• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Perubahan Bunyi Proto-Austronesia dalam Bahasa Batak Mandailing dan Bahasa Batak Toba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Beberapa Perubahan Bunyi Proto-Austronesia dalam Bahasa Batak Mandailing dan Bahasa Batak Toba"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

BEBERAPA PERUBAHAN BUNYI VOKAL PROTO

AUSTRONESIA DALAM BAHASA MANDAILING DAN TOBA

(SUATU KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARARIF)

TESIS

OLEH

ERLIANA SIREGAR

087009007/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

BEBERAPA PERUBAHAN BUNYI VOKAL PROTO

AUSTRONESIA DALAM BAHASA MANDAILING DAN TOBA

(SUATU KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARARIF)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

OLEH

ERLIANA SIREGAR

087009007/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis

: BEBERAPA PERUBAHAN BUNYI VOKAL

PROTO- AUSTRONESIA DALAM BAHASA SIMALUNGUN DAN TOBA (SUATU KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARARIF) Nama Mahasiswa : Erliana Siregar

Nomor Pokok : 087009007

Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S Dr. Dwi Widayati, M. Hum

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M. Sc

(4)

Telah diuji pada Tanggal 7 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. Anggota : 1. Dr. Dwi Widayati, M. Hum.

(5)

ABSTRAK

Tesis ini mengkaji beberapa perubahan bunyi Protoaustronesia dalam Bahasa Batak Mandiling (BBM) dan Bahasa Batak Toba (BBT). Tujuannya untuk membandingkan perubahan bunyi vokal Protoaustronesia BBM dan BBT. Sebagai dasar analisis digunakan konsep perubahan bunyi, syarat-syarat lingkungannya, dan pendekatan dari atas ke bawah (top down approach) dan dengan metode padan.

berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa perubahan fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT terjadi secara linear dan inovasi. Fonem vokal PAN berubah menjadi lima fonem vokal dalam BBM dan dalam BBT. Distribusi perubahan fonem vokal PAN *a, *i, *u dalam BBM dan BBT mempunyai distribusi yang lengkap yaitu pada posisi awal. tengah, dan akhir. Sedangkan perubahan fonem vokal PAN *ә dalam BBM dan BBT tidak pernah terjadi pada posisi akhir.

Perbandingan perbedaan perubahan fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT yaitu: perbedaan perubahan fonem PAN *a dalam BBM dan BBT terlihat pada fonem vokal /i/, /u/. Sedangkan perbandingan persamaan perubahannya fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT yaitu: fonem PAN *a dalam BBM dan BBT sama-sama berubah menjadi fonem vokal /a/ dan /o/; fonem PAN *i sama-sama berubah menjadi fonem vokal /i/ dan /e/; fonem PAN *u sama-sama berubah menjadi fonem vokal /u/ dan /o/; fonem PAN *ә sama-sama berubah menjadi fonem vokal /a/ dan /o/.

Berdasarkan hasil temuan, pembahasan temuan, dan diskusi dalam penelian ini, dapat disimpulkan bahwa antara BBM dan BBT merupakan dua bahasa yang berkerabat.

(6)

ABSTRACT

This thesis examines few changes in Protoaustronesian’s inflections produced in Mandailingnese and Tobanese dialects. The aims nonetheless to compare the Protoaustronesian’s vocal inflections of Mandailingnese and Tobanese dialects. As for the basic analysis, the concept of inflections, the environment requirements, and top down approach are used, followed by binding theory.

From the results can be concluded that the changes of vocal phonemes PAN in BBM and BBT occur in linear and inovation forms. The vocal phonemes of PAN are changed into five vocal phonemes in BBM and in BBT. The distribution of PAN vocal phonemes changes *a, *i, *u in BBM and BBT have a complete distribution, such as PAN phonemes *a, *i, *u are changed in BBM and BBT in the start, middle, and end positions. Whereas the changes of PAN vocal phoneme *ә in BBM and BBT never occured in the end position.

The comparison of vocal phonemes changes of PAN in BBM and BBT difference are: the difference changes of PAN phoneme *a in BBM and BBT are found in vocal phoneme /i/, /u/. Whereas the comparison in similarities of PAN vocal phoneme changes in BBM and BBT are: Pan phoneme *a both in BBM and BBT are changed into vocal phoneme /a/, and /o/; PAN phoneme *i are changed into both vocal phonemes /i/ and /e/; PAN phoneme *u are changed into both vocal phonemes /u/ and /o/; PAN phoneme *ә are changed into both vocal phonemes /a/ and /o/.

From all of the findings, findings description, and discussions in this research, the researcher have concluded that Mandailingnese and Tobanese dialects is a dialect related.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “Beberapa Perubahan Bunyi Proto-Austronesia dalam Bahasa Batak Mandailing dan Bahasa Batak Toba”

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Linguistik pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana USU.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. dan Ibu Dr. Dwi Widayati, M. Hum sebagai pembimbing satu dan dua yang mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini dari awal hingga tesis ini dapat diselesaikan.

Peneliti juga berterima kasih kepada Rektor USU, Bapak Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTMH. (CTM). Sp. Ak., Direktur Sekolah Pascasarjana USU, Ibu Prof. Dr.

(8)

Silvana Sinar, M.A., Ph. D. Demikian juga penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf administrasi PPs USU, termasuk rekan-rekan mahasiswa yang telah menaruh simpati dan bantuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada suami tercinta Sertu Hendri Irawan dan anakku tersayang yang pintar, sabar dan penuh pengertian walaupun dalam penulisan tesis ini ia masih berada dalam kandungan. Kiranya hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat memberi sumbangsih kepada para peneliti selanjutnya.

Medan, Maret 2010

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena berkat ijin dan ridho yang telah diberikan-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor USU, Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTMH. (CTM). Sp. Ak., yang telah memberi kesempatan dan bantuan biaya pendidikan selama saya mengikuti Pendidikan Program Magister pada Sekolah Pascasarjana USU.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana USU, Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M. Sc., yang telah memberi perhatian dan dukungan selama saya mengikuti Peendidikan Program Magister pada Sekolah Pascasarjana USU.

3. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph. D. selaku ketua Program Studi Linguistik dan Sekretaris Program Studi Linguistik bapak Drs. Umar Mono, M. Hum., yang telah memberi perhatian dan bimbingan selama saya mengikuti pendidikan hingga selesai pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana USU.

(10)

5. Para dosen saya yang mengajar di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana USU yang telah membekali ilmu pengetahuan dan membuka cakrawala berpikir ilmiah. Semoga jasa baik beliau semua dalam mendidik dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.

6. Khusus kepada suamiku tercinta Sertu Hendri Irawan, serta anakku yang sabar, pintar dan penuh pengertian walaupun ia masih berada dalam kandunganku sewaktu penulisan tesis ini.

7. Kedua orang tua saya yang banyak mengajarkan cara hidup yang baik dihadapan Allah. Untuk semua kakak, abang, dan adik-adik saya, terima kasih atas doa dan motivasinya.

8. Kepada semua teman-teman angkatan 2008, saya ucapkan terima kasih atas kerja sama yang baik, saling membantu selama menjalani proses belajara di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana USU.

Akhir kata saya berharap semoga dukungan, bantuan, pengorbanan dan budi baik yang diberikan kepada saya dari berbagai pihak hendanya mendapat balasa dan ridho yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Medan, Maret 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama Lengkap : Erliana Siregar Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl. Lahir : Danau Balai, 03 April 1984 Agama : Islam

Alamat : Jl. Suwondo Ujung No. G. 56 Medan

HP : 081376015173

II. Riwayat Pendidikan

SD : SDN 112169, Danau Balai B, tahun 1997.

SMP : Madrasah Tsanawiah Al-washliyah, Sigambal, tahun 2000

SMA : SMA Nurul `Ilmi, Padang Sidempuan, tahun 2003 S-1 : S1 Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia UNIMED,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR………... iii

UCAPAN TERIMAKASIH………... v

RIWAYAT HIDUP………... viii

DAFTAR ISI………... x

DAFTAR SINGKATAN………... xiii

DAFTAR ARTI LAMBANG………... xiv

DAFTAR BAGAN………... xv

DAFTAR TABEL………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN………... xvii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

(13)

BAB II KERANGKA TEORETIS ... 8

2.1 Sejarah Singkat Penutur Bahasa Austronesia... 8

2.2 Sistem Bunyi Proto Austronesia... 9

2.3 Perbendaharaan Vokal Proto-Austronesia... 10

2.4 Rumpun Bahasa Austronesia ... 10

2.5 Bahasa Batak ... 13

2.5.1 Bahasa Batak Toba... 14

2.5.1.1 Vokal Bahasa Batak Toba... 14

2.5.2 Bahasa Batak Mandailing... 15

2.5.2.1 Vokal Bahasa Mandailing... 16

2.6 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan... 16

2.7 Kerangka Konseptual... 18

2.7.1 Model Perkembangan Bahasa………... 18

2.7.1.1 Model Kaum Neogramarian... 19

2.7.1.2 Model Kaum Strukturalis... 20

2.7.1.3 Model Kaum Transformasional-Genaratif ... 20

2.7.2 Perubahan Bunyi dan Korespondensi Bunyi... 21

2.8 Kerangka Teori... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Lokasi Penelitian ... 27

(14)

