sebaliknya rasa takut
merupakan respons terhadap sesuatu bahaya yang timbul pada saat ini. Menurut
Soemartono pada tahun 2003, rasa takut dan cemas menghadapi perawatan gigi
merupakan reaksi yang pada umumnya dirasakan pasien anak maupun orang dewasa,
perasaan ini sering kali menjadi penyebab seseorang menghindar dari perawatan
gigi.9 Kecemasan atau anxiety adalah suatu perasaan takut, kekhawatiran atau
kecemasan yang sering terjadi tanpa ada penyebab yang jelas. Kecemasan adalah
pengalaman yang normal dalam menghadapi ancaman yang dirasakan atau bahaya.
Tingkat kecemasan adalah adaptif dan dapat berguna karena berfungsi untuk
memobilisasi cadangan energi untuk tindakan dan meningkatkan kinerja dengan
meningkatkan gairah. Ketika kecemasan menjadi sering dan terus-menerus akibatnya
akan mengganggu kemampuan individu untuk berfungsi, hal tersebut menjadi
masalah sehingga dapat dikatakan patologis dan bagian dari gangguan kecemasan.4
Gejala-gejala kecemasan meliputi :10
a. Fungsi otot : merasa gemetar, otot melemah, otot jantung berdebar.
b. Hiperaktif autonom : sesak nafas, sensasi mencekik, aktivitas jantung cepat
(takikardia), tangan berkeringat, mulut kering, pusing, mual, diare, kesulitan menelan
dan sering buang air kecil.
c. Kewaspadaan dan scanning : merasa tegang, respons mengagetkan
berlebihan, kesulitan berkonsentrasi, pikiran menjadi kosong, kesulitan tidur dan
2.1.1 Klasifikasi Kecemasan Perawatan gigi
Menurut Moore et al. klasifikasi kecemasan perawatan gigi dapat dibagi
menjadi 4 subtipe, yaitu :11
a. Tipe I
Tipe ini merupakan ketakutan akibat rangsangan yang menyakitkan atau tidak
menyenangkan seperti jarum, suara, dan bau.
b.Tipe II
Tipe ini merupakan kecemasan tentang reaksi somatik selama pengobatan atau
perawatan gigi (reaksi serangan panik).
c. Tipe III
Pasien dengan kecemasan yang rumit atau multiphobia.
d.Tipe IV
Tipe ini tergolong kepada ketidakpercayaan pasien terhadap dokter gigi.
2.1.2 Penyebab Kecemasan Perawatan gigi
Beberapa penyebab kecemasan pasien terhadap perawatan gigi yang sering
ditemukan dalam praktek dokter gigi meliputi:5,12
1. Rasa sakit
Secara umum pasien yang mengalami rasa sakit, tersedak-sedak selama
perawatan gigi merupakan pemicu utama kecemasan pasien. Dalam salah satu studi
Kent et al. menunjukkan bahwa memori rasa sakit pasien direkonstruksi dari waktu
ke waktu. Kent menemukan pasien sangat cemas cenderung melebih-lebihkan rasa
sakit mereka sebelum prosedur perawatan gigi. Misalnya, dalam studi Arntz et al.
