PENGARUH BEBAN KERJA DAN ASUPAN KALORI TERHADAP STATUS GIZI PEKERJA PETERNAKAN AYAM BROILER
DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011
TESIS
OLEH
SURITA GINTING 097032106/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF WORK LOAD AND CALORIE INTAKE ON THE NUTRITIONAL STATUS OF THE BROILER FARM
WORKERS IN SILEBO-LEBO VILLAGE, KUTALIMBARU SUBDISTRICT,
DELI SERDANG DISTRICT 2011
THESIS
By
SURITA GINTING 097032106/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH BEBAN KERJA DAN ASUPAN KALORI TERHADAP STATUS GIZI PEKERJA PETERNAKAN AYAM BROILER
DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SURITA GINTING 097032106/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH BEBAN KERJA DAN ASUPAN KALORI TERHADAP STATUS GIZI
PEKERJA PETERNAKAN AYAM BROILER
DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011 Nama Mahasiswa : Surita Ginting
Nomor Induk Mahasiswa : 097032106
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Kesehatan Kerja
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si)
Ketua Anggota
(Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada tanggal : 21 September 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si Anggota : 1. Ernawati Nasution, S.K.M. M.Kes
PERNYATAAN
PENGARUH BEBAN KERJA DAN ASUPAN KALORI TERHADAP STATUS GIZI PEKERJA PETERNAKAN AYAM BROILER
DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2011
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, September 2011
ABSTRAK
Pekerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, menggunakan waktu kerja melebihi waktu kerja normal yang ditetapkan di Indonesia yakni 8 jam/hari dan 40 jam seminggu. Jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan pekerjaan di peternakan yang memerlukan waktu kerja siang dan malam, sedangkan shift kerja antara siang dan malam belum ada. Asupan kalori pekerja belum diperhatikan baik oleh pekerja itu sendiri maupun oleh peternak.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Jenis penelitian adalah explanatory research. Populasi adalah seluruh pekerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo sebanyak 67 pekerja dan 58 pekerja dijadikan sampel. Pengukuran beban kerja melalui pengukuran waktu kerja dan jenis kegiatan pekerja, pengukuran asupan kalori menggunakan food recall 24 jam dan status gizi pekerja dengan menggunakan indikator indeks massa tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja (p>0,05), karena konsumsi makanan dari sebahagian besar pekerja masih di bawah kecukupan kalori kerja untuk beban kerja di peternakan, sehingga belum cukup untuk menaikkan status gizi ke kategori normal.
Disarankan kepada peternak, agar saat mengontrol ke peternakan dapat menyediakan makanan atau melaksanakan penyelenggaraan makanan di peternakan dengan memberikan susu dan indomi secara bertahap sampai selesai satu periode. Bagi pekerja, dianjurkan makan 3 kali sehari, ditambah makanan selingan di antara jam makan untuk memenuhi asupan kalorinya sesuai dengan beban kerjanya. Makanan selingan, susu dan indomi yang disediakan peternak sebaiknya dikonsumsi sendiri oleh pekerja. Selain itu pekerja perlu bergantian di malam hari dengan pekerja lain agar waktu tidur dapat tercukupi.
ABSTRACT
The broiler farm workers in the village of Silebo-Lebo Kutalimbaru Subdistrict, Deli Serdang District use working hours exceeds the normal working hours which have been determined in Indonesia is 8 hours/day and 40 hours a week. The amount of labor is not comparable with the work on the broiler farms that takes the work day and night, there has been no shift between day and night. Caloric intake of the workers has not been considered either by the worker himself or by the
The purpose of this explanatory research study was to analyze the influence of work load (working hours, kinds of activities) and calorie intake on the nutritional status of the workers of broiler farm in Silebo-lebo Village, Kutalimbaru Subdistrict, Deli Serdang District in 2011. The population of this study were all of the 67 workers working in the broiler farms in Silebo-lebo Village, and 58 of them were selected to be the samples for this study. Work load was measured by measuring the working hours and kinds of activities done by the workers, the calorie intake was measured through a 24-hour food recall, and the nutritional status of the workers was measured by using the indicator of body mass index.
breeder.
The results of this study showed that there were no influence of work load (working hours, kinds of activities) and caloric intake on the nutritional status of the broiler workers (p>0.05), since food consumption of the most workers were still under the adequacy of calories intake of the workers for working load on the broiler farms, so that it was not enough to raise the nutritional
While controlling the broiler workers, the breeders are suggested to provide them food or to carry out the activities of
status of the broiler workers.
providing milk and noodle gradually until the completion of breeding period. The workers are requested to eat three meals a day, plus a snack between meals to meet caloric intake in accordance with the workload. Snack, milk and noodle which are provided by breeders should be consumed by the workers themselves. In addition , the shifts for the workers at night are needed to meet the sufficient of their sleeping.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Pengaruh
Beban Kerja dan Asupan Kalori terhadap Status Gizi Pekerja di Peternakan Ayam
Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun
2011”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Studi Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan, dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
5. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku komisi pembimbing I yang telah
memberikan masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.
6. Ernawati Nasution, S.K.M. M.Kes selaku komisi pembimbing II yang telah
memberikan masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.
7. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku penguji tesis yang telah banyak memberikan
arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
8. Umi Salmah, S.K.M. M.Kes selaku penguji tesis yang telah banyak memberikan
arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.
9. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Depkes Medan yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan ini.
10. Semon Sembiring, selaku Kepala Desa Silebo-lebo yang telah bersedia
memberikan izin tempat penelitian dilakukan dan memberikan banyak informasi
serta data yang diperlukan untuk penulisan tesis ini.
11. Peternak dan pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo atas
kesediaannya untuk meluangkan waktu dan memberikan informasi, baik dalam
wawancara maupan pada saat pengukuran langsung dalam rangka pengambilan
data penelitian ini.
12. Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
khususnya Minat Studi Kesehatan Kerja, yaitu Ade Irma Suriyani, Dameria
Tarigan, Deni Yaneva, Edi Suranta Surbakti, Jenni Lilis Suriyani, Sherly
Saragih, Togar Manalu, Zahera Dewi, Maulana Akbar, yang telah membantu
13. Buat ibunda yang sangat penulis sayangi, yang selalu perhatian dan mendoakan
sepanjang hidup penulis, dan kedua mertuaku yang selalu mendoakan.
14. Teristimewa buat suamiku tersayang Drs. Milisi Sembiring, M.Hum yang selalu
sabar, memberikan motivasi, material dan moril kepada penulis dalam
menyelesaikan pendidikan ini.
15. Anak-anakku terkasih Sri Martha Hizkhi Sembiring, S.E., Samuel Pola Karta
Sembiring, Endang Yoanna Sembiring, yang selalu sabar, pengertian dan
mendoakan ibundanya dalam menyelesaikan pendidikan ini.
16. Buat adinda Magdalena Ginting, S.K.M. M.Kes yang telah banyak memberikan
dukungan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Hanya Tuhan Yang Maha Pengasih yang dapat memberikan balasan
atas kebaikan yang telah diperbuat. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, September 2011 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Surita Ginting, lahir di Keriahen Kabupaten Karo pada tanggal 01 Desember
1961, anak pertama dari Alm. S Ginting dan S br Tarigan yang saat ini bertempat
tinggal di Lau Gunung Kabupaten Dairi.