3.3 Data dan Sumber Data ... 29

3.4 Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data ... 29

3.4.1 Populasi dan Sampel ... 30

3.4.2 Teknik Pengumpulan dan Perekaman Data ... 31

3.5 Analisis Data ... 33

3.5 Rancangan Analisis Data... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN... 39

4.1 Temuan Penelitian... 39

4.1.1 Hukum Perubahan Bunyi Fonem Vokal PAN dalam Vokal BBM... 39

4.1.2 Hukum Perubahan Bunyi Fonem Vokal PAN dalam Vokal BBT... 43

4.2 Pembahasan Temuan Penelitian... 47

4.2.1 Perubahan Fonem Vokal PAN dalam Vokal BBM dan Vokal BBT... 47

4.2.2 Perbandingan Perubahan Fonem Vokal PAN dalam Vokal BBM dan BBT... 63

4.3 Diskusi... 68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 79

5.2 Saran... 80

(15)

DAFTAR SINGKATAN

BBT : bahasa Batak Toba BBM : bahasa Batak Mandailing PAN : Protoaustronesia

BI : bahasa Indonesia

PAND : Proto-austronesian, Dempwolff 1938 TP ART : Teknik Pilah Artikulatoris

HBS : Hubung Banding Menyamakan HBB : Hubung Banding Membedakan

V : Vokal

K : Konsonan

PNB : Proto-Northern-Batak PSB : Proto-Southern-Batak PT : Proto-Toba

PAM : Proto-Angkola-Mandailing

Ka : Karo

Da : Dairi

Si : Simalungun

To : Toba

An : Angkola

(16)

DAFTAR ARTI LAMBANG

* (asteris) : tanda hipotesis untuk bentuk protobahasa /…/ : tanda fonemis

[...] : tanda fonetis > : menjadi .... < : berasal dari

/ : digunakan untuk menunjuk ”lingkungan” tempat terjadinya perubahan perubahan bunyi tersebut.

#- : perubahan bunyi yang terjadi pada lingkungan setelah jeda atau posisi awal.

#K- K# : perubahan bunyi vokal yang terjadi pada lingkungan antar konsonan #V-V# : perubahan bunyi yang terjadi pada lingkungan antar vokal.

#V1-V1# : perubahan yang terjadi pada lingkungan antar vokal yang identis. #V1-V2# : perubahan yang terjadi pada lingkungan antar vokal yang tidak

identis.

(17)

DAFTAR BAGAN

No Judul Halaman

1. Fonem Vokal Bahasa Austronesia... 10

2. Kelompok Bahasa Austronesia... 11

3. Kelompok Bahasa Batak Mandailing dan bahasa Batak Toba.... 12

4. Pengelompokan Proto Batak ... 13

5. Kerangka Teori... 26

6. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data... 32

(18)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Perubahan Fonem Vokal PAN dalam Fonem Vokal BBM... 65 3. Perubahan Fonem Vokal PAN dalam Fonem Vokal BBT... 67 4. Perbandingan Perbedaan dan Persamaan Perubahan

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Daftar 200 Kosa kata dasar Swadesh (dengan Revisi R. A. Blust, 1980) untuk bahasa Batak Mandailing dan bahasa Bata Toba……….. 83 2. Biodata Informan………... 88

(20)

ABSTRAK

Tesis ini mengkaji beberapa perubahan bunyi Protoaustronesia dalam Bahasa Batak Mandiling (BBM) dan Bahasa Batak Toba (BBT). Tujuannya untuk membandingkan perubahan bunyi vokal Protoaustronesia BBM dan BBT. Sebagai dasar analisis digunakan konsep perubahan bunyi, syarat-syarat lingkungannya, dan pendekatan dari atas ke bawah (top down approach) dan dengan metode padan.

berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa perubahan fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT terjadi secara linear dan inovasi. Fonem vokal PAN berubah menjadi lima fonem vokal dalam BBM dan dalam BBT. Distribusi perubahan fonem vokal PAN *a, *i, *u dalam BBM dan BBT mempunyai distribusi yang lengkap yaitu pada posisi awal. tengah, dan akhir. Sedangkan perubahan fonem vokal PAN *ә dalam BBM dan BBT tidak pernah terjadi pada posisi akhir.

Perbandingan perbedaan perubahan fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT yaitu: perbedaan perubahan fonem PAN *a dalam BBM dan BBT terlihat pada fonem vokal /i/, /u/. Sedangkan perbandingan persamaan perubahannya fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT yaitu: fonem PAN *a dalam BBM dan BBT sama-sama berubah menjadi fonem vokal /a/ dan /o/; fonem PAN *i sama-sama berubah menjadi fonem vokal /i/ dan /e/; fonem PAN *u sama-sama berubah menjadi fonem vokal /u/ dan /o/; fonem PAN *ә sama-sama berubah menjadi fonem vokal /a/ dan /o/.

Berdasarkan hasil temuan, pembahasan temuan, dan diskusi dalam penelian ini, dapat disimpulkan bahwa antara BBM dan BBT merupakan dua bahasa yang berkerabat.

(21)

ABSTRACT

This thesis examines few changes in Protoaustronesian’s inflections produced in Mandailingnese and Tobanese dialects. The aims nonetheless to compare the Protoaustronesian’s vocal inflections of Mandailingnese and Tobanese dialects. As for the basic analysis, the concept of inflections, the environment requirements, and top down approach are used, followed by binding theory.

From the results can be concluded that the changes of vocal phonemes PAN in BBM and BBT occur in linear and inovation forms. The vocal phonemes of PAN are changed into five vocal phonemes in BBM and in BBT. The distribution of PAN vocal phonemes changes *a, *i, *u in BBM and BBT have a complete distribution, such as PAN phonemes *a, *i, *u are changed in BBM and BBT in the start, middle, and end positions. Whereas the changes of PAN vocal phoneme *ә in BBM and BBT never occured in the end position.

The comparison of vocal phonemes changes of PAN in BBM and BBT difference are: the difference changes of PAN phoneme *a in BBM and BBT are found in vocal phoneme /i/, /u/. Whereas the comparison in similarities of PAN vocal phoneme changes in BBM and BBT are: Pan phoneme *a both in BBM and BBT are changed into vocal phoneme /a/, and /o/; PAN phoneme *i are changed into both vocal phonemes /i/ and /e/; PAN phoneme *u are changed into both vocal phonemes /u/ and /o/; PAN phoneme *ә are changed into both vocal phonemes /a/ and /o/.

From all of the findings, findings description, and discussions in this research, the researcher have concluded that Mandailingnese and Tobanese dialects is a dialect related.

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa-bahasa yang hidup dewasa ini tidak muncul begitu saja. Sebelum sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami perjalanan sejarah yang panjang dari bahasa purba (asalnya). Bahasa Proto Austronesia (PAN) sebagai bahasa asal (induk) mengalami perubahan dalam bahasa turunannya.

Pada dasarnya perubahan bahasa merupakan suatu fenomena yang bersifat semesta dan universal. Perubahan bahasa sebagai fenomena yang bersifat umum dapat dilihat dari perubahan bunyi pada tataran fonologi yang merupakan tataran kebahasaan yang sangat mendasar dan penting dalam rangka telaah di bidang linguistik historis komparatif (Fernandez, 1996).

(23)

Bahasa-bahasa yang termasuk dalam anggota satu kelompok bahasa biasanya mempunyai sejarah perkembangan yang sama. Dengan demikian, setiap bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi sesama penuturnya mempunyai relasi atau hubungan kekerabatan dengan bahasa lainnya, baik jauh maupun dekat. Hal ini dapat dibuktikan melalui rekonstruksi unsur-unsur retensi bersama atau pemertahanan dan inovasi atau perubahan dari bahasa asalnya yang disebut proto bahasa, baik pada tataran fonologi, leksikon, maupun gramatikal.

Perubahan suatu bahasa atau bahasa-bahasa sekerabat itu dapat dilacak dengan mengembalikan atau menghubungkan bahasa itu dengan protobahasanya, yaitu dengan mengamati perubahan pada tahap yang paling awal, yaitu perubahan bunyi pada tataran fonologis. Misanya saja, untuk membuktikan adanya kekerabatan antara bahasa Batak Toba (BBT) dan bahasa Batak Mandailing (BBM) yang diturunkan oleh bahasa Proto Austronesia. Kekerabatan itu dapat dilihat dengan adanya korespondensi bunyi antara bahasa Batak Toba dan Mandailing, contohnya, *apa (PAN) menjadi aha (BBT) dan (BBM) dan pewarisan ini disebut dengan pewarisan linear. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan berikut.

*apa (PAN)

aha (BBT, BBM)

(24)

(BBM) dan *dau (PAN) menjadi dao dalam BBT dan BBM. Artinya ada pemeriaan secara bersama dalam bahasa turunan yaitu BBT dan BBM dari PAN.