terhadap 40 pasien yang menjalani perawatan Bedah Mulut, pasien mengalami lebih
cemas karena pengalaman rasa sakit yang sebenarnya terhadap perawatan tersebut.5
2. Ketakutan kehilangan kontrol
Kehilangan kontrol biasanya disebabkan pada saat pasien menunggu giliran di
ruang tunggu praktek dokter gigi. Ini dapat menjadi masalah utama pada kecemasan
pasien karena waktu yang lama pada saat menunggu giliran membuat pasien berfikir
3. Tenaga kesehatan gigi yang pemarah dan agresif
Aspek dari interaksi dokter gigi dengan pasien merupakan hal yang sangat
penting dalam perawatan gigi. Adapun pemicu kecemasan pasien terhadap perawatan
gigi mencakup pernyataan yang dibuat oleh operator, khususnya ketika operator
bersifat tidak simpatik atau pemarah dalam berkomunikasi memicu kecemasan
pasien. Dalam salah satu studi Moore et al. menemukan bahwa jenis kontak
komunikasi dokter gigi yang berprilaku negatif diperoleh 5-10 kali pasien mengalami
kecemasan. Selain itu, pasien sering mengeluh karena dokter gigi membuat mereka
lebih cemas terhadap perawatan gigi.5
4. Melihat, mendengar dan merasakan sensasi getaran bur dan suntikan
Beberapa studi melaporkan bahwa prosedur tindakan restorasi gigi membawa
pemicu kecemasan selama perawatan gigi yang umum, seperti melihat, mendengar
dan merasakan sensasi suntikan.5
5. Pengalaman buruk dari orang lain
Akibat pengaruh cerita buruk dari orang lain seperti pengalaman seseorang
terhadap traumatis gigi di masa lalu membuat seseorang tersebut menghindari
kunjungan ke dokter gigi, sehingga orang tersebut cenderung untuk tidak ingin
mencari perawatan ke dokter gigi. Banyak juga pasien yang sudah berjanji dengan
dokter gigi untuk melakukan perawatan tetapi akhirnya sering menunda sampai
menggagalkan untuk melakukan perawatan gigi. Akibat menghindari perawatan gigi
prevalensi karies dari orang tersebut akan lebih tinggi apabila tidak dirawat.5 Dalam
penelitian Liddel menemukan bahwa kecemasan pasien terhadap perawatan gigi
cenderung keadaan rongga mulutnya buruk dan signifikan jumlah gigi telah banyak
Interaksi kecemasan dengan modifikasi perawatan gigi terlihat pada Gambar 1.
Dokter Gigi/staf Tempat Prosedur
Teknik
Bau ruangan Ekstraksi
Desain gambar ruangan Perawatan saluran akar
Menunggu giliran Scalling dan root planning
Tingkah laku buruk Suara mengerang dari pasien
2.2 Psikologi perkembangan berdasarkan umur
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik setiap
fase-fase perkembangan. Psikologi perkembangan fisik yang terjadi pada anak-anak,
remaja, dewasa muda dan dewasa tua sebagai berikut :18
1. Masa awal anak-anak
Menurut Piaget, perkembangan awal anak-anak dibagi atas perkembangan fisik,
kognitif, emosi dan psikososial. Perkembangan emosi merupakan suatu perasaan
yang kompleks disertai karakteristik kegiatan belajar dan motoris. Berikut beberapa
contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu di antaranya :
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas dengan hasil
yang dicapai.
b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan.
c. Apabila sedang mengalami ketegangan emosi dapat menimbulkan sikap
gugup dan gagap dalam berbicara.
d. Terganggunya penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan
mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya maupun orang lain.
2. Remaja
Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa remaja
menurut Olds dimulai pada usia 12 sampai awal duapuluhan tahun. Masa ini hampir
selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja. Perkembangan secara emosionalnya
antara lain :
a. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan
pendapatnya sendiri. Ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisian serta dapat
menjauhkan diri.
b. Remaja lebih muda dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih
muda.
c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa seperti penakut,
membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.
3. Dewasa muda
Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap
pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa menurut
Hurlock kisaran 21 sampai awal empat puluhan tahun. Ciri-ciri psikologis masa
dewasa muda :
a. Ketika seseorang berumur duapuluhan kondisi emosionalnya tidak terkendali.
b. Cenderung labil, resah dan mudah memberontak.
c. Pada masa ini emosinya bergelora dan mudah tegang.
d. Dapat berfikir secara logis.
e. Dapat mempertimbangkan segala sesuatu dengan adil, terbuka dan dapat
menilai semua pengalaman hidup.