Pada tahun 1968 penulis mulai menempuh pendidikan Sekolah Dasar Negeri
Pamah dan selesai tahun 1974, Sekolah Menengah Pertama Negeri Kutabuluh tahun
1977, Sekolah Menengah Atas Negeri Tigabinanga tahun 1981. Pada tahun 1981
penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Akademi Perawat Darma
Agung Medan, selesai tahun 1984, kemudian tahun 1996 penulis melanjutkan
pendidikan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan
menamatkannya tahun 1998, pendidikan Akta IV di Unimed tahun 2002. Pada tahun
2009 penulis kembali diberikan kesempatan melanjutkan pendidikan lanjut S2 di
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menikah 20 Februari 1987 dengan Drs. Milisi Sembiring, M.Hum,
Candidate Doktor, dan dikaruniai 3 orang putra/putri, yang bernama Sri Martha
Hizkhi, S.E yang telah bekerja di Balai Diklat Kementrian PU Medan, Samuel Pola
Karta yang sedang kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan
Endang Yoanna yang masih duduk di kelas III SMAN 1 Medan.
Saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar di Poltekkes Depkes Medan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK….. ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Hipotesis ... 7
1.5. Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Beban Kerja ... 9
2.1.1. Beban Kerja Berlebih ... 9
2.1.2. Beban Kerja Terlalu Sedikit atau Kurang ... 10
2.1.3. Beban Kerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 11
2.1.4. Faktor yang Memengaruhi Beban Kerja ... 11
2.1.5. Kapasitas Kerja ... 11
2.1.6. Waktu Kerja ... 13
2.1.7. Dampak Beban Kerja Berlebih Terhadap Tenaga Kerja ... 13
2.1.7.1. Penurunan Berat Badan ... 14
2.1.7.2. Timbulnya Stres Pekerjaan ... 14
2.1.7.3. Penyakit Akibat Kerja ... 14
2.1.7.4. Kelelahan Kerja ... 16
2.1.8. Analisis Beban Kerja ... 16
2.1.8.1. Perhitungan Beban Kerja ... 16
2.1.9. Beban Kerja pada Pekerja Peternakan Ayam ... 19
2.2. Gizi Tenaga Kerja ... 20
2.2.1. Kebutuhan Gizi Tenaga Kerja ... 21
2.2.2. Dampak Gizi Kurang pada Pekerja ... 23
2.2.2.2. Penurunan Daya Tahan Tubuh ... 24
2.2.2.3. Anemia ... 25
2.2.3. Status Gizi ... 26
2.2.4. Penilaian Status Gizi ... 26
2.3. Landasan Teori ... 28
2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 30
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 31
3.1. Jenis Penelitian ... 31
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
3.3. Populasi dan Sampel ... 32
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 32
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 33
3.6. Metode Pengukuran ... 34
3.7. Metode Analisis Data ... 39
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 44
4.1. Gambaran Umum Peternakan ... 44
4.2. Analisis Univariat ... 46
4.2.1. Karakteristik Pekerja ... 46
4.2.2. Beban Kerja Berdasarkan Waktu Kerja ... 48
4.2.3. Beban Kerja Berdasarkan Jenis kegiatan ... 48
4.2.4. Asupan Kalori ... 49
4.2.5. Status Gizi Pekerja ... 50
4.3. Analisis Bivariat ... 51
4.3.1. Hubungan Waktu Kerja dengan Status Gzi Pekerja ... 51
4.3.2. Hubungan Jenis Kegiatan dengan Status Gizi Pekerja ... 52
4.3.3. Hubungan Asupan Kalori dengan Status Gizi Pekerja ... 53
4.4. Analisis Multivariat ... 53
BAB 5. PEMBAHASAN ... 55
5.1. Pengaruh Beban Kerja Berdasarkan Waktu Kerja terhadap Status Gizi Pekerja ... 55
5.2. Pengaruh Beban Kerja Berdasarkan Jenis Kegiatan terhadap Status Gizi Pekerja ... 57
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
6.1. Kesimpulan ... 63
6.2. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Kebutuhan Kalori Sesuai Kerja ... 23
2.2. Kadar Haemoglobin (Hb) sebagai Indikator Anemia ... 25
2.3. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh ... 27
3.1. Contoh Perhitungan Waktu Kerja di Peternakan Ayam Broiler ... 36
3.2. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 39
4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Umur, Pendidikan, Masa Kerja dan Jenis Kelamin Pekerja di Peternakan Ayam Broiler Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang 2011 ... 47
4.2. Distribusi Frekuensi Beban Kerja Berdasarkan Waktu Kerja Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 48
4.3. Distribusi Frekuensi Beban Kerja Berdasarkan Jenis Kegiatan Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 49
4.4. Distribusi Frekuensi Asupan Kalori Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 49
4.5. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pekerja Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 50
4.6. Hubungan Waktu Kerja dengan Status Gizi Pekerja Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011………. 51
4.8. Hubungan Asupan Kalori dengan Status Gizi Pekerja di Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2011………. 53
4.9. Hasil uji regresi Logistik Pengaruh Beban Kerja (Waktu Kerja, Jenis Kegiatan) dan Asupan Kalori Terhadap Status Gzi Pekerja Peternakan Ayam Broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2011………. 54
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman 2.1. Teori menurut UNICEF (1998) ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Lembaran Pengukuran ... 69
2. Master Data Penelitian ... 82
3. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 87
4. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 88
ABSTRAK
Pekerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, menggunakan waktu kerja melebihi waktu kerja normal yang ditetapkan di Indonesia yakni 8 jam/hari dan 40 jam seminggu. Jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan pekerjaan di peternakan yang memerlukan waktu kerja siang dan malam, sedangkan shift kerja antara siang dan malam belum ada. Asupan kalori pekerja belum diperhatikan baik oleh pekerja itu sendiri maupun oleh peternak.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011. Jenis penelitian adalah explanatory research. Populasi adalah seluruh pekerja di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo sebanyak 67 pekerja dan 58 pekerja dijadikan sampel. Pengukuran beban kerja melalui pengukuran waktu kerja dan jenis kegiatan pekerja, pengukuran asupan kalori menggunakan food recall 24 jam dan status gizi pekerja dengan menggunakan indikator indeks massa tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan) dan asupan kalori terhadap status gizi pekerja (p>0,05), karena konsumsi makanan dari sebahagian besar pekerja masih di bawah kecukupan kalori kerja untuk beban kerja di peternakan, sehingga belum cukup untuk menaikkan status gizi ke kategori normal.
Disarankan kepada peternak, agar saat mengontrol ke peternakan dapat menyediakan makanan atau melaksanakan penyelenggaraan makanan di peternakan dengan memberikan susu dan indomi secara bertahap sampai selesai satu periode. Bagi pekerja, dianjurkan makan 3 kali sehari, ditambah makanan selingan di antara jam makan untuk memenuhi asupan kalorinya sesuai dengan beban kerjanya. Makanan selingan, susu dan indomi yang disediakan peternak sebaiknya dikonsumsi sendiri oleh pekerja. Selain itu pekerja perlu bergantian di malam hari dengan pekerja lain agar waktu tidur dapat tercukupi.
ABSTRACT
The broiler farm workers in the village of Silebo-Lebo Kutalimbaru Subdistrict, Deli Serdang District use working hours exceeds the normal working hours which have been determined in Indonesia is 8 hours/day and 40 hours a week. The amount of labor is not comparable with the work on the broiler farms that takes the work day and night, there has been no shift between day and night. Caloric intake of the workers has not been considered either by the worker himself or by the
The purpose of this explanatory research study was to analyze the influence of work load (working hours, kinds of activities) and calorie intake on the nutritional status of the workers of broiler farm in Silebo-lebo Village, Kutalimbaru Subdistrict, Deli Serdang District in 2011. The population of this study were all of the 67 workers working in the broiler farms in Silebo-lebo Village, and 58 of them were selected to be the samples for this study. Work load was measured by measuring the working hours and kinds of activities done by the workers, the calorie intake was measured through a 24-hour food recall, and the nutritional status of the workers was measured by using the indicator of body mass index.
breeder.