Dalam penelitian ini yang dikaji adalah bahasa daerah khususnya bahasa Mandailing dan Toba. Bahasa Mandailing dan Toba merupakan dua bahasa yang tergolong dalam kelurga bahasa Austronesia yang dituturkan oleh masyarakat di Pulau Sumatera bagian utara. Hal ini dapat dilihat dalam diagram pengelompokan bahasa Austronesia (Dyen 1965), yang menunjukkan bahwa bahasa Batak Toba dan Mandailing berada dalam kelompok Hesperonesia bagian barat .

Bahasa Batak Toba merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal sebagai penduduk asli di sekitar Danau Toba di Tapanuli Utara, sedangkan bahasa Batak Mandailing merupakan bahasa yang digunakan masyarakat Mandailing dan daerah yang ditempati oleh suku Batak Mandailing terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal di Sumatera Utara (Wikipedia, 2009)

(25)

membandingkan bentuk-bentuk bahasa yang sekarang ada dengan bentuk protonya juga masih jarang dilakukan.

Selain alasan di atas peneliti memilih bahasa Batak Toba dan Mandailing karena bahasa Batak Toba dan Mandailing merupakan dua bahasa yang berkerabat. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil Reconstruction of Proto Batak Phonology

yang dilakukan Adelaar. Adelaar mengelompokkan bahasa Batak Toba dan Mandailing ke dalam Proto Batak bagian Selatan (Adelaar, 1981: 55). Namun masyarakat secara umum hanya mengenal bahasa Batak yaitu bahasa Batak Toba sedangkan Madailing tidak merupakan bahasa Batak. Hal ini sesuai dengan perkataan Sibarani bahwa dalam pemakaian sehari-hari, istilah Batak sering hanya berasosiasi dengan Batak Toba, baik untuk menyebut bahasa maupun sukunya (Sibarani, 1997: 2)

(26)

Mandailing dan Toba”, yang sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

1.2Rumusan Masalah

Melihat luasnya masalah yang timbul dan karena keterbatasan peneliti, masalah penelitian dibatasi pada hal berikut.

1. Bagaimanakah perubahan bunyi vokal Proto-Austronesia dalam bahasa Mandailing dan Toba?

2. Bagaimanakah perbandingan perubahan bunyi vokal Proto-Austronesia antara bahasa Mandailing dan Toba?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1. untuk mendeskripsikan perubahan bunyi vokal Proto-Austronesia dalam bahasa Mandailing dan Toba;

2. untuk membandingkan perubahan bunyi vokal Proto-Austronesia dalam bahasa Mandailing dengan Toba;

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoretis temuan penelitian ini diharapkan:

(27)

2. dapat dijadikan sumber acuan bagi para linguis dan para peneliti terhadap penelitian-penelitian berikutnya;

3. untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan. Sedangkan secara praktis diharapkan bermanfaat:

1. sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang relevan untuk masa yang akan datang;

2. untuk menggugah minat generasi muda untuk mempelajari bahasa daerah guna pelestarian bahasa tersebut.

3. sebagai usaha untuk menunjang pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa.

1.5 Klarifikasi Istilah

Klarifikasi istilah yang digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian ini yaitu Istilah Protoaustronesia, pemahaman tentang perubahan bunyi Protoaustronesia, dan sekilas pengetahuan tentang Bahasa Batak Toba dan Batak Mandailing. Ketiga hal tersebut akan dipaparkan di bawah ini secara singkat.

Protoaustronesia merupakan bahasa yang diduga menjadi asal dari bahasa-bahasa di Indonesia dan bahasa-bahasa-bahasa-bahasa yang tersebar luas di wilayah kepualauan di Asia Tenggara.

(28)

Perubahan-perubahan itupun meliputi semua segi kebahasaan baik fonem, perbendaharaan kata-kata, sistem morfologi dan sintaksis.

(29)

BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1 Sejarah Singkat Penutur Bahasa Austronesia

Penutur bahasa Austronesia diperkirakan telah mendiami kepulauan di Asia Tenggara sekitar 5000 tahun yang lalu. Mereka diduga berasal dari Taiwan, setelah bermigrasi dari Cina Selatan lebih kurang 8000 tahun yang lalu. Dari Taiwan penutur Proto Austronesia menyebar ke Filipina dan selanjutnya Indonesia bagian barat melalui Kalimantan, Sumatra, Jawa, Semenanjung Melayu, Vietnam, dan Kamboja (West Malayo Polynesia). Kelompok yang lain dari Filipina menyebar ke Sulawesi (Central-Eastren Malayo Polynesia). Dari Sulawesi mereka pecah menjadi dua gelombang (kelompok) yakni kelompok pertama menyebar dari Sulawesi ke Seram, Ambon, dan Timor (Central Malayo Polynesia), sedangkan kelompok kedua dari Sulawesi ke Halmahera dan Irian Jaya mereka kemudian menyebar ke daerah Pasifik melalui New Guinea dan berakhir di kepulauan Bismarck (New Britain dan New

Ireland) (Keraf, 1984: 184-201). Sebelum abad XV masehi penutur bahasa

(30)

Berdasarkan uraian di atas berbagai bahasa daerah yang kini berkembang di kepulauan Indonesia berasal dari rumpun yang sama yaitu bahasa Austronesia.

2.2 Sistem Bunyi Proto Austronesia

Setiap bahasa memiliki sistem bunyi tersendiri. Hal ini berlaku pula bagi bahasa Proto-Austronesia sebelum bahasa itu pecah menjadi bahasa-bahasa turunannya, sekalipun kita tidak dapat membangun dan menyusun secara lengkap dan utuh sistem bunyi itu. Selain memiliki sistem tersendiri, baik perbendaharaan maupun distribusinya, namun ada pula persamaan. Apalagi bila bahasa itu dianggap seasal dan seketurunan dengan bahasa-bahasa lainnya.

(31)

2.3 Perbendaharaan Vokal Proto-Austronesia

Berdasarkan hasil rekonstruksi, yang kemudian ditemukan pula sejumlah kata dasar, bahasa Austronesia Purba memiliki sistem fonem vokal sebagai berikut (Blust, 1980 bandingkan Dahl, 1977 dan Mbete1981: 24-26).

Fonem vokal sebanyak empat buah yaitu /i, ә , a, u/. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini

Bagan 1. Fonem Vokal Bahasa Austronesia i u

ә

a

2.4 Rumpun Bahasa Austronesia

Rumpun bahasa-bahasa Autronesia dibagi dalam dua sub-rumpun besar (Salzner dalam Keraf, 1984: 205) yaitu:

I. bahasa-bahasa Indonesia (Austronesia Barat, atau disebut juga bahasa-bahasa Melayu)

II. bahasa-bahasa Oseania (Autronesia Timur, atau disebut juga bahasa-bahasa Polinesia), yang biasanya dibagi lagi atas:

(32)

Dyen (1965) telah melakukan suatu penelitian yang mencakup dua ratus empat puluh lima bahasa Austronesia. Dyen mengelompokkan bahasa Austronesia menjadi dua kelompok besar. Dyen memilah bahasa Austronesia pertama-tama dengan pola dua kelompok: kelompok Melayu-Polinesia dan Irian Timur Melanesia. Pada tahapan kedua Dyen membagi masing-masing kelompok itu berdasarkan pola tripilah. Pola tripilah ini bisa dilihat pada pengelompokan Melayu Polinesia menjadi kelompok Hespersonesia, Maluku (Moluccan Linkage), dan Heonesia. Kemudian kelompok Maluku dibagi lagi menjadi kelompok Sula-Bacan, Ambon Timur, dan Halmahera Selatan-Irian Barat. Lebih ringkas dapat dilihat dari bagan di bawah ini:

Bagan 2. Kelompok Bahasa Austronesia Proto-Austronesia

Melayu-Polinesia Irian Timur –Melanesia

Hesperonesia Maluku Heonesia

Sula Bacan Ambon Timur Halmahera selatan-Irian Barat

(33)

Silsilah di atas menunjukkan bahwa wilayah bahasa Austronesia meliputi Filipina, Formosa, Madagaskar, dan Indonesia Barat termasuk kelompok besar Herperonesia.

Bahasa yang menjadi objek penelitian dalam tesis ini adalah bahasa Mandailing dan Toba yang merupakan bagian dari bahasa Austronesia, Indonesia bagian barat. Kelompok Indonesia Barat meliputi bahasa-bahasa di Sumatera (seperti Bahasa Batak Toba, Simalungun, Mandailing, Karo, Dairi, Angkola, dll), Jawa, Bali, dan NTB bagian barat. Lebih ringkas dapat dilihat dari penjabaran bagan Dyen di bawah ini.

Bagan 3. Kelompok Bahasa Mandailing dan Toba Proto-Austronesia

Melayu-Polinesia Irian Timur –Melanesia

Hesperonesia Maluku Heonesia

Sumatera Jawa Bali NTB Bagian Barat Sula Bacan AmbonTimur Halmaher selatan-Irian Barat

Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi,

Angkola-Mandailing, dll.

(34)

2. 5 Bahasa Batak

Suku Batak terdiri lima subsuku, yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakapak-Dairi, dan Batak Angkola/Mandailing (Siahaan, 2009 : 9). Tiap-tiap subsuku ini memiliki bahasa masing-masing, yang disebut dengan Bahasa Batak Toba, Bahasa Batak Karo, Bahasa Batak Simalungun, Bahasa Batak Pakpak-Dairi, dan Bahasa Batak Angkola dan Batak Mandailing.