4. Dewasa tua
Masa tua ditandai oleh adanya perubahan jasmani dan mental. Pada usia 40
sampai 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik diikuti oleh penurunan
daya ingat. Masalah-masalah yang timbul pada usia ini antara lain :
a. Kemauan untuk mau melakukan penerimaan dan penyesuaian dengan
berbagai perubahan fisik yang normal.
b. Penyesuaian terhadap perubahan fisik biasanya terjadi secara bertahap dan
lambat laun.
c. Rasa terkejut dan takut terhadap hilangnya kemudaan, hilangnya tenaga fisik
dan berkembang kearah sikap melawan dan menolak.
d. Masa ini merupakan masa jenuh dimana umumnya umur 60 tahun mereka
menemukan masa yang hampir tidak menyenangkan.
e. Perubahan dalam penampilan sangat penting terutama dalam penilaian sosial.
f. Bagi pria terdapat kesulitan tambahan dalam berlomba dengan orang yang
lebih muda, lebih kuat dan lebih berenergik yang cenderung untuk menilai
2.3Psikologi perbedaan emosional antara laki-laki dan perempuan
Secara alamiah semua orang sudah mengetahui kodrat laki-laki dan perempuan
tidak saja dibedakan oleh identitas jenis kelamin, bentuk anatomi dan biologis
lainnya melainkan juga hormon-hormon dalam tubuh. Sejumlah ilmuwan
mengatakan adanya pengaruh hormon perkembangan emosional dan intelektual
antara laki-laki dan perempuan. Dalam studi Umar mengidentifikasi perbedaan
emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan yang dapat dicirikan seperti
pada tabel 1:19
Tabel 1. Identifikasi perbedaan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan
Laki-laki (masculine) Perempuan (feminim)
- sangat agresif - independen - tidak emosional
- dapat menyembunyikan emosi - lebih objektif
- tidak mudah terpengaruh - lebih aktif
- lebih kompetitif - lebih logis - lebih mendunia - lebih berterus terang
- memahami seluk beluk perkembangan dunia
- berperasaan tidak mudah tersinggung - lebih suka berpetualang
- mudah mengatasi persoalan - jarang mangis
- umumnya selalu tampil sebagai pemimpin
- penuh rasa percaya diri
- lebih banyak mendukung sikap agresif - tidak canggung dalam penampilan - pemikiran lebih unggul
- lebih bebas berbicara
- tidak terlalu agresif - tidak terlalu independen - lebih emosional
- sulit menyembunyikan emosi - lebih subjektif
- mudah terpengaruh - lebih pasif
- kurang kompetitif - kurang logis
- berorientasi ke rumah - kurang berterus terang
- kurang memahami seluk beluk perkembangan dunia
- berperasaan mudah tersinggung - tidak suka berpetualang
- sulit mengatasi persoalan - lebih sering menangis
- tidak umum tampil sebagai pemimpin
- kurang rasa percaya diri
- kurang senang terhadap sikap agresif - lebih canggung dalam penampilan - pemikiran kurang unggul
Berdasarkan ciri-ciri tersebut akan menjadi faktor utama dalam penentuan peran
sosial antara laki-laki dan perempuan di masyarakat. Pemisahan fungsi ini
dipengaruhi oleh faktor budaya dalam jangka waktu yang lama. Kenyataan lain
bahwa laki-laki umumnya lebih besar dan kuat fisiknya secara spontan dibanding
perempuan.19
Dalam menghadapi masalah, perempuan memiliki cara yang berbeda daripada
laki-laki. Saat mempunyai masalah, perempuan lebih mudah menderita depresi dan
kecemasan daripada laki-laki.12 Secara umum perempuan lebih teratur mengunjungi
dokter gigi dan memiliki tingkat pengetahuan tentang kesehatan rongga mulut yang
lebih baik daripada laki-laki akan tetapi dalam literatur mengatakan perempuan lebih
cemas daripada laki-laki.5-7,12,13 Dapat dilihat emosi secara psikologis seperti stres,
depresi, ketakutan, fobia sosial, panik dan kecemasan lebih sering terjadi pada
perempuan sehingga kecemasan pada perempuan dapat berhubungan dengan
emosi-emosi tersebut.12
2.4 Kecemasan perawatan gigi
Kecemasan dan ketakutan terhadap perawatan gigi merupakan alasan utama