The results of this study showed that there were no influence of work load (working hours, kinds of activities) and caloric intake on the nutritional status of the broiler workers (p>0.05), since food consumption of the most workers were still under the adequacy of calories intake of the workers for working load on the broiler farms, so that it was not enough to raise the nutritional
While controlling the broiler workers, the breeders are suggested to provide them food or to carry out the activities of
status of the broiler workers.
providing milk and noodle gradually until the completion of breeding period. The workers are requested to eat three meals a day, plus a snack between meals to meet caloric intake in accordance with the workload. Snack, milk and noodle which are provided by breeders should be consumed by the workers themselves. In addition , the shifts for the workers at night are needed to meet the sufficient of their sleeping.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatannya yang optimal untuk
menjalankan aktifitasnya, maka dari itu agar keadaan kesehatan pekerja tetap baik,
perlu penyesuaian antara beban kerja dengan kemampuan fisik maupun asupan
gizinya. Asupan gizi bagi tenaga kerja sangat penting terutama pekerja berat adalah
salah satu faktor penentu tingkat produktifitas kerjanya. Akibat beban kerja yang
berat sering menimbulkan penurunan berat badan jika tidak seimbang dengan asupan
gizinya. Santoso (2004) menyatakan bahwa pekerjaan memerlukan tenaga yang
sumbernya dari makanan yang mana kebutuhan akan gizi tenaga kerja harus sesuai
dengan pekerjaannya.
Dalam hubungan pekerjaan, tenaga kerja membutuhkan bahan makanan untuk
memenuhi kebutuhan kalori untuk melaksanakan pekerjaan. Menurut Sudiarti (2010)
kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan
membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti kemampuan fisik kurang, berat badan
menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi,
bereaksi lamban dan apatis, karena itu perlu mendapatkan asupan gizi cukup yang
sesuai dengan jenis dan beban pekerjaan yang dilakukannya.
Asupan kalori bagi tenaga kerja ditujukan untuk memelihara dan
itu kebutuhan harus sesuai dengan beban kerjanya. Kesehatan dan daya kerja sangat
erat hubungannya dengan tingkat gizi pekerja. Namun gizi pekerja sering tidak
diperhatikan, baik oleh pengusaha maupun pekerja itu sendiri, mungkin karena belum
mengetahui hubungan gizi dengan pekerjaan dan faktor lain mungkin karena
kemiskinan , ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang cukup untuk
bekerja, bisa juga diakibatkan oleh sistem penggajian yang belum memadai untuk
membeli bahan makanan yang cukup dan bergizi, sedangkan pekerja selain
memenuhi kebutuhan gizinya sendiri juga akan memenuhi kebutuhan hidup keluarga
pekerja tersebut.
Dalam hal kebutuhan gizi bagi pekerja seperti disebutkan di atas didukung
oleh pendapat Suma’mur (2009) kondisi gizi kurang diakibatkan oleh kemampuan
ekonomi seperti kemiskinan dan tingkat pengupahan yang rendah atau tidak
cukupnya pengetahuan tentang masalah gizi yang sangat berkaitan dengan beban
pekerjaan yang dilakukannya, ditambah lagi bagi kondisi lingkungan kerja yang
buruk.
Keadaan gizi pada pekerja sangat berpengaruh dengan pekerjaannya karena
bekerja memerlukan energi yang menghasilkan panas untuk melakukan pekerjaan
dan semakin berat beban pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja maka semakin
banyak jumlah energi yang digunakan. Jika asupan gizi pekerja tidak cukup maka
tubuh akan mengambil cadangan lemak tubuh untuk diubahkan menjadi tenaga, dan
bila keadaan ini berlangsung lama akan terjadi penurunan berat badan tenaga kerja
Pekerja yang banyak kekurangan gizi adalah pekerja yang umumnya bekerja
ditempat industri kecil, yang belum terjangkau pemerintah dinas tenaga kerja
keberadaannya. Kesehatan pekerja belum diperhatikan, umumnya pengusaha hanya
terfokus pada hasil produksi yang maksimal dan meraup keuntungan, tanpa
memperhatikan efek yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan, sedangkan
produksi maksimal sebenarnya dapat dicapai jika salah satu faktor penentu adalah
derajat kesehatan tenaga kerja dalam keadaan optimal. Pengusaha dalam merekrut
tenaga kerja sering tidak memperhitungkan jumlah tenaga dengan beban pekerjaan
yang ada, pengusaha mempekerjakan tenaga kerja bervariasi, baik jumlah tenaga,
penggajian maupun waktu/jam kerja.
Beban kerja bila ditinjau dari waktu kerja, terutama di sektor industri kecil,
industri rumah tangga, pengusaha mempekerjakan tenaga kerja dengan memberi
pekerjaan yang harus selesai pada hari itu juga, atau pekerjaan rutin yang harus
dikerjakan sampai tuntas setiap hari. Sementara untuk menyelesaikan tugas tersebut
seharusnya jumlah tenaga kerja melebihi dari tenaga kerja yang ada. Keadaan seperti
ini jelas bahwa tidak sesuai bagi kesehatan pekerja, yang seharusnya waktu kerja
normal di Indonesia 8 jam sehari. Menurut Herrianto (2010) pekerjaan manual di
sektor industri yang menggunakan waktu bekerja 8 jam sehari, seseorang tenaga kerja
itu dapat bekerja tanpa kelelahan dan waktu istirahat singkat serta sering sangat
bermanfaat untuk kebugaran tubuh pekerja.
Ditinjau dari segi penggajian, banyak pekerja yang digaji dibawah upah
dibayar sebagai upah lembur, sehingga gaji yang diterimanya untuk memenuhi
kebutuhan gizinya tidak mencukupi, karena selain memenuhi kebutuhan gizinya
sendiri, pekerja juga memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sedangkan asupan gizi
yang baik sangat berkaitan dengan beban pekerjaan serta produktivitas kerjanya. Hal
ini didukung oleh penelitian Nugroho (2007) ada hubungan antara status gizi dengan
produktivitas tenaga kerja wanita di bagian pengepakan PT. Tobacco Gembongan
Kartasura.
Peneliti merencanakan melakukan penelitian tentang pengaruh beban kerja
terhadap status gizi pekerja, karena sampai saat ini keadaan gizi pekerja belum
diperhatikan oleh pihak pengusaha maupun pekerja itu sendiri, ditambah kurangnya
pengetahuan mereka mengenai keterkaitan antara kebutuhan gizi dengan faktor
pekerjaan. Pengusaha hanya menginginkan bagaimana agar pekerja menghasilkan
produk yang maksimal, tanpa memikirkan beban pekerjaan yang ada dengan
perekrutan tenaga kerja. Selain itu gaji yang diberikan masih rendah, dimana gaji
tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan pekerjaannya.
Di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang, peneliti
melihat banyak peternakan ayam broiler, dimana masing-masing peternak
bekerjasama dengan pengusaha PIR yang antara lain PT. Charoen Pokphand
Indonesia Tbk, PT. Unggas Jaya Bersinar dan PT. Satwa Utama Raya. Peternakan
ayam di desa ini ada sebanyak 38 kandang dengan jumlah pekerja 67 orang
istri dan anak yang sudah dewasa. Pekerja tinggal di lokasi peternakan dan pekerja ini
disebut anak kandang.