Pembagian bahasa ini juga didukung oleh Proto-Batak yang telah diteliti Adelaar (1981) dalam “Reconstruction of Proto-Batak Phonology”. Pembagian tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Bagan 4. Pengelompokan Proto Batak Proto-Batak

PNB PSB

PT

(Alas?) Ka Da Si PAM

(35)

Keterangan :

1. Proto Batak Bagian Utara untuk Proto bahasa Karo, (Alas), dan Dairi;

2. Proto Batak Bagian Selatan untuk Proto bahasa Batak Toba, Mandailing, dan Angkola;

3. Proto Toba untuk Proto Bahasa Batak Toba, Angkola, dan Mandailing; 4. Proto Angkola Mandailing untuk Proto bahasa Angkola dan Mandailing.

Dari penemuan Proto-Batak oleh Adelaar ini juga menepis asumsi dalam pemakaian sehari-hari yang selalu mengasosiasikan batak hanya untuk Batak Toba, baik untuk menyebut bahasa maupun sukunya. Anggapan tertsebut tidak tepat karena istilah batak merupakan milik kelima subsuku tersebut.

2.5.1 Bahasa Batak Toba

Batak Toba merupakan sub atau bagian dari Toba merupakan bahasa yang digunaka

sekitarnya.

2.5.1.1 Vokal Bahasa Batak Toba

(36)

Vokal high i u

Mid e o

Low a

(Adelaar, 1981: 15)

Sedangkan Hasibuan dalam Siahaan (2009: 16-19) menguraikan inventantarisasi fonem Bahasa Batak Toba yaitu lima vokal: /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ dengan kata lain, vokal /e/ dan /o/ masing-masing mempunyai alofon /e/ beralofon /ε/ misalnya [sεhat] dalam bahasa Inonesia dan /e/, misalnya [binje] dalam ucapan suku Jawa. /o/ mempunyai alofon /ө/ misalnya /tөlөŋ/ dalam bahasa Indonesia dan /o/ misalnya [bodo] dalam bahasa Jawa.

2.5.2 Bahasa Batak Mandailing

Batak Mandailing adalah masyarakat yang menggunakan bahasa Batak Mandailing dan daerah yang ditempati oleh suku Batak Mandailing terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal, di Sumatera Utara. 2.5.2.1 Vokal Bahasa Mandailing

Adelaar mendaftarkan sebanyak lima fonem vokal. Untuk lebih jelas, dapat dilihat di bawah ini.

Vokal tinggi i u

menengah e o

rendah a

(37)

Begitu juga Dongoran (1997: 126-127) menyebutkan fonem vokal bahasa Mandailing terdiri dari: a, i, u, e dan o. Fonem ini menempati semua posisi.

2.6 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan survei pustaka, ada beberapa penelitian Linguistik Historis Komparatif di atas yang relevan untuk mendukung penelitian ini. Misalnya, ”Reconstruksi of Proto-Batak Phonology” (Adelaar, 1981), ”Refleksi Fonem Vokal Bahasa Melayu Purba dalam Bahasa Melayu Asahan” (Widayati, 2001), “Pertalian Bunyi Bahasa Austronesia dengan Bahasa Lio dan Bahasa Ngada di Flores Tengah” (Mbete, 1981), “Refleksi Fonem Proto-Austronesia pada Bahasa Sasak dan Sumbawa” (Basuki, 1981), “Linguistik Bandingan Bahasa Bidayuhik” (Aman, 2008), “Rekonstruksi Proto bahasa Bali-Sasak-Sumabawa” (Mbete, 1991), dan lain-lain.

Adapun beberapa hasil dari penelitian itu antara lain, ”Reconstruksi of Proto-Batak Phonology” (Adelaar, 1981) menyimpulkan fonem-fonem proto bahasa-bahasa Batak dan beliau juga melakukan pembagian terhadap Proto Batak. Proto Batak sebelah utara untuk proto bahasa Karo, (Alas), dan Dairi. Sedangkan Proto Batak sebelah selatan untuk proto Bahasa Batak Toba, Mandailing, dan Angkola.

(38)

merupakan bentuk retensi yang tetap ada dalam BMA sementara o pada silabel penultima dan ә pada silabel antepenultima merupakan bentuk inovatif; PM *i pada silabel final, penultima, dan antepenultima > i merupakan bentuk retensi dalam BMA sementara variasinya e, ә, dan a adalah bentuk inovatif; *u pada silabel final, penultima, dan antepenultima > u merupakan bentuk retensi dan o pada silabel final, penultima, dan ә, a, i antepenultima adalah bentuk inovatif. PM *ә pada silabel final > a, pada silabel penultima > o, dan pada silabel antepenultima > a, i adalah bentuk inovatif.

”Pertalian Bunyi Bahasa Austronesia Purba dengan Bahasa Lio dan Bahasa Ngada di Flores Tengah” oleh Mbete tahun 1980/1981 untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Penelitian ini membahas bagaimana sebenarnya pertalian bunyi Austronesia Purba dengan bahasa Lio dan Ngada di Flores tengah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

a. sebagian besar bunyi bahasa Austronesia Purba tetap terwaris dalam bahasa Lio dan Ngada;

b. selain tetap terwaris, beberapa fonem bahasa Austronesia Purba mengalami perubahan bunyi dalam bahasa Lio dan Ngada;

c. perubahan bunyi bahasa Austronesia dalam Bahasa Lio dan Ngada, dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu penggantian (subtitusi), penyatuan (merger), pemekaran (Split), dan penghilangan.

(39)

tahap II Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kesimpulan penelitian ini adalah:

a. bahasa Sasak dan Sumbawa pada masa lalu pernah mengalami sejarah perkembangan bersama, pada suatu masa yang lebih muda dari masa perkembangan bahasa Austronesia.

b. di dalam pohon keluarga bahasa Austronesia, tempat bahasa meso (bahasa proto) adalah lebih rendah dari Proto-Melayu Polinesia.

2.7 Kerangka Konseptual

2.7.1 Model Perkembangan Bahasa

Bahasa purba yang hidup pada beribu-ribu tahun yang lalu berkembang dan pecah menjadi beberapa bahasa baru. Walaupun demikian bahasa-bahasa turunan itu mewarisi ciri-ciri genetis secara teratur. Keteraturan itu diperoleh dari hasil perbandingan sehingga tampak kesepadanan antara bahasa kerabat yang disebut hukum bunyi. Di samping itu ditemukan pula analogi sebagai sebab lain adanya perubahan. Hukum bunyi menimbulkan perubahan pada tataran bunyi (fonem) sedangkan analogi adalah penyebab segi-segi ketatabahasaan (Bynon, 1979:24).

(40)

Perubahan bunyi ini yang kemudian menggambarkan refleksi-refleksi atau pertalian-pertalian bunyi di antara bahasa-bahasa berkerabat. Refleksi-refleksi itu bukanlah suatu peristiwa yang kebetulan. Pada dasarnya perubahan itu diatur dan ditentukan oleh suatu prinsip keteraturan, dalam arti bunyi itu berubah secara teratur melalui proses-proses tertentu dan berlangsung dalam suatu periode yang lama (Bynon, 1979:25).

Bynon juga menguraikan adanya tiga model perkembangan bahasa yaitu, model kaum neogrammarian, model kaum strukturalis, dan model kaum transformasional-generatif.

2.7.1.1 Model Kaum Neogrammarian

Kaum neogrammarian adalah sekelompok sarjana Indo-Eropa yang bekerja dan mempunyai hubungan dengan Universitas Leipzig pada akhir abad 19. Untuk ilmu bahasa historis mereka memberikan dasar yang kokoh dengan membuat formulasi tentang prinsip-prinsip metodologis dan postulat teoritis yang membimbing mereka di dalam pekerjaan mereka serta sekaligus mencobakan prinsip-prinsip ini didalam kerja praktek. Kaum neogrammarian membuat postulat tentang prinsip dasar di dalam perkembangan bahasa, yaitu hukum bunyi dan analogi.

(41)

lingkungan fonetik yang sama juga dipengaruhi oleh lingkungan dengan cara yang sama. Karena kaum ini berpendapat bahwa kaidah-kaidah fonologis dapat diformulasikan tanpa mengacu kepada morfologi, sintaksis dan semantik. Prinsip yang kedua adalah analogi. Lain daripada kaidah-kaidah fonologis yang bebas tadi, perubahan analogis sepenuhnya tergantung pada struktur gramatikal.

2.7.1.2 Model Kaum Strukturalis

Kaum strukturalis adalah para ahli bahasa aliran Praha di Eropa seperti Ferdinand de Saussare dan para pengikut Bloomfield. Kaum ini menerangkan perubahan fonologis dengan memakai fonem. Adapun aspek-aspek perubahan fonologis bagi kaum strukturalis diuraikan berikut ini:

a. Perubahan fonologis dapat mempengaruhi inventori fonem, yakni dapat menyebabkan bertambah dan berkurangnya jumlah fonem.

b. Perubahan fonologis mungkin saja tidak mempengaruhi inventori fonem, tetapi dapat mengubah distribusi fonem-fonem tertentu

c. Perubahan yang sama dapat mengganti ‘incidence’ dari /a/ dan /e/, yakni distribusinya pada item-item leksikal dan gramatikal pada bahasa tersebut.