untuk menghindari perawatan sehingga dapat memperburuk kesehatan rongga mulut
seseorang (gambar 2). 11,15
Gambar 2. Siklus negatif terhadap perawatan gigi3
Kecemasan perawatan gigi
Pengalaman negatif
Menghindari perawatan gigi
Kesehatan rongga mulut
Dari siklus kecemasan perawatan gigi di atas, telah terbukti bahwa kondisi
pengalaman negatif seseorang terhadap perawatan gigi, akan menimbulkan gangguan
kecemasan, mengakibatkan kegagalan pasien untuk berobat ke dokter gigi sehingga
dapat memperburuk keadaan rongga mulut seseorang. Selain itu kecemasan terhadap
perawatan gigi juga mengakibatkan perjanjian antara pasien dan dokter gigi sering
dibatalkan.3
Menurut Walts tahun 2007, adanya konsekuensi pasien yang mengalami tingkat
kecemasan tinggi selama perawatan gigi yaitu menghindari perawatan gigi, sering
membatalkan janji, resiko masalah ekonomi yang lebih besar untuk ke dokter gigi,
memperburuk keadaan rongga mulut sehingga memerlukan tindak lanjut pengobatan,
persepsi negatif tentang perawatan gigi, keparahan prevalensi karies tinggi (DMFT),
mengurangi rasa percaya diri, perasaan malu dan rendah diri dan gangguan tidur di
malam hari.13
2.5Penanggulangan Kecemasan
Seperti dengan kondisi yang banyak saat ini, mencegah lebih baik daripada
mengobati. Penanggulangannya kemudian harus ditujukan untuk mencegah kondisi
yang berkembang saat ini. Secara umum, pengalaman traumatis pertama
mengunjungi dokter gigi kemungkinan akan menghasilkan tingkat yang lebih besar
dari kecemasan antisipasif sebelum kunjungan berikutnya, sehingga mengurangi
kemungkinan kehadiran perawatan di hari esok. Saat ini telah ada penanggulangan
kecemasan gigi yang dapat dikelola dengan menggunakan berbagai langkah, mulai
dari modifikasi sederhana dari lingkungan dan pendekatan klinis untuk teknis
psikologis lebih kompleks. Kadang- kadang obat-obatan mungkin diperlukan untuk
mengurangi gejala kecemasan.3 Secara umum ada beberapa penanggulangan masalah
kecemasan pasien selama perawatan di praktek dokter gigi yaitu :3,5,16
1. Komunikasi
Komunikasi dengan pasien sangat berperan penting mengurangi kecemasan
pasien. Sehingga dapat memberikan dukungan verbal dan kepastian dengan strategi
dilakukan oleh staf maupun tenaga kesehatan yang berinteraksi siapa saja dengan
pasien.3 Menurut teori komunikasi, komunikasi yang terjadi selama transaksi
terapeutik adalah komuniksasi interpersonal. Naude cit Santosa menyebutkan bahwa
pada proses pelayanan medik gigi terjalin suatu hubungan kerja sama antara dokter
gigi dengan penderitanya yang dikenal dengan komunikasi interpersonal. Menurut
Rakhmat, karakteristik komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi terjadi
tanpa melalui media komunikasi, sehingga dalam proses komunikasi interpersonal
mempunyai ciri pesan dari komunikator tidak terbatas pada pesan verbal tetapi juga
pesan non verbal seperti ekspresi wajah, gerakan anggota tubuh, sehingga pesan
tersebut mempunyai makna yang beragam.16
2. Terapi relaksasi
Teknik relaksasi yang tidak memerlukan pelatihan lanjutan, seperti biofeedback
atau hypnosis, paling sering menggunakan relaksasi otot progresif, latihan
pernapasan, citra dipandu atau kombinasi dari teknik ini. Relaksasi otot progresif
melibatkan sistematis tegang dan otot santai dari kepala sampai kaki dan
menggunakan pernapasan tubuh dalam bentuk lebih rileks.3
3. Modelling
Pemodelan adalah tindakan mengamati orang lain menjalani perawatan, baik
secara langsung atau dilihat pada rekaman video tersebut bahwa aspek prosedur dan
sensasi yang bisa diharapkan jelas terlihat kepada pasien. Manfaat pemodelan ada 2
yaitu :3
a. Menyediakan informasi tentang prosedur.
b. Memungkinkan pasien untuk mengamati model menerima dukungan positif
untuk perilaku yang tepat.