Hasil wawancara pada saat survei awal dengan beberapa orang pekerja,
peneliti telah mendapatkan data yang diperlukan, yaitu pekerja pada peternakan ayam
broiler ini bekerja pagi, siang dan malam. Anak ayam yang dipelihara dalam kandang
mulai dari umur 2 hari sampai panen, pada saat umur ayam mencapai usia 35 s/d 40
hari, disebut 1 periode. Jumlah ayam yang dipelihara dalam 1 kandang bervariasi
mulai dari 4000 ekor dan 5000 ekor ayam. Jika anak ayam baru masuk dalam
kandang, perlu penanganan lebih intensif karena masih berumur 2 hari, masih rentan
terhadap lingkungan kandang, dan selanjutnya anak ayam ini harus dibangunkan pada
malam hari setiap 1 jam sekali agar dapat makan terus menerus. Situasi ini
berlangsung lebih kurang 10 hari sehingga mengakibatkan waktu tidur dan istirahat
pekerja tidak teratur.
Pekerjaan rutin pada peternakan ayam ini adalah memberi makan dan minum
ayam dengan cara membagi-bagikan pakan ketempat makan dan mencampurkan
vitamin kedalam air minum ayam 4 kali sehari. Pakan ternak sejumlah lebih kurang
14 ton dalam 1 periode atau lebih kurang 350 kg dalam sehari harus diangkat dan
angkut dari gudang penyimpanan ke atas kandang, dimana tinggi kandang 2 meter
diatas permukaan tanah. Tempat makan dan minum ayam harus dibersihkan 2 kali
sehari sebanyak lebih kurang 80 buah, demikian juga dengan alas lantai tempat ayam
Setelah panen, kandang dan peralatan harus dibersihkan secara keseluruhan
dengan air dan disemprot pakai formalin agar kandang betul-betul bersih dari kotoran
dan kuman penyakit ayam, untuk menunggu anak ayam masuk ke dalam kandang
pada periode berikutnya.
Selain kerja berat dan waktu kerja yang melebihi dari waktu kerja seharusnya,
namun gajinya rendah, dalam 1 periode hanya digaji Rp. 1,2 juta dengan 30 kg beras
untuk pekerja pada satu kandang. Jika pada waktu penjualan (panen) jumlah ayam
(kg) mencapai target yang telah ditetapkan PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk,
pekerja akan mendapat bonus maksimal Rp. 1 juta, lalu dibagi dua dengan pemilik
peternakan, akan tetapi jika tidak mencapai target, maka bonus tidak ada. Gaji yang
diterima tidak memadai untuk membeli bahan pangan bergizi sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukannya, karena pekerja juga harus membagi keuangan dengan
kebutuhan anggota keluarganya. Pekerja berpenampilan kurus dan pucat karena
kerjanya berat dan waktu kerjanya juga melebihi standar namun gizi kurang
diperhatikan.
Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini, karena sebelum mengadakan survei
awal, peneliti sudah pernah tiga kali mengunjungi beberapa peternakan ayam broiler
di Desa Silebo-lebo ini. Peneliti melihat berbagai masalah di lokasi ini, selain beban
kerja berat, waktu kerjanya juga melebihi waktu kerja seharusnya, jelas tidak sesuai
bagi kesehatan pekerja. Sementara dengan menambah atau memperpanjang waktu
kerja secara otomatis akan menambah beban pekerjaannya, sedangkan selain beban
tempat kerja tersebut (lingkungan fisik, biologis dan psikologis). Berdasarkan uraian
di atas peneliti berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh beban
kerja yang dilakukan setiap hari dan asupan kalori terhadap status gizinya.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka permasalahan penelitian
adalah apakah ada pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan), asupan kalori
terhadap status gizi pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beban kerja (waktu
kerja, jenis kegiatan), asupan kalori terhadap status gizi pekerja peternakan ayam
broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun
2011.
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh beban kerja (waktu kerja, jenis kegiatan), asupan kalori
terhadap status gizi pekerja peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi pekerja, diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mengenai pengaruh pekerjaan yang dilakukan setiap hari terhadap kebutuhan
gizinya yang harus seimbang dengan beban kerjanya, dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan, daya kerja dan produktivitasnya.
2. Bagi peternak, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan boleh secara
bersama-sama untuk memperhatikan dan menerapkan gizi kerja yang baik sesuai
dengan beban kerja yang ada di peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo,
karena semakin berat beban kerja yang dilakukan, maka semakin banyak asupan
kalori atau bahan makanan yang dibutuhkannya.
3. Bagi perkembangan ilmu, merupakan khasanah ilmu yang dapat menambah
pengetahuan dan pengembangan penelitian tentang gizi pekerja, di masa yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beban Kerja
Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima
oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan
kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut.
Herrianto (2010) menyatakan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang
harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu
tertentu dalam keadaan normal. Menurut Nurmianto (2003) beban kerja adalah
sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh tenaga kerja dalam
jangka waktu tertentu. Semua pekerjaan harus selalu diusahakan dengan sikap kerja
yang ergonomis. Beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja berlebih dan beban
kerja terlalu sedikit atau kurang (Munandar, 2008).
2.1.1. Beban kerja berlebih
Beban kerja berlebih, timbul sebagai akibat dari kegiatan yang terlalu banyak
diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu. Munandar
(2008) menyatakan bahwa beban kerja berlebih secara fisik dan mental adalah
melakukan terlalu banyak kegiatan baik fisik maupun mental, dan ini dapat
merupakan sumber stres pekerjaan.
Beban kerja berlebih, akan membutuhkan waktu untuk bekerja dengan jumlah
ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan diharapkan dapat
diselesaikan secara cepat, dalam waktu sesingkat mungkin. Waktu merupakan salah
satu ukuran, namun bila desakan waktu dapat menyebabkan timbulnya banyak
kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan pekerja menurun, maka itulah yang
merupakan cerminan adanya beban kerja berlebih.
Adanya beban berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik pada kesehatan
pekerja. Menurut Munandar (2008) yang mengutip pendapat Friedmen dan
Rosenman (1974) menunjukkan bahwa desakan waktu tampaknya memberikan
pengaruh tidak baik, pada sistem cardiovasculer, terutama serangan jantung prematur
dan tekanan darah tinggi.
2.1.2. Beban kerja terlalu sedikit atau kurang
Beban kerja terlalu sedikit atau kurang, merupakan sebagai akibat dari terlalu
sedikit pekerjaan yang akan diselesaikan, dibandingkan waktu yang tersedia menurut
standar waktu kerja, dan ini juga akan menjadi pembangkit stres. Pekerjaan yang
terlalu sedikit dibebankan setiap hari, dapat mempengaruhi beban mental atau
psikologis dari tenaga kerja. Berdasarkan pendapat Munandar (2008) dapat
disimpulkan bahwa beban kerja terlalu sedikit, karena tenaga kerja tidak diberi
peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya atau untuk
mengembangkan kecakapan potensinya secara penuh. Keadaan ini menimbulkan
kebosanan dan akan menurunkan semangat kerja serta motivasi kerja, timbul rasa
ketidakpuasan bekerja, kecenderungan meninggalkan pekerjaan, depresi, peningkatan
2.1.3. Beban kerja berdasarkan jenis pekerjaan
Berdasarkan jenis pekerjaan, beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja
ringan, sedang dan berat. Menurut WHO dalam Santoso (2004) penggolongan
pekerjaan/beban kerja meliputi kerja ringan yaitu jenis pekerjaan di kantor, dokter,
perawat, guru dan pekerjaan rumah tangga (dengan menggunakan mesin). Kerja
sedang adalah jenis pekerjaan pada industri ringan, mahasiswa, buruh bangunan,
petani, kerja di toko dan pekerjaan rumah tangga (tanpa menggunakan mesin). Kerja
berat adalah jenis pekerjaan petani tanpa mesin, kuli angkat dan angkut, pekerja
tambang, tukang kayu tanpa mesin, tukang besi, penari dan atlit.