2.7.1.3 Model Kaum Transformasional-Generatif untuk Evolusi Bahasa

(42)

secara sintaktik mereka mengenal perubahan-perubahan frasa benda (noun phrase), frasa kerja (verb phrase) dan item leksikal.

2.7.2 Perubahan Bunyi dan Korespondensi Bunyi

Perubahan bunyi bahasa-bahasa turunan setelah berpisah dari bahasa induk atau proto bahasanya bersifat unik dan mandiri ( Jeffers dan Lehiste, 1979). Pola-pola perubahan bunyi yang sering ditemukan menurut Jeffers dan Lehiste (1979: 64-67) bandingkan dalam Mahsun (1995: 25-28) adalah peleburan (merger), perengkahan (split), penunggalan (monophonemization), penggugusan (diphonization), peluluhan bunyi (phonemik loss). Di samping kelima bentuk perubahan itu Keraf (1984: 79-83) menambahkan bahwa perubahan bentuk sekunder dapat terjadi linear, penambahan, penanggalan parsial.

Masing-masing perubahan yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut: a) peleburan merupakan penggabungan dua fonem atau lebih menjadi satu

fonem;

b) perengkahan merupakan gejala perubahan yang sebaliknya, yaitu satu fonem membelah menjadi dua fonem atau lebih.

c) penunggalan merupakan suatu perubahan gugus fonem menjadi dua fonem bergugus.

(43)

e) penambahan segmen (addation) pada awal (prothesis), tengah (epenthesis), dan akhir (paragoge), serta pertukaran tempat antarsegmen (metathesis). f) perubahan linier adalah perubahan sebuah fonem proto ke dalam bahasa

sekarang dengan tetap mempertahankan ciri-ciri fonetis fonem frotonya.

g) perubahan dengan penambahan berarti perubahan fonem proto dengan penambahan berupa munculnya suatu fonem baru dalam bahasa sekarang. h) perubahan dengan penanggalan parsial artinya penghilangan sebagian adalah

suatu proses perubahan di mana sebagian dari fonem proto menghilang dalam bahasa kerabat sedangkan sebagian lain dari ciri fonem proto bertahan dalam bahasa kerabat (lihat fonem/k/ dalam kata acknowlege dan knowledge).

Pada dasarnya, perubahan bunyi di antara bahasa-bahasa turunan dalam merefleksikan bunyi-bunyi yang terdapat pada proto bahasa yang mengakibatkan perbedaan bahasa atau dialek ada yang teratur dan ada yang tidak teratur (sporadis). Perubahan bunyi yang muncul secara teratur disebut korespondensi, sedangkan perubahan bunyi yang muncul secara sporadis disebut variasi. Dari aspek linguistik korespondensi merupakan perubahan bunyi yang terjadi karena persyaratan lingkungan linguistik tertentu (Mahsun 1995: 28-29).

2.8 Kerangka Teori

(44)

ini sesuai dengan pernyataan bahwa penelitian mengenai fonem-fonem bahasa Austronesia mengacu pada Ilmu Sejarah Perbandingan Bahasa atau Linguistik Historis Komparatif (Mbete, 1981: 7).

Menurut para ahli Linguistik Historis Komparatif, bahasa-bahasa sebagai hasil budaya manusia mempunyai sejarah perkembangannya. Bila diselusuri lebih dalam, dapatlah ditemukan proses dan faktor (mekanisme) yang menyebabkan perubahan itu. Penelaahan atas bahasa-bahasa yang diduga memiliki kesamaan-kesamaan tertentu oleh para ahli disimpulkan bahwa bahasa-bahasa itu berkerabat dan berasal dari satu bahasa. Bahasa asal itu lazimnya disebut bahasa bahasa proto. Bahasa proto yang hidup pada ribuan tahun silam itu berkembang dan pecah menjadi beberapa bahasa baru. Perkembangan dan perubahan itu pada umumnya bersifat alamiah dalam dimensi tempat dan waktu (Arloto, 1972 dalam Mbete, 1981: 7).

(45)

bahasa-bahasa purba itu berubah menjadi bahasa-bahasa-bahasa-bahasa yang hidup pada masa kemudian/sesudahnya.

Di antara perubahan-perubahan itu, perubahan bunyi merupakan salah satu penanda perubahan unsur terkecil dalam bahasa. Perubahan bunyi (yang kemudian menggambarkan pertalian-pertalian bunyi di antara bahasa-bahasa yang berkerabat) bukanlah suatu peristiwa yang kebetulan. Pada dasarnya perubahan itu diatur dan ditentukan oleh suatu prinsip keteraturan (Bynon, 1979: 25). Maksudnya bunyi-bunyi itu berubah secara teratur melalui proses tertentu yang berlangsung dalam suatu periode yang lama. Pada awalnya bunyi yang kemudian bersifat fonemis dan beroposisi itu berasal dari alofon-alofon dari suatu fonem (Lehmann, 1972: 153).

(46)

sistem bunyi secara keseluruhan (baik distribusi maupun perbendaharaan fonem) bahasa itu (Jakobson, 1971: 103).

Berdasarkan konsep di atas maka dapatlah dikatakan bahwa setiap perubahan bunyi secara teratur itu dapat diketahui pula syarat (kondisi) lingkungan yang menimbulkan perubahan itu. Selain itu, sifat dan hakekat fonem-fonem itu memiliki perbedaan prominensi, ikut menentukan perbedaan perwujudan dan juga perubahannya.

Jadi, berdasarkan teori-teori yang dipakai dapat disimpulkan penelitian ini hanya menjangkau bidang fonem saja. Segi-segi fonem yang diteliti, meliputi perubahan fonem-fonem vokal bahasa Proto-Austronesia dalam bahasa Mandailing dan Toba. Penelitian ini terutama akan menggambarkan perubahan-perubahan (inovasi) dan tidak menutup kemungkinan menggambarkan pewarisan (retensi). Dalam segi persamaan, ditemukan seperangkat fonem vokal bahasa Proto-Austronesia, yang tetap ada dalam kedua bahasa, sedangkan perubahan akan menunjukkan perubahan secara linear, peleburan, perengkahan, penyatuan (merger), penambahan, penanggalan parsial bunyi, serta syarat-syarat lingkungan .

(47)

Bagan. 5 Kerangka Teori

Linguistik Historis Komparatif

Perubahan Fonem Vokal PAN

BBM BBT

Perubahan secara linear, asimilasi, peleburan, perengkahan (split), penyatuan (merger), penambahan, penanggalan parsial bunyi.

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Berdasarkan penelitian awal yang telah peneliti lakukan terhadap tujuh informan yang bertempat tinggal pada daerah yang berbeda dan didukung oleh Fitra (2006: 107) dalam penelitiannya ”Kosa Kata Dasar Swadesh Bahasa Mandailing di Sumatera Utara” dan Siagian (2006:115) Dalam ”Kosa Kata Dasar Swadesh Bahasa Batak Toba di Sumatera Utara”, ditemukan bahwa kata yang digunakan untuk menyatakan konsep atau variabel yang terdapat pada kosa kata dasar Swadesh oleh masyarakat penutur bahasa Mandailing dan Toba di Sumatera Utara memperlihatkan adanya variasi bentuk. Oleh karena itu untuk mendapatkan data yang lebih spesifik peneliti ini membatasi daerah yang diteliti, yaitu Desa Malintang Jae, Kecamatan Bukit Malintang, Kabupaten Mandailing Natal untuk daerah penelitian bahasa Batak Mandailing dan Desa Tangga Batu Timur, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir untuk daerah penelitian bahasa Batak Toba.

(49)

masyarakat Mandailing. Dari hasil random ini terpilih Kabupaten Toba Samosir dan Mandailing Natal.

Setelah terpilih dua kabupaten tersebut maka peneliti melakukan random yang kedua yaitu untuk mendapatkan kecamatan daerah penelitian. Kecamatan yang ada di wilayah Toba Samosir (14 Kecamatan, 192 Desa) dan Mandailing Natal (23 Kecamatan, 273). Pada random ini terpilih kecamatan Balige untuk wilayah Toba dan Bukit Malintang untuk wilayah Mandailing. Setelah itu, peneliti merandom desa-desa yang berada di kedua kecamatan tersebut. Pada random yang ketiga ini terpilih desa Malintang Jae untuk kecamatan Bukit Malintang dan desa Tangga Batu Timur untuk kecamatan Balige.

3.2 Metode Penelitian

Sesuai dengan karakter cabang linguistik yang bersifat diakronis ini, metode yang digunakan adalah metode komparatif yang bersifat kualitatif (Fernandez, 1996). Metode komparatif didasarkan atas dua asumsi. Asumsi pertama disebut hipotesa keterhubungan (the relatedness hypothesis) dan hipotesis keteraturan (the regularity hypothesis) (Jeffers dan Lehiste, 1979).

Mertode ini memungkinkan kita untuk memperoleh sejumlah kesamaan sebagai unsur warisan (retensi) dan perbedaan-perbedaan sebagai tanda adanya perubahan (inovasi) dalam kedua bahasa bila dibandingkan dengan bentuk Austronesia Purba, khususnya sistem fonemnya.