4. Selingan
Mengurangi gangguan kecemasan pasien dengan cara keasyikan. Bentuk
gangguan yang paling dasar adalah pasien terlibat dalam percakapan positif dan
menarik. Teknik lainnya termasuk kacamata visi virtual, televisi, video games dan
(AV) dilaporkan kecemasan berkurang. Kondisi pasien yang diliputi kecemasan akan
memperkuat rangsang nyeri yang diterimanya karena kecemasan menyebabkan zat
penghambat rasa nyeri tidak disekresikan. Dengan adanya musik sebagai fasilitas
dalam praktek dokter gigi maka tingkat kecemasan pasien dapat dikurangi sehingga
2.6 Kerangka Konsep
Tingkat Kecemasan terhadap Perawatan Gigi dan Mulut pada Pasien Poli gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tingkat kecemasan pasien terhadap
perawatan gigi :
1. Tidak cemas
2. Cemas Jumlah kunjungan terdiri dari :
Kunjungan pertama :
- Perasaan mengunjungi dokter gigi
- Mendengar pengalaman buruk seseorang
- Ditakut – takuti ke dokter gigi - Menunggu giliran
- Bau ruangan lingkungan praktek dokter gigi - Nama dipanggil
Kunjungan berulang :
- Perasaan tidak menyenangkan
sebelumnya
- Duduk di kursi gigi - Dokter gigi memeriksa - Dokter gigi memegang jarum
suntik
- Mendengar suara getaran bur - Dokter gigi tidak ramah - Dokter gigi terburu - buru
Karakteristik pasien : 1. Umur
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stres, yang
dirasakan setiap orang sehingga sebagian besar pasien menunda kunjungan ke dokter
gigi. Terkadang kecemasan disebut juga dengan ketakutan atau perasaan gugup. Kata
kecemasan menggambarkan sejumlah masalah termasuk fobia atau takut akan hal-hal
dengan situasi tertentu.1 National Institute of Mental Health (NIMH) memperkirakan
bahwa lebih dari 19 juta orang dewasa Amerika Serikat yang terpengaruh dengan
gangguan kecemasan setiap tahun yang ditemukan dalam praktek. Sayangnya,
sebagian besar pasien dengan gangguan kecemasan tidak menerima perawatan secara
profesional. Pada umumnya berkembang sebelum usia 30 tahun dan yang lebih
umum pada wanita dan memiliki riwayat keluarga terhadap gangguan kecemasan.2
Penelitian yang dilakukan oleh Jong et al. tentang kecemasan pasien terhadap
perawatan gigi dijumpai 15% pasien mengalami kecemasan.3 Dalam beberapa
pendapat peneliti juga menunjukkan bahwa 90% orang mengalami tingkat kecemasan
sebelum mengunjungi dokter gigi sementara yang lain di antaranya 40% orang
dewasa menunda kunjungan perawatan gigi karena mengalami kecemasan.4
Kecemasan terhadap perawatan gigi saat ini menduduki peringkat ke-5 di
antara situasi umum yang ditakuti. Tingginya prevalensi bahwa pasien dengan
gangguan kecemasan perawatan gigi akan menghindari kunjungan ke dokter gigi.