2.1.4. Faktor yang memengaruhi beban kerja
Menurut Tarwaka (2004) secara umum beban kerja dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang sangat kompleks, baik faktor external maupun internal. Pengaruh faktor
external adalah faktor yang mempengaruhi beban kerja yang berasal dari luar tubuh
pekerja antara lain tugas-tugas yang dilakukan bersifat fisik seperti tempat kerja,
sarana kerja dan sikap kerja. Selain itu organisasi kerja juga dapat memengaruhi
beban kerja seperti, lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam
dan sistem pengupahan. Lingkungan kerja dapat memberikan beban tambahan pada
pekerja seperti suhu udara, intensitas penerangan, kebisingan, pencemaran udara,
bakteri, virus, parasit, jamur dan serangga.
2.1.5. Kapasitas kerja
Kapasitas Kerja merupakan berat ringannya beban kerja yang dapat diterima
tenaga kerja dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya. Semakin
berat beban kerja, akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa
kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
Herrianto ( 2010 ) menyatakan bahwa untuk pekerjaan manual di sektor
industri yang menggunakan waktu selama 8 jam per hari, seseorang dapat bekerja
paling banyak 33 %, dari kapasitas maksimal tanpa merasa kelelahan. Sedangkan
untuk pekerjaan manual selama 10 jam per hari, seseorang dapat bekerja hanya 28 %,
dari kapasitas maksimal tanpa merasa kelelahan. Kapasitas kerja individu tergantung
pada derajat kebugaran tubuh, kapasitas kerja otot dan kapasitas kerja jantung.
2.1.6. Waktu kerja
Waktu kerja merupakan waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan
pekerjaan, yang dapat dilakukan pada siang, sore dan malam hari. Waktu kerja adalah
penggunaan tenaga dan penggunaan organ tubuh secara terorganisasi dalam waktu
tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka
akan menambah berat beban kerja yang diterimanya dan sebaliknya jika waktu yang
digunakan oleh tenaga kerja itu dibawah waktu kerja sebenarnya maka akan
mengurangi beban kerja. Suma’mur (2009) menyatakan bahwa aspek terpenting
dalam hal waktu kerja meliputi, lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik,
hubungan antara waktu kerja dan istirahat, dan waktu bekerja menurut periode waktu
(pagi, sore, dan malam hari)
Lamanya seseorang bekerja secara normal dalam sehari pada umumnya 8 jam,
istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan,
biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal,
bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas. Bekerja dalam waktu yang
berkepanjangan, timbul kecenderungan terjadi kelelahan, gangguan kesehatan,
penyakit dan kecelakaan kerja serta ketidakpuasan. Dalam seminggu, seseorang
umumnya dapat bekerja dengan baik selama 40 jam.
Menurut UU No 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat 1, setiap pengusaha wajib
melaksanakan ketentuan waktu kerja meliputi, 7 jam dalam sehari dan 40 jam
seminggu untuk 6 hari kerja, atau 8 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 5 hari
kerja. Ketentuan ini tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja tersebut, wajib
membayar upah kerja lembur. Selanjutnya pasal 79 ayat 1, pengusaha wajib memberi
waktu istirahat dan cuti kepada pekerja. Waktu istirahat dan cuti meliputi, istirahat
antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam, setelah bekerja selama 4 (empat)
jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja, istirahat
mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu, dan cuti tahunan
sekurang-kurangnya 12 hari kerja, setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama
12 bulan secara terus menerus.
2.1.7. Dampak beban kerja berlebih terhadap tenaga kerja 2.1.7.1. Penurunan berat badan
Beban kerja yang terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan drastis
dari keseimbangan antara asupan zat gizi dengan penggunaan zat gizi atau
aktivitasnya. Beban kerja berlebih, mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap
pekerja, karena itu kebutuhan akan zat gizi sesorang tenaga kerja, harus sesuai
dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperti beban kerja berlebih,
akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak (Munandar, 2008).
2.1.7.2. Timbulnya stres pekerjaan
Beban kerja yang berlebihan dapat menimbulkan stres, karena kebutuhan
untuk bekerja dengan jumlah jam yang sangat banyak, baik secara fisik maupun
mental, sehingga merupakan sumber stres pekerjaan. Hal ini didukung oleh penelitian
Prihatini (2007) ada hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di tiap ruang
rawat inap di RSUD Sidikalang.
2.1.7.3. Penyakit akibat kerja
Akibat beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan pekerja menderita
gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja. Prihatini (2007) yang mengutip
penelitian Suciani (2006), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar.
Menurut Sihombing (2010 ) bekerja dapat berdampak buruk terhadap kesehatannya,
terutama bagi pekerja berat, karena status kesehatan pekerja sangat berhubungan
dengan pekerjaannya.
2.1.7.4. Kelelahan kerja
Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh, agar tubuh
kerja. Kelelahan diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja,
dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan
kegiatan yang harus dilakukan (Suma’mur, 2009). Menurut penelitian Masnelly
Lubis (2007) ada pengaruh signifikan antara beban kerja terhadap efektifitas
pekerjaan perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan.
Semakin berat beban kerja atau semakin lama waktu kerja seseorang maka
akan timbul kelelahan kerja. Beban kerja berlebih dapat menimbulkan kelelahan. Hal
ini didukung oleh Penelitian Febriani (2010) ada pengaruh beban kerja terhadap
kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta. Selanjutnya
Budiono dkk, (2003) terdapat dua jenis kelelahan meliputi, kelelahan otot dan
kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai dengan gejala tremor atau rasa nyeri yang
terdapat pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk
bekerja.
Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai
cara, dengan pengelolaan waktu bekerja dan lingkungan tempat kerja. Banyak hal
dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat
yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-psikologis.
Pemanfaatan masa libur, rekreasi, kecukupan gizi, penerapan ergonomi yang
bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, adalah merupakan upaya yang
2.1.8. Analisis beban kerja
Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja yang
digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu
tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan
berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang
tepat dilimpahkan kepada seorang pekerja. Menurut Suyudi (2004), analisa beban
kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja dengan cara menjumlah
semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan
persatuan kerja.
2.1.8.1. Perhitungan beban kerja
Perhitungan beban kerja merupakan suatu usaha pengamatan dan pengukuran
waktu, terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, secara sistematis.
Perhitungan ini, menjurus kepada penyelidikan terhadap seluruh aspek yang
memengaruhi pekerja dan sangat diperlukan bagi perusahaan untuk menjaga
kesetabilan produktivitas yang tinggi atau menaikkan produktivitas kerja yang masih
rendah. Namun pengukuran kerja pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar beban kerja seorang pekerja dapat memengaruhi status gizinya, karena
agar pekerja itu tetap sehat dan produktif maka asupan gizinya harus disesuaikan
dengan berat ringannya pekerjaan yang dilakukannya.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk perhitungan beban kerja,
tergantung dari tujuan melakukan perhitungan beban kerja tersebut, salah satunya
metode ini peneliti mengamati pergerakan dan waktu dari seorang pekerja mulai dari
awal sampai selesai suatu pekerjaan yang dikerjakan. Metode ini sesuai untuk
perhitungan beban kerja, jika tujuannya untuk mengetahui seberapa besar beban kerja
yang diterima oleh seorang pekerja.