(50)

dibandingkan adalah bentuk-bentuk kata yang memiliki kesamaan bentuk dan makna. Bentuk-bentuk yang demikian itu disebut kata kerabat (cognate). Melalui hasil perbandingan ini kemudian dapatlah ditemukan sejumlah kesamaan dan perubahan-perubahan fonem bahasa Austronesia purba ke dalam kedua bahasa yang hidup dewasa ini.

3.3 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk tulisan disebut juga data skunder (Fernandez, 1996: 28) dan lisan disebut juga data primer (Fernandez, 1996: 28) merupakan terjemahan daftar Swadesh dan Holle ke dalam bahasa Toba dan Mandailing. Data tertulis diperoleh dengan cara merujuk kepada informan secara langsung. Selain itu data lisan ini juga diperoleh dari kamus dan buku-buku Bahasa Batak Toba dan Batak Mandailing yang relevan, sedangkan data dalam bentuk lisan diperoleh dari hasil perekaman terhadap kata-kata yang telah disediakan. Perekaman dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mengenali jenis fonem yang digunakan dalam masing-masing bahasa dan mempermudah peneliti untuk mengecek data tertulis untuk menguatkan kesahihan data yang ada. 3.4 Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data

(51)

struktur fonologis bahasa-bahasa yang diteliti. Selanjutnya data-data tersebut disusun berdasarkan urutan alfabetis demi kemudahan pemeriksaan, pengelompokan, dan penelaahan lanjut (Mbete, 1990: 37). Sumber data yang kedua merupakan hasil pengumpulan data di lapangan. Untuk mengumpulkan data diperlukan beberapa hal yang berkaitan dengan bahan penelitian sebagai berikut.

3.4.1 Populasi dan Sampel

(52)

kriteria sebagai berikut: (1) penutur asli bahasa-bahasa yang diteliti, (2) penutur yang dewasa, minimal yang sudah berumur 25 tahun, (3) cerdas, (4) tidak terlalu lama meninggalkan tempat tinggalnya, (5) sehat dan komunikatif, (6) mempunyai kesediaan waktu yang cukup, (7) memiliki sifat sabar, terbuka, ramah, dan tidak emosional, (9) tidak mempunyai cacat bicara, (10) mempunyai daya ingat yang kuat, tidak pemalu, suka bicara, (11) memiliki kebanggaan terhadap bahasa dan kebudayaan daerah (Keraf, 1984: 157).

Dalam penelitian ini pertama-tama ditetapkan dua informan yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi pemakai bahasa Batak Toba dan Mandailing satu sebagai informan utama dan satu lagi sebagai informan pendamping. Hal ini penting dilakukan untuk mengontrol kebenaran data yang diberikan oleh informan utama yang bisa jadi informasi yang diberikan hanya sekedar menyenangkan si peneliti. Apabila dalam penelitian ini belum menemukan informasi yang memadai dari informan utama dan informan pendamping, pencarian dan pemilihan informan terus dilakukan sampai informasi yang dibutuhkan memadai. Dengan demikian sekurang-kurangnya untuk setiap bahasa yang diteliti tersedia seorang informan utama dan seorang informan pendamping. Jadi dapat disimpulkan penelitian ini memerlukan sekurang-kurangnya empat orang informan.

3.4.2 Teknik Pengumpulan dan Perekaman Data

(53)

merupakan dasar penemuan kata-kata, khususnya kata-kata warisan (cognate). Selain itu, untuk ketepatan arti/makna digunakan pula daftar bahasa Indonesia sebagai pencocok arti/makna.

Lebih jelasnya, dari bagan ini akan tergambar jenis data, sumber data, dan teknik pengumpulan data.

Bagan 6. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data DATA

Lisan Tulisan

Sumber primer Sumber skunder

Informan kamus dan

Pemerian

Penelitian Buku-buku struktur

lapangan yang relevan fonologis

BBT dan

Teknik BBM

wawancara, perekaman,

pencatatan, dan transkripsi

(54)

3.5 Analisis Data

Seperti yang telah diuraikan sebelumya, bahasa Austronesia Purba adalah asal bahasa-bahasa di Asia tenggara yang hidup pada masa kini, di samping terwarisnya unsur-unsur kebahasaan, terjadi pula perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan itupun meliputi semua segi kebahasaan baik fonem, perbendaharaan kata-kata, sistem morfologi dan sintaksis. Di samping itu terjadi pula pecahnya bahasa-bahasa itu ke dalam beberapa bahasa atau dialek.

Perubahan bunyi sebagai salah satu perubahan unsur bahasa yang terkecil pada umumnya menunjukkan dua gejala penting yaitu yang disebut perubahan bersyarat dan perubahan tak bersyarat (Lehmann, 1972:153). Perubahan bersyarat menunjukkan bahwa sebuah fonem itu akan berubah misalnya dalam suatu kondisi, baik posisi maupun sifat bunyi yang mengikutinya atau diikutinya di samping faktor tekanan dalam lingkungan kata yang dimasukinya.

Berdasarkan pengertian di atas analisis data dengan metode komparatif ini menggunakan pendekatan dari atas ke bawah (top-down approach) (Fernandez, 1996: 29) dilanjutkan dengan metode padan (Sudaryanto, 1993: 21-29). Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh yaitu

a. penetapan proto fonem bahasa yang diteliti secara serentak;

b. teknik pilah artikulatoris: penelusuran dan pengamatan perubahan-perubahan fonem yang diteliti, meliputi langkah-langkah berikut ini.

(55)

2. Mencari perubahan-perubahan vokal Proto Austronesia dalam bahasa Batak Mandailing.

c. teknik hubung banding: penelusuran dan pengamatan perbandingan perubahan fonem setiap bahasa yang diteliti dengan mencari perbandingan perubahan vokal Proto-Austronesia dalam bahasa Batak Toba dan bahasa Batak Mandailing .

Secara lebih singkat langkah-langkah analisis data tersebut dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Bagan 7. Metode Analisis

PAN

Metode Padan (Sudaryanto, 1993: 21-29)

BBT --- BBM TP ART

V OKAL HBS+HBB

(56)

3.6 Rancangan Analisis Data

Adapun langkah-langkah yang ditempuh yaitu:

a. penetapan proto fonem bahasa yang diteliti secara serentak;

No PAN BBM BBT Glos

1 */abu’/ /abu/ /abu/ abu

2 */anak/ /anak/ /anak/ anak

3 */apa/ /aha/ /aha/ apa

4 */tuktuk/ /manoktok/ /manuktuk/ mengetuk

5 */pandak/ /pondok/ /pondok/ pendek

b. teknik pilah artikulatoris: penelusuran dan pengamatan perubahan-perubahan fonem yang diteliti, meliputi

a. Mencari perubahan-perubahan vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Batak Toba,

(57)

Contoh:

PAN BBT BI

*/ular/ /ulok/ ular

*/?utak/ /utok/ otak

b. Mencari perubahan-perubahan vokal Proto Austronesia dalam bahasa Mandailing.

*a > a : #- (perubahan bunyi vokal *a yang terjadi pada penultima terbuka) Contoh: terjadi pada lingkungan antar konsonan atau ultima tertutup).

Contoh:

PAN BBM BI

*/pandak/ /pondok/ pendek

*/ular/ /ulok/ ular

(58)

1. perubahan fonem vokal PAN *a dalam BBT

*a > a : #- (perubahan bunyi vokal PAN *a menjadi /a/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan setelah jeda atau posisi awal)

*a > o : #K – K# (perubahan bunyi vokal PAN *a menjadi /o/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan antarkonsonan).

*a > i : #K – K# (perubahan bunyi vokal PAN *a menjadi /i/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan antarkonsonan).

2. perubahan fonem vokal PAN *a dalam BBM

*a > a : #- (perubahan bunyi vokal *a yang terjadi pada lingkungan setelah jeda atau posisi awal)

*a > o : K – K (perubahan bunyi vokal PAN *a menjadi /o/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

Perubahan fonem vokal PAN dalam BBM dan BBT dapat dibagankan sebagai berikut:

(59)
(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Temuan Penelitian

Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui data tertulis dan data lisan ditemukan hukum perubahan bunyi fonem vokal PAN dalam vokal BBM dan hukum perubahan bunyi fonem vokal PAN dalam vokal BBT.