Hanya sebagian kecil pasien mengaku tidak cemas di lingkungan perawatan gigi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hmud dan Wals pada tahun 2007 bahwa
hanya 14% penduduk Belanda yang tidak cemas ketika berkunjung ke dokter gigi,
sementara hampir 40% rata-rata cemas dan 22% sangat cemas. Pada penelitian
tersebut pasien yang paling mengalami tingkat kecemasan tinggi adalah pasien
diperoleh data prevalensi populasi yang takut terhadap perawatan gigi 16,4% orang
dewasa dan 10,3% anak-anak.5
Penelitian Naidu dan Lalwah pada tahun 2010 yang dilakukan di India Barat
pada sampel orang dewasa sekitar penduduk Trinidad dan Tobago menganalisis
hubungan antara tingkat kecemasan. Dari 100 sampel dengan kisaran usia 18-65
tahun yang mayoritas di kelompok usia 26-45 tahun, sebanyak 30% sampel
melaporkan alasan mereka menghindari perawatan gigi karena pengalaman masa lalu
sehingga mengalami gangguan kecemasan.Dalam penelitian tersebut juga ditemukan
bahwa hanya jenis kelamin yang berhubungan dengan tingkat kecemasan, yaitu
perempuan menjadi lebih cemas daripada laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perempuan mengalami kecemasan selama dilakukan perawatan gigi, pada saat
menunggu giliran di ruang tunggu dokter gigi dan ketika dokter gigi memasukkan
alat bur ke dalam mulut. Sebanyak 68 responden menanggapi pada saat ditanya
tentang aspek perawatan gigi sebelumnya yang membuat cemas. Dimana 45,6%
mengalami kecemasan pada saat pencabutan gigi, 33,8% pada saat disuntik, 14,7%
perawatan penambalan dan 5,9% pada saat skeling. Responden juga mengalami
gangguan kecemasan karena pengalaman mereka selama perawatan gigi. Dari jumlah
tersebut 55,8% karena merasa sakit, 18,4% takut ke dokter gigi dan 15,4% perawatan
yang sangat lama.6
Hasil survei yang dilakukan oleh Natarajan, Madhan, Rasmi, Queen dan
Padmanabhan pada tahun 2009 sekitar 550 sampel dewasa berusia diatas 18 tahun
(332 laki-laki dan 218 perempuan) menunjukkan nilai skor rata-rata total kecemasan
untuk perempuan 18,5±4,9 lebih tinggi dari nilai rata-rata untuk laki-laki 17,4±4,7.
Rasa takut dan kecemasan seseorang bisa mempengaruhi hubungan antara pasien
dengan dokter gigi dan rencana perawatan.7 Pada penelitian yang dilakukan oleh
Santhos et al. di India pada tahun 2009 terlihat pasien yang mengunjungi dokter gigi
12 bulan terakhir dengan tingkat kecemasan yang rendah pada perawatan gigi
sebanyak 93,5% sedangkan tingkat kecemasan tinggi hanya 6,5%. Pada pasien yang
tidak pernah mengunjungi dokter gigi, 86,5% mempunyai tingkat kecemasan yang
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian tentang
tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien kunjungan
pertama dan berulang di poli gigi RSUD Dr Pirngadi Medan berumur 12-65 tahun.
Pada kelompok umur ini, dimulainya masa perkembangan remaja sampai dewasa
sedangkan dibawah 12 tahun umumnya mereka datang dibawa orangtuanya. Pada
remaja merupakan masa ingin kebebasan, terjadi perubahan fisik dan emosi yang
sering meningkat. Dewasa muda mempunyai emosi yang labil, resah dan dapat
berfikir logis serta dapat menilai semua pengalaman hidup. Dewasa tua secara
psikologi kemauan untuk melakukan penerimaan dengan perubahan fisik
berkembang kearah sikap melawan dan menolak, rasa terkejut dan takut terhadap
hilangnya kemudaan. Masa tua juga merupakan masa jenuh dimana mereka
menemukan masa yang hampir tidak menyenangkan.18
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien
kunjungan pertama dan kunjungan berulang yang melakukan perawatan di poli gigi
RSUD Dr. Pirngadi Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut
pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi di
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut
pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi di
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
3. Untuk mengetahui jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas pada
kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di poli gigi di RSUD Dr.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar dapat melakukan upaya
mengatasi kecemasan pasien di dalam praktek dokter gigi.
2. Prosedur tindakan preventif bagi tenaga kesehatan terhadap gangguan
kecemasan pasien selama perawatan gigi.