Asri (1979) yang mengutip pendapat Mundel (1973) alat analisis yang umum
dipakai untuk mengukur kerja dikenal analisa gerak dan waktu (Motion and Time
Study). Analisis gerak dan waktu yang dibutuhkan dalam suatu keadaan tertentu
untuk suatu kegiatan yang dilakukan pekerja dengan bantuan alat pengukur stopwatch
dan alat tulis.
Secara terperinci prosedur pengukuran kerja dengan metode analisa gerak dan
waktu dapat dibagi seperti langkah-langkah berikut, pertama mempersiapkan
peralatan yang dipakai dalam perhitungan beban kerja , alat utama yang digunakan
adalah stopwatch untuk mengukur waktu, dan alat tulis untuk membuat catatan yang
akan berguna dalam pengukuran. Kedua, memilih pekerja yang tepat, berpengalaman
dan terlatih dalam bidangnya atau disebut sebagai pekerja normal. Pada saat
pengukuran harus diperhatikan waktu nyata dari suatu pekerjaan, dan sesudah itu,
menghitung waktu normal, menetapkan waktu cadangan (kelonggaran) dan waktu
standar.
Menghitung waktu normal dapat dilakukan dengan menghitung waktu kerja
nyata dari suatu kegiatan mulai dari awal sampai selesai kegiatan tersebut dengan
bantuan alat pengukur waktu stopwatch oleh pekerja yang dianggap sebagai pekerja
pengetahuan untuk pekerjaan yang bersangkutan). Menghitung waktu normal secara
lebih akurat dapat dilakukan dengan memilih 5 orang pekerja untuk melakukan suatu
kegiatan yang sama dengan menghitung waktu kerja mulai dari awal sampai selesai
pekerjaan tersebut, kemudian waktu dari masing-masing 5 orang pekerja tadi diambil
waktu rata-ratanya, waktu itulah ditetapkan sebagai waktu normal dari kegiatan
tersebut.
Waktu cadangan yang disebut dengan waktu kelonggaran (allowances) adalah
waktu yang digunakan keperluan ( rest ) istirahat, keperluan pribadi dan (delay)
kelambatan kerja ( Barnes, 1980). Waktu kelonggaran diperlukan rata-rata 30% dari
jumlah jam kerja formal (Kep/75/M.Pan/7/2004). Jam kerja formal 8 jam per hari
untuk 5 hari kerja atau 7 jam per hari untuk 6 hari kerja. Waktu standar adalah waktu
normal ditambah waktu kalonggaran (Asri, 1979).
Pengukuran kerja untuk seorang pekerja dengan merangkai semua kegiatan
yang akan dilakukan dalam satu hari, lalu dijumlahkan semua waktu normal dari
setiap kegiatan tersebut dan ditambah waktu kelonggaran, kemudian sesuaikan
dengan jam kerja formal, apakah waktu kerja pekerja tersebut masih sesuai dengan
standar yang ditetapkan pemerintah atau berlebih.
Yodhia (2009) menyatakan bahwa metode analisa beban kerja adalah proses
untuk menghitung beban kerja suatu posisi/sub posisi dan juga kebutuhan jumlah
orang untuk mengisi posisi/sub posisi tersebut. Dalam metode ini terdapat tiga
tahapan utama yaitu, pertama menentukan output utama dari suatu fungsi/sub fungsi
menghasilkan output tersebut. Kedua, membuat rangkaian aktivitas menjadi satuan
tugas yang lebih spesifik. Ketiga menghitung jumlah waktu total yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan per kelompok tugas tersebut. Dari jumlah total jam kegiatan ini
kemudian dapat diprediksi berapa kebutuhan jumlah pegawai yang diperlukan untuk
menyelesaikan keseluruhan tugas dan dapat diprediksi bahwa waktu kerja dari
pekerja itu sesuai dengan waktu kerja formal atau lebih.
2.1.9. Beban kerja pada pekerja peternakan ayam
Peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo termasuk industri rumah tangga
yang merupakan wadah lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja. Di desa ini terdapat 38
kandang peternakan ayam broiler, dengan jumlah tenaga kerja 67 orang, dan
mempekerjakan 2 atau 3 orang tenaga kerja untuk setiap kandang, umumnya 1
keluarga (suami, istri dan anak yang sudah dewasa), waktu/jam kerjanya 24 jam
selama 1 periode atau lebih kurang 40 hari.
Kegiatan pokok pada peternakan ayam broiler ini adalah mengangkat dan
mengangkut pakan ternak sebanyak lebih kurang 14 ton atau 350 kg dalam sehari,
selama 1 periode (mulai anak ayam masuk kedalam kandang sampai ayam panen).
Anak ayam yang masuk kedalam kandang masih berusia 2 hari, harus dibangunkan
dimalam hari agar dapat makan terus menerus, situasi ini berlangsung lebih kurang
10 hari. Selanjutnya memberi makan 2 kali sehari, dan mencampur vitamin kedalam
air minum serta membagikannya ketempat minum ayam 4 kali sehari.
Pekerja juga harus membersihkan tempat makan dan minum ayam 2 kali
ruangan, serta mengganti atal 2 minggu sekali dalam setiap periode. Selanjutnya, bila
ayam telah panen harus membersihkan kandang dan peralatan secara keseluruhan
sampai bersih (mencuci dengan air dan menyemprot formalin) untuk dapat digunakan
pada periode berikutnya ( data survei awal 5 Februari 2011).
2.2. Gizi Tenaga Kerja
Gizi kerja merupakan gizi yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan gizi sesuai dengan pekerjaannya, agar derajat kesehatan tetap baik,
kapasitas kerja maksimal serta produktivitas kerja tercapai setinggi-tingginya.
Dengan gizi kerja diharapkan para pekerja dapat mewujudkan dan meningkatkan
derajat kesehatan dan kesejahteraannya, memelihara kemampuan bekerja dan
produktivitas kerjanya pada tingkat yang optimal, bahkan bila mungkin lebih
ditingkatkan (Santoso, 2004).
Menurut Surat Edaran Menaker dan Transmigrasi No.01/Men/1979, tentang
pengadaan kantin dan ruang makan. Pengembangan penerapan gizi kerja antara lain,
dengan pengadaan kantin dan ruang tampat makan tenaga kerja. Kantin untuk tenaga
kerja hendaknya harga makanan dan minuman diupayakan secara layak dengan
kemampuan daya beli tenaga kerja serta selalu diusahakan agar nilai gizi makanan
tetap mendapat perhatian yang utama. Zat makanan tersebut dan kalori yang
ditimbulkannya, penting peranannya untuk memenuhi kalori, agar pekerjaan dapat
dilakukan dan banyaknya kalori yang diperlukan sesuai dengan berat ringannya
2.2.1. Kebutuhan gizi tenaga kerja Kebutuhan akan zat makanan tergantung kepada usia, jenis kelamin dan
beban kerja. Zat makanan yang dibutuhkan tubuh meliputi keseluruhan zat gizi, yang
paling sesuai adalah makanan seimbang. Hal ini didukung oleh Santoso (2004)
proporsi zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus seimbang, agar zat gizi tersebut dapat
digunakan didalam tubuh dengan sempurna adalah makanan yang komposisi gizinya
terdiri atas karbohidrat (60-70%), protein (12-15%), lemak (20-25%), cukup vitamin
dan juga cukup mineral.
Kebutuhan zat gizi tersebut diperoleh melalui pola makan yang baik dan
sehat. Pola makan pekerja sebaiknya memenuhi tiga kriteria yaitu jumlah makanan
yang dikonsumsi sesuai atau seimbang antara kebutuhan dengan penggunaan kalori,
jenis dari makanan yang dikonsumsi bervariasi sumbernya. Jadwal makan teratur
sebaiknya tiga kali per hari yaitu dianjurkan makan pagi hari untuk mendapatkan
kalori kerja di awal bekerja.
Menurut Mitayani dan Sartika (2010) gizi seimbang adalah makanan yang
dimakan harus beraneka ragam, memenuhi syarat kecukupan gizi (empat sehat lima
sempurna). Sebaiknya makanan, sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan kalori,
batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan kalori.
Biasakan makan pagi sebelum pergi bekerja, makanlah makanan yang bersumber zat
besi, cukup vitamin dan mineral, cukup air putih dan hindari minuman alkohol.
Berdasarkan pendapat Suma’mur (2009) dapat disimpulkan bahwa pengaruh
makan pada saat-saat istirahat kerja, dapat mengurangi kelelahan kerja, bahkan
meningkatkan daya kerja. Makan di pagi hari sebelum berangkat kerja, mempunyai
pengaruh penting pada produktivitas kerja dan makanan sebaiknya mudah dicerna,
yang penting berfungsi menambah kalori untuk bekerja. Kebutuhan kalori kerja dapat
dipenuhi melalui asupan makanan berimbang, sehingga tidak perlu ditambah
frekwensi makan, kecuali makanan selingan pada waktu istirahat, begitu juga dengan
zat gizi lainnya seperti protein, vitamin dan mineral.
Tenaga kerja membutuhkan makanan yang cukup dan bergizi, untuk
memelihara kondisi tubuh agar selalu prima. Bahan makanan yang dibutuhkan oleh
tenaga kerja adalah bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi masyarakat pada
umumnya, ditambah dengan kebutuhan kalori untuk keperluan melaksanakan
pekerjaan. Kekurangan zat gizi mengakibatkan gangguan kesehatan dan produktivitas
kerja. Tingkat gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor penentu derajat
produktivitas kerjanya. Pekerja berat, jika tidak diimbangi dengan gizi yang cukup,
biasanya akan mengalami penurunan berat badan. Makanan dan beban kerja serta
faktor lingkungan kerja, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling
memengaruhi.
Banyaknya kalori dari makanan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan
tubuh sesuai dengan klasifikasi pekerjaan/aktivitas fisik, secara parktis dapat
Tabel 2.1. Kebutuhan Kalori Sesuai Kerja
No Jenis Kerja Laki-laki
Kebutuhan kalori/hari (Kkal) Wanita Kebutuhan kalori/hari (Kkal) 1 2 3 Ringan Sedang Berat 2400 2600 3000 2000 2400 2600 Sumber : Santoso (2004)
2.2.2. Dampak gizi kurang pada pekerja
Sampai saat ini keadaan gizi kurang, khususnya kekurangan energi protein,
masih merupakan masalah gizi, terutama di negara-negara miskin dan negara sedang
berkembang. Penyebab kekurangan gizi antara lain faktor ekonomi, khususnya
pengupahan yang rendah atau pendapatan, ketidaktahuan dan kebiasaan makan.
Masalah kurang energi protein adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang dapat
menurunkan kualitas fisik serta meningkatkan risiko kesakitan dan kematian.
Manifestasi kurang energi protein, tercermin dalam bentuk fisik.
Seorang tenaga kerja hanya dapat bekerja, selama ia memiliki kalori yang
diperoleh dari makanan. Gizi kerja yang baik, sesuai dengan beban kerja yang
diterimannya akan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja, sehingga angka
kesakitan yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja maupun penyakit umum dapat
ditekan seminimum mungkin dan angka mangkir kerja karena sakit juga akan turun
dengan sendirinya, yang pada akhirnya produktivitas akan meningkat.
Kekurangan gizi mempunyai dampak yang negatif, karena orang yang
menderita kekurangan gizi khususnya kalori akan memengaruhi kemampuan kerja,
produktivitas menurun. Adapun akibat dari gizi kurang terhadap tenaga kerja sebagai
berikut :
2.2.2.1.Penurunan berat badan Berat badan merupakan petunjuk utama untuk mengetahui individu itu
kekurangan atau kelebihan masukan kalori dari makanan. Kebutuhan akan zat gizi
tidak dapat dipenuhi hanya dengan satu atau dua jenis bahan makanan saja, karena
pada umumnya tidak ada satu bahan makanan yang mengandung zat gizi secara
lengkap. Bila asupan makanan tidak dipilih sesuai dengan gizi yang diperlukan maka
tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi.
Keadaan gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor penentu tingkat
produktivitasnya. Beban kerja terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan
drastis berat badan (Rahmawati, 2008). Penurunan berat badan sebagai pertanda
kurang gizi yang dapat berakibat tenaga kerja mudah sakit.
2.2.2.2. Penurunan daya tahan tubuh
Pekerja akan mudah terkena penyakit jika menderita gizi kurang. Gizi kurang
menyebabkan kekebalan tubuh menurun, dan dapat menjadi sakit sehingga angka
absen kerja meningkat serta biaya berobat yang harus dikeluarkan perusahaan akan
meningkat pula. Kurangnya gizi berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan
kemampuan untuk bekerja, yang berarti menurunnya prestasi, daya kerja,
produktivitas, dan kualitas hidup akibat sering sakit, karena pekerja yang sehat
2.2.2.3. Anemia
Anemia gizi adalah masalah masyarakat pada umumnya, namun pada tenaga
kerja juga cukup tinggi yaitu prevalensi anemia gizi pada tenaga kerja dapat
mencapai sekitar 50 %, penyebabnya antara lain kekurangan gizi makanan secara
keseluruhan terutama defisiensi zat besi. Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana kadar haemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai
normal untuk kelompok umur yang bersangkutan. Anemia gizi disebabkan oleh
defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada
asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk) dan kecacingan yang
[image:46.612.115.525.416.522.2]masih tinggi.
Tabel 2.2. Kadar Haemoglobin(Hb) Sebagai Indikator Anemia.
No Usia / jenis kelamin Kadar HB (g/l)2
1 2 3 4 5 6
Anak 6 bulan – 5 tahun Anak 5-11 tahun Anak 12-13 tahun Wanita tidak hamil Wanita hamil Laki-laki dewasa < 11,0 < 11,5 < 12,0 < 12,0 < 11,0 < 13,0 Sumber : Fatmah (2010).
Jumlah zat besi dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin dan
kondisi fisiologis tubuh (hamil). Zat besi bersumber dari asupan makanan setiap hari,
dimana dalam tubuh sebagian disimpan di hati dalam bentuk ferritin, apabila
konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, maka zat besi dari ferritin dimobilisasi
untuk memproduksi haemoglobin. Fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah
yang harus diserap tubuh setiap hari 1 mg yang terkandung dalam makanan. Anemia
juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani untuk produktivitas kerja, karena
sel-sel tubuh tidak tercukupi kebutuhannya akan oksigen (Khomsan, 2010).
2.2.3. Status Gizi
Status gizi pada dasarnya merupakan keadaan konsumsi makanan yang kita
makan setiap hari, atau merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan zat gizi
dan suplai zat gizi. Jadi untuk mengetahui seberapa jauh seseorang telah
memperhatikan kecukupan jumlah makanan serta mutu gizinya dengan jelas akan
tercermin dalam status gizi. Menurut Waspadji (2010) yang mengutip pendapat
Habict (1979), status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan
karena adanya keseimbangan antara pemasukan gizi, dan pengeluaran yang terlihat
melalui suatu indikator status gizi. Menurut Almatsier (2009) status gizi adalah
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dan
dapat dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik/normal dan lebih.
2.2.4. Penilaian status gizi Untuk mengetahui status gizi pekerja dapat dilakukan dengan penilaian status
gizi secara langsung dan penilaian tidak langsung. Penilaian status gizi secara
langsung adalah dengan pemeriksaan secara antropometri, biokimia, klinis dan
biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung adalah dengan pemeriksaan survei
makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Waryana, 2010).
Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan,
bertujuan mengetahui status gizi berdasarkan satu ukuran menurut ukuran lainnya,
misalnya berat badan dan tinggi badan menurut umur (BB dan TB/U) berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB), Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U), lingkar
lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB) (Sibagariang, 2010).
Dari beberapa cara pengukuran status gizi, pengukuran antropometri
merupakan cara yang paling sering digunakan karena memiliki beberapa kelebihan
yaitu alat mudah diperoleh, pengukuran mudah dilakukan, biaya murah, hasil
pengukuran mudah disimpulkan, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan
dapat mendeteksi riwayat gizi masa lalu. Penilaian berdasarkan pengukuran indeks
massa tubuh (IMT) adalah untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia 18
tahun atau lebih yaitu dengan pengukuran berat dan tinggi badan (Arisman, 2007).
Cara penilaiannya dengan menggunakan rumus seperti dibawah ini dan
[image:48.612.110.526.553.627.2]selanjutnya hasil perhitungan indeks massa tubuh disesuaikan dengan tabel 2.3
Tabel 2.3. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh
No Status gizi Laki-laki Perempuan
1 Kurus <20,1 <18,7
2 3
Normal Rata-rata
20,1-25,0 22,0
18,7-23,8 20,8
4 Obesitas >25,0 >23,8
2.3. Landasan Teori
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan antara pengeluaran energi lebih
banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi dan begitu
juga sebaliknya akan terjadi kelebihan, jika berlangsung lama akan timbul masalah
gizi (Waspadji, 2010).
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi
dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisen
akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
Menurut UNICEF (1998) gizi kurang disebabkan oleh beberapa faktor yang
kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, tidak langsung, pokok
masalah dan akar masalah seperti dibawah ini :
Dampak
Penyebab
lansung
Penyebab
tdk langsung
Pokok masalah Kurang pendidikan, pengetahuan, penghasilan, keterampilan ibu
di masyarakat
Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan.
Akar
masalah
Gambar 2.1 Teori menurut UNICEF (1998) Status gizi
Aktivitas fisik,
Beban kerja Asupan gizi Penyakit Infeksi
Kebutuhan Aktifitas, Gizi kerja
Tdk cukup persediaan pangan
Pola asuh anak tdk memadai
Sanitasi lingkungan, air bersih, pelay.kes. yg
tdk memadai
Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya manusia
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual dalam
penelitian ini digambarkan sebagai berikut.
[image:51.612.126.522.198.379.2]Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Pada kerangka konsep, variabel bebas penelitian ini adalah beban kerja
dengan sub variabel waktu kerja dan jenis kegiatan. Waktu kerja meliputi waktu kerja
kurang, jika para pekerja di peternakan ayam bekerja kurang dari 8 jam per hari, dan
waktu kerja berlebih, jika ternyata waktu kerjanya lebih dari waktu standar yaitu
lebih dari 8 jam per hari. Sedangkan jenis pekerjaan meliputi pekerjaan ringan,
sedang dan pekerjaan berat seperti angkut dan angkat pakan ternak. Beban kerja dan
asupan kalori sangat berkaitan dan akan memengaruhi status gizi pekerja. Beban Kerja :
- Waktu kerja
- Jenis kegiatan
Status Gizi Pekerja
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah explanatory research yang bertujuan
untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel independen terhadap variabel
dependen (Sugiyanto, 2007).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pekerja peternakan ayam broiler di Desa
Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, karena pada lokasi ini peneliti
melihat beberapa masalah, baik beban kerjanya dari segi waktu kerja dan penampilan
pekerja umumnya kurus. Dari segi waktu, jam kerja belum ada ketentuan, untuk
menyelesaikan pekerjaan di peternakan ayam ini memerlukan waktu kerja siang dan
malam, jumlah tenaga tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang ada, sehingga
para pekerja menggunakan waktu kerja melebihi jam kerja standar yang telah
ditetapkan pemerintah yaitu 8 jam per hari.
3.2.2. Waktu penelitian
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang bekerja di
peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten
Deli Serdang sebanyak 67 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel, namun
pada saat pengambilan data dilakukan ada 4 kandang pekerjanya yang libur, pekerja
tidak berada ditempat, sehingga peneliti mewawancarai pekerja pada peternakan yang
aktif berproduksi saja yaitu sebanyak 58 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data
a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pekerja melalui wawancara langsung
di peternakan ayam broiler meliputi identitas pekerja, beban kerja (waktu kerja,
jenis kegiatan), asupan kalori, tinggi badan dan berat badan. Waktu kerja
diperoleh melalui, pengukuran waktu kerja nyata pekerja normal dari setiap
kegiatan di peternakan ayam broiler ini. Asupan kalori diperoleh dengan cara food
recall 24 jam. Sedangkan berat dan tinggi badan pekerja diperoleh malalui
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Kelurahan Desa Silebo-lebo yang
berhu bungan dengan petenakan ayam serta gambaran umum masyarakat dan
wilayah Desa Silebo-lebo.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu
variabel independen yaitu beban kerja (waktu kerja, jenis pekerjaan) dan asupan
kalori. Variabel dependen yaitu status gizi pekerja.
3.5.2. Definisi operasional
1. Beban kerja adalah sejumlah kegiatan atau aktivitas yang harus diselesaikan
pekerja dalam waktu tertentu.
a. Waktu kerja adalah waktu yang digunakan pekerja untuk melakukan setiap
pekerjaan dari awal bekerja sampai selesai.
b. Jenis kegiatan adalah jenis pekerjaan yang dapat digolongkan kedalam kerja
ringan, kerja sedang dan kerja berat.
2. Asupan kalori adalah banyaknya nilai energi (kalori) dari makanan yang dimakan
dalam sehari.
3. Status gizi pekerja adalah keadaan tubuh pekerja sebagai akibat dari jumlah dan
jenis makanan yang dimakan setiap hari, dan pada orang dewasa/pekerja dapat
3.6. Metode Pengukuran 3.6.1. Waktu kerja
Waktu kerja dapat diukur dan dihitung dengan metode analisis gerak dan
waktu (Motion and Time Study) dengan menggunakan bantuan alat stopwacth dan
alat tulis. Pada penelitian ini, kegiatan rutin dilakukan berulang-ulang, maka
digunakan tipe pengukuran (predetermined time-standard data). Metode ini
berdasarkan atas gagasan bahwa semua pekerjaan dapat diperinci menjadi
serangkaian gerakan dasar.
Waktu dapat ditentukan untuk setiap gerakan dasar dengan peralatan
stopwatch, untuk menciptakan suatu bank data waktu. Dengan menggunakan bank
data waktu standar dapat ditetapkan bagi setiap pekerjaan yang mencakup
gerakan-gerakan dasar tersebut. Jadi pekerjaan yang akan di