4.1.1 Hukum Perubahan Bunyi Fonem Vokal PAN dalam Vokal BBM 4.1.1.1 Fonem PAN *a

*a > a : # - (perubahan bunyi vokal *a yang terjadi pada lingkungan setelah jeda atau posisi awal)

PAN BBM GLOS

*/abu’/ /abu/ abu

*/apa/ /aha/ apa

*/anak/ /anak/

*a > a : #K- K# (perubahan bunyi vokal *a yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBM GLOS

* /amaŋ/ /amaŋ/ bapak

*/bataŋ/ /bataŋ/ batang

(61)

*a > a : - # (perubahan bunyi vokal *a yang terjadi pada lingkungan sebelum jeda atau posisi akhir)

PAN BBM GLOS

*/apa/ /aha/ apa

*/ku(n’)d’a/ /sөŋөndia/ bagaimana

*/abaRa/ /abara/ bahu

*a > o : #K – K# (perubahan bunyi vokal PAN /*a/ menjadi /o/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBM GLOS

*/tuktuk/ /toktok/ mengetuk

*/pandak/ /pondok/ pendek

*/ular/ /ulok/ ular

*a > o : - # (perubahan bunyi vokal PAN /*a/ menjadi /o/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan sebelum jeda atau posisi akhir)

PAN BBM GLOS

*/buŋa/ /buŋo/ bunga

*/rasa/ /raso/ rasa

*/lima/ /limo/ lima

4.1.1.2 Fonem PAN *i

*i > i : # - (perubahan bunyi vokal PAN *i menjadi /i/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan setelah jeda atau posisi awal)

PAN BBM GLOS

*/ikur/ /ikur/ ekor

*/ipәn/ /ipon/ gigi

(62)

*i > i : #K- K# (perubahan bunyi vokal PAN *i menjadi /i/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBM GLOS

*/GLOSntaŋ/ /GLOSntaŋ/ GLOSntang

*/laŋit/ /laŋit/ langit

*/sakit/ /mancit/ sakit

1. *i > i : - # (perubahan bunyi vokal PAN *i menjadi /i/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan sebelum jeda atau posisi akhir)

PAN BBM GLOS

*/(ma)nipi/ /marnipi/ bermimpi

*/api/ /api/ api

*/timbak/ /tembak/ tembak

*i > e : - # (perubahan bunyi vokal PAN /*i/ menjadi /e/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan sebelum jeda atau posisi akhir)

PAN BBM GLOS

*/mati/ /mate/ mati

*hati ate-ate hati

(63)

4.1.1.3 Fonem PAN *u

*u > u : # - (perubahan bunyi vokal PAN *u menjadi /u/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan setelah jeda atau posisi awal)

PAN BBM GLOS

*/udan/ /udan/ hujan

*/ular/ /ulok/ ular

*u > u : #K – K# (perubahan bunyi vokal PAN *u menjadi /u/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBM GLOS

*/ә(m)bun/ /ombun/ embun

*/dukut/ /duhut/ rumput

*/tutuŋ/ /tutuŋ/ membakar

*u > u : - # (perubahan bunyi vokal PAN *u menjadi /u/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan sebelum jeda atau posisi akhir)

PAN BBM GLOS

*/’abu/ /abu/ abu

*/batu/ /batu/ batu

*/bulu/ /imbulu/ bulu

u > o : #K – K# (perubahan bunyi vokal PAN *u menjadi /o/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBM GLOS

*/tahun/ /taon/ tahun

*/tuktuk/ /manoktok/ mengetuk

(64)

4.1.1.4 Fonem PAN *ә

*ә > a : # K – K# (perubahan bunyi vokal PAN *ә menjadi /a/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBM GLOS

*/ma(zZ)әl/ /majal/ tumpul

*/bәnәr/ /bonar/ benar

*ә > o : # - (perubahan bunyi vokal PAN *ә menjadi /o/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan setelah jeda atau posisi awal)

PAN BBM GLOS

*/ә(m)bun/ /ombun/ embun

*/әpat/ /opat/ empat

*/әmnbun/ /ombun/ kabut

*ә > o : # K – K# (perubahan bunyi vokal PAN *ә menjadi /o/ dalam BBM yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBM GLOS

*/bәŋ[I’]/ /borŋin/ malam */d’әŋd’әŋ/ /joŋjoŋ/ berdiri

4.1.2 Hukum Perubahan Bunyi Fonem Vokal PAN dalam Vokal BBT 4.1.2.1 Fonem PAN *a

*a > a : # - (perubahan bunyi vokal PAN *a menjadi /a/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan setelah jeda atau posisi awal)

PAN BBT GLOS

*/abaRa/ /abara/ bahu

*/anak/ /anak/ anak

(65)

*a > a : #K- K# (perubahan bunyi vokal PAN *a menjadi /a/ dalam BBT terjadi pada lingkungan sebelum jeda atau posisi akhir)

PAN BBT GLOS

*/buka/ /mambuka/ membuka

*/apa/ /aha/ apa

*/ku(n’)d’a/ /sөŋөndia/ bagaimana

*a > o : #K – K# (perubahan bunyi vokal PAN *a menjadi /o/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBT GLOS

*/ular/ /ulok/ ular

*/?utak/ /utok/ otak

4.1.2.2 Fonem PAN *i

*i > i : # - (perubahan bunyi vokal PAN *i menjadi /i/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan setelah jeda atau posisi awal)

PAN BBT GLOS

*/ia/ /ibana/ dia

*/ipәn/ /ipon/ gigi

(66)

*i > i : #K- K# (perubahan bunyi vokal PAN *i menjadi /i/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBT GLOS

*/GLOSntaŋ/ /GLOSnttaŋ/ GLOSntang

*/kuniŋ/ /hunik/ kuning

*/nipis/ /nipis/ tipis

*i > i : - # (perubahan bunyi vokal PAN *i menjadi /i/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan sebelum jeda atau posisi akhir)

PAN BBT GLOS

*/(ma)nipi/ /marnipi/ bermimpi

*/api/ /api/ Api

*/di’/ /di/ Di

*i > e : #K – K# (perubahan bunyi vokal PAN *i menjadi /e/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBT GLOS

*/timbak/ /tembak/ tembak

*/pahit/ /paet/ pahit

*i > e : - # (perubahan bunyi vokal PAN *i menjadi /ε/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan sebelum jeda atau posisi akhir)

PAN BBT GLOS

*/mati/ /mate/ mati

*hati ate-ate Hati

(67)

4.1.2.3 Fonem PAN *u

*u > u : # - (perubahan bunyi vokal PAN *u menjadi /u/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan setelah jeda atau posisi awal)

PAN BBT GLOS

*/udan/ /udan/ hujan

*/ular/ /ulok/ ular

*u > u : #K – K# (perubahan bunyi vokal PAN *u menjadi /u/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBT GLOS

*/abuk/ /orbuk/ debu

*/ә(m)bun/ /ombun/ embun

*/buyuk/ /busuk/ busuk

*u > u : - # (perubahan bunyi vokal PAN *u menjadi /u/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan sebelum jeda atau posisi akhir)

(68)

4.1.2.4 Fonem PAN *ә

*ә > a : #K – K# (perubahan bunyi vokal PAN *ә menjadi /a/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBT GLOS

*/ma(zZ)әl/ /majal/ tumpul

*/bәnәr/ /bonar/ benar

*ә > o : # - (perubahan bunyi vokal PAN *ә menjadi /o/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan setelah jeda atau posisi awal)

PAN BBT GLOS

*/ә(m)bun/ /ombun/ embun

*/әpat/ /opat/ empat

*/әmnbun/ /obbun/ kabut

*ә > o : #K – K# (perubahan bunyi vokal PAN *ә menjadi /o/ dalam BBT yang terjadi pada lingkungan antar konsonan).

PAN BBT GLOS

*/d’әŋd’әŋ/ /joŋjoŋ/ berdiri

*/tazәm/ /tajom/ tajam

4.2 Pembahasan Temuan Penelitian

4.2.1 Perubahan Fonem Vokal PAN dalam Vokal BBM dan Vokal BBT 4.2.1.1 Fonem *a

(69)

/o/ dalam BBM lebih tinggi dari pada dalam bahasa Melayu. Hal ini mengidentifikasikan bahwa BBM dan bahasa Melayu telah berinovasi secara bersama dari PAN *a. Sedangkan dalam BBT fonem *a pada silabel ultima terbuka tetap muncul sebagai /a/. Peristiwa refleksi yang linear dan inovatif ini dapat dilihat pada contoh berikut:

PAN BBM BBT GLOS

*apa aha aha apa

*sira sira sira garam

*ia ia ia ia

*mata mata mata mata

*abara abara abara bahu

*kita hita hita kita

*buka buko buka buka

*buŋa buŋo buŋa bunga

Kaidah refleksi dalam BBM ini dapat digambarkan sebagai berikut:

*a a #

o

Sedangkan kaidah refleksi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(70)

fonem *a pada silabel ultima tertutup ada yang tetap muncul sebagai /a/ dan ada yang berubah menjadi /o/ dalam BBM dan BBT. Munculnya /o/ merupakan netralisasi bunyi vokal *a, atau dengan kata lain telah terjadi asimilasi vokal rendah pada lingkungan ultima tertutup. Peristiwa refleksi yang linear dan inovatif ini dapat dilihat pada contoh berikut:

PAN BBM BBT GLOS

*amaŋ amaŋ amaŋ bapak

*bataŋ bataŋ bataŋ batang

*dalan dalan dalan jalan

*bәrat borat borat berat

*ular ulok ulok ular

*ganap gonop gonop genap

*?utak utok utok otak

Kaidah refleksi dalam BBM dan BBT ini digambarkan sebagai berikut::

*a a #K

(71)

Fonem *a pada silabel penultima terbuka ada yang tetap muncul sebagai /a/

Dan ada yang berubah menjadi /o/ dalam BBM dan BBT. Sama halnya dengan fonem *a pada ultima tertutup, munculnya /o/ merupakan proses netralisasi vokal rendah. Dengan kata lain terjadi asimilasi pada lingkungan penultima terbuka. Peristiwa refleksi secara linear dan inovatif ini dapat dilihat pada contoh berikut:

PAN BBM BBT GLOS

*batu batu batu batu

*mati mate mate mati

*kayu hayu hayu kayu

*tali tali tali Tali

*dalan dalan dalan jalan

*taŋis taŋis taŋis menangis

*galap golap golap gelap

*ganap gonop gonop genap

*raŋit roŋit roŋit nyamuk

Kaidah refleksi dalam BBM dan BBT ini digambarkan sebagai berikut:

*a a #

(72)

Fonem *a pada silabel penultima tertutup ada yang tetap muncul sebagai /a/ dan ada yang berubah menjadi /o/ dalam BBM. Munculnya /o/ merupakan proses netralisasi vokal rendah. Dengan kata lain terjadi asimilasi pada lingkungan penultima tertutup. Peristiwa refleksi secara linear dan inovatif ini dapat dilihat pada contoh berikut:

PAN BBM GLOS

*naŋka naŋka nangka

*baŋkay baŋke bangkai

*sampay sampe sampai

*lantay lante lantai

*pandak pondok pendek

*damdam dondam dendam

*(r)andam rondam rendam

*?a(m)bun ombun embun

*hampas ompas hempas

Kaidah refleksi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

a a #K

o

(73)

letup dan diakhiri oleh bunyi nasal, misalnya pinaŋ piniŋ. PAN *a akan mengalami inovasi menjadi /u/ apabila berada diantara dua buah konsonan hambat letup tak bersuara. Misalnya, taŋkap taŋkup.

Secara rinci perubahan PAN *a dalam BBM dapat digambarkan sebagai berikut.

Perubahan Linear /*a/ menjadi /a/ digambarkan sebagai berikut. *a a # -

#K – K# - #

Inovasi vokal PAN *a menjadi /o/, /i/, /u/ dalam BBM digambarkan sebagai berikut.

*a

#K – K# o i u - #

Sedangkan perubahan PAN *a dalam BBT dapat digambarkan sebagai berikut.

Perubahan Linear /*a/ menjadi /a/ digambarkan sebagai berikut. *a a # -

#K – K# - #

(74)

*a #K – K# o

4.2.1.2 Fonem *i

Fonem *i pada silabel ultima terbuka, silabel ultima tertutup, silabel penultima terbuka, dan pada silabel penultima tertutup ada yang tetap muncul sebagai /i/ dan ada yang berubah menjadi /e/ dalam BBM dan BBT. Munculnya /e/ pada keempat posisi ini merupakan netralisasi bunyi terhadap bunyi asalnya, dengan kata lain terjadi asimilasi vokal. Peristiwa refleksi secara linear dan inovatif ini dapat dilihat pada contoh berikut:

4.2.1.2.1 Silabel Ultima Terbuka

PAN BBM BBT GLOS

*api api api api

*di di di di

*hari ari hari hari

*kami hami hami kami

(75)

*tali tali tali tali

*mati mate mate mati

*hati ate-ate ate-ate hati

Kaidah refleksi ini dapat digambarkan sebagai berikut: *i i #

e

4.2.1.2.2 Silabel Ultima Tetutup

PAN BBM BBT GLOS

*laŋit laŋit laŋit langit

*taŋis taŋis taŋis menangis

*hinum minum minum minum

*(t)ikam tiham tikkam menikam

*nipis nipis nipis tipis

*tahi? te te tahi

*pahit paet paet pahit

*naik naek naek naik

Kaidah refleksi ini digambarkan sebagai berikut:

*i i #K

(76)

4.2.1.2.3 Silabel Penultima Terbuka

PAN BBM BBT GLOS

*dilah dila dila lidah

*kita hita hita kita

*(t)ikam tiham tikkam menikam

*hinum minum minum minum

*nipis nipis nipis tipis

*pilih pili pili pilih

*ikur ikur ihur ekor

*hituŋ etoŋ etoŋ hitung

*biluk belok belok belok

Refleksi ini digambarkan sebagai berikut:

*i i #

e

4.2.1.2.4 Silabel Penultima Tertutup

PAN BBM BBT GLOS

*bintaŋ bintaŋ bittaŋ GLOSntang

*simpaŋ simpaŋ simpaŋ simpang

*timbaŋ timbaŋ timbaŋ timbang

*i(n)d?am pinjam pinjam pinjam

(77)

*liŋki leŋket leŋket lengket Kaidah refleksi ini digambarkan sebagai berikut:

*i i #K

e

Secara rinci perubahan PAN *i dalam BBM dan BBT dapat digambarkan sebagai berikut:

Perubahan Linear /*i/ menjadi /i/ digambarkan sebagai berikut. *i i # -

#K – K# - #

Inovasi vokal PAN /*i/ menjadi /e/ digambarkan sebagai berikut: *i

#K – K# e - #

4.2.1.3 Fonem *u

Fonem *u pada silabel ultima terbuka tetap muncul sebagai /u/dalam BBM dan BBT. Peristiwa refleksi yang linear ini dapat dilihat dari contoh berikut:

PAN BBM BBT GLOS

*batu batu batu batu

(78)

*ulu ulu ulu kepala

*kutu hutu hutu kutu

*au au au saya

*tәlu tolu tolu tiga

*susu susu susu susu

Kaidah refleksi ini digambarkan sebagai berikut:

*u u #

Fonem *u pada silabel ultima tertutup ada yang tetap muncul sebagai /u/ dan ada yang berubah menjadi /o/ dalam BBM dan BBT. Munculnya /o/ pada silabel ultima tertutup ini terjadi akibat netralisasi bunyi vokal, atau dengan kata lain telah terjadi asimilasi vokal pada kata-kata tersebut. Peristiwa linear dan inovatif ini dapat dilihat pada contoh berikut:

PAN BBM BBT GLOS

*әmbun ombun ombun embun

*buyuk bucuk bucuk busuk

*buluŋ buluŋ buluŋ daun

*ikur ikur ihur ekor

*ig’uŋ iguŋ iguŋ hidung

(79)

*tahun taon taon tahun

*tuktuk toktok toktok menokok

*tumpul tumpol tumpol tumpul

Kaidah refleksi ini digambarkan sebagai berikut:

*u u #K

o

Fonem *u pada silabel penultima terbuka tetap muncul sebagai /u/ dalam BBM dan BBT. Peristiwa refleksi yang linear ini dapat dilihat pada contoh berikut:

PAN BBM BBT GLOS

*udan udan udan hujan

*ular ulok ulok ular

*bulan bulan bulan bulan

*busuk bucuk bucuk busuk

*buka buka buka membuka

*muta muta muta muntah

*buŋa buŋo buŋa bunga

*buluŋ buluŋ buluŋ daun

Kaidah refleksi ini digambarkan sebagai berikut:

(80)

Fonem *u pada silabel penltima tertutup tetap muncul sebagai /u/ dalam BBM dan BBT. Peristiwa refleksi yang linear ini dapat dilihat pada contoh berikut:

PAN BBM BBT GLOS

*guntiŋ guntiŋ guntiŋ gunting

*gundul gundul gundul gundul

*tumbuh tumbu tumbu tumbuh

*tumpul tumpol tumpol tumpul

*mu(n)tah muta muta muntah

Kaidah refleksi ini digambarkan sebagai berikut:

*u u #K

Secara rinci perubahan PAN *u dalam BBM dapat digambarkan sebagai berikut.

Perubahan Linear vokal PAN /*u/ menjadi /u/ dalam BBM dan BBT digambarkan sebagai berikut:

*u u # -

Gambar

Tabel 1. Perubahan Fonem Vokal PAN dalam Fonem Vokal BBM
Tabel 3. Perbandingan Perbedaan dan Persamaan Perubahan Fonem Vokal

Referensi

Dokumen terkait

dan konsonan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa. Berikut contoh deskripsi dan analisis perubahan bunyi yang terjadi pada bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa

Dalam (Keraf, 1984: 80) inovasi adalah pewarisan dengan perubahan yang terjadi bila suatu fonem proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang. Pewarisan dengan inovasi dapat

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah fonem-fonem turunan dalam bahasa Melayu Asahan (BMA) ada yang merupakan refleksi langsung dari Proto Melayu (PM) dan tetap sebagai

Sufiks /-an/ dapat melekat pada kata kerja maupun kata sifat dan tidak mengalami perubahan bentuk walaupun melekat pada bentuk dasar yang berakhiran fonem vokal atau konsonan.. Sufiks

pada bahasa Mandailing dan Toba yang digunakan peneliti dalam Perubahan Bunyi Vokal. Proto Austronesia dalam bahasa Mandailing dan Toba yang meliputi adanya

Asimilasi yaitu suatu proses bunyi dua fonem yang berbeda dalam bahasa proto.. mengalami perubahan dalam bahasa sekarang menjadi fonem

“Refleksi Fonem Vokal Proto Austronesia dalam Bahasa Aceh dan.. Bahasa Melayu

Perubahan bunyi merupakan suatu proses dimana bunyi suatu bahasa berubah dari bunyi awal menjadi bunyi lain. Macam-macam perubahan bunyi dapat diuraikan dengan