3. Bagi peneliti merupakan pengetahuan yang berharga dalam rangka
menambah wawasan keilmuwan melalui penelitian lapangan.
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2013
Vivi Zayanthi Rezeki Nasution
Tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli Gigi
RUSD Dr.Pirngadi Medan.
xi + 39 halaman
Kecemasan adalah emosi yang menimbulkan stres sehingga sebagian besar
pasien menunda kunjungan ke dokter gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pasien kunjungan pertama dan
berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi
Medan. Jenis penelitian survei deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh pasien
yang berobat ke poli gigi berumur 12-65 tahun, jumlah sampel sebesar 105 orang.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tingkat kecemasan paling tinggi pada
pasien kunjungan pertama ke dokter gigi adalah terhadap bau ruangan praktek yaitu
67,4%. Berdasarkan kelompok umur 26-45 tahun sebesar 78,5% terutama pada
laki-laki 90%. Persentase kecemasaan saat dipanggil ke ruangan dokter gigi pada umur
12-25 tahun sebesar 68,7% terutama perempuan 78,2%. Pada kelompok umur 46-65
tahun tidak memiliki persentase rasa cemas yang tinggi. Perasaan cemas paling tinggi
pada kunjungan berulang karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya
90,3%. Berdasarkan kelompok umur 12-25 tahun sebesar 100% terutama laki-laki
91,6%. Persentase kecemasan saat duduk di kursi gigi pada umur 26-45 tahun sebesar
77,2% terutama perempuan 78,9%. Pada kelompok umur 46-65 tahun tidak memiliki
persentase rasa cemas yang tinggi. Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas
adalah pencabutan gigi daripada penambalan dan skeling sedangkan perawatan
ortodonti tidak menimbulkan kecemasan.
TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PERAWATAN
GIGI DAN MULUT PADA PASIEN POLI GIGI
RSUD DR. PIRNGADI MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh
:
VIVI ZAYANTHI REZEKI NST NIM: 090600026
Pembimbing
:SIMSON DAMANIK, DRG., M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2013
Vivi Zayanthi Rezeki Nasution
Tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli Gigi
RUSD Dr.Pirngadi Medan.
xi + 39 halaman
Kecemasan adalah emosi yang menimbulkan stres sehingga sebagian besar
pasien menunda kunjungan ke dokter gigi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pasien kunjungan pertama dan
berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin di Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi
Medan. Jenis penelitian survei deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh pasien
yang berobat ke poli gigi berumur 12-65 tahun, jumlah sampel sebesar 105 orang.
Hasil penelitian menunjukkan persentase tingkat kecemasan paling tinggi pada
pasien kunjungan pertama ke dokter gigi adalah terhadap bau ruangan praktek yaitu
67,4%. Berdasarkan kelompok umur 26-45 tahun sebesar 78,5% terutama pada
laki-laki 90%. Persentase kecemasaan saat dipanggil ke ruangan dokter gigi pada umur
12-25 tahun sebesar 68,7% terutama perempuan 78,2%. Pada kelompok umur 46-65
tahun tidak memiliki persentase rasa cemas yang tinggi. Perasaan cemas paling tinggi
pada kunjungan berulang karena pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya
90,3%. Berdasarkan kelompok umur 12-25 tahun sebesar 100% terutama laki-laki
91,6%. Persentase kecemasan saat duduk di kursi gigi pada umur 26-45 tahun sebesar
77,2% terutama perempuan 78,9%. Pada kelompok umur 46-65 tahun tidak memiliki
persentase rasa cemas yang tinggi. Jenis perawatan gigi yang paling membuat cemas
adalah pencabutan gigi daripada penambalan dan skeling sedangkan perawatan
ortodonti tidak menimbulkan kecemasan.
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji skripsi
Medan, 5 Juli 2013
Pembimbing: Tanda tangan
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 5 juli 2013
TIM PENGUJI
KETUA : Simson Damanik, drg., M.Kes
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini
dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Simson Damanik, drg., M.Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, pikiran dan dorongan semangat dalam membimbing penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
3. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG USU sekaligus
sebagai tim penguji yang telah memberikan saran agar skripsi ini lebih baik.
4. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes yang juga sebagai tim penguji skripsi yang
telah memberikan saran dan bimbingan agar skripsi ini lebih baik.
5. Siti Wahyuni drg, selaku pembimbing akademik yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis selama masa pendidikan.
6. Fauziah, drg, selaku Kepala Poli Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan dan
Rohaya Lubis, drg yang telah memberi izin untuk dapat dilakukannya penelitian ini.
Ucapan terima kasih tidak terhingga kepada ayahanda Aminur Rasid Nst dan
ibunda Dewi Murni Hsb atas segala pengorbanan, doa, dukungan dan kasih sayang
yang telah diberikan kepada penulis sampai saat ini. Terima kasih kepada abang
penulis Wiscorni Aulia, SH., adik penulis Ahmad Rizal Nst, Tony Yahya dan Fitri
Monica beserta seluruh keluarga besar yang memberikan motivasi dan semangat
yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi
ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan
karya yang jauh lebih baik di kemudian hari.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan
mutu kesehatan gigi masyarakat.
Medan, 5 Juli 2013 Penulis,
(Vivi Zayanthi Rezeki Nst)
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kecemasan ... 5
2.1.1 Klasifikasi Kecemasan Perawatan Gigi ... 6
2.1.2 Penyebab Kecemasan Perawatan Gigi ... 6
2.2 Psikologi perkembangan ... 9
2.3 Psikologi perbedaan emosional antara laki-laki dan perempuan 11
2.4 Kecemasan Perawatan Gigi ... 12
2.5 Penanggulangan Kecemasan ... 13
2.6 Kerangka Konsep ... 16
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 17
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 17
3.2.2 Waktu Penelitian ... 17
3.3 Populasi dan Sampel ... 17
3.3.4 Kriteria Inklusi ... 18
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 18
3.5 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian ... 20
3.6 Pengolahan Dan Analisis Data ... 20
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 21
BAB 5 PEMBAHASAN ... 33
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 38
Tabel Halaman
1 Identifikasi perbedaan emosional dan intelektual antara laki-laki dan perempuan ... 11
2 Persentase distribusi karakteristik pasien poli gigi dan mulut RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=150) ... 21
3 Persentase tingkat kecemasan pasien terhadap perawatan gigi dan mulut pada kunjungan pertama (n=43) ... 22
4 Persentase kecemasan terhadap bau ruangan lingkungan praktek dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 23
5 Persentase kecemasan terhadap perasaan nama dipanggil ke ruangan dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 23
6 Persentase kecemasan terhadap mengunjungi dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 24
7 Persentase kecemasan saat mendengar pengalaman buruk seseorang ke dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 25
8 Persentase kecemasan terhadap perasaan menunggu giliran pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 25
9 Persentase kecemasan terhadap jika ada orang menakut-nakuti ke dokter gigi pada pasien kunjungan pertama berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=43) ... 26
10 Persentase kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien
dokter gigi pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 27
12 Persentase kecemasan terhadap duduk di kursi gigi pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 28
13 Persentase kecemasan saat dokter gigi melakukan pemeriksaan pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 29
14 Persentase kecemasan saat dokter gigi memegang jarum suntik pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 29
15 Persentase kecemasan terhadap dokter gigi yang tidak ramah pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 30
16 Persentase kecemasan terhadap saat dokter gigi terburu-buru melakukan perawatan pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 31
17 Persentase kecemasan saat mendengar suara getaran bur pada pasien kunjungan berulang berdasarkan umur dan jenis kelamin (n=62) ... 31
18 Persentase perawatan gigi yang membuat cemas pada pasien
kunjungan berulang (n=62) ... 32
Gambar Halaman
1 Interaksi kecemasan dan modifikasi perawatan gigi ... 8
Lampiran
1 Kuesioner tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut pada pasien Poli
Gigi RSUD Dr. Pirngadi Medan
2 Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan
3 Surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum